ali-damsuki.weebly.com · editor: ahmad gaus af, taufiq mr, m. ilham, ali noer zaman, moh....

1013

Upload: others

Post on 09-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Editor:Ahmad Gaus AF, Taufiq MR, M. Ilham, Ali Noer Zaman,

    Moh. Syu’bi, Dede Iswadi, dan Eko Wijayanto

    Desain Sampul: Bayu AjiPemeriksa Aksara: Dalmeri, M. Pinem, Zaky,

    M. Rivai, Nani SupriyantiIlustrator: M. Nurul Islam, Epiet

    Tata letak: KemasBuku

    EDISI DIGITAL

    Tata letak & Redesain sampul: PriyantoRedaksi: Anick HT

    Jakarta 2012

    ENSIKLOPEDINURCHOLISH MADJID

    Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban

    BUDHY MUNAWAR-RACHMAN

  • Edisi cetak buku ini diterbitkan terakhir oleh PenerbitMIZAN, September 2006. ISBN: 979-433-421-9 (jil. 2)

    Halaman buku pada Edisi Digital ini tidak sama denganhalaman edisi cetak. Untuk merujuk buku edisi digital ini,Anda harus menyebutkan “Edisi Digital” dan ataumenuliskan link-nya. Juga disarankan mengunduh danmenyimpan file buku ini dalam bentuk pdf.

    Credit:

  • DEMOCRACY PROJECT

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid ix

    HHasad 769“Habit is Second Nature” 769Haji Mabrûr 771Haji Mabrur ala Sufi 772Haji, Iman, dan Amal 773Hak Asasi dan Ideologi Nasional 774Hak Asasi Manusia 776Hak Asasi Manusia dan Gerakan Masyarakat Madani 779Hak Individual dan Sosial 783Hak Pribadi dan Kewajiban Sosial 783Hak-Hak Asasi dan Kaum Pekerja 785Hakikat Kebahagiaan Sejati 787Hakikat Kurban 789Hakikat Modernitas 791Hakim: Orang yang Diberi Kepercayaan 793Halal-Haram 794Halangan dalam Latihan Ruhani 795Halangan Umat Islam di Masa Depan 795HAM, Universal atau Partikular? 797

    DAFTAR ENTRY

    DEMOCRACY PROJECT

  • x Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    Hambatan Agama dalam Perubahan Sosial 800Hambatan Kebebasan 801Hamid Algar Mengkritisi Modernisme 802Hanif: Kecenderungan Dasar Manusia 803Al-Hanîfîyah Al-Samhah sebagai Pangkal Keberagamaan 804Harap dan Cemas 806Harap-Harap Cemas 808Harapan Beragama Melampaui Simbolisme 809Harapan kepada Islam 810Harapan kepada Tuhan 814Hari Akhir 815Hari Dunia (Ûlâ) dan Hari Agama (Âkhirah) 816Hari Kiamat dan Hari Akhirat 818Hari Kiamat dan Relativitas Waktu 820Hari Libur Tuhan 821Hari Raya Idul Fitri 822Hari Raya Kurban 824Harmoni dengan Alam 828Harta 830Harta adalah Suci 830Harta Berharga Bangsa Indonesia 833Harut dan Marut 837Hati Nurani 837Hati Nurani Cenderung kepada Kebenaran 838Hati Nurani: Pusat Inspirasi 839Hati Nurani: Sumber Kebaikan 840Hati Umat Islam Satu 841Haur Koneng vs Branch Davidian 842Hawa Nafsu 843Hawking Diundang ke Vatikan 845Hellenisme dan Tradisi Keilmuan Islam 846Hidayah: Tidak Gratis 849Hidup Disiplin 850Hidup Ditemani Malaikat 853Hidup Hemat 854Hidup Selamat 855Hierarki Eksistensi Ruhani 856Hijrah Awal Penanggalan Islam 857

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid xi

    DEMOCRACY PROJECT

    Hijrah Bukan Melarikan Diri 859Hijrah dan Ketokohan Muhammad 861Hijrah Menuju Kemenangan 861Hijrah Menuju Masyarakat Berperadaban 863Hijrah sebagai Peristiwa Metafisis 864Hijrah sebagai Turning Point 865Hijrah untuk Mendapatkan Kebebasan 867Hikmah Agama 868Hikmah Keraguan 870Hikmah Kisah di Gua Tsur 871Hilangnya Mitos 872Hindu dan Majapahit di Jawa 873Historisitas Ajaran Keagamaan 875HMI, KAHMI, dan ICMI 877Hubungan Asyîk-Masyûk 880Hubungan Internasional 880Hubungan Organik Iman dan Ilmu 881Hubungan Sibernetik Politik 885Hukum Alam yang Pasti 886Hukum Bughât 886Hukum Keadilan Hukum Kosmos 887Hukum Keseimbangan 888Hukum Mempelajari dan Mengamalkan Sihir 889Hukum Perputaran Zaman 892Hukum sebagai Hikmah 893Hukum-Hukum Kehidupan 896Humanisme Barat 898Humanisme dan Sekularisme 900Humanisme di Islam dan Barat 901Humanisme Islam 904Husnuzhzhann 906Hypatia 908

  • xii Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    IIbadah ‘Âbidîn dan Shâlihîn 911Ibadah Formal Belum Cukup 912Ibadah Memupuk Iman 914Ibadah yang Paling Agung 915Ibadah: Bukan untuk Allah 917Ibadah: Nature Manusia 918Ibadah: Vertikal dan Horizontal 920Ibadah dan Iman 921Ibadah, Iman, dan Amal Perbuatan 926Ibadah Secara Benar 927Ibn Khaldun: Sosiolog Muslim 928Ibn Rusyd di Barat 931Ibn Rusyd Meragi Barat 933Ibn Rusyd: Penafsir Aristoteles Terbesar 933Ibn Sina: Al-Syaykh Al-Ra’îs 935Ibn Taimiyah Menyeru Kembali kepada Salaf 937Ibn Taimiyah sebagai Pembaru 938Ibn Taimiyah vs Ibn Arabi 939Ibn Taimiyah: Seorang Egalitarianis Radikal 941Ibn Taimiyah: Seorang Neo-Sufis 942Ibn Taimiyah: Seorang Positivis 943Ibn Taimiyah: Tokoh Realisme dan Empirisisme 945Ibrahim Punya Anak setelah Khitan 949Ide Pertumbuhan dan Perkembangan 950“Idea of Progress” dan Sikap Terbuka 952Identifikasi Islam 953Identitas Iblis 953Ideologi Pancasila 954Idul Fitri Sebagai Siklus Tahunan 955Idul Fitri: Gerak Kembali ke Asal 958Idul Fitri: Hari Kemanusiaan Universal 959Idul Fitri: Kemenangan Semua Orang 961Iffah 962Ihsân dan Berhala 963

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid xiii

    DEMOCRACY PROJECT

    Ihsân dan Itqân dalam Bisnis 963Ihsân dan Kepemimpinan 964Ihsân: Penghayatan Kehadiran Ilahi 967Ihtisâb dalam Ibadah 968Ihtisâb Memerangi Hawa Nafsu 969Ijtihâd dan Mujâhadah 970Ijtihâd Kesufian 972Ijtihad Menghapuskan Taklid? 975Ijtihad Tâbi‘în 977Ijtihad: Wujud Kegiatan Akal 978Ikatan Keagamaan 979Ikhlas 982Ikhlas dan Ridla 984Ikhlas Tingkat Tinggi 985Ikhlas: Mulai dari Diri Sendiri 985Ikhlas: Rahasia Tuhan 986Ikhtiar 987Ikhtiar dan Takdir 988Ikonoklasme 989Ikonoklasme dan Magisme 990Ikonoklasme Islam 991Ilmu Alam dan Ilmu Sosial 992Ilmu Allah 994Ilmu dan Petunjuk 995Ilmu Fiqih 996Ilmu Kalam 997Ilmu Pengetahuan 999Ilmu Pengetahuan Bukan Jaminan 1002Ilmu Pengetahuan dan Ekonomi 1003Ilmu Pengetahuan Islami 1005Ilmu Pertanda 1008Ilmu Sosial 1010Ilmu Sosial untuk Studi Agama 1011Ilmu Tercela 1012Ilmu Tidak Terbatas 1012Imam Al-Syafi’i dan Riset Hadis 1014Imam Al-Asy‘ari dan Pahamnya 1016Imam antara Pemimpin dan Petunjuk 1018

  • xiv Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    Iman Bukan Semata Percaya 1019Iman dan Amal Saleh 1020Iman dan Amal Saleh Belumlah Cukup 1020Iman dan Demokrasi 1021Iman dan Harapan 1024Iman dan Ilmu 1026Iman dan Janji Allah 1026Iman dan Keterbukaan 1027Iman dan Masyarakat Demokratis 1029Iman dan Modernitas 1030Iman dan Rasa Aman 1033Iman dan Tanggung Jawab 1034Iman Harus dengan Ilmu 1036Iman kepada Hari Kiamat dan Akhlak 1036Iman melalui Proses 1039Iman sebagai Penangkal Kultus 1040Iman Tidak Perlu Ilmiah 1041Iman yang Menyelamatkan 1042Iman, Amal, Ilmu 1044Iman, Ilmu, Akhlak 1046Iman, Islam, dan Tawakkal 1047Iman, Islam, Ihsan 1048Iman: Menaruh Kepercayaan Kepada Tuhan 1050Iman: Menghayati Kehadiran Tuhan 1052Iman: Menyadari Asal dan Tujuan Hidup 1054Implikasi Asbabun Nuzul 1055Implikasi Ihsân 1057Implikasi Makna Islam 1057Indikasi Orang Bertakwa 1060Individu Manusia 1060Indonesia Belum Lama Mengenal Islam 1062Indonesia dan Hak-Hak Asasi 1064Indonesia di Mata Howard P. Jones 1066Indonesia Ditaklukkan Islam Tanpa Militer 1067Indonesia Mayoritas Islam 1069Indonesia Merdeka dan Berdaulat 1069Indonesia sebagai “Soft State” 1071Indonesia sebagai Bangsa Baru 1072

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid xv

    DEMOCRACY PROJECT

    Indonesia yang Mencari Bentuk 1074Indonesia: Bangsa Muslim dengan Huruf Latin 1075Indonesia: Bangsa Muslim Non-Arab 1076Indonesia: Bukan Teokratis, Bukan Sekular 1079Industrialisasi 1080Industrialisasi dan Teknikalisasi 1083Industrialisasi dan Zaman Modern 1086Infak: Gambaran Pribadi Takwa 1088Inferno, Purgatorio, Paradiso 1089Informasi Ilmiah Modern sebagai Bahan Tafsir 1090Ingat kepada Allah 1092Ingkar Hadis Bukan Ingkar Sunnah 1093Intelektual yang Terbaratkan 1095Interaksi antara Animisme dan Tauhid 1098Interaksi Doktrin Agama dan Sejarah 1101Inti Agama yang Benar 1102Inti Ajaran Agama 1103Inti Khutbah Wadâ‘ 1104Intuisi vs Rasio 1106Investasi Kemanusiaan adalah Pendidikan 1107Investasi Modal Manusia 1108Investasi Pendidikan Anak Bangsa 1111Iptek dalam Kesarjanaan Islam Klasik 1111Iptek dan Kemudahan Hidup 1114Irâdah 1116Ironi pada Umat Islam 1117Isa Al-Masih 1118Iskandaria 1119Ishlah 1121Islam adalah Agama Paling Sulit 1123Islam Agama Amal 1125Islam Agama Berorientasi Kerja 1126Islam Agama Etis 1127Islam Agama Non-Mitos 1128Islam Agama Nurani 1129Islam Agama Penengah 1130Islam Agama Peradaban 1131Islam Agama Semua Nabi dan Rasul 1133

  • xvi Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    Islam Agama Terakhir 1136Islam Agama Terbuka 1136Islam Agama Toleran 1138Islam antara Yahudi dan Kristen 1138Islam Bebas Mitos 1140Islam dalam Kancah Internasional 1141Islam dan Benturan Peradaban Barat 1142Islam dan Fundamentalisme 1145Islam dan HAM 1148Islam dan Ilmu Pengetahuan 1149Islam dan Industrialisasi 1151Islam dan Iptek 1152Islam dan Kebangsaan 1155Islam dan Kemajemukan Masyarakat 1156Islam dan Kolonialisme 1158Islam dan Krisis Modernitas 1160Islam dan Kristen tentang Ilmu Pengetahuan 1160Islam dan Mitologi 1164Islam dan Modernitas 1165Islam dan Negara 1167Islam dan Partisipasi Politik 1168Islam dan Pluralisme di Indonesia 1171Islam dan Politik 1172Islam dan Simbol 1173Islam dan Teknologi 1175Islam di antara Negara-Negara Modern 1177Islam di Indonesia 1178Islam di Indonesia dan Ekonomi 1181Islam di Mata Orientalis 1182Islam di Posisi Tengah 1184Islam Indonesia 1184Islam Inklusif 1185Islam Melanjutkan Agama-Agama 1187Islam Menekankan Prestasi 1189Islam Mengikuti Ajaran Ibrahim 1190Islam Menjawab Ateisme 1191Islam Menyempurnakan Kristen 1193Islam Salaf 1195

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid xvii

    DEMOCRACY PROJECT

    Islam sebagai Ideologi 1197Islam sebagai Mayoritas 1197Islam Terlambat Masuk Indonesia 1198Islam The Good Borrower 1200Islam Tidak Antimateri dan Keduniaan 1201Islam vs Barat 1203Islam, Iman, dan Ihsan 1203Islam, Iman, dan Takwa 1204Islâm, Salâm, dan Salâmah 1205Islam: Tunduk dan Patuh 1207Isra-Mikraj 1208Isra-Mikraj dan Al-Masjid Al-Aqsha 1211Isra-Mikraj: Bukti Kesinambungan para Nabi 1212Istilah “Sekular” 1213Istiqamah 1215

    JJabariah Teologi Penguasa Zalim 1217Jabariah vs Qadariah 1218Jalan Hidup 1219Jalan Hidup Bermoral 1221Jalan Keruhanian, Jalan Penyucian 1221Jalan Lurus 1222Jalan Tegak Lurus 1223Jalan Tengah 1225Jangan sok Suci 1226Janji Allah 1227Jasa Tasawuf 1228Jenjang Puasa 1230Jepang dan Turki: Dua Antonim Budaya 1231Jepang: Kasus Keberlangsungan Budaya 1233Jihad Akbar 1235Jihad dan Derivasinya 1236Jihâd fî Sabîlillâh 1237Jiwa Persaudaraan Karena Rahmat Allah 1238

  • xviii Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    Jiwa yang Tulus 1241Jong Islamiten Bond: Priyayi-Santri 1242“Juburiya” 1244Juru Selamat Palsu 1245

    KKajian Islam di Asia Tenggara 1249Kajian Islamdi Indonesia 1250Kalam antara Akal dan Wahyu 1251Kalam antara Fiqih, Falsafah, dan Tasawuf 1254Kalam dan Muhammadiyah 1256Kalam Masa Depan 1259Kalbu 1262Kaligrafi: antara Tuntutan dan Pelarian 1265Kaligrafi dan Arabesk 1266Kalîmah Sawâ’ 1267Kalimat Persaksian 1268Kalimat Salam 1268Kalimat Syahadat 1269Kasih Sayang Allah 1269Kasih Tuhan 1270“Kasta” Arab 1272Kata-Kata Asing dalam Al-Quran 1274Kaum Santri adalah “WASP” Indonesia 1275Kaum Sunni 1276Kaum Tua dan Muda 1279Kawan dan Lawan Politik 1280Kawasan Damai dan Kawasan Perang 1281Keabsahan Tarekat 1283Keabsahan Tasawuf 1285Keadilan 1288Keadilan dalam Al-Quran 1289Keadilan dan Kehadiran Tuhan 1290Keadilan dan Kekuasaan 1293

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid xix

    DEMOCRACY PROJECT

    Keadilan sebagai Ketetapan Allah 1293Keadilan sebagai Sunnatullah 1295Keadilan sebagai Tugas Suci para Nabi 1296Keadilan Sosial 1297Keadilan Sosial dan “Diskriminasi Positif” 1299Keadilan Sosial Sebelum Hukuman 1300Keadilan: Sila Kelima Pancasila 1302Keagamaan dan Makna Hidup 1303Keaslian Al-Quran 1304Kebahagiaan dan Kesengsaraan 1305Kebahagiaan: Jasmani dan Ruhani? 1306Kebahagiaan: Masalah Interpretasi 1308Kebaikan, Amar Makruf, dan Nahi Munkar 1311Kebangkitan Islam Formalistik 1314Kebangkitan Kembali Barat 1314Kebangkitan pada Hari Kiamat 1315Kebatinan 1317Kebebasan Beragama 1319Kebebasan Berpendapat 1321Kebebasan Berpikir 1322Kebebasan dan Cinta Ilahi 1323Kebebasan dan Kebahagiaan 1325Kebebasan dan Tanggung Jawab 1328Kebebasan Hati Nurani 1329Kebebasan Memilih 1331Kebebasan Modern 1332Kebebasan Nurani 1333Kebebasan Prasyarat Produktivitas 1334Kebebasan Ruhani 1335Kebebasan Sipil 1336Kebenaran 1340Kebenaran dan Ketulusan Hati 1341Kebenaran Ontologis dan Sosiologis 1342Keberagamaan yang Lapang dan Terbuka 1342Kebudayaan Nasional dan Perubahan Nilai 1345Kecemasan kepada Allah 1347Kecemburuan 1348Kecenderungan Konkritisasi yang Abstrak 1349

  • xx Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    Kecenderungan Politeis 1350Kedatangan Islam dan Dampak Dinamikanya 1352Kedaulatan Politik dan Ekonomi 1353Kedaulatan Rakyat 1355Kedaulatan Rakyat dan Ekonomi Rakyat 1357Kedisiplinan 1359Kedudukan Perempuan 1360Keharusan Sosialisme di Indonesia 1362Kehidupan Akhirat Abadi 1363Kehidupan di Akhirat Lebih Utama 1364Kehidupan Sesudah Kematian 1366Kehormatan Datangnya dari Allah 1369Keimanan Islam dan Agama-Agama Non-Semitik 1370Keimanan Islam, Kaum Yahudi, dan Nasrani 1373Keimanan: Vertikal dan Horizontal 1374Keislaman adalah Keindonesiaan 1375Keislaman dan Kemodernan 1378Keistimewaan Bahasa Arab 1381Kejadian Asal yang Suci 1382Kejahatan 1384Kejahatan Universal 1385Kejatuhan Adam ke Bumi 1386Kejatuhan Baghdad 1386Kejujuran: Perwujudan Sikap Takwa 1388Kekayaan Bahasa Arab 1388Kekhalifahan dan Reformasi Bumi 1391Kekhalifahan Manusia 1394Kekhalifahan Universal 1395Kekuasaan adalah Sarana, Bukan Tujuan 1396Kekuasaan Berdasarkan Hukum 1397Kekuasaan Itu Nisbi 1399Kekuasaan yang Adil 1401Kekuatan dan Kelemahan Paham Asy‘ari 1401Kekuatan Ilmu Pengetahuan 1402Kelahiran Orde Baru 1404Kelebihan Islam 1406Kelemahan Manusia 1406Kelompok Ahl Al-Sunnah wa Al-Jamâ‘ah 1407

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid xxi

    DEMOCRACY PROJECT

    Kelompok Pembaruan yang “Liberal” 1408Keluarga Kecil menuju Hidup Berkualitas 1411Keluhuran Kosmis 1413Kemajemukan Budaya Nusantara 1414Kemajemukan Hidup 1416Kemajemukan Indonesia 1417Kemajemukan Keagamaan 1419Kemajemukan Umat Islam dalam Sejarah 1422Kemajemukan Umat Islam Indonesia 1430Kemajuan Barat Berkat Islam 1432Kemampuan Mendikte Diri Sendiri 1434Kemandirian Ekonomi Nasional 1436Kemanusiaan Muhammad 1437Kemanusian Universal 1438Kematian dan Alam Kubur 1440Kematian sebagai Kemestian 1441Kematian sebagai Terminal 1443Kembali kepada Allah 1445Kembali kepada Al-Quran 1446Gerakan Kembali kepada Al-Quran dan Hadis 1446Kembali kepada Al-Quran dan Sunnah-II 1447Kembali kepada Tuhan 1448Kemenangan Islam 1449Kemerdekaan 1451Kemerdekaan Nurani 1452Kemiskinan Itu Tidak Manusiawi 1454Kenisbian Manusia 1455Kenyataan Historis Islam Indonesia 1456Kepemilikan Harta 1457Kepemimpinan Politik di Tengah Krisis 1458Kepemimpinan Politik Soeharto 1460Kepemimpinan: Bukan Sekadar Iktikad Baik 1464Kepentingan Umum (Al-Mashlahah Al-‘Âmmah) 1467Kepercayaan tentang Allah 1468Kepribadian Kaum Beriman I 1469Kepribadian Kaum Beriman II 1471Kepribadian Muslim 1472Keragaman Definisi Agama 1474

  • xxii Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    Keragaman Partai Politik 1474Keraguan yang Sehat 1477Kerahiban 1479Kerakyatan: Sila Keempat Pancasila 1481Keridlaan Allah 1482Kerja Sama Kemanusiaan 1484Kerja Sama Yahudi-Kristen 1487Kerja sebagai Bentuk Keberadaan Manusia 1487Kerja Sosial 1489Keruhanian dan Bisnis 1490Kerukunan dalam Ragam Budaya 1492Kerukunan Umat Beragama 1494Keruntuhan Karena Kemewahan 1496Kerusakan di Bumi 1497Kesadaran Diri tentang Dimensi Sosial Hidup 1498Kesadaran Ekologis Kita Rendah 1501Kesadaran HAM 1502Kesadaran Hukum 1504Kesadaran Martabat Tinggi 1505Kesadaran Pluralisme 1505Kesadaran Sejarah 1506Kesadaran tentang HAM 1509Kesalahan Yahudi dan Kristen 1511Kesalehan dan Etos Kerja 1512Kesalehan Pribadi menuju Masyarakat Islam 1514Kesalehan Tanpa Iman 1516Kesatuan dalam Keanekaragaman 1517Kesatuan Ekologis dalam Konsep Masjid 1520Kesatuan Kebenaran 1521Kesatuan Makna Sila-Sila Pancasila 1524Kesatuan para Nabi dan Rasul 1525Kesehatan dan Pendidikan 1525Kesenjangan Pendidikan Pribumi dan Non-Pribumi 1527Kesenjangan Realitas dan Normativitas 1529Kesesatan Materialisme Modern 1529Kesiapan Ruhani untuk Laylatul-Qadr 1531Kesimpulan Berdasarkan Generalitas 1532Kesinambungan Agama-Agama 1533

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid xxiii

    DEMOCRACY PROJECT

    Kesombongan Yahudi 1535Kesucian Asal Manusia 1536Kesucian Jiwa 1537Kesucian Manusia dan Prinsip Musyawarah 1538Kesulitan Barat Memahami Islam 1539Ketaatan 1542Ketaatan Bersyarat 1543Ketaatan Bersyarat Anak kepada Orangtua 1544Ketaatan kepada Hukum 1546Ketahanan Nasional dalam Pola Budaya Global 1549Keteladanan dan Penegakan Hukum 1551Keteladanan Al-Khulafâ’ Al-Râsyidûn 1553Ketenteraman Hati 1555Keterbukaan 1556Keterbukaan dan Kekuatan sebuah Sistem 1557Keterbukaan Masyarakat Islam Klasik 1559Keterlibatan Santri dalan Birokrasi 1564Ketuhanan: Sila Pertama Pancasila 1567Ketuhanan yang Maha Esa 1569Ketundukan: Esensi Agama 1572Keturunan Ibrahim 1573Keunggulan Jepang 1574Keutamaan Berilmu 1575Kewibawaan dan Keteladanan 1576Kewirausahaan Pribumi dan Masalah Budaya 1577K.H. Ali Yafie 1580Khalifah dan Ijtihad Politik 1584Khalifah Tuhan 1585Khalifah yang Empat 1586Khatam-u ‘l-Anbiyâ’ 1588Khawarij: Dari Sosial-Politik ke Keagamaan 1592Khilafiyah Fiqih 1593Kiblat 1594Kiblat: Suatu Perlambang 1596Kirim Kartu Lebaran 1597Kisah Abdullah ibn Amr ibn Al-Ash 1597Kisah Adam dan Masalah Keilmuan 1598

  • xxiv Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    Kisah Cinta Yusuf dan Zulaikha 1600Kisah Ibrahim dan Doa untuk Makkah 1600Kisah Kepahlawanan 1603Kisah Musa dan Fir‘aun 1604Kisah Wabishah 1608Kisah-Kisah dalam Al-Quran 1609Kita Harus Terus Belajar 1610Kitab Suci dan Kontinuitas Kenabian 1610KKN 1611Klaim Kebenaran 1613Klaim Kenabian 1616Joseph Smith 1616Klaim Kenabian Mirza Ghulam Ahmad 1618Klaim-Klaim Ahl Al-Kitâb 1620Kode Hammurabi 1621Kodifikasi Al-Quran 1622Komitmen pada Nilai-Nilai Luhur 1623Kompetisi antar-Daerah 1623Komponen-Komponen Prinsip Persamaan 1624Komunalisme 1625Komunisme 1627Kondisi Umat Islam 1628Konsekuensi Berislam 1629Konsensus Kaum Salaf 1630Konsensus, Perbedaan, dan Konflik 1631Konsep Antropologis dalam Al-Quran 1633Konsep Harta dalam Islam 1635Konsep Ihsân dalam Kerja 1636Konsep Kasb Asy’ari 1638Konsep Kebahagiaan Ibn Rusyd 1640Konsep Kesucian 1642Konsep Ruang dan Waktu 1644Konsep Sejarah Dunia Hodgson 1646Konsep Taskhîr dan Kaitannya dengan Tawhîd 1647Konsep-Konsep tentang Keadilan 1652Konsolidasi Abu Bakar 1655Konsolidasi Paham Ahl Al-Sunnah wa Al-Jamâ‘ah 1657

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid xxv

    DEMOCRACY PROJECT

    Konstantin Mempengaruhi Kristen 1658Konteks Adil Harun Al-Rasyid 1659Kontinuitas Agama-Agama 1660Kontinuitas Ajaran Islam 1662Kontinuitas dan Perubahan 1664Kontrak Sosial di Madinah 1666Kontroversi Aborsi dalam Kasus Thalassemia 1669Kontroversi Negara Agama 1670Korupsi 1673Kosmologi Al-Quran-I 1674Kosmologi Al-Quran-II 1677Kosmologi Islam 1679Kosmologi Kalam 1680Kosmopolitan 1681Kosmopolitanisme Cina 1683Kosmopolitanisme Islam 1684Kosmopolitanisme Islam dan Ilmu Pengetahuan 1687Kosmopolitanisme Kebudayaan Islam 1689Kotak Perjanjian 1692Kristen Mempertanyakan Muhammad 1695Kritik Al-Ghazali 1696Kritik Hodgson terhadap Geertz 1698Kritik terhadap Darwin 1700Kritikus dengan Otoritas Tinggi 1701Kualitas Tuhan yang Rahmân 1703Kualitas-Kualitas Iman 1705Kultus dan Fundamentalisme 1706Kurban Bukan Sesajen 1709Kurban Ibrahim: Antara Isma’il dan Ishaq 1710

  • xxvi Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    LLahirnya Humanisme di Barat 1713Lahirnya Ilmu-Ilmu Klasik Islam 1713Lahirnya Sekularisme 1716Lailatul Qadar 1717Lailatul Qadar: A Fraction of Minute 1718Lailatul Qadar dan Ihtisâb 1719Lailatul Qadar sebagai Simbolisasi 1720Landreform 1722Larangan Diskusi 1723Larangan Membunuh 1723Larangan Praktik Tabannî 1724Larangan-Larangan Allah 1725Lebaran 1726“Ledakan Arab” karena Pembebasan 1727Legenda/Mitos 1729Legislatif 1730Lembah Makkah dan Ka’bah 1731Liberalisasi Ajaran-Ajaran Islam 1732Liberalisasi dan Sekularisasi 1733Liberalisasi Pemahaman Keagamaan 1734Logika Kemahaesaan Tuhan 1739Logika Reformasi 1739Lokalitas Budaya Islam 1740

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 769

    DEMOCRACY PROJECT

    HHASAD

    Hasad atau dengki adalah salahsatu penyakit ruhani yang palingberbahaya bagi kehidupan manusia.Kita disebut dengki kepada sese-orang jika kita—tanpa alasan yangjelas—serta merta merasa tidak se-nang kepada segala kelebihan yangdimilikinya. Kedengkian kerap be-nar-benar mencelakakan atau menja-tuhkan nama orang yang menjadisasarannya itu. “Jauhilah olehmusemua kedengkian, sebab kedengkianitu memakan segala kebaikan, samaseperti api membakar kayu bakar yangkering”. (lihat Bulûgh Al-Marâm,hadis No. 1507). Dari hadis itujelas sekali bahwa jika mendengkiseseorang, maka seluruh kebaikan ituhabis dimakan oleh kedengkian. Didalam rasa dengki dengan sendirinyatersembunyi keinginan agar oranglain celaka, maka kedengkian itumerupakan bukti yang tandas sekalibahwa sesungguhnya kita tidakmemiliki iktikad baik kepada oranglain secara tulus. Dan kedengkian itumerupakan bukti amat nyata bagikepalsuan semua perbuatan baik

    kita. Karena itu, seluruh perbuatanbaik kita itu pun musnah, ibaratrumah kertas yang dilahap habisoleh api kedengkian kita sendiri.

    “HABIT IS SECOND NATURE”

    Kebiasaan adalah watak kedua,begitulah kita dapatkan dalam ung-kapan bahasa Inggris. Oleh karenaitu, kita harus waspada terhadapkebiasaan atau sikap pembiasaan diri(habitualization) kita. Sebab, jikasuatu kebiasaan telah tertanam sede-mikian rupa kuatnya dalam diri,maka dia akan menjadi bagian darikedirian dan kepribadian kita. De-ngan kata lain, kita tidak lagi merasa-kannya sebagai kebiasaan, karenamelakukannya begitu saja, tanpasadar, dan otomatis. Jadi dia telahmenjadi watak kita, seolah-olah se-suatu yang tertanam secara alami(natural) dari lahir.

    Karena pentingnya kebiasaandan “pembiasaan” itu, Nabi Saw.

  • 770 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    berpesan agar kita membiasakan diriberbuat baik, “meskipun sekadarberwajah cerah ketika bertemu se-orang saudara”, atau “meskipun se-kadar menyingkirkan duri di jalan”.Mungkin terpikir oleh kita bahwamenunjukkan wajah yang cerahpada saat bertemu teman adalahpekerjaan “ringan” atau malah“remeh”. Begitu juga pekerjaan me-nyingkirkan duri dari tengah jalan.Tetapi, sesungguhnya, sebagai suatukebaikan, kedua pekerjaan kecil itumempunyai hubungan dengan per-kara besar dan penting, yaitu komit-men batin kita kepada kebaikan. Se-seorang yang “perlu” menunjukkanwajah gembira saat bertemu temanadalah orang yang dalam jiwanyatertanam rasa cinta kasih (rahm,dalam ungkapan “silaturahmi”—menyambung rasa cinta kasih)kepada sesamanya, sejalan dengansemangat ucapan salam. Dan hanyaorang dengan komitmen baik kepa-da nilai kemanusiaan itu yangbersedia membungkukkan pung-gungnya untuk memungut duridari tengah jalan, sebab dalamjiwanya ada keinginan yang sejatiuntuk menyelamatkan orang laindan mencegahnya dari kecelakaan.Jika komitmen itu tertanam cukupkuat, dan kebiasaan berbuat ke-baikan betapapun kecilnya, danmengakar dalam jiwa, maka akantumbuh “watak” kebaikan. Baginya,berbuat baik tidak lagi merupakan

    beban, melainkan menjadi sesuatuyang menyatu dengan dirinya. Ka-rena itu, dalam Kitab Suci difir-mankan bahwa, Adapun orang yangberderma dan bertakwa, serta percayakepada kebaikan, maka Kami(Allah) akan mudahkan baginyajalan kemudahan (ke arah kebaikan)(Q., 92: 5-7).

    Sebaliknya, bagi mereka yangberkecenderungan jahat, Allah akanmemudahkan ke jalan menuju ke-sulitan (akibat kejahatan itu sendiri)(Q., 92: 8-10); artinya, antara lain,orang itu akan kehilangan kesadaranbahwa dia berbuat jahat, karenaperbuatan itu telah menjadi “watak”-nya yang kedua. Lebih buruk lagi,dalam pertumbuhan kebiasaanjahat, orang tersebut mungkin tidaksaja kehilangan kesadaran akankegiatan jahatnya, malah justru me-lihat perbuatan jahatnya itu sebagaikebaikan. Karena itu, kita semuadiperingatkan dalam Kitab Sucitentang adanya kemungkinan bahwakita sebenarnya berbuat suatu keja-hatan namun kita merasa justru ber-buat kebaikan, “Apakah orang yangdihiaskan kepadanya kejahatan(amal perbuatannya), lalu dia me-lihatnya sebagai kebaikan (yang samadengan orang yang mendapat pe-tunjuk)?” (Q., 35: 8).

    Karena bukan watak pertama,melainkan hanya kedua, maka ke-biasaan dapat saja berubah ataudiubah. Maka kebiasaan baik harus

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 771

    DEMOCRACY PROJECT

    dipelihara, dan kebiasaan burukharus disadari keburukannya se-hingga berubah. Di sinilah perlunyakita selalu mawas diri.

    HAJI MABRÛR

    Dalam sebuah hadis yang di-riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,Rasulullah Saw. bersabda : “... tidakada balasan bagi haji mabrûr, ke-cuali surga.” Atau dengan kata lainsurgalah tempat yang pantas bagiorang yang hajinya mabrûr. Hadisyang sering dikemukakan oleh parapenceramah manasik haji ini me-mang menarik untuk dipahami dandirenungkan muatannya. Dari isi-nya, hadis ini membuka peluangtimbulnya pertanyaan menarik,mengapa haji mabrûr langsung di-iming-imingi surga?

    Baiklah, kita mulai menjawabnyadari segi semantis, yaitu denganmemahami makna dari kata mabrûritu sendiri. Kata “mabrûr” berasaldari bahasa Arab yang artinya men-dapatkan kebaikan menjadi baik.Kalau kita lihat akar katanya, kata“mabrûr” berasal dari kata “barra”,berbuat baik atau patuh. Dari katabarra ini, kita mendapati kata “birr-un, al-birru” yang artinya kebaikan.Jadi, al-hajj al-mabrûr artinya hajisebagai ibadah yang diterima AllahSwt. Dengan kata lain, haji mabrûr

    adalah haji yang mendapatkankebaikan atau haji yang (pelakunya)menjadi baik.

    Sekarang, kita coba menggalimakna barra dalam berbagai katabentuknya yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadis. Dalam hadisyang diriwayatkan Bukhari danMuslim, Rasulullah pernah ditanyaoleh Ibn Mas’ud tentang amal yangsangat disukai Allah. Beliau menjawabbahwa amal yang sangat disukai Allahitu ada tiga. Salah satunya adalah birral-wâlidayn, berbakti (berbuat baik)kepada kedua orangtua. Dalamkonteks berbuat baik kepada keduaorangtua ini, Al-Quran juga meng-gunakan kata bentukan barra, yaituyang terdapat pada Q., 19: 14 dan32.

    Dalam Q., 31:14, Allah Swt.memberi tuntunan pada kita:

    Kalau kedua orangtuamu memak-samu untuk mempersekutukan Akudengan sesuatu yang tidak ada pengeta-huanmu tentang itu, maka janganlahkamu taati mereka, dan pergaulilahkeduanya di dunia dengan baik (Q.,31:15).

    Jadi, andaikan kedua orangtuakita masih kafir, kita wajib mem-pergaulinya dengan baik. Saya men-dengar banyak anak muda sekarangyang setelah mendapatkan kebenar-an kemudian melawan kedua orang-tua dan tidak mau baikan (berbuat

  • 772 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    baik) kepada mereka. Langkahsemacam itu jelas salah. Taruhlahkita betul dan orangtua salah, tapibukan berarti kita tidak perluberbuat baik kepada orangtua.Dalam konsepbirrun ini, kitatidak boleh taatkepada orangtuayang mengajakkepada hal-halyang tidak bisakita terima karenatidak benar. Na-mun, sikap tidaktaat ini terbatas pada ajakan yangtidak benar saja.

    Kembali pada konsep al-birr-u.Jadi yang penting kita pahami ber-kenaan dengan al-hajj al-mabrûr dankaitannya dengan kemanusiaanadalah yang dimaksudkan dalamayat yang pertama dalam juz 4, juz“lan tanâlû” kata orang di kam-pung. Bunyinya begini:

    Kamu tidak akan mendapatkan ke-baikan (yang sempurna), sebelum kamumendermakan sebagian dari hartamuyang kamu cintai. (Q., 3: 92)

    Kalau kita berhenti pada ayat inimaka seluruh perbuatan kita yangtidak mengacu pada pengorbananharta untuk orang lain atau orangmiskin atau kepentingan sosial tidakakan menjadi al-birr-u, bukan keba-jikan. Dengan demikian, al-hajj al-

    mabrûr adalah haji yang menjadi-kan orang itu setelah melakukannya,atau sepulangnya ke kampung, diamemiliki komitmen sosial yanglebih kuat. Jadi, meningkatnya ko-

    mitmen sosialitulah sebetul-nya yang men-jadi indikasi darik e m a b r u r a n .Yaitu, sepulang-nya melakukanhaji, ia menjadimanusia yangbaik, jangkauan

    amal dan ibadahnya jauh ke depandan berdimensi sosial.

    HAJI MABRUR ALA SUFI

    Di kalangan kaum sufi terdapatsebuah dongeng yang menggam-barkan tentang haji mabrur. Kononterdapat suami-istri yang tidak ter-lalu kaya bersusah payah menabunguntuk naik haji. Saat naik haji tibamereka mengadakan perjalanan keMakkah dengan berjalan kaki ataunaik unta. Ketika melewati sebuahkampung yang sangat miskin me-reka menyaksikan anak-anak kecilterkena busung lapar. Tak urungsuami-istri itu iba dan memberikansemua bekal kepada orang di kam-pung itu. Bagi mereka, haji memangmerupakan perintah Tuhan, tetapikepentingannya hanya untuk mereka

    Dengan memuji syukur kepadaAllah atas segala sesuatu yangtelah terjadi atas kita, kita men-didik diri sendiri untuk selalumempunyai pandangan yangpenuh apresiasi dan rasa optimis-tis kepada Allah dengan segalatakdir-Nya atas kita.

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 773

    DEMOCRACY PROJECT

    berdua. Sementara ada orang satukampung yang menurut mereka le-bih membutuhkan, maka tabunganbertahun-tahun diberikan kepadaorang kampung itu untuk menolong.Dengan sendirinya mereka tidakjadi naik haji dan lalu pulang. Sam-pai di rumah ternyata sudah adaorang yang tidak dikenal menung-gu. Setelah memberi salam, orangitu mengucapkan “selamat datangdari haji yang mabrur”. Suami-istriitu protes karena keduanya tidakmerasa naik haji. Orang tak dikenalitu berkata, “Itulah haji mabrur,”dan kemudian menghilang. Memangini sebuah dongeng yang boleh jadimustahil, tetapi yang penting ada-lah the message behind the story, me-nyampaikan pesan bahwa sebenar-nya yang lebih penting adalah me-merhatikan kemanusiaan dan ituyang harus menjadi tujuan. Inilahhaji mabrur, tidak menyangkut ma-salah-masalah teknis , melainkanmasalah ruhani yang sangat menco-lok, yaitu menangkap makna agama.

    HAJI, IMAN, DAN AMAL

    Pentingnya iman dan amal salehtidak bisa dipisahkan. Harus adakeseimbangan antara habl-un minAllâh dengan habl-un min al-nâs.Rasulullah Saw. dalam sebuah hadissahih menyatakan: “Yang paling

    banyak menyebabkan manusia masuksurga ialah takwa kepada Allah danbudi peker ti luhur.”

    Karenanya, al-hajj al-mabrûrmemiliki kaitan dengan akhlâq,budi pekerti luhur, dengan amalsaleh . Jadi orang yang hajinyamabrûr akan terlihat, selain daripeningkatan kualitas ibadahnya,juga pada kualitas amal salehnya.

    Untuk lebih jelasnya, mungkinbisa kita kaitkan dengan hadis: “al-hajj ‘Arafah ...” (Haji adalah ‘Ara-fah). Maksudnya, dari sudut fiqihkalau orang itu tidak wuqûf di‘Arafah, maka hajinya tidak sah,tidak sempurna, atau batal. Dibalik ungkapan Nabi itu, sebe-tulnya ada makna yang sangatmendalam, yaitu ketika Nabi melak-sanakan haji wadâ‘, beliau ber-pidato di ‘Arafah. Dalam menyam-paikan pidatonya ini, beliau terlihatpenuh perasaan, dalam arti Nabisangat menghendaki agar pidato inibenar-benar didengar dan dilak-sanakan, hingga beliau berpesanhendaknya yang hadir menyam-paikan kepada yang tidak hadir.Berkali-kali Nabi mengatakan,“Bukankah aku sudah sampaikan?”,Lalu semuanya menjawab: “Sudahya Rasulullah.”

    Apa yang disampaikan Nabi di‘Arafah itulah yang disebut Khut-bat Al-Wadâ‘, yakni Pidato Perpisah-an. Dinamakan demikian karenatidak lama setelah itu, kira-kira 3

  • 774 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    bulan kemudian Nabi wafat. DalamKhutbat Al-Wadâ‘ ini, Nabi mene-gaskan tentang––dalam bahasa se-karang––hak-hak asasi manusia. Be-liau bersabda: “Sesungguhnya darah-mu, hartamu, dan kehormatanmu ituharam––artinya suci tidak boleh di-ganggu gugat––sebagaimana haram-nya harimu ini, bulanmu ini, dantempatmu ini.” Maka, mulai hariitu, tradisi Arab Jahiliah (artinyasebelum Islam) yang mudah sekalimelumpuhkan darah, dihabisi olehNabi in one stroke. “... darahmu ituadalah suci, karenanya harus dilin-dungi. Dan hartamu juga suci.”Karena itu, selain menghormati jiwadan raga, agama kita juga menghor-mati pemilikan pribadi. Dalamajaran agama Islam, pemilikanpribadi itu suci. Sampai-sampaiNabi Saw. bersabda: “Barangsiapamati membela hartanya, ia termasukmati syahid.” Jadi, kalau ada malingmasuk rumah dan kita lawan sam-pai kita mati, berarti kita mati syahid,meskipun menurut fiqih hal itudisebut syahid akhirat, artinya simayat masih tetap harus dimandi-kan. Orang hamil yang meninggalketika melahirkan juga disebut sya-hid.

    Ajaran Islam menegaskan bahwaharta itu tidak boleh diganggu gugat.Tentu saja hal ini lain konteksnyadengan kapitalisme yang ada diAmerika. Dalam kapitalisme, hartatidak boleh diganggu gugat, namun

    penggunaannya boleh semau-mau-nya. Sedangkan dalam Islam tidakdemikian, tidak boleh diganggugugat karena harta adalah hak sucikita, tetapi penggunaannya diaturoleh Allah Swt. Kita tidak bolehmenggunakannya secara semba-rangan.

    HAK ASASI DANIDEOLOGI NASIONAL

    Bagi bangsa Indonesia, sudahtentu persoalan hak-hak asasi harusdicari dan dikaitkan akar-akarnyadengan ideologi nasional Pancasila.Dalam hal ini, lepas dari berbagaiusaha yang telah dijalankan untukmemasyarakatkan nilai-nilai Panca-sila itu agar Pancasila benar-benarbermakna dan mewujud nyata dalamkehidupan bangsa, tidak sekadarmenjadi ungkapan kosong danbersifat cliche yang dikemukakanberulang-ulang, agaknya harus kitasadari bahwa di masyarakat seka-rang ini berkembang sikap-sikapskeptis, bahkan sinis, kepada berba-gai usaha indoktrinasi Pancasila,disebabkan kenyataan banyaknyakesenjangan antara yang diucapkansecara lisan dengan yang dilakukandalam tindakan-tindakan. Jika kitabatasi pengamatannya kita hanyakepada kenyataan ini saja—dengansedikit mengesampingkan kenyata-

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 775

    DEMOCRACY PROJECT

    an-kenyataan lain yang barangkalibernilai positif—maka dapat dilihatadanya indikasi kontraproduktifdari usaha-usaha indoktrinasi. Apa-lagi dalam masyarakat sering dirasa-kan bahwa Pancasila lebih banyakdigunakan sebagai “pentung sakti”untuk memukulsiapa saja yangsikap sosial poli-tiknya kurangberkenan, de-ngan mencapnyasebagai “anti-Pan-casila” atau caplain yang serupa.

    Sudah tentuPancasila jauhlebih banyak da-ripada hal tersebut. Sebagai bangsayang telah dipersatukan oleh ideo-logi nasional itu tentu kita harusmemberi apresiasi yang wajar ke-pada Pancasila sebagai common plat-form kehidupan sosial-politik na-sional kita. Cita-cita persatuanIndonesia seperti diungkapkan da-lam sila ketiga dapat dikatakan telahterwujud secara optimal. Sebuahnegara yang terdiri dari 17.000pulau, yang terbentang dari Sabangsampai Merauke sejauh bentangandari London sampai Teheran dapatdipersatukan dengan mantap danwajar, dengan tingkat stabilitas dankeamanan yang tinggi. Itu semuaadalah prestasi yang bukan main,

    dan jelas tidak dapat disikapi secarataken for granted.

    Tetapi membatasi penilaian ter-hadap Pancasila hanya kepada efek-tivitasnya sebagai faktor pemersatubangsa—betapapun amat penting-nya persatuan itu—akan sama

    dengan mem-perlakukan Pan-casila sebagaiideologi yanghanya bernilaiinstrumental.Dengan perla-kuan seperti itumaka ada baha-ya bahwa Pan-casila—sepertihalnya apa saja

    yang bernilai instrumental belaka—dapat dikesampingkan atau malahdibuang segera setelah tujuan ter-capai, seperti persatuan tersebut.

    Karena itu, harus ada pendekat-an kepada Pancasila sebagai rang-kuman nilai-nilai intrinsik, yangmenjadi tujuan dalam dirinya sen-diri ( the end in itself). Berkenaandengan inilah melihat masalah hak-hak asasi manusia dalam kerangkaPancasila atau melihat Pancasilasebagai dasar bagi ide-ide tentanghak-hak asasi manusia menjadisangat relevan dan urgen. Ini dapatkita mulai dengan sila yang palingerat terkait dengan masalah hak-hak asasi manusia, yaitu sila Perike-

  • 776 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    manusiaan yang adil dan beradab.Dalam hal ini sungguh absah untukkita mempertanyakan: Seberapajauh kita telah melaksanakan pahamdasar kemanusiaan yang adil danberadab? Atau, seberapa jauh perla-kuan sesama manusia dalam masya-rakat kita telah memenuhi rasakeadilan dan keberadaban? Atau,jika mau ungkapan yang keras: Apa-kah perilaku kemanusiaan dalammasyarakat kita justru banyak un-sur kezalimannya dan kebiadaban-nya? Di sini segera terbayang dalambenak, bagaimana pasar Ciputat, disebelah selatan Jakarta, yang dihunioleh pedagang-pedagang kecil padapertengahan bulan Oktober 1994“terbakar”, dengan memusnahkansama sekali aset-aset para pedagangkecil itu, tidak lama setelah ter-pampang papan besar yang memberitahu semua orang bahwa di tempatitu akan didirikan sebuah pusatbelanja yang serba modern! Darikasus semacam itu, muncul per-tanyaan, siapa yang bertugas mem-bela dan melindungi rakyat kecil itu?Jawabnya semua orang tahu siapamereka. Tetapi kemudian apakahmereka mau dan mampu melaku-kan tugasnya itu, jawabnya barang-kali tidak seorang pun tahu!

    Mungkin sekali bahwa tipisnyakomitmen pribadi (dan sosial) da-lam masyarakat pada umumnyakepada nilai-nilai kemanusiaan sepertihak-hak asasi ini adalah akibat dari

    verbalisme yang sering terdengardisinyalir oleh para ahli. Denganverbalisme itu seseorang merasa telahberbuat sesuatu hanya karena telahmengatakan, mengucapkan ataumenghapal rumusan-rumusan. Danverbalisme ini memperoleh warnakeresmiannya karena ujian-ujianatau tes-tes tentang ideologi negara(malah juga agama) terbatas hanyakepada seberapa jauh orang hapaldi luar kepala rumusan-rumusandan ungkapan-ungkapan baku yangtelah “disahkan” secara resmi, tanpapeduli apakah yang bersangkutanbenar-benar mengerti maknanyadan memahami substansinya.

    HAK ASASI MANUSIA

    Perjuangan menegakkan hak asasidi negeri kita adalah hal yang amatwajar sebagai kewajiban kita semua,disebabkan oleh tuntutan nilai-nilaifalsafah kenegaraan kita, Pancasila.Semua sila dalam falsafah itu mela-hirkan kewajiban kita berusaha me-negakkan hak-hak asasi, khususnyasila Kemanusiaan yang Adil danBeradab. Ditambah lagi bahwa kitasebagai anggota PBB, dengan sen-dirinya kita menerima dan me-nyetujui serta terikat kepada butir-butir dalam Deklarasi UniversalHak-hak Asasi Manusia (UniversalDeclaration of Human Rights) ,1948. Bertitik tolak dari tuntutan

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 777

    DEMOCRACY PROJECT

    nilai-nilai kefalsafatan negara kitaitu, maka di sini akan coba dibahasmasalah hak-hak asasi dalam ka-itannya dengan demokrasi dan de-mokratisasi. Berpijak kepada nilaikemanusiaan yang adil dan beradab,ki ta akan bicarakan bagaimana kore-lasi antara capaian-capaian pemba-ngunan sekarang ini dengan pe-ngembangan dan pengukuhan ke-sadaran nilai-nilai kemanusiaan.

    Usaha menegakkan hak-hak asasidapat juga dipandang sebagai kelan-jutan logis, alami, dan wajar daritingkat perkembangan dan kemaju-an bangsa kita di segala bidang. Pa-da saat sekarang ini kita bangsaIndonesia telah sampai kepada jalanpersimpangan pertumbuhan danperkembangan yang amat menentu-kan untuk masa mendatang. Pemba-ngunan ekonomi yang telah berja-lan selama sekitar seperempat abadtelah menunjukkan hasil yang sa-ngat mengesankan. Dari suatubangsa yang miskin dan hampirbangkrut pada awal tahun 60-an,kini Indonesia mulai tampil dengancukup harga dan kepercayaan diridalam pergaulan antarbangsa. Meski-pun sesungguhnya kita masih jauhdari kemakmuran negara-negara ma-ju—bahkan di antara negara-negaraAsia Tenggara pun kita masih tergo-long yang terbelakang—namun ha-sil yang telah dicapai oleh bangsakita melandasi harapan bagi masadepan yang lebih baik, yaitu masa

    depan yang lebih makmur, lebihterbuka, lebih adil, dan lebih de-mokratis.

    Dari pengalaman yang sejauhini telah berlangsung, kita mem-buktikan kebenaran peringatan Na-bi Saw. bahwa kemiskinan akanmenyeret manusia kepada sikap-si-kap mengingkari kebenaran. Kemis-kinan akan membuat manusia terha-lang dari usaha-usaha peningkatandirinya menuju kepada harkat danmartabat kemanusiaannya yang le-bih tinggi. Oleh sebab kemiskinandan kemelaratan membuat sese-orang lebih terpusat kepada usaha-usaha mempertahankan hidup jas-maninya, maka kemiskinan dan ke-melaratan juga membuatnya terha-lang dari perhatian kepada tingkatkehidupan yang lebih mulia, yaitukehidupan ruhani, kehidupan un-tuk memenuhi dorongan naluri ma-nusia guna kembali ( inâbah) kepadaTuhan. Sebab Tuhanlah Sumber se-gala kebahagiaan, Asal-muasal sega-la yang ada. Tuhanlah pangkal ke-beradaan kita semua, dan Dia-lahtujuan keberadaan kita semua.

    HAK ASASI MANUSIA DANGERAKAN MASYARAKAT MADANI

    Ketika kelompok-kelompok dangerakan-gerakan muncul, biasanyatampil dalam bentuk gerakan pem-bela hak-hak asasi dan perbaikan

  • 778 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    harkat atau dignity kaum lemahatau tersisih. Gerakan seperti itudengan sendirinya menegaskan klaimmoral yang asasi, yaitu harkatkemanusiaan universal dan persa-maan semua orang. Karena klaimdemikian itu benar-benar mendasar,maka tidak mudah ditolak atau di-sanggah terang-terangan oleh parapemegang kekua-saan negara, dimana saja selu-ruh dunia. Aki-batnya, gerakanhak-hak asasi danperbaikan harkatkaum lemah bo-leh jadi menik-mati kebebasan berkiprah yang le-bih besar daripada kekuatan-keku-atan oposisi atau kelompok-kelom-pok yang menghendaki pembagiankembali sumber-sumber daya eko-nomi melalui tuntutan pemerataan,misalnya. Gerakan hak-hak asasi danpembelaan martabat kaum lemahjuga mungkin lebih kebal daripadakooptasi, karena tuntutannyamungkin tidak mudah ditebus,dibayar, atau disuap dengan hak-hak istimewa atau privilege terten-tu, kedudukan, atau uang untukpribadi-pribadi para pejuangnya.

    Meskipun unsur-unsur masyara-kat madani boleh jadi berdiri tegakdalam oposisi terhadap pemerintah,pemerintah sendiri tidak bolehmelupakan peran pokoknya selaku

    wasit, pembuat aturan, dan pe-nertib masyarakat madani. Sebabmasyarakat madani atau civil societyitu, bagaimanapun, bukanlah peng-ganti pemerintah. Terlalu seringmuncul harapan bahwa civil societyadalah suatu obat mujarab, namunbukti menunjukkan dengan jelasbahwa negara mempunyai peran

    kunci untukikut mendo-rong pertum-buhan demo-krasi. Demo-kratisasi bu-kanlah musuhb e b u y u t a nataupun ka-

    wan setia bagi kekuasaan negara.Negara dituntut untuk mampumenangani civil society begitu rupasehingga tidak terlalu banyak atau-pun terlalu sedikit. Sebaliknya, ka-langan civil society harus senantiasamenyadari bahwa sekalipun tertibdemokratis tidak dapat dibina me-lalui kekuasaan negara, ia juga tidakdapat dibina tanpa kekuasaan ne-gara. Memang benar, sebagaimanamenjadi keyakinan banyak sarjana,civil society adalah musuh alamiahotokrasi, kediktatoran dan bentuk-bentuk lain kekuasaan arbitrer. Civilsociety adalah bagian organik de-mokrasi, dan ia menurut definisinyasendiri adalah lawan rezim-rezimabsolutis. Tapi mengkhawatirkancivil society akan mampu menum-

    Adanya perbedaan tidak mungkindihindarkan, dan perbedaan yangada harus disikapi dengan penuhkedewasaan di atas landasan jiwapersaudaraan, penuh pengertian,tenggang rasa dan kasih sayang.

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 779

    DEMOCRACY PROJECT

    bangkan pemerintahan adalah sikapyang naif. Bahkan sebenarnya salinghubungan antara pemerintah dancivil society lebih sering didefinisikandalam kerangka kerja sama ke-timbang konflik. Karena itu, dinegara-negara dengan susunankekuasaan tidak demokratis, kitamemerlukan strategi-strategi yanghalus. Kita memerlukan suatukerangka yang memberi peluangkepada warga masyarakat untukmengikat tali hubungan denganpemerintah pada suatu saat, danpada saat yang lain mungkin me-ngendorkan atau malah melepaskanikatan itu, namun dengan tanggungjawab. Tapi kita juga perlu kepadaruang bagi adanya ikatan antaranegara dan civil society baik yangsejalan maupun yang bersimpangjalan. Dan dari segi kepraktisan,tidaklah realistis mengharapkanserikat-serikat kewargaan untukmemikul tugas oposisi dalam konteksnegara yang penguasanya seringmenyamakan antara oposisi danpembangkangan atau pengkhi-anatan. Diperlukan strategi-strategiyang lebih lembut daripada konfron-tasi.

    HAK INDIVIDUAL DAN SOSIAL

    Adanya tingkat partisipasi sosial-politik yang tinggi dalam Islam ituberakar pada adanya hak-hak pri-badi dan masyarakat yang tidak

    boleh diingkari. Hak pribadi dalammasyarakat menghasilkan adanyatanggung jawab bersama terhadapkesejahteraan para warga, dan hakmasyarakat itu atas pribadi parawarganya menghasilkan kewajibansetiap pribadi warga itu kepadamasyarakat. Jadi hak dan kewajibanadalah sesungguhnya dua sisi darisatu kenyataan hakiki manusia, yaituharkat dan martabatnya. Oleh karenaitu, hak yang mengandung maknakebebasan itu merupakan milik pa-ling berharga manusia, dan kewa-jiban yang menjadi sisinya itu meru-pakan kehormatannya. Sebuahadagium mengatakan:

    “Tidak ada sesuatu yang lebihberharga daripada kebebasan, dantidak ada kebahagiaan yang lebihbesar daripada menunaikan kewa-jiban.”

    Hak perorangan yang tak ter-ingkari itu berpangkal pada prinsipbahwa pada instansi paling akhir,tanggung jawab manusia kepadaTuhan dalam Pengadilan di HariPerhitungan, yakni hari kiamat,akan dilakukan sepenuh-penuhnyaoleh masing-masing pribadi. Kitadapatkan berbagai gambaran yangmenegaskan individualitas tang-gung jawab manusia dalam Peng-adilan Ilahi dalam Kitab Suci, an-tara lain:

    Wahai manusia! Bertakwalah kamusekalian kepada Tuhanmu! Dan was-padalah kamu semua terhadap hari

  • 780 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    (kiamat) ketika tidak sedikit pun seo-rang orangtua dapat menolong anak-nya dan seorang anak dapat menolongorangtuanya; sesungguhnya janjiAllah itu benar (pasti terlaksana),maka janganlah kamu semua terke-coh oleh kehidupan duniawi (kehi-dupan rendah), dan janganlah al-gharûr (kekuatan jahat yang selalumenggoda, yaknisetan) itu sempatmenggoda kamusekalian tentangAllah (Q., 31:33).

    Dan waspa-dalah kamu se-mua terhadaphari (kiamat) ke-tika seorang pri-badi (jiwa) tidakakan dapat menolong pribadi (jiwa)yang lain, dan ketika dari dia itutidak akan diterima perantaraan,juga dari dia itu tidak akan diambiltebusan, lagi pula mereka itu semuatidak akan dibantu (oleh siapa pun)(Q., 2: 48).

    Wahai sekalian orang yang ber-iman! Dermakanlah sebagian dariharta yang Kami (Allah) karuniakankepadamu itu sebelum tiba hari (kia-mat) yang saat itu tidak lagi ada tran-saksi, juga tidak ada persahabatan(solidaritas) dan tidak pula adaperantaraan (intersesi). Dan merekayang kafir (menolak seruan ini) adalahorang-orang yang zalim (Q., 2: 254).

    Individualitas tanggung jawabmanusia dalam Pengadilan Ilahi itumembawa sisi lain prinsip hidupmanusia, yaitu bahwa manusia tidakakan dituntut pertanggungjawabankecuali atas apa yang pernah ia la-kukan sendiri, baik langsung mau-pun tidak langsung.

    Maka salah satu konsekuensiamat pentingdari individua-litas tanggungjawab manusiadi hadapanTuhan—suatutanggung jawabdalam instansiyang final itu—ialah adanyap r a a n g g a p a nbahwa seorang

    individu berkemungkinan danmampu memilih sendiri secarabebas keyakinannya tentang apayang benar dan baik. Jika kebebasanserupa itu tidak ada baginya, makaakan menjadi mustahil dan absurduntuk menuntut suatu pertang-gungjawaban atas apa yang diper-buatnya (secara terpaksa). Sebab,tuntutan seperti itu akan merupakankezaliman dari pihak penuntut, atauakan menjadi perlakuan tidak adilkepada yang dituntut.

    Kebebasan memilih dan menen-tukan sendiri keyakinan pribadiadalah hak yang paling asasi padamanusia. Itulah sebabnya mengapa

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 781

    DEMOCRACY PROJECT

    agama dan keyakinan tidak bolehdipaksakan, sebab pemaksaan da-lam hal itu akan dengan sendirinyamenghilangkan nilai keyakinan itusendiri. Hendaknya setiap pribadimemilih keyakinannya denganbebas dan penuh tanggung jawabatas segala risiko dan konsekuensi-nya, dan untuk itu manusia telahdibekali dengan kemampuan me-ngenali kebenaran dari kepalsuan,dan kebaikan dari kejahatan (kon-sep fithrah dan hati nurani). Disamping itu, jalan hidup yang be-nar itu sendiri telah dibuat jelasberbeda dari jalan hidup yang sesat,sehingga sesungguhnya tidak adaalasan bagi seorang individu untukterjebak ke dalam tindakan “salahpilih”, asalkan ia betul-betul meng-gunakan kemampuan akal dan hatinurani untuk membuat pertim-bangan.

    Begitulah beberapa dasar hakkebebasan pribadi untuk memilihkeyakinan dan kegiatan sesuai dengankeyakinan itu, sebagaimana diajar-kan dalam Kitab Suci. Jika hak itutidak terdapat dalam masyarakat ataunegara, maka setiap individu warganegara itu berkewajiban menun-tutnya, sejalan dengan diktum “Hakitu dituntut, tidak diberikan”. Pasal-nya, dalam teori politik dan keku-asaan, boleh dikatakan tidak adapenguasa yang akan dengan sukarelamemberikan kepada rakyatnya hak-hak yang menjadi milik mereka.

    Sebab, pemberian hak-hak serupaitu akan dapat berarti penguranganbagi kekuasaan mereka. Dan me-nuntut hak pribadi yang asasi itumerupakan salah satu bentuk partisi-pasi sosial-politik yang amat pentingdalam suatu tatanan masyarakat.

    Namun demikian, itu semua ti-daklah berarti individu manusiadapat dibiarkan atau diperbolehkanbertindak semau-maunya. Pilihankepada suatu sistem keyakinan yangdilakukan secara bebas sesuai de-ngan hak asasi itu mengandungdalam dirinya kewajiban untuk me-wujud-nyatakan tuntutan keyakin-an itu dalam amal perbuatan atautindakan. Tanpa usaha perwujud-nyataan itu, suatu keyakinan tidakmemiliki makna apa-apa, baik bagiyang bersangkutan maupun bagiorang lain.

    Sekarang, begitu seorang indi-vidu melangkahkan dirinya daritahap keyakinan ke tahap perbuatanatau tindakan, maka ia tidak lagiberada semata-mata sebagai indivi-du yang lepas dan bebas sepenuh-nya. Ia kini berada dalam jaringanpergaulan dengan individu-individulain, dan ia harus memperhitung-kan mereka itu dalam perbuatandan tindakannya. Karena itu, tin-dakannya haruslah bernilai “saleh”(shâlih), yang makna etimologisnyaialah “cocok” atau “sesuai”, yakni,antara lain, cocok dan sesuai de-ngan hak dan kepentingan indivi-

  • 782 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    du-individu lain itu, dengan buktimembawa hasil kebaikan bersama.

    Agar ketentuan itu terwujud, makamau tidak mau seorang individu,dalam hubungannya dengan indivi-du yang lain, harus memerhatikandan mempertimbangkan hak indivi-du itu, sehingga terjalinlah hu-bungan antarindividu yang disusunmelalui pemenuhan hak dan kewa-jiban masing-masing secara seim-bang. Sebagaimana telah dikemu-kakan di atas, hak dan kewajibanadalah dua sisi dari kenyataan asasimanusia. Hak merupakan milikprimordial seorang individu, dankewajiban merupakan wujud pem-batasan hak individual itu oleh hakindividual orang lain. Ini digam-barkan dalam sebuah diktum ter-kenal, “Kebebasan seorang individudibatasi oleh kebebasan individulainnya.”

    Maka amal perbuatan selalu ber-sifat sosial, sekalipun titik tolaknyaialah motivasi yang selalu bersifatpribadi. Meskipun dalam kehi-dupan sehari-hari biasa terjadi pem-bicaraan tentang motivasi seseorangdalam perbuatannya, namun sebe-narnya mustahil kita mengurusimotivasi itu, karena motivasi atauniat dengan sendirinya berada da-lam lubuk hati yang bersangkutan(“Dalam laut dapat diduga, dalamhati siapa tahu?”). Karena itu, padatingkat sosial kita berurusan dengantindakan-tindakan lahiriah lebih

    banyak daripada dengan tindakan-tindakan batiniah.

    Namun demikian, dan lebihjauh, semua prinsip tersebut tidak-lah berarti dibenarkannya membiar-kan masing-masing individu dalammasyarakat untuk bertindak sesukahatinya. Justru aspek amat pentingdari tanggung jawab itu, yang me-rupakan hak sosial atau masyarakatterhadap individu-individu warganya,ialah agar masing-masing orangbersedia meletakkan dirinya danamal perbuatannya dalam jaringanpengawasan masyarakat ( socialcontrol). Sebab, suatu kenyataanyang tidak mungkin diingkari ialahketerbatasan kemampuan seorangindividu manusia untuk menangkapdan memahami persoalan hidup inisecara tepat dan benar. … kamu ti-daklah diberi pengetahuan melainkansedikit saja (Q., 17: 85). Karena itu,selalu ada kemungkinan, persepsiseseorang tentang yang benar dansalah serta yang baik dan buruk, itukeliru. Dan hal itu lebih-lebih lagiakan menjadi serius jika yang ber-sangkutan kebetulan adalah seorangpenguasa.

    Dari situlah, antara lain berpang-kal ajaran dan perintah untuk ber-musyawarah, di mana para wargasaling memberi isyarat atau sarantentang apa yang benar dan baik.Dan ini menjadi pangkal adanyahak masyarakat terhadap individu,yaitu individu itu harus memer-

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 783

    DEMOCRACY PROJECT

    hatikan dan memperhitungkan ke-pentingan masyarakat.

    Maka, selanjutnya, guna me-mungkinkan adanya proses musya-warah yang sehat dan benar, dalammasyarakat diperlukan adanya me-kanisme dan tatanan yang memung-kinkan terjadinya dialog dan tukarpikiran secara bebas, dalam ke-rangka saling memberi dan mene-rima saran tentang apa yang benardan baik.

    HAK PRIBADIDAN KEWAJIBAN SOSIAL

    Salah satu ajaran agama yangsangat mendasar adalah tanggungjawab pribadi manusia kelak dihadapan Tuhan. Konsekuensi ajaranini adalah bahwa setiap orang mem-punyai hak memilih jalan hidupnyadan tindakannya sendiri. Bahkanagama pun tidak boleh dipaksakankepadanya. Hak yang amat asasi inikemudian bercabang menjadi ber-bagai hak yang tidak boleh diing-kari. Di antaranya ialah hak untukmenyatakan pendapat dan pikiranditambah dengan prinsip kesucianasal manusia ( fithrah) yang mem-buatnya selalu berpotensi untukbenar dan baik (hanîf ), dengan aki-bat bahwa setiap orang mempunyaihak untuk didengar. Adanya haksetiap orang untuk didengar inimenghasilkan kewajiban orang lainuntuk mendengar.

    Hak setiap orang untuk memi-lih, menyatakan pendapat dan pi-kiran serta kewajiban setiap oranguntuk mendengar pendapat danpikiran orang lain ini membentukinti ajaran agama tentang musya-warah—perkataan yang secara eti-mologis berarti “saling memberiisyarat” tentang apa yang benar danbaik; jadi bersifat “reciprocal” dan“mutual.” Prinsip musyawarah inimendasarkan motivasi teologis un-tuk penerimaan paham demokrasi.

    Jika potensi setiap orang untukbenar dan baik mengakibatkan ada-nya hak untuk memilih dan menya-takan pendapat, maka potensi setiaporang untuk salah dan keliru—karena manusia memang lemah,walaupun fitrahnya adalah baik—mengakibatkan adanya kewajibanuntuk mendengar pendapat oranglain. Dan sekali seseorang merasatidak perlu mendengar pendapatorang lain—yang berarti ia sengajamelepaskan diri dari ikatan sosialberdasarkan hak dan kewajiban sa-ling memberi isyarat tentang keba-ikan dan kebenaran itu—maka iaakan terjerembab ke dalam lembahkezaliman seorang thâghût (tiran,despot, diktator). Dalam keadaanseperti itu ia akan berkembangmenjadi musuh masyarakat, di-sebabkan dorongan pada dirinyayang bertindak sewenang-wenangkarena merasa diri sendiri palingbaik dan benar.

  • 784 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    Jika kita telaah firman Allahberikut tentang hak-hak pribadidan kewajiban sosial, akan tampakpada kita hubungannya denganprinsip-prinsip kelapangan dadadan kerendahan hati yang dituntutpada setiap orang. Artinya, hak-hakpribadi dan ke-wajiban sosialtidak akan ter-wujud denganbaik jika tidakdisertai kelapang-an dada, keren-dahan hati, danketerbukaan.

    Adalah ka-rena rahmat dariAllah, maka kau(Muhammad) berlaku lemah lembutkepada mereka (para sahabatmu).Sekiranya kau kejam dan berhatikasar, tentulah mereka menjauh darilingkunganmu. Maka maafkanlahmereka, dan mohonkan ampununtuk mereka, serta bermusyawa-rahlah dengan mereka dalam (segala)urusan. Jika kemudian kau telahambil keputusan, maka bertawa-kallah kepada Allah. SesungguhnyaAllah cinta kepada mereka yangbertawakal (Q., 3:159).

    Menarik bahwa dalam ayat ini,semuanya dimulai dengan adanyarahmat atau kasih Allah kepadaNabi Saw, suatu petunjuk tentangadanya hubungan positif dan kese-

    imbangan antara hak-hak pribadidan kewajiban sosial. Rahmat Allahitu berkaitan langsung dengankeseimbangan hak-hak pribadi dankewajiban sosial. Keseimbanganhak-hak pribadi dan kewajibansosial —dilukiskan oleh ayat ter-

    sebut—memer-lukan sikap-si-kap dasar keter-bukaan, penuhpengertian dantoleransi kepadaorang lain sertamasih ditambahadanya rahmatAllah agar se-maunya dapatterlaksana de-

    ngan baik.Mengacu kepada kondisi masya-

    rakat kita yang plural, sikap penuhpengertian kepada orang lain inidiperlukan agar masyarakat tidakmenjadi monolitik, apalagi plura-litas masyarakat itu merupakandekrit Allah dan desain-Nya untukumat manusia. Jadi, tidak ada masya-rakat yang tunggal, monolitik, samadan sebangun dalam segala segi(Lihat, Q., 11:118-119).

    Segi keseimbangan hak-hak pri-badi dan kewajiban sosial merupakanbagian dari gambaran Al-Qurantentang hakikat kaum beriman.

    Maka apa pun yang diberikankepadamu, hanyalah guna kesenang-an hidup di dunia ini. Tapi yang

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 785

    DEMOCRACY PROJECT

    ada pada Allah, lebih baik dan lebihlestari bagi mereka yang bertawakalkepada Tuhan mereka, dan bagi me-reka yang menjauhi dosa-dosa besardan perbuatan-perbuatan keji, danjika mereka marah tetapi mampumemberi maaf; Dan bagi merekayang menyahut (menerima denganbaik) seruan Tuhan mereka, lagi pulamenegakkan shalat, dan urusansesama mereka adalah musyawarahsesama mereka, dan mereka men-dermakan sebagian dari rezeki yangKami anugerahkan kepada mereka;Dan bagi mereka yang bila ditimpakezaliman, mereka membela diri;Balasan bagi suatu kejahatan adalahkejahatan setimpal, tetapi barang-siapa memberi maaf dan berdamai,maka pahalanya ada pada Allah.Sesungguhnya Dia tidak suka kepadaorang-orang yang zalim; Tapi barang-siapa membela diri setelah diperlaku-kan secara zalim, maka tidak adajalan (untuk menimpakan kesalahan)terhadap mereka; Jalan (menimpakankesalahan) hanyalah ada terhadaporang-orang yang berlaku zalimkepada sesama manusia, dan bertin-dak melanggar di bumi tanpa alasanyang benar (otoriter). Mereka itulahyang bakal mendapat azab yangpedih; Namun barangsiapa sabardan tetap memberi maaf, maka itulahperbuatan yang amat terpuji (Q., 42:36-43).

    Karena manusia adalah makhluksosial, ayat ini dengan jelas meng-

    gambarkan bahwa tekanan yangterlalu berat kepada hak pribadiakan berakibat tumbuhnya sikap-sikap dan pandangan hidup yangmenyalahi kodratnya sebagai makh-luk sosial. Egoisme, otoritarianisme,tiranisme, dan lain-lain yang serbaberpusat kepada kepentingan dirisendiri dengan mengabaikan ke-pentingan orang lain, adalah sangattercela. Sikap-sikap terbuka, lapangdada, penuh pengertian, dan ke-sediaan untuk senantiasa memberimaaf secara wajar dan pada tem-patnya, adalah sangat terpuji.Gabungan serasi antara hak pribadidan kewajiban sosial ini menghasil-kan ajaran tentang “jalan tengah”(wasath, wajar, dan fair [qisth] sertaadil [‘adl]), yaitu sikap-sikap yangsecara berulang-ulang ditekankanAl-Quran.

    Islam adalah ajaran yang sangatmenekankan keseimbangan. Karenaitu, menegaskan kembali ajaran ini—apalagi dalam hal keseimbanganantara hak-hak pribadi dan kewa-jiban sosial—adalah hal yang sangatmendesak, dan kelihatannya agakterlupakan oleh sebagian kaumMuslim Indonesia.

    HAK-HAK ASASIDAN KAUM PEKERJA

    Karena hak-hak asasi manusiasesungguhnya merupakan bagian

  • 786 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    dari hakikat kemanusiaan yangpaling intrinsik, maka sejarah per-tumbuhan konsep-konsepnya danperjuangan menegakkannya sekali-gus menyatu dengan sejarah ma-nusia dan kemanusiaan itu sendirisemenjak dikenalnya peradaban. Inidapat dilihat dari ajaran agama-agama. Dalam agama-agama Semi-tik (Yahudi, Kristen, dan Islam),misalnya, salah satu persoalan ke-manusiaan yang paling dini diung-kapkan melalui penuturan tentangperistiwa pembunuhan yang me-nyangkut dua anak lelaki Adam danHawa, yaitu Qabil (Cain) danHabil (Abel). Peristiwa pembu-nuhan pertama sesama manusia ini(oleh Qabil terhadap Habil) meng-hasilkan dekrit Tuhan:

    Barangsiapa membunuh suatujiwa tanpa (kesalahan) membunuhjiwa yang lain atau membuat ke-rusakan di bumi, maka ia bagaikanmembunuh umat manusia seluruhnya,dan barangsiapa menolong hidupsuatu jiwa, maka ia bagaikan me-nolong hidup umat manusia se-luruhnya (Q., 5: 27-32).

    Salah satu kewajiban seorangMuslim ialah pergi haji, berziarahke tempat-tempat suci yang menja-di “monumen-monumen” Tuhan(sya‘â’irullâh) di Makkah dan seki-tarnya. Ini adalah ibadah yang seba-gian besar merupakan tindakan me-napak tilas pengalaman ruhani tiga

    manusia: Nabi Ibrahim, Hajar (istri-nya), dan Nabi Isma‘il (putranya)dalam merintis ditegakkannya nilai-nilai kemanusiaan universal berda-sarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.Dalam mewariskan dan melesta-rikan upacara-upacara suci itu,Nabi Muhammad Saw. menegaskanbahwa akhirnya, inti ibadah hajiialah berdiam (wuqûf ) kurang lebihseharian di Padang Arafah. Berke-naan dengan ini terkenal sekalisabda Nabi, “Al-Hajj ‘Arafah”—Hajiialah Arafah. Hanya sayang, keba-nyakan umat Islam yang menjalan-kan ibadah haji tidak memahamimengapa Nabi membuat penegas-an serupa itu. Dengan penegesanbeliau itu, Nabi sebenarnya hendakmeminta perhatian kaum Muslimkepada isi pidato beliau pada waktudi Arafah dalam satu-satunya ke-sempatan beliau berhaji. Dalampidato itulah, Nabi menegaskan tu-gas suci beliau untuk menyeruumat manusia kepada jalan TuhanYang Maha Esa dan menghormatihak-hak suci sesama manusia, lelakidan perempuan. Dalam pidato itu,antara lain Nabi Saw. menegaskan:

    “Sesungguhnya darahmu, hartabendamu dan kehormatanmu adalahsuci atas kamu seperti sucinya hari(haji) mu ini, dalam bulanmu (bulansuci Dzulhijjah) ini dan di negerimu(tanah suci) ini, sampai tibanya harikamu sekalian bertemu dengan Dia!”

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 787

    DEMOCRACY PROJECT

    Sesekali di celah-celah pidatonyaitu dari atas mimbar Nabi bertanyakepada lautan manusia yang hadir:“Bukankah aku telah sampaikan(pesan-pesan) ini?” Dan semuanyamenjawab: “Benar! Engkau telahsampaikan.” Lalu Nabi berpesan agaryang hadir menyampaikan isi pidatobeliau itu kepada yang tidak hadir.

    Pidato di Arafah itu, yang me-nurut Nabi sendiri merupakan intiibadah haji, jelas-jelas merupakanpidato tentang nilai-nilai kemanusia-an, yang sebagian di antaranyasekarang dikenal sebagai hak-hakasasi manusia. Pidato itu sendiriumumnya disebut sebagai “PidatoPerpisahan”, karena tidak lama sete-lah itu, selang tiga bulan, Nabi wafat.Tetapi sesungguhnya menjelangwafat itu beliau banyak mening-galkan pesan tentang prinsip-prin-sip kemanusiaan yang harus dijaga,sejalan dengan ajaran Kitab Sucibahwa setiap pribadi (individu) ma-nusia harus dihormati hak-haknya,karena setiap pribadi itu mempu-nyai nilai kemanusiaan sejagat (uni-versal). Salah satu pidato beliau me-muat pesan yang amat pentingtentang hak-hak asasi budak dankaum buruh:

    “Wahai manusia! Ingatlah Allah!Ingatlah Allah, berkenaan denganagamamu dan amanatmu!

    Ingatlah Allah! Ingatlah Allah,berkenaan dengan orang yang kamu

    kuasai dengan tangan kananmu(budak, buruh, dll.). Berilah merekamakan seperti yang kamu makan, danberilah pakaian seperti yang kamukenakan! Janganlah mereka kamubebani dengan beban yang merekatidak mampu memikulnya, sebab me-reka adalah daging, darah, danmakhluk seperti kamu! Ketahuilahbahwa orang yang bertindak zalimkepada mereka, maka akulah musuhorang itu di hari kiamat, dan Allahadalah Hakim mereka”.

    Paham kemanusiaan yang di-ajarkan oleh agama-agama itudipercayai, dihayati, dan diamalkansebagai bagian penting dari religi-usitas masyarakat. Pandangan yangsangat tinggi dan hormat kepadaharkat dan martabat manusia itumenjadi bagian dari ajaran agamayang harus dijalankan oleh parapemeluknya.

    HAKIKAT KEBAHAGIAAN SEJATI

    Dari banyak firman dalam KitabSuci, jelas bahwa orientasi “kehi-dupan rendah” senantiasa diperten-tangkan dengan orientasi kehidupanketuhanan (rabbânîyah). Selaluditegaskan bahwa kebahagiaan sejatiada dalam orientasi kehidupan ke-tuhanan itu, yaitu kehidupan yangditujukan untuk mendekatkan diri

  • 788 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    kepada-Nya dan memperoleh ridla-Nya, perkenaan-Nya. Maka manu-sia yang percaya kepada Tuhandiingatkan, Hai sekalian orang-orangyang beriman, janganlah harta keka-yaanmu dan anak keturunanmu itumembuat kamu lengah dari ingat(dzikr) kepada Allah (Q., 63: 9).

    Selanjutnyaditegaskan bah-wa orientasi ke-hidupan rendahyang berintikankebanggaan akankekayaan danketurunan itu ti-dak akan mem-bawa kepada pe-ningkatan hakikiakan martabatkehidupan seseorang dan keba-hagiaannya, jika tidak disertaiorientasi hidup kepada Tuhan danperbuatan kebaikan. Bukanlah hartakekayaanmu, dan bukan pula anakketurunanmu itu yang akan men-dekatkan kamu ke sisi Kami (Tuhan)sedekat-dekatnya, kecuali orang yangberiman dan beramal saleh. Makamereka ini, ada bagi mereka pahalaberlipat ganda atas apa yang merekaamalkan, dan mereka akan hidupdalam ruang-ruang (di surga) denganaman sentosa (Q., 34: 37).

    Semangat ini langsung dikon-traskan dengan gambaran tentangorang-orang yang menolak kebe-naran (kafir), yang selalu mengan-

    dalkan harta kekayaan dan anak ke-turunan. Mereka (orang-orang kafir)itu berkata, “Kami mempunyai lebihbanyak harta kekayaan dan anakketurunan, dan pastilah kami tidakakan disiksa oleh Tuhan (tidak akanmenemui kesengsaraan)” (Q., 34:35).

    Firman-fir-man itu mengan-dung semangatpandangan yangkurang “favour-able” terhadaporientasi hidupberdasarkan pe-milikan harta ke-kayaan dan anakketurunan. Danfirman yang se-

    nada dengan itu banyak sekali da-lam Kitab Suci, baik yang berupasindiran maupun kecaman yangpedas (kepada sikap hidup yangmembanggakan harta kekayaan dananak keturunan).

    Tetapi, sebaliknya dalam KitabSuci tidak terdapat pujian langsungkepada kehidupan berpola keluargakecil, sebagaimana juga tidak ter-dapat sanjungan kepada kehidupanberpola kemiskinan. Justru agama(Islam) adalah agama yang memi-liki pandangan yang “favourable”dan optimistik kepada kehidupandunia didukung oleh banyak sum-ber ajaran dan dasar yang kukuh.Namun, pada saat yang sama, ma-

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 789

    DEMOCRACY PROJECT

    nusia selalu diingatkan bahwa ke-hidupan dunia dengan segala “hi-asan”-nya itu tetap harus dipandangsebagai bernilai instrumental belaka,sementara yang harus dicari sebagaikehidupan intrinsik yang bernilaitinggi ialah penanaman rasa ke-tuhanan (iman dan takwa) dan rasakemanusiaan (amal saleh), khusus-nya yang langgeng dan lestari, dalamkombinasi yang integral dan ber-imbang.

    Rangkuman dari semua kete-rangan keagamaan tersebut kiranyamembawa kita kepada kesimpulanyang mantap bahwa orientasi kehi-dupan yang lebih tinggi, yang lebihmendapat perkenan Tuhan, ialahyang lebih menitikberatkan segi-segikualitatif hidup itu, bukan segi-segikuantitatifnya. Hal itu berarti, se-cara negatif, pola kehidupan bernilaitinggi ialah yang tidak bertumpukepada banyak sedikitnya anak ke-turunan (dan harta kekayaan), dansecara positif, yang bertumpukankepada penampilan diri secara se-manfaat mungkin kepada sesamamanusia dan sesama hidup (amalsaleh dalam arti seluas-luasnya) de-ngan tujuan akhir ridla dan per-kenan Tuhan, yakni berbuat demikebenaran (al-haqq).

    Karena prinsip di atas itu ber-implikasi pandangan yang kurang“ favourable”, malahan kecaman, ke-pada perlombaan dan unggulan da-lam harta kekayaan dan anak ke-

    turunan, maka bisa ditafsirkan sebagaidukungan, sekurangnya secara tidaklangsung, kepada kehidupan ber-pola keluarga kecil. Tentu saja de-ngan kesadaran bahwa keluarga kecilitu diniatkan guna memperolehkemampuan lebih besar untuk me-ngembangkan orientasi hidup yanglebih kualitatif yakni ridla dan per-kenan Tuhan Yang Maha Esa.

    Karena itu, dalam keadaan bagai-manapun penting sekali selalu meng-ingat dan berpedoman kepada prin-sip pokok bahwa Harta dan anakketurunan adalah hiasan kehidupanrendah, sedangkan amal lestari yangberkebaikan adalah lebih baik (lebihtinggi nilainya) di sisi Tuhanmu seba-gai pahala, dan lebih baik pula sebagaiharapan (Q., 18: 46).

    HAKIKAT KURBAN

    Marilah kita telaah lebih menda-lam, apakah arti kurban itu? Mengapakita dituntut untuk memiliki sema-ngat berkurban yang setinggi-ting-ginya? Mengapa kita diperintahkanuntuk mencontoh Nabi Ibrahimdan putranya, Isma‘il, dan mempela-jari semangat pengorbanan mereka?

    Qurbân adalah kata-kata Arab,yang artinya ialah “pendekatan”, yaitupendekatan kepada Tuhan. Makamelakukan qurbân adalah melaku-kan sesuatu yang mendekatkan dirikita kepada Tuhan. Yakni, mendekat-

  • 790 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    kan diri kita kepada tujuan hidup.Sebab memang kita berasal dariTuhan, dan kembali kepada-Nya.

    Oleh karena itu, dalam praktik,dalam bentuknya yang konkret,tindakan berkurban adalah tindakanyang disertai pandangan jauh kedepan, yang menunjukkan bahwakita tidak mu-dah tertipu olehkesenangan se-saat, kesenang-an sementara,kemudian me-lupakan keba-hagiaan abadi,kebahagiaan se-lama-lamanya.

    Maka Ibra-him tidak mautertipu oleh ke-senangan mempunyai seorang anakkesayangan, yaitu Isma‘il, dan diatidak ingin lupa akan tujuan hi-dupnya yang hakiki, yaitu AllahSwt.

    Maka Ibrahim pun bersedia me-ngurbankan anaknya, lambang kese-nangan dan kebahagiaan sesaat dansementara itu, yaitu kesenanganduniawi. Sebab Ibrahim tahu danyakin akan adanya kebahagiaan abadidalam ridla dan perkenan Allah Swt.Isma‘il pun tidak mau terkecoh olehbayangan hendak hidup senang didunia ini, tapi kemudian melupakanhidup yang lebih abadi di akhiratkelak. Maka ia pun bersedia meng-

    akhiri hidupnya yang toh tidak akanterlalu panjang itu, dan pasrahkepada Allah, dikurbankan olehayahnya.

    Oleh karena itu, makna berkur-ban ialah bahwa dalam hidup kitamelihat jauh ke masa depan dantidak boleh terkecoh oleh masa kini

    yang sedang kitaalami; bahwa ki-ta tabah dan sa-bar menanggungsegala bebanyang berat dalamhidup kita saatsekarang. Sebab,kita tahu danyakin bahwa dibelakang hari kitaakan memperolehhasil dari usaha,

    perjuangan, dan jerih payah kita.Makna berkurban ialah bahwa

    kita sanggup menunda kenikmatankecil dan sesaat, demi mencapai ke-bahagiaan yang lebih besar dan kekal.Kita bersedia bersusah-payah, karenahanya dengan susah-payah danmujâhadah itu, suatu tujuan akantercapai, dan cita-cita terwujud.Sesungguhnya beserta setiap kesulitan ituakan ada kemudahan; (sekali lagi), Se-sungguhnya beserta setiap kesulitan akanada kemudahan (Q., 94: 5-6). Maka bilaengkau telah bebas (dari suatu beban),tetaplah engkau bekerja keras, danberusahalah mendekat terus kepadaTuhanmu (Q., 94: 7-8).

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 791

    DEMOCRACY PROJECT

    Semangat berkurban adalah kon-sekuensi takwa kepada Allah. Sebabtakwa itu jika dijalankan denganketulusan dan kesungguhan, akanmembuat kita mampu melihat jauhke depan; mampu menginsafi akibat-akibat perbuatan saat ini di kemu-dian hari, kemudian menyongsongmasa mendatang dengan penuh ha-rapan. Cobalah kita renungkan fir-man Allah dalam Kitab Suci Al-Quran mengenai hal ini. Wahaisekalian orang yang beriman! Bertak-walah kamu sekalian kepada Allah,dan hendaknya setiap orang memer-hatikan apa yang ia perbuat untukhari esok! Bertakwalah kamu seka-lian kepada Allah, sesungguhnyaAllah mengetahui segala sesuatu yangkamu kerjakan (Q., 59: 18).

    Firman itu mengandung perin-tah Ilahi untuk bertakwa. Dan da-lam perintah takwa itu sekaligusdiingatkan agar kita membiasakandiri menyiapkan masa depan. Makakurang takwalah seseorang jika iakurang mampu melihat masa depanhidupnya yang jauh, jika ia hiduphanya untuk di sini dan kini, ditempat ini dan sekarang ini. Atau,dalam ukurannya yang besar, didunia ini dan di dalam hidup inisaja! Tetapi justru inilah yang sulitkita sadari. Sebab manusia mempu-nyai kelemahan pokok, yaitukelemahan berpandangan pendek,tidak jauh ke depan. Sesungguhnyamereka (manusia) itu mencintai hal-

    hal yang segera, dan melalaikan dibelakang mereka masa yang berat(Q., 76: 27).

    Maka manusia pun tidak tahanmenderita dan menerima cobaan.Tidak tabah memikul beban. Dan,selanjutnya, tidak tahan melakukanjerih payah sementara, karena me-ngira bahwa jerih payah itu keseng-saraan, dan menyangka bahwa kerjakeras itu kesusahan! Padahal, justrudi balik jerih payahnya itu akan ter-dapat manis dan nikmatnya keber-hasilan dan sukses. Justru di bela-kang pengorbanan itulah akan terasanikmatnya hidup karunia Tuhanyang amat berharga ini.

    HAKIKAT MODERNITAS

    Penyebutan tahap perkembang-an sejarah manusia yang sedangberlangsung sekarang ini sebagai“Zaman Modern” bukannya tanpamasalah. Masalah itu timbul karenainti dan hakikat zaman sekarangbukanlah kebaruannya (“modern”berarti baru), seolah-olah sesudahtahap ini tidak ada lagi tahap yangberarti berikutnya. Di samping itu,perkataan “modern” mengisyaratkansuatu penilaian tertentu yang cen-derung positif (“modern” berartimaju dan baik), padahal, dari suduthakikatnya, zaman modern itu se-sungguhnya bersifat netral.

  • 792 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    Meskipun penyebutan zamansekarang sebagai “Zaman Modern”adalah konvensi (yang salah kaprah)harus diterima begitu saja, namun,ditilik dari hakikat intinya, zamansekarang akan lebih tepat jikadisebut sebagai “Zaman Teknik”(Technical Age), “karena, pada mun-culnya zaman itu, adanya peransentral teknikalisme serta bentuk-bentuk kemasyarakatan yang terkaitdengan teknikalisme itu”. Wujudketerkaitan antara segi teknologisdiacu sebagai dorongan besar per-tama umat manusia memasuki za-man sekarang ini, yaitu RevolusiIndustri (teknologis) di Inggris danRevolusi Prancis (sosial-politik) diPrancis.

    Dengan tibanya Zaman Teknikitu, umat manusia tidak lagi diha-dapkan kepada persoalan kultural-nya sendiri secara terpisah dan ber-kembang secara otonomi dari yanglain, tetapi terdorong menujukepada masyarakat dunia (global)yang terdiri dari berbagai bangsayang erat berhubungan satu samalain. Penggunaan sepenuhnyateknologi di suatu bagian dunia(Barat) tidak lagi dapat dibatasipengaruhnya hanya kepada tempatitu sendiri saja, tetapi merambahke seluruh muka bumi, meliputiseluruh budaya manusia tanpadapat dihindari sama sekali.

    Modernitas, jika seandainyasekarang ini belum muncul, tentu

    akan membuka kemungkinan bagikelompok manusia mana pun,dengan keunggulan relatif antaramereka, untuk memunculkannya.Namun karena dimensi pengaruh-nya yang global dan cepat, makamodernitas sekali dimulai oleh suatukelompok manusia (dalam hal inibangsa-bangsa Barat), tidak mung-kin lagi bagi kelompok manusia lainuntuk memulainya dari titik nol.Jadi, bangsa-bangsa non-Baratdalam usaha memodernisasi dirinyaterpaksa pada permulaan prosesnyaharus menerima paradigma mo-dernitas Barat, atau berdasar para-digma yang ada itu membuat para-digma baru. Namun hasilnya tidakdapat dipandang orisinal, melain-kan sekadar adopsi, sekalipun sangatkreatif seperti pada kasus bangsaJepang, dari yang ada di Barat. Disinilah kita menghadapi persoalanberimpitnya modernisasi denganwesternisasi (seperti secara dramatistecermin dalam Kemalisme Turki),yang menjadi salah satu sumber ke-sulitan bangsa-bangsa non-Barat.Sebab meskipun menurut watakdan dinamikanya sendiri modernitasadalah budaya dunia, namun padaberbagai kenyataan periferalnya iabanyak membawa serta berbagaisisa limpahan (carry over) budayaBarat.

    Ungkapan tentang modernitasjelas sekali mengandung unsur-un-sur budaya dan pengalaman Barat,

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 793

    DEMOCRACY PROJECT

    seperti, misalnya, konsep negara-bangsa, selain unsur-unsur yangmemang universal seperti ilmu danteknologi. Sementara itu, suatuhipotesis yang terjadi, misalnya, jikamodernitas itu lahir dari kalanganbangsa-bangsa Muslim, mungkinkonsep negara-negara itu tidak akanmenjadi unsur keharusan moderni-tas, mengingat kecenderungan kuatIslam kepada kosmopolitanisme.Dari pangkuan Islam, pada tingkatekonomi, misalnya, mungkin yanglahir bukanlah sistem kapitalismenasional yang antara lain berakibatkolonialisme dan imperialisme itu,tetapi sesuatu yang mirip dengansistem multinational corporations se-karang ini, dengan beberapa modi-fikasi. Namun, betapa dalam faktatentang modernitas yang “given”sekarang ini terdapat unsur-unsurbudaya di mana ia dilahirkanpertama kali, yaitu Barat, lengkapdengan pengalaman Barat itu ter-hadap, misalnya, lingkungan agamadan budaya Kristen.

    HAKIM: ORANG YANGDIBERI KEPERCAYAAN

    Kata hâkim sebenarnya tidakberarti hanya merujuk kepada ha-kim di pengadilan, tetapi maksud-nya juga melibatkan setiap orangyang diberi kepercayaan (authority),

    yakni kewenangan menyelesaikansuatu masalah. Termasuk di dalamarti tersebut adalah dokter, kiai,guru, ustad, dan sebagainya. Merekajuga dapat disebut hâkim yang de-ngan sendirinya berpotensi melaku-kan tindak kolusi dalam hal memu-tuskan suatu perkara.

    Diisyaratkan, hendaknya parahakim dalam menyelesaikan masa-lah tidak tergoda oleh godaan harta.Dengan demikian, mereka dituntutberlaku adil. Seorang hakim harusdapat menegakkan keadilan dantidak melakukan pemihakan yangdiakibatkan oleh godaan-godaanharta dan kepentingan diri lainnya.Seperti yang dicontohkan olehRasulullah Saw. dalam sabdanya,“Kalau Fatimah, anak perempuanMuhammad, mencuri, maka akansaya potong tangannya.”

    Terlihat dengan jelas bahwaRasulullah tidak akan sekali-kalimenoleransi atau bersikap kompro-mistis dengan melakukan tindakdiskriminasi dalam upaya mene-gakkan keadilan lewat hukum. Hu-kum, sebagai sumber keadilandalam sejarahnya membuktikan,kalau sudah tidak lagi dihormati,khususnya oleh mereka yang ber-predikat hakim, maka yang akanterjadi adalah kehancuran.

    Salah satu contoh dalam sejarahadalah bangsa Romawi yang sangatterkenal dengan hukum-hukumnya.Ternyata, bangsa Romawi juga harus

  • 794 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    mengalami kehancuran justru karenamereka tidak lagi mau diatur olehhukum yang mereka ciptakan sen-diri. Hal ini seperti dikutip oleh se-orang sejarawan terkenal, Gibbondalam bukunya, The Decline and theFall of Roman Empire.

    Yang demikian juga terjadi padaumat Islam. Tepatnya ketika umatIslam mengalamidan mencapaipuncak kejayaandengan Kota Bag-dad sebagai pu-satnya. Keme-wahan telahmenjerumuskanmereka, jauh da-ri ajaran moral.Aturan hukummereka abaikan begitu saja. Merekahanya berlomba-lomba denganmateri. Sebagai akibatnya, merekapun kemudian dibinasakan secaratragis oleh tentara Mongolia yangterkenal sangat bengis dan sadis.

    Karena mereka merupakan kelom-pok atau kumpulan individu, makayang terbaik dilakukan adalah ge-rakan penyadaran yang bersumberdari masing-masing. Hal ini adalahsebagaimana ungkapan yang sangatmasyhur di kalangan para mubalig,“Mulailah dari dirimu sendiri”, kemu-dian keluarga dan seterusnya.

    HALAL-HARAM

    Al-Quran memperingatkan kitatentang makanan yang haram, ter-utama empat, Ia hanya mengharam-kan bagimu daging hewan mati,darah, dan daging babi, dan (yangdisembelih) dengan menyebut namaselain nama Allah (Q., 2: 173).

    Maksud darahyang mengaliradalah bukanbagian-bagiandari organ bi-natang yangmeskipun kan-dungan zat da-rahnya tinggi,tetapi beku se-perti hati dan

    limpa. Sedang maksud binatang(sesuatu) yang disembelih untukselain Allah adalah sesajen. Karenaidenya sesajen, maka sebenarnyayang haram bukan hanya binatang,tetapi apa saja yang disajikan kepadaberhala. Bahkan menyembelihkerbau dengan segala persyaratan-nya, jika berniat kepalanya ditanamdi pembangunan jembatan, makaseluruhnya menjadi haram. Islammemang sangat keras terhadapmasalah sesajen. Di sini terdapatsedikit kesalahpahaman di kalanganumat Islam, bahwa sesajen yangsemestinya haram, tetapi tidak per-nah dikatakan haram. Sebaliknya,banyak orang Islam tidak mau

    “Aku ini mengikuti prasangkahamba-Ku, apabila dia berpra-sangka kepada-Ku dengan baik,maka Aku pun akan baik ke-padanya, dan apabila dia ber-prasangka kepada-Ku denganprasangka buruk, maka Aku punburuk kepadanya.”

    (HR Ahmad)

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 795

    DEMOCRACY PROJECT

    makan makanannya orang Kristen,yang justru halal menurut Islam.

    HALANGANDALAM LATIHAN RUHANI

    Ada beberapa hal yang akanmerintangi kita dalam melakukanlatihan ruhaniah, seperti syirik, yaitusikap mempersekutukan Allah Swt,sebab tergolong dosa besar yangtidak akan diampuni oleh Allah Swt.Syirik mengandung pengertianmembagi tujuan dengan berhalayang dalam perwujudannya adalahhawa nafsu atau kepentingan priba-di.

    Selain perbuatan syirik adalahsikap tidak ikhlas dalam beramal.Namun seperti yang kita pahami,ajaran ikhlas menjadi masalah yangsangat pribadi, seperti masalah puasa:sesuatu hal yang menjadi urusanpribadi antara seorang hamba denganAllah Swt. Seseorang dikatakan ikhlasdalam beribadah jika ia menjalankanibadah semata-mata diorientasikanatau ditujukan kepada Allah Swt.Berlaku ihklas atau tidak, sekali lagi,menjadi urusan pribadi seseorangyang melakukan perbuatan tersebut.

    HALANGAN UMAT ISLAMDI MASA DEPAN

    Halangan umat Islam untukmembuat agenda masa depan ialah

    tingkat pendidikan modern rata-rata penduduk Muslim di seluruhdunia yang masih lebih rendahdaripada bangsa-bangsa lain,khususnya bangsa-bangsa Baratyang Kristen, juga bangsa-bangsaJepang yang Buddhis (dan Taois)dan India yang Hindu. Oleh karenaitu, berbagai kegiatan yang bersifatkeislaman, di dalam maupun di luarnegeri, masih kalah tingkat sofisti-kasinya dibandingkan dengan ber-bagai kegiatan agama lain. Jika kiniagama Islam semakin menarik bagibanyak kalangan yang serius dalammencari kebenaran, baik di Timur(misalnya, kelompok Prof. Kurodadari Japan International University,Nigata, Jepang) maupun di Barat(banyak sekali nama yang bisa di-sebut), maka letak kekuatan Islamtidak pada para pemeluknya yangsebegitu jauh masih kekurangan“gengsi”, tetapi pada kesejatian ajaran-nya sebagai monoteisme murni danhanîf (alami, tidak dibuat-buat ataudikacaukan oleh mitologi dankultus kepada misteri).

    Malise Ruthven, seorang sarjanayang banyak mengamati Islam dizaman modern ini, meramalkanbahwa untuk jangka waktu bebe-rapa dekade ini Islam masih akanmenjadi agenda politik dunia (seper-ti yang sekarang ini sedang dialamikarena masalah Timur Tengah). Tapidia berharap suatu saat kaum Muslimakan terbebas dari berbagai komplek-

  • 796 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    sitas politik dan akan mampu mem-bangun kembali tema pokok keaga-maannya seperti diwakili dalamtasawuf yang menurut dia mempu-nyai disiplin liturgis dan panda-ngan teosofis dengan universalismeyang tidak pa-rokial sepertiagama Yahudidan tidak terlaluantroposentrikseperti agamaKristen.

    M e n u r u tRuthven, jikakaum Muslimsanggup mele-paskan keka-kuannya yang membuat aktivitaskontemporernya mengalami ketan-dusan kultural dibandingkan denganaktivitas (internasional) Hindu-Buddha yang bervarian canggih,maka Islam akan mampu membuk-tikan dirinya sebagai yang palingcocok untuk zaman ilmu (scientificage), dengan pesan yang amat pen-ting. Sebab, kata Ruthven lebihlanjut, di balik perintah kepadakaum beriman untuk menciptakanmasyarakat yang baik dengan me-naati hukum, terdapat pesan kepa-da seluruh umat manusia yang me-nyatakan adanya Wujud Maha-tinggi Yang Mahaabadi, dan adanyatanggung jawab khusus manusiauntuk memelihara planet bumi ini.Pesan itu menyeru kaum laki-laki

    dan perempuan untuk memperlihat-kan rasa syukur atas rahmat keka-yaan Allah kepada bumi, untukmenggunakan dan membaginyasecara adil. Pesan itu, lanjut Ruth-ven, diungkapkan dalam bahasa

    dan pelukisanbangsa peng-gembala yangmenyadari per-tahanan hidupmereka tergan-tung kepada si-kap pasrah ke-pada hukum-hu-kum yang me-nguasai ling-kungan mereka,

    dan kepada aturan keramah-ta-mahan yang bahkan mengharuskanpembagian merata sumber dayayang terbatas. Dalam suatu duniayang semakin dibebani oleh ke-senjangan antara bangsa yang kayadan yang miskin, dan bahaya pe-rang nuklir yang terus-menerus,lanjut Ruthven lagi, pesan (Islam)itu mempunyai relevansi mendesak,yang kita semua merugi kalau sam-pai mengabaikannya.

    Untuk menuju ke arah itu danguna menjamin autentisitas darikreativitas berpikirnya, maka usahamemberi respons kepada tantanganzaman itu harus terlebih dahulukita menangkap isi pesan dalamKitab Suci. Karena, kata FazlurRahman, kita memiliki kriteria ter-

  • Ensiklopedi Nurcholish Madjid 797

    DEMOCRACY PROJECT

    tentu untuk melangkah, dan kri-teria itu dengan sendirinya harusbersumber dari Al-Quran. Pertama,kita harus memeriksa tradisi keis-laman kita di bawah sorotan kriteriadan prinsip-prinsip itu, kemudiansecara kritis mempelajari sosok ilmupengetahuan yang dihasilkan olehmodernitas. Kita juga harus ingatbahwa ilmu dalam Islam terwujuduntuk memungkinkan kita bertin-dak, untuk mengubah keadaanyang berlaku di dunia ini. Kitaharus dengan sungguh-sungguhmenggarap tata cara ini dan per-tama-tama menilai tradisi kitasendiri, benar dan salahnya. Ke-mudian kita harus menilai tradisiBarat. Jenjang pengetahuan kreatifakan timbul hanya jika kita dijiwaioleh sikap yang hendak ditanamkanAl-Quran dalam diri kita. Barulahkita akan mampu untuk membuatapresiasi dan melakukan penilaian,baik atas tradisi kita sendiri mau-pun atas tradisi Barat. Saat itu pun,penilaian dan kritik bukanlahtujuan akhir, melainkan hanya lang-kah pertama dalam menemukanpengetahuan baru, yang merupa-kan tujuan sejati intelektual Islam.

    Tampaknya ajakan Fazlur Rah-man itu, dalam zaman modernyang serba-kompleks ini, memerlu-kan kerja sama erat banyak pihak.Yang diperlukan tidak hanya ke-mampuan intelektual semata, tapijuga lebih-lebih lagi dedikasi dan

    kesungguhan, dalam sikap penuhharapan terhadap masa depan.Suatu tantangan yang berat, tapidengan hidâyah dan ‘inâyah Allahtentu akan terlaksana dengan baik.Barangkali tidak ada saat yang lebihmemerlukan kerja sama semuapihak seperti sekarang.

    HAM: UNIVERSALATAU PARTIKULAR?

    Di negara-negara berkembang,usaha meluaskan penerimaan ter-hadap ide-ide tentang kemanusiaanuniversal, seperti yang termuatdalam hak-hak asasi manusia, seringterhambat. Salah satu hambatandatang dari pandangan bahwakonsep tentang hak-hak asasi ma-nusia adalah buatan Barat, dengankonotasi sebagai kelanjutan ko-lonialisme dan imperialisme. Dalamretorika yang menyangkut masalahpandangan hidup, hak-hak asasimanusia yang merupakan konsepBarat itu dianggap sama dengansekularisme, jika bukan ateisme.

    Mendengar tanggapan semacamitu, biasanya kita langsung meno-laknya dan mencapnya sebagaiketerbelakangan bahkan konservatif,karena kita sangat menyadari bahwaide kemanusiaan itu pada dasarnyauniversal. Kita mungkin akan segeramengasosiasikan mereka dengan

  • 798 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

    DEMOCRACY PROJECT

    kelompok yang berorientasi primor-dial tertentu, baik dalam kategorikedaerahan, kebangsaan atau ke-sukuan, maupun dalam kategorikeagamaan. Pengasosiasian itudisertai dengan penilaian bahwakelompok tertentu memang padadasarnya tidak dapat menerima idetentang hak-hak asasi, karena pan-dangan hidup mereka memangsecara inheren tidak mendukung.Begitulah yang dilakukan orangterhadap, misalnya Lee Kuan Yew,Menteri Senior Singapura, yang kemana-mana terdengar mengkhut-bahkan bahwa demokrasi dan idetentang hak-hak asasi adalah tidakpenting untuk bangsa-bangsa Asia.Yang paling penting baginya adalahpembangunan ekonomi dan pening-katan kesejahteraan hidup rakyat.

    Lee Kuan Yew terdengar inginmengetengahkan apa yang ia sebutsebagai “nilai-nilai Asia” (Asianvalues) sebagai hal yang lebih rele-van untuk kemajuan kawasan ini,yakni kawasan Lembah Pasifik Barat.Dan Singapura, juga negara-negaraindustri baru lainnya yang oleh persBarat pernah disebut sebagai “naga-naga kecil”, atau “macan-macan Asia”,telah mendemonstrasikan kebenarantesis Lee dengan kemajuan-kema-juan yang telah mereka capai hing-ga terjadinya masa krisis, walaupundengan bayaran kurangnya demo-krasi di sana. Mahathir Muhammad,demikian pula tokoh-tokoh dari

    RRC, sering terdengar mengajukanargumen yang sama. Dan di