allianz

43
Antara Bisnis MLM dan Asuransi Bulan Februari lalu saya diajak bertemu oleh seorang member MLM di bidang produk kesehatan propolis. Dia menawarkan sebuah bisnis tanpa tutup poin, tanpa iming-iming, modal hanya sekali, dan bisa diwariskan. Karena saya juga punya bisnis, maka saya langsung mengiyakan ajakannya untuk bertemu. Mungkin kami bisa berbagi peluang bisnis, dan soal siapa bergabung dengan siapa, siapa yang tahu. Kami bertemu awal Maret di rumahnya. Dia mengundang leadernya untuk berbagi wawasan dengan saya. Setelah sang leader memaparkan prospek bisnis di MLMnya, saya pun memaparkan prospek bisnis yang saya jalankan. Harus diakui bahwa sistem MLM terbukti telah banyak sekali mencetak orang-orang kaya baru dalam waktu singkat. Sekadar menyebut merek, dari CNI, Amway, Tianshi, K-Link, Oriflame, Melia, Herbalife, dan lain-lain, semuanya ada orang-orang kayanya. Tapi ada beberapa faktor yang membuat saya belum akan bergabung dengan bisnis MLM, setidaknya dalam waktu dekat. 1. Bisnis MLM biasanya tergantung musim. Tahun ini MLM A yang ramai, tahun depan MLM B, tahun berikutnya MLM C, dan seterusnya. Dulu di kampus saya, aneka bisnis MLM muncul silih berganti di kalangan mahasiswa. Saya sendiri sempat mengikuti beberapa di antaranya, tapi tidak terlalu serius sehingga tidak ada yang berhasil. 2. Produk sebuah perusahaan MLM mungkin sangat bagus, tapi dengan mudah akan selalu ada kompetitor yang membuat produk sama bagusnya atau bahkan lebih bagus. Perlu dicatat, kompetitor produk MLM bukan hanya sesama perusahaan MLM, tapi juga produk non-MLM, yang pada umumnya menawarkan harga lebih murah. 3. Sistem sebuah perusahaan MLM mungkin sangat oke, tapi dengan mudah akan muncul kompetitor dengan sistem yang sama okenya atau bahkan lebih oke. Faktor nomor 3 ini menimbulkan munculnya istilah “kutu loncat” dalam bisnis MLM. 4. Adanya keraguan mengenai kekuatan perusahaan. Perusahaan MLM umumnya masih baru, belum terbukti eksis dalam jangka panjang.

Upload: chandra-hartanto

Post on 12-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

artikel asuransi

TRANSCRIPT

Page 1: Allianz

Antara Bisnis MLM dan Asuransi

Bulan Februari lalu saya diajak bertemu oleh seorang member MLM di bidang produk kesehatan propolis. Dia menawarkan sebuah bisnis tanpa tutup poin, tanpa iming-iming, modal hanya sekali, dan bisa diwariskan. Karena saya juga punya bisnis, maka saya langsung mengiyakan ajakannya untuk bertemu. Mungkin kami bisa berbagi peluang bisnis, dan soal siapa bergabung dengan siapa, siapa yang tahu.

Kami bertemu awal Maret di rumahnya. Dia mengundang leadernya untuk berbagi wawasan dengan saya. Setelah sang leader memaparkan prospek bisnis di MLMnya, saya pun memaparkan prospek bisnis yang saya jalankan.

Harus diakui bahwa sistem MLM terbukti telah banyak sekali mencetak orang-orang kaya baru dalam waktu singkat. Sekadar menyebut merek, dari CNI, Amway, Tianshi, K-Link, Oriflame, Melia, Herbalife, dan lain-lain, semuanya ada orang-orang kayanya.

Tapi ada beberapa faktor yang membuat saya belum akan bergabung dengan bisnis MLM, setidaknya dalam waktu dekat.

1. Bisnis MLM biasanya tergantung musim. Tahun ini MLM A yang ramai, tahun depan MLM B, tahun berikutnya MLM C, dan seterusnya. Dulu di kampus saya, aneka bisnis MLM muncul silih berganti di kalangan mahasiswa. Saya sendiri sempat mengikuti beberapa di antaranya, tapi tidak terlalu serius sehingga tidak ada yang berhasil.

2. Produk sebuah perusahaan MLM mungkin sangat bagus, tapi dengan mudah akan selalu ada kompetitor yang membuat produk sama bagusnya atau bahkan lebih bagus. Perlu dicatat, kompetitor produk MLM bukan hanya sesama perusahaan MLM, tapi juga produk non-MLM, yang pada umumnya menawarkan harga lebih murah.

3. Sistem sebuah perusahaan MLM mungkin sangat oke, tapi dengan mudah akan muncul kompetitor dengan sistem yang sama okenya atau bahkan lebih oke. Faktor nomor 3 ini menimbulkan munculnya istilah “kutu loncat” dalam bisnis MLM.

4. Adanya keraguan mengenai kekuatan perusahaan. Perusahaan MLM umumnya masih baru, belum terbukti eksis dalam jangka panjang. Banyak perusahaan MLM yang dulu ramai, sekarang tidak terdengar lagi kabarnya. Kalaupun kantornya masih berdiri, anggota-anggota barunya sudah tidak ada. Tampaknya mereka hidup hanya dengan menggantungkan konsumsi pribadi dari anggota-anggota yang masih ada.

5. Saya sendiri sudah punya bisnis yang luar biasa, yaitu bisnis asuransi dengan sistem jaringan di Allianz Star Network.

Dibandingkan bisnis MLM, bisnis asuransi memiliki beberapa kelebihan yang menutupi kekurangan yang saya sebutkan di atas.

1. Bisnis asuransi tidak tergantung musim. Sampai kapan pun orang akan butuh asuransi.

2. Produk asuransi akan tetap laku dijual walaupun ada perusahaan kompetitor punya produk lebih bagus. Hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain ketidakseimbangan informasi dan

Page 2: Allianz

tidak mudahnya sebuah produk asuransi dibandingkan dengan produk dari kompetitor. Setiap perusahaan asuransi punya produk unggulan dengan nilai lebih yang biasanya tidak terdapat pada kompetitor. Dan jika sebuah produk dirasa kurang prospektif untuk dijual, perusahaan asuransi bisa membuat produk baru yang lebih baik.

3. Keberhasilan dalam bisnis asuransi tidak terlalu bergantung pada sistem bisnisnya. Orang bisa sukses dan sejahtera hanya dengan berjualan produk. Tapi memang, jika mengikuti sistem, kesuksesan yang diraih akan jauh lebih besar. Dan dalam hal ini, bisnis asuransi memiliki sistem yang bagus, kuat, dan seandainya dirasakan ada kekurangan, sistem tersebut dengan mudah bisa diubah menjadi lebih baik. Sistem di perusahaan saya sendiri, Allianz, telah beberapa kali mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga kini menjadi lebih simpel dan mudah dicapai, namun dengan kompensasi yang lebih menguntungkan dan berjangka panjang.

4. Kekuatan perusahaan asuransi tidak perlu diragukan lagi, khususnya yang sudah berdiri lama dan berskala global. Banyak perusahaan asuransi masuk dalam kategori Top Forbes 2000 atau bahkan Fortune 500. Allianz sendiri termasuk yang terbesar di kategori perusahaan asuransi.

Kesimpulannya, bisnis asuransi memiliki fondasi yang jauh lebih kuat dibanding bisnis MLM mana pun, baik dari segi kebutuhan masyarakat, produk, sistem, maupun perusahaan. Jika ingin kaya dalam waktu singkat, MLM boleh jadi pilihan. Tapi jika ingin kaya dalam waktu cepat sekaligus makin kaya dalam jangka panjang, bisnis asuransi lebih layak jadi pilihan.

Perlu dicatat, MLM yang saya maksud di sini adalah MLM yang berbasis pada produk, bukan yang semata-mata berjualan sistem. Sekarang ini banyak MLM yang isinya hanya permainan uang (money game), di mana keuntungan seorang member diperoleh dari member yang bergabung belakangan. MLM semacam ini ada unsur merugikan orang lain, dan karena itu setelah meledak sebentar, ia akan lenyap begitu saja.

Selain itu ada beberapa hal lain yang membuat saya merasa nyaman dengan bisnis asuransi.

1. Produk asuransi bersifat intangible, tidak terindera. Dengan demikian, saya tidak direpotkan dengan urusan menyimpan atau membawa barang.

2. Stok produk asuransi selalu tersedia, berapa banyak pun permintaannya.

3. Di mana pun dan kapan pun, produk asuransi bisa dijajakan.

4. Bisnis asuransi bisa dijalankan secara sendiri (hanya berjualan saja), bisa juga dengan membentuk tim. Dari komisi penjualan saja pun, orang bisa hidup secara cukup sejahtera.

5. Jumlah orang yang perlu saya rekrut untuk menjadi agen asuransi, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah orang yang harus direkrut seorang member MLM.

6. Bisnis asuransi memberikan keamanan finansial dalam jangka panjang, tidak khawatir perusahaannya tutup atau agen-agennya lari ke perusahaan lain. Hal ini karena agen asuransi adalah sebuah profesi resmi, lengkap dengan kode etik dan tuntutan profesionalismenya, sehingga orang yang bergabung di dalamnya akan berpikir dalam

Page 3: Allianz

kerangka masa depan yang panjang. Berbeda dengan MLM yang pada umumnya lebih tampak seperti proyek bisnis sementara.

Pengalaman Menjadi Agen Asuransi Allianz: Tahun Pertama

Saya bergabung dengan Allianz pada 19 Oktober 2011 dan mendapatkan lisensi keagenan dari AAJI pada 12 November 2011. Karena sudah tergolong akhir tahun, saya menganggap tahun berikutnya, 2012, sebagai tahun pertama saya bekerja di Allianz.

Sebelum menjadi agen asuransi, saya pernah bekerja di beberapa tempat, antara lain menjadi guru sekolah, staf honorer di instansi pemerintah, surveyor di lembaga survey politik, dan editor lepas di beberapa penerbitan. Ketika bekerja di tempat-tempat itu, yang ada di pikiran saya selalu saja: kapan saya berhenti. Macam-macam alasan saya, misalnya karena saya merasa tidak cocok dengan irama kerja kantoran, jarak yang jauh sehingga harus mengalami macet setiap hari, penghasilan yang kecil, waktu luang yang kurang, hingga beban kerja yang terlalu berat.

Tapi setelah setahun menjadi agen Allianz, saya sama sekali tidak ingin berhenti, malah ingin lanjut terus hingga mencapai puncak karier dan pensiun di bisnis ini.

Kelebihan Bisnis Asuransi

Bisnis asuransi memiliki prospek yang cerah, market yang besar, kenaikan karier yang cepat, penghasilan yang bagus dan terus bertambah, serta terutama penghasilan pasif yang besar dalam jangka panjang. Saya juga mendapatkan apa yang menjadi impian saya sejak kecil mengenai pekerjaan: tanpa hubungan atasan dan bawahan, tanpa terikat waktu kerja, tanpa modal, tanpa risiko, tanpa kantor/toko, tanpa kena macet setiap hari (sesekali bolehlah), dan waktu luang yang banyak bersama keluarga. Dulu saya tak membayangkan memperoleh semua kriteria pekerjaan semacam ini di asuransi, melainkan di bidang penulisan (terutama cerpen dan novel). Ya, cita-cita saya adalah menjadi novelis dan cerpenis, dan saya belum mengubur cita-cita ini. Tapi para nasabah saya jangan khawatir, saya tidak akan keluar dari Allianz hanya untuk menulis novel.

Selain itu, ada hal-hal lain yang bersifat batiniah. Dengan menjadi agen asuransi, berarti saya mengajak orang untuk terbiasa berpikir antisipatif dan berjangka panjang, membantu orang memiliki proteksi, ikut berperan menyediakan jaminan sosial bagi warga negara Indonesia khususnya kelas menengah (kelas bawah menjadi tanggungan pemerintah dan kelas atas tidak butuh asuransi lagi), memperluas hubungan silaturahim, serta lebih intensif dalam beribadah dan berdoa. Kok nyangkut ke ibadah dan doa? Ya, belum lama ini saya menyadari kebenaran tesis yang pernah saya baca sekilas di sebuah buku, bahwa terdapat hubungan antara kegiatan bisnis dengan sikap religius. Pada diri saya sendiri, hubungan itu dapat dipahami melalui adanya harapan yang sangat kuat untuk berhasil, dan harapan yang sangat kuat ini mendorong saya lebih banyak menyebut Tuhan.

Awal Perkenalan dengan Allianz

Saya pertama kali mendengar merek Allianz pada momen Piala Dunia 2006 di Jerman. Di sana ada sebuah stadion baru yang sangat megah dan indah bernama Allianz Arena, kini merupakan markas Bayern Munchen. Saya belum tahu Allianz itu perusahaan apa, tapi brand-nya telah melekat kuat di benak saya. Kini saya ternyata telah menjadi bagian dari brand global ini.

Page 4: Allianz

Sebelum di Allianz, saya pernah menjadi nasabah di perusahaan asuransi lain. Iseng-iseng saya bertanya kepada si agen, berapa penghasilan yang dia terima dari produk yang saya beli. Dia lalu menerangkan sistem bisnisnya, dan rupanya saya tertarik. Saya pun mengikuti BOP, training awal, dan sempat mengisi formulir aplikasi keagenan. Tapi karena saya seorang yang rajin buka-buka internet, saya pun menyurvai beberapa perusahaan dan produk asuransi lain, dan tahulah saya bahwa ada perusahaan yang produknya lebih murah dan lebih bagus kualitasnya.

Kebetulan perusahaan tersebut memiliki kantor agensi yang dekat dengan tempat tinggal saya di kawasan Serpong (dekat BSD). Maka pada suatu sore di pertengahan Oktober, saya pun datang ke sana untuk mendaftar sebagai nasabah sekaligus agen.

Perhatikan Sistem Bisnis

Allianz bukan hanya memiliki produk yang sangat bagus, tapi juga sistem bisnis yang sangat menguntungkan bagi para agennya, yaitu simpel, mudah dicapai, dan memberikan potensi penghasilan pasif yang sangat besar dalam jangka panjang. Berkat sistem bisnisnya ini, seandainya ada perusahaan asuransi lain yang memiliki produk lebih bagus dan menawari saya jadi agennya, saya tidak akan tertarik.

Kepada para calon agen, ada satu hal selain produk yang harus dijadikan pertimbangan serius sebelum memutuskan menjadi agen asuransi, yaitu sistem bisnisnya. Seperti halnya produk asuransi memiliki rentang kualitas dan harga yang berbeda, sistem bisnis pun seperti itu. Saya ingin menyebut setidaknya dua kelebihan sistem bisnis ASN (Allianz Star Network) dibanding sistem yang berlaku di perusahaan asuransi lain.

Pertama, tidak disyaratkan merekrut agen (downline) untuk naik level karier. Tentunya memiliki agen akan sangat membantu omset grup dan penghasilan, tapi sekadar untuk naik tingkat, hal itu bukan persyaratan. Karena sistem inilah, saya bisa promosi dari agen biasa ke level manager dalam waktu satu tahun walau saya tidak punya seorang pun agen di bawah saya. Hal yang tidak mungkin jika saya bergabung dengan perusahaan lain.

Kedua, sistem jaringan memiliki kedalaman hingga lima generasi. Lima generasi berarti: saya rekrut agen langsung (anak), anak rekrut agen (cucu), cucu rekrut agen (cicit), cicit rekrut agen (anaknya cicit), anaknya cicit rekrut agen (cucunya cicit). Makin ke bawah, jumlah agen akan makin banyak. Dari mereka semua, saya masih bisa mendapatkan bagian komisi. Luar biasa, bukan?

Inilah sumber penghasilan pasif yang besar dalam jangka panjang. Di beberapa sistem lain yang saya ketahui, komisi diberikan sangat besar di awal, namun habis dalam 1-2 generasi saja. Hal ini menjadikan penghasilan akan lekas melejit di tahun-tahun awal, tapi setelah mencapai puncak, grafiknya akan stagnan, malah bisa menurun. Di ASN, penghasilan akan terus naik meski telah mencapai level puncak, dan tidak akan stagnan apalagi menurun.

Di samping itu ada beberapa karakteristik lain yang menjadi kelebihannya, seperti sistem bisnis bersifat franchise (waralaba) dan jaringan bisnis dapat diwariskan kepada pasangan atau anak. Tidak semua sistem bisnis asuransi berpola franchise; ada yang masih menerapkan sistem perwakilan (saya sebut begitu, karena kantor perusahaan di daerah-daerah dibuat oleh pusat, bukan oleh agen). Setiap orang yang menjadi agen Allianz, boleh dikatakan dia telah membeli hak franchise dari Allianz. Bedanya dengan franchise jenis lain, yang ini membelinya tidak pakai uang. Dengan demikian,

Page 5: Allianz

seorang agen adalah pemilik bisnis. Sebagai pemilik bisnis, dia dapat mewariskan bisnisnya kepada ahli warisnya.

(Bagi yang tertarik, saya bisa menerangkan sistem bisnis di ASN melalui tatap muka langsung. Info terbaru (update 27 Mei 2013): kini sistem bisnis ASN jauh lebih simpel, jenjang karier hanya dua level, naik level bisa kapan saja tidak harus nunggu akhir tahun, syarat naik level jauh lebih mudah, overriding tetap 5 generasi dengan persentase komisi lebih besar, dan yang paling penting: penghasilan jauh lebih dahsyat dalam waktu jauh lebih cepat).

Pemasaran Melalui Internet

Ketika saya mendaftar agen, saya masih bekerja sebagai staf di Kementerian Dalam Negeri, dengan masa kontrak sampai Desember 2011. Saya berencana tidak memperpanjang kontrak agar fokus pada bisnis asuransi, dan itu membuat ibu saya keberatan. Beliau tidak mau anaknya mengetuk-ngetuk pintu rumah orang lain hanya untuk membicarakan kematian. Sedangkan di Kemendagri, biarpun status masih honorer, ada gaji tetapnya dan siapa tahu kelak ada pengangkatan. Istri saya pun keberatan, tapi alasannya lebih karena ragu saya akan berhasil. Tapi saya yakin dengan pilihan saya, seraya memohon doa kepada dua bidadari tersebut agar Allah memberikan saya keberhasilan.

Untuk menghindari mengetuk pintu rumah orang lain demi membicarakan kematian, saya pun memanfaatkan kemampuan menulis saya untuk memasarkan produk asuransi Allianz melalui internet. Di awal menjadi agen, saya langsung membuat sebuah blog dengan alamat http://myallisya.wordpress.com. Selain sebagai sarana promosi, menulis di blog adalah juga cara saya belajar mengenai seluk-beluk asuransi.

Untuk mengasah pengetahuan sekaligus meluaskan pemasaran, saya pun terlibat dalam sejumlah debat di forum-forum diskusi, antara lain Kaskus dan beberapa blog. Di sana, saya menaruh sejumlah link yang menghasilkan trafik bagus ke blog saya. Alhamdulillah, hampir seluruh nasabah saya bersumber dari dunia maya, kecuali pada bulan-bulan awal saja.

Pemasaran melalui internet memungkinkan saya berkenalan dengan orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia dan mendapat kepercayaan mereka, meski belum bertemu muka. Sampai saat ini, alhamdulillah, nasabah saya ada yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Bali, dan beberapa kota di pulau Jawa. Saya pun memperoleh beberapa calon agen dari sana. Saya berharap suatu saat bisa pergi ke tempat-tempat tersebut, berjumpa dengan orang-orang yang telah menjadi jalan bagi rezeki saya. Minimal untuk mengurus klaim ^_^.

Penolakan, Penundaan, dan Ekstrakontribusi

Bekerja sebagai agen asuransi tidak lengkap rasanya kalau belum mengalami penolakan. Namanya juga jualan, tentunya tidak semua yang ditawari akan setuju membeli. Tapi karena saya berjualan asuransi hampir sepenuhnya lewat tulisan di blog, saya relatif aman dari penolakan. Saya melayani orang-orang yang memang tengah mencari asuransi. Mereka bertanya dan saya menjawab. Jika oke, mereka beli. Jika tidak cocok, ya tidak jadi beli. Tak masalah. Itu tidak saya anggap sebagai penolakan.

Yang ingin saya singgung sedikit di sini adalah penolakan dari underwriting Allianz atas aplikasi yang diajukan calon nasabah. Pada tahun 2012, tercatat ada lima kali saya mengalaminya. Tiga di

Page 6: Allianz

antaranya penolakan permanen (declined), dua lainnya penolakan sementara alias penundaan (postponed). Tiga aplikasi yang ditolak permanen sebabnya berbeda-beda. Pertama, karena calon nasabah memiliki kadar gula darah yang sangat tinggi (260 lebih). Kedua, karena calon nasabah bekerja di bidang berisiko tinggi, yaitu sebagai penerbang TNI AU, di samping ybs juga pernah mengalami operasi bypass jantung meski telah sehat dan bekerja seperti biasa. Ketiga, karena overweight, dengan berat badan di atas 120 kg. Sedangkan dua aplikasi yang ditunda disebabkan adanya masalah pada fungsi hati, yaitu terdapat lemak pada livernya. Dua kasus ini ditunda pengajuan asuransinya sampai fungsi hati kembali normal.

Yang menarik dari kasus-kasus ini adalah bahwa mereka yang ditolak pengajuan asuransinya itu tampak sehat fisiknya dan sehari-hari bekerja sebagaimana biasa. Hal ini menunjukkan bahwa merasa sehat saja tidak cukup. Apa yang tampak dari luar, tidak selalu mencerminkan kondisi di dalam.

Selain penolakan dan penundaan, ada juga beberapa nasabah yang diterima dengan ekstrakontribusi. Sebagian karena faktor kesehatan (kelebihan berat badan, kolesterol, asam urat, dan beberapa faktor lain), ada yang karena alasan pekerjaan (pekerja tambang dan pekerja lepas pantai), dan ada yang karena memiliki hobi berisiko tinggi (mendaki gunung).

Untuk setiap nasabah yang dikenakan ekstrakontribusi, tersedia beberapa pilihan: apakah preminya dinaikkan, atau uang pertanggungannya diturunkan, atau ada rider yang dihilangkan, atau kombinasi dari ketiganya.

Mimpi Menjadi Kaya dan Membantu Sesama

Setiap agen asuransi memiliki mimpi menjadi kaya. Tanpa mimpi menjadi kaya, menjual asuransi akan seperti mendorong mobil tak beroda. Uang, bagaimana pun, tetap merupakan sumber motivasi yang sangat ampuh bagi kebanyakan orang. Tak terkecuali saya.

Sejak menjadi agen asuransi, saya pun mulai punya mimpi menjadi kaya. Tadinya tidak. Bukan tidak ingin, tapi memang tidak tahu dan tidak terbayangkan caranya. Sedikit bayangan cara menjadi kaya datang dari novel dan lagu: saya membuat novel yang laris, atau saya membuat lagu yang populer, dan jadi kaya. Tapi novel saya tidak juga selesai, sedangkan lagu-lagu saya butuh beberapa keajaiban untuk mendapatkan momentumnya.

Di bisnis asuransi, cara dari mana kekayaan itu datang tergambar dengan amat jelas. Sistemnya sederhana dan realistis untuk dicapai. Yang perlu saya lakukan hanya dua: menjual asuransi sesuai target, dan merekrut agen seperti saya setiap tahun sebanyak yang saya bisa. Itu saja. Dan tentu disertai doa yang kuat kepada Tuhan. Dalam tiga tahun, segalanya akan berubah bagai bumi dan langit.

Tapi kekayaan bukanlah tujuan akhir. Bagi saya, kekayaan adalah jalan menuju mimpi berikutnya: kemampuan membantu sesama. Uang bukan segalanya, tapi banyak hal tidak bisa dilakukan tanpa uang, termasuk membantu orang lain.

Ketika uang bukan lagi masalah, inilah beberapa di antaranya yang akan saya lakukan:

Memiliki 1.000 anak, 998 di antaranya anak angkat.

Page 7: Allianz

Menanam ribuan pohon setiap tahun di tepi jalan raya di perkotaan.

Membeli berhektar tanah di kota untuk dijadikan taman atau pemakaman umum. Intinya tempat yang bisa ditanami banyak pohon.

Membangun sekolah murah dan sebanyak mungkin beasiswa untuk anak dari keluarga miskin.

Mendirikan lembaga keuangan untuk membantu para pengusaha kecil (terinspirasi dari Muhammad Yunus di Bangladesh dengan Gramen Bank-nya).

Mendirikan yayasan untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan yang bermaslahat bagi umat (semacam Ford Foundation, Yayasan Kalla, Syafii Maarif Institute, The Habibie Center).

Mendanai penelitian utk pengembangan energi alternatif ramah lingkungan, sekaligus membangun perusahaan di bidang ini.

Membantu pengembangan kesusastraan di Indonesia, antara lain dengan menjadi sponsor pada kegiatan-kegiatan sastra.

Hmm, banyak sekali yah. Semoga sebagian atau seluruhnya bisa terlaksana. Amin. Tentunya cita-cita ini membutuhkan bantuan banyak orang untuk mewujudkannya, dan saya akan mencarinya melalui agen-agen saya.

Memangnya berapa penghasilan seorang agen asuransi yang sukses, sehingga cukup untuk melaksanakan cita-cita di atas? Potensinya adalah tidak terbatas. Dalam 10 tahun, saya berharap bisa melebihi penghasilan seorang Lionel Messi atau Ronaldo di sepakbola. Setelah itu, menjajari Jusul Kalla, Chairul Tanjung, Hary Tanoe, dan para pengusaha papan atas Indonesia.

The More You Give, The More You Get

2012 merupakan tahun pertama saya berbisnis di bidang asuransi. Saya tidak punya latar belakang bisnis, bahkan dulu bisnis merupakan bidang yang tidak saya sukai karena saya anggap seorang pebisnis itu hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri.

Tapi sekarang saya menyadari satu kebenaran klasik: keuntungan untuk diri sendiri lebih mungkin diraih jika kita memberikan keuntungan terlebih dahulu kepada orang lain. The more you give, the more you get. Semakin banyak memberi, semakin banyak menerima. Seorang pebisnis yang sukses – dan karena itu menjadi kaya – adalah orang yang telah memberikan banyak keuntungan kepada orang lain.

Oleh karena itu, jika saya ingin menjadi kaya, saya harus membantu banyak orang menjadi kaya pula. Caranya dengan memperkenalkan bisnis asuransi kepada sebanyak mungkin orang dan membantu mereka menjadi agen yang sukses. Amin.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, saya telah melalui dua tahun pertama sebagai agen asuransi di ASN (Allianz Star Network). Konon, dua tahun adalah masa uji apakah seseorang akan mundur ataukah lanjut dan berkembang. Ternyata saya masih bertahan, dan itu artinya para nasabah saya

Page 8: Allianz

boleh tenang, karena saya akan tetap bersama anda semua sampai saya belakangan atau anda duluan yang mengajukan klaim asuransi dasar.

Kenapa Saya Bertahan di Allianz?

Di artikel sebelumnya (Pengalaman Menjadi Agen Asuransi Allianz: Tahun Pertama), saya menuliskan beberapa kelebihan bisnis asuransi jiwa, antara lain prospek yang cerah, kenaikan karier yang cepat, penghasilan yang bagus dan terus bertambah, serta terutama penghasilan pasif yang besar dalam jangka panjang.

Hampir semua kelebihan itu telah saya rasakan sekarang. Soal prospek, saya menerima rata-rata dua calon nasabah setiap hari. Soal karier, dalam satu tahun saya telah mencapai level manajer (Business Manager), dan tahun ketiga ini saya telah mencapai level puncak, yaitu Business Partner (dulu istilahnya Business Director). Soal penghasilan, telah saya buktikan kenaikan penghasilan setiap bulan seiring bertambahnya jumlah nasabah dan agen di jaringan saya. Tinggal yang terakhir, yaitu penghasilan pasif yang besar dalam jangka panjang, inilah yang masih saya kejar.

Yang juga saya sukai dari bisnis ini adalah pola kerjanya yang sangat cocok dengan diri saya: tanpa terikat waktu kerja (fleksibel, bisa diatur sendiri), tidak harus ngantor tiap hari, tidak direpotkan dengan urusan stok barang, dan tanpa hubungan atasan-bawahan. Saya memang merekrut banyak agen, tapi mereka bukan bawahan saya dan saya pun bukan atasan mereka. Hubungan kami adalah business partner alias mitra bisnis. Sebagai perekrut, saya berkewajiban membimbing mereka cara berjualan produk dan menjalankan bisnis, tapi saya tidak mengupah mereka dan karena itu tidak punya wewenang menghukum mereka yang tidak mematuhi arahan saya.

Jadi, kenapa saya bertahan di Allianz? Jawabnya: tidak diragukan lagi, karena saya telah menemukan sebuah pekerjaan yang sempurna. Saya sudah bisa hidup dan menghidupi keluarga dengan menjadi agen asuransi Allianz. Lebih dari itu, prospek masa depannya membuat hari-hari saya selalu dipenuhi gairah dan harapan.

Jika setelah membaca uraian ini ada yang tertarik ingin menjadi agen asuransi jiwa, ketahuilah bahwa cocok bagi saya belum tentu cocok bagi anda. Jadi, silakan ditimbang lagi dengan lebih saksama, karena segala kelebihan tersebut hanya bisa diraih dengan kerja keras dan ketekunan. Bisnis ini bukan dari jenis yang mengiming-imingi kekayaan dengan cara instan.

Pencapaian

Pencapaian saya di tahun 2013 dan perbandingannya dengan tahun 2012 dapat dirangkum sebagai berikut:

Keterangan 2013 2012 Kenaikan

ALP penjualan pribadi 339 juta, 50 polis 250 juta, 44 polis 36%

ALP unit (penjualan pribadi + tim) 528 juta, 82 polis 250 juta, 44 polis 112%

Agen baru 23 orang – ~

Page 9: Allianz

Persistensi 98% 76% 29%

Penghasilan (per Desember) 14 jutaan/bulan 5 jutaan/bulan 180%

Catatan:

ALP = Annualized Life Premium, atau premi asuransi jiwa disetahunkan. ALP hanya dihitung dari produk asuransi jiwa (unit link Tapro), produk askes tidak termasuk.

Sejak istri saya, Iyan Desi Susanti, menjadi agen (11 Mei 2013), saya sering menjual atas nama istri. Jadi, penjualan pribadi 339 juta itu dibagi dua, atas nama saya sendiri 207 juta, atas nama istri 132 juta. Ini bagian dari strategi untuk mendapatkan dua tiket kontes Champion Club (trip ke negara Asia).

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah atas karunia ini, sehingga saya semakin mantap tak tergoyahkan untuk terus menekuni bisnis ASN.

Namun ada juga yang tidak saya capai di tahun 2013, yaitu belum memiliki satu pun agen yang telah mencapai level BP (Business Partner).

Aktivitas Penting di Tahun 2013

Di tahun kedua ini saya mulai merekrut agen. Alhamdulillah, sepanjang tahun 2013, ada 23 agen baru yang bergabung di tim saya. Tidak semuanya merupakan rekrutan saya langsung, ada juga yang rekrutan dari agen-agen saya. Lima orang bergabung di paruh pertama, selebihnya baru bergabung selewat pertengahan tahun.

Bagi saya merekrut agen tidaklah sulit. Cerita pengalaman tahun pertama saya sebagai agen asuransi Allianz (di sini) memperoleh trafik dan respon yang cukup bagus dari para pengunjung. Beberapa artikel yang saya tulis mengenai bisnis asuransi jiwa, antara lain Mimpi-Mimpi Liem Lie Sia dan Antara Bisnis MLM dan Asuransi, juga memperoleh rating yang lumayan. Dalam artikel-artikel itu saya lebih banyak bercerita, dan hal ini membuktikan bahwa cara paling mudah untuk merekrut agen adalah bercerita tentang diri sendiri. Cara yang sama dapat dilakukan untuk menjual polis.

Kemudahan merekrut ini didukung oleh fakta bahwa sekarang ini profesi agen asuransi telah semakin populer di masyarakat dengan citra yang kian membaik. Bahkan bisnis asuransi jiwa mulai diperhitungkan sebagai sebuah cara yang ampuh untuk mengubah nasib. Banyak orang yang ingin menjadi agen asuransi karena melihat prospeknya yang luar biasa, meski seberapa kuat keinginan itu masih harus dibuktikan dalam kenyataan.

Membawahi sejumlah agen membuat saya memiliki satu kewajiban tambahan, yaitu membimbing mereka cara menjual produk asuransi. Bagi yang berminat berjualan melalui internet, saya ajarkan cara membuat blog dan meramaikannya, seperti yang saya lakukan. Tapi tidak semua agen memiliki latar belakang pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk berjualan secara daring (dalam jaringan, online), jadi saya harus mengajari cara berjualan secara konvensional.

Di sinilah kekurangan saya. Selama ini saya mengandalkan hampir seluruh penjualan dari toko daring di blog myallisya dan kurang terlatih menjual asuransi secara langsung. Oleh karena itu, saya

Page 10: Allianz

memerlukan belajar dari ahlinya, yaitu leader saya dan teman-teman agen lainnya. Saya pun perlu belajar mengelola sebuah tim, bagaimana menjadi manajer dan leader yang baik.

Kabar baiknya, di grup kami (Grup Busster pimpinan Bpk Venny Wantouw dan Bpk Hendy Winata), ada beberapa support system yang bisa dijadikan sarana belajar cara menjual produk, cara mengelola tim, meningkatkan motivasi, maupun menumbuhkan suasana kekeluargaan di antara sesama agen. Beberapa di antaranya yang saya ikuti pada tahun 2013 adalah:

1. Leaders Club

Acara ini khusus disediakan untuk level BM, diadakan di kantor ASN Puri (Hendy Winata Agency). Saya dan beberapa BM di Serpong rutin mengikuti acara ini setiap Kamis pukul 09-12, mulai Februari sampai Mei 2013. Ada 12 pertemuan dengan para pengajar yang berbeda-beda, semuanya level BD. Materinya mulai dari cara berjualan, cara membimbing agen, hingga pengembangan diri.

2. Elite Leader

Acara ini merupakan kelanjutan dari Leaders Club, dengan materi-materi yang lebih disempurnakan. Diadakan di Allianz Tower lantai 20D (Venny Wantouw Agency). Diadakan dua hari seminggu, yaitu Selasa dan Kamis, mulai bulan September sd Desember 2013, juga sebanyak 12 pertemuan.

3. BM Gathering 2

Acara ini merupakan forum pertemuan seluruh leader di grup Busster dari seluruh Indonesia. Tidak kurang dari 250 leader grup Busster berkumpul di Hotel Harris Sunset Road di Bali, tanggal 28 sd 31 Oktober 2013. Pertemuan dengan para leader seluruh Indonesia membuat saya semakin termotivasi untuk sukses di bisnis ini. Banyak leader besar berkumpul dan berbagi pengalaman, antara lain Bpk Sonny Arief, Bpk Hendy Winata, Bpk Venny Wantouw, Ibu Liem Lie Sia (profilnya pernah saya tulis dan bisa dibaca di sini), hingga Bpk Lee Boon Siong (leader dari Ibu Liem Lie Sia). Tidak ketinggalan, petinggi Allianz Life Indonesia juga berkenan memberikan arahan, yaitu Ibu Ginawati Djuandi (Chief of Agency Officer) dan Bpk Joachim Wessling (CEO).

4. M3 (Money Making Meeting)

Ini adalah acara rutin yang diadakan seminggu sekali di Allianz Tower 20D, setiap Kamis malam pukul 19 sd 21. Pembicaranya adalah para agen yang sudah sukses, baik dari grup Busster maupun dari luar. Mereka bercerita mengenai pengalamannya dan berbagi tips-tips sukses. Saya selalu mengajak agen-agen saya untuk hadir di acara ini, karena selalu ada penyegaran, motivasi, dan inspirasi yang bisa dipetik dari cerita pada pembicara.

5. BSP (Business Success Presentation) dan BSS (Business Support System)

Ini juga acara rutin di ASN, hampir semua kantor mengadakannya, termasuk kantor saya di Serpong. Diadakan setiap Sabtu pukul 10 sd 15.

Perubahan Sistem Bisnis

Awal tahun 2013 ditandai dengan perubahan sistem bisnis ASN, antara lain pada aspek jenjang karier (sebelumnya 3 level menjadi 4 level), target pencapaian untuk tiap level, dan sistem

Page 11: Allianz

kompensasi. Namun perubahan ini tampaknya belum mencerminkan sepenuhnya filosofi ASN, yaitu SEE System (Simple, Easy, Effective). Oleh karena itu, mulai tahun 2014, sistem bisnis diubah lagi menjadi lebih sederhana:

– Jenjang karier hanya 2 level, yaitu BE (Business Executive) dan BP (Business Partner)

– Target BE untuk promosi menjadi BP adalah ALP 150 juta (pribadi).

– Promosi dapat dilakukan tiap bulan (tidak harus menunggu akhir tahun seperti sebelumnya).

– BP memperoleh hak kompensasi yang sama seperti level puncak sebelumnya (Business Director).

Perubahan sistem ini diharapkan mempercepat pertumbuhan jaringan tiap-tiap agen ASN, sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang merasakan manfaat asuransi khususnya produk Allianz Life.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, saya telah melalui dua tahun pertama sebagai agen asuransi di ASN (Allianz Star Network). Konon, dua tahun adalah masa uji apakah seseorang akan mundur ataukah lanjut dan berkembang. Ternyata saya masih bertahan, dan itu artinya para nasabah saya boleh tenang, karena saya akan tetap bersama anda semua sampai saya belakangan atau anda duluan yang mengajukan klaim asuransi dasar.

Kenapa Saya Bertahan di Allianz?

Di artikel sebelumnya (Pengalaman Menjadi Agen Asuransi Allianz: Tahun Pertama), saya menuliskan beberapa kelebihan bisnis asuransi jiwa, antara lain prospek yang cerah, kenaikan karier yang cepat, penghasilan yang bagus dan terus bertambah, serta terutama penghasilan pasif yang besar dalam jangka panjang.

Hampir semua kelebihan itu telah saya rasakan sekarang. Soal prospek, saya menerima rata-rata dua calon nasabah setiap hari. Soal karier, dalam satu tahun saya telah mencapai level manajer (Business Manager), dan tahun ketiga ini saya telah mencapai level puncak, yaitu Business Partner (dulu istilahnya Business Director). Soal penghasilan, telah saya buktikan kenaikan penghasilan setiap bulan seiring bertambahnya jumlah nasabah dan agen di jaringan saya. Tinggal yang terakhir, yaitu penghasilan pasif yang besar dalam jangka panjang, inilah yang masih saya kejar.

Yang juga saya sukai dari bisnis ini adalah pola kerjanya yang sangat cocok dengan diri saya: tanpa terikat waktu kerja (fleksibel, bisa diatur sendiri), tidak harus ngantor tiap hari, tidak direpotkan dengan urusan stok barang, dan tanpa hubungan atasan-bawahan. Saya memang merekrut banyak agen, tapi mereka bukan bawahan saya dan saya pun bukan atasan mereka. Hubungan kami adalah business partner alias mitra bisnis. Sebagai perekrut, saya berkewajiban membimbing mereka cara berjualan produk dan menjalankan bisnis, tapi saya tidak mengupah mereka dan karena itu tidak punya wewenang menghukum mereka yang tidak mematuhi arahan saya.

Jadi, kenapa saya bertahan di Allianz? Jawabnya: tidak diragukan lagi, karena saya telah menemukan sebuah pekerjaan yang sempurna. Saya sudah bisa hidup dan menghidupi keluarga dengan menjadi agen asuransi Allianz. Lebih dari itu, prospek masa depannya membuat hari-hari saya selalu dipenuhi gairah dan harapan.

Page 12: Allianz

Jika setelah membaca uraian ini ada yang tertarik ingin menjadi agen asuransi jiwa, ketahuilah bahwa cocok bagi saya belum tentu cocok bagi anda. Jadi, silakan ditimbang lagi dengan lebih saksama, karena segala kelebihan tersebut hanya bisa diraih dengan kerja keras dan ketekunan. Bisnis ini bukan dari jenis yang mengiming-imingi kekayaan dengan cara instan.

Pencapaian

Pencapaian saya di tahun 2013 dan perbandingannya dengan tahun 2012 dapat dirangkum sebagai berikut:

Keterangan 2013 2012 Kenaikan

ALP penjualan pribadi 339 juta, 50 polis 250 juta, 44 polis 36%

ALP unit (penjualan pribadi + tim) 528 juta, 82 polis 250 juta, 44 polis 112%

Agen baru 23 orang – ~

Persistensi 98% 76% 29%

Penghasilan (per Desember) 14 jutaan/bulan 5 jutaan/bulan 180%

Catatan:

ALP = Annualized Life Premium, atau premi asuransi jiwa disetahunkan. ALP hanya dihitung dari produk asuransi jiwa (unit link Tapro), produk askes tidak termasuk.

Sejak istri saya, Iyan Desi Susanti, menjadi agen (11 Mei 2013), saya sering menjual atas nama istri. Jadi, penjualan pribadi 339 juta itu dibagi dua, atas nama saya sendiri 207 juta, atas nama istri 132 juta. Ini bagian dari strategi untuk mendapatkan dua tiket kontes Champion Club (trip ke negara Asia).

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah atas karunia ini, sehingga saya semakin mantap tak tergoyahkan untuk terus menekuni bisnis ASN.

Namun ada juga yang tidak saya capai di tahun 2013, yaitu belum memiliki satu pun agen yang telah mencapai level BP (Business Partner).

Aktivitas Penting di Tahun 2013

Di tahun kedua ini saya mulai merekrut agen. Alhamdulillah, sepanjang tahun 2013, ada 23 agen baru yang bergabung di tim saya. Tidak semuanya merupakan rekrutan saya langsung, ada juga yang rekrutan dari agen-agen saya. Lima orang bergabung di paruh pertama, selebihnya baru bergabung selewat pertengahan tahun.

Bagi saya merekrut agen tidaklah sulit. Cerita pengalaman tahun pertama saya sebagai agen asuransi Allianz (di sini) memperoleh trafik dan respon yang cukup bagus dari para pengunjung. Beberapa artikel yang saya tulis mengenai bisnis asuransi jiwa, antara lain Mimpi-Mimpi Liem Lie Sia dan Antara Bisnis MLM dan Asuransi, juga memperoleh rating yang lumayan. Dalam artikel-artikel itu

Page 13: Allianz

saya lebih banyak bercerita, dan hal ini membuktikan bahwa cara paling mudah untuk merekrut agen adalah bercerita tentang diri sendiri. Cara yang sama dapat dilakukan untuk menjual polis.

Kemudahan merekrut ini didukung oleh fakta bahwa sekarang ini profesi agen asuransi telah semakin populer di masyarakat dengan citra yang kian membaik. Bahkan bisnis asuransi jiwa mulai diperhitungkan sebagai sebuah cara yang ampuh untuk mengubah nasib. Banyak orang yang ingin menjadi agen asuransi karena melihat prospeknya yang luar biasa, meski seberapa kuat keinginan itu masih harus dibuktikan dalam kenyataan.

Membawahi sejumlah agen membuat saya memiliki satu kewajiban tambahan, yaitu membimbing mereka cara menjual produk asuransi. Bagi yang berminat berjualan melalui internet, saya ajarkan cara membuat blog dan meramaikannya, seperti yang saya lakukan. Tapi tidak semua agen memiliki latar belakang pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk berjualan secara daring (dalam jaringan, online), jadi saya harus mengajari cara berjualan secara konvensional.

Di sinilah kekurangan saya. Selama ini saya mengandalkan hampir seluruh penjualan dari toko daring di blog myallisya dan kurang terlatih menjual asuransi secara langsung. Oleh karena itu, saya memerlukan belajar dari ahlinya, yaitu leader saya dan teman-teman agen lainnya. Saya pun perlu belajar mengelola sebuah tim, bagaimana menjadi manajer dan leader yang baik.

Kabar baiknya, di grup kami (Grup Busster pimpinan Bpk Venny Wantouw dan Bpk Hendy Winata), ada beberapa support system yang bisa dijadikan sarana belajar cara menjual produk, cara mengelola tim, meningkatkan motivasi, maupun menumbuhkan suasana kekeluargaan di antara sesama agen. Beberapa di antaranya yang saya ikuti pada tahun 2013 adalah:

1. Leaders Club

Acara ini khusus disediakan untuk level BM, diadakan di kantor ASN Puri (Hendy Winata Agency). Saya dan beberapa BM di Serpong rutin mengikuti acara ini setiap Kamis pukul 09-12, mulai Februari sampai Mei 2013. Ada 12 pertemuan dengan para pengajar yang berbeda-beda, semuanya level BD. Materinya mulai dari cara berjualan, cara membimbing agen, hingga pengembangan diri.

2. Elite Leader

Acara ini merupakan kelanjutan dari Leaders Club, dengan materi-materi yang lebih disempurnakan. Diadakan di Allianz Tower lantai 20D (Venny Wantouw Agency). Diadakan dua hari seminggu, yaitu Selasa dan Kamis, mulai bulan September sd Desember 2013, juga sebanyak 12 pertemuan.

3. BM Gathering 2

Acara ini merupakan forum pertemuan seluruh leader di grup Busster dari seluruh Indonesia. Tidak kurang dari 250 leader grup Busster berkumpul di Hotel Harris Sunset Road di Bali, tanggal 28 sd 31 Oktober 2013. Pertemuan dengan para leader seluruh Indonesia membuat saya semakin termotivasi untuk sukses di bisnis ini. Banyak leader besar berkumpul dan berbagi pengalaman, antara lain Bpk Sonny Arief, Bpk Hendy Winata, Bpk Venny Wantouw, Ibu Liem Lie Sia (profilnya pernah saya tulis dan bisa dibaca di sini), hingga Bpk Lee Boon Siong (leader dari Ibu Liem Lie Sia). Tidak ketinggalan, petinggi Allianz Life Indonesia juga berkenan memberikan arahan, yaitu Ibu Ginawati Djuandi (Chief of Agency Officer) dan Bpk Joachim Wessling (CEO).

Page 14: Allianz

4. M3 (Money Making Meeting)

Ini adalah acara rutin yang diadakan seminggu sekali di Allianz Tower 20D, setiap Kamis malam pukul 19 sd 21. Pembicaranya adalah para agen yang sudah sukses, baik dari grup Busster maupun dari luar. Mereka bercerita mengenai pengalamannya dan berbagi tips-tips sukses. Saya selalu mengajak agen-agen saya untuk hadir di acara ini, karena selalu ada penyegaran, motivasi, dan inspirasi yang bisa dipetik dari cerita pada pembicara.

5. BSP (Business Success Presentation) dan BSS (Business Support System)

Ini juga acara rutin di ASN, hampir semua kantor mengadakannya, termasuk kantor saya di Serpong. Diadakan setiap Sabtu pukul 10 sd 15.

Perubahan Sistem Bisnis

Awal tahun 2013 ditandai dengan perubahan sistem bisnis ASN, antara lain pada aspek jenjang karier (sebelumnya 3 level menjadi 4 level), target pencapaian untuk tiap level, dan sistem kompensasi. Namun perubahan ini tampaknya belum mencerminkan sepenuhnya filosofi ASN, yaitu SEE System (Simple, Easy, Effective). Oleh karena itu, mulai tahun 2014, sistem bisnis diubah lagi menjadi lebih sederhana:

– Jenjang karier hanya 2 level, yaitu BE (Business Executive) dan BP (Business Partner)

– Target BE untuk promosi menjadi BP adalah ALP 150 juta (pribadi).

– Promosi dapat dilakukan tiap bulan (tidak harus menunggu akhir tahun seperti sebelumnya).

– BP memperoleh hak kompensasi yang sama seperti level puncak sebelumnya (Business Director).

Perubahan sistem ini diharapkan mempercepat pertumbuhan jaringan tiap-tiap agen ASN, sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang merasakan manfaat asuransi khususnya produk Allianz Life.

Target 2014

Target saya di tahun 2014 simpel saja:

1. Menaikkan minimal 2o agen menjadi leader (BP). Target mencapai BP adalah penjualan pribadi (ALP) 150 juta.

2. Mencapai omset grup (ALP) minimal 3 miliar.

3. Penghasilan minimal 50 juta per bulan.

Simpel diucapkan, butuh kerja keras mewujudkannya. Tapi mumpung mimpi itu gratis, saya tidak ingin banyak mikir untuk sekadar mengucapkan atau menuliskannya. Semoga tercapai dan Tuhan memberkati, amin.

Pengalaman Menjadi Agen Asuransi Allianz: Tahun Ketiga

Posted on 26 Januari 2015 by Asep Sopyan

Page 15: Allianz

Saya ingin memulai cerita ini dengan kembali mengucap syukur kepada Allah Swt atas segala karunia-Nya yang terus bertumbuh di tahun 2014. Saya berdoa semoga karunia tersebut semakin ditambahkan lagi di tahun 2015 ini.

Secara garis besar, perjalanan saya sebagai agen asuransi Allianz di tahun ketiga (2014) dapat disimpulkan sebagai: “Ada kemajuan”.

Perjalanan saya tidak terbilang cepat. Dengan cara kerja yang cenderung mengalir, saya bersyukur masih mencatatkan kemajuan, dan itulah yang terpenting. Seperti kata pepatah: “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, esok harus lebih baik dari hari ini”. Selama kita tetap melangkah, apa yang kita harapkan pasti akan tercapai.

Sebuah kedai kopi di Taman Jajan BSD, kantor ketiga saya setelah rumah dan kantor Allianz Serpong.

Saya katakan cara kerja saya cenderung mengalir, karena saya hampir sepenuhnya mengandalkan blog ini (myallisya.com) untuk memperoleh penjualan polis dan perekrutan agen. Apa yang saya lakukan esok hari, ke mana saya pergi, dengan siapa saya bertemu, seringkali baru diketahui hari itu juga. Jika tidak ada janji dengan siapa pun dan bukan jadwal training, saya lebih memilih duduk di rumah atau di kedai kopi untuk menulis blog sembari melayani permintaan asuransi dari orang-orang yang menghubungi saya.

Page 16: Allianz

Alhamdulillah, Tuhan menganugerahi saya kemampuan menulis dan ternyata bisa digunakan untuk menjual asuransi. Banyak orang mengira saya ahli di bidang komputer atau teknologi informasi. Tidak. Modal terbesar saya adalah keterampilan menulis alias menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan, dengan ditopang kesukaan membaca. Sedangkan membuat blog atau situs web hanyalah soal teknis yang bisa dipelajari sendiri melalui mesin pencari sambil tanya-tanya sedikit kepada blogger yang ahli.

Artikel ini merangkum beberapa catatan penting atau menarik yang saya alami di tahun ketiga saya sebagai agen asuransi di Allianz Life Indonesia. Catatan pengalaman tahun kedua (2013) bisa dibaca di SINI. Tahun pertama (2012) di SINI.

Catatan tentang Perusahaan

Satu. Pada bulan April 2014, Allianz Life Indonesia menambahkan dua produk rider baru di unit-link Tapro Allisya Protection Plus, yaitu rider HSC+ dan Ci100. Sebelumnya, dua rider tersebut hanya terdapat di produk Tapro konvensional (Smartlink Flexi Account Plus). Rider HSC+ melengkapi jajaran produk askes cashless Allianz yang sebelumnya hanya tersedia sebagai produk tersendiri. Sedangkan Ci100 memperluas cakupan perlindungan 49 penyakit kritis menjadi 100 kondisi, melindungi sejak tahap awal penyakit (early stage), dan memiliki masa proteksi sd usia 100 tahun.

CI100 adalah produk unggulan Allianz saat ini, dan sepertinya di pasaran belum ada yang menyamai. Sejak lama, Allianz fokus pada perlindungan jiwa dan penyakit kritis. Kelebihan produk ini, bagi agen, adalah bisa tetap dijual walaupun nasabah punya banyak asuransi, karena sifatnya yang bisa dobel klaim. Sedangkan jika fokus pada asuransi kesehatan, utamanya yang bersifat cashless (pakai kartu), agen akan kesulitan menjual jika calon nasabah sudah punya asuransi kesehatan yang sama-sama bersifat cashless, karena produk askes cashless tidak bisa dobel klaim dan hanya bisa koordinasi manfaat.

Apalagi di zaman sekarang, pemerintah sudah menyediakan program JKN dari BPJS Kesehatan. Di saat banyak agen asuransi lain yang menjual askes kartu harus bersaing dengan BPJS, agen Allianz santai saja. Malah kami sangat menganjurkan para nasabah agar punya JKN.

Dua. Pada bulan Agustus 2014, Allianz meluncurkan produk SmartMed Premier, asuransi kesehatan murni yang ditujukan untuk kalangan menengah atas. Produk ini mempunyai keunggulan antara lain membayar klaim rumah sakit sesuai tagihan dengan batas 6 miliar per tahun, serta menyediakan fasilitas cashless bukan hanya di Indonesia tapi juga di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Preminya mulai 3,5 jutaan per tahun untuk plan kamar 500 ribu per hari.

Saat ini SmartMed Premier masih menggunakan skema konvensional. Saya berharap tak lama lagi bisa dibuatkan pula skema syariahnya karena produk ini bagus sekali dan bisa menjadi andalan di jajaran asuransi kesehatan syariah. Produk ini bukan saingan JKN-BPJS karena segmennya beda.

Tiga. Sepanjang tahun 2014, jaringan distribusi Allianz Star Network memecahkan rekor penjualan premi lebih dari 1 triliun! Di tengah grafik penurunan penjualan premi di industri asuransi jiwa, omset Allianz naik sekitar 20% dari tahun sebelumnya. Konon ini merupakan peringkat 2 di antara perusahaan asuransi jiwa lainnya. Selamat untuk Allianz.

Catatan tentang Penjualan Premi

Page 17: Allianz

Satu. Tahun 2014 saya membukukan 43 polis asuransi jiwa unit-link (Tapro Allisya Protection Plus dan Smartlink Flexi Account Plus), dengan total premi 261 juta. Ini merupakan penurunan dibanding tahun 2013, yang mencapai 50 polis dengan omset 339 juta.

Total nasabah saya setelah tiga tahun menjadi agen asuransi berjumlah 140 orang, belum termasuk yang ambil asuransi kesehatan murni. Dari jumlah itu, 30 orang di antaranya tinggal di luar Jabodetabek, tersebar dari Aceh hingga Papua, terwakili di semua pulau besar Nusantara. Alhamdulillah. Ini akan jadi sarana saya mengenal lebih dalam tentang Indonesia.

Dua. Jika dihitung dengan penjualan unit (saya dan agen-agen di tim saya), omset tim saya mencapai 725 juta dengan total polis 131. Ini merupakan kenaikan dari tahun 2013 sebesar 528 juta (82 polis). Karena penjualan pribadi menurun sementara omset unit naik, berarti ada kenaikan yang signifikan dari kontribusi agen-agen di tim saya, yaitu sebesar 464 juta dari tahun sebelumnya 191 juta. Terima kasih untuk semuanya.

Tiga. Untuk produk asuransi kesehatan murni (Allisya Care, Maxi Violet, SmartMed Premier), penjualan pribadi saya ada 26 polis dengan omset 111 jutaan. Ditambah penjualan unit, total ada 36 polis dengan omset 185 jutaan. Produk askes murni kontraknya berjangka tahunan dan dapat diperpanjang tiap tahun. Omset tersebut merupakan nasabah baru ditambah nasabah lama yang memperpanjang kontrak.

Catatan tentang Agen dan Sistem Bisnis

Satu. Di tahun 2014 ini saya merekrut 21 orang agen baru, turun dari tahun sebelumnya 23 agen. Total agen 43 orang. Dari jumlah itu, 5 diterminasi di bulan Juli karena tidak melakukan penjualan satu polis pun dalam satu tahun. Dan awal tahun ini, bocorannya ada 6 agen lagi yang akan diterminasi karena tidak ada penjualan sepanjang tahun 2014. Jadi, agen saya yang masih bertahan ada 32 orang. Dari jumlah itu, yang melakukan penjualan di tahun 2014 ada 19 orang, dan yang penjualannya minimum 6 polis ada 8 orang.

Dua. Mulai tahun 2014, ASN menerapkan sistem bisnis baru dengan jenjang karier hanya dua level, yaitu BE (Business Executive) dan BP (Business Partner). Sebelumnya jenjang karier di ASN ada 4 level, sama seperti sistem di keagenan asuransi lain. Jika di tempat lain butuh 4-5 tahun untuk mencapai level puncak, di ASN cukup dalam hitungan bulan saja. Langkah selanjutnya setelah mencapai BP adalah mempertahankan penjualan pribadi sembari merekrut agen dan membantu mereka menjadi BP. Begitulah diulang setiap tahun, dan lihat hasilnya dalam 3-5 tahun.

Saking simpelnya, formula sukses agen ASN dapat dirumuskan dalam 3 langkah:

Langkah 1 sebagai BE (Business Executive). Tugasnya menjual polis dg total premi 17 juta per bulan (atau 200 juta premi disetahunkan, syarat naik sebagai BP). Sebagai imbalan, dia mendapatkan komisi dasar penjualan.

Langkah 2 sebagai BP (Business Partner). Tugasnya mempertahankan penjualan seraya merekrut beberapa BE dan mengajari mereka cara berjualan sehingga bisa mencapai BP. Selain komisi dasar, BP juga mendapatkan overriding (semacam bonus jabatan) yang dihitung baik dari produksi pribadi maupun produksi BE-BE di bawahnya.

Page 18: Allianz

Langkah 3 sebagai Senior BP (BP yang sudah memiliki beberapa BP di bawahnya). Tugasnya adalah mengulangi Langkah 1 dan Langkah 2, setiap bulan atau tahun sampai terbentuk grup yang makin besar. Selain komisi dasar dan overriding, SBP juga memperoleh apa yang disebut royalti, yaitu penghasilan bersifat pasif yang dihitung dari omset BP-BP di bawahnya, hingga kedalaman 5 generasi BP.

Tiga. Sistem boleh simpel dan cepat, tapi yang menentukan adalah orang-orangnya. Meski sudah dipermudah, ternyata belum ada satu pun agen di tim saya yang berhasil promosi ke level BP. Kenapa ya? Ini PR saya tahun ini, semoga ada beberapa yang naik BP.

Jika mengingat perjalanan saya di tahun pertama sebagai agen di tahun 2012, saya mencapai level kedua dalam waktu satu tahun, padahal waktu itu syaratnya lebih berat, yaitu penjualan pribadi 250 juta. Yang membuatnya bisa begitu adalah karena saya sangat yakin bisnis ini bisa membawa perubahan finansial, sehingga saya tidak banyak mikir untuk langsung fokus sejak bulan pertama jadi agen.

Saya sendiri langsung berhenti dari pekerjaan sebelumnya. Tapi fokus tidak berarti mundur dari pekerjaan yang sedang dijalani. Fokus berarti menjalankan bisnis ini sepenuh hati (full heart), meskipun tidak sepenuh waktu (full time). Untuk bisa sepenuh hati, kita harus tahu gambaran besar dari hasil bisnis ini di masa depan, dan gambaran besar itu harus cukup berharga untuk diperjuangkan.

Baca juga:

Mengapa Saya Jadi Agen Asuransi dan Mengapa di Allianz

Empat. Mengingat banyak agen yang mendaftar tapi yang aktif tidak banyak, tahun ini saya berencana melakukan seleksi lebih ketat. Tahun lalu, salah satu syarat menjadi agen di tim saya adalah memiliki polis Tapro atau membuka polis Tapro jika belum punya. Karena tidak semua calon agen punya kemampuan untuk membuka polis di awal bergabung, tahun ini syarat tersebut saya hapus (lebih ringan dong). Tapi ada satu syarat pengganti, yang diberikan langsung oleh manajemen ASN, yaitu harus mendaftarkan 1 polis Tapro agar bisa mendapatkan kode agen Allianz. Artinya, sebelum jadi agen, mereka harus sudah mencari dan memperoleh 1 nasabah. Berkas pengajuan asuransi nasabah diserahkan bersamaan dengan aplikasi agen. Produksinya dicatatkan atas nama calon agen tsb, dan komisinya pun untuk ybs.

Aturan ini berlaku mulai Januari 2015. Selengkapnya bisa dibaca di Cara Menjadi Agen Allianz. Ke depan, seiring semakin bersinarnya profesi agen asuransi, saya menduga syarat menjadi agen asuransi akan lebih berat.

Catatan tentang Blog

Satu. Sepanjang tahun 2014, saya menerbitkan 43 artikel di blog myallisya.com, atau sekitar 3-4 tulisan per bulan. Total sejak blog dibuat ada 209 artikel kronologis ditambah 59 halaman statis. Trafik blog rata-rata 370 klik per hari, total sepanjang tahun 2014 ada 140 ribu klik. Dari situ, saya mendapatkan calon nasabah rata-rata 2-3 orang per hari. (Tentang statistik blog myallisya.com, asisten WordPress telah membuat laporannya di Laporan Statistik Blog Myallisya.com Tahun 2014).

Page 19: Allianz

Sedikit tips. Bagi yang ingin blognya ramai dikunjungi orang, syarat pertama adalah jumlah tulisan harus banyak. Saya mendapati bahwa blog dan web yang trafiknya sampai ribuan per hari, jumlah artikelnya banyak sekali. Kuantitas tulisan menjamin kestabilan trafik blog. Dan seiring bertambahnya tulisan, trafik blog pun meningkat. Jadi, tahun ini saya akan meningkatkan kuantitas tulisan saya menjadi minimal 100 artikel setahun (8 artikel sebulan atau 2 artikel seminggu).

Dua. Pada bulan April 2014, saya mengganti alamat blog saya dari yang tadinya myallisya.wordpress.com menjadi myallisya.com supaya tampak jadi lebih profesional dan lebih simpel. Perubahan ini tidak menghapus alamat blog yang lama, hanya dialihkan saja ke alamat baru.

Bagi yang ingin menghapus kata “wordpress” pada blognya, tata caranya bisa dilihat di blog saya yang satu lagi: Cara Mengubah Domain “WordPress.com” Menjadi “.com”.

Tiga. Agen-agen di tim saya yang penjualannya lumayan bagus ternyata adalah mereka yang membuat blog. Johan Ferdian (pemilik blog melindungipenghasilan.com) mencetak omset lebih dari 100 juta, dan hampir semuanya dari blog. Estri Heni (proteksikita.com) mencatatkan omset lebih dari 75 juta, hampir semua nasabahnya dari blog. Ada lagi Dede Sulaeman (proteksipenghasilan.com) dan Yessi Dian Novita (proteksisyariah.com) yang mencetak penjualan di atas 50 juta, nasabahnya lebih banyak diperoleh dari blog.

Ngeblog ternyata efektif dan bisa diandalkan, jadi akan cukup berharga jika tahun ini saya menginvestasikan lebih banyak waktu untuk menularkan keterampilan ini kepada agen-agen saya yang berpotensi, membina mereka dari waktu ke waktu sehingga blognya menghasilkan trafik seperti blog yang saya kelola. Dari situ akan terbentuk jaringan distribusi asuransi secara online yang bisa menjangkau nasabah di seluruh Indonesia.

Sementara bagi yang tidak berniat membuat blog, saya sarankan untuk rajin mengikuti kelas training baik di kantor Allianz Serpong maupun di kantor grup Busster di APL Tower Grogol, bersama saya belajar kepada para leader yang lain. Tentu saja, yang mampu bikin blog pun seharusnya tetap rajin ikut training, karena banyak hal yang bisa diperoleh dari sana, seperti motivasi, inspirasi, tips-tips jualan, bagi pengalaman, informasi baru, dll.

Empat. Yang lebih menggembirakan, rekan-rekan saya yang menjual asuransi melalui blog itu pada umumnya tidak punya latar belakang sebagai blogger, bahkan untuk menulis artikel pun masih belum lancar. Artinya, memasarkan asuransi melalui blog ternyata bisa diduplikasi. Walaupun demikian, modal dasarnya tetap harus sudah dimiliki, yaitu suka baca, bisa nulis atau mau belajar, dan tidak gaptek. Selanjutnya hanya masalah teknis yang mudah diselesaikan dengan satu-dua kali pertemuan. Beberapa tips menjual asuransi melalui blog telah saya bagikan di “Cara Menjual Asuransi Melalui Blog: Pengalaman dengan blog Myallisya“.

Catatan tentang Aktivitas

Ada beberapa acara bagus yang saya ikuti di tahun 2014 ini.

Satu. ASG (All Star Gathering) grup Liem Lie Sia

Page 20: Allianz

Saya bersama rekan sekantor, bpk Ligor Tampubolon (kiri) dan leader, bpk Yudi Haliman (kanan) di acara ASG.

Liem Lie Sia adalah agen asuransi Allianz yang paling sukses di Indonesia dilihat dari omset grup dan penghasilan (tentang profil Liem Lie Sia, silakan dibaca di Mimpi-Mimpi Liem Lie Sia). Grup Liem Lie Sia terdiri dari banyak grup-grup besar di ASN, antara lain grup Jozeph Sugianto dan Wong Sandy Surya, grup Busster (Venny Wantouw, Hendy Winata, Sonny Arief), grup Richard Karyadi, grup Meliantha. Mulai tahun 2013, grup ini menggelar sebuah pertemuan besar yang disebut All Star Gathering (ASG). Acara ini diadakan selama 4 hari di Hotel Yasmin Karawaci Tangerang. Saya ikut ASG gelombang 2 yang diadakan pada tanggal 12-15 Januari 2014.

Dua. Kelas Elite Partner grup Busster

Dari kiri: Bpk Hendy Winata (pimpinan Allianz Busster APL Tower), Ibu Marjana (agen tertua di ASN), dan bpk Tiara Ermy saat menerima penghargaan sbg grup terbaik kelas Elite Partner grup Busster.

Mulai awal 2014, grup Busster di bawah pimpinan Hendy Winata memiliki sebuah kantor baru yang bagus di APL Tower lantai 11, Grogol. Dengan adanya kantor baru ini, beberapa kegiatan training bisa dilaksanakan dengan lebih intensif dan berbarengan.

Ada 4 training intensif yang dilaksanakan di kantor APL Tower, yaitu Elite Academy, Elite Team, Elite Leader, dan Elite Partner. Saya ikut kelas Elite Partner. Di kelas yang berlangsung selama 4 bulan ini,

Page 21: Allianz

ada kontes untuk cases (polis) dan omset terbanyak. Alhamdulillah saya mendapatkan dua-duanya, plus grup terbaik.

Tiga. M3 (Money Making Meeting) dan BSS (Business Support System) Grup Busster

Kenang-kenangan dari grup Busster utk kontributor support system tahun 2014.

M3 adalah semacam kelas motivasi yang menghadirkan pembicara dari kalangan leader-leader yang telah sukses. Mereka bebas berbicara apa saja, dari mulai cerita pengalaman hidup hingga tips-tips bisnis, yang dibungkus dengan tema besar “Insurance Business Change My Life”. M3 diperuntukkan bagi umum, boleh dihadiri oleh agen maupun calon agen.

Sedangkan BSS adalah kelas pendalaman materi meliputi hal-hal yang diperlukan seorang agen dalam menjalankan bisnis. Mulai materi tentang sistem bisnis, langkah sukses bisnis, cara presentasi, pengetahuan produk, cara membuat proposal dan pengisian SPAJ, hingga cara menangani keberatan calon nasabah.

M3 dan BSS diadakan tiap hari Sabtu mulai pukul 9 sd 16 di kantor grup Busster di APL Tower, Grogol. Saya kebagian tugas sebagai salah satu panitia M3 dan instruktur BSS untuk materi Pengetahuan Produk.

Empat. Seminar Final Lap 2014

Page 22: Allianz

Saya bersama Johan Ferdian (kiri) dan Yessi Dian Novita (tengah) di acara Final Lap ASN 2014

Final Lap diadakan sehari penuh tanggal 2 Oktober 2014 di Plaza Bapindo Jakarta. Ini merupakan acara rutin dari ASN saat menghadapi kuarter terakhir, untuk memotivasi para agen agar mampu mencapai target. Para pembicaranya terdiri dari para agen dengan prestasi hebat seperti Esra Manurung dan Liem Lie Sia, top agent dari luar negeri, hingga motivator bisnis ternama yaitu Tung Desem Waringin. Saya hadir di acara ini bersama rekan saya Yessi Dian Novita dan Johan Ferdian.

Di acara ini, pencipta sistem bisnis ASN, Lee Boon Siong atau Benson Lee, mencanangkan satu proyek dahsyat yang disebut BP Build BP (B3). Proyek ini diperuntukkan bagi agen-agen Allianz yang mampu mencetak sejumlah leader (Business Partner). Hadiahnya tak tanggung-tanggung: 4 mobil tanpa diundi.

Lima. Seminar Motivasi Syariah

Dari kiri ke kanan: Dede Sulaeman, Yessi Dian Novita, Estri Heni, Rina Natalia Ningsih, dan saya di acara Seminar Motivasi Syariah 2014

Di ASN, ada beberapa grup yang fokus menjual produk Allisya (Allianz Syariah), antara lain grup Salam Muhammadong dan Shanti Apriyanti, keduanya MDIT bintang 2. Melihat perkembangan

Page 23: Allianz

produk asuransi syariah yang semakin meningkat, ASN menyenggarakan acara untuk memacu semangat para agen syariah melalui Seminar Motivasi Syariah pada tanggal 24 November 2014 di Royal Kuningan Hotel. Acara ini menghadirkan pembicara utama yaitu Adhiwarman A Karim dan Yuswohady. Saya hadir di acara ini bersama rekan saya Dede Sulaeman, Estri Heni, Yessi Dian Novita, dan Rina Natalia Ningsih.

Enam. Ujian lisensi AAUI (Asosiasi Asuransi Umum Indonesia)

Kartu lisensi AAUI

Pada bulan Oktober 2014, Allianz Utama meluncurkan produk asuransi kecelakaan (personal accident). Supaya bisa dijual juga oleh agen ASN (yang fokus pada produk Allianz Life), maka Allianz mengadakan ujian lisensi AAUI untuk para agen ASN yang berminat. Saya ikut gelombang pertama pada tanggal 23 September 2014. Dengan lisensi ini, saya boleh menjual asuransi umum seperti asuransi rumah, asuransi mobil, dan asuransi perjalanan (travel insurance). Tapi terus-terang saya belum belajar produknya, dan kurang tertarik menjual produk asuransi umum. Saya mau fokus ke bisnis distribusi asuransi jiwa.

Catatan tentang Pencapaian dan Penghasilan

Bersama ibunda di pantai Pattaya, Thailand.

Page 24: Allianz

Satu. Tahun 2014 inilah untuk pertama kalinya saya pergi ke luar negeri, tepatnya Thailand, dan itu berkat Allianz. Lebih bersyukur lagi, saya bisa mengajak serta ibu saya, karena saya memperoleh dua tiket trip Achiever Club 2013 (ceritanya bisa dibaca di SINI). Tahun 2015, saya akan mengajak istri saya yang tahun lalu belum bisa pergi karena harus menjaga dua balita. Insya Allah.

Saya bersama dua adik saya, M Ridwan (kiri) dan Ade Hidayat (kanan) sehabis mengikuti ujian lisensi AAJI tanggal 6 Desember 2014 di Allianz Tower lantai 7.

Tak lama setelah saya dan ibu saya pulang dari Thailand, dua adik saya mendaftar sebagai agen Allianz. Yang pertama M Ridwan, umur 26 tahun, akan pindah ke Bandung. Berikutnya Ade Hidayat, umur 30 tahun, tinggal di Pandeglang. Agen asuransi memang profesi yang menular, semoga keduanya berhasil.

Dua. Pencapaian saya tahun 2014 adalah Achiever Club (trip ke Star Cruise) dan Activity Club (hadiahnya kursus Registered Financial Planner [RFP] gratis). Achiever Club 2014 diperoleh dengan syarat penjualan pribadi 200 juta, sedangkan Activity Club menggambarkan konsistensi penjualan tiap bulan minimal 2 polis. Saya juga mendapatkan kontes berhadiah dua kemeja dari Allianz.

Tiga. Penghasilan saya naik sekitar 50%, dari 14 jutaan di akhir tahun 2013 menjadi 21 jutaan di akhir tahun 2014. Alhamdulillah. Standarnya, penghasilan agen asuransi itu naik minimal dua kali lipat setiap tahun. Biarlah ini menjadi target saya akhir tahun nanti.

Page 25: Allianz

Empat. Saya ambil KPR pada Juli 2014 (akhirnya). Tapi kami masih harus bersabar karena rumahnya masih dalam tahap pembangunan. Letaknya di daerah Pamulang 2 Tangerang Selatan. Alhamdulillah.

“Bagaimana cara menjadi agen Allianz?”

Ini satu pertanyaan yang cukup sering saya terima, sekaligus paling saya tunggu. Kenapa? Karena dengan semakin banyaknya agen asuransi, semakin banyak pula masyarakat yang terlindungi keuangannya.

Tapi karena tidak setiap orang cocok dengan bisnis ini, izinkan saya melakukan seleksi, sebagaimana setiap bidang pekerjaan ada seleksinya.

Sebelum Mendaftar Jadi Agen Asuransi

Sebelum mendaftar, saya berharap anda sudah yakin bahwa anda benar-benar ingin menjalani profesi sebagai agen asuransi. Yakin berarti:

Anda siap menghubungi beberapa orang setiap hari untuk menawarkan asuransi.

Anda siap menghadapi banyak penolakan, dicuekin, dan di-PHP-in.

Anda siap menjalani profesi agen asuransi seumur hidup.

Anda siap melayani para nasabah seumur hidup anda.

Jika anda bertanya, coba-coba dulu boleh gak? Itu tandanya anda belum yakin. Saran saya: pelajari lebih lanjut tentang peluang bisnis ini. Sumber-sumbernya banyak tersedia di internet. Jika masih ragu, akan lebih baik jika anda menyempatkan diri datang ke acara semacam seminar peluang bisnis yang diadakan secara rutin di kantor-kantor keagenan terdekat. Gratis.

Mungkin anda bertanya, kalau sambilan dulu boleh gak? Saya jawab: boleh part-time (sambilan), tapi harus full-heart (sepenuh hati). Karena bisnis ini tidak memberikan gaji, kebanyakan orang memulai bisnis asuransi dengan tetap menjalani pekerjaan yang sekarang. Mereka baru full-time (penuh waktu) ketika hasil dari bisnis ini sudah menyamai atau melebihi hasil dari pekerjaannya yang lama.

Terus-terang, menjadi agen asuransi yang sukses itu tidak mudah, dan tidak semua orang siap melayani orang-orang lainnya dengan sepenuh hati. Jika anda memiliki kesiapan hati untuk berjuang

Page 26: Allianz

di bisnis ini, silakan dilanjut. Saya yakin anda akan menjadi salah seorang yang sukses seperti para MDIT (Million Dollar Income Team).

Kualifikasi yang Diharapkan

Pada dasarnya siapa pun dapat mendaftar sebagai agen ASN di tim saya, yang penting punya keberanian untuk menghubungi orang lain dan mau belajar.

Tapi demi kelancaran kerja kita ke depan, saya berharap calon agen di tim saya telah memiliki modal awal sebagai berikut:

1. Memiliki kendaraan sendiri (syarat standar seorang sales di mana pun).

2. Memiliki komputer atau laptop (untuk membuat proposal ilustrasi produk).

3. Memahami fungsi-fungsi dasar internet, minimal email (sesekali saya akan meminta bantuan anda untuk melayani permintaan calon nasabah).

Jika anda ingin memasarkan produk asuransi melalui internet atau blog seperti saya, dan ingin diajari caranya, ada tambahan kualifikasi lagi, yaitu:

1. Rajin membaca.

2. Bisa menulis, atau mau mempelajarinya.

3. Akrab dengan dunia internet (mesin pencari, email, blog/web, dan semacamnya).

Persyaratan Administratif

1. Mengisi Form Aplikasi Agen, dengan melampirkan:

a. Fotokopi KTP (2 lembar)

b. Pas foto warna ukuran 3×4 (2 lembar)

c. Fotokopi buku tabungan (1 lembar)

d. Fotokopi NPWP (1 lembar)

e. Bukti transfer biaya ujian lisensi AAJI sebesar 225 ribu (online, Jakarta) atau 250 ribu (paper, luar Jakarta).

2. Mendaftarkan satu polis Tapro (Allisya Protection Plus atau Smartlink Flexi Account Plus).

Polis yang didaftarkan ini akan dihitung sebagai produksi anda dan komisinya pun untuk anda. Jika anda belum tahu apa itu Tapro, silakan dibaca di SINI. Anda dapat berdiskusi dulu dengan saya untuk memperdalam pengetahuan produknya. Sebagai catatan, seorang penjual hanya akan sukses jika dia menyukai produk yang dia tawarkan kepada orang lain.

Saya berharap anda telah mengetahui produk asuransi yang dipasarkan oleh agen Allianz, tertarik dengan produk tsb, dan mau memilikinya, sehingga anda pun akan senang menawarkannya kepada orang lain.

Page 27: Allianz

3. Mengikuti ujian lisensi dari AAJI.

Jika lulus, anda pun resmi menjadi agen asuransi jiwa berlisensi. Jika tidak, anda boleh mengulang ujian dengan membayar biaya sebesar 150 ribu.

Jarak waktu dari pendaftaran ke ujian adalah sekitar 2-3 minggu. Sambil menunggu, anda bisa mulai belajar materi ujian lisensi AAJI dan materi-materi lainnya (bisa diperoleh di SINI).

Sistem Bisnis ASN

Bagaimana mencapai sukses di bisnis ASN? Caranya sangat sederhana. Anda cukup melakukan 3 langkah berikut:

Langkah 1 (Business Executive – BE)

Agen yang baru bergabung disebut sebagai BE.

Tugas anda sebagai BE adalah menjual polis Tapro hingga terkumpul premi disetahunkan atau ALP (Annualized Life Premium) sebesar 200 juta (setara total premi 17 juta per bulan).

Di sini, anda akan mendapat komisi sebesar X (tahun 1), X (tahun 2), serta 5% (tahun 3-5).

Langkah 2 (Business Partner – BP)

BE yang telah mencapai ALP 200 juta diangkat menjadi BP.

Tugas anda sebagai BP adalah merekrut beberapa orang untuk menjadi BE di tim anda, dan mengajari mereka sehingga mampu menjual polis Tapro dengan ALP 200 juta.

Di sini, selain komisi atas penjualan pribadi, anda juga berhak atas overriding atau tunjangan jabatan sebesar ½ X (tahun 1) dan ½ X (tahun 2). Overriding ini anda peroleh baik dari penjualan pribadi maupun BE-BE di tim anda.

Langkah 3 (Senior Business Partner – SBP)

Senior Business Partner adalah BP yang telah memiliki beberapa BP di bawahnya.

Tugas anda sebagai SBP adalah mengulangi Langkah 1 dan Langkah 2, serta memastikan BE dan BP di bawah anda pun melakukan hal yang sama.

Di sini, selain komisi penjualan pribadi dan overriding, anda juga berhak atas royalti (passive income) sebesar 1/6 X (tahun 1) dan 1/6 X (tahun 2) dari omset seluruh BP di jaringan anda, hingga kedalaman 5 generasi BP. Uang besar adanya di sini.

Penjelasan:

ALP 200 juta berarti setara total premi 17 juta per bulan. Jika rata-rata nasabah anda setor premi 1 juta per bulan, dibutuhkan 17 nasabah untuk menjadi BP.

X adalah komisi dasar produk Tapro (Allisya Protection Plus atau Smartlink Flexi Account Plus). Berapakah X? Karena sedikit banyak ini termasuk rahasia perusahaan, anda tanya saya saja ya :)

Page 28: Allianz

Anda boleh merekrut agen langsung (downline) berapa pun jumlahnya (kelebaran tidak dibatasi).

Simpelnya sistem bisnis ASN dengan royalti hingga kedalaman 5 generasi BP dapat dijelaskan dengan gambar ini:

Support System

A. Dari Grup Busster

Beruntung saya tergabung di grup Busster, sebuah jaringan keagenan yang paling pesat perkembangannya di ASN. Di grup ini ada beberapa support system yang dapat anda ikuti untuk mendukung keberhasilan anda, antara lain:

1. BSP (Business Success Presentation). Kelas pertama yang harus diikuti agen baru atau calon agen, berupa pengenalan bisnis ASN, prospek, dan sistem kompensasinya.

Page 29: Allianz

2. BSS (Business Support System). Kelas lanjutan untuk agen-agen baru, dengan materi-materi dasar seperti cara presentasi, cara membuat proposal, cara mengisi SPAJ, pengetahuan produk, dan cara menangani keberatan (handling objection).

3. M3 (Money Making Meeting). Kelas penyegaran motivasi dan inspirasi, di mana agen-agen sukses membagikan pengalaman dan tips-tips kesuksesan mereka.

B. Dari Saya dan Tim (Asep Sopyan)

Dengan sumber daya yang ada pada saya, sebisa mungkin saya akan membantu anda mencapai keberhasilan di bisnis ini, antara lain melalui:

1. Blog myallisya. Blog ini adalah support system pertama yang dapat anda manfaatkan untuk memperdalam pengetahuan produk Allianz, beragam tips berjualan asuransi, edukasi asuransi, profil Allianz, dan lain-lain. Saya berharap agen-agen di tim saya telah membaca sebagian besar artikel di blog myallisa.

Untuk itu sebaiknya anda berlangganan blog ini supaya memperoleh pemberitahuan via surel setiap kali saya menerbitkan artikel baru. Caranya dengan mencantumkan alamat surel pada tombol Berlangganan Blog yang ada di bagian bawah halaman ini.

2. Nama dan kontak anda akan dipasang di blog myallisya.

3. Dibantu untuk mendapatkan calon nasabah dan agen via internet.

4. Dibimbing langkah demi langkah untuk bisa mendapatkan calon nasabah dan agen secara pasif melalui internet (jika berminat dan memenuhi kualifikasinya).

5. Izin menggunakan seluruh artikel di blog myallisya untuk dipasang di web/blog anda.

Semua support system tersebut akan bekerja maksimal hanya jika anda sendiri memiliki keinginan yang kuat, inisiatif, dan antusias.

Perbedaan Bisnis MLM dan Bisnis Asuransi

Saya beberapa kali mendapat tawaran bergabung di bisnis MLM (Multi-Level Marketing). Bisnis MLM dan asuransi sama-sama menerapkan pemasaran jaringan, dengan sejumlah perbedaan. Di bawah ini saya menguraikan perbedaan keduanya dalam bentuk pertanyaan dan jawaban versi saya.

Pertama dari Segi Produk

Apakah produknya merupakan kebutuhan manusia? Saya pilih berjualan produk yang merupakan kebutuhan manusia.

Apakah produknya selalu tersedia? Saya pilih berjualan produk yang selalu tersedia kapan saja, mudah memperolehnya seberapa banyak pun permintaannya, tidak terpengaruh musim dan tren, kondisi politik dan ekonomi, maupun ketersediaan bahan baku.

Apakah produknya bisa dijual di mana pun, kapan pun, dan kepada siapa pun? Saya pilih produk yang bisa dijual di mana pun, kapan pun, dan kepada siapa pun.

Page 30: Allianz

Seberapa menguntungkan penjualan dari produk tersebut? Saya pilih produk yang memberikan keuntungan lebih besar. Keuntungan jual produk asuransi dikenal dengan istilah faktor 24x (1 kali jual produk, komisinya 24 kali).

Produk asuransi memenuhi semua kriteria di atas. Sementara produk MLM, mungkin beberapa kriteria terpenuhi, tapi tidak semuanya.

Kedua dari Segi Perusahaan

Seberapa besar perusahaannya? Saya pilih perusahaan yang besar dan kuat. Ukurannya antara lain dilihat dari segi aset, penjualan, dan keuntungan.

Seberapa lama perusahaannya? Saya pilih perusahaan yang sudah lama berdiri, karena hal ini menunjukkan indikasi seberapa lama lagi perusahaan tersebut akan tetap ada.

Perusahaan asuransi tidak ada yang kecil, semuanya besar, bahkan sebagian di antaranya termasuk perusahaan raksasa berskala global, dengan total aset di atas pendapatan domestik bruto suatu negara. Misalnya, aset Allianz sendiri pada tahun 2012 sebesar USD 915,8 miliar (setara Rp 9.000 triliun), sedikit di atas PDB Indonesia tahun 2012 sebesar USD 852,24 miliar. Perusahaan raksasa berskala global itu semuanya telah berumur panjang, bahkan lebih tua dari banyak negara di dunia. Misalnya, Allianz berdiri tahun 1890.

Ketiga dari Segi Bisnis

Bagaimana prospek bisnisnya? Saya pilih bisnis yang prospeknya bagus, marketnya luas, penghasilan pasif tanpa batas.

Apakah bisnisnya bersifat jangka panjang? Saya pilih bisnis yang bersifat jangka panjang, bukan bisnis sambil lalu atau proyek sesaat. Bisnis asuransi merupakan bisnis jangka panjang karena dari segi produknya sendiri bersifat jangka panjang (masa bayar asuransi dan masa manfaat asuransi adalah puluhan tahun hingga seumur hidup).

Apakah marketnya memiliki titik jenuh? Saya pilih bisnis yang tidak memiliki titik jenuh. Di Singapura dan Jepang yang setiap penduduknya memiliki lebih dari satu polis asuransi, banyak perusahaan asuransi raksasa masih bercokol di sana dan tetap memperoleh keuntungan.

Apakah jaringan bisnis bisa diwariskan? Saya pilih bisnis yang jaringannya bisa diwariskan. Beberapa MLM mungkin menawarkan fitur ini, tapi yang jadi pertanyaan: apakah para downline masih ada di sana ketika terjadi pewarisan? Jangan-jangan mereka sudah pindah ke MLM lain atau ganti pekerjaan.

Keempat dari Status Profesi

Bagaimana kejelasan status profesi? Saya pilih bisnis yang status profesinya jelas. Profesi agen asuransi resmi dan diakui oleh negara. Saya bisa tulis di KTP saya pada kolom pekerjaan: Agen Asuransi.

Page 31: Allianz

Bagaimana tanggung jawab dan keterikatan dengan profesi? Saya pilih bisnis yang memiliki tanggung jawab profesi. Agen asuransi diharuskan memiliki lisensi keagenan, dan dia terikat kode etik serta tanggung jawab profesi di bidang asuransi. Ini adalah jenis keterikatan yang baik, bukan keterikatan yang menghalangi kebebasan. Saya tidak mau pindah-pindah pekerjaan ataupun gonta-ganti bisnis, apalagi jadi kutu loncat.

Hal-hal Lain

Pemasaran lewat internet. Asuransi bisa dipasarkan lewat internet, dan ini membebaskan saya dari kehabisan prospek. Nasabah-nasabah saya adalah mereka yang memang mencari dan membutuhkan asuransi.

Hubungan jangka panjang. Di asuransi, saya membina hubungan dengan nasabah maupun agen dalam kerangka hubungan jangka panjang. Siapa pun yang menjadi nasabah saya maupun agen di tim saya, harus siap berteman dengan saya selama-lamanya. Saya sangat berharap bisa menjadi teman sekaligus sahabat yang baik.

Keamanan kerja. Di bisnis asuransi, khususnya di ASN, saya memperoleh keamanan kerja dalam arti yang sebenar-benarnya. Saya tidak khawatir dipecat sebagai agen, karena kontrak agen ASN bersifat permanen. Profesi saya diakui negara dan ada lisensinya. Saya tidak khawatir bisnis saya akan surut atau sepi, karena asuransi adalah kebutuhan, dan prospek pasar di Indonesia sangatlah besar. Saya tidak khawatir kehilangan nasabah, karena mereka membeli asuransi dengan kesadaran sebagai kebutuhan. Saya tidak khawatir kehilangan agen, karena mereka pun mendapatkan keamanan kerja yang sama seperti saya. Saya tidak khawatir kehilangan penghasilan saya dan tidak pula khawatir penghasilan saya akan menurun.

Penghasilan pasif. Semua bisnis jaringan menawarkan penghasilan pasif, yang diperoleh jika sudah punya para downline aktif. Tapi hanya bisnis asuransi yang penghasilan pasifnya sudah diperoleh walaupun belum punya rekrutan, karena adanya faktor 24x. Jika jaringan sudah terbentuk dan aktif, kita bahkan tidak akan mampu membendung datangnya penghasilan pasif yang terus bertambah dan bertumbuh, karena jika sudah mencapai level tertentu, seorang agen asuransi tidak akan berhenti atau pindah ke bisnis lain. Saya melihat diri saya sendiri: walaupun agen saya belum banyak, saya telah memutuskan dengan bulat hati akan tetap beraktivitas di bisnis ini, dan itu berarti penghasilan pasif yang terus-menerus bagi para leader saya. Saya ingin mencapai posisi seperti mereka.

Membantu sesama. Produk asuransi menyediakan bantuan keuangan di saat orang sangat membutuhkan. Menjual produk asuransi berarti membantu orang. Selain itu, melalui sistem bisnisnya yang bersifat jaringan, seorang agen asuransi juga membantu para agen lainnya untuk sukses bersama.

Kesempatan untuk menulis. Aslinya saya ini seorang penulis. Asuransi termasuk bidang yang layak untuk ditulis, baik sebagai kajian akademis maupun praktis. Asuransi bisa dihubungkan dengan perencanaan keuangan, ekonomi, investasi, maupun bisnis. Dan saya berniat menulis buku biar dikira ahli asuransi. Sekarang saya sedang mencicil menulis artikel-artikelnya satu demi satu.

Page 32: Allianz

Terakhir, saya sudah merasa sangat nyaman dengan apa yang saya kerjakan saat ini, lahir maupun batin, material maupun spiritual, emosional maupun intelektual. Sehari-hari kerja di rumah. Waktu untuk keluarga cukup berlimpah. Calon nasabah datang sendiri. Calon agen juga muncul sendiri. Teman dan kenalan saya bertambah setiap hari. Bebas dari perkara mengutangi dan diutangi. Tidak direpotkan dengan urusan mengangkut dan menyimpan barang. Sifat pekerjaan saya membantu orang. Penghasilan saya naik setiap bulan. Keamanan kerja terjamin. Saya pun bisa tetap membaca dan menulis. Jadi, apa yang membuat saya harus mencoba-coba bisnis lain? Yang saya butuhkan hanyalah banyak-banyak bersyukur kepada Tuhan. Masa depan hanyalah soal waktu.