abstrak - benkyouwadou.blogs.uny.ac.idbenkyouwadou.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/... ·...
TRANSCRIPT
PERAN KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM
MENCAPAI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN
Angga Bima Sakti
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
Email : [email protected]
Abstrak
Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau tidak
menggunakan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran terutama kompetensi
sosial dan kompetensi kepribadian. Guru masih banyak yang belum memahami pentingnya
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Terbukti dengan ditemukannya guru yang
interaksi dan komunikasinya dengan siswa masih kurang di SD yang saya observasi. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini
adalah guru Sekolah Dasar. Apabila guru dalam melaksanakan pembelajaran memanfaatkan
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang ada tentu akan membantu guru dalam
berinteraksi, berkomunikasi dengan siswa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang
aktif, efektif, dan inovatif. Serta terciptalah seorang sosok baik yang dapat menjadi teladan
oleh siswa. Dengan sosok guru yang dapat menjadi teladan siswanya, maka dapat
menciptakan siswa yang berprestasi tinggi dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hal ini juga dapat membantu dalam hal memajukan pendidikan yang ada di Indonesia.
Kata Kunci : kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, pembelajaran
The Role of Social Competence and Personality Competence in Achieving Success of
Learning
Abstract
Teachers, as educator these days, there are still many who do not have or not using
competence of teacher as criteria in implementing learning, especially social and personality
competence. Teachers still have not understand about the importance of social and
personality competence. It is proven by that there are of teachers who are still lacking in
interaction and connection with students at the elementary school that I observed. The
research method used is descriptive qualitative method. Subjects in this study were
elementary school teachers. If those teachers use social and personality competence to
implementing learning it will help the teacher to interact and communicate with students, so
it can build the active learning, effective, and innovative. And it will become a figure that can
be the example by students. With the figure of teachers who can be example for their
students, then it will create high quality of students who performed well in matters of
knowledge, attitudes and skill. This can also helps in terms of the advance to the education
system in Indonesia.
Keywords : Social competence, personality competence, learning
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial sehingga
sebagian besar dari kehidupannya
melibatkan interaksi dengan orang lain.
Sebagai makhluk sosial yang perlu
diperhatikan adalah manusia secara hakiki
dilahirkan selalu membutuhkan interaksi
dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya (Dayakisni & Yuniardi,
2004:36). Dengan demikian seseorang
akan selalu berinteraksi satu sama lain,
dengan berbagai macam individu tentunya
dengan pola kepribadian, keunikan dan
kekhasan masing-masing. Untuk itu
seseorang tidak hanya dituntut bisa
berinteraksi dengan orang lain, tetapi
cerdas berinteraksi dengan orang lain,
kecerdasan itu oleh Goleman disebut
sebagai kecerdasan sosial (Goleman
2006:102; Williamson, 2012). Bagi
Goleman (2006:30) kecerdasan atau
kompetensi sosial merupakan rujukan tepat
bagi kecerdasan yang tak hanya tentang
relasi kita dengan orang lain namun dalam
relasi itu. Bahkan kompetensi sosial
menunjukkan kemampuan terbesar yang
berhubungan dengan banyak aspek yang
sangat dekat pada konstruk kecerdasan
sosial (Riggio & Reichard, 2008:17).
Keberhasilan proses belajar siswa sangat
ditentukan oleh kompetensi sosial guru.
Hal ini dikarenakan guru sebagai
pemimpin pembelajaran, sebab guru
adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator,
dan sekaligus merupakan pusat inisiatif
pembelajaran.Oleh karenanya, guru harus
senantiasa mengembangkan kemampuan
diri.
Guru perlu memiliki standar
profesi dengan menguasai materi serta
strategi pembelajaran dan dapat
mendorong siswanya untuk belajar
bersungguh-sungguh. Guru juga
merupakan faktor yang sangat dominan
dan penting dalam pendidikan formal pada
umumnya karena bagi siswa, guru sering
dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi
tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu,
guru seharusnya memiliki perilaku
kompetensi yang memadai untuk
mengembangkan siswa secara utuh, sesuai
tujuan pendidikan yaitu mengembangan
potensi yang dimiliki siswa secara optimal.
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pada Bab IV Pasal 10
menyebutkan, ada empat kompetensi
kepribadian guru, yakni Kompetensi
Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,
Kompetensi Profesional, dan Kompetensi
Sosial.
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik menurut Dwi
Siswoyo, bukan kompetensi yang hanya
bersifat teknis belaka, yaitu “kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik”
(yang dirumuskan dalam PP RI No. 19
Tahun 2005) karena “pedagogy” or
paedagogy adalah “the art and science of
teaching and educating ” (Dwi Siswoyo,
2006). Selain mencakup pemahaman dan
pengembangan potensi peserta didik,
kompetensi pedagogik juga mencakup
perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran serta sistem pelaksanaan
evaluasi pembelajaran. Menurut Suparno
(2005:52) kemampuan pedagodik disebut
juga kemampuan dalam pembelajaran atau
pendidikan yang memuat pemahaman akan
sifat, ciri anak didik dan
perkembangannya, mengerti beberapa
konsep pendidikan yang berguna untuk
membantu siswa, menguasai beberapa
metodologi mengajar yang sesuai dengan
bahan dan perkembangan siswa, serta
menguasai sistem evaluasi yang tepat dan
baik yang pada gilirannya semakin
meningkatkan kemampuan siswa.
2. Kompetensi Kepribadian
Berdasarkan kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan sebagai makhluk
Tuhan. Seorang guru wajib menguasai
pengetahuan yang akan diajarkannya
kepada peserta didik secara benar dan
bertanggung jawab. Seorang guru harus
memiliki pengetahuan penunjang tentang
kondisi fisiologis, psikologis, dan
pedagogis dari para peserta didik yang
dihadapinya(Hamzah B. Uno, 2007:18).
Seorang guru menjadi panutan bagi peserta
didik. Maka dari itu seorang guru harus
memiliki kepribadian yang baik seperti
berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan
berwibawa sehingga dapat menjadi teladan
yang baik bagi peserta didik. Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen, mewajibkan seorang
guru untuk memiliki kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang
mantab dan stabil, arif dan bijaksana,
berwibawa, dewasa, berakhlak mulia, dan
menjadi teladan bagi peserta didik.
Kemampuan yang terpancar lewat perilaku
dan tindakan sehari-hari serta memberikan
gambaran tentang diri sendiri atau profesi
yang diperankan. Dalam hal ini, guru
harus memiliki kepribadian yang mantap
sehingga mampu mengendalikan proses
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi peserta didik serta menjadi sumber
inspirasi (N, Damayanti. 2017:539).
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial sosial diharapkan dapat
mempertahankan hubungan posistif antara
kedua belah pihak. Suatu kemampuan
individu dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan dan memberi pengaruh
kepada orang lain demi mencapai tujuan
dalam konteks sosial tertentu yang
disesuaikan dengan budaya, lingkungan
dan situasi yang dihadapi serta nilai yang
dianut oleh individu disebut sebagai
kompetensi sosial (Hughes dalam
Chasbiansari, 2007). Menurut Prof. Dr.
Hamzah B. Uno, M.Pd., berdasarkan
kodrat manusia sebagai makhluk sosial
dan makhluk etis, seorang guru harus
dapat memperlakukan peserta didiknya
secara wajar dan bertujuan agar tercapai
optimalisasi potensi pada diri masing-
masing peserta didik. Ia harus memahami
dan menerapkan prinsip belajar humanistik
yang beranggapan bahwa keberhasilan
belajar ditentukan oleh kemampuan yang
ada pada diri peserta didik tersebut.
Instruktur hanya bertugas melayani mereka
sesuai kebutuhan mereka masing-masing.
Kompetensi sosial yang dimiliki seorang
guru adalah menyangkut kemampuan
berkomunikasi dengan peserta didik dan
lingkungan mereka (seperti orang tua,
tetangga, dan sesama teman).
4. Kompetensi Profesional
Guru yang baik adalah guru yang
profesional, Rice dan Bishorprick dalam
Ibrahim Bafadal (2009:5) guru profesional
adalah guru yang mampu mengelola
dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-
tugasnya sehari-hari. Guru profesional
adalah guru yang memiliki kemampuan
mengorganisasikan lingkungan belajar
yang produktif. Profesionalisasi
merupakan proses peningkatan kualifikasi
atau kemampuan para anggota penyandang
suatu profesi untuk mencapai kriteria
standar ideal dari penampilan atau
perbuatan yang diinginkan oleh
profesinya. (Desy Sigit R, 2013:2)
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen, profesi
guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip sebagai berikut.
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa,
dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk
meningkatkan mutu pendidikan, keimaan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang
ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang
hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan dan memiliki organisasi
profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.
Seorang guru yang profesional tidak hanya
dituntut untuk menguasai pembelajaran
tetapi juga harus menguasai seluruh aspek
yang ada dalam pembelajaran, karena
pembelajaran yang bermakna itu adalah
pembelajaran yang melibatkan peserta
didik dan mencakup semua ranah
pembelajaran seperti aspek kognitif
(berpikir), aspek afektif (perilaku), dan
aspek psikomotor (keterampilan)
(Asmarani, N. 2014).
Secara teoritis, keempat
kompetensi ini dapat dipisah-pisahkan satu
sama lain, tetapi secara praktis
sesungguhnya keempat jenis kompetensi
tersebut tidak mungkin dipisah-pisahkan.
Empat kompetensi tersebut saling
berhubungan secara padu dalam identitas
guru. Guru yang terampil mengajar, tentu
memiliki kemampuan pedagogik, tetapi
harus juga memiliki kepribadian yang baik
dan mampu melakukan social adjustment
dalam masyarakat, karena guru selalu
dijadikan panutan oleh siswa dan
masyarakat tempat sekitaranya. Sejalan
dengan ini menurut Mulyasa (2007:37)
menyatakan bahwa guru sering dijadikan
panutan oleh masyarakat, untuk itu guru
harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan
berkembang di mayarakat tempat
melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
Untuk itu guru harus selalu berusaha
memilih dan melakukan perbuatan yang
positif agar dapat mengangkat citra baik,
dan kewibawaannya, terutama di depan
siswa.
Dalam proses pembelajaran
kompetensi pedagogik, professional,
kepribadian dan kompetensi sosial
memang sangat penting yang harus
dimiliki oleh guru dalam mencapai
keberhasilan pembelajaran. Namun,
kenyataan yang ada di lapangan
kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadi dalam pembelajaran saat ini
masih kurang diperhatikan oleh guru-guru
dan terkadang sering di abaikan, hal ini
sebagaimana sering ditemukan dalam
proses pembelajaran menunjukkan bahwa
interaksi guru dan siswa yang kurang
efektif dan efesien serta kepribadian guru
yang acuh tak acuh terhadap siswanya.
Contohnya seperti interaksi guru dan siswa
dalam belajar mengajar, guru lebih banyak
memberikan informasi/menjelaskan tanpa
intonasi suara, sebaliknya siswa jarang
sekali diberikan kesempatan mengemukan
pendapat dan bertanya karena kepribadian
guru yang kurang peka terhadap
sekitarnya, akibatnya siswa pasif sebagai
pendengar, guru juga kurang membuat
susasana kelas tenang, dan kurang peduli
dengan keadaan kelas, karena ada
beberapa orang siswa yang membuat
keributan pada saat pembelajaran tidak
ditegur oleh guru, yang berakibat proses
pembelajaran kurang menyenangkan
menjadikan siswa kurang aktif, dalam
pembelajaran, sehingga materi yang
disampaikan kurang diserap oleh siswa
sehingga mempengaruhi nilai siswa.
Beberapa guru kurang mampu
mengolah informasi situasi lingkungan
terlebih dahulu, bersikap sesuai dengan
kondisi, waktu dan tempat. Padahal
sebagai guru yang sekaligus juga sebagai
direktur belajar yang artinya, setiap guru
diharapkan untuk pandai-pandai
mengarahkan kegiatan belajar siswa agar
mencapai keberhasilan belajar. Hal ini
selaras dengan konsep bahwa guru
berfungsi sebagai perancang pengajaran,
pengelola pengajaran dan penilai hasil
pembelajaran siswa (Syah, 2008:67). Guru
yang cerdas secara sosial akan bersikap
empati, membaca pesan-pesan verbal dan
non-verbal siswa dan juga membaca
situasi lingkungan dengan baik,
mengambil tindakan sesuai dengan situasi
dan lawan bicara, menggunakan
kemampuan komunikasi yang baik melalui
komunikasi verbal maupun non verbal
dalam menerima dan menyampaikan
pesan.
Guru Sekolah Dasar yang
mengembangkan kompetensi sosial dan
kompetensi kepribadian dalam
kehidupannya dapat menjadi contoh dan
panutan siswanya. Dengan panutan atau
guru yang telah mengembangkan
kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadian dengan baik maka siswa akan
lebih mudah mempelajari dengan cara
meneladani atau meniru guru dan
mengembangkan kecerdasan sosial dan
kepribadiannya pada aktivitas sehari-hari
sejak dini.
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini menggunakan
kualitatif. Dasar yang menjadi landasan
yaitu fenomenologis atau Deskriptif
Phenomenology yaitu pembuktian yang
bersifat deskriptif. Sumber data yang
digunakan dalam jurnal ini berupa
pustaka-pustaka yang ada, baik berupa
buku yang berkaitan dan jurnal yang
memiliki korelasi dengan permasalahan.
Disamping itu beberapa informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber seperti data
lingkungan yang kesemuanya diterapkan
dengan interprestasi analisis data.
Penulisan jurnal ini menggunakan library
research (studi pustaka). Studi pustaka
berfokus pada pustaka-pustaka baik cetak
maupun elektronik yang valid, relevan
dengan kajian, dan dapat
dipertanggungjawabkan . Teknik analisis
data dengan analisis isi untuk memilih data
dari berbagai bahan pustaka yang diteliti
kemudian dideskripsikan. Dengan
menggunakan teknik ini dapat lebih
sistematis dalam menganalisis peran
kompetensi social dan kompetensi guru
dalam mencapai keberhasilan
pembelajaran. Penarikan kesimpulan
dengan teknik induksi yaitu berdasarkan
pembahasan.
HASIL dan PEMBAHASAN
Kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru
masih belum sepenuhnya mereka miliki.
Seperti kompetensi sosial dan komepetensi
kepribadian yang seharusnya dimiliki
untuk membantu guru dalam berinteraksi
dan membuat guru agar menjadi contoh
yang dapat diteladani oleh siswa pun
masih belum dimiliki oleh kebanyakan
guru. Guru yang kurang menguasai
kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadian, terlihat pada interkasi yang
dilakukan di dalam kelas masih kelihatan
kaku karena kebanyakan mengunakan
metode ceramah secara monton sehingga,
menyebabkan terjadinya komunikasi satu
arah yang berpusat pada guru saja. Kurang
ramahnya guru pada siswa seperti kurang
bersahabat dan tidak pernah menyapa
terlebih dahulu apabila berpapasan
menunjukkan hubungan guru dan siswa
kurang harmonis.
Hal seperti itu saya temukan pula
di SD yang penulis observasi. Ada
beberapa guru yang kurang bersahabat dan
kurang perhatian terhadap siswanya.
Seperti saat berpapasan guru tersebut diam
saja, guru tidak senyum apabila bertemu
dengan siswanya (cemberut). Sempat
pernah ada siswa yang jatuh tapi oleh salah
satu guru tersebut tidak membantu tapi
hanya sebatas bertanya itupun dari jauh
tidak mendekat. Hal-hal seperti inilah yang
menyebabkan siswa enggan berinteraksi
dengan gurunya dan dapat menyebabkan
tidak tercapainya keberhasilan dalam
pembelajaran. Kemudian ada juga guru
yang ketika masuk kelas langsung
meminta siswanya untuk membuka buku
lalu mengerjakan soal yang padahal soal
itu belum sempat dijelaskan atau
dibelajarkan. Sedangkan dia sibuk sendiri
dengan sesekali bermain hp. Penulis juga
menemukan guru tersebut ketika ada salah
satu kegiatan sekolah yaitu senam, sempat
guru tersebut menertibkan atau meminta
siswa yang ramai untuk diam dengan
menoyor kepalanya.
Guru adalah aktor penting
kemajuan peradaban bangsa. Gurulah yang
diharapkan mampu membentuk
kepribadian, karakter, moralitas, dan
kapabilitas intelektual generasi muda.
Dikutip dari Jurnal Dr. Ali Mustadi,
pendidikan karakter bangsa merupakan
salah satu kebutuhan penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sangat gencar
melakukan berbagai kajian untuk
mendapatkan rumusan terbaik dalam
penerapan nilai-nilai karakter kepada
peserta didik (Mustadi, 2015, p. 109).
Karena pendidikan karakter merupakan
salah satu cara untuk membentuk
kepribadian, karakter, moralitas, dan
kapabalitisa intelektyak siswa., Disini guru
pula yang melaksanakan pendidikan
karakter yang tidak sebatas dari
pengetahuan saja tapi juga sikap dan
keterampilan kepada siswa. Oleh karena
itu, seorang guru tidak cukup hanya
sekedar transfer of knowledge (memindai
ilmu pengetahuan) dari sisi luarnya saja,
tapi juga transfer of value ( memindai
nilai) dari sisi dalamnya. Perpaduan dalam
dan luar inilah yang akan mengokohkan
bangunan pengetahuan, moral, dan
kepribadian murid dalam menyongsong
masa depan. Karena moralitas dan
integritas siswa itu rapuh dan hanya
dengan melihat saja dapat ditiru oleh
mereka seperti saat melihat kepribadian
gurunya yang kurang baik siswa akan
mengikutinya. Karena tugas guru adalah
mengajar sekaligus mendidik, maka
keteladanan dari seorang guru menjadi
harga mati yang tak bisa ditawar-tawar.
Keteladanan merupakan senjata yang
mematikan yang sulit untuk dilawan,
bagaikan anak panah yang langsung
mengenai sasaran. Selain itu, keteladanan
juga menjadi senjata ampuh yang tidak
bisa dilawan dengan kebohongan,
rekayasa, ataupun tipu daya. Keteladanan
adalah suatu yang dipraktikan dan
amalkan, bukan hanya dikhutbahkan saja.
Keteladanan adalah perilaku yang sesuai
dengan norma, nilai, dan aturan yang ada
dalam agama, adat, dan aturan Negara
yang tidak dapat dipisahkan. Tanggung
jawab menaati ketiga hal tersebut bagi
guru menjadi lebih karena ia adalah sosok
yang digugu dan ditiru. Ucapannya digugu
dan perilakunya ditiru. Menurut
Hendrawan, mengingat keteladanan guru
sangat diharapkan bagi murid, seorang
guru harus benar-benar mampu
menempatkan diri pada posri yang benar.
Porsi yang benar yang dimaksudkan bukan
berarti bahwa guru harus membatasi
komunikasinya dengan murid dan sesama
guru, namun yang penting adalah cara
guru tetap secara intensif berkomunikasi
dengan seluruh warga sekolah khusunya
siswa dengan tetap berada pada jalur dan
batas-batas yang jelas. Seorang guru
bahkan harus mampu membuka diri untuk
menjadi teman bagi muridnya, tempat
berkeluh kesah terhadap persoalan belajar
yang dihadapi sehingga dalam hal ini guru
harus punya dan meningkatkan komepetnsi
sosial dan kompetensi kepribadiannya
untuk mebantu serta memudahkan
melakukan hal tersebut. Murid harus
menganggap gurunya sebagai sosok yang
wajib ia teladani meski dalam praktiknya
diperlakukan siswa layaknya sebagai
teman. Dengan kompetensi sosial dan
kompetensi kepribadian juga dapat
membantu guru berkomunikasi dengan
siswanya yang apabila dilakukan secara
intensif guru dapat menggali potensi yang
dimiliki masing-masing murid. Untuk itu
setiap guru harus senantiasa berupaya
menjadi teladan bagi setiap siswanya
sehingga keteladanan yang diberikan akan
mampu membawa perubahan yang berarti
bagi murid serta dapat membantu dalam
upaya mencapai keberhasilan
pembelajaran.
PENTINGNYA KOMPETENSI
KEPRIBADIAN
Kepribadian (Personality) merupakan
pengaturan yang dinamis dari sifat (trait)
dan pola karakteristik perilaku yang unik
pada setiap individu (Callahan, 1966)
Menurut Allport (1966) sifat (trait)
merupakan sesuatu yang lebih umum
ketimbang kebiasaan (habit), bersifat
dinamis serta menentukan perilaku, dapat
dilihat baik dari unsur yang
membentuknya maupun distribusinya pada
populasi, serta tidak dapat dibuktikan
ketiadaannya oleh fakta. Kepribadian guru
merupakan dasar guru dalam berperilaku
dalam berbagai bentuk seperti interaksinya
dengan siswa, pemilihan metode serta
pengalaman belajar yang dipilih (Murray,
1972). Kepribadian guru juga dapat
diartikan sebagai seluruh aspek-aspek
pribadi guru yang melekat dan dinamis
yang menjadi dasar dan memengaruhi cara
berpikir, merasa, dan berperilaku dalam
menjalankan peran dan tugasnya sebagai
pendidik, baik dalam interaksinya dengan
siswa, dengan rekan guru lain, dengan staf,
dengan pimpinan serta dalam organisasi
pendidikan (sekolah).
Menurut Sumardi, kompetensi
kepribadian ialah sifat-sifat unggul
seseorang, seperti sifat ulet, tangguh, atau
tabah dalam menghadapi tantangan atau
kesulitan dan cepat bangkit apabila
mengalami kegagalan, memiliki etos
belajar dan etos kerja yang tinggi, berpiikir
positif terhadap orang lain, bersikap
seimbang antara mengambil dengan
memberi dalam hubungan sosial, dan
memiliki komitmen atau tanggung jawab.
Di dalam peraturan pemerintah nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pada penjelasan pasal 28 ayat 3
butir b dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantab,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia. Subkompetensi kepribadian yang
mantab dan stabil memiliki indikator
esensial seperti bertindak sesuai dengan
norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru, dan
memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma. Subkompetensi
kepribadian yang dewasa melalui indikator
esensial seperti menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dan
memiliki etos kerja sebagai guru.
Subkompetensi kepribadian yang arif
memiliki indikator esensial seperti
menampilkan tindakan yang didasarkan
pada kemanfaatan peserta didik, sekolah,
dan masyarakat serta menunjukan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Subkompetensi kepribadian yang
berwibawa memiliki indikator esensial
seperti memiliki perilaku yang disegani.
Sedangkan subkompetensi kepribadian
akhlak mulia dan dapat menjadi teladan
memiliki indikator esensial seperti
bertindak sesuai dengan norma religius
(iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
Kompetensi kepribadian ini
memiliki peran penting dalam usaha
mencapai keberhasilan pembelajaran.
Karena kompetensi kepribadian guru ini
akan sangat mewarnai kinerjanya dalam
mengelola kelas dan berinteraksi dengan
siswa. Dikutip dari Jurnal Dr. Ali Mustadi,
orang yang tertanam dan terkristal nilai-
nilai tertentu dalam mental atau
kepribadiannya, tentunya dapat
menghadapi dan merespon sesuatu tersebut
akan diwarnai oleh nilai yang diyakininya
(Mustadi, 2010). Callahan (1966)
menyatakan bahwa pemanfaatan secara
efektif kepribadian guru dalam
melaksanakan kegiatan
pembelajara/pendidikan merupakan hal
yang amat esensial. Kompetensi
kepribadian membantu pengajaran, serta
komunikasi antara guru dengan siswa
bahkan meski tanpa ucapan. Dalam
konteks pembelajaran, Khan dan Weiss
(1973) menyatakan bahwa sikap siswa
terhadap guru akan berdampak pada sikap
siswa tersebut terhadap materi yang
diajarkan. Dengan demikian tampak betapa
pentingnya kepribadian guru, sampai-
sampai dapat mempengaruhi secara
signifikan pada proses
pendidikan/pembelajaran, dan ini juga
berarti bahwa kegagalan dalam
mengembangkan prestasi siswa tentu salah
satunya bisa diakibatkan oleh kepribadian
guru. Untuk itu perlakukan diri sendiri
dengan baik dan mewujudkannya dalam
suatu interaksi edukatif secara efektif.
PENTINGNYA KOMPETENSI
SOSIAL
Menurut PPRI No. 74 tahun 2008, tentang
Undang-undang guru dan dosen
sebagaimana termuat dalam penjelasan
Pasal 28 ayat 3, yang dimaksud dengan
kompetensi sosial adalah kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. M. Saekhan
Muchith, menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
seperangkat kemampuan dan keterampilan
yang berkaitan dengan hubungan atau
interaksi dengan orang lain. Artinya guru
harus dituntut memiliki keterampilan
berinteraksi dengan masyarakat khususnya
dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyelesaikan problem masyarakat. Maka
dapat disimpulkan bahwa kompetensi
sosial adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh pendidik di sekolah untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik,
sesame guru, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini memiliki tiga
subranah. Pertama mampu berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, subkompetensi ini memiliki
indikator esensial berupa berkomunikasi
secara efektif dengan peserta didik. Kedua
mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan sesame pendidik dan tenaga
kependidikan. Ketiga mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua wali peserta didik dan
masyarakat sekitar. Interaksi guru dengan
siswa esensinya adalah interaksi sosial
yang meniscayakan kompetensi sosial.
Kompetensi sosial ini juga
memiliki peran penting dalam usaha
mencapai keberhasilan pembelajaran.
Karena dengan kompetensi sosial ini
membantu guru dalam menjalankan
interaksinya dengan siswa dalam
pembelajaran maupun diluar pembelajaran
untuk memupuk keakraban dan kedekatan
dengan siswa. Dengan kompetensi sosial
ini juga dapat membantu guru saat
pembelajaran seperti dalam berkomunikasi
pembicaraanya enak didengar, tidak
menyakitkan, pandai berbicara dan bergaul
dengan siswa, memudahkan dalam
bekerjasama, membuat guru menjadi
penyabar dan tidak mudah emosi, tidak
mudah putus asa dan membantu guru
mengelola emosinya. Apabila guru
memiliki kompetensi sosial yang rendah
sering membuat orang-orang disekitarnya
merasa kurang nyaman karena
kesombonganya, kata-katanya yang kasar
dan menyakitkan serta selalu sinis. Hal ini
dapat menganggu dalam menciptakan
keberhasilan dalam pembelajaran.
Kompetensi sosial guru juga akan
menjadikan kondisi interaksi yang bermutu
dan kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya interaksi dan komunikasi
edukatif yang produktif serta kondusif bagi
perkembangan kematangan anak-anak kita,
siswa-siswa kita, murid-murid kita. Pada
dasarnya guru yang memiliki kompetensi
sosial ini merupakan guru yang punya
kecerdasan sosial (social intelligence),
sehingga dengan kecerdasan itu dapat
membuat suasana komunikasi, interaksi
dan pergaulan sosial dengan siswa dapat
berjalan dengan efektif. Dalam hal ini
kemampuan guru dalam bergaul dengan
siswa inilah yang akan menjadi penentu
utama bagi terlaksanya proses pendidikan
dan pembelajaran yang efekrif dalam
mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Tanpa kompetensi sosial ini,
guru hanya menghabiskan waktu saja
menceritakan hal-hal yang baik dan
penyelesain transfer bahan ajar tanpa ruh
tanpa jiwa dan pasti tidak hidup apalagi
menghidupan suasana pembelajaran. Jadi
marilah kita sadari dan yakini perlunya
mengasah kompetensi kecerdasan sosial
sebagai guru demin anak-anak kita, siswa-
siswa kita, dan murid-murid kita.
KAITAN GURU BERKOMPETENSI
SOSIAL DAN KEPRIBADIAN
DENGAN SISWA YANG
BERPRESTASI
Setiap guru memahami bahwa ketika
seorang siswa memasuki dunia sekolah,
harapan utamanya adalah dapat mengikuti
semua mata pelajaran dengan baik,
memperoleh nilai yang memuaskan serta
mampu berkompetisi dalam berbagai hal
sampai memperoleh kesuksesan di masa
depan. Namun untuk mewujudkan
keinginan itu tentu tidak terlepas dari
bagaimana kepribadian guru di depan
siswa, bagaimana interaksinya saat
pembelajaran, bagaimana guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran,
banyak hal yang harus dipersiapkan. Guru
dan siswa harus memiliki hubungan yang
baik serta mampun bekerja sama secara
total demi mewujudkan semua keinginan
itu. Sebuah sekolah tidak mungkin dapat
melahirkan siswa-siswa yang berprestasi
jika hubungan antara guru dan siswa serta
seluruh elemen-elemen pendukungnya
tidak terbina dengan baik.
Maka dari itu, untuk meraihnya ada
beberapa langkah-langkah yang bisa
dipraktikan oleh para guru di kelas seperti
menjadikan pengalaman belajar di
sekolah sebagai masa-masa yang
berkesan maksudnya yaitu beri siswa
pengalaman pertama berjumpa dengan
gurunya yang berkesan seperti
menunjukan keakraban dan kehangatan
untuk siswa. Jaga mutu dan kualitas
anda sebagai guru, maksdunya yaitu guru
yang berkualitas, berkepribadian dan sosial
yang baik tentu memliki lebih besar
melahirkan siswa yang berprestasi. Guru
merupakan seseorang yang digugu dan
ditiru, hal ini mempertegas pentingnya
eksistensi seorang guru yang tidak hanya
dituntut untuk memberikan pengajaran
sesuai bidang keahliannya tapi juga
sebagai suri teladan bagi siswanya.
Mengajar dengan semangat
kekeluargaan, maksudnya disini sebagai
guru harus bisa memosisikan diri sebagai
orang tua siswa di sekolah. Dengan
menciptakan iklim kekeluargaan di kelas
atau di sekolah maka siswa akan berangkat
ke sekolah dengan perasaan gembira dan
nyaman layaknya ketika mereka hendak
mengunjungi kerabat keluarganya yang
lain. Hargai kemajuan yang berhasil
dicapai oleh siswa, maksudnya disini guru
harus menghargai kemajuan yang telah
dicapai siswa walau sekecil apapun dan
jangan lupa member apresiasi pada
mereka. Karena hal tersebut bagi siswa
akan memberikan kesan bangga yang
dirasakan mereka karena dipuji kerja
kerasnya oleh guru. Jadikan fakta-fakta
ilmu pengetahuan sebagai objek
pendidikan, maksudnya disini guru tidak
memosisikan siswa sebagai objek
pembelajaran melainkan sebagai subjek
pengetahuan. Tugas guru yaitu untuk
membantu, membimbing dan
mengarahkan siswa dalam upaya untuk
meraih cita-cita mereka.
MENJADI GURU IDEAL DAN
INOVATIF
Menjadi guru yang ideal dan inovatif
adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa
dielakkan karena dari gurulah siswa
membayangkan masa depan dan
mencanangkan sebuah impian baru. Ketika
guru yang hadir bersahabat, menarik,
berwawasan luas, humoris, dan mampu
menguasai kelas maka kedatangan guru
tersebut sangat dinanti. Sebab yang keluar
darinya adalah mutiara-mutiara emas yang
sulit untuk diulang untuk kedua kalinya.
Agar menjadi guru ideal dan
invoatif memang banyak caranya seperti
guru harus dapat menguasai materi
pelajaran secara mendalam dan
berwawasan luas. Namun hal tersebut akan
sia-sia saja apabila guru tidak bisa dengan
baik berinteraksi dan komunikatif dengan
siswanya. Karena dengan guru yang suka
menyapa, berinteraksi, dan memperhatikan
kondisi siswanya akan lebih mudah
diterima daripada guru yang egois yang
hanya menerangkan pelajaran setelah itu
pulang. Ia tidak mau peduli persoalan
muridnya yang penting dating mengajar
sampai batas waktu uang ditentukan
kemudian selesai. Disinilah pentingnya
guru berinteraksi dan berkomunikasi
dengan murid, menyapa, menanyakan
kondisi. Komunikasi semacam ini sangat
penting sebagai pendekatan psikologis
kepada siswa. Aspek penerimaan
(acceptability) guru menjadi faktor penting
bagi kelancaran kegiatan belajar mengajar
di dalam kelas. Jika siswa tidak senang
dengan gurunya maka hal itu bisa menjadi
gangguan psikologis guru dalam mengajar.
Oleh karena itu, perlu diingat
bahwa siswa akan merasa senang bila
disapa dan diajak berinteraksi dengan
gurunya. Efek positifnya siswa yang diajar
oleh guru yang seperti itu akan timbul
keakraban, perasaan saling mengasihi dan
menyayangi. Keterlibatan emosi ini sangat
penting dalam proses belajar mengaja
sehingga aspek lahir batin siswa dapat
diarahkan oleh guru
PERAN GURU BERKOMPETENSI
SOSIAL DAN KEPRIBADIAN
DALAM PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN SEKOLAH
Guru merupakan sosok yang digugu lan
ditiru atau tut wuri handayani. Tentunya
guru yang memiliki kompetensi sosial
serta kompetensi kepribadian yang
menggunakannya dalam sebuah
pembelajaran akan bisa mempengaruhi
kualitas siswanya. Seperti memberikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
kepada siswanya dengan memanfaatkan
kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadian yang dapat memudahkan guru
tersebut.
Tugas guru sendiri tidak hanya
sebatas aktifitas yang terjadi di sekolah
akan tetapi juga di luar sekolah. Begitu
pula dengan pembinaannya tidak hanya
bersifat kelompok tetapi juga individual.
Jika sikap dan tingkah laku anak didik
tidak hanya diawasi di dalam sekolah saja
tetapi di luar sekolah pun harus diawasi
baik secara langsung maupun tidak
langsung. Banyak peranan yang diperlukan
guru sebagai pendidik seperti, sebagai
korektor yaitu guru harus bisa
membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk dalam kehidupan
yang setiap saat dapat mempengaruhi
siswa bahkan sudah mempengaruhi siswa
dan tidak menghambat proses
pembelajaran, sebagai inspirator yaitu
guru harus dapat memberikan ilham,
contoh, yang baik bagi kemajuan belajar
anak didik agar dapat membantu proses
pembelajaran, sebagai motivator yaitu
guru hendaknya dapat mendorong anak
didik agar bergairah dan ikut aktif dalam
proses pembelajaran, sebagai inisiator
yaitu guru harus dapat menjadi pencetus
ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran dengan memperbaiki
kompetensi guru yang ada, sebagai
pembimbing yaitu peran yang tidak kalah
penting dari semuanya dan harus lebih
dipentingkan karena kehadiran guru di
sekolah adalah untuk membimbing anak
didik menjadi manusia dewasa susila yang
cakap.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan observasi penulis pada
Sekolah Dasar, di temukan beberapa guru
yang masih belum memiliki kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial.
Kompetensi kepribadian sendiri ialah sifat-
sifat unggul seseorang, seperti sifat ulet,
tangguh, atau tabah, berpikir positif
terhadap orang lain, bersikap seimbang
antara mengambil dengan memberi dalam
hubungan sosial dan menjadi teladan bagi
peserta didik dan berakhlak mulia.
Sedangkan kompetensi sosial ialah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesame pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi kepribadian dan sosial
sangatlah penting bagi guru untuk
membantu mencapai keberhasilan
pembelajaran. Karena dengan kompetensi
kepribadian ini akan sangat mewarnai
kinerjanya dalam mengelola kelas dan
berinteraksi dengan siswa serta membantu
pengajaran, komunikasi antara guru
dengan siswa bahkan meski tanpa ucapan.
Sedangkan kompetensi sosial akan
menjadikan kondisi interaksi yang bermutu
dan kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya interaksi dan komunikasi
edukatif yang produktif serta kondusif bagi
perkembangan kematangan siswa serta
dapat membuat suasana komunikasi,
interaksi dan pergaulan sosial dengan
siswa dapat berjalan dengan efektif. Dalam
hal ini kemampuan guru dalam bergaul
dengan siswa inilah yang akan menjadi
penentu utama bagi terlaksanya proses
pendidikan dan pembelajaran yang efekrif
dalam mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran.
Dengan guru kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial yang
baik ini tentu juga dapat membantu dalam
menciptakan siswa yang berprestasi dan
meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
Saran
Guru seharusnya lebih sadar pentingnya
kompetensi guru seperti kompetensi
kepribadian dan sosial untuk membantu
dalam melaksanakan pembelajaran
sehingga dapat mencetak siswa yang
berprestasi. Guru juga harus sering
berinteraksi dan berkomunikasi dengan
siswanya agar lebih dekat sehingga siswa
merasa nyaman. Guru juga harus bisa
menciptakan suasana kelas kekeluargaan
agar apabila siswa berangkat sekolah
merasa akan bertemu dengan saudara atau
merasa di rumah sendiri sehingga
menyebabkan dapat membuat siswa
mengikuti pembelajaran dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Great
Teacher. Yogyakarta: Diva Press.
Husein, Latifah. 2017. Profesi Keguruan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Isnawati, Nurlaela. 2010. Guru Positif-
Motivatif. Yogyakarta: Laksana.
Ramayulis. 2013. Profesi dan Etika
Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia
Siswoyo, Dwi. 2013. Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: Uny Press..
Suharsaputra, Uhar. 2013. Menjadi Guru
Berkarakter. Bandung: PT Refika
Aditama.
Agung, Iskandar. (2014). Kajian Pengaruh
Kompetensi Kepribadian Dan Sosial
Terhadap Kinerja Guru. Kompetensi
Kepribadian dan Sosial,
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jiv/ar
ticle/view/3774/2808
Muspiroh, Novianti. (2016). Peran
Kompetensi Sosial Guru Dalam
Menciptakan Eefektifitas Pembelajaran.
Jurnal Kompetensi Sosial.
http://download.portalgaruda.org/article.ph
p?article=471353&val=9452&title=PERA
N%20KOMPETENSI%20SOSIAL%20G
URU%20DALAM%20MENCIPTAKAN
%20%20EFEKTIFITAS%20PEMBELAJ
ARAN
Widyaningsih. (2015). Pengaruh Kompetensi
Kepribadian Guru Terhadap Disiplin Siswa
Kelas V SD Se-gugus I Sidoarum Godean
Sleman Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal
Kompetensi Kepribadian.
http://repository.upy.ac.id/314/1/Jurnal%20Wi
dyaningsih.pdf
MUSTADI, Ali. Penanaman Nilai-Nilai Agama dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah
Dasar Islam Terpadu Luqman Al-Hakim Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, [S.l.], v. 8, n. 1, june 2006. ISSN
2338-6061. Available at: <https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/vi
ew/2008>. Date accessed: 23 oct. 2017. doi:http://dx.doi.org/10.21831/pep.v8i1.2008.
SETYAWAN, Wawan Wahyu; MUSTADI, Ali.
PENGEMBANGAN SSP TEMATIK-INTEGRATIF
UNTUK MEMBANGUN KARAKTER DISIPLIN DAN KREATIF SISWA KELAS I SD. Jurnal Prima
Edukasia, [S.l.], v. 3, n. 1, p. 108-119, jan. 2015. ISSN 2460-9927. Available at:
<https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/vie
w/4072>. Date accessed: 23 oct. 2017. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v3i1.4072.