akhlak kepada allah

11
MAKALAH PAI “ AKHLAK KEPADA ALLAH SWT “ A. Akhlak Kepada Allah SWT Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan. Sekurang - kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT. Pertama, karena Allah SWT – lah yang menciptakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah SWT dalam surat At-Thariq ayat 5-7, sebagai berikut : ( َ قِ لُ خَ ّ مِ مُ انَ سْ نِ ْ الِ رُ ظْ نَ يْ ل اَ ف۵ ) ( ٍ قِ ف اَ دٍ آ* ءَ مْ نِ مَ قِ لُ خ۶ ) 0 ِ 1 بْ لً ّ ص ل اِ نْ 8 يَ 1 بْ نِ مُ جُ رْ خَ ي( ِ 1 بِ > * اَ رَ ّ لت اَ و۷ ) Artinya : “(5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar dari tulang sulbi (punggung) dan tulang dada”. Kedua, karena Allah SWT –lah yang telah member perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan

Upload: ginanjar-abdul-aziz

Post on 23-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

Page 1: Akhlak Kepada Allah

MAKALAH PAI

“ AKHLAK KEPADA ALLAH SWT “

A.     Akhlak Kepada Allah SWT

Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang

seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan. Sekurang -

kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah

SWT.

Pertama, karena Allah SWT – lah yang menciptakan manusia. Dia yang

menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang

rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah SWT dalam surat At-Thariq ayat 5-

7, sebagai berikut :

�ق� ) ل خ� م�م� ان� س� �ن اإل ظ�ر� �ن ـي ـ د�اف�ق� )( ۵ف�ال م�آء� م�ن ن� ( ۶خ�ل�ق� �ي ب م�ن ج� �خ ر� ي

�ب� ) آئ �ر� و�الت (۷الص)ل ب�

Artinya : “)5(. Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia

diciptakan?, )6(. Dia diciptakan dari air )mani( yang terpancar, )7(. Yang

terpancar dari tulang sulbi )punggung( dan tulang dada”.

Kedua, karena Allah SWT –lah yang telah member perlengkapan panca indera,

berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping

anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT

dalam syrat An-Nahl ayat 78 :

�م� , �ك ل و�ج�ع�ل� /ا ئ ي ش� �م�و ن� �ع ل ت � ال �م �ك م�ه�ات� أ �ط�و ن� ب م�ن �م ج�ك خـر�

� أ و�الله�

و ن� ) �ر� ك �ش ت �م �ك ع�ل ـ� ل �د�ة� ف ئ� و�األ ص�ار� ب

� و�األ م ع� (۷۸الس�

Artinya : “)78(. Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran,

penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.

Ketiga, karena Allah SWT –lah yang menyediakan berbagai bahan dan

sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan

Page 2: Akhlak Kepada Allah

makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan

lainnya. Firman Allah SWT dalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :

�ه� ف�ض ل م�ن �غ�و ا ت �ب �ت و�ل م ر�ه�� �أ ب ه� ف�ي ف�ل ك� ال �ج ر�ي� �ت ل �ح ر� ب ال �م� �ك ل خ�ر� س� �ذ�ي ال الله�

و ن� ) �ر� ك �ش ت �م �ك �ع�ل (۱۲و�ل

�ك� , ذ�ال ف�ى �ن� إ ه� م�ن ع/ا ج�م�ي ر ض�� األ ف�ى و�م�ا م�او�ات� الس� ف�ى م�ا �م �ك ل خ�ر� و�س�

و ن� �ر� �ف�ك �ت ي � �ق�و م ل �ات ي آل�

Artinya : “)12(. Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal

dapat berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, )13(.

Dan Dia menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu

semuanya )sebagai rahmat( dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda )kebesaran Allah( bagi orang-orang yang

berfikir.

Keempat, Allah SWT –lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya

kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’ ayat

70 :

ر� �ب �ث ك ع�ل�ى �اه�م ن و�ف�ض�ل �ات� \ب الط�ي م�ن� �اه�م ق ن ز� و�ر� �ح ر� ب و�ال �ر\ ب ال ف�ى �اه�م ن و�ح�م�ل أد�م� �ي �ن ب �ا م ن �ر� ك �ق�د و�ل

م�م�ن

( / ال �ف ض�ي ت �ا �ق ن ل (٧٠خ�

Artinya : “)70(. Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan

Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang

baik-baik dan Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan

dengan kelebihan yang sempurna”.

Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak

kepada Allah SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat

dan terdapat perintah Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang

muslim memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.

Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk ciptaan, dimana konteks

ciptaan ialah hasil pencipta, maka dalam penciptaan pasti memiliki pencipta.

Kemudian siapakah yang menciptakan manusia?. Allah SWT adalah sang

pencipta, maha pencipta, tidak hanya manusia saja yang diciptakannya, namun

Page 3: Akhlak Kepada Allah

Malaikat, binatang, syaitan, bahkan alam semesta beserta isinya merupakan

ciptaan Allah SWT.

Maka hendaklah seorang manusia mensyukuri atas terciptanya kepada

sang pencipta, bagaimana kita mensyukurinya?. Salah satu wujud kesyukuran

yang harus diimplementasikan manusia kepada penciptanya adalah dengan cara

mengakhlakinya.

Sehingga munculah pertanyaan besar bagi kita Bagaimanakan kita

mengakhlaki pencipta kita?, untuk menjawab pertanyaan itu hendaklah kita

mengetahui hakikat kita yang sebenarnya, untuk itu kita harus Bertaqwa kepada-

Nya, Cinta dan Ridho atas kehendaknya, Ikhlas atas segalanya, Khauf dan raja’

kepada-Nya, Senantiasa bertawakal kepadanya, selalu mensyukuri nikmatnya,

senantiasa bermurakabah dengan-Nya, dan selalu bertaubat atas segala

kesalahan kita kepada-Nya.

B. Taat Terhadap Perintah-Nya

Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika

kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah –Nya.,

padahal Allah SWT –lah yang telah memberikan segala - galanya pada dirinya.

Allah SWT berfirman dala Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 65 :

Artinya : “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka

menjadikan engkau )Muhammad( sebagai hakim dalam perkara yang mereka

perselisihkan, )sehingga( kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka

terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan

sepenuhnya”.

Kendati demikian, taat keada Allah SWT merupakan konsekwensi

keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini

merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam Sebuah hadits,

Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda :

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya

)keinginannya( mengikuti apa yang telah dating dariku )Al-Qur’an dan Sunnah(”.

)HR. Abi Ashim Al-Syaibani(

C. Tawakal

Page 4: Akhlak Kepada Allah

Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-

Mulk ayat 15 di jelaskan, bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi

utuk mecari rizki dengan berdagang, bertani dan lain sebagainya.

Sahl At-Tusturi mengatakan, “Barang siapa mencela usaha )meninggalkan

sebab( maka dia telah melncela sunatullah )ketetentuan yang Allah SWT

ciptakan(. Barang siapa mencela tawakal )tidak mau bersandar pada Allah SWT(

maka dia telah meninggalkan keimanan”. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas

Amnanah Yang Di Embankan Padanya.

Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT,

adalah memiliki rasa tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan padanya.

Karena pada hakekatnya, kehidupan ini-pun merupakan amanah dari Allah SWT.

Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah SWT

berikan padanya, maka itu meruakan amanah yang kelak akan diminta

pertanggung jawaban dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW

bersabda.

Dari ‘Umar R.A, Rasulullah SAW bersabda :

“Setia kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap

apa yang dipimpinnya. Seorang Amir )presiden/imam/ketua( atas manusia,

merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.

Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung

jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta

tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap

kalian adalah pemimpin, dan bertanggujng jawab atas aa yang dipimpinnya”.

)HR. Muslim(.

D. Ridlo terhadap ketentuan Allah SWT

Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah

SWT, adala ridla terhadap segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada

dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun

keluarga yang kurang mampu, bentuk fisik yang Allah SWT berikan padanya,

atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa

yakin terhadap apaun yang Allah SWT berikan padanya. Baik yang berupa

Page 5: Akhlak Kepada Allah

kebaikan, atau berupa keburukan. Rasulullah SAW bersabda :

“Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah

dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena

ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia

tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal

terbaik bagi dirinya.” )HR. Bukhari(.

Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau

pendangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu

yang kita anggap baik, justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk

ternyata malah memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.

E. Senantiasa Bertaubat Kepada-Nya

Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari

sifat lalai dan lupa. Karena hal ini merupakan sifat dan tabiat manusia. Oleh

karena itulah, etika kita kepada Allah SWT manakala kita sedang terjerumus

kedalam “kelupaan” sehingga berbuat kemaksiatan kepada –Nya adalah dengan

segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :

“Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau

menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon

ampunterhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa

selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka

mengetahui”.

Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki

obsesi dan orientasi dalam segala aktifitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia

tidak beramal dan beraktifitas untuk mencari keridloan atau pujian atau apapun

dari manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai keridloan Allah SWT tersebut,

“terpaksa” harus mendapatkan “ketidaksukaan” dari para manusia lainnya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita :

“Barang siapa yang mencari keridloan Allah dengan adanya kemurkaan manusia,

maka Allah akan memberikan keridloan manusia juga. Dan barang siapa mencari

keridloan manusia dengnan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan

kebencian-Nya pada manusia”. )HR. Tirmidzi Al-Qodlo’i dan Ibnu Asakir(.

Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam

Page 6: Akhlak Kepada Allah

dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang

dicarinya tentulah hanya keridloan manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah

menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain.

F. Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya

Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang mulim terhadap

Allah SWT adalah merealisasikan ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang

bersifat mahdloh, ataupun ibadah yang ghairu mahdloh. Karena, pada

hakekatnya seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman : “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan

manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”.

Oleh karenanya, sebagai aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain

sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah

SWT. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup mahdloh saja, seperti

puasa, shalat, haji dan lain sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting

untuk dilakukan pada saat ini adalah beraktifitas dalam rangkaian tujuan untuk

dapat menerakpak hukum Allah SWT di muka bumi ini. Sehingga islam menjadi

pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat islam pada khhususnya dan

juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.

G. Banyak Membaca Al-Qur’an

Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang muslim

terhadap Allah SWT adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi

ayat-ayat, yang merupakan firman-firman –Nya. Seseorang yang mencintai

sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga

dengan mukmin yang mecintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-

nyebut asma –Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman –Nya.

Apalagi manakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an yang

demikian besarnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan kepada

kita :

“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan

syafa’at di hari kiamat kepada para pembacanya”. )HR. Muslim(

Adapun bagi mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya,

maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya

Page 7: Akhlak Kepada Allah

dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an

tersebut, maka Allah SWT –pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi

dirinya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

“Orang )mu’min( yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya,

maka ia akan bersama malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mu’min yang

membaca Al-Qur’an sedang ia terbata-bata membacanya, lagi berat )dalam

mengucapkan huruf-hurufnya(, ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat”. )HR.

Bukhori Muslim(.

Page 8: Akhlak Kepada Allah

DAFTAR PUSTAKA

Cilukba, Djaelani, 2010, “ Akhlak Kepada Allah “

ppmalimangendeng.blogspot.com/p/akhlaq-kepada-allah.html. Diakses

Pada Tanggal 30 Maret 2014 Puku 16.00

Farid, 2014, “ Akhlak Terhadap Allah “,

faridbloger.blogspot.com/2014/05/makalah-akhlaq-terhadap-allah-

swt.html. Diakses Pada Tanggal 30 Maret 2015 Pukul 22.00