agama

15
QS.AN NAHL 60-65 Ayat ke 60 ( ُ م يِ كَ حْ ل اُ ز يِ زَ عْ ل اَ وُ هَ ى وَ لْ عَ ْ الُ لَ ثَ مْ ل اِ َ $ ِ َ وِ ءْ وَ $ س ل اُ لَ ثَ مِ * ةَ زِ خَ - ْ الِ / بَ 1 ونُ نِ مْ ُ يَ لَ 1 ن يِ ذَ $ لِ ل60 ) Artinya: Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi. Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (16: 60) Setelah menjelaskan akidah khurafat orang-orang Musyrik dalam ayat sebelumnya, ayat ke-60 surat an-Nahl ini menyebutkan, "Sumber semua keburukan dalam kepercayaan dan perbuatan akibat dari menjauhi keimanan dan hari akhirat. Tidak ada manusia yang beriman akan membolehkan dirinya menilai makhluk Allah sebagai sumber kehinaan dan juga tidak akan berani merampas kehidupannya. Karena kehidupan merupakan anugerah ilahi. Sementara segala sifat kebaikan itu berasal dari Allah. Setiap mukmin dalam segala urusannya selalu berniat untuk mendekatkan dirinya dengan sifat- sifat baik Allah dan mengembangkannya dalam dirinya. Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik: 1. Syirik dan kufur sumber segala keburukan, sementara keimanan dan keikhlasan menjadi sumber segala kebaikan. 2. Kemuliaan, kekuatan dan segala kesempurnaan hanya bagi Allah semata dan manusia untuk sampai pada kesempurnaan harus memiliki sifat-sifat Allah.

Upload: khusnul

Post on 11-Jul-2016

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pai

TRANSCRIPT

QS.AN NAHL 60-65

Ayat ke 60

 

الحكيم ) العزيز وهو األعلى المثل ه ولل وء الس مثل باآلخرة يؤمنون ال ذين (60لل

 

Artinya:

Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi. Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (16: 60)

 

Setelah menjelaskan akidah khurafat orang-orang Musyrik dalam ayat sebelumnya, ayat ke-60 surat an-Nahl ini menyebutkan, "Sumber semua keburukan dalam kepercayaan dan perbuatan akibat dari menjauhi keimanan dan hari akhirat. Tidak ada manusia yang beriman akan membolehkan dirinya menilai makhluk Allah sebagai sumber kehinaan dan juga tidak akan berani merampas kehidupannya. Karena kehidupan merupakan anugerah ilahi. Sementara segala sifat kebaikan itu berasal dari Allah. Setiap mukmin dalam segala urusannya selalu berniat untuk mendekatkan dirinya dengan sifat-sifat baik Allah dan mengembangkannya dalam dirinya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1. Syirik dan kufur sumber segala keburukan, sementara keimanan dan keikhlasan menjadi sumber segala kebaikan.

2. Kemuliaan, kekuatan dan segala kesempurnaan hanya bagi Allah semata dan manusia untuk sampai pada kesempurnaan harus memiliki sifat-sifat Allah.

 

Ayat ke 61

 

أجلهم جاء فإذا مسمى أجل إلى يؤخرهم ولكن ة داب من عليها ترك ما بظلمهم اس الن ه الل يؤاخذ ولويستقدمون ) وال ساعة يستأخرون (61ال

 

Artinya:

Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (16: 61)

 

Ayat ini menjelaskan mengenai dua kaidah universal mengenai sunnah ilahi. Ayat 61 ini menyebutkan, "Pemberian waktu kepada manusia pendosa merupakan sunnah ilahi. Karena bila Allah berkehendak untuk membalas langsung setiap dosa yang dilakukan manusia, niscaya tidak akan ada satu manusia pun yang hidup di muka bumi dan kehidupan manusia bakal musnah. Oleh karenanya, kesempatan yang diberikan ini bagi sebagian orang di dunia dan sebagian lainnya di akhirat."

 

Sunnah ilahi lainnya, Allah memberikan kesempatan kepada manusia pada waktu yang telah ditentukan. Saat tiba waktunya diturunkan azab atau tiba ajalnya, hal ini tidak akan dimajukan atau dimundurkan dan tidak ada yang mampu menghalangi kehendak Allah.

 

Ayat ini juga menjelaskan peran dosa yang merusak dan menyebutkan, "Dosa tidak saja membinasakan manusia, tapi juga mengancam seluruh makhluk hidup. Ini merupakan tanda bahaya dari manusia kepada seluruh makhluk hidup.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1. Setiap dosa atau kezaliman kepada diri sendiri atau orang lain akan menjadi sumber kebinasaan manusia sesuai dengan sunnah ilahi, sekalipun ditangguhkan terjadinya kecuali ia bertaubat dan menebus masa lalunya.

2. Kesempatan yang diberikan Allah kepada orang-orang zalim dan pendosa bukan berarti Allah lalai akan hal tersebut. Karena siksa Allah akan diturunkan pada waktunya. )IRIB Indonesia(

Ayat ke 62

 

هم وأن ار الن لهم أن جرم ال الحسنى لهم أن الكذب ألسنتهم وتصف يكرهون ما ه لل ويجعلون(62مفرطون )

 

Artinya:

Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan. Yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan )ke dalamnya(. )16:62(

 

 

Sebelumnya kita telah menyimak bagaimana orang-orang Musyrik berdasarkan pemikiran dan akidah khurafat dan menyeleweng menilai anak-anak perempuan sebagai sumber kehinaan, sementara pada saat yang sama mereka menganggap para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan menisbatkannya kepada Allah. Ayat yang baru saja kita baca ini mengatakan, "Bagaimana mungkin mereka menisbatkan kebohongan besar ini kepada Allah dan menilai dirinya sebagai yang terbaik di bandingkan lainnya?

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1. Apa saja yang tidak kita terima, jangan dinisbatkan kepada orang lain, apa lagi disandarkan kepada Allah Sang Pencipta.

2. Jangan sampai menilai diri sendiri lebih dibandingkan yang lain dan jangan membayangkan bahwa nasib baik itu milik kita.

 

Ayat ke 63

 

أليم ) عذاب ولهم اليوم هم ولي فهو أعمالهم يطان الش لهم ن فزي قبلك من أمم إلى أرسلنا لقد ه تالل63)

 

Artinya:

Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tapi setan menjadikan umat-umat ini memandang baik perbuatan mereka (yang buruk),

maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. (16: 63)

 

Perilaku orang-orang Musyrik terhadap Nabi Muhammad Saw sangat buruk dan tidak dapat diterima, sementara pada saat yang sama seruan Rasulullah Saw agar mereka memeluk Islam tidak dipedulikan. Kenyataan ini sangat menyiksa Rasulullah Saw. Ayat ini diturunkan untuk menghibur beliau dan mengatakan, "Sepanjang sejarah memang demikian dan semua para nabi menghadapi hal yang sama. Oleh karenanya, jangan memikirkan sikap mereka itu."

 

Tentu saja ayat ini juga mengisyaratkan akan bahaya yang selalu mengancam manusia. Disebutkannya, "Setan menjadikan perbuatan-perbuatan buruk menjadi indah agar orang-orang melakukannya dan tidak akan meninggalkannya dengan mudah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1. Pengutusan para nabi kepada berbagai umat merupakan sunnah ilahi sepanjang masa.

2. Cara setan untuk mempengaruhi manusia dengan memutarbalikkan hal yang buruk terlihat indah dan membernarkan hal-hal yang buruk.

 

Ayat ke 64

 

يؤمنون ) لقوم ورحمة وهدى فيه اختلفوا ذي ال لهم ن لتبي إال الكتاب عليك أنزلنا (64وما

 

Artinya:

Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (16: 64)

 

Ayat ini memperkenalkan al-Quran sebagai kitab hidayah. Sebuah kitab yang dipersiapkan untuk menuntun manusia menuju kebahagiaan dan menyelamatkan mereka. Dengan al-Quran manusia dapat meraih rahmat ilahi.

 

Jelas, konsekwensi dari hidayah adalah menunjukkan jalah kebenaran dari kebatilan, memilah ciri-ciri keduanya dan menjelaskan nasib orang yang menjalani jalan ini. Bila masyarakat mampu mengenal kebenaran dan kebatilan berdasarkan al-Quran, niscaya sampai pada sumber hidayah dan menjadi orang-orang yang beriman.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tolok ukur kebenaran dan kebatilan dalam bingkai teori adalah al-Quran dan kewajiban nabi adalah menjelaskan masalah ini berdasarkan al-Quran.

2. Syarat untuk mendapatkan rahmat ilahi adalah menerima hidayah-Nya. Sementara siapa yang tidak menerima hidayah-Nya, bagaimana berharap mendapatkan rahmat-Nya?

 

Ayat ke 65

 

يسمعون ) لقوم آلية ذلك في إن موتها بعد األرض به فأحيا ماء ماء الس من أنزل ه (65والل

 

Artinya:

Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya para yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). (16: 65)

 

Menyusul ayat sebelumnya yang membicarakan mengenai hidayah manusia lewat diturunkannya kitab dari langit, ayat ini menyebutkan, "Allah menghidupkan tanah yang mati dengan menurunkan hujan. Benar, diturunkannya al-Quran diserupakan dengan turunnya hujan sebagai sumber kehidupan dan penyelamat manusia. Tentu saja bagi orang-orang yang mendengarkan ayat-ayat ilahi dan bertadabbur serta mengamalkan pesan-pesan al-Quran dalam kehidupannya."

 

Tibanya musim semi merupakan satu dari tanda-tanda kebesaran Allah. Karena pohon dan tumbuh-tumbuhan menemukan kembali kehidupannya yang baru dan tanah yang mati kembali subur. Di Hari Kiamat manusia yang mati bakal dibangkitkan dengan kehendak Allah dan menemukan kembali kehidupannya yang baru.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kehidupan manusia dan semua makhluk hidup merupakan nikmat ilahi paling besar. Turunnya hujan dan fenomena alam lainnya terjadi akibat kehendak Allah.

2. Membaca dan mendengarkan ayat-ayat al-Quran dapat menghidupkan hati dan jiwa manusia dan menyampaikannya pada sebuah pengetahuan dan pengenalan kepada Allah. )IRIB Indonesia(

Surat Ibrahim AYAT 31-34 : Perintah Allah untuk mendirikan shalat dan menginfakkan harta, bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan beberapa nikmat Allah yang dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya

بيع ال يوم يأتي أن قبل من وعالنية ا سر رزقناهم مما وينفقوا الصالة يقيموا آمنوا ذين ال لعبادي قلخالل ) وال مرات( ٣١فيه الث من به فأخرج ماء ماء الس من وأنزل واألرض ماوات الس خلق ذي ال ه الل

األنهار ) لكم وسخر بأمره البحر في لتجري الفلك لكم وسخر لكم مس( ٣٢رزقا الش لكم وسخر هار ) والن يل الل لكم وسخر دائبين ال( ٣٣والقمر ه الل نعمة تعدوا وإن سألتموه ما كل من وآتاكم

كفار لظلوم اإلنسان إن (٣٤ )              تحصوها

Terjemah Surat Ibrahim Ayat 31-34

31. Katakanlah )Muhammad( kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman[23], “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menginfakkan[24] sebagian rezeki yang Kami berikan secara sembunyi atau terang-terangan sebelum datang hari, ketika tidak ada lagi jual beli dan persahabatan[25].

32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi[26] dan menurunkan air )hujan( dari langit, kemudian dengan )air hujan( itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan[27] dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu[28].

33. Dan Dia telah menundukkan )pula( matahari dan bulan bagimu yang terus menerus beredar )dalam orbitnya([29]; dan telah menundukkan malam[30] dan siang[31] bagimu.

34. Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya[32]. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu[33] sangat zalim[34] dan sangat mengingkari )nikmat Allah([35].

[1] Setelah disebutkan balasan terhadap orang-orang zalim, maka disebutkan balasan orang-orang yang taat.

[2] Yakni menegakkan agamanya dengan mengamalkannya, baik yang terkait dengan perkataan, perbuatan maupun keyakinan.

[3] Di dalamnya terdapat kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terlintas di hati manusia.

[4] Baik dari Allah maupun dari para malaikat dan antara sesama mereka.

[5] Artinya: selamat dari segala bencana.

[6] Termasuk dalam kalimat yang baik adalah kalimat tauhid, semua ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid adalah kalimat laa ilaa ha illallaah.

[7] Misalnya pohon kurma.

[8] Demikian pula kalimat tauhid atau keimanan yang menancap di hati seorang mukmin, sedangkan cabangnya yang berupa ucapan yang baik, amal yang saleh, akhlak yang terpuji dan adab yang baik akan naik ke langit dan memperoleh keberkahan serta pahala di setiap waktu, bermanfaat bagi pelakunya maupun orang lain.

[9] Sehingga mereka pun beriman. Allah Subhaanahu wa Ta'aala sering membuat perumpamaan, karena perumpamaan dapat memahamkan maksud lagi dapat meresap di hati pendengarnya daripada contoh yang nyata. Hal ini termasuk rahmat-Nya dan bagusnya pengajaran-Nya.

[10] Yaitu kalimat kalimat kufur dan cabang-cabangnya.

[11] Misalnya pohon hanzhalah )sejenis labu( yang pahit rasanya.

[12] Demikian pula kalimat kufur dan maksiat itu, tidak kokoh, tidak bercabang ke atas dan tidak berkah. Pelakunya tidak mendapatkan manfaat darinya, bahkan mendapatkan bahaya, amalnya tidak naik kepada Allah, tidak memberi manfaat bagi pelakunya apalagi orang lain.

[13] Nasa'i meriwayatkan dengan sanadnya dari Khaitsamah dari Al Barra’ tentang ayat, “Yutsabbitullahulladziina aamanuu…dst.” Ia berkata, “Turun tentang azab kubur.” Ia juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’ad bin ‘Ubaid dari Al Barra’ dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang ayat, “Yutsabbitullahulladziina aamanuu…dst.” Beliau bersabda, “Turun tentang azab kubur. Dikatakan kepada )penghuni( kubur, “Siapa Tuhanmu?” Ia menjawab, “Allah Tuhanku dan agamaku adalah agama Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.” Itulah maksud firman Allah Ta’ala, ““Yutsabbitullahulladziina aamanuu…dst.” )Diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah dengan sanad yang kedua, dan diriwayatkan pula oleh Bukhari dan Muslim(.

[14] Yang dimaksud ucapan yang teguh di sini ialah kalimat yang baik yang disebutkan dalam ayat 24 di atas, yakni kalimat tauhid.

[15] Yaitu ketika datang fitnah syubhat dengan ditunjukkan kepada keyakinan, ketika datang fitnah syahwat dengan ditunjukkan kepada tekad yang kuat; mendahulukan apa yang dicintai Allah daripada menuruti hawa nafsunya.

[16] Yaitu ketika maut menjemput dengan istiqamah di atas Islam, diberi husnul khatimah, dan mampu menjawab dengan benar pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir tentang Tuhannya, agamanya dan nabinya.

[17] Sehingga tidak mampu menjawab pertanyaan itu, bahkan berkata, “Ee..,ee..,ee…, saya tidak tahu.” Sebagaimana disebutkan dalam hadits. Dalam ayat di atas terdapat dalil adanya fitnah kubur, nikmat kubur dan azab kubur.

[18] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan keadaan orang-orang yang mendustakan Rasul-Nya, seperti halnya orang-orang kafir Quraisy, demikian pula menerangkan akhir yang akan mereka peroleh.

[19] Yang dimaksud dengan nikmat Allah di sini adalah diutus-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam kepada mereka yang mengajak kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat, namun mereka malah membalas nikmat itu dengan sikap kufur dan mendustakan. Tidak hanya itu, mereka juga menghalangi orang lain dari jalan Allah dan mengarahkan orang lain masuk ke lembah kebinasaan.

[20] Dengan menyesatkan mereka. Termasuk dalam hal ini adalah ketika mereka membujuk kaumnya untuk berangkat ke Badar melakukan peperangan dengan kaum mukmin, akhirnya mereka dan kaumnya tewas dan jatuh ke dalam lembah kebinasaan. Di dunia mereka dikalahkan, dan di akhirat dimasukkan ke dalam Jahannam. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang terjatuh dari tangga lalu tertiban olehnya.

[21] Panasnya mengelilingi mereka dari segenap penjuru.

[22] Dikarenakan mereka mengadakan tandingan bagi Allah dan mengajak manusia untuk menyembah selain-Nya.

[23] Memerintahkan sesuatu yang di sana terdapat hal yang dapat memperbaiki keadaan mereka.

[24] Infak di sini mencakup infak yang wajib, seperti zakat, infak kepada orang yang ditanggungnya, dsb. Demikian pula mencakup infak yang sunat, seperti sedekah, dsb.

[25] Maksudnya, pada hari kiamat itu tidak ada penebusan dosa dan pertolongan sahabat, Lihat juga ayat 254 surat )2( Al Baqarah. Pada hari itu, bukan lagi waktunya mengejar yang telah luput, tidak berlaku jual beli, pemberian dari kawan dan sebagainya. Masing-masing sibuk dengan urusannya. Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba memperhatikan apa yang telah

disiapkan untuk hari esok )kiamat(, hendaknya ia hisab dirinya sebelum menghadapi hisab yang besar.

[26] Dengan keadaannya yang luas dan besar.

[27] Dia yang memudahkan kamu membuatnya, membuat kamu menguasainya, menjaga kapal itu di hadapan gelombang air laut yang besar agar dapat membawamu dan membawa barang-barang kamu ke tempat yang kamu tuju.

[28] Untuk menyirami tanaman dan pepohonanmu, dan agar kamu dapat meminum airnya.

[29] Unuk memberi maslahat bagimu, bagi hewan ternakmu, dan bagi tanamanmu.

[30] Untuk kamu beristirahat.

[31] Untuk kamu mencari karunia-Nya.

[32] Baik dengan lisanulmaqaal )ucapan( maupun lisaanul haal )keadaan yang menunjukkan butuh(.

[33] Yakni orang kafir.

[34] Terhadap dirinya dengan bermaksiat.

[35] Inilah tabi’at manusia, zalim, berani berbuat maksiat, meremehkan hak-hak Tuhannya, mengingkari nikmat Allah, tidak mensyukurinya dan tidak mengakuinya, selain orang yang diberi petunjuk oleh Allah untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, mengenal hak Tuhannya dan menunaikannya. Dari ayat 32-34 disebutkan nikmat-nikmat Allah secara garis besar dan secara rinci; dengan ayat itu Allah mengajak hamba-hamba-Nya mensyukuri-Nya dan mengingat-Nya, mendorong mereka untuk meminta dan berdoa kepada-Nya di malam dan siang hari, sebagaimana nikmat-nikmat-Nya datang kepada mereka di setiap waktu.

- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ibrahim-ayat-23-34.html#sthash.VNLTYHLF.dpuf

AL BAQARAH 152-153

Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya;

  لم ما مكم ويعل والحكمة الكتاب مكم ويعل يكم ويزك آياتنا عليكم يتلو منكم رسوال فيكم أرسلنا كما

تعلمون ) تكفرون( )151تكونوا وال لي واشكروا أذكركم 152فاذكروني

“Sebagaimana )Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu( Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kamu al-Kitab dan al-Hikmah )as-sunnah an nabawiyyah( serta

mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat )pula( kepadamu dan bersyukurlah kepadaKu, dan jaganlah kamu mengingkari )nikmat(Ku.” )QS. Al-Baqarah 151-152(

JUMUAH AYAT10

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 

Kandungan Surah Al-Jumu‘ah [62] Ayat 9–10

Posted by imron ashari Posted on 4/18/2014 01:21:00 PM

Para fukaha )ahli fikih( menjadikan ayat dalam Surah al-Jumuah ini sebagai dalil tentang hukum melaksanakan salat Jumat. Salat Jumat hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim sehingga ketika seseorang sedang berjual beli, dianjurkan untuk meninggalkan sejenak dan segera menunaikan salat Jumat. Jika Surah al-Jumu’ah [62] ayat 9–10 dikaitkan dengan tema etos kerja, penjelasannya sebagai berikut.

a. Perlunya Keseimbangan antara Urusan Dunia dan AkhiratPada saat kita menyelesaikan pekerjaan jenis apa pun yang menyangkut urusan duniawi, tetap diharuskan meninggalkannya jika mendengar panggilan azan. Perintah ini menunjukkan pentingnya menyeimbangkan urusan duniawi dan ukhrawi. Kita dibolehkan mengejar kehidupan duniawi, tetapi tidak boleh terlena sehingga lupa pada kehidupan akhirat. Hal ini karena kerja kita telah diniatkan untuk mencari rida Allah sehingga jika ada panggilan untuk ibadah kepada-Nya, tidak boleh enggan mengerjakan. Jika salat telah dikerjakan, kita pun diperbolehkan untuk kembali melanjutkan aktivitas.

Ada juga pesan yang sangat populer dari Abdullah bin Umar r.a. yang Artinya: ”Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.” )H.R. Baihaqi( Bekerja dengan sungguh-sungguh dan profesional dalam ajaran Islam sangat diutamakan. Demikian juga

khusyuk dalam ibadah sangat penting agar dapat membekas pada amaliah sehari-hari, termasuk dalam bekerja.

b. Bekerja Harus Selalu Ingat AllahDalam bekerja kita, harus mengingat Allah sehingga tidak akan terperosok untuk melakukan perbuatan yang tidak diridai oleh-Nya. Kita dibolehkan mencari karunia Allah sebanyak mungkin, asal dilakukan dengan cara yang benar. Dengan demikian, Allah pun akan meluaskan rezeki kepada kita dan memberikan keberuntungan yang berlipat ganda.

c. Meningkatkan Produktivitas KerjaSetelah mengerjakan salat Jumat, kita diperbolehkan untuk melanjutkan aktivitas kerja lainnya. Melakukan ibadah tidak berarti menghambat produktivitas kerja. Guna mendukung produktivitas kerja, ada hal-hal tertentu yang penting untuk diperhatikan.

1. Bersikap rajin, ulet, dan tidak mudah putus asa.2. Meningkatkan inovasi dan kreativitas.

3. Mau belajar dari pengalaman sehingga dapat berbuat lebih baik pada masa datang.

4. Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu optimis.

5. Berdoa dan bertawakal kepada Allah.

d. Tidak Boleh Menyerah dalam BekerjaDalam kondisi bagaimana pun kita tidak boleh menyerah dan berputus asa. Jika kita berusaha, Allah pasti akan mencukupkan kebutuhan hidup kita. Rasulullah saw. lebih bangga kepada umatnya yang bekerja keras daripada yang bermalasmalasan. Orang yang bekerja keras juga menunjukkan sikap syukur terhadap nikmat Allah Swt.

Dari Zubair bin ‘Awwam r.a., Rasulullah saw. bersabda yang artinya: Hendaklah salah seorang di antara kamu mengambil talinya kemudian ia membawa seikat kayu bakar di punggungnya dan menjualnya, maka Allah dengan hasil itu mencukupkan kebutuhan hidupnya, itu lebih baik baginya daripada ia memintaminta kepada orang, baik mereka memberi atau tidak memberinya. )H.R. Bukhari(.