advokasi media.pdf

Download advokasi media.pdf

If you can't read please download the document

Upload: daeng-muhammad-feisal

Post on 29-Jun-2015

95 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

Uploaded from Google Docs

TRANSCRIPT

Bina Desa

Advokasi MediaAdvokasi Media Massa sebagai Strategi Perjuangan Rakyat Advokasi media adalah berkomunikasi melalui media massa untuk mempengaruhi pengambil kebijakan dalam menyusun peraturan dan undang-undang yang mempengaruhi kehidupan orang banyak, demikian ungkap Harry Surjadi, fasilitator pada Lokalatih Strategi Media dalam Rangka Kampanye Harga Pembelian Pemerintah atas Beras, 13-15 April 2009 di Jakarta. Kegiatan yang diikuti oleh 13 orang peserta dari beberapa LSM tersebut diselenggarakan oleh Field Antenna Jakarta-VECO Indonesia dan Sekretariat Bersama Indonesia Berseru (SBIB). Noviar Safari (Community Organizer di wilayah Sumedang) dan Ika N. Krishnayanti (Pondok Informasi Bina Desa/PIBD) berpartisipasi dalam lokalatih tersebut. Mengapa media massa? Sebagian besar pengambil keputusan terjangkau oleh media massa, karena media massa ada di mana-mana. Selain itu, media massa dapat membentuk agenda publik, menciptakan ketertarikan publik mengenai suatu isu, dan melalui pemaparan setiap hari, bisa mempengaruhi kepentingan isu tersebut, khususnya isu yang menyentuh kebutuhan dan kepedulian publik). Purnama Adil Marata (VECO Indonesia) menjelaskan empat strategi kerangka kerja Advokasi dan Kampanye, yaitu Strategi mobilisasi (untuk mendapat dukungan masyarakat berupa kegiatan inti dan pengembangan kapasitas), Strategi Aliansi (kerjasama dengan wartawan (media) seperti pembuatan laporan investigasi), Strategi Advokasi (bekerjasama dengan Litbang), dan Strategi media (membuat aksi teaterikal, membuat gambaran). Banyak hal penting yang kurang dipublikasikan dalam bentuk media, tambah Tejo Wahyu Jatmiko (SBIB). Pentingnya media sebagai salah satu alat atau strategi untuk melakukan perubahan harus dapat kita tangkap sebagai suatu peluang. Itulah yang menjadi tujuan dari lokalatih ini. Isu Pertanian Tidak Seksi bagi Media Pertanian saat ini muncul didominasi ke arah yang pragmatis, bukan pertanian secara holistik, ungkap Hermas Effendi Prabowo, narasumber dari Harian Kompas. Sehingga isu pertanian ini dianggap sudah tidak seksi lagi, oleh karena itu tidak diekspos lebih dalam. Misalnya, isu HPP (Harga Pembelian Pemerintah) untuk gabah. Seberapa potensial kenaikan HPP? Hal-hal seperti itu perlu diketahui oleh pelaku media. Jika kita tidak memiliki gagasan baru, maka pertanian akan berjalan stagnan. Umumnya, pertanian menjadi second issue bagi sebagian besar media atau lapis kedua (second liner). Sebagian besar isu pertanian merupakan pengulangan dari waktu sebelumnya. Oleh karena itu, LSM harus dapat mengangkat isu pertanian dalam bentuk yang lebih baru. Pertanian sebenarnya menjadi isu yang seksi namun saat ini hanya isu tentang pajak yang lebih diperhatikan. Sebaliknya, mengapa izin konversi lahan lebih mudah dibuat? Hal ini merupakan salah satu isu yang belum tersentuh. Setiap tahun HPP tidak memuaskan, malah berada di bawah inflasi, jelas Hermas. Padahal 19,1 juta rakyat miskin harus membeli beras. Apakah mereka mampu membeli beras seharga Rp 7000-9000/kg jika harga tersebut dinaikkan. Oleh karena itu, perlu ada kajian mendalam tentang hal ini. Saat ini negara kita masih bergantung pada industri pertanian, sehingga media perlu mengadvokasikan aspirasi ini kepada pemerintah dan masyarakat. Begitu pula LSM diharapkan selalu menginformasikan kondisi petani di daerah garapannya. Media adalah panggung demokrasi, siapapun berhak mempengaruhi media, baik wartawan atau masyarakat. Hal ini harus didukung dengan keterlibatan langsung para pembuat media di lapangan untuk mengerti benar tentang isu yang sedang mereka lancarkan. Contohnya isu desentralisasi pertanian. Studi kasus yang pernah dilakukan di Indramayu, menunjukkan kenaikan harga beras tidak berdampak langsung kepada petani. Petani berharap HPP bisa naik, namun ternyata jauh dari harapan. Bulog pun tidak dapat membeli beras langsung dari petani. Dari beberapa survey, isu pertanian kurang begitu diminati para pembaca, ujar Hermas. Namun bukan karena seksi atau tidaknya topik berita, isu pertanian bagaimanapun sebenarnya patut diangkat karena berpengaruh dengan kebutuhan dasar masyarakat. Karena berita yang diangkat media kadang efektif untuk mengadvokasi pemerintah. Caranya adalah dengan memanfaatkan suatu momentum. Selain itu, hal ini juga dapat mempertaruhkan bisnis media. Oleh karena itu, untuk mengadvokasi persoalan pertanian melalui media massa kita perlu mempelajari cara pandang kita terhadap media, sementara ruang publik yang sudah menjadi rebutan banyak pihak ini harus dapat kita raih. Kenali Sistem Kerja di Media Sistem Kerja Media yang perlu kita ketahui misalnya, tahapan manajemen isu (H-1) bisa berasal dari reporter atau rapat redaksi; reporter (biasanya pukul 07.00-deadline); rapat redaksi (13.00-15.00) membicarakan isu-isu yang akan digarap.http://www.binadesa.or.id Powered by Joomla! Generated: 19 December, 2010, 18:05

Bina Desa

Rapat redaksi ini menentukan berita yang layak terbit atau tidak, sementara reporter tidak punya hak atas berita yang sudah diliputnya, di sinilah wartawan diuji untuk mempertahankan isunya; Redaktur (15.00-20.00) berfungsi sebagai editor, melihat kelengkapan data, menerima laporan dari reporter; dan akhirnya media tersebut terbit. Berita-berita yang disajikan pun harus memenuhi kalayakan, seperti dalam hal magnitude (dampak berita) misalnya apakah isu HPP memiliki dampak besar. Fakta dampak isu tersebut terlihat pada masyarakat; kredibilitas narasumber; dan newspeg (momentum). Momentum HPP beras misalnya, akan menjadi seksi pada saat musim panen karena kewajiban Bulog adalah menyerap beras petani dan memastikan cadangan beras nasional. Isu ekspor beras bisa dihubungkan dengan politik menjelang Pemilu (klaim keberhasilan partai) yang akan dibebaskan untuk swasta sehingga isu ini dapat dijadikan sebagai pintu masuk untuk pemberitaan, serta mendapat tempat di media selain isu pemilu dan quickcount. Selain itu, isu menarik lainnya adalah fakta aktivitas penyerapan beras petani di lapangan biasanya dikuasai pedagang, pemantauan penggunaan stimulus fiskal di bidang pertanian sebagian besar untuk pengusaha, pertanian hampir tidak ada, janji-janji pemerintah terkait reforma agraria di bidang pertanian pun tidak ada yang jalan, Deptan sudah menyiapkan empat skema, sementara BPN masih belum bergerak banyak sehingga HPP sama sekali tidak membantu petani yang memiliki lahan sempit. Kalangan LSM sebaiknya juga mengenali bidang-bidang wartawan yang sesuai untuk diundang dalam konfrensi pers. Dengan begitu, informasi yang diharapkan oleh sumber untuk diliput oleh wartawan, akan sampai ke tangan yang tepat dan sesuai harapan. Saat ini media cetak sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat, sedangkan wires (online media) sekarang yang unggul sebagai pilihan masyarakat karena kecepatannya memperbaharui berita terus-menerus. Wartawan ekonomi biasanya menghendaki semua hal terukur dalam angka, wartawan politik menginginkan statement (pernyataan) bagus dari narasumber. LSM juga perlu mengenali asal wartawan, seperti wartawan media cetak (bersifat mendalam), wires (mengandalkan kecepatan), TV (berkekuatan visual), dan sebagainya. Rahasia agar Berita Diliput Wartawan Bagaimana supaya isu HPP dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga aktual dan dapat masuk ke media? lontar Ewo Raswa (Kontan). Bagaimana media mencoba untuk meyakinkan publik atas beritaberita yang ditawarkan, menyangkut kredibilitas media. Menurutnya, LSM harus dapat meyakinkan media lokal dan pemerintah lokal. Karakter kebanyakan media pragmatis, padahal kebanyakan LSM mengusung isu yang tidak membumi, walau isu yang diusungnya itu berita besar namun kurang paham bagaimana mengkerucutkan pesan tersebut, seringkali tidak memberikan data lengkap dalam press kit atau siaran pers, mengambil waktu konferensi pers yang tidak tepat, atau ditolak rapat redaksi karena beritanya bersaing dengan berita lain. Itulah mengapa perebutan ruang publik menjadi penting dalam mengadvokasi suatu isu. Media massa merupakan alat untuk mempengaruhi perubahan kesadaran di tingkat masyarakat. Oleh sebab itu, kita perlu mengetahui kiat-kiat agar berita kita diliput oleh wartawan. Di antaranya: Carilah wartawan yang sesuai dengan isu yang akan dikampanyekan (politik atau ekonomi). LSM perlu mengenal media (editor, jurnalis, pemiliknya/pimpinan redaksinya), bagaimana proses produksi berita, prinsip-prinsip kerja media, mendata media yang ingin diajak bekerjasama. Mengenal media penting ketika kita harus mengidentifikasi pembacanya. Selain itu, kita harus mengenal wartawannya dan kebijakan media. Sediakan narasumber yang kredibel, kalau bisa bersama LSM atau tokoh yang sudah dikenal luas oleh khalayak Buatlah kampanye yang kongkrit, tidak terlalu futuristik atau berupa wacana. Siapkan seminar/press kit yang dilengkapai data kongkrit Carilah waktu konferensi pers yang sesuai dengan kebutuhan media, newspeg dan isu yang sedang berkembang. Sebaiknya undanglah media pada saat menjelang siang, jangan terlalu pagi atau malam. Wartawan biasanya melakukan listing dari wartawan lainnya, yaitu mendengarkan berita apa yang sudah disampaikan dari sumber berita Usahakan berita muncul pada hari senin (mengadakan konfrensi pers), karena nantinya berita tersebut dapat diolah lebih matang. Ramulah berita dengan faktual dan aktual. Tugas wartawan adalah memastikan fakta tersebut adalah kebenaran, sementara tugas LSM membantu memberikan kemudahan kepada wartawan untuk mencapai kebenaran fakta tersebut. Cara memperoleh kebenaran adalah dengan bertanya (cover bothside) pada banyak narasumber, referensi, wawancara, pengamatan (observasi) di lapangan. Biasanya wartawan nasional lebih suka mencari berita langsung dari petani (tangan pertama) daripada melalui LSM, karena khawatir terjadi distorsi. Kemaslah berita secara baru (up to date).

http://www.binadesa.or.id

Powered by Joomla!

Generated: 19 December, 2010, 18:05