acara 7 kualitas air fix
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN
ACARA VII
KUALITAS AIR UNTUK PERTANIAN
Disusun Oleh:
1. Zulfi Prima Sani (11315)2. Dahliani (11318)3. Muhammad Fauzan (11332)4. Andrian Febriyanto (11353)5. Ratri Kusumastuti (11356)6. Putri Aninditaningtyas (11390)
Golongan / Kel : A3/2
Asisten : Agus Hariyanto
LABORATORIUM AGROHIDROLOGI
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
ACARA VII
KUALITAS AIR UNTUK PERTANIAN
INTISARI
Praktikum Pengelolaan Air Acara VII yang berjudul Kualitas Air untuk Pertanian ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 16 Maret 2011 di Laboratorium Agrohidrologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara menghitung kualitas airsecara kuantitatif. Bahan dan alat yang digunakan yaitu sampel air dari Sungai Gadjah wong, Sungai Code, dan Selokan Mataram; pH meter; Ec meter; tabung nessler; gelas ukur; pipet volumetric; reagen warna. Parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air untuk pertanian antara lain pH, DHL, kekeruhan air, dan warna. Hasil yang diperoleh dari praktikum menunjukan bahwa air di Sungai Gajah Wong, Selokan Mataram dan Sungai Code termasuk ber-pH normal sehingga aman/memenuhi syarat untuk pertanian; air di Sungai Gajah Wong, Selokan Mataram dan Sungai Code termasuk kelas kedua saat pengujian DHL, bagus/baik digunakan untuk pertanian; air pada Sungai Code mempunyai sedimentasi yang bernilai kecil; air pada Sungai Gajah Wong, Selokan Mataram dan Sungai Code mempunyai warna kekeruhan yang berbeda.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan di bumi ini, air merupakan salah satu zat yang sangat
diperlukan oleh makhluk hidup, sebab air merupakan regulator pelarut yang universal,
dimana hampir berbagai macam zat larut di dalamnya dan berinteraksi langsung dengan
sistem yang terdapat dalam setiap organisme hidup. Oleh karena itu pula kualitas air
merupakan salah satu aspek yang semakin banyak mendapat perhatian dalam
pengelolaan sumber daya air.
B. Tinjauan Pustaka
Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam produksi pangan. Jika
air tidak tersedia maka produksi pangan akan terhenti. Ini berarti bahwa sumberdaya air
menjadi faktor kunci untuk keberlanjutan pertanian khususnya pertanian beririgasi.
Pertanian berkelanjutan secara sederhana diartikan disini sebagai upaya memelihara,
memperpanjang, meningkatkan, dan meneruskan kemampuan produktif dari sumberdaya
pertanian untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan. Guna mewujudkan pertanian
berkelanjutan, sumberdaya pertanian seperti air dan tanah yang tersedia perlu
dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Kebutuhan akan sumberdaya air
dan tanah cenderung meningkat akibat pertambahan jumlah penduduk dan perubahan
gaya hidup, sehingga kompetisi dalam pemanfaatannya juga semakin tajam baik antara
sektor pertanian dengan sektor non-pertanian maupun antar pengguhna dalam sektor
pertanian itu sendiri (Sutawan, 2001).
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikomsumsi atau dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum
menurut Departemen Kesehatan, syarat-syarat aor minum adalah tidak berasa, tidak
berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber
alam dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh
bakteri atau zat-zat berbahanya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air
hingga 100 °C, banyak zat berbahaya terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan
cara ini (Anonim, 2011).
Kondisi DAS dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu debit sungai
konstan dari tahun ke tahun, kualitas air baik dari tahun ke tahun, fluktuasi debit antara
debit maksimum dan debit minimum kecil, hal ini degambarkan dengan nisbah, dan
ketinggian air muka tanah konstan dari tahun ke tahun (Nursanti, 2009).
Sebagai suatu sumber air, kualitas air waduk dipantau secara berkala bulanan di
sebelas lokasi dan hasil pemantauan menunjukkan bahwa secara umum air waduk masih
memenuhi syaray sebagai air baku air minum. Kemudian dengan berkembangnya KJA,
pemantauan dan analisis kualitas air dilakukan secara lebih komprehensif antara lain
pengambilan air dari berbagai kedalaman lapisan air, pemantauan aktivitas biologi di air
dan pemantauan aktivitas biologi di air dan pemantauan parameter klimatologi yang
mempengaruhi aktivitas biologi, kandungan oksigen terlarut dan lain-lain (Dasuki et al.,
1996).
Pengamatan kualitas air waduk selama ini lebih ditujukan kepada pengamatan
sebagai sumber air baku untuk minum. Parameter biologis belum diamati secara intensif.
Namun dari indikasi visual berdasarkan perkembangan pertumbuhan ganggang/alga
menjadi indikasi, telah diperhitungkan oleh POJ. Termasuk pula, pemantauan tebal
lapusan endapan pakan, misalnya di lokasi KJA di Ciganea telah melebihi 2 meter. Hal
ini menggambarkan bahwa terdapat sisa pakan dari kegiatan budidaya ikan sistem KJA
yang dilaksanakan pembudidaya di lingkungan waduk Jatiluhur (Nasution, 2005).
Pengelolaan lingkungan waduk secara berkelanjutan mensyaratkan banyak faktor
yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan keterpaduan dengan pengelolaan dan
pemanfaatannya untuk semua pengguna lingkungan perairan. Hal ini sesuai dengan
pengertian bahwa kerangka kerja secara konsepsi, kelembagaan dapat digambarkan
melalui teori sistem, teori kontinegensi dan ekonomi secara politik (Breinkerhoff et al.,
1990).
Setelah adanya kejadian kematian ikan, telah dilakukan penelitian kualitas air,
termasuk pengkajian dampak populasi Microcystis sp terhadap ikan serta cara
penanggulangan bila terjadi umbalan di lingkungan perairan Waduk Jatiluhur.
Sedangkan pada penelitian jarring indicator, diketahui bahwa kondisi kualitas air di
lingkungan perairan waduk Jatiluhur telah normal kembali dan sudah dapat menanam
ikan di KJA dengan memperhatikan padat tebar karena cuaca masih belum normal
(Krismono, 1996).
Adanya pencemaran oleh limbah peternakan sapi sering menimbulkan berbagai
protes dari kalangan masyarakat sekitarnya, terutama rasa gatal ketika menggunakan air
sungai yang tercemar, disamping bau yang sangat menyengat (Hidayatullah et al., 2005).
C. Tujuan
Menghitung kebutuhan air konsumtif suatu tanaman berdasarkan keadaan iklim
suatu wilayah.
II. METODOLOGI
Praktikum Pengelolaan Air Untuk Pertanian dengan judul acara Kualitas Air
Untuk Pertanian dilaksanakan di laboratorium Agrohidrologi, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
16 Maret 2011. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air yang berasal dari
selokan mataram. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu pH meter sekaligus Ec
meter, gelas ukur, corong, gelas beker, oven, dan timbangan.
Cara kerja yang dilakukan pertama adalah mengambil sampel air dari selokan
mataram yang berada tepat di belakang Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada,
pengambilan sampel air ini diambil dari bagian tepi kiri selokan, tengah, dan tepi kanan
selokan. Langkah berikutnya yaitu mencampurkan air dari 3 bagian tersebut sebanyak
masing-masing 1/3 botol lalu dihomogenkan. Selanjutnya diukur tingkat kekeruhan
masing-masing botol dengan asumsi air yang paling keruh mendapat nilai plus (+) yang
paling banyak. Setelah pengukuran tingkat kekeruhan selanjutnya adalah dengan
memindahkan air yang telah homogen tadi ke dalam gelas beker sebanyak ± 300 ml
untuk kemudian diukur pH dan DHL menggunakan sebuah alat yang dapat mengukur
pH dan juga DHL sekaligus. Setelah pengukuran pH dan DHL selesai langkah
berikutnya adalah dengan menuangkan air tersebut sebanyak ± 20 ml ke dalam gelas
beker untuk berikutnya ditimbang dan di oven selama ± 24 jam untuk mendapatkan
endapan. Dan langkah terakhir adalah menimbang kembali berat endapan yang telah
didapat dan dicatat kenaikan beratnya.
III. HASIL PENGAMATAN
Tabel 7.1. Tingkat Kejenuhan Pada Air Sungai
Keterangan :
(+) = Tingkat kejenuhan pada air sungai
IV. PEMBAHASAN
Air adalah faktor penting yang menunjang pertumbuhan tanaman. Sumber daya
air menjadi faktor kunci untuk keberlanjutan pertanian. Dalam praktikum ini dilakukan
pengamatan kualitas air dari beberapa sungai di Yogyakarta antara lain Sungai Code,
Selokan Mataram, dan Sungai Gajah Wong.
Selokan Mataram adalah kanal irigasi yang menghubungkan Sungai Progo dan
Sungai Opak, membentang dari barat ke timur membelah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Selokan ini dibangun pada tahun 1944 dan berhulu di Dusun Macanan,
Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Selokan Mataram ini terletak di
Daerah Istimewa Yogyakarta dan menjadi bagian dari Jaringan Saluran Induk Mataram.
Selokan Mataram memiliki panjang 31,2 km. Saluran ini berhulu di Selokan Van Der
Wicjk yaitu di Dusun Macanan, Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang.
Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa Selokan Mataram berhulu tepatnya di
Bendungan Karang Talun. Selokan ini mengalir dari barat ke timur. Selain berfungsi
untuk lahan pertanian, saluran ini menjadi bentang bagian hulu yang mencegah banjir di
Yogyakarta.
Sungai Code merupakan sungai yang berda di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tipe sungai ini hampir sama dengan sungai-sungai lain di Indonesia dilihat dari kondisi
LOKASI SAMPELWARNA
pHDHL
(ms/cm)
BAHAN TERLARUT
(gram)Ulangan
IUlangan
IISelokan Mataram +++++ ++++ 7.4 0.215 0.0105Sungai Code ++ +++ 7.6 0.315 0.00775Sungai Gadjah Wong + - 7.1 0.36 0.0016
fisik dan geologinya. Tipe habitat sungai berdasarkan substrat umumnya terbagi dalam
golongan Pool ( habitat tenang, substrat lumpur), Riffle (substrat pasir), dan Rapid
(substrat batuan). Sungai ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk mandi, cuci ataupun kakus (MCK).
Disamping itu banyak macam industri yang memanfaatkan sungai ini sebagai sumber air
bagi proses industri ataupun menggunakannya sebagai tempat pembuangan limbah yang
dihasilkan.
Sungai Gajah Wong merupakan Sub DAS Opak yang meliputi wilayah
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul dimana masing-masing
daerah memberikan masukan limbah ke Sungai Gajah Wong dengan kandungan bahan
organik beragam. Bagian hilir dari Sungai Gajah Wong antara lain Jembatan Tanen,
Jembatan Merah, Jembatan IAIN, Jembatan Muja-Muju, Jembatan Rejowinangun,
Jembatan Tegalgendu, Jembatan Mrican, Jembatan Grojogan, dan Jembatan Pleret
Wonokromo.
Dalam praktikum kualitas air dilakukan dengan 4 parameter yaitu warna, DHL,
dan kandungan bahan terlarut yang terkandung di dalam air. pH adalah derajat keasaman
yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan. Selain itu pH menunjukkan sifat keasaman dan alkalinitas dengan
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+). Semakin tinggi kadar H+ berarti
semakin masam larutan tersebut. Dalam kondisi normal pH itu berkisar antara 6,5-8,4.
Seperti yang diketahui air bersifat asam jika mempunyai pH < 7, dan bersifat basa jika
mempunyai pH > 7. Dari hasil pengamatan dapat dilihat urutan pH air dari pH terendah
dan pH tertinggi sebgai berikut Sungai Gajah Wong (dengan pH=7,1), Selokan Mataram
(pH=7,4), kemudian Sungai Code (pH=7,6). Dengan demikian, air yang berasal dari
Sungai Gajah Wong, Selokan Mataram, dan Sungai Code termasuk ber-pH normal
sehingga memenuhi syarat untuk air pertanin.
Kemudian parameter yang diamati adalah DHL (Daya Hantar Listrik) yang
mempunyai satuan nmhos/cm atau µmhos/cm. Konsentrasi garam total atau salinitas
merupakan kriteria paling penting karena mempengaruhi langsung kualitas tanah.
Tingkat konsentrasi garam yang tinggi sampai batas tertentu akan meningkatkan tekanan
osmotic tanaman, sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Kriteria air irigasi
berdasarkan nilai konduktivitas listrik antara lain :
1. Kelas pertama (sangat bagus) dengan DHL kurang dari 0,25 dS/m.
2. Kelas kedua (bagus) dengan DHL 0,25 dS/m-0,75 dS/m.
3. Kelas ketiga (tingkat toleransi yang diperbolehkan) dengan DHL 0,76 dS/m-2
dS/m.
4. Kelas keempat (sangat bagus) dengan DHL kurang dari 2,1-3 dS/m.
5. Kelas kelima (sangat bagus) dengan DHL lebih dari 3 dS/m.
Berdasarkan kelas di atas dari hasil pengamatan diperoleh DHL yng terendah sampai
DHL yang tertinggi yaitu Saluran Mataram (DHL=0,215 mS/cm), Sungai Code
(DHL=0,315 mS/cm), lalu Sungai Gajah Wong (DHL=0,36 mS/cm). Berdasarkan
pengamatan dapat dilihat bahwa air yang berasal dari selokan mataram merupakan
kriteria air irigasi yang sangat bagus. Sedangkan untuk air yang berskala dari Sungai
Gajah Wong dan Sungai code merupakan criteria air irigasi yang bagus.
Selain itu banyaknya konsentrasi endapan (sedimen) dapat mempengaruhi
tekstur, permeabilitas, serta kesuburan tanah; dan juga mempengaruhi daya tampung
saluran sehingga meningkatkan biaya untuk pemeliharaan saluran. Dari hasil praktikum
didapatkan bahan terlarut (sedimen) pada Sungai Code sebesar 0.00775 gram; Sungai
Gajah Wong sebesar 0.0016 gram; dan Selokan Mataram sebesar 0.0105 gram. Sedimen
pada Sungai Code termasuk kecil, sehingga pengaruhnya terhadap pertanian tidak terlalu
signifikan. Kemudian bahan terlarut pada sungai Gajah Wong juga tidak terlalu
berpengaruh negatif terhadap air pertanian dan yang terakhir adalah air pada saluran
mataram yang cukup memiliki pengaruh.
Indikator yang dapat dipakai untuk menentukan kualitas air ialah besarnya Daya
Hantar Listrik (DHL) dimana pengukuran dilakukan secara ”insitu” menggunakan
alat portable EC meter. Makin tawar air makin sedikit ion yang terlarut, sehingga makin
rendah kualitas air dari segi estetika, yaitu rasa asin.
Tabel 7.2. Klasifikasi air berdasarkan DHL (Mandel, 1981)
DHL (mmho/cm) pada Suhu 250 C Macam Air
< 0,5 Air murni
0,5 – 5 Air suling
5 – 30 Air hujan
30 – 2000 Airtanah
35000 – 45000 Air laut
> 100000 Air garam
Untuk parameter warna air sampel digunakan metode visual. Hasil yang didapat
dilihat secara visual dari yang paling berwarna kecoklatan (paling jenuh) sampai bening
dapat diurutkan sebagai berikut Selokan Mataram, Sungai Code, kemudian Sungai
Gajah Wong. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, dapat mengetahui sampai
dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air. Kekeruhan yang baik
adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad – jasad renik atau plankton, kekeruhan
mencerminkan jumlah indidvidu plankton yang melayang dan selalu mengikuti gerak
air. Kekeruhan yang tidak baik adalah warna air yang hitam legam yang berarti air pada
sungai itu telah tercemar logam berat. Berdasarkan hasil praktikum, Sungai Code dan
Selokan Mataram mempunyai warna yang menandakan kekeruhan yang baik, itu berarti
bahwa airnya dapat digunakan untuk tujuan pertanian. Sedangkan Sungai Gajah wong
tidak menunjukkan warna yang keruh. Hal ini dimungkinkan keberadaan plankton dan
jasad renik pada sungai tersebut hanya sedikit.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa dari segi kadar pH yang dimiliki
sungai Code,Saluran Mataram,dan Sungai Gajah Wong memiliki kualitas pH air yang
hamper sama. Kemudian dari segi DHL kualitas air untuk irigasi pertanian yang sangat
bagus adalah Saluran Mataram,sedangkan untuk Sungai Gajah Wong dan Sungai Code
dikategorikan bagus. Kemudian dari segi kekeruhan kualitas air untuk pertanian yang
baik adalah Saluran Mataram dan Sungai Code. Karena kedua sungai tersebut cukup
keruh yang menandakan jasad - jasad renik dan plankton dalam air tersebut
cukup,sedangkan pada Sungai Gajah Wong hanya berjumlah sedikit.
Air tanah perlu diuji kualitasnya karena penggunaan air dalam kehidupan
manusia harus bebas dari bahan pencemar dan polutan. Ada banyak indikator yang
menunjukkan tingkat pencemaran air tanah dan faktor ini kadang hanya bisa diketahui
melalui pengujian di laboratorium. Selain itu, tidak semua daerah memiliki kualitas air
yang baik, padahal salah satu kegunaan air adalah untuk diminum karenanya kebersihan
air akan mempengaruhi kesehatan seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah faktor geogen dan faktor
anthropogen. Faktor geogen yaitu kondisi serta komposisi tanah dan batuannya.
Sedangkan faktor anthropogen yaitu berupa aktivitas manusia di dekat sumber air,
seperti pencemaran rumah tangga, industri, dan lainnya.
Manfaat mengetahui kualitas air yaitu untuk mengetahui kualitas sumber air
minum secara kualitatif, untuk mengetahui kemungkinan munculnya dampak
pencemaran sumber air. Dengan mengetahui kualitas air kita dapat mengetahui apakah
air tersebut tercemar atau tidak.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Air di Sungai Gajah Wong, Selokan Mataram dan Sungai Code termasuk air
dengan kriteria bagus untuk pertanian.
2. Bahan terlarut dari Sungai Gajah Wong, Selokan Mataram, dan Sungai Code
sangat sedikit sehingga tidak terlalu berpengaruh negativ terhadap pertanian.
3. Air pada Sungai Gajah Wong, Selokan Mataram dan Sungai Code mempunyai
warna kekeruhan yang berbeda.Hal ini dikarenakan adanya proses asimilasi
dalam air.
B. SARAN
Pengkalibrasian alat timbang di laboratorium perlu diadakan agar data yang
dihasilkan pada sub praktikum sedimentasi valid.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Air Bersih. <http://id.wikipedia.org/wiki/Air_bersih>.Diakses tanggal 22 Maret 2011.
Breinkerhoff, D. W,. Goldsmith, M. D. Ongle., dan S. T. Walker. 1990. Institutional Sustainability : A Conceptual Framework. Praeger Publisher. New York.
Dasuki, R., A. Suhanda., dan Supangat. 1996. Pengelolaan dan Pemanfaatan Waduk Serbaguna IR. H. Juanda Jatiluhur. Perum Otorita Jatiluhur. Jatiluhur.
Hidayatullah., Gunawan., Kooswardhono Mudikdjo., dan Erliza N. 2005. Pengelolaan limbah cair usaha peternakan sapi perah melalui penerapan konsep produksi bersih. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8 : 124 – 136.
Krismono. 1996. Umbalan : Dampak dan Penanggulangannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Mandel, S., 1981. Groundwater Resources. Academic Press, Inc.. New York.
Nasution, Zahri. 2005. Analisis kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan perairan waduk. Jurnal Ekonomi Perikanan 6 : 1 - 12.
Nursanti, Ida. 2009. Keberadaan daerah aliran sungai Batanghari Jambi dan produktivitas lahan pertanian. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 9 : 1 – 8.
Sutawan, Nyoman. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pertanian Bekelanjutan. <http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/%287%29%20soca-sutawan sumberdaya %20air%281%29.pdf>. Diakses tanggal 22 Maret 2011.
LAMPIRAN
LOKASI SAMPELWARNA pH DHL BAHAN TERLARUT
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 1
Ulangan 2
Rerata
Ulangan 1
Ulangan 2 Rerata
Ulangan 1
Ulangan 2 Rerata
Selokan Mataram +++++ ++++ 7.4 7.4 7.4 0.23 0.2 0.215 0.0072 0.0138 0.0105Sungai Code ++ +++ 7.7 7.5 7.6 0.35 0.28 0.315 0.0082 0.0073 0.00775Sungai Gadjah Wong + - 7.1 - 7.1 0.36 - 0.36 0.0016 - 0.0016
1. Berat Cawan Kosong
- 106 = 32,7868
- 105 = 32,67
- 109 = 31,71
- 95 = 38,7016
- 101 = 37,4
2. Berat Setelah di oven
- 106 = 32,7884
- 105 = 32,6772
- 109 = 31,7173
- 95 = 38,7098
- 101 = 37,4138
3. Perhitungan
- Bahan Terlarut
Bahan Terlarut = Berat cawan terlarut – berat cawan kosong
1. Sungai Code
Ulangan 1 (95) = 38,7098 - 38,7016
= 0,0082 gram
Ulangan 2 (109) = 31,7173 - 31,171
= 0,0073gram
Rerata = (0,0082 + 0,0073)/2
= 0,00985 gram
2. Sungai Gajah Wong
Ulangan 1(106) = 32,7884 - 32,7868
= 0,0016 gram
3. Selokan Mataram
Ulangan 1 (105) = 32,6772 - 32,67
= 0,00721 gram
Ulangan 2 (101) = 37,4138 - 37,4
= 0,0138 gram
Rerata = [(-0,0072 + -0,0138)]/2
= 0,0105 gram
Dokumentasi