tiwulandu.files.wordpress.com … · web viewsebagai objek yang dibidik untuk mendapatkan...
Post on 17-Sep-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENGENALAN DAN SETTING ALAT
1.1. Maksud dan tujuan
Mengenalkan para peserta praktikum dengan alat-alat yang akan
digunakan dilapangan serta cara pemakaiannya. Tujuannya untuk mengetahui
setting alat beserta fungsi alat dilapangan.
1.2. Alat-alat yang digunakan
a. Theodolit (model DT-200)
Sebuah alat optis buatan manusia yang mempunyai fungsi utama untuk
pengukuran sudut, baik sudut horizontal maupun vertical. Theodolit dapat
digunakan untuk mengukur jarak optis dan beda tinggi.
Gambar 1.1.1 Theodolit
1
2
3
Keterangan gambar theodolite digital ( DT 200 ) :
1. Nivo kotak 11. Tombol ON / OFF
2. Klem pengunci 12. Nivo Tabung
3. Penggerak halus 13. Display
4. Tempat Batrai 14. Keyboard (papan tombol)
5. Klem pengunci lingkaran horisontal 15. Plat dasar
6. Penggerak halus lingkaran horisontal 16. Optikal plummet telescop
7. Klem pengatur nivo tabung
8. Handle / pembawa
9. Lensa okuler
10. Klem pengatur fokus benang
Gambar 1.1.2 Theodolit
4
Gambar 1.1.3 Sistem sumbu/poros pada Theodolit
5
b. Waterpass
Sebuah alat optis buatan manusia yang berfungsi untuk mengukur beda
tinggi suatu titik atau suatu daerah.
Gambar 1.2 Waterpass
Keterangan gambar waterpass :
1. Sekrup penggerak lensa teropong
2. Lensa okuler
3. Cermin pemantul bidang nivo tabung
4. Nivo tabung
5. Sekrup penyetel
6. Klem pengunci
7. Penyetel arah sudut
8. Lensa obyektif
6
c. Rambu Ukur
Sebagai objek yang dibidik untuk mendapatkan data-data seperti
ketinggian sudut vertical dan horizontal, benang atas, benang bawah, dan
benang tengah.
Gambar 1.3 Rambu Ukur
d. Kompas
Untuk menunjukkan arah utara bumi.
Gambar 1.4 Kompas
7
e. Statif
Sebagai tempat untuk mendirikan theodolit.
Gambar 1.5 Statif
f. Rol Meter
Untuk memberikan tanda dan mengukur jarak langsung pada
pengukuran penyipat datar dan untuk mengukur ketinggian alat.
Gambar 1.6 Rol Meter
8
g. Unting-Unting
Untuk menempatkan sumbu I tepat diatas patok
Gambar 1.7 Unting-Unting
9
1.3. Pelaksanaan praktikum
1. Setting Theodolit
a. Menentukan titik tempat alat theodolit.
b. Mendirikan statif ditik tsb dan letakkan theodolit diatas kemudian
dikunci (bagian bawah).
c. Lakukan pengecekan apakah theodolit telah berada tepat diatas titik
yang telah ditentukan menggunakan optikal plummet telescop.
d. Mengatur sumbu I vertikal dengan cara:
1. Menyetel nivo kotak
Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo
bergeser ke arah garis sekrup C. (lihat gambar a)
Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ke tengah. (lihat gambar b)
2. Mengatur nivo kotak dengan sekrup ungkit (helling)
Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel
(sekrup ABC), maka caranya adalah:
Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB (lihat gambar
a).
Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama,
hingga gelembung nivo bergeser ke tengah (lihat ganbar a).
Putarlah teropong 900 ke arah garis sekrup C (lihat gambar b).
Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ke tengah-tengah.
10
e. Setelah pengaturan sumbu I vertical selesai, tentukan titik acuan alah
hingga sebagai titik (arah utara bumi dengan menggunakan kompas).
f. Kunci semua sekrup penggerak horizontal dan vertikal.
g. Nyalakan layar dengan menekan tombol power
h. Setting sudut horizontal dengan menekan tombol [0 SET] 2X
i. Tampilkan pembacaan sudut vertical dengan menekan tombol [V / %]
Satu kali untuk mengetahui sudut vertikal
Dua kali untuk mengetahui prosentose kemiringan.
j. Apabila dilayar pada pembacaan sudut horizontal muncul huruf R
menunujukan pembacaan sudut biasa dan bila ingin di ubah menjadi
pembesaran sudut luar biasa tekan tombol [R/L]
k. Ukur tinggi kedudukan alat dengan menggunakan rol meter
l. Pengukuran sudut horizontal dan vertical menggunakan theodolit model
OT-200 dilakukan dengan cara :
Sentring alat titik C dan target dititik A (lihat gambar)
11
B A
C
Tekan power ON hingga tampil :
.......................................................1.1
Bidik target A, tekan [ O SET ] :
......................................................1.2
Bidik target B maka sudut horizontal dan vertikal langsung
ditampilkan layar :
.......................................................1.3
m. Setting sudut horizontal kanan / kiri (R/L) :
Tampilan HR dilayar berate bacaan horizontal membesar jika
teropong diputar searah jarum jam dan sebaliknya.
Tampilan HL dilayar berarti bacaan horizontal mengecil jika
teropong diputar searah jarum jam dan sebaliknya.
12
V 90˚10’20’’HR 120˚25’30’’
V 90˚10’20’’HR 0˚00’00’’
V 90˚10’20’’HR 50˚30’15’’
n. Set pembacaan tertentu pada arah horizontal :
Gerakan teropong pada bacaan yang diinginkan.
Pembacaan tertentu
Tekan tombol [HOLD] agar jika teropong diputar kearah yang
diinginkan pembacaan horizontal tidak berubah.
ba (cm) bt (cm) bb (cm) V H h D (cm) Δh
(cm)
I 108,5 102,4 106,3 91o36o30o 14o41o35o -1 36 30 1218,78 2,87
II 53,7 44,4 34,9 91o36o20o 328o24o50o -1 36 20 1878,12 42,46
III 121,4 113,8 106,5 91o36o45o 58o54o40o - 1 36 45 1488,51 -16,22
Untuk menormalkan kembali bacaan arah horizontal tekan
[HOLD]
Data yang diperoleh sebagai berikut:
D = Jarak alat ke rambu ukur
A = 100 (konstanta alat)
Y = (Ba-Bb)
h = heling (900 – Z)
Ti = tinggi alat
o. Pengukuran kemiringan (V%)
13
V 90˚10’20’’HR 120˚25’30’’
V 90˚10’20’’HR 120˚25’30’’
V 90˚10’20’’HR 120˚25’30’’
Tekan tombol [V%]
p. Pengukuran jarak ( D )
Dengan bantuan pembacaan rambu ukur dan metode stada maka jarak
Alat DT – 200 series dengan rambu ukur dapat diketahui.
Rumus yang di gunakan:
D : jarak alat ke rambu ukur
100 : konstanta alat
ba : pembacaan benang atas
rambu ukur
bb : pembacaan benang bawah
rambu ukur
Z : pembacaan sudut vertikal
H : heling ( 90 – Z )
2. Setting Waterpass
a. Menentukan titik tempat alat waterpass
b. Mendirikan statif dititik tersebut dan letakkan waterpass diatasnya
kemudian dikunci (bagian bawah).
c. Pasang unting-unting dibawah kunci kemudian atur posisi statif
dengan menggunakan unting-unting tepat diaats titik
d. Membuat garis arah nivo tegak lurus sumbu I:
Untuk tipe semua alat dengan sekrup heling, garis arah nivo sudah
tegak lurus sumbu I. Cara mengatur nivo seimbang adalah dengan
ketiga sekrup penyetelan (Sepeti pada setting alat theodolit)
14
ba
bb
btZ
D
D = 100 (ba – bb). Cos2 H …
Menyetel nivo kotak:
Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung
nivo bergeser ke arah garis sekrup C. (lihat gambar a)
Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ke tengah. (lihat gambar b)
e. Mengatur benang silang mendatar tegak lurus sumbu I:
Selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat kedudukan
benang silang mendatarnya tegak lurus sumbu I.
Pada teropong akan selalu terlihat keadaan
seperti tergambar disamping dimana
kedudukan benang silang mendatarnya
adalah untuk mendapatkan tinggi tempat
tinggi tempat (dengan pembataan pada
baaknya).
15
ba
bb
bt
Data yang diperoleh sebagai berikut:
Ti = 129,5 cm
ba (cm) Bt (cm) Bb (cm) D (m) Δh (m)
I 157 149,1 141 16 0,73
II 187,2 173 158,8 28,4 0,49
III 113,25 100 86,6 26,65 -0,24
1) 100 . (157cm – 141 cm) 2) 100 . (187,2 cm – 158,8 cm)
= 100 . 16 cm = 100 . 28,4 cm
= 16 m = 28,4 m
3) 100 . (134,1 cm -121,8 cm)
= 100 . 26,65 cm
= 26,65 m
1.4. Kesimpulan
Setelah kita sudah mengenal dan mengetahui cara penggunaan alat,
diharapkan pada saat praktikum dilapangan kita dapat melakukan praktikum
tanpa harus bergantung pada bantuan dari asisten praktikum.
16
D = A . Y
WATERPASS2.1 Maksut dan Tujuan
Praktikum waterpassing ini bertujuan sebagai pembelajaran bagaimana
cara kita mengoperasikan waterpass secara optimal dan dapat menentukan data
dengan baik melalui proses pengukuran dan perhitungan yang teliti.
Selain itu, praktikum waterpassing ini juga dimaksudkan agar dapat
mengembangkan wawasan dan potensi kita dibidang ilmu ikur tanah ini sehingga
nantinya dapat diterapkan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari.
Waterpassing adalah rangkaian titik yang dihubungkan untuk membentuk
suatu garis lurus. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tanah
sehingga dapat dijadikan pedoman perencanaan jalan. (untuk mengetahui besar
kecilnya volume galian dan timbunan).
Parameter-parameter penting dalam praktikum waterpassing :
Jarak optis : jarak antara titik dan titik lainnya dalam rangkaian
poligon terbuka tersebut.
Beda tinggi : selisih ketinggian antara titik yang diukur terhadap
titik reverensi.
2.2 Alat-alat yang digunakan
a. Waterpass
b. Statif
c. Roll meter
d. Rambu ukur
e. payung alat
f. Unting-unting
17
2.3 Pelaksanaan praktikum
a. Menentukan titik tempat alat waterpass.
b. Mendirikan statif di tempat tersebut dan letakkan waterpass diatasnya
kemudian dikunci.
c. Gantungkan unting-unting pada statif. setting statif agar unting-unting tepat
vertikal diatas titik yang sudah ditentukan.
d. Mengatur sumbu I vertikal ( nivo kotak ).
Secara pendekatan pengaturan sumbu I dapat dilakukan dengan
perantaraan nivo kotak dengan memutar ketiga sekrup penyetel A.B
dan C (lihat gambar).
18
Gambar 2.1 Nivo Kotak
Misalnya nivo mula-mula pada kedudukan I. maka pindahkan ke
kedudukan II dengan memutar sekrup penyetel A dan B secara
bersama-sama dengan perputaran seperti anak panah. Kemudian
pindahkan nivo tersebut dari kedudukan II ke kedudukan III dengan
memutar sekrup penyetel C saja. Dengan mengikuti gerakan-gerakan
sebagai cheking putarlah teropong terhadap sumbu I. Lihat kedudukan
nivo kotak tadi bila masih pada kedudukan III berarti upaya agar sumbu
I mendekati verrtikal sudah selesai. Tetapi bila nivo kotak masih
berpindah kedudukan. maka ulangi tindakan-tindakan di atas hingga
dicapai kedudukan yang selalu seimbang (III) bila teropong diputar
terhadap sumbu I nya.
19
e. Membuat garis bidik sejajar garis arah nivo.
Ini dimaksudkan masih ada kah kesalahan pada waterpass melalui pengukuran
∆h. Jika tidak ada kesalahan maka waterpass bisa digunakan untuk pengukuran
selanjudnya.
Bawalah alat ke tanah lapang atau jalan. Setelah itu ukur jalan
sepanjang 30 m. yang masing-masing dibagi tiga bagian.
Dari B (tengah-tenga antar A dan C) ukurlah beda tinggi A dan C dengan
membaca benang silang pad baak di A ( bta) dan baak di C (btc). Cek pula
benang silang atas dan bawah. Beda tinggi A dan C adalah = bta – btc = ∆h.
Kemudian alat dipindahkan ke titik D. Baak A (bta’)di baca lagi benang tengah
demikian pula di baak C (btc’). Bila bta’ – btc’ = ∆h berarti waterpas sudah
terkoreksi dan dapat dipakai atau dengan kata lain beda tinggi (∆h) dapat
diukur dengan kedudukan di B dan D dengan hasil yang sama.
20
f. Pengukuran sipat datar tertutup.
Ukurlah jalan sepanjang 120 meter dibagi empat bagian masing-masing 30 meter
untuk perginya/berangkat. sedangkan untuk pulangnya dibagi menjadi tiga bagian
yang masing-masing 40 meter.
Cara penembakan letakkan statif di tengah-tengah titik A dan B. pembacaan
rambu dimulai dari rambu A (pada saat berangkat rambu yang ada dibelakang
kita di baca terlebih dahulu) baca benang atas. tengah. dan bawah. lalu dicatat.
Setelah itu baca rambu dititik B lalu lakukan penyebaran dititik B (penyeberan
dilakukan pada titik yang ada di depan kita). Penyebaran dibagi 6 titik ikat.
dengan masing-masing 0.5 meter. Baca rambu penyebarran di titik a lalu ke b
samapi ke titik f.
Lakukan seperti cara yang diatas untuk melakukan pengkuran di titik
selanjutnya sampai kenbali lagi ke titik awal A.
21
2.4 Perhitungan Data
2.4.1 Pengukuran sipat datar memanjang
a. Perhitungan Beda Tinggi (∆h)
Rumus :
∆h = bt belakang – bt muka
I. ∆h = 1,826 – 0,693 = 1,133 m
II. ∆h = 1,710 - 0,764 = 0,946 m
III. ∆h = 1, 696- 0,745 = 0,951 m
IV. ∆h = 1,760 - 0,668 = 1,092 m
V. ∆h = 0,465 – 1,875 = -1,410 m
VI. ∆h = 0,698 - 1,925 = -1,227 m
VII. ∆h = 0,670 - 2,143 = -1,473 m
ΣΔ h= 0,012 m
b. Perhitunga Jarak Optis ( D )
Rumus :
D = 100 (ba belakang - bb belakang) + 100 ( ba muka - bb muka)
I. D = 100 ( 1,901 – 1,751 ) + 100 ( 0,768 – 0,618 ) = 30 m
II. D = 100 ( 1,785 – 1,635 ) + 100 ( 0,838 – 0,688 ) = 30 m
III. D = 100 ( 1,771 – 1,621 ) + 100 ( 0,820 – 0,670 ) = 30 m
IV. D = 100 ( 1,835 – 1,685 ) + 100 ( 0,743 – 0,593 ) = 30 m
V. D = 100 ( 0,565 – 0,365 ) + 100 ( 1,975 – 1,775 ) = 40 m
VI. D = 100 ( 0,798 – 0,598 ) + 100 ( 2,025 – 1,825 ) = 40 m
VII. D = 100 ( 0,770 – 0,570 ) + 100 ( 2,243 – 2,043 ) = 40 m
ΣD = 240 m
22
c. Perhitungan Elevasi Sementara
Rumus :
Esn = Es(n-1) + ∆hn
I. Es = 287 + 1,133 = 288,133 m
II. Es = 278,133 + 0,946 = 289,976 m
III. Es = 289,976 + 0,951 = 290,030 m
IV. Es = 290,030 + 1,092 = 291,122 m
V. Es = 291,122 – 1,410 = 289,712 m
VI. Es = 289,712 – 1,227 = 288,485 m
VII. Es = 288,485 – 1,473 = 287,012 m
e. Perhitungan Koreksi ( K )
Rumus :
K= DΣD
(−ΣΔh)
KI = 30
240 x (−0,012) = −0,0015 m
KII = 60
240 x (−0,012) = −0,0030 m
KIII = 90
240 x (−0,012) = −0,0045 m
KIV = 120240 x (−0,012) = −0,0060 m
KV = 160240 x (−0,012) = −0,0080 m
KVI = 200240 x (−0,012) = −0,0100 m
KVII = 240240 x (−0,012) = −0,0120 m
e. Perhitungan Elevasi Tetap
23
Rumus :
E = Es + ∆h + Koreksi
I. E = 287 + 1,133 − 0,0015 = 288,1315 m
II. Es = 288,133 + 0,946 − 0,0030 = 289,9730 m
III. Es = 289,976 + 0,951 − 0,0045 = 290,0255 m
IV. Es = 290,030 + 1,092 − 0,0060 = 291,1060 m
V. Es = 291,122 – 1,410 − 0,0080 = 289,7040 m
VI. Es = 289,712 – 1,227 − 0,0100 = 288,4750 m
VII. Es = 288,485 – 1,473 − 0,0120 = 287,0000 m
2.4.2 Perhitungan Sifat Datar Melintang
a. Perhitungan Beda Tinggi Titik Detail
Rumus :
∆h = bt ikat – bt detail
1. Stasiun I 2. Stasiun II
a. 0,693 – 0,688 = 0,005 a. 0,764 – 0,767 = -0,003
b. 0,693 – 0,685 = 0,008 b. 0,764 – 0,765 = -0,001
c. 0,693 – 0,690 = 0,003 c. 0,764 – 0,765 = -0,001
d. 0,693 – 0,695 = -0,002 d. 0,764 – 0,773 = -0,009
e. 0,693 – 0,711 = -0,018 e. 0,764 – 0,781 = -0,017
f. 0,693 – 0,728 = -0,035 f. 0,764 – 0,770 = -0,006
3. Stasiun III 4. Stasiun IV
a. 0,745 – 0,708 = 0,037 a. 0,668 – 0,645 = 0,023
24
b. 0,745 – 0,716 = 0,029 b. 0,668 – 0,653 = 0,015
c. 0,745 – 0,735 = 0,010 c. 0,668 – 0,660 = 0,008
d. 0,745 – 0,750 = -0,005 d. 0,668 – 0,680 = -0,012
e. 0,745 – 0,758 = -0,013 e. 0,668 – 0,685 = -0,017
f. 0,745 – 0,735 = 0,010 f. 0,668 – 1,065 = -0,397
5. Stasiun V 6. Stasiun VI
a. 1,875 – 1,888 = -0,013 a. 1,925 – 1,975 = -0,050
b. 1,875 – 1,905 = -0,003 b. 1,925 – 1,955 = -0,030
c. 1,875 – 1,888 = -0,013 c. 1,925 – 1,940 = -0,025
d. 1,875 – 1,870 = 0,005 d. 1,925 – 1,975 = -0,050
e. 1,875 – 1,860 = 0,015 e. 1,925 – 1,925 = 0,000
f. 1,875 – 1,858 = 0,017 f. 1,925 – 1,920 = 0,005
7. Stasiun VII
a. 2,143 – 2,205 = -0,062
b. 2,143 – 2,180 = -0,037
c. 2,143 – 2,160 = -0,017
d. 2,143 – 2,130 = 0,013
e. 2,143 – 2,123 = 0,020
f. 2,143 – 2,125 = 0,018
b. Perhitungan Elevasi
Rumus :
Elevasi detail = elevasi tetap + titik detail
1. Stasiun I 2. Stasiun II
25
a. 288,1315 + 0,005 = 288,1365 a. 289,973 - 0,003 = 289,970
b. 288,1315 + 0,008 = 288,1395 b. 289,973 - 0,001 = 289,972
c. 288,1315 + 0,003 = 288,1345 c. 289,973 - 0,001 = 289,972
d. 288,1315 - 0,002 = 288,1295 d. 289,973 - 0,009 = 289,964
e. 288,1315 - 0,018 = 288,1135 e. 289,973 - 0,017 = 289,956
f. 288,1315 - 0,035 = 288,0965 f. 289,973 - 0,006 = 289,967
3. Stasiun III 4. Stasiun IV
a. 290,0255 + 0,037 = 279,986 a. 291,106 + 0,023 = 291,129
b. 290,0255 + 0,029 = 279,988 b. 291,106 + 0,015 = 291,121
c. 290,0255 + 0,010 = 279,996 c. 291,106 + 0,008 = 291,114
d. 290,0255 - 0,005 = 280,011 d. 291,106 - 0,012 = 291,094
e. 290,0255 - 0,013 = 280,016 e. 291,106 - 0,017 = 291,089
f. 290,0255 + 0,010 = 280,026 f. 291,106 - 0,397 = 290,709
5. Stasiun V 6. Stasiun VI
a. 289,704 - 0,013 = 289,691 a. 288,475 - 0,050 = 288,425
b. 289,704 - 0,030 = 289,674 b. 288,475 - 0,030 = 288,445
c. 289,704 - 0,013 = 289,691 c. 288,475 - 0,025 = 288,450
d. 289,704 + 0,005 = 289,709 d. 288,475 - 0,050 = 288,425
e. 289,704 + 0,015 = 289,719 e. 288,475 + 0,000 = 288,475
f. 289,704 + 0,017 = 289,721 f. 288,475 + 0,005 = 288,480
7. Stasiun VII
a. 288 - 0,062 = 287,938
b. 288 - 0,037 = 287,963
c. 288 - 0,017 = 287,983
26
d. 288 + 0,013 = 288,013
e. 288 + 0,020 = 288,020
f. 288 + 0,018 = 288,018
b. Sketsa Gambar Sipat Datar Melintang
1. Stasiun I 2. Stasiun II
27
a b c B d e f a b c C d e f
3. Stasiun III 4. Stasiun IV
a b c D d e f a b c E d e f
5. Stasiun V 6. Stasiun VI
a b c F d e f a b c G d e f
28
7. Stasiun VII
a b c A d e f
29
2.4.3 Perhitungan Volume Galian dan Timbunan
Soal Perhitungan Volume Galian dan Timbunan Pada Saluran
Hitungan volume timbunan:
Hitung volume timbunan dari titik: B ke C
H0 = 290 m
I (kemiringan saluran) = 6 ‰
B (lebar dasar saluran) = 2,4 m
Hitungan volume galian:
Hitung volume timbunan dari titik: E ke F
H0 = 288 m
I (kemiringan saluran) = 6 ‰
B (lebar dasar saluran) = 2,4 m
Rumus yang dapat dipakai:
30
V = ½ (LA + LB) x DAB
a. Perhitungan Volume Timbunan B ke C
Koordinat X Koordinat Y di B
Xa = -1,5 Ya = 288,1365– 290 = -1,8635 m
Xb = -1 Yb = 288,1395– 290 = -1,8605 m
Xc = -0,5 Yc = 288,1345– 290 = -1,8655 m
XB= 0 YB = 288,1315– 290 = -1,8685 m
Xd = 0,5 Yd = 288,1295– 290 = -1,8705 m
Xe = 1 Ye = 288,1135– 290 = -1,8865 m
Xf = 1,5 Yf = 288,0965– 290 = -1,9035 m
Xq = 1,2 Yq = 0
Xp = -1,2 Yp = 0
31
LB = ½ |{(Xq.Yf) + (Xf.Ye) + (Xe.Yd) + (Xd.YB) + (XB.Yc) + (Xc.Yb) + (Xb.Ya) +
(Xa.Yp) + (Xp.Yq) } – {(Xp.Ya) – (Xa.Yb) – (Xb.Yc) – (Xc.YB) – (XB.Yd) –
(Xd.Ye) – (Xe.Yf) – (Xf.Yq) – (Xq.Yp)}|
LB = ½ |{(1,2 . -1,9035) + (1,5 . -1,8865) + (1 . -1,8705) + (0,5 . -1,8685) +
(0 . -1,8655) + (-0,5 . -1,8605) + (-1. -1,8635) + (-1,5.0) + (-1,2.0) }-
{(-1,2 . -1,8635) - (-1,5 . -1,8605) - (-1. -1,8655) - (-0,5. -1,8685) -
(0. -1,8705) - (0,5. -1,8865) - (1 . -1,9035) - (1,5.0)-(1,2.0)}|
LB = ½ |-10,1049|
LB = 5,05245 m2
32
H0’= H0 + I . DBC
H0’= 290 m + 60/00 .30 m
H0’= 290,18 m
Koordinat X Koordinat Y di C
Xa = -1,5 Ya = 289,970– 290,18 = -0,210 m
Xb = -1 Yb = 289,972– 290,18 = -0,208 m
Xc = -0,5 Yc = 289,972– 290,18 = -0,208 m
XC= 0 YC = 289,973– 290,18 = -0,207 m
Xd = 0,5 Yd = 289,964– 290,18 = -0,216 m
Xe = 1 Ye = 289,956– 290,18 = -0,224 m
Xf = 1,5 Yf = 289,967– 290,18 = -0,213 m
Xq = 1,2 Yq = 0
33
Xp = -1,2 Yp = 0
LC = ½ |{(Xq.Yf) + (Xf.Ye) + (Xe.Yd) + (Xd.YC) + (XC.Yc) + (Xc.Yb) + (Xb.Ya) +
(Xa.Yp) + (Xp.Yq) } – {(Xp.Ya) – (Xa.Yb) – (Xb.Yc) – (Xc.YC) – (XC.Yd) –
(Xd.Ye) – (Xe.Yf) – (Xf.Yq) – (Xq.Yp)}|
LC = ½ |{(1,2 . -0,213) + (1,5 . -0,224) + (1 . -0,216) + (0,5 . -0,207) + (0 . -0,208)
+ (-0,5 . -0,208) + (-1 . -0,210) + (-1,5 . 0) + (-1,2 . 0)} - {(-1,2 . -0,210) -
(-1,5 . -0,208) - (-1 . -0,208) - (-0,5 . -0,207) - (0 . -0,216)
- (0,5 . - 0,224) - (1 . -0,213) - (1,5 . 0) - (1,2 . 0)}
LC = ½ | -1,1476 |
LC = 0,5738 m2
Vol = ½ ( 5,05245 m + 0,5738 m ) . 30 m
Vol = - 84,39375 m3
34
a. Perhitungan Volume Galian E ke F
Koordinat X Koordinat Y di E
Xa = -1,5 Ya = 291,129 – 288 = 3,129 m
Xb = -1 Yb = 291,121 – 288 = 3,121 m
Xc = -0,5 Yc = 291,114 – 288 = 3,114 m
XE = 0 YE = 291,106 – 288 = 3,106 m
Xd = 0,5 Yd = 291,094 – 288 = 3,094 m
Xe = 1 Ye = 288,089 – 288 = 3,089 m
Xf = 1,5 Yf = 290,709 – 288 = 2,709 m
Xq = 1,2 Yq = 0
Xp = -1,2 Yp = 0
35
LE = ½ |{ (Xp.Ya) + (Xa.Yb) + (Xb.Yc) + (Xc.YD) + (XD.Yd) + (Xd.Ye) + (Xe.Yf) +
(Xf.Yq) + (Xq.Yp)} – {(Xq.Yf) – (Xf.Ye) – (Xe.Yd) – (Xd.YD) – (XD.Yc) –
(Xc.Yb) – (Xb.Ya) – (Xa.Yp) – (Xp.Yq) }|
LE = ½ |{(-1,2 . 3,129) + (-1,5 . 3,121) + (-1 . 3,114) + (-0,5 . 3,106) + (0 . 3,094)
+ (0,5 . 3,089) + (1 . 2,709) + (1,5 . 0) + (1,2 . 0)}-{(1,2 . 2,709) –
(1,5 . 3,089) - (1 . 3,094) - (0,5 . 3,106) - (0 . 3,114) - (-0,5 . 3,121) –
(-1 . 3,129 ) - (-0,5 . 0) - (-1,2 . 0)}|
LE = ½ |- 10,4571| m2
LE = 5,22855 m2
36
H0’= H0 - I . DEF
H0’= 288 - 60/00 . 40
H0’= 287,76 m
Koordinat X Koordinat Y di F
Xa = -1,5 Ya = 289,691– 287,76 = 1,931 m
Xb = -1 Yb = 289,674– 287,76 = 1,914 m
Xc = -0,5 Yc = 289,691– 287,76 = 1,931 m
XF = 0 YF = 289,704– 287,76 = 1,944 m
Xd = 0,5 Yd = 289,709– 287,76 = 1,949 m
37
Xe = 1 Ye = 289,719– 287,76 = 1,959 m
Xf = 1,5 Yf = 289,721– 287,76 = 1,961 m
Xq = 1,2 Yq = 0
Xp = -1,2 Yp = 0
LF = ½ |{(Xp.Ya) + (Xa.Yb) + (Xb.Yc) + (Xc.YF) + (XF.Yd) + (Xd.Ye) + (Xe.Yf) +
(Xf.Yq) + (Xq.Yp)}–{(Xq.Yf) – (Xf.Ye) – (Xe.Yd) – (Xd.YF) – (XF.Yc) –
(Xc.Yb) – (Xb.Ya) – (Xa.Yp) – (Xp.Yq) }|
LF = ½ |{(1,2 . 1,931) + (-1,5 . 1,914) + (-1 . 1,931) + (-0,5 . 1,944) + (0 . 1,949) +
(0,5 . 1,959) + (1 . 1,961) + (-1,2 . 0) + (-1,2 . 0)} – {(1,2 . 1,961) –
(1,5. 1,959) – (1. 1,949) – (0,5. 1,944) – (0 . 1,931) – (-0,5 . 1,914) –
(-1 . 1,931) – (-1,2 . 0) – (1,2.0) }|
LF = ½ | -4,5324 |
LF = 2,2662 m2
Vol = ½ (5,22855 + 2,2662).40
Vol = 252,094 m3
38
Vol = ½ (LE + LF) . DE-F
2.5 Pembahasan
Sumber kesalahan waterpassing yang akan dikemukan disini adalah yang
dapat dihindarkan agar ketelitian memenuhi syarat dan toleransi yang diberikan bila
keadaan peralatan yang dipakai memenuhi syarat.
1. Kesalahan titik 0 (Nol) pada rambu ukur
2. Kesalahan karena kurang tegaknya rambu ukur (Baak)
3. Kesalahan karena faktor pengamat (human error)
4. Kesalahan karena keadaan cuaca (alam)
5. Kesalahan karena tidak terduga (accidental error)
6. Kesalahan karena bentuk fisik bumi (orthometris)
7. Kesalahan karena refraksi cahaya
Cara mengeliminir kesalahannya adalah sebagai berikut :
1. Pada kesalahan a di atas dihilangkan dengan jalan menempatkan baak
bergantian dari baak belakang menjadi baak muka.
2. Kesalahan no 2 dapat dihindari dengan memasang nivo kotak pada baak.
3. Kesalahan no 3 dapat dihindari dengan :
a. Pengukur harus sehat fisik dan mental
39
b. Pengukur harus terlatih dan menguasai penggunaan peralatan yang
dipakai.
4. Kesalahan no 4 dapat dihindari dengan menggunakan wwaktu waktu yang
efektif, misalnya bila cuaca panas sekali dan menyebabkan undulasi (getaran
cahaya) pengukuran dihentikan memilih saat yang baik yaitu pada pagi hari
mulai dari pukul 06.00 – 10.00 atau sore hari 14.00 – 17.00.
5. Kesalahan no 5 dihilangkan dengan perataan metode kuadrat terkecil (Least
Square Method).
6. Kesalahan no 6 dan 7 dapat dihilangkan dengan cara meletakkan kedudukan
waterpass yang jaraknya dari baak muka dan baak belakang sama.
2.6 Kesimpulan
Praktek waterpassing ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan elevasi
tanah, sehingga dapat dijadikan pedoman perencanaan pembangunan jalan
(untuk mengetahui besar kecilnya galian dan timbunan).
Lalu dalam pembacaan rambu ukur perlu ketelitian yang tinggi agar
salahnya pembacaan dapat dihindari. Salahnya pembacaan diakibatkan
beberapa hal, yakni angin, ketelitian dan kesabaran.
BAB III
POLIGON TERTUTUP
40
3.1 Maksud dan Tujuan
Polygon tertutup adalah serangkaian titik yang dihubungkan dengan garis
lurus yang membentuk suatu bidang di mana titik awal dan akhir mempunyai
koordinat yang sama.
Parameter-parameter penting dalam praktikum polygon tertutup :
Azimuth : sudut horizontal yang diukur dari arah utara sebagai
0° searah dengan putaran jarum jam. Pengukuran azimuth ini dilakukan
untuk mengetahui sudut dalam.
Jarak optis : jarak antara titik satu dengan titik yang lain dalam
rangkaian poligon tertutup tersebut.
Beda tinggi : selisih ketinggian antara titik yang diukur terhadap
titik referensi.
Heling : sudut diperoleh dari perhitungan 90° - sudut vertikal.
Koordinat titik : letak suatu titik pada polygon yang diproyeksikan
pada bidang datar dalam koordinat kartesius (x,y).
3.2 Alat-Alat yang Digunakan
Dalam poligon tertutup ini, alat-alat yang diperlukan antara lain :
Theodolith
Rambu ukur
Rol meter
Kompas
Payung
3.3 Pelaksanaan Praktikum
a. Menentukan titik-titik polygon tertentu di lapangan.
41
b. Mendirikan statif di titik C1 dan letakkan theodolith di atasnya dan
jangan lupa untuk mengukur tinggi instrumennya.
c. Dirikan rambu ukur di titik-titik polygon lainnya yang telah ditentukan
tempatnya.
d. Setelah theodolith siap digunakan, arahkan teropongnya ke rambu
ukur (pastikan rambu ukur berdiri vertical dan dapat terlihat oleh
theodolith), kemudian kunci sekrup horizontal.
e. Lakukan pembacaan benang atas dan benang bawah dengan
mengamati pada teropong, pembacaan sudut vertical dan horizontal
(pembacaan sudut biasa dan luar biasa). Masukkan data pembacaan ke
dalam formulir data polygon.
f. Tentukan letak titik-titik penyebaran di sekitar titik utama dengan
sudut mulai dari 0°, 45°, 90°, 135°, 180°, 225°, 270°, 315°, sampai
360° secara merata.
g. Lakukan pembacaan benang atas dan benang bawah pada tiap titik
penyebaran dengan mengamati pada teropong, pembacaan sudut
vertical dan sudut horizontal (pembacaan sudut biasa dan luar biasa).
Masukkan data pembacaan ke dalam formulir data poligon.
h. Pindahkan theodolith ke titik utama poligon yang lainnya kemudian
ulangi lagi langkah-langkah seperti sebelumnya.
3.4 Perhitungan Data
3.4.1. Titik Ikat / Acuan
42
Titik : C1
Titik arah : III,IV
Tabel 3.1. Hasil pembacaan dari titik ikat III dan IV
StationTitik
Arah
Sudut Horizontal Sudut
VertikalBa bb
B LB
C1
Titik
ikat III257º10’49” 77º04’32” 89º54’03” 2,615 2,385
Titik
ikat IV212º08’05” 32º26’00” 93º48’23” 2,105 1,985
1. Perhitungan Azimut
Sudut Horizontal < 180 º, Azimut = Sudut horizontal + 180º
Jika sudut Horizontal > 180 º, Azimut = Sudut horizontal - 180º
Sudut H III = 257º10’49”
Sudut H IV = 212º08’05”
Karena sudut Horizontal > 180 º, Azimut = Sudut horizontal - 180º
α TI III = 257º10’49” - 180 º00’00” = 77º10’49”
α TI IV = 212º08’05” - 180 º00’00” = 32º08’05”
2. Perhitungan jarak
D = A.Y.cos2 h...............................................................................3.1
D titik ikat III = 100 x (2,615 - 2,385) x cos2 (90º00’00”-89º54’03”)
= 100 x 0,23 x cos2 (0º05’27”)
= 22.9999 m
D titik ikat IV = 100 x (2,105- 1,985) x cos2 (90º00’00”-93º48’23”)
= 100 x 0,12 x cos2 (-3º48’23”)
= 11,9471 m
3. Perhitungan Elevasi
a. Menghitung benang tengah
43
..........................................................................3.2
Bt Ti III = 2,615+2,365
2 = 2,5 m
Bt Ti IV = 2,105+1,985
2 = 2,045 m
b. Menghitung V
........................................................................3.3
V Ti III = 22,9999 tan (0º05’27”) = 0.0398 m
V Ti IV = 11,9471 tan (-3º48’23”) = -0,7949 m
c. Menghitung ∆h
∆h = V + tinggi alat – bt.........................................................3.4
∆h Ti III = 0.0398 + 1,58 – 2.5 = -0,8802 m
∆h Ti IV = -0,7949 + 1,58 – 2,045 = -1,2599 m
d. menghitung elevasi BM
44
Bt =
ba+bb2
V = D tan h
Elevasi BM = Elevasi BM + 2 angka belakang
no.mahasiswa ...................................................................................
.............3.5
No.mahasiswa = 11511287
Elev. BM Ti III = 97,2242 + 87 = 184,2242 m
Elev. BM Ti IV = 97,0101 + 87 = 184,0101 m
e. Menghitung elevasi titik I
Elevasi titik I = Elevasi BM - ∆h...........................................3.6
Elevasi titik I Ti III = 184,2242 – (-0,8802) = 185,11 m
Elevasi titik I Ti IV = 184,0101 – (-1,2599) = 185,27 m
Selisih elevasi titik I = elev. Titik Ti IV – elev. Titik Ti III...3.7
Selisih elevasi titik I = 185,27 - 185,11 = 0.16 m
f. Menghitung koreksi elevasi
45
Koreksi elevasi = D
∑ D× (−∑∆ h ) ......................................3.8
Koreksi elevasi Ti III = 22,999934,947
× (−0,16 ) = 0.11 m
Koreksi elevasi Ti IV = 11,947134,947
× (−0,16 ) = - 0,05 m
g. Elevasi terkoreksi
Elevasi titik I + koreksi elevasi..............................................3.9
Elevasi terkoreksi Ti III = 185.11 + 0.11 = 185.22 m
Elevasi terkoreksi Ti IV = 185.27 + (-0.05) = 185.22 m
4. Perhitungan koordinat di titik CI
a. Menghitung koordinat titik
D sin α..................................................................................3.10
D cos α..................................................................................3.11
D sin α Ti III = 22,9999 sin 77º10’49” = 22,472 m
D cos α Ti III = 22,9999 sin 32º08’05” = 5,1033 m
D sin α Ti IV = 11,9471 sin 77º10’49” = 6,355 m
D cos α Ti IV = 11,9471 sin 32º08’05” = 10,1168 m
Tabel 3.2. koordinat TI
Koordinat titik X = D sin α + koordinat TI X......................3.12
Koordinat titik Y = D cos α + koordinat TI Y......................3.13
46
Koordinat TI
X Y
600,121 899,7679
606,341 897,8179
Koordinat titik X Ti III = 22,472 + 600,121 = 622,548 m
Koordinat titik Y Ti III = 5,1033 + 899,7679 = 904,8712 m
Koordinat titik X Ti IV = 6,355 + 606,341 = 612,696 m
Koordinat titik Y Ti IV = 10,1168 + 897,8179 = 907,9347 m
Selisih koordinat X = koordinat X Ti III – koordinat X Ti
IV ..............................................................................................3.14
Selisih koordinat Y = koordinat Y Ti III – koordinat Y Ti
IV ..............................................................................................3.15
Selisih koordinat X = 622,548 – 612,696 = 9,858 m
Selisih koordinat Y = 907,9347– 904,8712 = 3,0635 m
b. Menghitung Koreksi koordinat
Koreksi koordinat X = D
∑ D×(−∑ Koordinat titik X) ........3.16
Koreksi koordinat Y = D
∑ D×(−∑ Koordinat titik Y ) ........3.17
Koreksi koordinat X Ti III = 22,999934,947
×(−9,858) = - 6,488 m
Koreksi koordinat Y Ti III = 22,999934,947
×(−3,0635) = 2,016 m
Koreksi koordinat X Ti IV = 11,947134,947
×(−9,858) = 3,37 m
Koreksi koordinat Y Ti IV = 11,947134,947
×(−3,0635) = -1,047 m
c. Menghitung koordinat terkoreksi
Koordinat titik X + koreksi koordinat X..............................3.18
Koordinat titik Y + koreksi koordinat Y..............................3.19
koreksi koordinat X Ti III = 622,548 + (-6,488) = 616,06 m
koreksi koordinat Y Ti III = 904,8712 + 2,016 = 906,887 m
47
koreksi koordinat X Ti IV = 612,696 + (3,37) = 616,06 m
koreksi koordinat Y Ti IV = 907,9347 + (-1,047) = 906,887 m
3.5. Perhitungan Sudut Dalam
1. Sudut dalam biasa
……..… 3.1
Titik theodolith
I = B besar – B kecil = 60°53’06” - 23°56’46”
= 36°56’20”
II = B besar – B kecil = 94°11’57” - 00°00’00”
= 94°11’57”
III = B besar – B kecil = 49°35’20” - 00°00’00”
= 49°35’20”
2. Sudut dalam luar biasa
….…… 3.2
Titik theodolith
I = B besar – B kecil = 240°53’36” - 203°54’52”
48
B = B besar – B kecil
apabila sudutnya ≥ 180° maka sudut dalam biasanya :B = 360° – ( B besar – B kecil)
LB = LB besar – LB kecil
apabila sudutnya ≥ 180° maka sudut dalam biasanya :LB = 360° – ( LB besar –LB kecil)
= 36°56’44”
II = B besar – B kecil =273°59’24” - 180°00’00”
= 93°59’24”
III = B besar – B kecil = 229°40’15” - 180°00’00”
= 49°40’15”
3. Sudut dalam rata-rata
……………………………………………….... 3.3
Titik theodolith
I = B + LB = 36°56’20”+ 36°56’44” = 36°57’32”
2 2
II = B + LB = 94°11’57”+ 93°59’24” = 94°05’40,5”
2 2
III = B + LB = 49°35’20”+ 49°40’15” = 49°37’47,5”
2 2
∑Θ = 180°41’00”
4. Koreksi
…….... 3.4
koreksi = (-1) x 180°41’ 0 0”– (3 - 2) . 180° = -00°13’40”
49
∑Θ = B + LB 2
Koreksi = (-1) x ∑sudut dalam rata-rata – (n - 2) . 180°
n
n = banyaknya titik poligon
3
5. Sudut dalam terkoreksi
….… 3.5
Titik theodolith
I = 36°57’32” - 00°13’40” = 36°43’52”
II = 94°05’40,5” - 00°13’40” = 93°52’0,5”
III = 49°37’47,5” - 00°13’40” = 49°24’7,5”
i. Perhitungan Azimuth
……………….………………….. 3.6
α12 = azimuth awal = 60°53’06”
α23 = α12 + 180° + θ2 (sudut dalam terkoreksi 2)
= 60°53’06” + 180° + 93°52’0,5”
= 334°45’6,5”
α31 = α23 - 180° + θ3 (sudut dalam terkoreksi 3)
= 334°45’6,5”- 180° + 49°24’7,5”
= 204°09’14”
α12 = α31 - 180° + θ1 (sudut dalam terkoreksi 1)
= 204°09’14” - 180° + 36°43’52”
= 60°53’06”
50
∑Θ terkoreksi = sudut dalam rata-rata tiap titik + koreksi
Azimuth = α ± 180° ± Θ
Gambar. 3.1. Azimuth polygon tertutup
ii. Perhitungan Jarak
…………………………………………...…… 3.7
Theodolith
I arah III = 1,35 – 1,00 = 0,35
II = 1,19 – 0,93 = 0,26
II arah I = 1,60 – 1,35 = 0,25
III = 1,40 – 1,20 = 0,20
III arah II = 1,05 – 0,85 = 0,20
I = 1,35 – 1,00 = 0,35
51
Y = ba –bb
………….………………. 3.8
Theodolith
I arah III = 90° - 89°35’31” = 00°24’29”
II = 90° - 90°45’13” = -00°45’13”
II arah I = 90°- 90°09’33” = -00°09’33”
III = 90° - 89°00’33” = 00°59’13”
III arah II = 90° - 92°15’20” = -02°15’20”
I = 90°- 90°23’05” = -00°23’05”
………………………………………….. 3.9
A = 100
Y = ba –bb
Heling (h) = 90° - sudut vertikal
Theodolith
I arah III = 100 . 0,35. cos2 -00°06’20”
= 34,9982
II = 100 . 0,26. cos2 00°10’29”
= 25,9955
II arah I =100. 0,25. cos2 -00°09’33”
= 24,9998
III = 100 . 0,20. cos2 00°59’13”
= 19,9940
III arah II = 100 . 0,20. cos2 -02°15’20”
= 19,9690
I = 100 . 0,35. cos2 -00°23’05”
= 32,9985
52
Heling (h) = 90° - sudut vertikal
D = A. Y cos2 h
iii. Perhitungan Beda Tinggi
…………………………………………… 3.10
Theodolith
I arah III = 34,9982 . tan ( 00°24’29”) = 0,25
II = 25,9955 . tan (-00°45’13”) = -0,34
II arah I = 24,9998 . tan (-00°09’33”) = -0,07
III = 19,9940 . tan ( 00°59’13”) = 0,35
III arah II = 19,9690 . tan (-02°15’20”) = -0,79
I = 32,9985 . tan (-00°23’05”) = -0,22
I arah III = 34,9982 . tan ( 00°24’29”) = 0,25
Beda tinggi (Δh)
…………………………………….. 3.11
Theodolith
I arah III = 0,25 + 1,58 – 1,175 = 0,655
II = -0,34 + 1,58 – 1,060 = 0,180
II arah I = -0,07 + 1,42 – 1,475 = -0,125
III = 0,35 + 1,42 – 1,300 = 0,47
III arah II = -0,79 + 1,36 – 0,950 = -0,38
I = -0,22 + 1,36 – 1,715 = -0,575
I arah III = 0,25 + 1,58 – 1,175 = 0,655
53
V = D tan h
Δh = V + tinggi alat – Bt
1. Δh rata-rata
Δh 1 = 0, 180+ (- 0,12 5) = 0,0275
2
Δh 2 = 0 , 47 + (- 0,3 80) = 0,0500
2
Δh 3 = (- 0, 575)+ 0, 655 = 0,3585
2 +
∑ Δh rata-rata = 0,1175
2. Koreksi
fh = -∑Δh rata-rata
= -0,1175
………………………… 3.12
K1 = 25,4975 . -0,1175 = -0,0056
79,4775
K2 = 19,9815 . -0,1175 = -0,0044
79,4775
K3 = 33,9984 . -0,1175 = 0,0400
79,4775
3. Δh terkoreksi
………………. 3.13
Δh terkoreksi 1 = 0,0275 + (-0,0056) = 0,0219
Δh terkoreksi 2 = 0,0500 + (-0,0044) = -0,0544
Δh terkoreksi 3 = 0,3585 + ( 0,0400) = 0,0325 +
∑h terkoreksi = 0
4. Elevasi
Elevasi awal = 185,2133
I = 185,2133 + 0,0219 = 185,2352
II = 185,2352 + (-0,0544) = 185,1808
III = 185,1808 + 0,0325 = 185,2133
54
Rumus = D rata-rata . fh ∑d rata-rata
Δh terkoreksi = Δh rata-rata + koreksi
iv. Perhitungan Koordinat Poligon
1. D sin α
Titik poligon I-II = 25,4977 . sin (60°53’06”) = 22,276
II-III = 19,9830 . sin (334°45’6,5”)= -8,5240
III-I = 33,9984. sin (204°09’14”) = -13,912 +
∑fx = -0,16
2. D cos α
Titik poligon I-II = 25,4977 . cos (60°53’06”) = 12,406
II-III = 19,9830 . cos (334°45’6,5”)= 18,074
III-I = 33,9984 . cos (204°09’14”) = - 31,002 +
∑fy = -0,542
3. Fxij
………………………………….…….…. 3.14
Fx1-2 = 25,4977 . 0,16 = 0,051
79,4791
Fx2-3 = 19,9830 . 0,16 = 0,040
79,4791
Fx3-1 = 33,9984 . 0,16 = 0,068
79,4791
55
Fxij = Dij . (-∑fx) ∑D
4. Fyij
………………………………………….... 3.15
Fy1-2 = 25,4977 . 0,542 = 0,174
79,4791
Fy2-3 = 19,9830 . 0,542 = 0,136
79,4791
Fy3-1 = 33,9984 . 0,542 = 0,232
79,4791
5. D sin α terkoreksi
…………………… 3.16
Theodolith I-II = 22,276 + 0,051 = 22,327
II-III = -8,5240 + 0,040 = -8,483
III-I = -13,912 + 0,068 = -13,844
6. D cos α terkoreksi
.................................3.17
Theodolith I-II = 12,406 + 0,174 = 12,580
II-III = 18,074 + 0,136 = 18,210
III-I = -31,002 + 0,232 = -30,790
56
Fyij = Dij . (-∑ty)
∑D
D sin α terkoreksi = D sin α + Fx ij
D cos α terkoreksi = D cos α + Fy ij
7. Koordinat
a. Koordinat x
X1 = 616,058
X2 = 616,058 + 22,327 = 638,385
X3 = 638,385 + (-8,483) = 629,902
X4 = 629,902 + (-13,844) = 616,058
b. Koordinat y
Y1 = 906,8874
Y2 = 906,8874 + 12,580 = 919,4674
Y3 = 919,4674 + 18,210 = 937,6774
Y4 = 937,6774 + (-30,790) = 906,8874
57
Tabel 3.3. Data penyebaran dari titik C1
C1
No.
Arah Horisontal
Arah Vertikal
Pembacaan rambu Elevasi
tetap∆h
Elevasi Detail
ba bb1 20°27' 13" 90°50'40" 0,3 0,16 185,2133 1,1437 186,3572 27°14'34" 90°51'38" 0,32 0,17 185,2133 1,1097 186,3233 40°23'20" 90°52'24" 0,86 0,7 185,2133 0,614 185,82734 47°09'22" 90°41'53" 0,76 0,59 185,2133 0,7223 185,93565 62°18'06" 89°52'25" 1,15 0,9 185,2133 0,4939 185,70726 70°10'28" 89°51'36" 0,63 0,49 185,2133 1,0509 186,26427 80°01'03" 89°52'43" 1,16 1,09 185,2133 0,4696 185,68298 86°50'40" 81°51'48" 0,7 0,55 185,2133 0,9908 186,20419 98°44'16" 89°52'31" 1,56 1,42 185,2133 0,1205 185,333810 104°39'36" 89°53'08" 1,96 1,82 185,2133 -0,282 184,931311 123°30'26" 94°33'55" 1,97 1,81 185,2133 -1,5795 183,633812 135°54'15" 94°33'11" 2,45 2,26 185,2133 -2,2785 182,934813 161°22'38" 94°32'18" 1,97 1,74 185,2133 -2,0892 183,124114 163°14'02" 94°32'05" 2,48 2,38 185,2133 -1,6382 183,575115 203°20'41" 94°00'29" 1,6 1,37 185,2133 -1,0587 184,154616 205°11'10" 96°56'31" 1,7 1,57 185,2133 -1,6147 183,598617 231°44'36" 94°12'31" 1,43 1,32 185,2133 -0,6018 184,611518 249°43'32" 93°08'54" 1,52 1,4 185,2133 -0,5381 184,675219 271°35'24" 93°13'43" 0,75 0,6 185,2133 0,0615 185,274820 285°28'10" 93°13'40" 0,85 0,67 185,2133 -0,1919 185,021421 211°15'37" 91°03'12" 1,11 0,81 185,2133 0,068 185,281322 296°38'32" 91°03'13" 0,73 0,29 185,2133 0,261 185,474323 319°45'14" 88°22'18" 2,37 2,06 185,2133 0,246 185,459324 328°50'29" 88°51'59" 2,45 1,87 185,2133 0,568 185,781325 354°21'07" 89°19'20" 0,89 0,75 185,2133 1,066 186,2793
58
Tabel 3.4. Data penyebaran dari titik C2
C2
No.Arah
HorisontalArah
Vertikal
Pembacaan rambu
Elevasi tetap
∆h Elevasi Detail
ba bb 1 37°44'47" 90°55'37" 0,4 0,3 185,2352 0,908 186,14322 58°18'01" 89°51'38" 1 0,87 185,2352 0,517 185,75223 71°32'15" 89°47'26" 0,52 0,4 185,2352 1,004 186,23924 89°33'27" 89°53'34" 0,93 0,8 185,2352 0,579 185,81425 95°20'00" 90°18'32" 0,8 0,62 185,2352 0,613 185,84826 114°12'47" 90°27'29" 0,61 0,5 185,2352 0,953 186,18827 127°19'01" 90°28'04" 1,44 1,35 185,2352 -0,048 185,18728 170°09'12" 91°35'33" 1,59 1,52 185,2352 -0,33 184,90529 197°03'00" 96°48'54" 0,31 0,05 185,2352 -1,819 183,4162
10 198°15'56" 93°43'01" 1,39 1,09 185,2352 -1,762 183,473211 230°29'55" 94°59'56" 0,8 0,5 185,2352 -1,845 183,390212 231°16'49" 94°22'48" 1,5 1,25 185,2352 -1,862 183,373213 261°59'07" 95°06'29" 0,79 0,7 185,2352 -0,13 185,105214 278°47'39" 87°10'04" 1,46 1,35 185,2352 0,554 185,789215 314°34'18" 87°11'40" 1,62 1,53 185,2352 0,286 185,521216 341°12'47" 87°25'29" 0,95 0,85 185,2352 0,97 186,205217 357°01'30" 87°16'50" 1,39 1,3 185,2352 0,502 185,737218 11°29'28" 87°08'27" 1,6 1,5 185,2352 0,369 185,604219 24°44'18" 87°00'38" 1,43 1,35 185,2352 0,448 185,683220 32°53'44" 86°55'33" 1,1 1 185,2352 0,357 185,5922
59
Tabel 3.5. Data penyebaran dari titik C3
C3
No.Arah
Horisontal Arah
Vertikal
Pembacaan rambu
Elevasi tetap
∆hElevasi Detail
ba bb1 9°09'40'" 89°19'45'" 1,98 1,8 185,1808 0,2108 185,39162 18°52'56'" 89°14'50'" 1,32 1,15 185,1808 0,1513 185,33213 32°09'15'" 89°12'50'" 1,63 1,5 185,1808 -0,1776 185,00324 45°31'40'" 89°13'30'" 1,11 0,97 185,1808 0,5094 185,69025 59°34'30'" 88°04'30'" 1 0,9 185,1808 0,7454 185,92626 99°44'35'" 88°57'25'" 1,52 1,4 185,1808 0,1184 185,29927 108°09'20'" 88°52'15'" 1,33 1,2 185,1808 0,3512 185,5328 143°07'50'" 88°38'15'" 1,55 1,45 185,1808 0,0977 185,27859 72°38'40'" 88°35'50'" 1,99 1,91 185,1808 -0,3942 184,7866
10 159°50'25'" 88°44'40'" 2,53 2,45 185,1808 -0,9547 184,226111 183°31'35'" 94°14'40'" 1,65 1,55 185,1808 -0,9447 184,236112 197°28'30'" 94°19'55'" 1,7 1,59 185,1808 -1,074 184,106813 229°26'55'" 94°28'55'" 1,9 1,84 185,1808 -0,9517 184,229114 255°01'35'" 94°08'46'" 1,35 1,29 185,1808 -0,3755 184,805315 287°10'00'" 94°13'50'" 1,25 1,16 185,1808 -0,4785 184,702316 308°23'25'" 94°08'15'" 1,25 1,17 185,1808 -0,4031 184,777717 325°48'35'" 94°07'40'" 0,45 0,38 185,1808 0,462 185,642818 339°36'10'" 88°40'35'" 1,35 1,24 185,1808 0,319 185,499819 351°47'05'" 88°49'25'" 1,5 1,42 185,1808 0,0642 185,24520 358°55'25'" 88°49'45'" 0,97 0,91 185,1808 0,5426 185,7234
3.5.1. Perhitungan Galian dan Timbunan Poligon tertutup
Tabel 3.3. Koordinat Polygon tertutup
Titik
Polygo
n
Koordinat
Elevasi ∆hX Y
60
CI 616,06 906,887 185,22 0
CII 638,36 919,387 185,2419 + 0,0219
CIII 629,86 937,587 185,1875 - 0,0325
1. Menghitung Xp,Yp Polygon tertutup
61
Gambar. 3.2. Galian dan timbunan
a. Menghitung panjang L
L = √( X II−X III)2+(Y II−Y III)
2...............................................3.37
L = √(638,36−629,86)2+(919,387−937,587)2
L = √71,7409+331,24
L = √402,9509
L = 20,074 m
b. Menghitung nilai x
x x
∆ h II= L
∆ h II+∆ hIII
x0,0219
= 20,0740,0219+0,0325 x =
0,43960,0544 = 8,0809 m
62
Gambar. 3.3. Galian dan timbunan
c. Menghitung nilai a
a a
X II −¿ X III= x
L¿ ..................................................................2.38
a
638,36−629,86=8,0809
20,074
a
8,5 = 8,080920,074
a = 68,6876520,074 = 3,4217 m
d. Menghitung nilai b
b = √ x2−a2
b = √8,08092−3,42172
= √65,3009−11,708
63
= √53,5929
= 7,3207 m
e. Menghitung XP dan YP
XP = XIII + a............................................................................2.39
XP = 629,86 + 3,4217 = 633,2817
YP = YIII + a............................................................................2.40
YP = 937,587 + 7,320 = 930,2663
2. Menghitung Galian
64
Gambar. 3.3. Galian
a. Menghitung Luas galian
L = |12((XP.YCII) + (XCII.YCI) + (XCI.YP) – (XP.YCI) - (XCI.YCII) –
(XCII.YP))|......................................................................................2.41
L = |12((633,2817 x 919,387 + 638,36 x 906,887 +616,06 x 930,2663) –
(633,2817 x 906,887 + 616,06 x 919,387 + 638,36 x 930,2663))|
L = |12((582230,9623 + 578920,3853 +573099,8568) – (574314,9411 +
566397,552 + 593844,7953)|
L = |12(1734251,204 – 1734557,288)|
L = |12(- 306,084)|
65
L = 153,042 m2
b. Menghitung volume galian
V = Luasgalian .∆ hCII
3
.........................................................................2.42
V = 153,042 x 0,0219
3 = 3,3516
3 = 1,1172 m3
3. Menghitung Timbunan
66
Gambar. 3.4. Timbunan
a. Menghitung Luas Timbunan
L = |12((XCIII.YP) + (XP.YCI) + (XCI.YCIII) – (XCIII.YCI) - (XCI.YP) –
(XP.YCIII))|....................................................................................2.43
67
L = |12((629,86 x 930,2663 + 633,2817 x 906,887 + 616,06 x 937,587) –
(629,86 x 906,887 + 616,06 x 930,2663 + 633,2817 x 937,587))|
L = |12((585937,5317 + 574314,9411 + 577609,8472) – (571211,8458 +
573099,8568 + 593756,6893)|
L = |12(1737862,32 – 1738068,392)|
L = |12(- 206,072)|
L = 103,036 m2
b. Menghitung volume galian
V = Luasgalian .∆ hCIII
3
.........................................................................2.44
V = 153,042 x 0,0325
3 = 3,34867
3 = 1,1162 m3
3.6. Pembahasan
68
Poligon tertutup adalah serangkaian titik yang dihubungkan dengan garis
lurus yang membentuk suatu bidang dimana titik awal dan titik akhir mempunyai
koordinat yang sama.
Dalam praktikum poligon tertutup ini, paling awal kita laksanakan adalah
mengambil data dari titik ikat atau titik acuan. Setelah kita mendapat data titik
acuan tersebut, maka kita langsung melakukan pengambilan data penyebaran dari
ketiga titik utama poligon tertutup (CI,CII,dan CIII).
Dalam pengukuran data di lapangan biasanya mengandung kesalahan-
kesalahan tak terduga seperti, turunnya hujan (data yang sudah diambil bisa
menjadi basah), alat rusak (data menjadi kacau), kurang telitinya dalam menyatat
data, dll. kesalahan tersebut yang tidak bisa di cegah kemunculannya. Untuk
mendapatkan hasil perhitungan koordinat titik poligon yang benar, maka
kesalahan-kesalahn ini harus dihitung dan dikoreksi berdasarkan ketentuan
rumus.
3.7. Kesimpulan
Pengertian poligon tertutup adalah serangkaian titik yang di hubungkan
dengan garis lurus yang membentuk suatu bidang dimana titik awal dan titik
akhir mempunyai koordinat yang sama.
Sebelum kita melakukan paraktek, terlebih dahulu kita ngecek alat, apakah
alat layak di pakai atau tidak.
Dalam melakukan praktikum ini kita juga harus melihat kondisi cuaca
(panas dan hujan), karena cuaca (panas dan hujan) bisa mengakibatkan data tidak
sempurna atau data menjadi kacau.
Poligon tertutup bertujuan untuk mencari azimuth, jarak optis, beda tinggi,
heling, dan koordinat titik. Setelah semua data yang diperlukan dalam praktikum
ini, datanya akan diolah dalam perhitungan, dan hasil akhir praktikum ini akan
menghasilkan suatu peta situasi atau peta kontur.
BAB IV
69
SETTING OUT BANGUNAN
4.1. Maksud dan Tujuan
Setting out bangunan adalah cara untuk mempersiapkan lokasi suatu
bangunan yang akan didirikan di lapangan sesuai design yang telah dibuat.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui titik pondasi dari lembar kerja
bangunan.
4.2. Alat – alat Yang Digunakan
1. Teodolit
2. Statif (tripod)
3. Rambu pancang
4. Payung
5. Rol meter
4.3. Pelaksanaan Praktikum
1. Sebelum ke lapangan
a. Tentukan dulu titik alat, titik acuan 00° 00’ 00” dan titik pondasi bangunan
pada lembar kerja. Misal titik (VI), titik acuan 00° 00’ 00” (V) dan titik
pondasi bangunan (S,R,A,B).
b. Cari jarak antara tiap titik dari koordinat yang telah ditentukan.
c. Catat datanya untuk coba di lapangan.
2. Di lapangan
a. Letakkan theodolit pada titik yang telah ditentukan.
70
b. Atur nivo kotak.
c. Atur nivo tabung.
d. Setting theodolit sesuai ketentuan dengan catatan sudut horizontal 00°
00’ 00” di kunci pada titik V.
e. Setting theodolit, buat sudut horizontal 45° 00’ 00”.
f. Tarik rol meter sepanjang 17,32 m untuk menentukan titik B.
g. Setting theodolit, buat sudut horizontal 56° 00’ 00”.
h. Tarik rol meter sepanjang 7.61 m untuk menentukan titik S.
i. Setting theodolit, buat sudut horizontal 69° 00’ 00”.
j. Tarik rol meter sepanjang 20.50 m untuk menentukan titik A.
k. Setting theodolit, buat sudut horizontal 93° 00’ 00”.
l. Tarik rol meter sepanjang 12.07 m untuk menentukan titik R.
m. Apabila semua titik pondasi telah di tentukan, kemudian dicek keakuratan
ukuran dengan menggunakan rol meter.
4.4. Perhitungan data
71
Table 4.1. Menentukan titik pondasi (B,S,A,R) dari titik awal (VI)
Titik Sudut Jarak
VI - B 45° 17,32 m
VI – S 56° 7,61 m
VI – A 69° 20,50 m
VI - R 93° 12,07 m
Table 4.2. Menentukan titik pondasi (B,S,A,R) dari titik awal (VI)
Titik Jarak pada peta Jarak di lapangan
S – R 7,58 m 7,58 m
R – A 12,38 m 12,50 m
A – B 5,71 m 5,59 m
B – S 9,93 m 9,93 m
R – B 12,87 m 12,87 m
S – A 12,91 m 12,91 m
4.4.1. Perhitungan Jarak
72
Dx-y = √ ( x1 - x2 )2 + ( y1 - y2 )2 ………………………………….….4.1
DVI-B = √ (93.1 - 102.17)2 + (64.71 - 79.46)2 = 17.32 m
DVI-S = √ (93.1 - 95.82)2 + (64.71 - 71.82)2 = 7.61 m
DVI-A = √ (93.1 - 99.14)2 + (64.71 - 84.3)2 = 20.50 m
DVI-R = √ (93.1 - 89.7)2 + (64.71 - 76.29)2 = 12.07 m
DS-R = √ (95.82 - 89.7)2 + (71.82 - 76.29)2= 7.58 m
DR-A = √ (89.7 - 99.14)2 + (76.29 - 84.3)2 = 12.38 m
DA-B = √ (99.14 - 102.17)2 + (84.3 - 79.46)2 = 5.71 m
DB-S = √ (102.17 - 95.82)2 + (79.46 - 71.82)2 = 9.93 m
DB-S = √ (89.7 - 102.17)2 + (76.29 - 79.46)2 = 12.87 m
DB-S = √ (95.82 - 99.14)2 + (71.82 - 84.3)2= 12.91 m
4.5. Pembahasan
Setting out bangunan bertujuan untuk mengetahui titik pondasi bangunan
yang mau didirikan atau dibangun.
Pada praktikum setting out bangunan ini ada beberapa kesalahan yang
sering terjadi yaitu sudut horizontal 00° 00’ 00” diarah kan kearah utara bumi
bukan ketitik utama, contoh titik V.
Pada pengukuran di praktikum ini kesalahan yang terjadi yaitu
ketidaktelitian pada saat pengukuran jarak dilapangan dan sudut yang tidak tepat.
Pada pengukuran di praktikum ini toleransi kesalahan hanya 10 cm, tetapi
pada saat pengukuran ternyata ukurannya yang tidak pas lebih dari toleransi. Hal
tersebut disebabkan karena ketidaktelitian pengukuran jarak dipeta dengan jarak
di lapangan yang menggunakan meteran. Sudut dipeta kurang akurat karna tidak
menampilkan menit dan detik.
4.6. Kesimpulan
73
Praktikum setting out bangunan sangat bagus diterapkan, karena bisa
membantu kita dalam menentukan titik pondasi dengan pas.
Untuk derajat menit dan detik 00° 00’ 00” kita arahkan kearah titik yang
ditentukan (contoh titik V), bukan ke arah utara bumi.
Pada praktikum ini, ketelitian sangatlah diperlukan karena bila ada
kesalahan, nantinya akan memiliki banyak dampak. Tetapi praktikum ini pun
pengukuran secara sempurna sulit sekali di dapatkan, karena perbedaan kontur
dilapangan dapat membuat pengukuran menjadi tidak sesuai dengan hitungan
yang ada di peta.
PENUTUP
74
Assalmualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas
pemberian rahmat dan hidayah-NYA. Pemberian rahmat dan shalawat teriring
salam selalu terucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita ke jalan yang benar demi melintasi jembatan syiratal mustakim.
Dalam penutup ini kami ingin mengucapkan teriamah kasih kepada semua
orang yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini dan bagi
semua pihak yang telah kami repotkan. Banyak sekali hal-hal yang melambatkan
kami dalam membuat laporan ini alhamdulillah masalah tersebut dapat kami lalui
dan menyelesaikan laporan ini.
Sekian kata-kata penutup dari kami, harap maklum jika dalam laporan
ini terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan. Cukup sekian dan terimah kasih.
Wassalamualaikum Wr Wb
75
top related