aktifitas dakwah ustadz dr. h. syamsul yakin, ma...
TRANSCRIPT
AKTIFITAS DAKWAH USTADZ DR. H. SYAMSUL YAKIN, MA
DI KALANGAN REMAJA MUSHALLA MADINATUL QUR’AN
SAWANGAN DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Oleh:
HAFIDZ ABDILLAH NIM: 105051001853
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Desember 2011
H. Hafidz Abdillah
AKTIFITAS DAKWAH USTADZ DR. H. SYAMSUL YAKIN, MA
DI KALANGAN REMAJA MUSHALLA MADINATUL QUR’AN
SAWANGAN DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Oleh:
Hafidz Abdillah NIM: 105051001853
Dibawah bimbingan :
Drs. Masran, MA NIP. 150275384
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
i
ABSTRAK
Hafidz Abdillah
Aktifitas Dakwah Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA Di Kalangan Remaja
Mushalla Madinatul Qur’an Sawangan Depok
Usia remaja adalah masa penting dalam rentang kehidupan manusia. Masa
ini dikenal sebagai suatu periode peralihan, suatu masa dimana terjadi perubahan-
perubahan yang sangat pesat, usia bermasalah, masa dimana individu mencari
identitas diri, usia yang menakutkan, masa tidak realistik, dan masa menuju
dewasa.
Karena itulah maka remaja memerlukan sosok manusia yang dapat dijadikan
panutan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Panutan itu bisa berupa
orang tua di rumah maupun guru-guru di sekolah. Maka dari itu remaja sangat
bergantung dengan siapa mereka bergaul, bertukar fikiran serta belajar, sebab
remaja sangat membutuhkan sosok yang mampu memberikan semangat dalam
belajar demi meraih prestasi yang baik disekolah, mengajak dalam kebaikan, dan
tentu saja sosok itu pun bisa memberikan contoh pribadinya dalam mengerjakan
kebajikan didalam kehidupan sehari-harinya.
Keberadaan Ustadz DR. H. syamsul Yakin, MA dengan aktifitas dakwahnya
mendapatkan perhatian yang sangat besar dari kalangan remaja Mushalla
Madinatul Qur’an Sawangan Depok, karena beliau dipandang sebagai sosok yang
layak untuk dijadikan teladan karena dakwahnya sangat efektif, karena itu penulis
tertarik untuk meneliti aktifitas dakwah Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriftif. Dan dalam melakukan penelitian ini penulis ingin
menemukan jawaban tentang bagaimana Aktifitas dan Metode Dakwah yang
diterapkan Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA dalam membina remaja di
Mushalla Madinatul Qur’an Sawangan Depok. Melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Aktifitas Dakwah Ustadz DR.
H. Syamsul Yakin, MA. Adalah dengan Berceramah dan remaja pun diberikan
kesempatan untuk bertanya tentang apa yang disampaikannya, serta Memberikan
materi yang beragam kepada remaja, baik materi tentang Habluminallah atau
bagaimana cara yang benar didalam melaksanakan perintah Allah SWT dan
Hablumminannas atau bagaimana cara yang baik dan benar didalam bergaul
antara sesama manusia serta senantiasa menyampaikan Ilmu Fiqh, mulai dari
membahas tentang Berwudhu, tentang Shalat, tentang Thaharah atau
membersihkan diri dan seterusnya.
Dari penelitian ini pun dapat disimpulkan bahwa Metode Dakwah Ustadz
DR. H Syamsul Yakin, MA dalam Aktifitasnya di kalangan remaja Mushalla
Madinatul Qur’an adalah Bil-hikmah, Mauizhah Hasanah, dan Mujadalah Bil Lati
Hiya Ahsan, Metode Tanya Jawab, dan Metode Demonstrasi/Praktek.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa Syukurillah puji syukur penulis panjatkan atas semua
nikmat dan karunia yang Allah berikan selama ini, yang tak henti-hentinya
memberikan kekuatan yang luar biasa disaat penulis merasakan lelah dan jenuh
menghadapi semua kesulitan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi
yang berjudul Aktifitas Dakwah Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA Di
Kalangan Remaja Mushalla Madinatul Qur’an Sawangan Depok telah
disusun.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW yang dengan limpahan syafa’atnya menuntun kita selaku umatnya
kejalan kebaikan, yaitu jalan yang diridhoi Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah semata
karena sesungguhnya tanpa kehendak-Nya segala sesuatu tidak mungkin
terjadi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Betapa pun hebatnya manusia, tak ada yang bisa melakukan
segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk itu perkenankanlah
penulis secara khusus dengan hormat dan bangga menyampaikan ucapan
terima kasih yang se ikhlas-ikhlasnya kepada :
iii
1. Bapak Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Bapak Drs. Jumroni, MSi, selaku Kepala Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam.
4. Ibu Umi Musyarofah MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan ini. terutama dalam pengurusan nilai-nilai
kuliah.
5. Bapak Drs. Masran A Muin MA, selaku Dosen Pembimbing skripsi
yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini,
yang tidak henti-hentinya meluangkan waktu, fikiran dan tenaga dalam
memberikan arahan dan bimbingan disela-sela kesibukan beliau.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak
ternilai harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus.
7. Dan tidak lupa pula kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Para staff perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan kepada penulis
selama menjalani studi di kampus.
iv
8. Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA selaku nara sumber dalam
penelitian ini. Untuk semua kerja sama dan bantuan serta arahannya.
9. Seluruh remaja Mushalla Madinatul Qur’an Sawangan Depok untuk
bantuan informasi, do’a. dan dukungannya serta ketua DKM Ustadz
Teguh Hartadi dan staff Mushalla Madinatul Qur’an penulis ucapkan
terima kasih yang se ikhlas-ikhlasnya.
10. Seluruh keluarga besar Chalid bin H. Muhasyim (Alm), Ayahanda H.
M. Saifullah serta Ibunda tercinta Hj. Zubaidah yang dengan kasih
sayangnya tak pernah kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan
anak-anaknya dan selalu memberikan motivasi, doa dan seluruh
pengorbanannya baik moril maupun materil. Sehingga penulis bisa
seperti sekarang ini. Jasa kalian tidak dapat terbayar oleh apapun.
Bahkan goresan tinta tidak akan mampu mewakili besarnya perjuangan
kalian. Terima kasih ayah, ibu…
11. Teruntuk Kakak-kakakku, Ustadz Drs. Muhtaji, Hj. Murtafiah,
Ustadzah Manzilah, Zainul Fatah, Ustadzah Ruaithoh, S.Ag, Aisyu
Shalihah, S.Ag. Terima kasih atas semua dukungan kalian selama ini.
Semoga hal baik yang ada dalam diri kalian, bisa menjadi contoh yang
baik pula untuk penulis.
12. Istriku tercinta Willy Sudiyanti Abdillah dan anakku tersayang Ahda
Ulfah Abdillah kalian adalah manusia yang sangat spesial dalam hidup
penulis, karena telah memberikan semangat serta kasih sayang dan
v
menjadi motivator penulis dalam mengerjakan skripsi dan dalam
menjalani hidup ini.
13. Teman-teman seperjuangan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan
2005, terima kasih banyak kalian telah memberikan dukungan, doa, dan
motivasi selama kita menjalani studi di kampus ini. Semoga jalan hidup
yang kita ambil, tidak akan memutuskan ikatan silaturrahim kita selama
ini dan selalu akan tetap baik selamanya. Amin Allahumma Amin.
14. Teman-teman Karang Taruna Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
khususnya buat bang M. Riza Pahlevi selaku ketua KATAR RJB
terima kasih banyak karena selama ini telah memberikan dukungan,
doa, dan motivasi selama kita bekerja aktif di masyarakat. Semoga kita
tetap istiqamah dalam membangun dan menciptakan pemuda ke arah
yang baik dan positif di RJB selamanya. Amin Allahumma Amin.
Akhir kata, hanya do’a dan harapan yang dapat penulis panjatkan,
semoga semua kebaikan kalian senantiasa Allah balas dengan limpahan
karunia dan keberkahan bagi kita semua. Amin Amin Yaa Rabbal
‘alamiin…
Jakarta, 12 Desember 2012
Penulis
H. Hafidz Abdillah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………………... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………… 5
D. Metodologi Penelitian………………………………………………….. 7
E. Teknik Penulisan………………………………………………………... 8
F. Sistematika Penulisan…………………………………………………… 8
BAB II DAKWAH DIKALANGAN REMAJA
A. Pengertian Dakwah.……………………………………………………. 10
B. Pengertian Remaja.…………………………………………………….. 28
C. Pandangan Islam tentang Dakwah dikalangan Remaja……………. …. 34
D. Konsep Remaja dalam Islam. ………………………………………….. 36
BAB III PROFIL USTADZ DR. H. SYAMSUL YAKIN, MA.
A. Riwayat Hidup dan Pendidikan Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA… 39
B. Latar Belakang Pendidikan Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA……… 41
C. Karya Tulis Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA.…………………….. 42
vii
BAB IV ANALISIS AKTIFITAS DAKWAH USTADZ DR. H. SYAMSUL
YAKIN, MA DI KALANGAN REMAJA MUSHALLA
MADINATUL QUR’AN
A. Bentuk Aktifitas Dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA………… 45
B. Metode Dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA………………….. 50
C. Penerapan Metode Dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA………. 55
D. Hambatan-hambatan dalam bedakwah serta Cara Penanggulangannya... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. ………………………………………………………….... 61
B. Saran.. ……………………………………………………….................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia remaja adalah masa penting dalam rentang kehidupan manusia.
Masa ini dikenal sebagai suatu periode peralihan, suatu masa dimana terjadi
perubahan-peubahan yang sangat pesat, usia bermasalah, masa dimana
individu mencari identitas diri, usia yang menakutkan, masa tidak realistik,
dan masa menuju dewasa.
Banyak hal-hal baru yang menarik usia remaja. Mereka serba ingin tahu
apa ini dan apa itu. Mereka ingin mencoba sekolah baru, alam dan dunia baru,
jati diri baru, mencoba menjadi orang dewasa, sementara mereka belum
dewasa namun juga mereka bukan lagi kanak-kanak, dan mereka pun
mencoba jatuh cinta.1
Dikatakan sebagai periode peralihan dari masa kanak-kanak kepada masa
dewasa. Ini berarti anak-anak pada masa ini harus meninggalkan segala
sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan, dan juga harus mempelajari sikap dan
perilaku yang baru yaitu sikap orang dewasa. Akibat masa peralihan ini
biasanya remaja bersikap ambivalensi, disatu pihak remaja ingin diperlakukan
seperti orang dewasa, tidak selalu diperintah, tapi dilain pihak segala
kebutuhannya masih harus dipenuhi seperti halnya pada masa kanak-kanak.2
Oleh karena itu pada masa ini mereka sangat memerlukan perhatian yang
serius dari orang tua dan para paktisi pendidikan serta memerlukan panduan
1 Suminar, Hj.R.Adjeng Ratna, SH.MM, Cara Bijak Mengatasi Realitas Remaja Muslim,
h.vii 2 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta, CV.Pedoman Ilmu Jaya,1996) h.25
2
yang memandu langkah mereka, dan panduan tersebut tak lain adalah agama.
Karena agama selalu memberikan solusi yang tepat bagi usia remaja untuk
melangkah kearah yang lebih baik dan benar.
Masa remaja juga disebut sebagai periode perubahan. Hal ini disebabkan
karena pada masa ini terjadi perubahan besar baik dari segi fisik maupun dari
segi sikap dan perilakunya. Ada beberapa perubahan yang sangat universal
dalam masa remaja yaitu : karakteristik pertumbuhan jasmani, pertumbuhan
akal (intelektual), pertumbuhan emosi dan pertumbuhan sosial.3
Borring E.G. (dalam Hurlock, 1990) mengatakan bahwa “masa remaja
merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi
dari anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang
dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa”.4
Dalam menghadapi masa-masa penting tersebut, remaja sangat
membutuhkan bimbingan dan pembinaan yang dapat mengarahkan dan
mendorong remaja untuk keluar dari masa-masa tersebut dengan sukses.
Rasulullah SAW bersabda :
كل مولود يولدعلي الفطرة
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci”. Kepada kita, beliau
memberikan contoh bahwa lingkungan pertama bagi seseorang ialah kedua
orang tuanya. Makanya kemudian beliau “Kedua ibu bapaknyalah yang
membuat ia menjadi majusi dan nasrani”.5
Karena itu peranan pendidikan Islam atau dakwah Islam sangatlah
penting untuk membimbing dan membina remaja. Tujuannya adalah
membangun generasi muda yang baik, berakhlaq mulia serta bisa menjadi
3 Az-za’balawi, M Sayyid Muhammad, DR, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu
Jiwa (Depok, Gema Insani, 2007) h. 8 4 Google.com /Pengertian Remaja,02/09/2009 at : 21.14 pm
5 Mahfuzh, Syaikh M Jalaluddin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Jakarta, Pustaka Al-
Kautsar) h. 6
3
penerus bangsa yang berbudi luhur, dan agar remaja tidak terjebak pada masa-
masa transisi yang bisa menyebabkan kegagalan yang akan merugikan remaja
sebagai penerus bangsa.
Pendidikan Islam atau dakwah Islam sebagai wadah atau sarana
bimbingan dan pembinaan yang berdasarkan pada nilai-nilai Islami yang
bersumber dari Al-qur’an dan sunah Rasul, akan mampu membantu remaja
dalam menjalani masa-masa remaja dengan baik, akan mampu menyelesaikan
pertentangan-pertentangan bathin yang dialami mereka dan juga memberikan
wawasan kehidupan yang jelas serta mendorong untuk senantiasa
menumbuhkan kreatifitas yang dapat menentukan masa depannya, dengan
tidak tergantung pada kehidupan orang lain. Di waktu dewasanya dapat hidup
di atas kaki sendiri, mengatur sendiri hubungan sosialnya dengan masyarakat,
berani mengambil keputusan, serta dapat menjadi anggota masyarakat yang
baik, yang tahu akan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, keluarga,
masyarakat, negara, bangsa, dan agamanya.
Remaja pun memerlukan sosok manusia yang dapat dijadikan panutan
mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Panutan itu bisa berupa orang
tua di rumah maupun guru-guru di sekolah. Maka dari itu remaja sangat
bergantung dengan siapa mereka bergaul, bertukar fikiran serta belajar, sebab
remaja sangat membutuhkan sosok yang mampu memberikan semangat dalam
belajar demi meraih prestasi yang baik disekolah, mengajak dalam kebaikan,
dan tentu saja sosok itu pun bisa memberikan contoh pribadinya dalam
mengerjakan kebajikan didalam kehidupan sehari-harinya.
4
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisis dan
mengangkat permasalahan tersebut ke dalam skripsi yang berjudul
“AKTIFITAS DAKWAH USTADZ DR H SYAMSUL YAKIN, MA
DIKALANGAN REMAJA MUSHALLA MADINATUL QUR’AN
SAWANGAN KOTA DEPOK”, karena dalam berdakwah, tokoh yang satu
ini merupakan tokoh yang pantas untuk dianalisis, karena beliau selalu
mengajak dan mengingatkan remaja untuk dan agar selalu mengingat Allah
SWT dan Rasulullah SAW, dan agar remaja selalu memiliki semangat dalam
meraih prestasi baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis hanya membatasi ruang
lingkup remaja yang mengikuti pengajian di Mushalla Madinatul Qur’an
dibawah binaan Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA di Sawangan dan
didalam kehidupan keseharian beliau. Berdasarkan masalah diatas, maka
secara sederhana perumusan masalah tersebut dapat disimpulkan dalam
beberapa bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bentuk aktifitas Dakwah apa saja yang di lakukan oleh Ustadz H.
Syamsul Yakin MA dalam membina remaja di Mushalla Madinatul
Qur’an Sawangan Depok ?
2. Metode dakwah apa saja yang digunakan Ustadz DR. H. Syamsul Yakin
M.A dalam membina remaja di Mushalla Madinatul Qur’an Sawangan
Depok ?
5
3. Bagaimana Penerapan Metode Dakwah yang di gunakan Ustadz DR. H.
Syamsul Yakin M.A dalam membina remaja di Mushalla Madinatul
Qur’an Sawangan Depok ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
a. Untuk mengetahui bentuk aktifitas dakwah Ustadz DR. H. Syamsul
Yakin MA di dalam membina remaja di Mushalla Madinatul Qur’an
Sawangan Depok.
b. Untuk mengetahui metode yang digunakan Ustadz DR. H. Syamsul
Yakin MA di dalam membina remaja di Mushalla Madinatul Qur’an
Sawangan Depok.
c. Untuk mengetahui Penerapan metode dakwah yang digunakan Ustadz
DR. H. Syamsul Yakin MA di dalam membina remaja di Mushalla
Madinatul Qur’an Sawangan Depok.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan untuk mengetahui
konsep serta aktifitas Dakwah dan Remaja Ustadz DR. H. Syamsul Yakin
MA sebagai pemilik sekaligus pembina dan pengasuh pondok pesantren Al-
Ittihad Sawangan kota Depok dan juga sebagai Ustadz atau guru bagi remaja
jamaah taklim yang berada di Sawangan Depok.
6
1). Secara akademis, dengan adanya tulisan ini akan dapat membantu
penulis untuk menambah wawasan, memberi tambahan wacana juga
sekaligus menjadi referensi untuk keperluan studi dan kemudian bisa
menjadi bahan bacaan kepustakaan.
2). Secara praktis, penulis berharap dengan adanya tulisan ini dapat
menambah wawasan serta pengetahuan tentang media dakwah terutama
bagaimana aktifitas dakwah pada remaja yang dilakukan oleh Ustadz DR.
H. Syamsul Yakin, MA. Karena menurut saya selaku penulis, dakwah
dikalangan remaja pada saat sekarang ini sangatlah penting karena pada
masa-masa inilah remaja akan menemukan jati diri yang akan
dilanjutkannya atau di bawa mereka ke masa dewasa.
D. Metodologi Penelitian
1. Subjek dan Objek
a. Subjek dalam penelitian ini adalah Ustadz DR. H. Syamsul Yakin
MA.
b. Objek penelitian ini adalah apa-apa yang berkenaan dengan aktifitas
dakwah Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA dalam membina remaja
di Pondok pesantren Al-Ittihad Sawangan kota Depok dan pada para
remaja jamaah taklim di Sawangan Depok.
2. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriftif.
7
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Agar penulisan ini dapat berjalan sesuai dengan kaidah yang akan
dibahas, maka penulis pun akan mengumpulkan data-data dan informasi
yang sesuai dengan permasalahan penelitian, oleh karena itu penulis
melakukan komunikasi secara langsung dan tidak langsung, dan penulis
pun akan menggunakan alat (instrument) pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Wawancara (interview)
Pengumpulan data ini akan melakukan metode tanya jawab
berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan secara langsung
kepada yang bersangkutan, yaitu Ustadz DR H Syamsul Yakin,
MA mengenai aktifitas, alasan dan tujuan beliau tentang dakwah
terhadap remaja.
b. Observasi
Demi menunjang sebuah penelitian yang sempurna, maka
penulis akan mengobservasi langsung subjek dan objek penelitian
langsung kepada Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA dengan
menggunakan metode lapangan dengan cara mengumpulkan data-
data yang berkaitan dengan segala aktifitas beliau dalam membina
remaja.
c. Dokumentasi
Yakni teknik mengumpulkan data melalui pengumpulan
dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Dalam
8
penelitian ini dokumen yang bisa dijadikan sumber yaitu seperti
buku-buku, model yang memuat dan dijadikan media dakwah serta
artikel-artikel yang berkaitan dengan aktifitas dakwah Ustadz DR.
H. Syamsul Yakin MA.
E. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan susunan di dalam penyusunan laporan akhir (skripsi)
maka penulis membuat sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari beberapa
bab, dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub bab, yakni sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari, Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Teknik Penulisan dan
Sistematika Penulisan.
Bab II Landasan Teori yang terdiri dari, Dakwah Di Kalangan Remaja :
Pengertian Dakwah, Pengertian Remaja, Pandangan Islam tentang
Dakwah Terhadap Remaja, Konsep Remaja dalam Islam.
9
Bab III Profil Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA yang terdiri dari :
Riwayat Hidup dan Pendidikan Ustadz DR. H. Syamsul Yakin
MA, Latar Belakang Pendidikan Ustadz DR. H. Syamsul Yakin
MA, Kiprah Dakwah Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA
dikalangan remaja Mushalla Madinatul Qur’an desa Sawangan
kota Depok.
Bab IV Analisis Aktifitas Dakwah, Metode Dakwah, Penerapan Metode
Dakwah, Hambatan-hambatan dalam bedakwah serta Cara
Penanggulangan yang dilakukan Ustadz DR. H. Syamsul Yakin
MA dalam berdakwah dikalangan remaja Mushalla Madinatul
Qur’an Sawangan kota Depok.
Bab V Berisi Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
Bagian Terakhir Memuat Daftar Pustaka dan Lampiran.
10
BAB II
DAKWAH DI KALANGAN REMAJA
A. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah ditinjau dari Etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk
isim Masdar dari kata daa‟aa yad‟u da‟watan yang artinya menyeru,
memanggil, mengajak dan menjamu.1 Berdasarkan Ensiklopedi Islam,
dakwah adalah Masdar (kata dasar) dari kata kerja da‟a-yad‟u yang berarti
panggilan, seruan atau ajakan.2 Kata da‟a mengandung arti mengajak,
menyeru dan memanggil, maka sebagai ajakan, seruan, panggilan kepada
Islam.
Adapula pengertian lain yang mengatakan kata dakwah diambil dari
kata da‟a yang artinya memanggil, menyeru, dan menghimpun manusia
untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya
sebagaimana yang terdapat dalam QS. Yunus / 10 : 253 :
واهلل يذػىا الي داس السالم ويهذي هي يشبء الي صشاط هستقين
Artinya : “Allah SWT menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”.
(QS. Yunus : 25).
1 Muhamad Yunus, Kamus Arab_Indonesia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penerjemah
/ Penafsiran Al-Qura‟an, 1973), h. 127 2 Ensiklopedi Islam, Vol-1 (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 280
3 Ismah Ismail, Vol-1 (Jakarta, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 280
11
Sedangkan menurut istilah dakwah didefinisikan dengan
mengemukakan pendapat bahwa dakwah adalah sebagai atau setiap
kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk
beriman dan taat kepada Allah SWT. Sesuai dengan garis akidah, yaitu
syariat dan akhlak Islamiyah.4
Dalam buku Prinsip dan Kode Etik Dakwah, dakwah “adalah
mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing
mereka kepada petunjuk dengan cara ber amar ma‟ruf nahyi munkar”.5
Menurut H.N.S Nasrudin Latif, dakwah “artinya usaha aktifitas
dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil
manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT. Sesuai dengan
garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah”.6 Ghulusy
menjelaskan bahwa dakwah “adalah pekerjaan atau ucapan untuk
mempengaruhi manusia agar mengikuti ajaran Islam dengan ketentuan
syariat Islam yaitu Al-qur‟an dan hadits Nabi”.7
Sedangkan konsep dakwah menurut penulis adalah seruan atau
ajakan terhadap amar ma‟ruf nahyi munkar baik melalui tindakan maupun
perkataan.
2. Unsur-unsur Dakwah
a. Da’i (Subjek Dakwah)
Da‟i ditinjau dari Etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟a yang
merupakan bentuk isim fail (kata yang menunjukan pelaku) yang artinya
adalah manusia atau orang yang melaukan dakwah. Sedangkan secara
4 Muhammad Sayyid al-wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemahan Nabhani Idris
(Jakarta Akademika Pressindo, 202), h. 1 5 Ensiklopedi Islam, h. 280
6 Muhammad Sayyid al-wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemahan Nabhani Idris
(Jakarta Akademika Pressindo, 202), h. 1-2 7 A. Rasyid Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, cetakan ke I (Jakarta : Bulan Bintang,
19970, h. 280
12
terminologi da‟i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh)
dengan kewajiban dakwah.8
Definisi terminologi tersebut memberikan pengertian, bahwa
kewajiban dakwah terbebani kepada setiap muslim yang telah mencapai
usia baligh, aqil dan mukallaf, baik lelaki maupun perempuan. Sehingga
secara luas dakwah bukan hanya aktifitas yang diperlukan oleh
sekelompok orang, tetapi hanya diaktifkan oleh para ulama, tidak hanya
oleh para aktivis kampus, tetapi seluruh elemen dan komponen masyarakat
mempunyai kewajiban yang sama.9
Menjadi seorang da‟i merupakan suatu tugas yang sangat mulia dan
memiliki beban tersendiri, karena semua yang telah didakwahkannya harus
bisa masuk dan diaplikasikan dalam kehidupan keseharian dari objek
dakwahnya. Idris Abdul Somad menulis didalam sebuah buku yang
bejudul Diktat Ilmu Dakwah membagi bekal yang harus dimiliki oleh
seorang da‟i menjadi 3 (tiga) bekal utama :
1). Pemahaman yang benar dan tepat, maksudnya adalah pengetahuan
tentang hal-hal yang terkait dengan dakwah dan konsekuensinya. Baik
pengetahuan ke-Islaman maupun pengetahuan ilmu dakwah serta
pengetahuan umum yang dapat menunjang dakwahnya.
2). Ke-Islaman yang kokoh, maksudnya adalah keyakinan da‟i tentang
kebenaran Islam sebagai isu utama dakwahnya, yakni keimanan yang
melahirkan kecintaannya kepada Allah SWT. Rasul-Nya dan kepada al-
8 Ismah Ismail, Strategi Dakwah di Era Millenium, h. 2
9 Idris Abdul Somad, Diktat Ilmu Dakwah (Depok : T.pn. 2004), h. 6
13
Islam, keimanan yang mewujudkan rasa takut hanya kepada Allah SWT.
Dan rasa harap kepada rahmat dan keberkahan (daya guna) dari-Nya.
3). Hubungan kuat dengan Allah SWT. Adalah keterkaitan da‟i kepada
Allah SWT dan sikap tawakkal hanya kepada Allah SWT. Karena
keyakinannya bahwa Allah SWT Tuhan yang Maha Esa dalam
penciptaan Alam Semesta, Pemeliharaan, Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
b. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad‟u secara etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata
Da‟a Yad‟u yang merupakan bentuk isim maf‟ul yang artinya orang yang
diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Secara terminologis mad‟u
adalah objek dan sekaligus subjek yaituseluruh manusia tanpa terkecuali.10
Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda,
seorang bayi yang baru dilahirkan ataupun orang tua yang menjelang
ajalnya, semua adalah mad‟u dalam dakwah Islam. Dakwah tidak hanya
ditujukan kepada orang Islam saja tetapi juga kepada orang-orang diluar
Islam. Intinya dakwah itu ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status
sosialnya, ekonominya dan latar belakang mereka. Pernyataan ini sesuai
dengan QS. Saba : 28
بك الب مبفت للبس بشيشا وزيشا ولبمي امثشالبس ال يؼلوىى وهب أسسل
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus kepadamu melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
10
Ibid, h. 6
14
peringatan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Saba :
28).
Secara inti mad‟u sebagai sasaran dakwah dapat diklasifisikan sebagai
berikut11
:
1. Berdasarkan tempat tinggal
a. Masyarakat kota
b. Masyarakat desa
2. Berdasarkan struktur masyarakat
a. Masyarakat industry
b. Masyarakat agraris
3. Berdasarkan pendidikan
a. Berpendidikan
b. Tidak berpendidikan
4. Berdasarkan kekuasaan
a. Kelompok elit (pemerintah)
b. Kelompok rakyat
5. Berdasarkan agama
a. Islam
b. Bukan islam
6. Berdasarkan sikap terhadap dakwah
a. Cinta kepada agamanya (Islam)
b. Simpatisan agama lain tetapi bukan Islam
c. Kelompok yang membenci Islam
11
Cahaya Tata Irawan, Prinsip-prinsip Dakwah (Yogyakarta : Izzam Pustaka, 2005), h
15
7. Berdasarkan umur
a. Anak-anak (6-13 tahun)
b. Remaja (14-18 tahun)
c. Pemuda (18-35 tahun)
d. Orang tua (35-55 tahun)
e. Lanjut usia (55 tahun keatas)
c. Metode Dakwah
Secara Etimologis metode berasal dari 2 (dua) kata yaitu Meta
(melalui) dan Hodos (jalan/cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal
dari kata Methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut
dengan kata Thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui
proses pemikiran yang mencapai suatu maksud.12
Sedangkan dakwah
seperti yang telah dikemukakan pada bagian sebelumya adalah ajakan,
seruan manusia untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih
sayang.13
Metode dakwah seperti yang terdapat dalam Q.S An-Nahl : 125
اى سبل , وجبدلهن ببلتي هي أحسي, ادع الي سبيل سبل ببلحنوت والوىػظت الحست
.وهى أػلن ببلوهتذيي, هى أػلن بوي ضل ػي سبيله
Artinya : “Serulah (manusia)kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-0rang
yang mendapat petunjuk.” (Q.S An-Nahl : 125).
12
M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta : Pemuda Media, 2006), h. 6 13
Toto Tasmara, Komunikasi dakwah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), h. 43
16
Dari ayat diatas dapat dijelaskan pada dasarnya dakwah mempunyai
beberapa metode, diantarnya :
1. Al-Hikmah
Kata Hikmah berbentuk masdarnya hukuman atau Hakama yang
artinya secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan
dengan dakwah akan berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan
dalam melaksanakan tugas dakwah.14
Al-Hikmah dapat diartikan pula sebagai al-adl (keadilan), al-haq
(kebenaran), al-hilm (ketabahan), al-ilm (pengetahuan), dan an-
nubuwah (kenabian), yang tentunya dilihat dari porsinya. Hikmah
dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu
dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Oleh karena itu para da‟i
dituntut untuk dapat mengerti, memahami sekaligus memanfaatkan
latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai
sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya.
Lebih lanjut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi
mengartikan Hikmah yaitu dakwah Bil-Hikmah dengan dakwah
menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang
menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.15
Dengan
demikian, jika dikaitkan dengan dakwah, akan ditemui bahwa
Hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak
menggunakan satu metode saja. Sebaliknya mereka harus konsisten
14
M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta : Pemuda Media, 2006), h. 8 15
Ibid, h. 10
17
dengan objek dakwah dan selalu bersumber kepada Al-Qur‟an dan
Hadits.
2. Al-Maui‟izha Al-Hasanah
Secara bahasa Maui‟izha Al-Hasanah terdiri dari 2 (dua) kata,
yaitu Maui‟izha dan Hasanah. Kata Maui‟izhah berasal dari kata
Wa‟azha ya‟izhu-wa‟azhun-Izhatan yang berarti nasehat, bimbingan,
pendidikan dan peringatan. Sedangkan Hasanah merupakan
kebaikan dari sayyi‟ah yang berarti kebaikan.16
Sedangkan didalam buku Hukum Dakwah karangan Hasanuddin
yang dimaksud dengan Al-Maui‟izha Al-Hasanah adalah perkataan-
perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau
memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau
dengan menggunakan Al-Qur‟an.17
Dan M. Munir didalam buku Metode Dakwah telah
mengklasifikasikan Al-Maui‟izha Al-Hasanah menjadi beberapa bentuk,
yaitu :
a. Nasehat atau petuah
b. Bimbingan, Pengajaran (Pendidikan)
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira atau Peringatan (Al-Basyis dan An-nadzir)
e. Wasiat (pesan-pesan positif)
3. Al-Mujadalah Bi-al-lati hiya ahsan
16
Ibid, h. 16 17
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 37
18
Dari segi etimologi lafaz Mujadalah berasal dari bahasa Arab
yang diambil dari kata Jadala yang mempunyai arti memintal atau
melilit. Kemudian apabila ditambahkan Alif pada huruf Jim yang
mengikuti wazan faa‟ala, Jadala dapat bermakna berdebat, dan
Mujadalah berarti perdebatan. Secara terminologis Al-Mujadala
berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan 2 (dua) pihak secara
sinergis, yang melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi
dan bukti yang kuat.18
d. Media Dakwah
Media dakwah adalah pengantar yang digunakan oleh seorang da‟i
dalam upaya dakwahnya. Media yang digunakan pada dasarnya adalah
ceramah agama yang disampaikan di Majelis-majelis, Mushalla dan
tempat pengajian lainnya. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan juga teknologi, media pun kemudian digunakan
sebagai alat untuk berdakwah.
Media dakwah yang telah mengikuti perkembangan zaman pada saat
ini, misalnya seperti media massa cetak ataupun elektronik (televisi, radio,
surat kabar, majalah, buku-buku keagamaan, film dan internet) sangat
membantu para da‟i dalam menyebarkan pesan-pesan dakwahnya. Dalam
bidang kesenian, seperti lagu-lagu yang bergenre Islami juga dapat dan
mampu digunakan untuk menyampaikan dakwah. Dengan kata lain,
18
M. Munir, Metode Dakwah, h. 19
19
media dakwah tidak hanya sebatas ceramah agama saja tetapi tujuan yang
utama dari dakwah adalah amar ma‟ruf nahyi munkar.
e. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh
para da‟i dan bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits, materi-materi yang
digunakan secara umum menerangkan mengenai aqidah (ketuhanan),
muamalah (ibadah) dan akhlaq (budi pekerti) yang sangat menyeluruh dan
menjelaskan hubungan dengan Allah SWT. Sebagai Tuhan YME.
Hubungan manusia dengan sesame manusia dan manusia dengan
lingkungan serta alam sekitarnya.
f. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam
rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dilakukan untuk memberikan
arah atau pedoman bagi gerakan langkah kegiatan dakwah, sebab tanpa
tujuan yang jelas seluruh aktifitas dakwah akan menjadi sia-sia.19
Salah satu misi kerasulan dari zaman ke zaman senantiasa sama
yaitu sebagai da‟i yang menyeru ke jalan Allah SWT. Mereka mengajak
umatnya agar menyembah hanya kepada Allah SWT. Dan menjauhi illah
selain Allah SWT. Atau dengan kata lain bukan menyeru kepada jalan
selain ajaran Allah SWT. Berupa ideologi, isme-isme dan kepercayaan
hidup lainnya. Sehingga tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia
kepada jalan Islam yang benar dan diridhloi Allah SWT. Agar hidup
19
Hasanudin, Manajemen Dakwah, h. 59
20
bahagia dan sejahtera di dunia dan di akhirat yang pada dasarnya menjadi
tujuan akhir manusia hidup dimuka bumi ini.
3. Hukum Dakwah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hokum mengandung arti undang-
undang atau peraturan. Dengan demikian, hukum dakwah adalah sesuatu
undang-undang atau peraturan yang mengatur pelaksanaan dakwah, tentu saja
undang-undang atau peraturan ini didasarkan pada hukum-hukum syariat
Islam yakni yang berasal dari Al-Qur‟an dan Hadits.
Dakwah merupakan tugas mulia, karena dakwah itu tidak lain menunjuki
manusia kepada kebaikan dan mengiring atau mengajak mereka untuk bersatu
dalam kalimat tauhid, mengajak mereka untuk menghadapi kezhaliman dan
kejahilan. Tidak ada aturan amal dan tugas yang paling mulia dan utama
selain pekerjaan dan tugas dakwah ini. Rasulullah dalam salah satu sabdanya
Balligu Anni Wallau Ayyat “sampaikanlah diriku walaupun hanya satu ayat”.
Dakwah atau berdakwah hukumnya adalah wajib bagi yang mengakui
dirinya muslim, sehingga tidak benar bila ada orang yang beranggapan bahwa
kewajiban dakwah itu hanya terletak dipundak mereka yang mendapat julukan
atau gelar di masyarakat sebagai ustadz, ulama, muballigh dan da‟i. Bagi
seorang muslim, dakwah merupakan manifestasi iman yang mantap dan
didukung oleh tingkat kesadaran yang tinggi. Iman dalam arti luas bukan
hanya pengakuan hati yang terdalam juga ucapan yang verbal dimulut akan
tetapi iman harus diaktualisasikan dengan berupa tindakan-tindakan perbuatan
dalam rangka menegakkan syariat Islam dimuka bumi ini.
21
Pada dasarnya para ulama sepakat bahwa dakwah Islam itu wajib
hukumnya. Tetapi wajibnya ada yang berpendapat wajib „ain, artinya seluruh
umat Islam dalam kedudukan apapun tanpa terkecuali wajib melaksanakan
dakwah, dan adapula yang berpendapat bahwa dakwah hukumnya adalah
fardhlu kifayah, artinya dakwah itu hanya diwajibkan atas sebahagian umat
Islam yang mengerti saja seluk beluk agama Islam.20
Al-Qur‟an dan Hadits yang merupakan rujukan utama umat Islam
menjelaskan secara gambling kewajiban dalamberdakwah sebagaimana ayat
dalam Q.S. Ali Imran : 110
نش وتؤهىى ببهلل هىى ػي الو تن خيش أهت أخشجت للبس تأهشوى ببلوؼشوف وت , م
هن الوؤهىى وأمثشهن الفبسقىى, ولى ءاهي أهل النتبة لنبى خيشا لهن .ه
Artinya : “Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah SWT. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tetntulah itu
lebih baik bagi mereka diantara merka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasiq”. (Q.S. Ali Imran : 110).
Pernyataan pertama diperjelas dengan pendapat M. Natsir yang
mengatakan bahwa dakwah adalah kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap
muslim dan muslimah, tidak boleh muslim dan muslimah menghindari dari
padanya.21
Farid Makruf Noor, mengatakan alas an lain yang menetapkan
hukum dakwah wajib „ain memberikan penjelasan kata “minkum” sebagai
“bayyinah” (penjelasan) dari “taukid” menguatkan terhadapa kata
20
Syamsuri Siddiq. Dakwah dan Teknik Berkhutbah. (Bandung : PT al-Ma‟rifat, 1981) h.
12 21
Ismah Ismail, Strategi Dakwah Di Era Millenium, h. 1
22
”waltakun”.22
Kata “mim” dalam ayat tersebut “tabidh” (sebahagian), maka
kewajiban dakwah dibebankan hanya kepada sebahagian umat saja. Dalam
sebuah hadits Rasulullah bersabda :
“Siapa yang melihat kemunkaran maka hendaknya ia mencegah dengan
tangannya, atau dengan lisannya atau dengan hatinya, karena hati
adalah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim).
Mencermati pernyataan diatas ini menjadikan dakwah bukanlah sesuatu
yang begitu mudah untuk dilakukan, dakwah memerlukan strategi dan metode
yang sungguh dapat dijadikan patokan dalam proses penyampaiannya
tentunya harus pula memperhatikan situasi dan kondisi objek dakwah (mad‟u)
serta kemampuan juru dakwah.
4. Prinsip Dakwah
Prinsip mengandung pengertian dasar atau asas kebenaran yang menjadi
pokok pada dasarnya berfikir, bertindak, dan sebagainya. Pada esesnsinya
dakwah adalah meletakkan prinsipnya kepada Al-Qur‟an dan Hadits.
Dakwah dapat diartikan sebagai suatu proses yang berkesimbungan,
maksudnya adalah suatu proses yang bukan isidensial, melainkan benar-benar
direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus menerus oleh para
pengembang dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah
sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.23
Pada dasarnya prinsip dakwah itu adalah amar ma‟ruf nahyi munkar,
meskipun demikian tidak hanya menjadikan dakwah sebagai suatu yang
22
Farid Makruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, Cet ke-1. Surabaya PT Bina Ilmu,
1981, h. 47 23
Didin Hafidhuddin, Dakwah Faktual (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), h. 77
23
mudah untuk dilakukan, tanpa mengindahkan tata cara yang sopan dan santun
sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW. Karena
dakwah adalah merupakan kewajiban terhadap setiap muslim tanpa
memandang asal golongan maupun social dari objek dakwahnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu kita
perhatikan seksama agar dakwah dapat dilaksanakan dengan baik dan
menyejukkan pendengar (mad‟u). Di dalam buku Metode Dakwah24
M
Munir memuat beberapa hal tentang prinsip-prinsip dakwah yang
menyejukkan yaitu sebagai berikut :
1. Mencari titik temu atau sisi kesamaan. Apabila diamati pola
dakwah Rasulullah SAW. Sebelum tiba masanya hijrah, tidak
pernah menyeru umatnya sendiri atau ahli kitab sebutan orang-
orang kafir, musyrik atau munafik. Melainkan dengan seruan yang
sama dengan dirinya yakni yaa ayyuhan naas (wahai manusia) atau
yaa qaumii (wahai kaumku). Bahkan untuk orang-orang yang
munafik, sebelum jatuhnya kota Mekkah Nabi Muhammad SAW.
Mempergunakan panggilan yaa ayyuhal ladziina aamanuu (wahai
orang-orang yang beriman), dan sama sekali tidak pernah
mengungkapkan secara terang-terangan kemunafikan mereka
dengan panggilan yaa ayyuhal munaafiquun (wahai orang-orang
yang munafik).
24
M Munir, Metode Dakwah, h. 50-58
24
2. Menggembirakan sebelum menakut-nakuti. Sudah menjadi fitrah
manusia menyukai hal-hal yang menyenangkan dan membenci
kepada yang menakutkan, maka selayaknya bagi para da‟i untuk
memulai dakwahnya dengan member harapan yang menarik dan
menggembirakan sebelum memberikan ancaman. Rasulullah
SAW. Bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Muslim “Serulah
manusia! Berilah kabar gembira dan janganlah membuat orang
lari”. Seorang da‟i seharusnya terlebih dahulu memberikan targhib
(kabar gembira) sebelum tarhib (ancaman). Contohnya member
tahu keutamaan menjalankan shalat pada waktunya sebelum
member peringatan besarnya meninggalkan shalat. Kabar gembira
dan ancaman memang sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam
berdakwah, karena targhib memberikan motivasi untuk
menumbuhkan harapan dan optimism seseorang. Sedangkan tarhib
memberikan perenungan dan penyadaran kepada seseorang untuk
kembali kepada Jalan Allah SWT.
3. Memudahkan dan tidak mempersulit. Rasulullah SAW. Selalu
menerapkan metode yang mempermudah dan tidak mempersulit,
karena pada dasarnya Alla SWT. Menyukai yang mudah dan tidak
mempersulit. Seperti yang terdapat dalam Q.S Al-Baqarah : 125
ب البيت هثب بت للبس وأهب واتخزوا هي هقبم ابشاهين هصلي وػهذ , وار جؼل
ب الي ابشاهين واسوبػيل أى طهش بيتي للطبءفيي والؼب مفيي والشمغ السجىد
25
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu
(Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang
aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim [89] tempat
shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang
i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
4. Memperhatikan psikologi mad‟u. Mengingat bermacam-macam
tipe manusia yang dihadapi da‟i dan berbagai jenis antara dia
dengan mereka serta kondisi psikologis mereka. Setiap da‟i yang
mengharapkan sejuk dalam aktifitas dakwahnya harus
memperhatikan kondisi psikologis mad‟u. hal ini menjadi penting,
mengingat tidak semua pokok persoalan yang dihadapi seseorang
dapat diselesaikan dengan metode penyampaian yang sama.
Lebih lanjut Faizhah dan Lalu Muchsin Effendi dalam bukunya Psikologi
Dakwah25
menjelaskan bahwa agar dakwah menjadi efektif, masyarakat
dakwah khususnya para da‟i harus memahami prinsip dakwah yang sesuai
dengan kenyataan dakwah di lapangan, yakni sebagai berikut :
1. Berdakwah itu harus dimulai dari diri sendiri (ibda‟ binafsik) dan
kemudian menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi
masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT. Yang terdapat
dalam Q.S. At-Tahrim : 6
فسنن واهلنن بسا وقىدهبالبس والحجبسة ػليه يبايهبالزيي اهىاقىاا
هآلءمتغالظ شذاد اليؼصىى اهلل هباهشهن ويفؼلىى هبيؤهشوى
25
Faizhah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta : Peranada Media, 2006),
h. x-xii
26
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
2. Secara mental, seorang da‟i harus siap menjadi pewaris para nabi,
yakni mewarisi perjuangan yang beresiko seperti para nabi juga
harus mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaumnya
meski sudah dilengkapi dengan mu‟jizat.
3. Da‟i juga harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan
waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu
dakwah pun harus memperhatikan tahapan-tahapan sebagaimana
dahulu nabi Muhammad SAW. Harus melalui tahapan periode
Mekkah dan Madinah.
4. Da‟i juga harus menyelami alam fikiran masyarakat sehingga
kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika
masyarakat. Sebagaimana pesan Rasulullah SAW. “khatib an
as‟ala qadri „uquulihim” dalam menghadapi kesulitan, da‟i harus
bersabar, jangan bersedih atas kearifan masyarakat dan jangan
terbelenggu dalam tipu daya syetan, karena sudah menjadi
sunnatullah bahwa setiap pembawa kebenaran pasti akan dilawan
oleh orang kafir, bahkan setiap nabi pun mengalami diusir oleh
kaumnya. Seorang da‟i harus bisa mengajak, sedangkan yang
member petunjuk adalah Allah SWT.
27
5. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi dakwah,
sebaliknya citra buruk dakwah akan membuat semua aktifitas
dakwah menjadi kontra produktif. Citra positif bisa dibangun
dengan kesungguhan dan konsisten dalam waktu yang lama.
Tetapi citra buruk dapat terbangun hanya karena oleh satu
kesalahan fatal. Dalam hal ini, terbangun seketika hanya oleh satu
kesalahan fatal. Dalam hal ini, keberhasilan membangunkomunitas
Islam, meski kecil akan sangat efektif untuk dakwah.
6. Da‟i harus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah,
yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal yang
bersifat universal. Yakni Al-Khair adalah kebaikan universal yang
datangnya secara normative dari tuhan, seperti keadilan dan
kejujuran, sedangkan Al-Ma‟ruf adalah sesuatu yang secara
“sosial” dipandang sebagai kepantasan.
B. REMAJA
1. PENGERTIAN REMAJA
Masa remaja merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa, baik
secara jasmani maupun rohani. Masa ini disebut sebagai masa aqil balig dan
masa ini juga disebut sebagai masa pubertas yakni ketika seorang anak
mengalami perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual.26
26
Abdurrouf, M. Gazhi. Ali, Zuhriya Isma, Masa Transmisi Remaja, h. 1
28
Masa remaja adalah suatu tahap perkembangan jiwa manusia yang
merupakan masa perpindahan (transisi) dari anak-anak ketahap dewasa27
.
Masa remaja (masa Adolensi) ialah masa menuju kedewasaan. Masa
ini merupakan tahapperkembangan dalam kehidupan manusia, dimana
seseorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi, tetapi jugabelum dapat
dikatakan dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa
pancaroba atau masa peralihan dari anak-anak menuju kearah kedewasaan.
Masa adolensi ini disebut juga sebagai masa “psychological learning”
dan “social learning” berarti pada masa ini pemuda dan pemudi remaja
sedang mengalami suatu pematangan social, kedua hal ini terjadi berbarengan
atau serempak dalam konten waktu yang sama.
Remaja adalah suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi
dianggap sebagai anak-anak, akan tetapi juga belum dapat dikatakan atau
dipandang sebagai orang dewasa. Jadi remaja dalah umur yang
menjembatani antara umur anak-anak dan dewasa. Pada usia ini terjadi
banyak sekali berbagai macam perubahan, yang tidak mudah bagi seorang
anak untuk menghadapinya tanpa adanya bantuan dan pengertian dari pihak
orang tua dan orang dewasa pada umumnya.
Prof. Dr. Zakiah Drajat memberikan pengertian remaja dari segi
psikologi dan pendidikan. Menurutnya remaja “adalah tahap unsure yang
dating setelah masa anak-anak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang
cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi baik didalam maupun diluar itu
membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, prilaku, kesehatan, dan
kepribadian remaja”.28
27
Sarlito, Wirawan Sarwono, Remaja Seks dan Disiplin (Jakarta : Pustaka Antara, 1992),
cet. Ke-2 h. 102 28
Prof. Dr. Zakiah Drajat, Psikologi dan Pendidikan, h. 16
29
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Remaja
Ada beberapa faktor aliran yang mempengaruhi dari pembentukan sikap
remaja :
a. Aliran Nativisme
Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah adalah faktor
pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan,
bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan
atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi baik.
b. Aliran Empirisme
Dalam aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor yang datangnya dari luar,
yaitu lingkungan social termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada
seseorang itu baik, maka baiklah orang itu. Demikian pula
sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan yang
dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.29
c. Aliran Konvergensi
Dalam aliran ini bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh faktor
internal, yaitu pembawaan diri seseorang dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
29
Abuddin Nata, Ibid, h. 166
30
interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah
yang lebih baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif
melalui berbagai metode.
Dari ketiga aliran diatas tadi maka, adalah aliran konvergensi lah yang
sesuai dengan ajaran Islam, hal itu dapat difahami di dalam Q.S. An-Nahl : 78
واهلل أخشجنن هي بطىى أههب تنن لب تؼلوىى شيئب وجؼل لنن السوغ والأ بصبس
والأفئذة لؼلنن تشنشوى
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Dan dalam ayat diatas telah menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki
potensi untuk dididik, baik itu penglihatannya, pendengarannya, bahkan hati
nuraninya. Potensi ini juga harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan
ajaran dan pendidikan yang baik.
Teori konvergensi diatas sesuai dan sejalan dengan Hadits Rasulullah
SAW yang berbunyi :
مل هىلىد يىلذػلي الفطشة
Artinya : “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah
(rasa ketuhanan kepada kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang
membentuk anak tersebut itu menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi”.
(H.R. Bukhori).
Ayat Al-Qur‟an dan Hadits tersebut di atas, selain menggambarkan adanya
teori Konvergensi juga menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama
dalam pendidikan adalah orang tua. Itulah sebabnyaorang tua khususnya
31
kaum ibu mendapat gelar sebagai madrasah, yakni tempat berlangsungnya
kegiatan pendidikan.30
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi sikap pembinaan remaja
ada 2 (dua) macam :
1. Faktor dari dalam
Adalah potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa
semenjak lahir.
2. Faktor dari luar
Dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru di sekolah, dan
tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.
3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Sikap Remaja
Para ahli berpendapat mengenai batasan dari umur atau usia remaja,
antara lain :
1. Menurut Elizabeth. B. Hurlock yang dikutip oleh Andi Mappiare
menyatakan :
Masa Pubertas 10-13 atau 14 tahun
Masa Remaja Awal 13 atau 14-17 tahun
Masa Remaja Akhir 17-21 tahun31
.
Dalam pembagian rentangan usia atau umur Hurlock terlihat jelas akan
rentang waktunya yaitu antara usia 13-21 tahun, yang dibagi menjadi masa
remaja awal 13 atau 14-17 tahun.
30
Ibid, h. 169 31
Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya : 1982), h. 24
32
2. Jika dilihat pada rentangan waktu umur atau usia remaja dari segi
psikologis sebagian pendapat mengatakan bahwa secara global masa
pemuda atau masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun dan
mereka membagi masa tersebut menjadi32
:
a. Pra Pubertas
Wanita : 10-13 tahun
Laki-laki : 12-14 tahun
b. Pubertas
Wanita : 13-15 tahun
Laki-laki : 14-16 tahun
c. Krisis Remaja
Wanita : 15-16 tahun
Laki-laki : 16-17 tahun
d. Adolesen (peremajaan)
Wanita : 16-17 tahun
Laki-laki : 17-21 tahun
Menurut Singgih D Gunarsa dan Istri “usia remaja di Indonesia antara 12-
22 tahun.33
Perbedaan ini sangat wajar karena pertumbuhan fisik maupun
psikis anak tidak lepas dari pengaruh faktor lingkunan keluarga, kultur, dan
serta alam sekitarnya. Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock maka akan
dapat difahami bahwa patokan probalitas usia remaja berkisar antara 10,5
tahun sampai 21 tahun.34
Menurut Kassandra (2008), seorang psikolog berpendapat bahwa “masa
remaja adalah adalah masa dimana timbulnya bebrbagai kebutuhan dan emosi
32
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta : Rineke Cipta: 1993), cet
Ke-3 h. 9 33
Singgih D Gunarsa dan Istri, Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga (Jakarta :
Gunung Mulia : 1991), Cet Ke-1, h. 15 34
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga, 1980, Edisi ke-5, h.
14
33
serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya
fikir menjadi matang. Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan
yang tidak menentu, cemas dan bimbang, dimana berkecamuk harapan,
tantangan, kesenagan bahkan kesengsaraan yang semuanya harus dilalui
dengan perjuangan yang berat untuk menuju hari depan yang cerah”.35
C. Pandangan Islam Tentang Dakwah Dikalangan Remaja
Kapanpun zamannya dan dimanapun tempatnya, bahkan sepanjang
sejarah hingga sekarang ini, remaja merupakan tiang penyangga umat Islam,
pembangkit kemajuan, pembawa bendera serta bisa menjadi komandan yang
membawa kepada kemenangan. Lantaran itu pula para remaja yang akan
menjadi pemuda merupakan sasaran sasaran orang yang ingin merubah
kondisi suatu masyarakat menjadi, mereka para remaja dihidangkan dengan
sajian-sajian buruk yang mengarahkan mereka kepada ke-bathilan yang
menjadikan mereka para remaja menjadi jauh dari jalan Allah SWT. Mereka
pun para remaja terus dan menerus dihidangkan racun melauli media massa
baik berupa televisi, radio, film-film, komik, novel dan sebagainya.
Oleh karena itu lihatlah ketika para remaja yang membuat masalah
ditengah-tengah masyarakat, mereka hidup untk mengganggu orang lain,
bermabuk-mabukan, sering tidur tengah malam tanpa tujuan dan lain-lain.
Mereka itu merupakan generasi yang berpotensi hanya saja situasi lingkungan
kurang baik sehingga membuat mereka terlihat seperti anak-anak yang brutal.
Oleh karena itu dakwah dikalangan remaja sangat dibutuhkan untuk
membangkitkan generasi Islam menjadi lebih baik lagi, semangat para remaja
dan dan cita-cita para remaja yang tinggi hanya dapat ditampung dan
35
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1994, h. 9
34
disalurkan oleh agama Islam. Sebab Islam adalah ajaran Allah SWT yang
sempurna, tanpa cacat dan cela, dan Islam mengajak manusia kepada kebaikan
dunia dan akhirat.
Ajaran Islam mengarahkan dan membimbing para remaja untuk beribadah,
mengabdi dan berbakti kepada Dzat Yang Maha Tinggi yaitu Allah SWT.
Islam melatih para remaja agar selalu menghubungkan kepada Tuhan Semesta
Alam. Dengan demikian para remaja akan menjadi orang-orang atau generasi-
generasi yang akan menyebarluaskan cinta dan kasih saying Allah SWT
ketengah-tengah masyarakat, karena agama Islam tidak rela jika para remaja
yang berpotensi terjerumus kedalam jalan yang menyesatkan dan merusak
moral yang akan menjadikan mereka sampah mayarakat.
Dan ketika Islam pertama kali muncul di muka bumi, para pendukungnya
kebanyakan adalah remaja yang senantiasa haus akan kebenaran dan keadilan.
Rasulullah SAW selama 13 (tiga belas) tahun pertama berdakwah di kota
Mekkah tidak banyak menghasilkan jumlah pengikut, karena kebanyakan para
penduduk kota Mekkah adalah orang tua yang sangat kuat memegang teguh
tradisi dan adat istiadat jahiliyah.
Dengan remaja sebagai ujung tombak untuk dakwah, maka Islam pun
melesat bagai anak panah, potensi tenaga para remaja diarahkan untuk hal-hal
yang positif dan membangun baik untuk dirinya sendiri dan orang lain serta
agama Islam), para remaja senantiasa meningkatkan dan mempertahankan
Iman yang menyala dalam hati mereka.
35
D. Remaja Dalam Islam
Remaja adalah harapan umat. Kalimat tersebut nampaknya berlaku
sepanjang zaman, dan tidak ada 1 (satu) negarapun yang akan
menyangkalnya. Di pundak para remajalah nasib perkembangan dan kejayaan
umat bertumpu. Masa vitalitas hidup, didukung kondisi fisik yang yang kuat
dan segar maka remaja memiliki potensi yang kuat untuk berbuat sesuatu.
Pada masa inilah manusia memiliki kesempatan yang sangat besar untuk
membekali dirinya menjadi “orang”.
Saat dimana terbuka peluang yang sangat besar untuk menimba ilmu,
melatih keterampilan serta memperkuat stamina. Saat inilah, kesempatan
untuk menjelajah dunia terbuka lebar, mereguk berbagai pengalaman dan
menyibak cakrawala kehidupan dunia. Remaja yang kuat aqidahnya dalam
kefahamannya, mulia akhlaqnya, tegas dan berani sikapnya, remaja yang sehat
dan kuat badannya, cerdas dan terampil tangannya, gesit dan dinamis
gerakannya serta luas dan jernih wawasan berfikirnya.36
Ketaqwaan atau kepatuhan yang sempurna, komitmen yang total dan
kepasrahan yang penuh kepada Allah SWT merupakan karakteristik remaja
muslim yang paling penting. Ada beberapa konsep remaja muslim antara lain:
1. Iman dan taat kepada Allah SWT
Ketaqwaan atau kepatuhan yang sempurna, komitmen yang total dan
kepasrahan yang penuh kepada Allah SWT merupakan karakteristik
remaja muslim yang paling penting. Ia merupakan landasan utama.
36
Nurul Fikri, Pemuda Di Simpang Jalan, (Jakarta, YPI, 1992), h. 1
36
“dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan mengabdi
selain kepada-Nya”. (Q.S Al-Isra : 23)
2. Berlaku baik kepada orang tua
Islam telah menekankan pentingnya berlaku baik kepada kedua orang
tua. Orang tua bukanlah sekedar pangkalan kebutuhan material
sebagaimana lazimnya dalam masyarakat barat. Tetapi remaja muslim
senantiasa menyadai akan fakta bahwa sebagian ibadah kepada Allah
SWT terletak dalam sikap yang baik terhadapkedua orang tua,
merawat mereka pada saat mereka memerlukannya dan memanjatkan
do‟a kepada Allah SWT agar dilimpahkan rahmat dan karunianya
kepada mereka berdua.
3. Jujur dan sikap tanggung jawab
Inilah sikap yang mestinya menghiasi karakteristik remaja muslim.
Jujur dalam segala hal, dan memiliki tanggung jawab yang tinggi
terhadap semua persoalan yang ada pada diri dan lingkungannya.
Remaja muslim harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
pembinaan dirinya kearah yang positif baik pembinaan akal, ruh
maupun jasmani.
4. Persaudaraan dan cinta kasih.
5. Saling bermusyawarah.37
37
37
Nurul Fikri, Pemuda Di Simpang Jalan, (Jakarta, YPI, 1992), h. 1
37
BAB III
PROFIL USTADZ DR. H. SYAMSUL YAKIN, MA
A. Riwayat Hidup Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA
Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA adalah seorang pemilik dan
pembina sekaligus pengasuh pondok pesantren AL-ITTIHAD yang berada di
daerah Sawangan kota Depok. Beliau bekerja di MUI kota Depok yang
memiliki jabatan sebagai salah satu anggota komisi Fatwa. Dan, beliau sendiri
adalah salah satu ustadz yang sangat dipercaya oleh Ustadz H. Muhammad
Arifin Ilham, pimpinan majlis Dzikir Az-zikra. Oleh karena itu, terkadang
Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA di dalam berdakwah sering tampil di
salah satu stasiun televisi swasta bersama dengan Ustadz H. Muhammad
Arifin Ilham. Selain itu beliau pun sering berdakwah di stasiun radio-radio
swasta sesuai dengan jadwal panggilan1.
Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA lahir di Bogor, Jawa barat pada
tanggal 17 Pebruari 1973. Seorang ustadz dengan bekal akademis karena
beliau adalah Sarjana Jurusan Tafsir Hadist, Fakultas Ushuluddin di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1997. Lanjutan
studinya berlangsung di tempat yang sama dan berhasil meraih gelar Magister
Agama pada tahun 2003. Dan beliau menyelesaikan gelar Doktoralnya di
1 Wawancara langsung dengan Nara Sumber 10 Desember 2010
38
bidang Konsentrasi Pemikiran Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 20092.
Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA merupakan anak pertama dari enam
bersaudara yang terlahir dari pasangan bapak H. Ahyari Chalid dan ibu Hj.
Ida Nursida dan merupakan keturunan salah satu tokoh masyarakat atau ulama
kenamaan yang berada di desanya. Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA
menikah dengan Hj. Juriah dan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang
bernama M. Bilyuser Awwan3. Sungguh pengaruh lingkungan, terutama
lingkungan keluarga amatlah dominan dalam pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak manusia, baik itu perkembangan fisiknya maupun perkembangan
psikisnya. Lingkungan keluarga adalah dimana seseorang itu tinggal,
terutama pada masa kecilnya akan sangat berpengaruh dan mewarnai
kehidupannya kelak saat dewasa, apakah kelak nanti ketika dia dewasa berada
dalam keadaan jalan yang lurus dan benar atau dia berada dalam keadaan yang
sesat atau kurang beruntung, yaitu jalan yang tidak mendapatkan rahmat dari
Sang Khaliq pemilik kehidupannya.
Beruntunglah Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA, beliau memiliki orang
tua dan lingkungan yang baik, yang mampu memberikan warna warna
kebaikan pada kehidupannya. Betapa tidak, buah pernikahan bapak H.
Ahyari Chalid dan ibu Hj. Ida Nursida dididik kedalam lingkungan yang
agamis dan menjunjung tinggi kebenaran serta akhlaqul karimah. Walaupun
ayahandanya (H. Ahyari Chalid) bukanlah seorang guru akan tetapi dimata
2 Wawancara langsung dengan Nara Sumber 10 Desember 2010
3 Wawancara langsung dengan Nara Sumber 10 Desember 2010
39
keluarga ayahandanya adalah orang yang telah menciptakan sebuah kondisi
lingkungan keluarga yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan putera-
puterinya.
Sementara itu sang ibunda tercinta (Hj. Ida Nursida) disamping telah
menjadi istri yang setia mendampingi suaminya, beliaupun telah menjadi
pembimbing ruhani dan pengayom bagi putera-puterinya, hingga saat ini
beliau masih selalu mendampingi dan ikut mengayomi buah pernikahannya
itu.
B. Latar Belakang Pendidikan Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
Sebagai seorang yang hidup didalam keluarga ulama dan guru, ustadz DR.
H. Syamsul Yakin sangat menyadari betapa pentingnya arti pendidikan.
Terutama dalam membuka wawasan, mengembangkan intelegensi serta
membentuk kepribadian yang dapat menghantarkan seseorang menuju
kesuksesan dengan prinsip demikian, ia tetap berupaya mengenyam
pendidikan formal sampai dengan jenjang yang tinggi. Bahkan setelah
berkeluarga dan bekerja di MUI Kota Depok, gelar akademik S2 dan S3 pun
mampu diraihnya dengan prestasi yang cukup menakjubkan.
Adapun lembaga tempat ia mengenyam pendidikan formalnya adalah
sebagai berikut : Sekolah Dasar di SDN Parung Bingung I Kota Depok dan
lulus pada tahun 1987, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 2 Bango Raya
Kota Depok dan lulus pada tahun 1990, sedangkan SMA ia tempuh di SMA 1
Kota Depok dan lulus pada tahun 1993. Kemudian ia meraih gelar sarjana S1
pada Fakultas Ushuluddin di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
40
Hidayatullah Jakarta tahun 1997, gelar Magister Agama disandangnya pada
tahun 2003, dan beliau menyelesaikan gelar Doktoralnya di bidang
Konsentrasi Pemikiran Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 20094.
Disamping pendidikan formal, orang tuanya sangat mengajarkan dan
sangat mementingkan pendidikan agama, yang meliputi Aqidah, Akhlaq,
Tajwid, dan yang menjadi contoh baginya adalah sosok kakek dan
ayahandanya yang merupakan pejuang dan ahli agama. Berkat bimbingan
merekalah ia mampu menguasai dan mengamalkan ajaran agamanya sehingga
banyak orang yang memberinya gelar ”ustadz” karena fasihnya dalam
mengutip ayat-ayat Al-Qur‟an dan Al-Hadist disetiap sambutan atau pidato.
Bahkan sering kali orang mengatakan ia sedang berceramah, padahal saat
itu ia sedang berpidato dan memberikan pengarahan atau sambutan. Dan
terkadang jika ia berada didepan ibu-ibu ucapan, nasehat dan tausiyahnya
sering kali memukau dan mengalahkan penceramah yang sesunguhnya.
C. Karya Tulis Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
Sebagai seorang da‟i, Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA pun pernah
menulis karyanya di beberapa Buku, Koran dan Majalah yang kemudian
dicetak dan disebarluaskan antara lain :
BUKU
1. Indonesia Berzikir: Risalah Anak bangsa untuk Negeri Tercinta (2004)
2. Meraih Ramadhan Sepanjang Masa: Serpihan Mutiara Puasa untuk
Bekal Menjadi Takwa (2005).
4 Wawancara langsung dengan Nara Sumber 10 Desember 2010
41
3. Menghampiri Ilahi Melalui Dzikir Taubah: Ikhtiar M Arifin Ilham
Membangun Masyarakat Spiritualis-Humanis, (2002)
4. Etika Bisnis Pribadi Berzikir, (2003),
5. Jejak Langkah Islam di Depok: Kembali ke Akar Sejarah Kembali ke
Sumber Syari’ah (2006),
6. Membangun Kota Religius, (2005),
7. Akhlak Mulia untuk Kelas VII SMP (2007)
8. Bahan Pengayaan Akhlak Mulia IV SD (2008)
9. Bahan Pengayaan Akhlak Mulia VI SD (2008)
10. Bahan Pengayaan Akhlak Mulia VI MI (2008)
11. Jadilah Anggota DPR Yang Baik Atau Tidak Sama Sekali (2008)
12. 7 Sunah Harian Rasulullah SAW (2008)
KORAN
1. “Kendala Budaya dalam Pengembangan Etika Usaha”, Suara Karya,
1997,
2. “Menepis Bias Negatif Mudik Lebaran”, Harian Terbit, 1997,
3. “Siaran dan Identitas Televisi”, Harian Terbit, 1996,
4. “Gembira Menyambut Puasa”, Monitor Depok, 15 Okotber 2004,
5. “Puasa dan Kejujuran”, Monitor Depok, 16 Oktober 2004,
6. “Dua Kebahagiaan Saat Berbuka”, Monitor Depok, 18 Oktober 2004,
7. “Mereformasi Diri di Bulan Suci”, Monitor Depok, 19 Oktober 2004,
8. “Menjadikan Dunia sebagai Surga”, Monitor Depok, 20 Oktober 2004,
9. “Puasa untuk Mengikis Cinta Dunia”, Monitor Depok, 21 Oktober
2004
10. “Keluarga Bertakwa Keluarga Bahagia”, Monitor Depok, 22 Oktober
2004,
11. “Figur Perempuan Tak Lagi Piguran”, Monitor Depok, 23 Oktober
2004,
12. “Saatnya Menahan Marah”, Monitor Depok, 25 Oktober 2004,
13. “Ramadhan Bulan Rekonsiliasi”, Monitor Depok, 26 Oktober 2004,
14. “Mendoakan Pemimpin”, Monitor Depok, 27 Oktober 2004,
15. “Memulai Hidup Sederhana”, Monitor Depok, 28 Oktober 2004,
16. “Memelihara Optimisme:, Monitor Depok, 29 Oktober 2004,
17. “Berinteraksi dengan al-Qur‟an”, Monitor Depok, 30 Oktober 2004,
18. “Berpihak kepada Kebenaran”, Monitor Depok, 1 November 2004,
19. “Memperbanyak Sedekah”, Monitor Depok, 2 November 2004,
20. “Menolong Saudara yang Menderita”, Monitor Depok, 3 November
2004,
21. “Saatnya Iktikaf”, Monitor Depok, 4 November 2004,
22. “Merengkuh Lailatul Qadar”, Monitor Depok, 5 November 2004,
23. “Peran Strategis Zakat”, Monitor Depok, 6 November 2004,
24. “Mempersiapkan Mudik Ruhani”, Monitor Depok, 8 November 2004,
25. “Menjelang Kepergian Ramadhan”, Monitor Depok, 9 November 2004
42
26. “Makna Takbir”, Monitor Depok, 10 November 2004
27. “Makna Hakiki Idul Fitri”, Monitor Depok, 11 November 2004,
28. “Ziarah Kubur”, Monitor Depok, 13 November 2004,
29. “Halal Bihalal‟, Monitor Depok, 14 Oktober 2004,
MAJALAH
1. “Kumpulan Karya Seorang Sarjana Ahli Hadits, Suara Hidayatullah,
1995,
2. “Urgensi Metode Takhrij dalam Studi Hadits, Panji Masyarakat, 1995,
3. “Al-„Alim: Maha Mengetahui”, Azzikra, 2005,
4. “Al-Qabidh wa al-Basith: Maha Menyempitkan dan Melapangkan”,
Azzikra, 2005,
5. “Al-Khafidd wa al-Rafi: Maha Merendahkan dan Meninggikan,
Azzikra, 2005,
6. “Allah”, Azzikra, 2005,
7. “Al-Muiz wa al-Mudzil”, Azzikra, 2005,
8. “As-Sami‟, Azzikra, 2006,
9. “Al-Bashir”, Azzikra, 2006,
10. “Al-Hakam”, Azzikra, 2006,
11. “Al-„Adl”, Azzikra, 2006,
12. “Al-Lathif”, Azzikra, 2006,
13. “Al-Khabir”, Azzikra, 2006,
14. “Al-Azzhim”, Azzikra, 2006,
15. “Al-Ghafur, Azzikra, 2006,
43
BAB IV
AKTIFITAS DAKWAH USTADZ DR H SYAMSUL YAKIN, MA DI
KALANGAN REMAJA MUSHALLA MADINATUL QUR’AN
A. Bentuk Aktifitas Dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
Aktifitas dakwah dalam pandangan Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
merupakan semua aktifitas yang berhubungan dengan keagamaan dalam
rangka menjelaskan tentang ilmu tauhid atau tentang menjelaskan Allah
SWT dengan segala ajarannya, atau juga dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang berbentuk kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan sengaja
yang mengarah pada merubah seseorang atau kelompok bagi yang belum
faham menjadi faham dan yang sudah faham akan menjadi lebih faham
lagi.1
Menurut Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA berdakwah bukanlah hal
yang mudah, karena da’i mengajak manusia kepada jalan kebenaran dan
mereka harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang telah melekat dengan
mayarakat atau seseorang yang di dakwahinya2. Seorang da’i tidak boleh
kesal dengan dan merasa letih atau putus asa, karena tugas seorang da’i
hanya menyampaikan dan Allah SWT akan memberi petunjuk dan hidayah
bagi mad’u. Karena sesungguhnya hidayah itu tidak akan mampu bagi
orang-orang yang Allah SWT tidak izinkan atau kehendaki, sebagaimana
dalam Surat Al-Qashash : 56
1 Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 11 Desember 2010
2 Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 5 Januari 2011
44
Artinya ““Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah-lah yang memberi
petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al-Qashash: 56)
Menurut Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA juga dalam berdakwah
seorang da’i tidak menyandarkan dakwahnya hanya berdasarkan teori dan
metode saja, dakwah diperlukan juga wawasan yang luas3. Selain dari
pemahaman tentang Al-qur’an yang mutlak harus dikuasai, ilmu-ilmu lain
seperti psikologi, adat-istiadat suatu daerah, tekhnologi harus dikuasai agar
pendakwah tidak melakukan kesalahan dengan menuding apa yang
diperbuat tersebut adalah salah.
Seorang da’i harus dapat membantu mad’u merubah pola berfikir
mereka dan memperkaya fikiran-fikiran mad’u dengan isi Al-qur’an dan
Hadits. Yang paling menarik seorang juru dakwah akan berhadapan dengan
beragam daya serap dan pemahaman dari tiap-tiap kepala yang berbeda.
Bagaimanapun seorang da’i harus bersikap bijaksana dan lapang dada, jeli
dalam memandang masalah dan berpandangan luas sehingga mad’u tidak
menolak apa-apa yang disampaikan oleh da’i.
Aktifitas dakwah yang dilakukan Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA
yaitu dakwah Bil Lisan dengan berceramah di berbagai pengajian Mushalla,
Majlis Ta’lim Juga pengajian keluarga, salah satu Mushalla tempat beliau
mengadakan pengajian adalah Mushalla Madinatul Qur’an Sawangan Kota-
Depok. Dan pengajian di kalangan remaja Mushalla Madinatul Qur’an
Sawangan Kota-Depok dilakukan setiap satu minggu sekali yang
3 Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 5 Januari 2011
45
dilaksanakan pada Kamis malam setelah shalat Isya, Aktifitas dakwah di
kalangan remaja Mushalla Madinatul Qur’an dilakukan secara terus menerus
atau bersambung tiap minggunya.
Oleh sebab itu demi kelancaran aktifitas dakwahnya, selain belajar
tentang ilmu dakwah, Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA juga belajar ilmu
Psikologi Dakwah untuk memahami karakter mad’unya khususnya remaja,
Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA mengamalkan metode dakwah Al-
qur’an dengan strategi dalam pengaplikasiannya dan menyampaikan
materi dakwah yang mengutamakan dasar agama dengan cara yang
berbeda dari ustadz lainnya4.
B. Metode Dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
Metode dakwah yang digunakan Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
menurutnya memakai konsep dakwah Rosulullah SAW, yaitu bil hal bil
hikmah. Bil Hal berarti da’i menjalankan terlebih dulu terhadap dirinya
sebagai uswah (contoh) bagi mad’u, baru kemudian disampaikan kepada
orang dengan hikmah. Bil hikmah berarti berbicara benar dengan tidak
menyinggung orang lain. kemudian dalam cara berbicara dibagi-bagi lagi
dilihat dengan siapa dan kepada siapa. Ketika berbicara dengan orang
yang berilmu memakai mauidzah hasanah, kalau berbicara dengan orang
yang keras kepala menggunakan debat (mujadalah) sedangkan jika
berbicara dengan orang yang tidak berilmu menggunakan kasih sayang5.
4 Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 5 Januari 2011
5 Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 5 Januari 2011
46
Kemudian dalam ceramahnya Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
mengamalkan metode dakwah yang tercantum dalam Al-qur’an Surat An-
Nahl : 125
ادع الي سبيل ربك بالحكمة والمىعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن ان ربك
هى أعلم بمن ضل عن سبيله وهى أعلم بالمهتدين
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl : 125).
Adapun metode dakwah beliau yang biasa direalisasikan dalam
berdakwah dikalangan remaja adalah sebagai berikut :
1. Metode Bil-hikmah, Mauzhah hasanah, dan Mujadalah Bil Lati Hiya
Ahsan
Sesuai yang dijelaskan dalam Al-qur’an dalam Surat An-Nahl :
125. Bahwa ketika berdakwah maka serulah mereka dengan Hikmah :
adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara
yang hak dengan yang bathil. Setiap seseorang yang berdakwah dalam
penyampaian dakwahnya tentunya harus membawanya dengan tegas
dan benar agar mad’u yang diseru dapat memahami betul apa yang
disampaikan. Dan da’I harus berani mengatakan kebenaran walaupun
itu pahit pada diri seorang pendakwah.
Yang kedua dalam Al-Qur’an yaitu penyampaian dakwah harus
dengan Mauizhah Hasanah : adalah dengan memberikan contoh yang
47
baik. Dalam diri seorang da’I harus memiliki dan wajib mempunyai
karakter ini agar seorang pendakwah tidak dikatakan orang yang
munafik, artinya ketika berdakwah yang mengajak dan memerintahkan
dalam hal kebaikan tetapi didalam merealisasikan dalam kehidupannya
pendakwah tidak diterapkan, dan hal inilah yang banyak dikhawatirkan
oleh para pendakwah atau da’I.
Yang ketiga dalam dalam Al-qur’an adalah Mujadalah Bil Lati
Hiya Ahsan adalah didalam berdakwah dengan debat tetapi dengan cara
yang lemah lembut dan juga baik. Bukan dengan cara saling
menjatuhkan antara yang satu dengan yang lain. Penyampaian materi
harus mempunyai sikap yang bijaksana serta tegas sehingga dapat
menarik simpati dari para mad’u atau jamaah.
Metode beliau juga lebih mengarah kepada ilmiah, objektif dan
selalu menjelaskan dikalangan remaja dengan logika6. Dikatakan lebih
ilmiah yakni dilihat dari beberapa segi ilmu baik ilmu pengetahuan
umum maupun ilmu pengetahuan agama yang tentunya sesuai dengan
penjelasan dan tafsir yang ada didalam Al-Qur’an dan Hadits agar
referensi yang diberikan benar-benar jelas. Kemudian objektif didalam
penyampaian dan tidak mengada-ada, dan memang terdapat sumbernya,
artinya sesuai dengan apa yang ada didalam Al-Qur’an dan Hadits dan
beliau pun selalu menjelaskan dengan logika yang tentunya sesuai
dengan penalaran remaja. Karena dalam Al-Qur’an banyak contoh
6 Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 5 Januari 2011
48
yang mungkin tidak mudah dicerna manusia. Dan dengan
menggunakan logika tentunya bisa membuka fikiran remaja dengan
melalui penjelasan dan memberikan contoh yang mudah difahami.
Salah satu contoh beliau adalah bahwa didalam Al-qur’an yang halal itu
jelas dan yang haram itu juga jelas seperti daging ayam itu halal untuk
dimakan akan tetapi daging babi itu haram untuk dimakan dan diantara
yang halal dan yang haram itu disebut syubhat (samar-samar) dan
remaja pun dilarang untuk mendekati sesuatu yang syubhat, karena
yang syubhat itu mendekati haram. Oleh karena itu bagi para remaja di
Mushalla Madinatul Qur’an yang belum mengerti dan jelas apa itu
syubhat maka beliau selalu memberikan penjelasan secara berulang-
ulang agar para remaja benar-benar mengerti apa yang dimaksudkan
tersebut.
Beliau mempunyai gaya bahasa yang khas, dan gaya bahasa ini
biasanya muncul ketika beliau sedang berpidato dan ketika sedang
menjelaskan satu masalah. Gaya bahasa beliau sejuk dan tutur katanya
pun lembut, dan inilah yang membuat para remaja senang diberikan
ilmu agama oleh beliau serta hal inilah yang membuat beliau menjadi
sukses ketika berdakwah.7
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini hampir setiap da’I menggunakannya, karena metode
ini sangat efisien sekali untuk membantu mad’u dalam memahami
7 Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 11 Desember 2010
49
tentang apa yang dijelaskan da’I, biasanya setelah da’I memberikan
materi melalui ceramah, maka da’I akan memberikan waktu para
jamaah atau mad’u untuk bertanya, bilamana ada materi yang belum
difahami. Dengan adanya metode tanya jawab ini diharapkan da’I
dan mad’u atau jamaahnya dapat berkomunikasi secara efektif.
Pada metode tanya jawab ini biasanya para jamaah atau mad’u
khususnya para remaja Mushalla Madinatul Qur’an akan
melontarkan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada da’I yang
berkaitan langsung dengan materi dan pembahasan yang telah
disampaikan walaupun terkadang dalam metode tanya jawab ini
banyak sekali pertanyaan yang ditanya para remaja yang
menyimpang keluar dari topik yang dibahas. Dan yang terpenting
dari metode tanya jawab ini adalah seorang da’I terlebih dulu harus
mempersiapkan bahan-bahan materi yang akan disampaikan, karena
banyak sekali da’I yang tidak menguasai materi secara maksimal
yang pada akhirnya para jamaah atau mad’u menjadi ragu untuk
bertanya, maka itu materi harus disiapkan secara baik oleh da’I.8
3. Metode Demonstrasi / Praktek
Metode ini biasanya digunakan seorang da’I apabila ada materi
ceramah yang belum jelas dikarenakan pemahan para jamaah atau
mad’u khususnya para remaja Mushalla Madinatul Qur’an berbeda-
beda, ada yang cepat menangkap materi yang disampaikan da’I ada
8 Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 11 Desember 2010
50
pula yang agak lamban atau lemah dalam menangkap materi yang
disampaikan da’I. Maka metode praktek ini sangat diperlukan sekali
dikarenakan ada beberapa materi yang harus dipraktekkan seperti
halnya pada materi bagaimana tata cara berwudhlu yang benar, cara
shalat yang baik, cara thaharah yang benar dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan tata cara ibadah.
Oleh karena itu disinilah fungsi seorang da’I dibutuhkan untuk
memberikan uswah atau pelajaran yang baik yaitu dengan cara
mempraktekkan apa yang mad’u atau remaja Mushalla Madinatul Qur’an
belum fahami, karena tanpa adanya bimbingan dari da’I terkadang jamaah
atau mad’u khususnya para remaja banyak yang mengerjakan atau
mempraktekkan hal tersebut tanpa mengetahui tata caranya yang baik
seperti dalam mengerjakan shalat tetapi hanya sekedar shalat tanpa adanya
kehati-hatian dalam menjalankannya. Adapun hasil dari metode ini adalah
para jamaah atau mad’u khususnya para remaja Mushalla Madinatul
Qur’an dapat lebih berhati-hati dalam beribadah sesuai dengan apa yang
telah diajarkan oleh da’I yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits.
C. Penerapan Metode Dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
1. Penerapan Metode Bil-hikmah, Mauzhah hasanah, dan Mujadalah Bil
Lati Hiya Ahsan
Didalam menerapkan metode ini, beliau menerapkan metode ini
dengan cara berceramah. Karena melalui ceramah yang disampaikan
51
benar dan tegas, maka sangatlah efektif dan remaja akan mampu
membedakan yang hak dan yang bathil.
Kemudian didalam penyampaian materi, biasanya beliau
memberikan materi dalam bentuk uraian dan penjelasan secara lisan
oleh beliau yang sedang dibahas, sedangkan para remaja Mushalla
Madinatul Qur’an duduk melihat, mendengarkan, dan menyimak apa-
apa yang sedang beliau sampaikan, dengan cara ini beliau
memberikan ceramah kehadapan remaja Mushalla Madinatul Qur’an
dan para remaja pun mendengarkan dan ada pula dari mereka yang
mencatat apabila ada materi yang disampaikan itu perlu untuk dicatat
agar mudah diingat dan agar mudah pula untuk dipraktekkan.
Biasanya Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA mempunyai
pembahasan khusus dalam penyampaian materi-materi beliau, yaitu
berkenaan dengan Tafsir Al-qur’an, Tauhid dan Ketaqwaan, Fiqih dan
materi yang lainnya9. Beliau memiliki ciri khas dalam aktifitas
dakwahnya selain beliau mengunakan logika dalam berdakwah beliau
juga mempunyai gaya bahasa yang lembut dan sejuk sehingga para
remaja Mushalla Madinatul Qur’an yang sedang mendengarkan beliau
merasa nyaman ketika mendengarkan ceramah beliau, dan tidak lupa
beliau selalu mengiringi ceramahnya dengan humor dan canda agar
para remaja Madinatul Qur’an tidak merasa jenuh dan monoton
9 Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 5 Januari 2011
52
karena ini adalah bagian resep para da’I dalam berpidato diiringi
dengan humor yang mendidik.10
2. Penerapan Metode Tanya Jawab
Metode ini adalah metode pelengkap dari metode ceramah dan
biasanya dibawakan ketika setelah selesai memberikan ceramah dan
biasanya diberikan waktu oleh seorang da’I untuk bertanya bilamana
ada materi ceramah yang disampaikan ada ketidakfahaman jamaah atau
mad’u yang mendengarkan. Dengan adanya metode Tanya jawab ini
sudah dapat dikatakan berkomunikasi secara efektif dan lebih akrab
antara da’I dan mad’u.
Dalam metode Tanya jawab ini biasanya ada beberapa remaja
Madinatul Qur’an yang suka bertanya mengenai sesuatu masalah yang
mereka rasa belum mengerti ketika da’I menjelaskan materi dan
kemudian beliaupun menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Metode Tanya jawab ini diaplikasikan untuk melayani kebutuhan
jamaah atau mad’u dan menjelaskan tentang hal-hal yang berkenaan
dengan materi yang sedang dibahas dan juga untuk mengurangi kesalah
fahaman jamaah.11
Metode ini menjadi sangat akurat karena sebagai pendalaman
materi dalam kegiatan pengajian. Dalam kegiatan yang sedemikian
rupa terjalin hubungan yang erat antara seorang da’I dan mad’u nya
mengenai persoalan agama.
10
Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 11 Desember 2010 11
Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 5 Januari 2011
53
Oleh karena itu dibutuhkan penguasaan materi yang sangat
mendalam agar seorang da’I bisa dan mampu menjawab semua
persoalan dan pertanyaan yang diajukan mad’u, dan semua ini pastinya
akan menjadi tantangan yang berat bagi seorang da’I dalam
menyebarkan dan mengajarkan ilmu agama.
3. Penerapan Metode Demonstrasi / Praktek
Penerapan metode ini mungkin sudah sering sekali beliau terapkan
pada saat beliau memberikan pemabahsan dan penjelasan mengenai
shalat, tata cara berwudhlu yang baik dan benar, maka beliau pun akan
dan pasti mencontohkan apa yang harus dilakukan atau dipraktekkan
oleh beliau.
Metode ini sebagai pelengkap dari metode-metode ceramah dan
Tanya jawab dan biasanya diterapkan apabila ada keterangan yang
memang harus dipraktekkan langsung yang berkaitan dengan materi
yang disampaikan. Metode ini didapatkan dan seringkali didapat ketika
beliau mengadakan diskusi atau Tanya jawab seputar permasalahan
agama yang menyangkut masalah ibadah khususnya masalah fiqih.
Dengan metode ini dapat memudahkan beliau dalam penyampaian
materi sehingga mad’u benar-benar dapat memahaminya dan dapat
langsung merealisasikannya dan ketika mad’u masih belum faham
maka praktek ini akan terus diulangi hingga mad’u faham benar. Dan
dengan cara ini pun beliau akan lebih dihormati oleh remaja karena
54
penyampaiannya yang jelas dan ternyata dalam hal praktek pun beliau
ternyata benar-benar sangat menguasainya.
D. Hambatan-hambatan yang dihadapi Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
Serta Penanggulangannya.
Keberhasilan serta kegagalan pada setiap manusia ataupun suatu
organisasi dalam mensiarkan agama khususnya dalam dakwah Islam untuk
menuju sukses tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan akan
tetapi membutuhkan perjuangan, kesabaran serta pengorbanan itu semua
semua tidak terlepas dari adanya factor pendukung dan penghambat, begitu
juga yang dihadapi oleh Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA dalam
menyampaikan dakwahnya.
Hambatan-hambatan dalam suatu kegiatan merupakan suatu ujian dalam
mencapai kemajuan atau perbaikan, dan hambatan-hambatan tersebut
biasanya datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri sendiri. Dan
hambatan-hambatan yang dialami Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA dalam
berdakwah diantaranya :
1. Dalam menyampaikan dakwahnya beliau mengalami komunikasi yang
kurang terjalin dengan baik (kurang efektif), biasanya seringkali terjadi
karena remaja Mushalla Madinatul Qur’an tidak memperhatikan atau
tidak menyimak dengan baik.
2. Tingkat pemahaman remaja yang berbeda-beda
3. Sulit untuk mengetahui pemahaman remaja terhadap materi yang
disampaikan.
55
4. Biasanya seorang remaja sulit untuk mengerti atau bahkan
menyimpulkan seluruh isi materi yang disampaikan.
Penaggulangan Hambatan didalam berdakwah yang diterapkan Ustadz DR
H Syamsul Yakin, MA adalah sebagai berikut :
1. Mensiasati isi pesan dakwah yang disampaikan beliau dengan
memberikan sedikit humor yang pas agar remaja tidak merasa bosan.
2. Penyampaian materi disampaikan dengan baik dan dengan lembut agar
remaja dapat mempelajari isi kandungan serta menghayati materi yang
telah disampaikan.
3. Bagi remaja yang kurang memahami materi maka dibuka Tanya jawab
4. Menjelaskan serta melengkapi isi materi yang kurang difahami dengan
cara mempraktekkan materi yang disampaikan sehingga remaja merasa
jelas dan mengerti.
5. penyampaian materi dibawakan dengan gaya bahasa yang khas, sopan,
santun dan lemah lembut.
Maka bagi seorang penceramah tentunya harus memiliki cara tersendiri
ataupun metode tersendiri agar pesan dakwah yang diberikan dapat difahami
para jamaah dan pesan yang dikemaspun harus mudah difahami dan dicerna.
Sudah tentunya hambatan dalam memberikan pesan sering terjadi dan yang
terpenting memberikan solusi dan jalan keluarnya.12
12
Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok, 11 Desember 2010
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan
konsep metode dakwah dari aktifitas dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin,
MA dikalangan remaja Mushalla Madinatul Qur’an Sawangan Kota Depok,
dan adapaun kesimpulannya sebagai berikut :
1. Konsep Metode Dakwah yang digunakan dalam Aktifitas Dakwah yaitu
dengan metode ceramah, metode Tanya jawab, dan metode
demonstrasi / praktek. Ketiga metode inilah yang selalu diterapkan
oleh beliau dalam menjalankan aktifitasnya dan menyampaikan pesan
moral kepada remaja di Mushalla Madinatul Qur’an Sawangan Kota
Depok, dengan tujuan agar dapat menyampaikan materi dengan tegas
dan benar dan tidak keluar dari Al-qur’an dan Hadits, dan mengetahui
kondisi yang dibutuhkan para remaja di Mushalla Madinatul Qur’an
pada saat ini, dengan harapan agar dapat mempermudah para pemuda
dalam mengamalkan materi yang disampaikan dan juga dapat menjadi
contoh remaja dengan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari,
karena selain itu pun ada cirri khas beliau dalam berceramah yaitu
selalu dengan tutur kata yang sopan, halus dan lembut karena ini yang
menjadi daya tarik tersendiri.
57
2. Penerapan metode dakwah dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
diantaranya : Metode ceramah, Metode Tanya jawab, metode
demonstrasi atau paktek, dan metode melalui tulisan (Dakwah Bil
Qalam). Keberhasilan metode dakwah dapat diketahui dari
pandangan remaja terhadap materi yang disampaikan pada mereka
berdasarkan analisa wawancara secara langsung dengan salah satu
remaja tentang metode dan materi yang telah diberikan Ustadz DR H
Syamsul Yakin, MA kepada mereka menunjukkan bahwa apa yang
telah disampaikan beliau dapat diterima dengan baik oleh remaja.
3. Keberhasilan Aktifitas Dakwah yang dilakukan Ustadz DR H Syamsul
Yakin, MA dikalangan remaja adalah karena telah dapat
mempengaruhi dan mengubah remaja dalam berfikir dan bertingkah
laku ke arah yang lebih baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dan remaja pun
dapat beribadah dengan lebih baik. Begitu pula karena adanya faktor
pendukung yang menunjang jalannya kegiatan berdakwah dan juga
tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Ustadz DR
H Syamsul Yakin, MA dalam berdakwah dikalangan remaja yang
dimana dengan adanya hambatan tersebut menjadikan motivasi
tersendiri untuk beliau dalam meningkatkan kualitas kegiatan
dakwahnya.
58
B. Saran
1. Kepada da’i agar senantiasa istiqamah dan tetap menjalankan aktifitas
dakwahnya dengan lebih baik lagi dalam penyampaiannya maupun
prakteknya.
2. Bagi para da’i agar terus berjuang dan selalu sabar dalam mensiarkan
ajaran agama Islam dan terus menciptakan masyarakat yang agamis, serta
menjadikan para remaja sebagai penerus bangsa yang dibekali dengan
ilmu Agama agar tidak tergelincir kejalan yang tidak dibenarkan agama.
3. Kepada Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA agar tetap mempertahankan
konep dan metodenya dalam mencetak remaja agar kelak bisa menjadi
Mukmin dan Muttaqiien sebagai satu tujuan membangun Sawangan Depok
menjadi daerah yang lebih dikenal masyarakat luas karena remajanya yang
bermartabat dan berakhlaq yang baik.
4. Kepada Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA semoga Allah SWT senantiasa
memberikan kesehatan baik jasmani maupun rohani agar tetap bisa
menjalankan aktifitasnya. Dan kami berdo’a untuk kesehatan anda agar
anda selalu dijauhkan dari segala macam penyakit.
5. Kepada seluruh lembaga dakwah baik itu lembaga formal maupun lembaga
non formal agar terus mengembangkan ajaran Al-qur’an dan Hadits
dengan cara-cara yang baik dan meningkatkan kualitas iman dan Islam
serta keyakinan terhadap agama Islam dengan cara mendalaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Wakil, Muhammad Sayyid, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemahan
Idris, Nabhani, Jakarta Akademika Pressindo, 202
Az-za’balawi, M Sayyid Muhammad, DR, Pendidikan Remaja antara Islam dan
Ilmu Jiwa, Depok, Gema Insani, 2007
Ensiklopedi Islam, Vol-1, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997
Faizhah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta : Peranada Media,
2006
Google.com /Pengertian Remaja,02/09/2009 at : 21.14 pm
Gunarsa, Singgih D dan Istri, Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga
Jakarta : Gunung Mulia : 1991, Cet Ke-1
Hafidhuddin, Didin, Dakwah Faktual, Jakarta : Gema Insani Press, 2001
Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Hurlock, Elizabeth B. , Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga, 1980, Edisi
ke-5
Irawan, Cahaya Tata, Prinsip-prinsip Dakwah, Yogyakarta : Izzam Pustaka, 2005
Ismail, Ismah, Vol-1, Jakarta, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997
Jalaluddin, Mahfuzh, Syaikh M, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta,
Pustaka Al-Kautsar
Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, Surabaya : 1982
Munir, M. , Metode Dakwah, Jakarta : Pemuda Media, 2006
Noor, Farid Makruf , Dinamika dan Akhlak Dakwah, Cet ke-1. Surabaya PT
Bina Ilmu, 1981
Nurul Fikri, Pemuda Di Simpang Jalan, Jakarta, YPI, 1992
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan (Jakarta, CV.Pedoman Ilmu Jaya,1996) h.25
Sarlito, Wirawan Sarwono, Remaja Seks dan Disiplin, Jakarta : Pustaka Antara,
1992), cet. Ke-2
Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1994
Shaleh, A. Rasyid, Manajemen Dakwah Islam, cetakan ke I, Jakarta : Bulan
Bintang, 19970
Siddiq, Syamsuri. Dakwah dan Teknik Berkhutbah. Bandung : PT al-Ma’rifat,
1981
Somad, Idris Abdul, Diktat Ilmu Dakwah, Depok : T.pn. 2004
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta : Rineke Cipta:
1993), cet Ke-3
Suminar, Hj.R.Adjeng Ratna, SH.MM, Cara Bijak Mengatasi Realitas Remaja
Muslim
Tasmara, Toto, Komunikasi dakwah, Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997
Wawancara langsung dengan Nara Sumber, Sawangan Depok,
Yunus, Muhamad, Kamus Arab_Indonesia, Jakarta : Yayasan Penyelenggara
Penerjemah / Penafsiran Al-Qura’an, 1973
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Agenda Wawancara
1. Bagaimana Metode Dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA ?
2. Bagaimana Konsep Dakwah Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA ?
3. Apa pengertian Metode menurut Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA ?
4. Bagaimana penerapan metode Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA ?
5. Metode apa yang digunakan Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA dalam
berdakwah?
6. Remaja yang bagaimana yang menjadi objek dakwah Ustadz DR H Syamsul
Yakin, MA ?
7. Apa tujuan dakwah yang Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA inginkan ?
8. Langkah-langkah apa yang Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA dalam
berdakwah sehingga dapat dikenal oleh remaja dan masyarakat luas pada
umumnya ?
9. Apa kunci sukses dalam berdakwah ?
10. Adakah hambatan-hambatan dalam berdakwah ?
11. Bagaimana cara mengatasi hambatan dalam berdakwah ?
SURAT KETERANGAN
Nomor : ………………….
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan :
Alamat :
Dengan ini menerangkan dengan sebenarnya bahwa :
Nama : H. Hafidz Abdillah
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Nim : 105051001853
Telah mengadakan wawancara dengan Bapak Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA
selaku pembina remaja Mushalla Madinatul Qur’an tentang Aktifitas Dakwah
Ustadz DR H Syamsul Yakin, MA dikalangan Remaja Mushalla Madinatul
Qur’an Sawangan Kota Depok.
Demikian surat ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sawangan Depok, 20 Desember 2010
Mengetahui
Ustadz Teguh Hartadi
Ketua DKM Mushalla Madinatul Qur’an
Lampiran
Hasil wawancara seputar Profil dan Metode serta Aktifitas Ustadz DR H
Syamsul Yakin, MA dikalangan Remaja Mushalla Madinatul Qur’an
Sawangan Kota Depok.
Tanya (T) : Dapatkah bapak Ustadz menceritakan tentang riwayat hidup
bapak selama ini ?
Jawab (J) : Saya (Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA) adalah seorang
pemilik dan pembina sekaligus pengasuh pondok pesantren AL-
ITTIHAD yang berada di daerah Sawangan kota Depok. Yang
bekerja di MUI kota Depok yang memiliki jabatan sebagai salah
satu anggota komisi Fatwa. Dan, saya sendiri adalah salah satu
ustadz yang sangat dipercaya oleh Ustadz H. Muhammad Arifin
Ilham, pimpinan majlis Dzikir Az-zikra. Oleh karena itu,
terkadang saya (Ustadz DR. H. Syamsul Yakin MA) di dalam
berdakwah sering tampil di salah satu stasiun televisi swasta
bersama dengan Ustadz H. Muhammad Arifin Ilham. Selain itu
saya pun sering berdakwah di stasiun radio-radio swasta sesuai
dengan jadwal panggilan.
Saya (Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA) lahir di Bogor, Jawa
barat pada tanggal 17 Pebruari 1973. Seorang ustadz dengan bekal
akademis karena saya adalah Sarjana Jurusan Tafsir Hadist,
Fakultas Ushuluddin di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 1997. Lanjutan studi saya berlangsung
di tempat yang sama dan berhasil meraih gelar Magister Agama
pada tahun 2003. Dan saya menyelesaikan gelar Doktoral di
bidang Konsentrasi Pemikiran Islam di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2009.
Saya (Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA) merupakan anak
pertama dari enam bersaudara yang terlahir dari pasangan bapak
Ahyari Chalid dan ibu Ida Nursida dan merupakan keturunan salah
satu tokoh masyarakat atau ulama kenamaan yang berada di
desanya. Kemudian saya (Ustadz DR. H. Syamsul Yakin, MA)
menikah dengan Hj. Juriah dan kami dikaruniai seorang anak laki-
laki yang bernama M. Bilyuser Awwan.
Disamping pendidikan formal, orang tua saya sangat mengajarkan
dan sangat mementingkan pendidikan agama, yang meliputi
Aqidah, Akhlaq, Tajwid, dan yang menjadi contoh bagi saya adalah
sosok kakek dan ayahanda saya yang merupakan pejuang dan ahli
agama. Berkat bimbingan merekalah saya mampu menguasai dan
mengamalkan ajaran agama sehingga banyak orang yang
memberinya gelar ”ustadz” karena fasihnya dalam mengutip ayat-
ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist disetiap sambutan atau pidato.
Bahkan sering kali orang mengatakan saya sedang berceramah,
padahal saat itu saya sedang berpidato dan memberikan pengarahan
atau sambutan. Dan terkadang jika saya berada didepan ibu-ibu
ucapan, nasehat dan tausiyah saya sering kali memukau dan
mengalahkan penceramah yang sesunguhnya.
Tanya (T) : Metode apa yang bapak gunakan dalam berdakwah dikalangan
remaja ?
Jawab (J) : Metode yang saya gunakan adalah yang sesuai dan tertera
didalam Al-qur’an Surat An-Nahl : 125, yaitu yang pertama dengan
Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang hak dan yang batil, kemudian yang kedua
adalah dengan Mauizhah Hasanah adalah memberikan contoh
yang baik untuk orang lain tetapi harus diterapkan dulu
dikehidupan pribadi, dan yang ketiga adalah Mujadalah Bil Lati
Hiya Ahsan adalah dengan cara yang lemah lembut dan juga baik
agar para pendengar tidak lari atau ketakutan serta jenuh ketika
mendengar ceramah dari saya.
Tanya (T) : Bagaimana awal perjalan dakwah Bapak ?
Jawab (J) : Perjalanan dakwah beliau dimulai dengan adanya niat, tekad,
semangat yang tinggi dan serta dorongan semangat yang kuat dari
orang tua saya.
Tanya (T) : Bagaimana aktifitas yang bapak terapkan serta metode apa saja
yang bapak gunakan dalam berdakwah dikalangan remaja ?
Jawab (J) : Dalam berdakwah dikalangan remaja Mushalla Madinatul Qur’an
saya menerapkan beberapa metode yaitu : yang pertama adalah
metode ceramah, metode Tanya jawab, dan metode
demonstrasi/praktek, dan yang menjadi keistimewaan pada diri
saya adalah lebih objektif, ilmiah, dan menggunakan logika.
Tanya (T) : Apa yang bapak inginkan dari berdakwah dikalangan remaja?
Jawab (J) : Yang saya inginkan adalah bisa menghasilkan remaja-remaja
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan para remaja
dapat menerapkan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Tanya (T) : Apa saja kegiatan bapak selain berdakwah dikalangan remaja
Mushalla Madinatul Qur’an ?
Jawab (J) : Diantara kegiatan saya selain berceramah dikalangan remaja
Mushalla Madinatul Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Bekerja di MUI Kota Depok
2. Mengasuh Pondok Pesantren Al-Ittihad Sawangan Kota Depok
3. Mengisi Pengajian di Majlis Dzikir Az-Zikra
4. Ceramah diberbagai tempat yang lain.
Tanya (T) : Apa yang menjadi kunci sukses bapak dalam berceramah
khususnya berdakwah dikalangan remaja ?
Jawab (J) : Tentunya didalam berdakwah diperlukan kesabaran, keikhlasan,
mengerti akan kondisi mad’u khususnya para remaja yang
memiliki daya tangkap yang berbeda-beda.
Tanya (T) : Adakah hambatan-hambatan dalam berdakwah dan bagaimana
cara bapak mengatasinya atau menaggulanginya ?
Jawab (J) : Keberhasilan dan kegagalan pada setiap manusia maupun suatu
organisasi dalam mensiarkan ajaran Islam untuk menuju sukses
tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan tetapi butuh
perjuangan dan kesabaran dan itu semua tidak terlepas dari adanya
faktor pendukung dan penghambat, begitupun dengan saya dalam
menyampaikan dakwah. Memang tidak ada suatu kendala akan
tetapi ada sedikit masalah ketika ada banyak acara yang harus saya
hadiri sedangkan para jamaah menginginkan saya agar tetap datang
mengisi ceramah, maka saya harus benar-benar membagi waktu
saya secara maksimal agar tidak ada jamaah yang merasa
dikecewakan.
Contoh hambatan yang biasa saya hadapi ketika saya sedang
berceramah ada beberapa remaja yang tidak mendengarkan atau
merasa jenuh dan ini yang terkadang menjadi sebuah hambatan
saya dalam memberikan pesan. Oleh sebab itu saya memiliki resep
tersendiri dalam mengisi aktifitas saya itu dengan sedikit
memberikan humor yang pas sehingga remaja yang tidak
mendengarkan menjadi mendengarkan dan yang merasa jenuh akan
segar kembali dan tidak meras jenuh. Dan bagi remaja yang kurang
memahami akan isi pesan dakwah yang saya sampaikan maka saya
pun memberikan waktu untuk bertanya sampai remaja benar-benar
merasa faham dan saya pun akan mengulangi gerakan-gerakan
yang memang harus saya lakukan agar remaja benar-benar
mengerti.
Maka bagi seseorang yang memiliki aktifitas berdakwah tentunya
harus memiliki siasat tersendiri ataupun metode tersendiri agar
pesan yang disampaikan dapat difahami jamaah dan pesan yang
dikemas pun harus mudah untuk dimengerti, karena hambatan itu
sudah pasti ada ketika memberikan pesan dakwah, dan yang
terpenting itu penceramah harus mampu memberika solusi dan
solusi itu harus yang berpatokan pada Al-qur’an dan Hadits.
Sawangan Depok, 11 Desember 2010