afasia

15
AFASIA Afasia adalah gangguan bahasa yang multimodalitas, artinya tidak mampu berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Tergantung dari jenis afasianya, ketidakmampuan dalam modalitas tersebut tidak merata tetapi salah satu lebih menonjol dari yang lain. Defek dasar pada afasia adalah pada pemrosesan bahasa ditingkat integratif yang lebih tinggi. Klasifikasi afasia Dasar untuk mengklasifikasikan afasia beragam, diantaranya ada yang mendasarkan pada : 1. Manifestasi klinik 2. Distribusi anatomi pada lesi yang bertanggung jawab bagi defek 3. Gabungan pendekatan 1 dan 2 Pada klasifikasi yang berdasarkan manifestasi klinik ada yang membagi atas dasar lancarnya berbicara. Pada klasifikasi ini didapatkan afasia yang berbentuk : 1. Lancar 2. Tidak lancar

Upload: indira-harini

Post on 27-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: AFASIA

AFASIA

Afasia adalah gangguan bahasa yang multimodalitas, artinya tidak mampu

berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Tergantung dari jenis afasianya,

ketidakmampuan dalam modalitas tersebut tidak merata tetapi salah satu lebih

menonjol dari yang lain. Defek dasar pada afasia adalah pada pemrosesan bahasa

ditingkat integratif yang lebih tinggi.

Klasifikasi afasia

Dasar untuk mengklasifikasikan afasia beragam, diantaranya ada yang

mendasarkan pada :

1. Manifestasi klinik

2. Distribusi anatomi pada lesi yang bertanggung jawab bagi defek

3. Gabungan pendekatan 1 dan 2

Pada klasifikasi yang berdasarkan manifestasi klinik ada yang membagi

atas dasar lancarnya berbicara. Pada klasifikasi ini didapatkan afasia yang

berbentuk :

1. Lancar

2. Tidak lancar

Pada klasifikasi afasia yang berpedomam pada lesi anatomik, afasia

dibedakan atas :

1. Sindrom afasia peri-silvian:

- Afasia Broca (ekspresif)

- Afasia Wernicke (reseptif)

- Afasia konduksi

2. Sindrom afasia daerah perbatasan (border zone):

- Afasia transkortikal motorik

Page 2: AFASIA

- Afasia transkortikal sensorik

- Afasia transkortikal campuran

3. Sindrom afasia subkortikal:

- Afasia talamik

- Afasia striatal

4. Sindrom afasia non-lokalisasi:

- Afasia anomik

- Afasia global

5. Selain itu, ada klasifikasi yang merujuk pada linguistik, dalam hal ini

afasia dapat dibedakan:

- Afasia sintaktik

- Afasia semantik

- Afasia pragmatik

- Afasia jargon

- Afasia global

AFASIA YANG LANCAR

Pada afasia yang lancar didapatkan bicara yang lancar, artikulasi baik,

irama dan prosodi yang baik, namun sering isi bicara tidak bermakna dan tanpa isi

(kalimat yang diucapkan tidak tahu kita maksud dan maknanya). Kata-kata yang

digunakan sering salah dan sering didapatkan parafasia.

Seorang afasia lancar mungkin mengatakan (dengan lancar): ”rokok

tembakau beli kemana situ tadi gimana dia”. Pada keadaaan lain, orang tersebut

banyak menggunakan kata-kata yang ”abnormal” (parafasia, neologisme).

Misalnya, untuk mengatakan kalimat: ”saya datang pakai mobil” mungkin

penderita afasia lancar mengatakan :

”Saya dabang pkaian gobil”, atau

”Daya tabang pagai tobilan”, atau

”Paya tandi pakai miban”, atau

Page 3: AFASIA

”Saya dabang pakai kuda”

Menggantikan kata mobil dengan kuda disebut parafasia semantik atau

parafasia verbal. Menggunakan kata gobil sebagai pengganti kata mobil disebut

parafasia fonemik atau parafasia ucapan. Bentuk parafasia yang menggunakan

kata yang sama sekali asing, misalnya miban, tandi, disebut neologisme

Afasia yang lancar (fluent) mencakup :

1. Afasia reseptif (Wernicke)

2. Afasia konduksi

3. Afasia amnestik (anomik)

4. Afasia transkortikal

Afasia Wernicke/afasia sensoris/afasia reseptif/afasia akustis.

Pada kelainan ini pemahaman bahasa terganggu. Di klinik, pasien afasia

Wernicke ditandai oleh ketidakmampuan memahami bahasa lisan,dan tulisan dan

bila ia menjawab iapun tidak mampu mengatahahui apakah jawabannya salah,

menulis secara motorik terpelihara, namun isi tulisan tak menentu. Ia tidak

mampu memahami kata yang diucapkannya, dan tidak mampu mengetahui kata

yang diucapkannya, apakah benar atau salah. Maka terjadilah kalimat yang isinya

kosong, berisi parafasia, dan neologisme. Misalnya menjawab pertanyaan :

Bagaimana keadaan ibu sekarang? Pasien mungkin menjawab :”Anal saya lalu

sana sakit tanding tak berabir”. Pengulangan (repetisi) terganggu berat. Menamai

(naming) umumnya parafasik. membaca dan menulis juga terganggu.

Gambaran klinik afasia Wernicke:

- Keluaran afasik yang lancar

- Panjang kalimat normal

- Artikulasi baik

- Prosodi baik

- Anomia (tinak dapat menamai)

- Parafasia fonemik dan semantik

Page 4: AFASIA

- Komprehensif auditif dan membaca buruk

- Repetisi terganggu

- Menulis lancar tapi isinya ”kosong”

Penderita afasia Wernicke ada yang menderita hemiparese, ada pula yang

tidak. Penderita yang tanpa hemiparese, karena kelalaiannya hanya atau terutama

pada berbahasa, yaitu bicara yang kacau disertai banyak parafasia, dan

neologisme, bisa disangka menderita psikosis

Lesi yang menyebabkan afasia Wernicke terletak di daerah bahasa bagian

posterior. Semakin dekat defek dalam komprehensi auditif, semakin besar

kemungkinan lesi mencakup bagian posterior dari girus temporal superior. Bila

pemahaman kata tunggal terpelihara, namun kata kompleks terganggu, lesi

cenderung mengenai daerah lobus parietal, ketimbang lobus temporal superior.

Afasia jenis Wernicke dapat juga dijumpai pada lesi subkortikal yang merusak

isthmus temporal memblokir signal aferen inferior ke korteks temporal

Pada penderita dengan defisit komprehensi yang berat, prognosis

penyembuhannya buruk, walaupun diberikan terapi bicara yang intensif.

Afasia konduksia/afasia aferen motoris/afasia sentral

Merupakan gangguan berbahasa yang lancar (fluent) yang ditandai oleh

gangguan yang berat pada repetisi, kesulitan dalam membaca kuat-kuat (namun

pemahaman dalam membaca baik), gangguan dalam menulis, parafasia yang jelas,

namun umumnya pemahaman bahasa lisan terpelihara. Anomianya berat

Terputusnya hubungan antara area Wernicke dan Broca diduga

menyebabkan manifestasi klinik kelainan ini. Terlibatnya girus supra-marginal

diimplikasikan pada beberapa pasien. sering lesi ada di massa alba subkortikal –

dalam di korteks parietal inferior, dan mengenai fasikulus arkuatus yang

menghubungkan korteks temporal dan frontal.

Page 5: AFASIA

Afasia anomika/fasia nominal

Adalah pasien afasia yang defek berbahasanya berupa kesulitan dalam

menemukan kata dan tidak mampu menamai benda yang dihadapkan kepadanya.

Berbicara spontan biasanya lancar dan kaya dengan gramatika, namun sering

tertegun mencari kata tedapat parafasia mengenai nama objek

Gambaran kliniknya:

- Kleuaran lancar

- Komprehensi baik

- repetisi baik

- Gangguan (defisit) dalam menemukan kata

Banyak tempat lesi di hemisfer dominan yang dapat menyebabkan afasia

anomik, dengan demikian lokalisasi jenis afasia ini terbatas. Anomia dapat

demikian ringannya sehingga hampir tidak terdeteksi pada percakapan biasa atau

dapat pula demikian beratnya sehingga keluaran spontan tidak lancar dan isinya

kosong. Prognosis untuk penyembuhan bergantung pada beratnya defek inisial.

Karena output bahasa relatif terpelihara han komprehensi lumayan utuh, pasien

demikian dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik daripada jenis afasia lain

yang lebih berat

Afasia dapat juga terjadi oleh lesi subkortikal, bukan oleh lesi kortikal

saja. Lesi talamus, putamen-kaudatus, atau di kapsula interna, misalnya oleh

perdarahan atau infark, dapat menyebabkan afasia anomik. Mekanisme terjadinya

afasia dalam hal ini belum jelas, mungkin antara lain oleh berubahnya input ke

serta fungsi korteks di sekitarnya.

Afasia transkortikal

Ditandai oleh repetisi bahasa lisan yang baik (terpelihara), namun fungsi

bahasa yang lainnya terganggu. Ada pasien yang mengalami kesulitan dalam

memproduksi bahasa, namun komprehensinya lumayan.

Page 6: AFASIA

Ada pula pasien yang produksi bahasanya lancar, namun komprehensinya

buruk. Pasien dengan afasia motorik transkortikal mampu mengulang (repetisi),

memahami dan membaca, namun dalam bicara-spontan terbatas, seperti pasien

dengan afasia Broca. Sebaliknya pasien afasia sensorik transkortikal dapat

mengulang dengan baik, namun tidak memahami apa yang didengarnya atau yang

diulanginya. Bicara spontannya dan memahami lancar, tetapi parafasik seperti

afasia Wernicke. Sesekali ada pasien yang menderita kombinasi dari afasia

transkortikal motorik dan sensorik. Pasien ini mampu mengulangi kalimat

panjang, juga bahasa asing dengn tepat. Mudah mencentuskan repetisi pada pasien

ini, dan mereka cenderung menjadi ekholalia (mengulang apa yang didengarnya)

Gambaran klinik afasia sensorik transkortikal:

- Keluaran (output) lancar (fluent)

- Pemahaman buruk

- repetisi baik

- Ekholalia

- Komprehensi auditif dan membaca terganggu

- Defisit motorik dan sensorik jarang dijumpai

- Didapatkan defisit lapangan pandang di sebelah kanan

Gambaran klinik afasia motorik transkortikal:

- Keluaran tidak lancar (nonfluent)

- Pemahaman (komprehensi) baik

- Repetisi baik

- Inisiasi output terlambat

- Ungkapan-ungkapan singkat

- Parafasia semantik

- Ekholalia

Gambaran klinik afasia transkortikal campuran:

- Tidak lancar (nonfluent)

Page 7: AFASIA

- Komprehensi buruk

- Repetisi baik

- Ekholalia mencolok

Afasia transkortikal disebabkan lesi yang luas, berupa infark berbentuk

bulan sabit, di dalam zona perbatasan antara pembuluh darah serebral mayor

(misalnya di lobus frontal antara daerah arteri serebri anterior dan media). Afasia

transkortikal motorik terlihat pada lesi di perbatasan anerior yang menyerupai

huruf C terbalik. Lesi ini tidak mengenai atau tidak melibatkan korteks temporal

superior dan frontal inferior (area 22 dan 44 dan lingkungan sekitar) dan korteks

peri sylvian parietal. Korteks peri sylvian yang utuh ini dibutuhkan untuk

kemampuan mengulang yang baik

Penyebab afasia transkortikal yang paling sering ialah:

- Anoksia sekunder terhadap sirkulasi darah yang menurun, seperti yang

jumpai pada henti jantung (cardiac arrest)

- Oklusi atau stenosis berat arteri karotis

- Anoksia oleh keracunan CO

- Demensia

AFASIA TIDAK LANCAR

Pada afasi tidak lancar (non-fluent) output (keluaran) bicara terbatas,

sering disertai artikulasi yang buruk, bicara dalam bentuk sederhana, bicara

singkat berbentuk gaya telegram.

Seorang afasia non-fluent mungkin akan mengatakan (dengan tidak lancar,

dan tertegun-tegun): “mana…rokok…beli”

Gambaran kliniknya:

- Pasien tampak sulit memulai bicara

- Panjang kalimat berkurang (5 kata atau kurang per kalimat)

Page 8: AFASIA

- Gramatika bahasa berkurang, kurang kompleks

- Artikulasi umumnya terganggu

- Irama kalimat dan irama bicara terganggu

- Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan memahami kalimat

yang sintaksisnya kompleks)

- Pengulangan (repetisi) buruk

- Kemampuan menamai, menyebut nama benda buruk

- Terdapat kesalahan paraafasia

Afasia yang tidak lancar mencakup:

1. Afasia ekspresif

2. Afasia global

Afasia Broca/afasia ekspresif

Bentuk afasia ini ditandai dengan bicara yang tidak lancar, dan disartria,

serta tampak melakukan upaya bila berbicara. Pasien sering atau paling banyak

mengucapkan kata benda dan kata kerja. Bicaranya bergaya telegram atau tanpa

tata-bahasa (tanpa grammar). Contohnya: “Saya…sembuh…rumah…kontrol…

ya…kon…trol.”Periksa…lagi…makan…banyak.”

Mengulang (repetisi) dan membaca kuat-kuat sama terganggunya seperti

berbicara spontan. Pemahaman auditif dari pemahaman membaca tampak tidak

terganggu, namun pemahaman kalimat dengan tatabahasa yang kompleks sering

terganggu (misalnya memahami kalimat: “Seandainya anda berupaya untuk tidak

gagal, bagaimana rencana anda untuk maksud ini”).

Ciri klinik afasia Broca:

- Bicara tidak lancar

- Tampak sulit memulai bicara

- Kalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat)

Page 9: AFASIA

- Pengulangan (repetisi) buruk

- Kemampuan menamai buruk

- Kesalahan parafasia

- Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan memahami kalimat

yang sintaktis kompleks)

- Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks

- Irama kalimat dan irama bicara terganggu

Menamai (naming) dapat menunjukkan jawaban yang parafasik. Lesi yang

menyebabkan afasia Broca mencakup daerah Brodman 44 dan sekitarnya. Lesi

yang mengakibatkan afasia Broca biasanya melibatkan operkulum frontal (area

Brodman 45 dan 44) dan massa alba frontal dalam (tidak melibatkan korteks

motorik bawah dan massa alba preventrikular tengah). Selain itu, ada pasien

dengan lesi dikorteks peri-rolandik, terutama daerah Brodman 4; ada pula yang

terganggu di daerah peri-rolandik dengan kerusakan massa alba yang ekstensif.

Ada pakar yang menyatakan bahwa bila kerusakan terjadi hanya di area

Broca di korteks, tanpa melibatkan jaringan sekitarnya, mkaa tidak akan terjadi

afasia.

Penderita afasia Broca sering mengalami perubahan emosional seperti

frustasi dan depresi. Apakah hal ini disebabkan oleh gangguan berbahasanya atau

merupakan gejala yang menyertai lesi di lobus frontal kiri belum dipastikan.

Pemulihan terhadap berbahasa (prognosis) umumnya lebih baik daripada

afasia global. Karena relatif baik, pasien dapat lebih baik beradaptasi dengan

keadaannya.

Afasia global

Bentuk afasia yang paling berat. Keadaan ini ditandai oleh tidak adanya

lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa patah kata yang

diucapkan secara stereotip (itu-itu saja, berulang), misalnya: “iiya, iiya, iiya”,

Page 10: AFASIA

atau: “baaah, baaah, baaah”, atau: “amaaang, amaaaaang, amaaaang:.

Komprehensi menghilang atau sangat terbatas, misalnya hanya mengenal

namanya saja atau satu atau dua patah kata. Repetisi (mengulang) juga sama berat

gangguannya seperti bicara spontan. Membaca dan menulis juga terganggu berat.

Afasia global dosebabkan oleh lesi yang merusak sebagian besar atau

semua daerah bahasa, Penyebab lesi yang paling sering adalah oklusi arteri karotis

interna atau arteri serebri media pada pangkalnya. Kemungkinan pulih ialah

buruk. Afasia global hampir selalu disertai hemiparese atau hemiplegia yang

menyebabkan invaliditas kronis yang parah.

Page 11: AFASIA