thaharah (bersuci)

25
Assalamuala ikum Thahara h

Upload: rinzani-cyzaria-putri

Post on 16-Apr-2017

137 views

Category:

Spiritual


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Thaharah (bersuci)

Assalamualaikum

Thaharah

Page 2: Thaharah (bersuci)

Thaharah (Bersuci) Menurut

Pendidikan agama Islam

X-MIA 6

Page 3: Thaharah (bersuci)

Kelompok 3Nama Kelompok:1. Ahmad Shohibul Hidayat (02)2. Ahya’ Al Aula (03)3. Ayu Vandani Wulan (06)4. M. Ababil Fanani (20)5. Rinzani Cyzaria Putri (29)6. Risa Febrianti (30)7. Varadinda Tami Widijayanti (34)

Page 4: Thaharah (bersuci)

Hai Teman-teman, Taukah kalian apa

itu Thaharah ?

Dan tahukah kamu siapa Imam

Maliki itu ?

Kami akan mempresentasikan tentang Thaharah

menurut Imam Maliki

Tidak !!!

Page 5: Thaharah (bersuci)

1. Biografi Imam Maliki

2. Pengambilan Dasar Hukum3. Thaharah4. Kesimpulan

Page 6: Thaharah (bersuci)

1. Biografi Imam Maliki

Nama lengkap Imam Malik adalah Malik Bin Anas Bin Abi Amr. Beliau dilahirkan di kota Madinah pada tahun 93 H. Dan beliu meninggal pada tahun 179 H.

Imam Malik adalah seorang yang sangat cerdas dan genius, Imam Malik mempunyai hafalan yang sangat kuat. Jika beliau mendengar sesuatu yang beliau dengar, beliau langsung dapat menghafal dan tidak pernah lupa. Pernah suatu hari beliau mendengar 40 hadist sekaligus dan kemudian besok harinya dikemukakan kembali kepada gurunya hafalan-hafalan hadist tersebut dan tidak satu pun yang luput dari ingatan beliau.

Diceritakan bahwa kecermelangan dan kecerdasannya, Imam Malik dalam usia yang relatif cukup muda – lebih kurang usia tujuh belas tahun – telah mendapat kepercayaan dan izin dari gurunya untuk mengajar di Masjid Madinah.

Sebagai mana diungkapkan oleh Sya’ban Muhammad Isma’il, bahwa Imam Malik berkomentar tentang keizinan yang diberikan kepadanya untuk mengajar di Masjid Madinah yaitu “Ma jalastu lilfutya wa al-Hadist hatta syahida li sab’una syaikhan min ahli al-‘ilm anni mardat lizalik” (saya tidaklah mungkin menduduki posisi seperti ini untuk berfatwa dan mengajarkan Hadist kecuali setelah mendapat kasaksian dari tujuh puluh orang syaikh ahli ilmu serta saya ttelah di izinkan untuk itu).

Page 7: Thaharah (bersuci)

2. Pengambilan Dasar Hukuma. Kitab al-Qur’anb. Al-Sunnahc. Al-ijma’d. Qoul Sahabate. Amal Ahli Madinahf. Al-Qiyasg. Al-Masalih al-Mursalahh. Al-Istihsan i. Al-Zarai’j. Al-‘Urfk. Al-Istishab

Page 8: Thaharah (bersuci)

Sebagai mana telah disinggung sebelum ini, tentang sumber dalil dalam Hukum Islam, maka al-Qur’an merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum Islam. Seluruh fuqoha’ dan umat Islam menyatakan bahwa al-Quran’ adalah sumber utama dari hukum Islam. Dilihat dari sumber kebenarannya sebagai sumber, maka al-Quran adalah merupakan sumber dari beberapa sumber.

Dengan kata lain, al-Qur’an menempati posisi paling awal dari tertib sumber hukum dalam berhujjah. Adapun sumber-sumber lainnya merupakan pelengkap dari cabang dari Al-Qur’an. Karena pada dasarnya sumber-sumber lain itu akan kembali kepada Al-Quran. Al-Gozali, malah mengatakan, bahwa hakikatnya sumber hukum ita adalah satu, yaitu firman Allah SWT. Sebab, Sabda Rosululloh bukanlah hukum, tetepi sabda beliau merupakan pemberitaan tentang bermacam-macam hukum.

a. Kitab al-Qur’an

Page 9: Thaharah (bersuci)

Dilihat dari segi pembagian sunnah menjadi mutawattir, masyhur dan ahad, saebagaiman telah disebutkan diatas, maka sunnah mutawttir,masyhur dan ahad, merupakan sumber dan dasar pembinaan hukum Islam.Namun demikian, dari ketiga macam pembagian sunnah yang telah disebutkan di atas, maka terhadap sunnah mutawatir seluruh baik Ulama ushul maupun ahli hadis sepakat atas kehujjahannya. Demikian pula terhadap sunnah masyhur dan sunnah ahad. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat tentang persyaratan pengamalan sunnah ahad.

Sikap mendahulukan amal ahli Madinah (praktek penduduk Madinah) dari sunnah ahad adalah didasarkan pada kenyataan bahwa kehidupan penduduk Madinah dipengaruhi oleh tradisi hidup nabi SAW dan tradisi kenabian ini terefleksi dalam sikap hidup penduduk Madinah yang secara faktual dijadikan sebagai dasar dalam melegalisasi berbagai persoalan tasyri’.

b. Al- Sunnah

Page 10: Thaharah (bersuci)

c. Al-ijma’

Ijma’ adalah kesepakatan/consensus yang terjadi antara para ulama, baik secara terbuka maupun tertutup. Yang dimaksud di sini adalah Ijma’sahabat maupun Ijma’ para mujtahid

Imam Malik sebagai salah seorang tokoh ulama Madinah juga berhujjah dengan Ijma’. Hasbi as-Shidqi menjelaskan bahwa Imam Malik paling banyak menyandarkan pendapatnya atas Ijma’ dan dalam kitab Muwaththa’ sering ditemukan pernyataan-pernyataan sesuatu yang telah menjadi kesepakatan maka berarti hal tersebut merupakan Ijma’ ahli fiqh dan ahli ilmu yang mana mereka tidak berselisih padanya.

Dari sini, Malik hanya menerima Ijma’ yang bersumber dari para ahli ijtihad. Dan di samping itu Imam Malik juga membicarakan secara khusus tentang tentang Ijma’ ahli Madinah lebih didahulukan dari khabar ahad dalam melakukan istinbat hukum. Dengan demikian, Ijma’ yang menjadi hujjah bagi Malik dilihat dari pembentukannya ada dua macam yaitu Ijma’ ahli Madinah yang berdasarkan kesepakatan para mujtahid dan Ijma’ ahli Madinah yang berasal dari praktik penduduk Madinah. Akan tetapi, Ijma’ ahli Madinah yang diklaim oleh Malik sebagai suatu doktrin hukum, umumnya ditentang mayoritas ulama’ lainnya.

Page 11: Thaharah (bersuci)

Imam Malik menjelaskan bahwa qoul sahabat adalah hadis atau dianggap sebagai hadis yang wajib diamalkan, misalnya fatwa sahabat tentang manasik haji.

“Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA tatkala dua kota ini (Kufah dan Basrah) telah ditaklukkan, mereka menghadap Umar dan mengadu; wahai Amirul Mukminin sesungguhnya Rasulullah SAW telah menentukan Qarnu al-Manazil sebagai Miqat bagi penduduk Najd yang melengkung dari jalur kami, sehingga memberatkan kalau kami harus melewatinya. Umar berkata: perhatikan garis hadapnya (jarak pintasnya) dari jalurmu. Maka beliau menentukan Dzatu ‘Irqin sebagai Miqat bagi mereka.”(HR. Bukhari)

d. Qoul Sahabat

Page 12: Thaharah (bersuci)

‘Amal Ahli Madinah (praktek penduduk Madinah) dianggap hujjah (dalil) oleh Imam Malik dengan alasan (1) pelakunya orang banyak (penduduk Madinah), maka mustahil bersepakat untuk berbohong; (2) penduduk Madinah secara berantai menerima pelajaran agama dari generasi sebelumnya sampai kepada Nabi; (3) ayat, hadis dan praktek hukum Islam hamper semuanya terjadi di Madinah, sehingga penduduk Madinah adalah yang pantas dianggap paling mengetahui pelaksanaannya.

e. Amal Ahli Madinah

Page 13: Thaharah (bersuci)

Qiyas adalah menghubungkan suatu masalah yang tidak nas hukumnya dengan masalah lain yang sudah ada nas hukumnya karena adanya kemiripan ‘illat hukum.

Ulama’ ushul berpendapat bahwa aplikasi qiyas harus bertumpu pada empat rukun yang disebutkan ini. Dengan bertumpu pada empat rukun ini akan menghasilkan ketentuan hukum yang sebanding atau sama antara pokok dengan cabang. Berkenaan dengan rukun Qiyass ini, dalam sejumlah buku-buku ushul fiqh, ditemukan tiga versi unsur yang berbeda yaitu: pertama menyebutkan asal, fur’u (furu’), hukum asal dan ‘ilat; kedua menyebutkan asal, fur’u dan hukum asal dan ketiga; menyabutkan, asal, hukum asal, fur’u dan ‘ilat.

Dalam penggunaan qiyas Imam Malik sangat ketat; hal ini berbeda dengan Abu Hanifah yang leluasa menggunakannya.

f. Al-Qiyas

Page 14: Thaharah (bersuci)

Al-Masalih al-Mursalah adalah kemaslahatan yang menjadi tujuan syara’ bukan kemaslahatan yang semata-mata berdasarkan keinginan dan hawa nafsu manusia saja. Sebab, disadari sepenuhnya, bahwa tujuan pensyari’atan hukum tidak lain adalah untuk merealisir kemaslahatan bagi manusia dalam berbagai segi dan aspek kehidupan mereka di dunia dan terhindar dari berbagai bentuk yang bisa membawa kepada kerusakan. Dengan kata lain, setiap ketentuan hukum yang telah digaris oleh syari’ adalah bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi manusia.

Al-Masalihul Mursalah adalah suatu metode istinbat hukum yang didasarkan atas pertimbangan adanya kemaslahatan/kebaikan yang tidak tampak dalam dalil khusus. Metode ini dapat dikategorikan teori rasional. Menurut Ali Yafie, Imam Malik mempunyai doktrin bahwa rasio harus diperhatikan guna pertimbangan kemaslahatan.

Tidak dapat disangka bahwa di kalangan mazhab ushul memang terdapat perbedaan pendapat tentang kedudukan maslahat mursalah dan kehujjahannya dalam hukum Islam baik yang menerima maupun yang menolak.

g. Al-Masalih al-Mursalah

Page 15: Thaharah (bersuci)

Pada dasarnya Istihsan adalah berkaitan dengan penerapan atau pelaksanaan ketentuan hukum yang sudah jelas dasar dan kaidahnya secara umum baik nas, ijma’, atau qiyas, tetapi ketentuan hukum yang sudah jelas ini tidak dapat diberlakukan dan harus diubah karena berhadapan dengan persoalan yang khusus dan spesifik.

Dengan kata lain, istihsan pada dasarnya mengenyampingkan ketentuan umum yang sudah jelas dan pindah kepada ketentuan yang khusus karena adanya alas an kuat yang menghendakinya. Artinya, persoalan khusus yang seharusnya tercakup pada ketentuan yang sudah jelas, tetapi karena tidak mungkin dan malah tidak tepat diterapkan, maka harus berlaku ketentuan khusus sebagai pengecualian dari ketentuan umum atau yang sudah jelas tadi.

Bagi kalangan Malikiyah istihsan ialah mengamalkan dan memilih dalil yang terkuat dari dua dalil yaitu :

h. Al-Istihsan

بأقوى العمل هوالدليلين

Page 16: Thaharah (bersuci)

Az-Zarai’ merupakan metode istinbat hukum yang ditarik dengan aturan logika berikut: apa yang membawa haram adalah haram, apa yang membawa halal adalah halal, apa yang mendatangkan kemaslahatan adalah dituntut, dan apa yang mendatangkan kerusakan diharamkan.

Dalil-dalil/kehujjahan Zarai’ adalah:a.Al-Quran

واسمعوا انظرنا وقولوا راعنا تقولوا ال امنوا اللذين يايها: )2/104البقرة(

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepadaMuhammad): "Raa'ina", tetapi katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah (alBaqarah: 2/104)

Dan Firman Allahيعدون إذ البحر حاضرة كانت التي القرية عن وسئلهمال ويوم شرعا سبتهم يوم حيتانهم تأتيهم اذ السبت في

يسبتون : األعراف ( يفسقون كانوا بما نبلوهم كذلك تأتيهم ال

7/163(

i. Al-Zarai’

Lanjutannya

Page 17: Thaharah (bersuci)

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeriyang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. (al-A’raf: 7/163)

b.Al-Sunnah

يريبك ال ما الى يريبك ما دعTinggalkan apa yang membuatmu ragu, beralihlah kepada yang tidak

meragukan.

متشبهات أمور وبينهما بين الحرام وان بين الحالل ان

Sesungguhnya perkara halal adalah jelas, dan perkara haram juga jelas, sedangkan di antara keduanya adalah sesuatu yang samar.

Page 18: Thaharah (bersuci)

‘Urf secara bahasa memiliki beberapa makna: sesuatu yang biasa yang dianggap baik dan sesesuatu yang luhur, firman Alloh: dan di atas A'raafitu ada orang-orang (QS. Al-A’raf: 46), berkesinambungan, firman Allah, Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan (QS. Al-mursalat: 1).

Sedangkan secara istilahi adalah apa yang biasa dilakukan oleh manusia baik perbuatan maupun ucapan.

Dalil-dalil ‘Urf:1. Al-Qur’an:

Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A’raf: 199)

2. Hadist:Apa yang dilihat umat Islam baik maka di sisi Allah juga baik dan apa yang dilihat oleh umat Islam buruk maka disisi Allah juga buruk. (HR.

Ibnu Mas’ud)

Contoh ‘Urf, Imam Malik membolehkan menjual buah yang ada di atas pohon dan tampak dan ada yang tidak tampak seperti, mangga, rambutan dan lain-lain. Karena urusan untuk dagang sebagai kebiasaan ‘Urf masyarakat kebanyakan.

j. Al-‘Urf

Page 19: Thaharah (bersuci)

Ibnu Hazm mendefinisikan Al-Istishab: tetapnya hukum asal yang terdapat dalam nas-nas sehingga ada dalil yang merubahnya. Sedangkan menurut Maliki, Syafi’i, Dhohiri, Hambali, istishab adalah hujjah secara mutlak untuk menentukan hukum sampai ada dalil yang merubahnya selama tidak ada dalil yang melarang. Misalnya keadaan orang hilang yang tidak diketahui jejaknya, maka ia mendapat hak yang positif dari yang lain, ia mendapatkan warisan dari orang lain dan mendapat bagian dari warisan tersebut dan berhak baginya wasiat dengan menganggapnya dia masih hidup, dia masih mendapat hak-hak sebagaimana sebelum dia hilang.

k.Al-Istishab

Page 20: Thaharah (bersuci)

3. Thaharah (Bersuci)PengertianThaharah adalah kebersihan dan terbebas dari segala jenis hadats dan najis. Dalamkitab Lisanul ‘Arab disebutkan thohura thuhran wa thoharotan kata ath thuhurberarti lawan dari haid.

Pembagian ThaharahThaharah menurut syariat terbagi menjadi dua bagian, yaitu thaharoh dari hadatsdengan cara berwudu dan mandi atau tayamum sebagai pengganti keduanya. Sertathaharah dari hubuts.1) Wudhu Dalil yang mewajibkan wudhu:

و المرافffق إلffى أيديكffم و وجوهكffم فاغسffلوا الصffالة إلffى آمنواإذاقمتffم ياايهاالذيffنالمائدة ( : الكعبينز أرجلكمإلى و برئوسكم )٦امسحوا

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (al Maidah 6)

Next

Page 21: Thaharah (bersuci)

( بخارى ( غلول من صدقة ال و طهور بغير صالة اللّه يقبل الArtinya : Allah SWT tidak menerima shalat seseorang tanpa bersuci serta shadaqah

dari tipuan” : : صfالة يقبfل ال اللfّه fّإن فال م ص اللfّه رسfول عfن عنfه اللfه رضfي هريرة أfبى حديfث

( مسلم ( و بخرى يتوّضأ حتّى أحدث إذا أحدكمArtinya : Diriwayatkan dari Abi Hurairah Radliallahu‘anhu, katanya Rasulullah

SAW bersabda: “Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats sehingga dia berwudlu”. (Bukhari dan Muslim)

Siapa dan kapan diwajibkan wudhu ituYang diwajibkan berwudlu adalh Aqil dan Baligh. Adapun waktu yang

mewajibkan wudhu adalah ketika hendak mendirikan shalat.

Next

Page 22: Thaharah (bersuci)

Tata cara wudhu fّثم مّرات ثالث كّفيfه فغسfل بوضوء دعfا عنfه اللfّه رضfي انfّعثمان حمران وعfنحتfّى اليمfن يده غسfل fّثم مّرات ثالث وجحfه غسfل fّثم اسfتنثر و اسfتنشق و fضfتمضمرجلfه غسfل fّثم برأسfه مسfح fّثم ذلfك مثfل اليسfرى fّثم مّرات ثالث المرفfق إلfى ينتهfي : م ص اللfّه رسfول رأيfت قال fّثم ذلfك مثfل البسfرى fّثم مّرات ثالث الكعfبين إلfى اليمfن

( ) . عليه متّفق هذا وضوء نحو توّضأArtinya : Dari Humran bahwa Utsman R.A. meminta air wudhu lalu ia

mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur kumur dan memasukkan air ke dalam hidungnya lalu menghembuskannya, kemudian ia membasuh wajahnya tiga kali, kemudian ia mencuci tangan kanannya hingga siku tiga kali, kemidian yang kiri seperti itu, kemudian ia mengusap kepalanya, kemudian mencuci kaki kanannya hingga mata kaki tiga kali, kemudian yang kiri seperti itu, kemudian berkata, “Aku melihat Rasulallah SAW berwudhu seperti wudhuku ini. (Muuttafaqu ilaihi)

Next

Page 23: Thaharah (bersuci)

2) MandiMandi terbagi menjadi 2 bagian yaitu mandi ‘urfi yaitu mandi sebagaimana umumnya dilakukan setiap orang dalam rangka membesihkan badannya untuk menghilangkan kotoran dan keringat yang menempel. Sedangkan mandi

syar’I adalah salah satu bentuk bersuci/thaharah yang wajib dilakukan karena hal-hal tertentu yang ditetapkan syariah.

فاطهروا َ جنبا كنتم وإنHal-hal yang mewajibkan mandi1.Keluarnya darah perempuan: Ada 3 macam darah perempuan yang keluar serta mewajibkan seseorang mandi besar yaitu: - Haid : darah yang keluar setiap bilan secara wajar - Isthadhah : darah penyakit -Nifas : dara yang keluar setelah melahirkan2.Bersetubuh

": مfن الماء وسfلم عليfه اللfه صfّل اللfه رسfول قال عنfه اللfه رضfي سfعfيدالحدريّ أfبى عfن( مسلم"( رواه الماء

Dari Abu said Alkhudri Radiyalahu Anhu, dia berkata: “Rasulullah Shalallahu‘Alaihi wai ssallam bersabda ‘air itu dari air’” (HR. Muslim lafadznya dariAlbukhori)

Page 24: Thaharah (bersuci)

KESIMPULANImam Malik adalah pendiri madzhab Maliki, ia di kenal di Madinah maupun di

luar Madinah sebagai pakar hukum dan pakar hadis. Ia hidup di masa kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah, namun ia lebih banyak hidup pada era Abbasiyah.

Hampir sebagian besar kehidupannya, digunakan untuk mengajar dan menelaah ilmu yang disebarkan kepada murid-muridnya. Tidak kurang dari tujuh puluh tahun lamanya Imam Malik tidak kenal lelah mengajarkan ilmunya yang dikuasainya.

Setelah tampil Imam Malik dengan pemahaman tersendiri tentang ajaran Islam, maka orang berbondong-bondong dari berbagai penjuru datang ke Madinah untuk belajar kepada Imam Malik penuh sesak oleh orang-orang yang ingin menimba ilmu kepada Imam Malik.

Page 25: Thaharah (bersuci)

Thank You For Your Attantion

Wassalamualaikum