1.cover pdrb 2013-bappeda - ppid kota...
Post on 19-Feb-2018
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Produk Domestik Regional Bruto
KOTA BANDUNGMenurut Lapangan Usaha
Tahun 2009 - 2012
Katalog BPS Nomor : 9205.3273
Kerjasama :BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA BANDUNGDengan
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KOTA BANDUNG
TAHUN 2009 - 2012
ISSN : 0854.9304
No. Publikasi : 3273.1301
Katalog BPS : 9205.3273
Jumlah halaman : iv + 111 halaman
Ukuran buku : 18,2 cm x 25,7 cm
Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Bandung
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Tim Penyusun
Penyunting : Ir. Hj. Sri Daty
Dra. Sri Sundari
Penulis : Isti Larasati Widiastuty, SST, MP
Pengolah data/
Penyiapan Draft : Dra. Sri Sundari
Isti Larasati Widiastuty, SST, MP
Devi Irmayanti F, SST
Hj. Euis Yeni
Susanti, STP
Ainan Dhinan
Raifa Mukti, Ssi
Ade Setyadi, S.I.Kom
Ahmad Syamsul Bahri, AMd
Sri Rahayuningsih, AMd
Jonrial Nasution
Asep Saepudin
Risky Hadi Pebriyandi, AMd
Etsa Indra Irawan, S.Si
Lilis Siti Fatimah, SP
Ugi Nujuprono, AMd
Ahmad Luthfi Chairi, S.Si
Helmawati Riska Triyuniarta, ST
Riana Safaat, S.Si
Riya Supriyatin, S.Si
Jauhari, S.Si
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
i
KATA PENGANTAR
Publikasi “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) KotaBandung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012” merupakanpublikasi lanjutan dari publikasi tahun-tahun sebelumnya. Publikasi inidisusun atas kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah(BAPPEDA) Kota Bandung dengan Badan Pusat Statistik (BPS) KotaBandung.
Publikasi memuat gambaran tentang kondisi makro hasilpembangunan ekonomi di Kota Bandung Tahun 2009 – 2012, yangdirinci menurut sektor ekonomi. Gambaran pembangunan ekonomi KotaBandung yang disajikan dalam publikasi ini antara lain adalah : lajupertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, perkembanganekonomi, pendapatan per kapita masyarakat Kota Bandung, sertaperbandingan antar wilayah di Bandung Raya.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitanpublikasi ini disampaikan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagievaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dan bisa menjadipijakan yang kuat untuk pengambilan keputusan yang akan datang. Kritikdan saran sangat kami hargai guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Bandung, Oktober 2013BPS Kota Bandung
Kepala,
Ir. Hj. Sri Daty
NIP. 19591107 198503 2 002
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
ii
DAFTAR ISI
Uraian Hal
Kata Pengantar ………………………………………….......................... i
Daftar Isi ………………………………………………….......................... ii
Bab I Pendahuluan………………………………........................ 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………........................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan…………..………………….......................... 3
1.3. Jenis dan Sumber Data………………………….......................... 3
Bab II Metodologi ……………………………….......................... 5
2.1. Konsep dan Definisi ……………….......................................... 5
2.2. Manfaat Statistik Pendapatan Regional……….................... 11
2.3 Cara Penyajian PDRB...........………………………................... 12
2.4 Metode Penghitungan PDRB ……………………………………… 13
2.5 Penyajian Angka Indeks..... ……. ………………………………….. 17
Bab III Uraian Sektoral …………………………...................... 20
3.1 Sektor Pertanian…………………………………............................ 20
3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ………...................... 24
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
iii
3.3 Sektor Industri Pengolahan ……………………........................ 26
3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ……………....................... 28
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi …………………........................ 30
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran …....................... 31
3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ………..................... 33
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan....... 38
3.9. Sektor Jasa-Jasa …………...…….……….................................. 42
Bab IV Tinjauan Pendapatan Regional ......................... 45
4.1 Struktur Ekonomi ................................................................ 45
4.2 Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 52
4.3 PDRB Per Kapita ................................................................. 57
Bab V Pertumbuhan dan Peranan PDRB Menurut
Lapangan Usaha ............................................ 61
5.1 Sektor Pertanian .................................................................. 61
5.2 Sektor Industri Pengolahan ................................................ 65
5.3 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ..................................... 69
5.4 Sektor Konstruksi ............................................................... 72
5.5 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ......................... 74
5.6 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .............................. 78
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
iv
5.7 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan .......... 82
5.8 Sektor Jasa-Jasa ................................................................. 85
Bab VI Perbandingan Regional Wilayah Bandung
Raya ......................................................................... 90
6.1. Struktur Ekonomi…............................................................. 90
6.2. Pertumbuhan Ekonomi ...............………………………………… 95
5.3. PDRB Per Kapita...…………………………………………………….. 97
Daftar Pustaka ………………………….......………………………………. 100
Lampiran ……………………………………………………………………….. 101
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada hakikatnya
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukan oleh tiga nilai pokok,
yaitu ; (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri
(self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude)
yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia (Todaro dalam
Arsyad, 1999:5). Berdasarkan konsep tersebut maka perlu disadari
bahwa pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, tidak terbatas
pada bagaimana meningkatkan angka PDRB saja, namun lebih pada
bagaimana mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi serta
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kita pahami bersama bahwa
pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang tidak
terlepas dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dunia luar,
mengingat sistem pembangunan ekonomi di negara kita bersifat
terbuka.
Perekonomian Kota Bandung pada tahun 2012 mampu tumbuh
sekitar 8,98 persen, lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jawa Barat yang tumbuh 6,21 persen dan pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
2
ekonomi nasional yang tumbuh 6,23 persen. Tingginya pertumbuhan
ekonomi Kota Bandung ditopang oleh tumbuhnya perekonomian
hampir di seluruh sektor ekonomi. Seluruh sektor mengalami
pertumbuhan positif dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor
ekonomi yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun
ini adalah sektor konstruksi yang diikuti dengan sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Pada tahun 2012 sektor konstruksi tumbuh sekitar
13,33 persen, atau meningkat 1,39 persen jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Adapun sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian
Kota Bandung mampu tumbuh sekitar 11,58 persen.
Berbeda dengan sektor lainnya yang mampu tumbuh positif
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, sektor industri
pengolahan juga mampu tumbuh positif walaupun lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011. Pada tahun 2012
sektor industri pengolahan tumbuh sekitar 3,18 persen. Jika diamati
menurut sub sektor atau kegiatan, beberapa mengalami pertumbuhan
positif lebih tinggi dibandingkan tahun 2011, namun beberapa
kegiatan tumbuh positif walaupun lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan tahun 2011.
Jika diamati setiap tahunnya kondisi perekonomian cukup
berfluktuasi akibat kondisi internal perusahaan/usaha juga
dipengaruhi oleh kondisi eksternal, baik kondisi wilayah, kondisi di
dalam negeri maupun kondisi global. Oleh karena pemantauan kondisi
perekonomian secara berkala perlu dilakukan dalam setiap tahapan
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
3
pembangunan ekonomi. Dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembangunan ketersediaan data dan indikator
perekonomian makro secara berkala perlu tersedia dalam kurun waktu
yang relatif cepat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah
satu indikator perekonomian yang biasa digunakan untuk memantau
perkembangan kondisi perekonomian suatu wilayah. Penyusunan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Tahun 2009 -
2012 kiranya dapat dijadikan salah satu bahan/kerangka acuan dalam
penetapan kebijakan ekonomi makro, baik moneter maupun sektor
riil, sehingga proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kota
Bandung masa mendatang akan lebih tepat sasaran.
1.2 Maksud dan Tujuan
Secara garis besar maksud penyusunan publikasi ini adalah
untuk mengetahui gambaran perkembangan pembangunan di Kota
Bandung, khususnya dalam bidang perekonomian. Adapun secara
rinci tujuan tersebut adalah :
1. Menyediakan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi
pembangunan di Kota Bandung tahun 2009 - 2012.
2. Mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian,
perkembangan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat Kota
Bandung tahun 2012.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
4
1.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penyusunan publikasi ini
adalah : data produksi, data harga dan data biaya antara atau rasio
biaya antara dari seluruh sektor ekonomi, yang meliputi : Sektor
Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri
Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi,
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan
Komunikasi, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa-Jasa, serta data jumlah
penduduk pertengahan tahun.
Data di atas bersumber dari data primer hasil survei/sensus
rutin Badan Pusat Statistik, seperti : Survei Industri Besar Sedang
Tahunan, Survei Hotel Tahunan, Survei Konstruksi Tahunan, Survei
Harga, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), dan Sensus
Penduduk (SP) Tahun 2010, proyeksi penduduk untuk penghitungan
Dana Alokasi Umum (DAU). Disamping itu juga bersumber dari data
sekunder berdasarkan pengumpulan data basis PDRB 2013 dari
instansi terkait, serta survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik, yaitu Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Tahun
2013.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
5
BAB II METODOLOGI
2.1 Konsep dan Definisi
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih
dikenal dengan istilah Pendapatan Regional (Regional Income)
merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah
dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik
Regional Bruto dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu:
a. Pendekatan Produksi (Production Approach), PDRB
adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu
wilayah/regional pada suatu waktu tertentu, biasanya setahun.
PDRB = ∑ NTB
PDRB = ∑ (Output – Biaya Antara)
PDRB = ∑ ((Produksi x Harga) – Biaya Antara)
b. Pendekatan pendapatan (Income Approach), PDRB
adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
6
wilayah/regional pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas
jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan (surplus usaha) yang
kesemuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak
tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik
Regional Bruto, termasuk pula penyusutan barang modal
tetap dan pajak tak langsung neto, Jumlah seluruh komponen
pendapatan tersebut disebut nilai tambah bruto dan Produk
Domestik Regional Bruto diperoleh dari penjumlahan nilai
tambah bruto seluruh sektor lapangan usaha.
PDRB = Upah Gaji + Surplus Usaha +
Pajak tak langsung netto + Penyusutan
c. Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach),
PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi
rumah tangga termasuk lembaga non profit yang melayani
rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal
tetap domestik bruto, perubahan stok (inventori) dan ekspor
neto di suatu wilayah. Ekspor neto di sini adalah ekspor
dikurangi impor.
PDRB = Konsumsi Rumah Tangga + Konsumsi
Pemerintah + PMTB + Perubahan
Inventori (Stok) + Ekspor - Impor
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
7
Dari ketiga pendekatan di atas dapat disimpulkan bahwa
jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada suatu
wilayah, sama dengan jumlah pendapatan faktor produksinya dan
harus sama pula dengan jumlah pengeluaran untuk berbagai
keperluan. PDRB di atas selanjutnya disebut sebagai PDRB atas dasar
harga pasar karena masih mencakup pajak tak langsung neto.
2.1.2 PDRB atas dasar harga berlaku
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan baik
pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai
tambah.
2.1.3 PDRB atas dasar harga konstan
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau
tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun
komponen nilai tambah.
2.1.4 Indeks Harga Implisit PDRB
Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB
atas dasar harga konstan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
8
2.1.5 Angka Laju Pertumbuhan PDRB
Besarnya persentase kenaikkan PDRB pada tahun berjalan
terhadap PDRB pada tahun sebelumnya. Adapun Laju Pertumbuhan
Ekonomi adalah laju PDRB atas dasar harga konstan.
LPE =PDRB adhk t – PDRB adhk t-1
x 100PDRB adhk t-1
2.1.6 PDRB per Kapita
PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.
PDRB per Kapita =PDRB
Penduduk pertengahan tahun
2.1.7 Pendapatan Regional
PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk
wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor
produksi yang mengalir keluar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
9
2.1.8 Pendapatan per Kapita
Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan
regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam
kenyataannya penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima
oleh penduduk Kota Bandung sulit dilakukan karena masih belum
tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar daerah. Oleh
karena itu sampai saat ini penyajian data pendapatan masih
menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan
demikian angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan
kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau
balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses
produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan
“product originated”.
2.1.9 Produk Regional Bruto
Merupakan PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik
penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa
faktor produksi yang mengalir ke luar.
2.1.10 Produk Regional Neto
Merupakan produk regional bruto dikurangi dengan
penyusutan barang modal tetap yang digunakan selama setahun. Jika
dikurangi lagi dengan pajak tak langsung neto akan diperoleh produk
regional neto atas dasar biaya faktor produksi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
10
2.1.11 Pajak tak langsung neto
Adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi pemerintah. Pajak
tak langsung bersifat menaikkan harga jual, sedangkan subsidi
sebaliknya.
Selanjutnya produk regional neto atas dasar biaya faktor
disebut Pendapatan Regional inilah yang seharusnya merupakan
pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk Kota
Bandung. Akan tetapi sampai saat ini penghitungan pendapatan yang
benar-benar diterima penduduk Kota Bandung belum dapat
dilakukan. Hal ini disebabkan masih belum tersedianya data arus
pendapatan yang mengalir antar Kabupaten/Kota. Dalam pengertian
ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan dari faktor produksi yang
berada di luar Kota Bandung milik penduduk Kota Bandung harus
dihitung sebagai pendapatan Kota Bandung. Demikian juga
sebaliknya dengan pendapatan dari faktor produksi milik penduduk
luar Kota Bandung harus dikeluarkan.
Berkaitan dengan hal di atas penghitungan yang dapat
disajikan hanyalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka
PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa
faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di
daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan gambaran
"Production Originated".
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
11
2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional
PDRB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk
memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya :
1. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu
wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang besar.
2. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang
memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
3. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
maupun sektoral dari tahun ke tahun.
4. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor
menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan
peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor
ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan
basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut.
5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai
PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.
6. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
12
2.3 Cara Penyajian PDRB
PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu
(tahun dasar), dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai
tahun dasar.
a. Penyajian atas dasar harga berlaku, PDRB dinilai atas dasar
harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai
produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai
tambah dan komponen pengeluaran PDRB.
b. Penyajian atas dasar harga konstan 2000 , PDRB dinilai
seluruhnya dengan harga pada tahun dasar. Karena setiap tahun
dinilai dengan harga yang sama, maka perkembangan PDRB dari
tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil
dan bukan disebabkan kenaikan harga.
Dari dua penyajian PDRB ini diperoleh beberapa indikator
ekonomi makro yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik
birokrasi pemerintah, peneliti maupun masyarakat dunia usaha.
Indikator tersebut antara lain Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE),
Struktur Perekonomian dan Pendapatan (PDRB) Perkapita.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
13
Nilai PDRB Kota Bandung dalam publikasi ini disajikan
menurut sektor lapangan usaha. Pembagian sektor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air bersih
5. Bangunan/Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Jasa-jasa
2.4 Metode Penghitungan PDRB
2.4.1 Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode langsung dan metode tak langsung (alokasi). Dalam metode
langsung dikenal ada tiga macam pendekatan penghitungan yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil
yang sama. Dalam metode tak langsung nilai tambah di suatu
wilayah diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah suatu
kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-masing kegiatan
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
14
ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator
yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi
tersebut.
2.4.2 Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan
PDRB selain dihitung atas dasar harga berlaku, juga dihitung
dengan harga konstan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan
PDRB secara riil, bukan karena adanya kenaikan harga. Ada empat
cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga
konstan, yaitu :
a. Revaluasi
b. Ekstrapolasi
c. Deflasi
d. Deflasi berganda
a. Revaluasi
Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan
biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada dasar 2000.
Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga
konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga
konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara.
Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap
biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input
yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat
memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
15
atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara
output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio
tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.
b. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun
dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai
ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi
yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi
seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap
cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.
Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan
output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan
rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan
nilai tambah atas dasar harga konstan.
c. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh
dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku
masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga
konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya.
Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam
keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
16
diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan
dengan indeks harga tersebut.
d. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan
biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara
output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar
harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau
indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya,
sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari
komponen input terbesar.
Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya
antara, di samping karena komponennya terlalu banyak juga karena
indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam
penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak
dipakai. Penghitungan komponen penggunaan produk domestik
regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan
menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia
maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
17
2.5 Penyajian Angka Indeks
Untuk mempermudah dalam menganalisisnya, PDRB
disamping disajikan dalam bentuk angka absolut, disajikan juga dalam
bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut adalah
sebagai berikut :
2.5.1. Indeks Perkembangan
Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan
pendapatan/perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan
dengan tahun dasar. Indeks tersebut di rumuskan sebagai berikut :
IP =PDRB it
x 100 %PDRB i0
dimana :
IP = Indeks Perkembangan
i = Sektor 1,2,...,9
t = Tahun t
0 = Tahun dasar
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
18
2.5.2. Indeks Berantai
Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat
pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Indeks berantai ini diperoleh dengan cara membagi nilai
pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya
dikalikan 100. indeks berantai dirumuskan sebagai berikut :
IB =PDRB it
x 100 %PDRB i(t-1)
di mana :
IB = Indeks Berantai
i = Sektor 1,2,…,9
t = Tahun t
t-1 = Tahun sebelumnya
2.5.3. Indeks Implisit
Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga
dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks
Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga
berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian
dikalikan 100.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
19
Indeks Implisit dapat dirumuskan sebagai berikut :
IH =PDRB atas dasar harga berlaku it
x 100PDRB atas dasar harga konstan it
di mana :
IH = Indeks Implisit
i = Sektor 1,2,…,9
t = Tahun t
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
20
BAB III URAIAN SEKTORAL
Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup
ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor,
cara-cara perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber
data yang digunakannya.
3.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan DanPerikanan
3.1.1. Tanaman Bahan
Makanan
Sub sektor ini
mencakup komoditi tanaman
bahan makanan seperti padi,
jagung, ketela pohon, ketela
rambat, kacang tanah, kacang
kedele, sayur-sayuran, buah-buahan dan hasil-hasil produksi
ikutannya. Termasuk pula disini hasil-hasil dari pengolahan yang
dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek dan sagu.
Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas
Pertanian, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data
harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
21
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis
kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian
hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan
menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan
hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
revaluasi.
3.1.2. Tanaman Perkebunan
Sub sektor ini mencakup
komoditi tanaman perkebunan
yang diusahakan oleh rakyat
seperti karet, kelapa, kopi, kapok
teh, tebu, tembakau, cengkeh,
kemiri, kina, lada, pala, panili,
serat karung, tembakau serta
tanaman perkebunan lainnya,
termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana
seperti gula merah, minyak kelapa, tembakau olahan dan teh olahan.
Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan sedangkan
data harga berupa harga perdagangan besar dikumpulkan oleh Badan
Pusat Statistik.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
22
Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dihitung
dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu
setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya,
kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh
dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang
merupakan hasil SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
revaluasi. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan dan data
harga dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya
Sub sektor ini mencakup
produksi ternak besar, ternak
kecil, unggas maupun hasil-hasil
ternak seperti susu segar dan
telur. Yang dimaksud dengan
Produksi Peternakkan adalah
banyaknya ternak yang lahir dan
penambahan berat ternak.
Produksi peternakkan di hitung berdasarkan perkiraan dengan
menggunakan rumus:
Produksi = Jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun - awal tahun) +(ternak keluar - ternak yang masuk)
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
23
Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak dan
keluar masuk ternak diperoleh dari Dinas Pertanian, sedangkan
data harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
Nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak
dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi dengan biaya
antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya
antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar
harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.
3.1.4. Kehutanan.
Sub sektor ini mencakup
komoditi kayu pertukangan, kayu
bakar, arang, bambu, rotan dan
lain-lain. Data produksi dan
harga diperoleh dari Perum
Perhutani atau Kantor Wilayah
Kehutanan Provinsi Regional
Barat.
Nilai tambah bruto atas dasar harga dihitung dengan cara
Pendekatan Produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu jenis produksi
kehutanan dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi
biaya antara. Biaya antara dperoleh dengan menggunakan ratio biaya
antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
24
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil
dan dinyatakan tidak ada.
3.1.5. Perikanan
Subsektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan
darat, serta pengolahan
sederhana (pengeringan dan
penggaraman ikan).
NTB atas dasar harga
berlaku dihitung dengan cara
output dikurangi biaya antara.
Nilai output perikanan
diperoleh dari Dinas Pertanian
sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil perkalian rasio biaya
antara terhadap outputnya. Besarnya rasio biaya diperoleh dari
Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung
dengan cara Revaluasi.
3.2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian
Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 sub sektor yaitu Minyak dan
Gas Bumi (Migas), Pertambangan tanpa migas dan Penggalian. Sektor
ini mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pemboran dan
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
25
pengambilan segala macam pemanfaatan misalnya benda non biologis,
barang-barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di
alam, baik yang berupa benda padat, benda cair misalnya minyak
mentah, maupun benda gas misalnya gas bumi.
3.3.1. Pertambangan
Sub sektor ini mencakup
komoditi minyak mentah, gas bumi,
batu bara, biji emas dan perak. Data
produksi dan harga diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS).
NTB atas dasar harga berlaku
diperoleh dengan cara Pendekatan
Produksi, yaitu mengalikan terlebih
dahulu setiap jenis produksi dengan harganya, kemudian dikurangi
biaya antara yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil
dan dinyatakan tidak ada.
3.2.2. Penggalian.
Subsektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala
jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, batu dan lain-lain yang
pada umumnya berada pada permukaan bumi. Komoditi yang
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
26
dicakup adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil,
batu karang, batu marmer, pasir bahan bangunan, pasir silika, pasir
kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya.
Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS), Dinas Pertambangan Provinsi Regional Barat dan Pusat
Pengembangan Teknologi dan Mineral (PPTM), sedangkan biaya
antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan outputnya.
Besarnya rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Penggalian
yang dilakukan Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan PPTM.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
pendekatan produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. NTB
atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode Deflasi
dengan deflatornya Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk
Barang-barang Galian. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya
sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.3. Sektor Industri Pengolahan
3.3.1. Industri Minyak dan Gas (Migas)
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan
minyak bumi dan gas alam cair misalnya premium, minyak tanah,
minyak diesel, avtur, avigas dan sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai
output dan biaya antara diperoleh dari BPS melalui survei.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
27
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Hasil Pengilangan Minyak
Bumi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.3.2. Sektor Industri Tanpa Migas.
Berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)
1997 kegiatan industri mencakup sembilan kegiatan golongan pokok,
yaitu :
1. Industri makanan, minuman dan tembakau
2. Industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki
3. Industri kayu
4. Industri kertas dan percetakan
5. Industri kimia dan barang-
barang dari kimia
6. Industri barang galian bukan
logam
7. Industri logam dasar
8. Industri barang dari logam
9. Industri pengolahan lainnya
Badan Pusat Statistik mengelompokkan kegiatan industri yang
sudah terklasifikasi berdasarka KBLI berdasarkan jumlah tenaga
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
28
kerja. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, kegiatan industri pengolahan
meliputi kegiatan industri besar dan sedang, industri kecil, dan
industri rumah-tangga. Industri Besar mencakup kegiatan industri
dengan tenaga kerja 100 orang dan lebih, Industri Sedang mencakup
kegiatan industri yang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang.
Industri Kecil dan Rumah tangga mencakup kegiatan industri kecil
yang mempunyai tenaga kerja 5 -19 orang dan industri rumahtangga
yang mempunyai tenaga kerja 1- 4 orang.
NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang
di hitung menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output
dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari
Survei Tahunan Industri Besar dan Sedang yang setiap tahun
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Sedangkan untuk industri kecil
dan rumah tangga dilakukan estimasi berdasarkan indikator jumlah
tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja, hasil suatu Survei
Industri Kecil dan Rumah Tangga yang dilakukan BPS.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang-
barang Industri.
3.4. Sektor Listrik, Gas, Dan Air Bersih
3.4.1. Listrik
Subsektor listrik ini mencakup kegiatan pembangkitan dan
penyaluran tenaga listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
29
Listrik Negara (PLN) dan non
PLN. NTB atas dasar harga
berlaku dihitung dengan
menggunakan metode
Pendekatan Produksi yaitu
output dikurangi biaya antara.
Nilai output diperoleh dari
perkalian produksi listrik PLN
dan Non PLN dengan tarif listrik yang datanya diperoleh dari PLN dan
Survei Listrik Non PLN, sedangkan biaya antara diperoleh dari
perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya. Ratio ini
didapat dari survei yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan
metode Ekstrapolasi dan ektrapolatornya Indeks Produksi Listrik.
3.4.2. Gas Kota
Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan Gas kota yang
biasanya diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output
dan biaya antara diperoleh dari Survei Gas yang dilakukan setiap
tahun oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks
Produksi Gas.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
30
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.4.3. Air Bersih
Subsektor ini mencakup
kegiatan proses pembersihan,
pemurnian dan proses kimiawi
lainnya untuk menghasilkan air
minum serta pendistribusian dan
penyalurannya baik yang dilakukan
oleh Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya
antara diperoleh dari Survei Air Minum yang setiap tahun dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode
Ekstrapolasi dengan ekstrpolatornya Indeks Produksi Air Minum.
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi
Sektor ini mencakup segala kegiatan
pembangunan fisik (kontruksi), baik berupa
gedung, jalan, jembatan dan kontruksi
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
31
lainnya yang dilakukan oleh perusahaan maupun yang dilakukan oleh
perorangan.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara
di peroleh dari Survei Perusahaan Konstruksi AKI dan Non AKI
ditambah dengan kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh perorangan.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang
Bangunan.
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran
3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran.
Perdagangan besar ini
meliputi kegiatan pengumpulan
dan penjualan kembali barang
baru maupun bekas oleh
pedagang dari produsen atau
importir ke pedagang besar
lainnya atau pedagang eceran.
Perdagangan eceran mencakup
kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan
atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang
bekas.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
32
NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode arus barang
(Commodity Flow) yaitu output dihitung berdasarkan besarnya
margin perdagangan yang timbul akibat perdagangan barang-barang
dari sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri serta
barang dari impor dikurangi biaya antara.
3.6.2. Hotel
Subsektor ini mencakup
kegiatan penyediaan akomodasi yang
menggunakan sebagian atau seluruh
bangunan sebagai tempat
penginapan. Yang dimaksud
akomodasi di sini adalah hotel-hotel
berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya
yang digunakan untuk menginap untuk menginap seperti losmen dan
hotel.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh
dari perkalian jumlah kamar yang terjual dengan rata-rata tarif per
kamar. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara hasil
SKPR dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan tahun
2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan
ekstrapolatornya Indeks Jumlah Kamar yang Terjual.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
33
3.6.3. Restoran
Sub sektor ini mencakup
kegiatan usaha penyediaan
makanan dan minuman jadi yang
pada umumnya dikonsumsi di
tempat penjualan. Kegiatan-
kegiatan yang termasuk dalam
sub sektor ini seperti rumah
makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh
dengan cara mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per
kapita selama setahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara yang diperoleh
dari SKPR dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Makanan Jadi.
3.7. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi
3.7.1. Angkutan Rel
Sub sektor ini mencakup pengangkutan barang dan
penumpang dengan menggunakan alat angkut kereta api, yang
sepenuhnya dikelola oleh PT. KAI.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
34
NTB atas dasar harga berlaku
dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara.
Nilai output dan biaya antara diperoleh
dari Laporan Keuangan PT. KAI.
NTB atas dasar harga konstan
2000 dihitung dengan menggunakan
metode Ekstrapolasi dengan
ekstrapolatornya Indeks Penumpang dan Barang.
3.7.2. Angkutan Jalan Raya
Sub sektor ini mencakup
kegiatan pengangkutan barang
dan penumpang dengan
menggunakan alat angkut
kendaraan jalan raya baik
bermotor maupun tidak
bermotor. Termasuk disini
kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan (rental car), baik dengan atau
tanpa pengemudi.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh
dengan cara jumlah kendaraan umum dikalikan rata-rata output per
kendaraan. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara
dikalikan nilai outputnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
35
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.7.3. Angkutan Laut
Subsektor ini mencakup
kegiatan pengangkutan penumpang
dan barang dengan menggunakan kapal
laut yang beroperasi di dalam dan ke
luar daerah domestik oleh Perusahaan
angkutan Laut.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurang biaya antara. Nilai output dan biaya
antara diperoleh dari SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks
Jumlah Penumpang dan Barang.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan
penumpang dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik
bermotor maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan
dengan alat angkut kapal ferri.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
36
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari
biaya antara diperoleh dari SKPR.
Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas
dasar harga konstan 2000 dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah
Penumpang dan Barang.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.7.5. Angkutan Udara
Sub sektor ini mencakup
kegiatan pengangkutan penumpang
dan barang dengan menggunakan
pesawat udara yang diusahakan oleh
perusahaan penerbangan yang
beroperasi di daerah tersebut.
NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan
Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan
biaya antara diperoleh dari SKPR.
Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas
dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolatornya
Indeks Jumlah Penumpang dan Barang.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
37
3.7.6. Jasa penunjang angkutan
Sub sektor ini mencakup kegiatan yang
bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan
pengangkutan yaitu jasa pelabuhan udara, laut,
darat (terminal dan parkir), sungai, bongkar
muat laut dan darat, keagenan penumpang,
ekspedisi laut, jalan tol, jasa parkir dan lain-lain.
NTB atas dasar harga berlaku
menggunakan Pendekatan Produksi, yaitu output
dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh
dari SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga
Konsumen (IHK).
3.7.7. Komunikasi
Subsektor ini meliputi
kegiatan jasa Pos & Giro meliputi
kegiatan pemberian jasa kepada pihak
lain dalam hal pengiriman surat, wesel,
paket, jasa giro dan jasa tabungan.
Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain
dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon, dan telek.
Jasa penunjang komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel),
radio panggil (pager) dan telepon seluler (ponsel).
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
38
NTB atas dasar harga berlaku
dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara.
Nilai output dari kegiatan pos dan giro,
dan telekomunikasi diperoleh dari
Laporan Keuangan Perum Pos dan Giro,
dan PT. Telkom Wilayah Regional Barat. Sedangkan penunjang
komunikasi diperoleh dari survei seperti wartel dan alokasi (seperti
radio panggil, telepon selular).
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah
surat yang dikirim untuk kegiatan pos dan giro, jumlah pulsa untuk
kegiatan telekomunikasi.
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan Dan JasaPerusahaan
3.8.1. Bank
Sub sektor ini mencakup
kegiatan bank sentral dan bank komersial
yang memberikan jasa keuangan pada
pihak lain seperti: menerima simpanan
terutama dalam bentuk giro dan
deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka
pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
39
menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas
dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat
menyimpan barang berharga, dan sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya
antara diperoleh dari Laporan Bank Indonesia.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Umum.
3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya
Sub sektor ini mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun,
Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan.
Dalam sub sektor ini juga mencakup kegiatan valuta
asing, pasar modal, dan jasa penunjang lainnya
misalnya pialang, penjamin emisi dan sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi, yaitu output
dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan
biaya antara diperoleh dari SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000
dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya
Indeks Harga Konsumen (IHK).
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
40
3.8.3. Sewa Bangunan
Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan
dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun
bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen,
gelanggang olah raga, serta usaha
persewaan tanah persil.
NTB atas dasar harga
berlaku dihitung dengan
Pendekatan Produksi yaitu
output dikurangi biaya antara.
Nilai output diperoleh dari
perkalian antara pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas perkiraan
sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Deflasi dengan deflatornya IHK Perumahan.
3.8.4. Jasa Perusahaan
Sub sektor ini mencakup kegiatan
pemberian jasa hukum (Advokat dan
Notaris), jasa akuntansi dan pembukuan,
jasa pengolahan dan penyajian data, jasa
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
41
bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran,
jasa fotocopy, serta jasa persewaan mesin dan peralatan.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output
diperoleh dari perkalian jumlah perusahaan dengan rata-rata output
per perusahaan hasil SKPR. Biaya antara diperoleh dengan cara
mengalikan ratio biaya antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.9. Sektor Jasa-Jasa
3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum.
Sub sektor ini mencakup
kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh
pemerintah untuk kepentingan rumah
tangga serta masyarakat umum. Sebagai
contoh, jasa pemerintahan umum,
pertahanan dan keamanan dan
sebagainya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
42
3.9.2. Jasa Swasta
Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak
swasta, misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan
rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga.
3.9.3.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan
Sub sektor ini mencakup kegiatan
jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian,
palang merah, panti asuhan, panti wreda,
yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC),
rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah
maupun swasta.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh
dari hasil perkaliaan jumlah indikator produksi misalnya jumlah
murid, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter jumlah panti
asuhan dan sebagainya dengan rata-rata output per masing-masing
indikator dari hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian
ratio biaya antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
43
3.9.3.2. Jasa Hiburan dan
Rekreasi
Sub sektor ini mencakup
kegiatan jasa bioskop, kebun
binatang, taman hiburan, pub, bar,
karaoke, diskotik, kolam renang dan
kegiatan hiburan lainnya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh
dari hasil perkalian jumlah pengunjung/ penonton dengan rata-rata
tarif per pengunjung/penonton hasil survei SKPR. Biaya antara
diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.9.3.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
Sub sektor ini mencakup kegiatan yang
pada umumnya melayani perorangan dan rumah
tangga misalnya bengkel sepeda, salon, jasa
reparasi, pembantu rumah tangga, tukang cukur,
tukang jahit, semir sepatu dan sejenisnya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi yaitu output
dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
44
jumlah masing-masing jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan
rumah tangga dengan rata-rata output per masing-masing jenis
kegiatan tersebut. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya
antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Revaluasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
45
BAB IV TINJAUAN PENDAPATAN REGIONAL
4.1 Struktur Ekonomi
Besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam
membentuk PDRB pada suatu wilayah menunjukkan struktur ekonomi
wilayah yang bersangkutan. Struktur ekonomi suatu wilayah sangat
dipengaruhi oleh potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pengelolaan SDA
dan SDM yang dilakukan melalui pembangunan pada dasarnya adalah
suatu upaya perbaikan kondisi perekonomian untuk meningkatkan
kekayaan dan kesejahteraan masyarakat. Bagaimana cara pengelolaan
potensi ini dan bagaimana masyarakat dilibatkan pada akhirnya
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat.
Indikator yang seringkali digunakan untuk menggambarkan
struktur ekonomi wilayah adalah distribusi persentase sektoral
(lapangan usaha). Distribusi persentase PDRB secara sektoral
menunjukkan peranan masing-masing sektor terhadap PDRB secara
keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar
pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi
suatu daerah. Oleh karenanya dengan hanya melihat pertumbuhan
suatu sektor akan kurang tepat tanpa memperhatikan peranan sektor
tersebut dalam PDRB. Jadi persentase ini dapat dianggap sebagai
penimbang apabila kita ingin melihat pertumbuhan sektoral dengan
teliti, disamping untuk menilai sampai sejauh mana tahap
industrialisasi yang sudah dijalani oleh wilayah yang diteliti.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
46
Fenomena umum dari struktur perekonomian suatu wilayah
seperti yang dikemukakan A.G.B Fisher dapat dilihat dengan
mengelompokkan struktur perekonomian menjadi tiga kelompok.
Clark bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu
wilayah maka peranan sektor primer semakin menurun, tetapi
sebaliknya peranan sektor sekunder dan tersier semakin meningkat
(BPS Provinsi Jawa Barat, 2003).
Pengelompokan sembilan sektor (lapangan usaha) menjadi tiga
kelompok sektor, yaitu :
1. Sektor Primer yaitu sektor yang tidak mengolah bahan baku
melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti
tanah dan deposit di dalamnya; yaitu sektor Pertanian dan
Pertambangan & Penggalian (sektor 1 dan 2).
2. Sektor Sekunder yaitu yang mengolah bahan baku baik
yang berasal dari sektor primer maupun sektor sekunder sendiri,
menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini
mencakup sektor Industri Pengolahan, Listrik , Gas dan Air
Bersih dan sektor Konstruksi (sektor 3,4 dan 5).
3. Sektor Tersier, atau dikenal juga sebagai sektor Jasa, yaitu
sektor-sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik
melainkan dalam bentuk jasa, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor
Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta
sektor Jasa-jasa (sektor 6,7,8 dan 9).
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
47
Tabel 4.1 PDRB Kota Bandung Menurut Kelompok Sektor
Tahun 2009 – 2012 (Milyar Rupiah)
Kelompok Sektor 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Atas Dasar Harga Berlaku
Sektor Primer 168,08 161,74 192,74 229,01
Sektor Sekunder 22.049,08 25.709,92 29.108,99 33.071,83
Sektor Tersier 48.064,00 56.130,51 66.311,13 77.820,71
PDRB ADHBerlaku
70.281,16 82.002,18 95.612,86 111.121,55
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Sektor Primer 74,46 63,34 67,07 71,18
Sektor Sekunder 9.914,47 10.421,65 10.991,84 11.587,00
Sektor Tersier 19.239,34 21.212,29 23.404,72 25.900,14
PDRB ADHKonstan 2000
29.228,27 31.697,28 34.463,63 37.558,32
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Beralihnya struktur lapangan usaha sebagian besar masyarakat
Kota Bandung dari sektor primer ke sektor lainnya dapat terlihat dari
besarnya peranan masing-masing sektor. Pergeseran struktur ekonomi
semakin jelas terlihat seiring dengan perkembangan Kota Bandung
dari kota agraris pada era 1990-an menjadi kota jasa pada beberapa
tahun terakhir. Pergeseran struktur ekonomi dari kota industri
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
48
menjadi kota jasa dan perdagangan semakin jelas terlihat dari struktur
ekonomi tahun 2012.
Pada tahun 2012 nilai tambah bruto (NTB) kelompok sektor
tersier atas dasar harga berlaku sebanyak 77.820,71 milyar rupiah atau
meningkat sekitar 17,36 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dengan kata lain PDRB Kota Bandung tahun 2012 sebanyak 70,03
persen disumbang oleh kelompok sektor tersier. Adapun kelompok
sektor sekunder berkontribusi sebesar 29,76 persen pada tahun 2012
ini atau senilai 33.071,83 milyar rupiah. Sisanya sebanyak 0,21 persen
PDRB Kota Bandung disumbang oleh sektor pertanian atau senilai
229,01 milyar rupiah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
49
Tabel 4.2 Struktur Perekonomian Kota Bandung Menurut Sektor EkonomiTahun 2009-2012 (Persen)
Sektor 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Sektor Primer 0,24 0,20 0,20 0,21
Pertanian 0,24 0,20 0,20 0,21
Pertambangan dan Penggalian - - - -
Sektor Sekunder 31,37 31,35 30,44 29,76
Industri Pengolahan 24,49 24,38 23,51 22,55
Listrik, Gas dan Air Bersih 2,30 2,31 2,30 2,35
Konstruksi 4,59 4,67 4,63 4,86
Sektor Tersier 68,39 68,45 69,35 70,03
Perdagangan, Hotel dan Restoran 40,95 40,61 41,25 41,67
Pengangkutan dan Komunikasi 11,77 11,97 12,38 12,47
Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan
6,26 6,23 6,37 6,64
Jasa-jasa 9,40 9,64 9,35 9,25
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang sekitar
41,67 persen terhadap total pembentukan PDRB di Kota Bandung
tahun 2012, mengalami peningkatan sekitar 0,42 persen dibandingkan
tahun 2011. Walaupun peningkatan kontribusi relatif kecil, namun
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
50
karena sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi
terbesar dalam pembentukan PDRB, maka sedikit saja perubahan yang
terjadi pada sektor ini akan memberikan pengaruh yang signifikan
bagi perekonomian Kota Bandung.
Masih dari kelompok sektor tersier, sektor yang juga memiliki
kontribusi relatif besar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 12,47 persen, sedikit
meningkat dari kontribusi tahun sebelumnya. Kemudian sektor jasa-
jasa berkontribusi sebesar 9,25 persen dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan berkontribusi sebesar 6,64 persen.
Dalam kelompok sektor sekunder, sektor industri pengolahan
memberikan kontribusi sebesar 22,55 persen terhadap pembentukan
PDRB Kota Bandung tahun 2012. Mengalami penurunan jika
dibandingkan kontribusi tahun sebelumnya. Kemudian sektor listrik,
gas, dan air bersih berkontribusi sebesar 2,35 persen, meningkat 0,05
persen dibandingkan tahun 2011. Adapun sektor konstruksi
memberikan kontribusi sebesar 4,86 persen terhadap pembentukan
PDRB tahun 2012, atau meningkat sebesar 0,23 persen dibandingkan
kontribusi tahun lalu.
Jika diamati lebih jauh, akan terlihat adanya pergeseran
struktur ekonomi, yaitu dari sektor industri pengolahan menuju sektor
perdagangan, hotel dan restoran (atau dari sektor sekunder ke sektor
tersier). Kondisi pergeseran ini dapat dimaklumi dengan semakin
sempitnya lahan untuk kegiatan industri, sehingga kegiatan industri di
perkotaan pindah ke daerah pinggiran kota sebagai daerah penyangga
ibukota provinsi. Namun demikian sektor industri di Kota Bandung
masih dapat dikembangkan untuk mendukung perekonomian Kota
Bandung, yaitu industri yang tidak terlalu membutuhkan lahan relatif
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
51
luas terutama industri kreatif yang semakin banyak tumbuh di Kota
Bandung.
Peranan sektor pertanian dalam perekonomian Kota Bandung
pada tahun 2012 sebesar 0,21 persen. Kecilnya kontribusi pertanian
menggambarkan bahwa potensi pertanian di Kota Bandung khususnya
yang memerlukan lahan relatif luas sudah semakin berkurang. Pada
tahun 2012 ini banyak terjadi alih fungsi lahan, yaitu dari lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian, yaitu digunakan untuk lahan
pemukiman/perumahan atau kegiatan perdagangan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
52
4.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kenaikan PDRB
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil
dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak. Namun pada intinya pertumbuhan
ekonomi tersebut merupakan suatu perkembangan dari berbagai
kegiatan ekonomi. Terdapat berbagai teori tentang pembangunan
ekonomi yang pada intinya adalah metode tentang menganalisis
perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang
faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah
tertentu.
Beberapa teori pertumbuhan tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Teori basis ekonomi (economic base theory) menyatakan bahwa
penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari
luar daerah. (2) Teori lokasi yang menyatakan bahwa terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi, lokasi,
dan lokasi. (3) Teori tempat sentral yang menganggap ada hirarki
tempat, yaitu perlu adanya pembedaan fungsi antara daerah-daerah
yang bertetangga dalam hal penyediaan barang dan jasa. (4) Teori
kausasi kumulatif dimana kekuatan-kekuatan pasar cenderung
memperoleh kesenjangan antara daerah-daerah tersebut sehingga
daerah maju cenderung mengalami akumulasi keunggulan kompetitif
dibandingkan daerah lainnya. Dalam hal ini Myrdal (1957)
menyebutnya sebagai backwash effects.
Terlepas dari faktor dominan apa saja yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, sejak tahun 1998 lalu
pertumbuhan ekonomi Kota Bandung cenderung menunjukkan
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
53
perbaikan ke arah yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya LPE di Kota Bandung. Angka LPE ini merupakan salah
satu indikator dalam menunjukkan kinerja perekonomian Kota
Bandung secara umum, dimana terjadinya peningkatan faktor
produksi tanpa adanya pengaruh inflasi.
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota BandungTahun 2009-2012 (Persen)
Sektor 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Pertanian 4,13 (14,94) 5,89 6,12
Pertambangan dan Penggalian - - - -
Industri Pengolahan 3,29 3,52 3,70 3,18
Listrik, Gas dan Air Bersih 9,79 10,47 10,74 10,86
Konstruksi 9,47 11,20 11,94 13,33
Perdagangan,Hotel dan Restoran 10,41 10,97 11,23 11,58
Pengangkutan dan Komunikasi 10,36 11,25 10,97 10,92
Keuangan, Persewaan & JasaPerusahaan
8,44 8,53 8,56 9,54
Jasa-jasa 11,39 7,55 7,26 7,43
PDRB 8,34 8,45 8,73 8,98
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
54
Pada tahun 2012 perekonomian Kota Bandung mampu tumbuh
sekitar 8,98 persen. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat, maupun angka
pertumbuhan ekonomi nasional. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya maka mengalami peningkatan sekitar 0,25 persen,
dimana tahun sebelumnya tumbuh sebesar 8,73 persen.
Pasca krisis global yang terjadi pada medio 2008, dimana pada
tahun 2008 angka LPE Kota Bandung sempat mengalami perlambatan
akibat menurunnya kinerja beberapa sektor ekonomi (8,17 persen),
perekonomian Kota Bandung secara perlahan menunjukkan adanya
perbaikan kinerja. Pada tahun 2009 perekonomian Kota Bandung
tumbuh sekitar 8,34 persen dan meningkat menjadi 8,45 persen pada
tahun 2010.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
55
Apabila LPE Kota Bandung dijadikan sebagai dasar (base line)
dalam evaluasi kinerja sektor-sektor ekonomi, maka kinerja sektoral
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama,
adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata
(8,98 persen). Kelompok kedua, adalah sektor yang berhasil
mencapai pertumbuhan positif namun masih berada di bawah LPE
rata-rata. Kelompok ketiga, adalah sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif.
Tabel 4.4 LPE Sektor Ekonomi Tahun 2011 - 2012
Sektor LPE 2011 Kelompok LPE 2012 Kelompok
[1] [2] [3] [4] [5]
Pertanian 5,89 2 6,12 2
Pertambangan - - - -
Industri Pengolahan 3,70 2 3,18 2
Listrik, Gas dan AirBersih
10,74 1 10,86 1
Konstruksi 11,94 1 13,33 1
Perdagangan, Hotel,Restoran
11,23 1 11,58 1
Pengangkutan danKomunikasi
10,97 1 10,92 1
Keuangan, UsahaPersewaan dan JasaPerusahaan
8,56 2 9,54 1
Jasa-jasa 7,26 2 7,43 2
PDRB 8,73 8,98
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
56
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa terdapat perbaikan
kinerja dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
tahun 2012. Jika pada tahun 2011 sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan berada pada kelompok kedua, yaitu sektor ekonomi
yang mengalami pertumbuhan positif namun angka pertumbuhannya
lebih rendah dari angka pertumbuhan rata-rata Kota Bandung, maka
pada tahun 2012 bergeser menjadi kelompok pertama. Artinya sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2012 memiliki
angka pertumbuhan ekonomi positif dan berada di atas rata-rta
pertumbuhan Kota Bandung.
Selain sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang
pindah ke kelompok pertama, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor
konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor
pengangkutan dan komunikasi, baik tahun 2011 maupun 2012 berada
pada kelompok pertama. Artinya, kelima sektor ini mengalami
pertumbuhan ekonomi positif dan lebih tinggi dari rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kota Bandung.
Adapun sektor ekonomi yang berada pada kelompok kedua
adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa-
jasa. Ketiga sektor ini mengalami pertumbuhan positif namun masih
lebih rendah daripada rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Bandung.
Terdapat satu hal yang perlu disadari terkait dengan angka
LPE. Tingginya LPE Kota Bandung menunjukkan tingginya kinerja
ekonomi dari sektor-sektor ekonomi yang ada di Kota Bandung, yaitu
terjadi peningkatan kinerja produksi dari berbagai kegiatan ekonomi
yang ada. Namun ada kalanya tingginya LPE ini tidak sejalan dengan
tingginya tingkat daya beli masyarakat atau pendapatan masyarakat.
Perlu dipahami bahwa sebagian besar usaha-usaha besar di Kota
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
57
Bandung kepemilikannya adalah penduduk luar Kota Bandung
sehingga tingginya pertumbuhan tersebut seringkali hanya dinikmati
oleh beberapa lapisan masyarakat saja. Adapun sebagian besar
masyarakat yang juga ikut berpartisipasi dalam proses ekonomi
khususnya yang berstatus sebagai buruh atau karyawan, hanya
menikmati sebagian kecil saja dari pertumbuhan tersebut. Walaupun
secara ilmu ekonomi akan terjadi transfer in and transfer out ketika
ada usaha di luar Kota Bandung yang dimiliki oleh penduduk Kota
Bandung dan usaha di Kota Bandung yang dimiliki oleh penduduk luar
Kota Bandung. Walaupun seringkali hal ini menjadi perdebatan, LPE
tinggi tetapi daya beli masyarakat masih rendah. LPE dihitung
berdasarkan perkembangan PDRB suatu wilayah, yaitu perkembangan
dari aktivitas ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Adapun daya beli
masyarakat adalah tingkat kemampuan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan pokoknya, dan belum tentu mereka menikmati
pertumbuhan yang tinggi. Oleh karena itu upaya percepatan
pertumbuhan saja tidak cukup, yang lebih penting adalah bagaimana
angka pertumbuhan tersebut bisa dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Yang perlu dicapai adalah adanya pemerataan
pendapatan masyarakat sehingga pendapatan per kapita adalah riil
bisa dinikmati.
4.3 PDRB per Kapita
Indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan
kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita
atau Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima
penduduk di suatu wilayah berarti tingkat kesejahteraannya
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
58
bertambah baik dan sebaliknya penurunan pendapatan per kapita
berarti tingkat kesejahteraannya semakin menurun. Dengan asumsi
bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar
(transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer
masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan
PDRB per kapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya mendapatkan
data pendapatan yang masuk dan keluar.
PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa
diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat adanya aktivitas
produksi. PDRB per kapita dihitung dengan cara PDRB dibagi jumlah
penduduk pertengahan tahun. Data jumlah penduduk yang dipakai
dalam publikasi ini menggunakan angka proyeksi penduduk
pertengahan tahun yang didasarkan dari hasil Penyusunan Dana
Alokasi Umum (DAU) 2012 .
Tabel 4.5 PDRB Per Kapita Kota Bandung Tahun 2009 – 2012
TahunADH Berlaku
(Rupiah)
Pertumbuhan
(%)
ADH Konstan
2000
(Rupiah)
Pertumbuhan
(%)
[1] [2] [3] [4] [5]
2009 30.455.029 15,51 12.665.526 7,63
2010 34.240.720 12,43 13.235.475 4,50
2011*) 39.219.772 14,54 14.136.757 6,81
2012**) 45.135.932 15,08 15.255.635 7,91
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
59
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tahun 2009
mencapai 30,45 juta rupiah. Kemudian meningkat sekitar 12,43 persen
di tahun 2010 dan kembali meningkat sekitar 14,54 persen pada tahun
2011. Adapun untuk tahun 2012 sebesar 45,13 juta rupiah, atau
meningkat sekitar 15,08 persen dari tahun 2011. Artinya dari jumlah
nilai tambah bruto yang tercipta oleh sektor ekonomi di Kota Bandung
tahun 2012 jika dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun, rata-rata
perkapita memperoleh pendatan sebesar 45,13 juta rupiah per tahun.
Angka PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan
nilai PDRB per kapita tahun berjalan, dimana masih terkandung faktor
inflasi di dalamnya. Untuk mengetahui PDRB perkapita secara riil,
biasa digunakan PDRB perkapita atas dasar harga konstan. PDRB
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
60
perkapita riil tahun 2009 mencapai 12,67 juta rupiah dan meningkat
sekitar 4,50 persen pada tahun 2010 menjadi 13,24 juta rupiah. Pada
tahun 2011 mencapai 14,14 juta rupiah per kapita dan mengalami
peningkatan sekitar 7,91 persen pada tahun 2012 menjadi 15,26 juta
rupiah.
Sekali lagi, angka ini merupakan pendekatan bagi pendapatan
perkapita masyarakat. PDRB per kapita ini adalah pendekatan untuk
menghitung pendapatan per kapita masyarakat dikarenakan sulitnya
memperoleh data pendapatan masyarakat. Menjadi penting
mengetahui berapa perkembangan pendapatan per kapita masyarakat,
namun yang lebih penting adalah bagaimana pendapatan per kapita
tersebut merata dirasakan secara riil oleh seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas maka setiap upaya pembangunan
ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan jumlah dan jenis
peluang kerja untuk masyarakat. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut, maka pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat
dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus
mampu merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi setiap tahapan
proses pembangunan ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
61
BAB V PERTUMBUHAN DAN PERANAN PDRB
MENURUT LAPANGAN USAHA
5.1 Sektor Pertanian
Tabel 5.1 menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor
pertanian yang dirinci menurut sub sektor, yaitu Tanaman Bahan
Makanan (Tabama), Peternakan, dan Perikanan. Berdasarkan tabel 5.1
terlihat bahwa Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar
harga berlaku menunjukan perkembangan positif setiap tahunnya.
Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar harga berlaku
tahun 2009 sebesar 168,08 milyar rupiah mengalami peningkatan
menjadi 229,01 milyar rupiah pada tahun 2012.
Berkurangnya lahan pertanian di Kota Bandung yang bergeser
menjadi wilayah permukiman dan lahan usaha selain pertanian
menjadikan semakin rendahnya sumbangan sub sektor tanaman
bahan makanan terhadap NTB pertanian. Sub sektor tabama pada
tahun 2009 berjumlah sebesar 60,82 milyar rupiah, menurun menjadi
40,96 milyar rupiah pada tahun 2010. Menurunnya NTB sub sektor
tabama pada tahun 2010 diakibatkan oleh menurunnya luas panen
tanaman padi, sebagai dampak dari berkurangnya luas areal pertanian
di Kota Bandung (sebagian lahan di Kecamatan Gedebage beralih
fungsi menjadi Stadion Bandung Lautan Api, dan beberapa areal di
kecamatan wilayah timur beralih fungsi menjadi perumahan), serta
terjadi gagal panen di beberapa wilayah akibat hujan yang terus
menerus. Pada tahun 2011 NTB sub sektor tabama kembali meningkat
menjadi 49,61 milyar rupiah dan 57,48 milyar rupiah pada tahun 2012,
sebagai dampak dari cuaca yang mendukung (curah hujan yang
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
62
merata), serta adanya berbagai program pemerintah yang cukup
membantu petani dalam meningkatkan produktivitasnya, seperti
bantuan pupuk berimbang dan alat pertanian.
Tabel 5.1 Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga BerlakuDirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2009-2012(Milyar Rupiah)
Sub Sektor 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Tanaman BahanMakanan
60,83 40,96 49,61 57,48
Perkebunan - - - -
Peternakan 90,36 101,40 120,37 145,67
Kehutanan - - - -
Perikanan 16,89 19,38 22,76 25,86
Sektor Pertanian 168,08 161,74 192,74 229,01
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Sub sektor peternakan merupakan sub sektor pertanian yang
memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar 63,61 persen terhadap
total nilai tambah sektor pertanian pada tahun 2012. Pada tahun 2009
NTB sub sektor peternakan sebesar 90,36 milyar rupiah dan
meningkat menjadi 101,40 milyar rupiah pada tahun 2010. Di tahun
2011 NTB sub sektor peternakan sebesar 120,37 milyar rupiah dan
kembali meningkat menjadi 145,67 milyar rupiah pada tahun 2012.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
63
Relatif tingginya NTB sub sektor peternakan di Kota Bandung
selain dikarenakan tingginya jumlah pemotongan hewan ternak
terutama sapi potong dan ayam potong sehingga nilai produksi
peternakan menjadi tinggi, juga disebabkan oleh tingginya sapi dan
domba yang masuk ke Kota Bandung menjelang Hari Raya Idul Adha
yang digunakan sebagai hewan qurban.
Perikanan di Kota Bandung memberikan kontribusi sebesar
11,29 persen terhadap total NTB sektor pertanian. Pada tahun 2009
NTB perikanan sebesar 16,89 milyar rupiah meningkat menjadi 25,86
milyar rupiah pada tahun 2012.
Jika dilihat angka pertumbuhannya, maka terlihat bahwa
pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian, yang paling tinggi adalah
pertumbuhan sub sektor perikanan. Dibandingkan tahun 2011, sub
sektor perikanan mampu tumbuh sebesar 7,37 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
64
Sub sektor tanaman bahan makanan pada tahun 2012 mampu
tumbuh sekitar 6,86 persen jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal tersebut merupakan dampak positif dari
diluncurkannya beberapa program Pemerintah Kota Bandung,
khususnya di masyarakat untuk meningkatkan luas panen dan
produksi tanaman bahan makanan.
Adapun sub sektor peternakan pada tahun 2012 ini mampu
tumbuh sekitar 5,49 persen. Jika dibandingkan dengan angka
pertumbuhan tahun 2011, maka terlihat adanya sedikit perlambatan,
walaupun tumbuh positif. Hal ini diakibatkan jumlah impor sapi dari
luar Kota Bandung pada tahun 2012 mengalami penurunan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
65
5.2 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan sebagai penyumbang kedua dalam
penciptaan PDRB di Kota Bandung pada tahun 2012 mengalami
peningkatan positif dari tahun sebelumnya. Peningkatan NTB industri
pengolahan atas dasar harga berlaku sebesar 11,48 persen ditopang
oleh peningkatan produksi dan adanya kenaikan harga dari beberapa
kegiatan industri.
NTB kelompok kegiatan tekstil, barang dari kulit dan alas kaki
pada tahun 2009 sebesar 9.825,66 milyar rupiah dan meningkat
menjadi 12.983,61 milyar rupiah pada tahun 2012. Kelompok kegiatan
ini memiliki NTB terbesar dari sektor industri pengolahan, walaupun
pertumbuhannya relatif paling rendah jika dibandingkan dengan
kegiatan lainnya. Besarnya kontribusi kelompok kegiatan industri
tekstil, barang dari kulit dan alas kaki terhadap pembentukan NTB
sektor industri pengolahan dan PDRB Kota Bandung maka ketika
terjadi peningkatan atau penurunan sedikit saja dari angka
pertumbuhan ekonomi kegiatan ini akan berpengaruh pada angka
pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan dan Kota Bandung
secara umum.
Berkembangnya industri makanan (terkait kegiatan kuliner
Bandung) pada beberapa tahun belakangan ini juga berpengaruh pada
meningkatnya produksi kelompok kegiatan industri makanan. NTB
kelompok kegiatan industri makanan pada tahun 2012 senilai 2.141,06
milyar rupiah, meningkat cukup tinggi yaitu sekitar 21,02 persen jika
dibandingkan tahun 2011.
Adapun NTB kelompok kegiatan industri alat angkutan, mesin
dan perlengkapannya pada tahun 2012 ini juga mengalami
peningkatan secara nominal. Selain adanya kenaikan harga pada
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
66
beberapa komoditi strategis, juga terjadi peningkatan volume
produksi. NTB industri alat angkutan, mesin dan perlengkapannya
pada tahun 2012 mencapai 6.505,63 milyar rupiah, meningkat cukup
signifikan jika dibandingkan tahun 2009 yang hanya mencapai
3.890,73 milyar rupiah.
Tabel 5.2 Nilai Tambah Bruto Sub Sektor Industri Pengolahan Tanpa MigasAtas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Kelompok Kegiatandi Kota Bandung Tahun 2009-2012 (Milyar Rupiah)
Kelompok Kegiatan 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Makanan, minuman dantembakau
1.240,24 1.418,77 1.769,22 2.141,06
Tekstil, barang kulit danalas kaki
9.825,66 11.229,11 12.005,96 12.983,61
Barang kayu dan hasilhutan lainnya
203,48 238,01 270,85 310,63
Kertas dan barangcetakan
288,70 349,19 425,94 508,90
Pupuk, kimia dan barangdari karet
1.404,53 1.628,44 1.818,97 2.024,56
Semen dan barang galianbukan logam
52,38 58,37 72,89 81,26
Logam dasar dan baja 1,58 1,83 2,17 2,52
Alat angkutan, mesindan peralatannya
3.890,73 4.702,86 5.673,70 6.505,63
Barang lainnya 301,10 363,94 442,37 504,57
Sub Sektor Industritanpa migas
17.208,40 19.990,52 22.482,06 25.062,74
Sumber : BPS Kota Bandung*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
67
Berdasarkan tabel 5.2 terlihat bahwa kelompok kegiatan yang
paling tinggi memberikan kontribusi pada penciptaan NTB sektor
industri pengolahan adalah kelompok kegiatan industri tekstil, barang
dari kulit, dan alas kaki. Kelompok kegiatan industri tekstil, barang
dari kulit, dan alas kaki menyumbang sekitar 51,80 persen terhadap
NTB industri pengolahan. Tingginya kontribusi kelompok kegiatan ini
mempunyai pengaruh yang cukup besar jika terjadi penurunan atau
peningkatan sedikit saja pada kelompok kegiatan ini. Misalnya saja,
ketika terjadi hantaman badai krisis yang menimpa usaha tekstil,
barang dari kulit dan alas kaki yang mengakibatkan anjloknya volume
dan nilai produksi, maka akan langsung berpengaruh pada kondisi
sektor industri pengolahan dan PDRB Kota Bandung. Hal ini
disebabkan sebagian besar kelompok kegiatan industri tekstil, barang
dari kulit, dan alas kaki di Kota Bandung memiliki ketergantungan
impor yang sangat tinggi khususnya dari penyediaan bahan baku, juga
ketergantungan pangsa pasar ekspor hasil produksi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
68
Penyumbang kedua adalah kelompok kegiatan alat angkutan,
mesin dan peralatannya, dimana pada tahun 2012 memberikan
sumbangan sebesar 25,96 persen terhadap total NTB industri
pengolahan. Beberapa industri strategis di Kota Bandung bahkan di
level nasional terdapat di kelompok kegiatan ini, yaitu industri senjata
dan amunisi (PT PINDAD) serta industri pesawat terbang (PT
Dirgantara Indonesia).
Secara umum struktur sektor industri pengolahan masih
belum mengalami pergeseran dari tahun-tahun sebelumnya.
Kelompok kegiatan industri tekstil, pakaian jadi, barang dari kulit dan
alas kaki masih menjadi penopang utama sektor industri pengolahan
di Kota Bandung. Saat ini yang mengalami pergeseran adalah jenis
kegiatannya, di mana industri tekstil yang memerlukan lahan yang
cukup luas untuk beroperasi bergeser ke wilayah-wilayah pinggiran
Kota Bandung. Industri tekstil yang saat ini cukup berkembang di Kota
Bandung adalah industri tekstil kreatif yang berbasis pada desain dan
fashion.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
69
Secara rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sektor industri
pengolahan pada tahun 2012 adalah sekitar 3,18 persen, mengalami
perlambatan dibandingkan tahun 2011. Perlambatan terjadi pada
kelompok kegiatan industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya,
industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, industri semen dan
barang galian bukan logam, industri alat angkutan, mesin dan
peralatannya, serta industri pengolahan lainnya. Adapun kelompok
kegiatan industri makanan dan industri tekstil, barang dari kulit dan
alas kaki mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari tahun 2011.
5.3 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Sektor selanjutnya yaitu listrik, gas, dan air bersih masih
mengalami pertumbuhan positif dan meningkat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Pertumbuhan positif sektor listrik, gas dan air
bersih seiring dengan berkembangnya kegiatan sektor-sektor lain di
Kota Bandung yang memiliki keterkaitan dengan listrik dan air bersih.
Tabel 5.3 Nilai Tambah Bruto Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Atas DasarHarga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota BandungTahun 2009- 2012 (Milyar Rupiah)
Sub Sektor 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Listrik 1.418,74 1.671,11 1.937,61 2.297,73
Gas - - - -
Air Bersih 197,99 221,55 263,98 310,70
Sektor Listrik, Gasdan Air Bersih
1.616,73 1.892,66 2.201,59 2.608,43
Sumber : BPS Kota Bandung*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
70
Nilai tambah bruto sektor listrik, gas dan air bersih tahun 2012
mencapai 2.608,43 milyar rupiah atau meningkat sekitar 18,48
persen dari tahun 2011. Adapun NTB sub sektor air bersih tahun 2012
mencapai 310,70 milyar rupiah, meningkat hampir 56 persen
dibandingkan nilai tambah yang tercipta pada tahun 2009, yaitu
sebesar 197,99 milyar rupiah.
Sub sektor listrik memberikan kontribusi sebesar 88,09 persen
terhadap NTB sektor listrik, gas dan air bersih, dan sisanya disumbang
oleh peranan sub sektor air bersih sebesar 11,91 persen. Produksi dan
distribusi listrik di Kota Bandung sudah menjangkau seluruh wilayah
kota. Sebagian besar masyarakat dapat dengan mudah mengakses
sumber penerangan listrik PLN, dan tidak ada masyarakat yang
menggunakan listrik dari non PLN, kecuali industri yang
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
71
membangkitkan listrik sendiri untuk kegiatan produksinya. Adapun
untuk akses air bersih masyarakat Kota Bandung dipenuhi oleh PDAM
Tirtawening dan usaha non PDAM. Usaha non PDAM cukup
berkembang di Kota Bandung seiring dengan pertambahan penduduk
yang tidak diimbangi dengan ketersediaan air bersih PDAM hingga ke
seluruh kecamatan. Usaha non PDAM yang berkembang di Kota
Bandung beberapa tahun terakhir ini adalah usaha penyediaan air
bersih yang bersumber dari mata air seperti di Kecamatan
Ujungberung, maupun usaha air yang menggali dari sumur dengan
menggunakan mesin sible seperti yang banyak terdapat di Kecamatan
Bojongloa Kaler dan Kecamatan Babakan Ciparay.
Baik sub sektor listrik maupun sub sektor air bersih mengalami
pertumbuhan ekonomi positif dan tumbuh lebih tinggi dari angka
pertumbuhan tahun lalu. Dibandingkan dengan tahun 2011, sub sektor
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
72
listrik tumbuh sekitar 11,03 persen, sedangkan sub sektor air bersih
tumbuh sekitar 9,55 persen.
5.4 Sektor Konstruksi
Peningkatan NTB sektor listrik, gas dan air bersih seiring
dengan perkembangan pembangunan fisik di Kota Bandung, seperti
pemukiman penduduk, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan.
Demikian halnya dengan sektor konstruksi, NTB sektor konstruksi
pun pada tahun 2012 ini mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Tahapan akhir pembangunan Stadion Bandung Lautan
Api pada tahun 2012 memberikan kontribusi besar dalam
pembentukan NTB sektor konstruksi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
73
Nilai tambah bruto (NTB) sektor konstruksi pada tahun 2009
mencapai 3.224,94 milyar rupiah, dan meningkat menjadi 5.400,66
milyar rupiah pada tahun 2012. Meningkatnya NTB sektor konstruksi
pada tahun 2012 selain ditopang oleh pembangunan stadion Bandung
Lautan Api, juga sangat ditopang oleh pembangunan gedung
pertokoan, hotel, dan perbaikan jalan di Kota Bandung. Secara total,
dari berbagai kegiatan konstruksi di Kota Bandung, pada tahun 2009
memiliki kontribusi sekitar 4,59 persen terhadap total PDRB Kota
Bandung. Kemudian pada tahun 2012 peranannya meningkat menjadi
4,86 persen terhadap total PDRB Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
74
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) sektor konstruksi pada
tahun 2012 lebih tinggi daripada rata-rata LPE Kota Bandung, dan
merupakan sektor ekonomi yang memiliki LPE tertinggi pada tahun
2012. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan kinerja sektor
konstruksi yang cukup tinggi pada tahun 2012 dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2009 sektor konstruksi mampu tumbuh
sekitar 9,47 persen, dan pada tahun 2012 meningkat cukup tinggi
hingga mencapai 13, 33 persen.
5.5 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Selanjutnya, sektor ekonomi yang mengalami peningkatan
cukup signifikan setiap tahunnya adalah sektor perdagangan, hotel,
dan restoran (sektor 6). Pergeseran struktur ekonomi Kota Bandung
dari kota industri menjadi kota jasa ditunjukkan dengan semakin
meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terhadap perekonomian Kota Bandung.
Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan, hotel, dan restoran
pada tahun 2009 sebesar 28.781,33 milyar rupiah dan meningkat
menjadi 33.301,56 milyar rupiah pada tahun 2010. Pada tahun 2011
NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 39436,09 milyar
rupiah dan meningkat sekitar 17,42 persen menjadi 46.304,47 milyar
rupiah pada tahun 2012. Kegiatan perdagangan di Kota Bandung yang
menunjukkan perkembangan positif setiap tahunnya memberikan
dampak turunan terhadap perkembangan beberapa sektor ekonomi
lainnya di Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
75
Tabel 5.4 Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran AtasDasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor
Di Kota Bandung Tahun 2009-2012 (Milyar Rupiah)
Sub Sektor 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Perdagangan 25.791,44 29.642,02 35.001,95 40.977,82
Hotel 753,34 988,20 1.171,32 1.435,41
Restoran 2.236,55 2.671,35 3.262,82 3.891,25
Sektor
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
28.781,33 33.301,56 39.436,.09 46.304,47
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Kegiatan perdagangan di Kota Bandung yang menunjukkan
perkembangan positif setiap tahunnya memberikan dampak turunan
terhadap perkembangan beberapa sektor ekonomi lainnya di Kota
Bandung. Keterkaitan ke belakang (backward linkadge) dari
berkembangnya sektor perdagangan adalah permintaan barang-
barang komoditi perdagangan dari hasil industri mengalami
peningkatan. Adapun keterkaitan ke depan (forward linkadge) dari
meningkatnya perdagangan adalah meningkatnya permintaan
kebutuhan dari sub sektor hotel, restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, serta
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
76
sektor jasa lainnya. Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar
terhadap struktur ekonomi Kota Bandung, maka pergerakan NTB
sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit saja akan memberikan
dampak yang cukup besar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung.
Mengingat relatif banyaknya dampak yang diturunkan oleh
pergerakan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran maka kiranya
perlu diperhatikan lebih lanjut masalah ketersediaan barang
perdagangan khususnya yang berbasis lokal. Ketersediaan barang-
barang perdagangan selain ditopang oleh pemenuhan dari sektor
industri pengolahan, juga ditunjang oleh kondisi pengangkutan barang
dari produsen ke pedagang atau konsumen akhir.
Jika dirinci menurut sub sektor, maka sub sektor perdagangan
memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan NTB sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Pada tahun 2012 sub sektor
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
77
perdagangan memberikan kontribusi sekitar 88,50 persen, sub sektor
hotel berkontribusi sekitar 3,10 persen, dan sub sektor restoran sekitar
8,40 persen.
Sebagai sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terbesar
dalam pembentukan PDRB Kota Bandung, maka perubahan yang
terjadi sedikit saja pada sektor ini akan berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi Kota Bandung secara umum. Misalnya saja
terjadi peningkatan kinerja pada sub sektor perrdagangan, walau
hanya terjadi peningkatan beberapa persen, maka secara umum
perekonomian Kota Bandung akan meningkat.
Grafik 5.10 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi dari
masing-masing sub sektor dalam sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Terlihat bahwa sub sektor yang mengalami pertumbuhan
ekonomi paling tinggi adalah sub sektor hotel. Sub sektor hotel
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
78
mengalami pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu mencapai 16,40
persen pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan angka
pertumbuhan pada tahun 2009, maka sub sektor hotel mengalami
peningkatan sebesar 6,28 persen. Angka ini cukup tinggi, karena jika
dilihat dari sisi produksi (kinerja) maka telah terjadi peningkatan
jumlah tamu hotel yang menginap di Kota Bandung yang cukup tinggi
jika dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini disamping karena
minat wisatawan untuk berkunjung ke Kota Bandung dan menginap di
hotel-hotel Kota Bandung meningkat, juga karena adanya peningkatan
jumlah hotel yang signifikan dari tahun 2009 ke 2012.
5.6 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor
ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor
perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan.
Pada tahun 2011 sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan
kontribusi sekitar 12,38 persen, sedangkan pada tahun 2012 sektor ini
berkontribusi sebesar 12,47 persen terhadap total penciptaan PDRB
Kota Bandung. NTB sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun
2011 sebesar 11.841,32 milyar rupiah dan meningkat menjadi
13.854,50 milyar rupiah pada tahun 2012.
Nilai tambah bruto sub sektor pengangkutan pada tahun 2012
mencapai 7.822,36 milyar rupiah, meningkat dari tahun 2009 yang
mencapai 4.615,73 milyar rupiah. Jika dirinci menurut kelompok
kegiatan, maka NTB sub sektor pengangkutan sebagian besar ditopang
oleh peranan kelompok kegiatan angkutan jalan raya dan angkutan
udara, dimana pada tahun 2012 NTB angkutan jalan raya mencapai
4.295,18 milyar rupiah, sedangkan angkutan udara mencapai 2.561,70
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
79
milyar rupiah. Adapun sub sektor komunikasi pada tahun 2012
mempunyai kontribusi sebesar 6.032,14 milyar rupiah terhadap
pembentukan PDRB Kota Bandung.
Tabel 5.5 Nilai Tambah Bruto Sektor Pengangkutan dan Komunikasi AtasDasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektordi Kota Bandung Tahun 2009-2012 (Milyar Rupiah)
Sub Sektor 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Pengangkutan 4.615,73 5.446,45 6.677,78 7.822,36
Angkutan Rel 298,67 350,10 419,99 499,55
Angkutan Jalan Raya 2.521,53 3.039,64 3.701,55 4.295,18
Angkutan Udara 1.500,07 1.714,37 2.138,85 2.561,70
Jasa Penunjang Angkutan 295,46 342,34 417,39 465,94
Komunikasi 3.656,32 4.367,51 5.163,54 6.032,14
Sektor Pengangkutandan Komunikasi
8.272,06 9.813,96 11.841,32 13.854,50
*) Angka Perbaikan**) Angka Sementara
Jika diperhatikan peranan masing-masing sub sektor dan
kelompok kegiatan dalam pembentukan NTB sektor pengangkutan
dan komunikasi, maka kelompok kegiatan komunikasi memberikan
kontribusi terbesar yaitu mencapai 43,54 persen terhadap
pembentukan NTB sektor pengangkutan dan komunikasi. Kelompok
kegiatan angkutan jalan raya pada tahun 2012 memberikan peranan
sebesar 31,00 persen terhadap pembentukan NTB sektor
pengangkutan dan komunikasi. Jika dibandingkan tahun 2009
peranan kelompok kegiatan angkutan jalan raya mengalami
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
80
peningkatan sebagai dampak dari bertambahnya jumlah armada dan
usaha angkutan jalan raya sejenis travel dan shuttle point.
Kemudian kelompok kegiatan angkutan udara memiliki
peranan sebesar 18,49 persen terhadap pembentukan NTB sektor
pengangkutan dan komunikasi. Kelompok kegiatan ini juga mengalami
peningkatan peranan jika dibandingkan tahun 2009, hal ini
dikarenakan adanya penambahan armada dan rute baru penerbangan
dari Bandara Husen Sastranegara Bandung sehingga berimbas pada
meningkatnya jumlah penumpang pesawat yang berangkat dari Kota
Bandung.
Pada tahun 2009 kelompok kegiatan angkutan udara
mengalami pertumbuhan sebesar 16,44 persen, dikarenakan terjadinya
peningkatan jumlah penumpang pesawat yang berangkat dari Kota
Bandung pada tahun 2009 jika dibandingkan penumpang berangkat
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
81
pada tahun sebelumnya. Kemudian terjadi peningkatan pertumbuhan
kembali pada tahun 2012, dimana jika dibandingkan jumlah
penumpang tahun 2011, jumlah penumpang tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 9,19 persen. Pembukaan rute baru dari armada
Garuda Indonesia memberikan andil dalam peningkatan jumlah
penumpang.
Secara rata-rata, sub sektor pengangkutan mengalami
pertumbuhan ekonomi sekitar 10,77 persen. Jika dibandingkan tahun
sebelumnya, mengalami sedikit perlambatan. Adapun sub sektor
komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 11,09 persen. Jika
dirinci menurut kegiatannya, maka kelompok kegiatan pos dan
telekomunikasi tumbuh sekitar 11,17 persen, sedangkan kelompok
kegiatan jasa penunjang komunikasi tumbuh sekitar 10,79 persen.
Kedua kegiatan ini mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
82
5.7 Sektor Keuangan, Usaha Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
Secara garis besar, sektor ini terbagi menjadi lima kelompok
kegaitan utama, yaitu bank, lembaga keuangan lainnya, jasa penunjang
keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan. Tiga kegiatan
pertama disebut juga dengan sektor finansial, karena secara umum
kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan
keuangan, berupa penarikan dana dari masyarakat serta
penyalurannya kembali kepada masyarakat dan pelaku ekonomi.
Tabel 5.6 Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektordi Kota Bandung Tahun 2009-2012 (Milyar Rupiah)
Sub Sektor 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Bank 2.151,65 2.513,29 2.961,27 3.674,79
Lembaga KeuanganBukan Bank
603,81 696,50 863,35 1.082,19
Jasa PenunjangKeuangan
9,95 11,48 14,01 17,87
Sewa Bangunan 1.126,64 1.304,91 1.602,59 1.863,32
Jasa Perusahaan 510,06 584,69 653,40 744,62
Sektor Keuangan,Persewaan danJasa Perusahaan
4.402,11 5.110,88 6.094,63 7.382,79
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
83
Pada tahun 2012 NTB sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan mempunyai kontribusi sekitar 6,64 persen terhadap
struktur perekonomian Kota Bandung atau senilai 7.382,79 milyar
rupiah. Sektor finansial menyumbang sebesar 4.774,85 milyar rupiah
terhadap PDRB Kota Bandung, sedangkan sub sektor sewa bangunan
sebesar 1.863,33 milyar rupiah dan sub sektor jasa perusahaan sebesar
744,618 milyar rupiah.
Jika dilihat menurut sub sektor, maka sub sektor yang
memberikan kontribusi terbesar adalah sub sektor Bank. Hal ini
dimaklumi karena Kota Bandung merupakan salah satu pusat
pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat sehingga perputaran uang
maupun kegiatan perbankan lainnya relatif besar. Kontribusi sub
sektor Bank pada tahun 2012 ini sekitar 48,59 persen terhadap
pembentukan NTB sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
84
Kontributor kedua adalah sub sektor sewa bangunan, yang
berkontribusi sekitar 25,24 persen terhadap total NTB sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini sebagai dampak
dari Kota Bandung menjadi salah satu tujuan urbanisasi di Jawa Barat,
dimana banyak pendatang yang mencari nafkah, sekolah, maupun
mencari penghidupan lainnya di Kota Bandung sehingga mereka
melakukan kontrak, sewa, maupun kos di Kota Bandung. Tingkat
persewaan gedung perkantoran maupun apartemen di Kota Bandung
pun relatif tinggi.
Secara rata-rata, laju pertumbuhan ekonomi sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan tahun 2012 sekitar 9,54 persen, lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2009 hingga 2011.
Peningkatan pertumbuhan ini ditopang oleh meningkatnya
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
85
pertumbuhan kinerja sektor finansial, yaitu sub sektor bank, lembaga
keuangan lainnya dan jasa penunjang keuangan. Sub sektor bank
tumbuh sekitar 7,64 persen, sub sektor lembaga keuangan lainnya
tumbuh sekitar 11,03 persen dan sub sektor jasa penunjang keuangan
tumbuh sekitar 14,14 persen. Adapun sub sektor sewa bangunan
tumbuh positif lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu sekitar 10,52
persen, dan sub sektor jasa perusahaan tumbuh sekitar 8,92 persen.
5.8 Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa yang terdiri dari jasa pemerintahan umum dan
jasa swasta pada tahun 2012 memberikan kontribusi dalam
pembentukan PDRB Kota Bandung sebesar 10.278,95 milyar rupiah.
NTb sub sektor jasa pemerintahan umum pada tahun 2012 ini
mencapai 7.665,46 milyar rupiah, sedangkan sub sektor jasa swasta
senilai 2.683,21 milyar rupiah.
Sebagian besar NTB sub sektor jasa pemerintahan umum
ditopang oleh kelompok kegiatan administrasi pemerintahan dan
pertahanan, dimana pada tahun 2012 mencapai 4.982,24 milyar
rupiah. Adapun kegiatan jasa pemerintahan lainnya seperti jasa
kesehatan dan jasa pendidikan pemerintah mencapai 2.683,21 milyar
rupiah.
Untuk sub sektor jasa swasta, kelompok kegiatan jasa
perseorangan dan rumah tangga memberikan kontribusi sebesar
1.722,11 milyar rupiah. Adapun jasa sosial kermasyarakatan swasta
memberikan peranan sebesar 720,88 milyar rupiah, sedangkan jasa
hiburan dan rekreasi berkontribusi sebesar 170,51 milyar rupiah
terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
86
Tabel 5.7 Nilai Tambah Bruto Sektor Jasa-jasa Atas Dasar Harga BerlakuDirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2009-2012(Milyar Rupiah)
Sub Sektor 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Pemerintahan
Umum4.932,17 5.998,02 6.720,09 7.665,45
Administrasi
Pemerintahan dan
Pertahanan
3.159,04 3.881,92 4.339,88 4.982,24
Jasa Pemerintahan
Lainnya1.773,14 2.116,10 2.380,21 2.683,21
Swasta 1.676,33 1.906,10 2.219,01 2.613,49
Sosial
Kemasyarakatan476,72 534,00 631,51 720,88
Hiburan dan Rekreasi 105,45 123,70 141,69 170,51
Perseorangan dan
Rumahtangga1.094,16 1.248,40 1.445,81 1.722,11
Sektor Jasa-jasa 6.608,51 7.904,12 8.939,10 10.278,94
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Jika dirinci menurut sub sektor dan kegiatan, maka terlihat
bahwa kelompok kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan
memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan NTB sektor jasa-
jasa, yaitu mencapai 48,47 persen pada tahun 2012. Kemudian
kelompok kegiatan jasa pemerintahan lainnya memberikan kontribusi
sebesar 26,10 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
87
Besarnya peranan sub sektor jasa pemerintahan umum dalam
pembentukan NTB sektor jasa-jasa di Kota Bandung dikarenakan Kota
Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat, sehingga pusat
pemerintahan provinsi terdapat di Kota Bandung, disamping beberapa
kantor instansi vertikal yang terdapat di Kota Bandung. Adanya pusat
pemerintahan di Kota Bandung dan besarnya jumlah pegawai
pemerintah Kota Bandung itu sendiri memberikan dampak pada
besarnya belanja pegawai yang dikeluarkan di Kota Bandung.
Kelompok kegiatan jasa perseorangan dan rumahtangga
memberikan kontribusi sebesar 16,75 persen dalam pembentukan NTB
sektor jasa-jasa. Adapun sisanya merupakan kontribusi dari kelompok
kegiatan jasa sosial kemayarakatan serta jasa hiburan dan rekreasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
88
Laju pertumbuhan ekonomi sub sektor/kelompok kegiatan
jasa-jasa yang tertinggi pada tahun 2012 adalah kelompok kegiatan
jasa hiburan dan rekreasi. Pada tahun 2012 jasa hiburan dan rekreasi
tumbuh sekitar 11,55 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
sebelumnya. Salah satu penyebab tingginya pertumbuhan sub sektor
jasa hiburan dan rekreasi adalah mulai beroperasinya tempat hiburan
Trans Studio Bandung pada akhir tahun 2011, dimana kinerja tahun
2012 menunjukkan peningkatan yang cukup drastis dibandingkan
tahun sebelumnya. Tempat hiburan Trans Studio Bandung merupakan
salah satu tujuan wisata bagi wisatawan yang datang ke Kota Bandung.
Berbeda dengan laju pertumbuhan ekonomi sub sektor jasa
hiburan yang mengalami lonjakan cukup tinggi, angka pertumbuhan
ekonomi sub sektor dan kelompok kegiatan lainnya cenderung lebih
stabil. Kelompok adiministrasi pemerintahan dan pertahanan pada
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
89
tahun 2012 ini tumbuh positif namun mengalami perlambatan jika
dibandingkan tahun lalu. Demikian halnya kelompok kegiatan
kelompok kegiatan jasa sosial kemasyarakatan. Adapun kelompok
kegiatan jasa pemerintahan lainnya, jasa hiburan dan rekreasi, serta
jasa perseorangan dan rumahtangga mengalami pertumbuhan positif
dan lebih tinggi dari angka pertumbuhan tahun sebelumnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
90
BAB VI PERBANDINGAN REGIONALWILAYAH BANDUNG RAYA
6.1 Struktur Ekonomi
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa
Barat sekaligus menjadi ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung
terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut
jumlah penduduk. Menurut http://id.wikipedia.org, wilayah Bandung
Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek (Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi) dan Gerbangkertosusila (Gresik,
Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Perkembangan
Metropolitan Bandung Raya dimulai dari perkembangan Kota
Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya
perkembangan wilayah-wilayah di sekitar Kota Bandung terjadi seiring
dengan meluasnya ciri perkotaan dari Kota Bandung ke wilayah
sekitarnya. Pada tahun 2010, terdapat 56 kecamatan yang telah
mempunyai ciri perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian
Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten Bandung Barat, dan
sebagian Kabupaten Sumedang. 56 kecamatan tersebut termasuk ke
dalam delineasi Metropolitan Bandung Raya dengan jumlah penduduk
sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah sebesar 106.015 Ha
(http://metropolitan.jabarprov.go.id/ourWorks/Bandung-Raya).
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
91
Gambar 6.1 Peta Wilayah Bandung Raya
Sumber : http://metropolitan.jabarprov.go.id/welcome/map
Perkembangan pembangunan di wilayah Bandung Raya tidak
lepas dari perkembangan pembangunan ekonomi wilayah. Gambaran
perkembangan ekonomi dapat dilihat melalui PDRB yang tercipta di
masing-masing wilayah. Tabel 6.1 menunjukkan PDRB atas dasar
harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan di wilayah Bandung
Raya dan Provinsi Jawa Barat.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
92
Tabel 6.1 PDRB Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat
termasuk Migas Tahun 2009 – 2012 (Milyar Rupiah)
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Atas Dasar Harga BerlakuKota Bandung 70.281,16 82.002,18 95.612,86 111.121,55KabupatenBandung
41.262,10 46.092,24 51.291,76 57.071,41
KabupatenSumedang
11.188,17 12.265,68 13.531,78 14.923,72
KabupatenBandung Barat
15.847,97 17.543,65 19.354,91 21.721,24
Kota Cimahi 11.683,71 12.845,60 14.164,83 15.543,47Provinsi JawaBarat
689.841,31 771.593,86 860.981,99 946.860,77
Atas Dasar Harga Konstan 2000Kota Bandung 29.228,27 31.697,28 34.463,63 37.558,32KabupatenBandung
20.527,54 21.734,66 23.026,21 24.443,22
KabupatenSumedang
5.381,58 5.608,74 5.879,09 6.154,59
KabupatenBandung Barat
7.623,01 8.040,22 8.502,53 9.016,25
Kota Cimahi 6.181,40 6.509,31 6.871,22 7.231,38Provinsi JawaBarat
303.405,25 322.223,82 343.111,24 364.405,41
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
PDRB Kota Bandung atas dasar harga berlaku pada tahun 2012
memiliki peranan sekitar 11,74 persen terhadap pembentukan PDRB
Provinsi Jawa Barat. Peranan Kota Bandung menunjukkan adanya
peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2009 peranannya
hanya mencapai 10,19 persen. Adapun Kabupaten Bandung memiliki
peranan pada pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2012
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
93
sekitar 6,03 persen. Kabupaten Bandung Barat memiliki peranan
sekitar 2,29 persen, Kabupaten Sumedang memiliki peranan sekitar
1,58 persen dan Kota Cimahi memiliki peranan sekitar 1,64 persen
terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012.
Jika dibandingkan dengan peranannya pada tahun
sebelumnya, maka hampir semua wilayah Bandung Raya mengalami
peningkatan peranan dalam pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2012, kecuali Kota Cimahi. Jika Kota Bandung, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Bandung Barat
peranannya meningkat, Kota Cimahi mengalami penurunan peranan
yaitu 1,65 persen pada tahun 2011 menjadi 1,64 persen pada tahun
2012.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
94
Jika dirinci menurut sektor ekonomi, akan terlihat peranan
masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB di masing-masing
wilayah Bandung Raya. Struktur ekonomi Kota Bandung sebagian
besar ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang
berkontribusi sekitar 41,67 persen. Adapun struktur ekonomi di
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi
sebagian besar ditopang oleh sektor industri pengolahan, sedangkan
struktur ekonomi Kabupaten Sumedang masih ditopang oleh sektor
pertanian.
Provinsi Jawa Barat sendiri, sektor ekonomi penopang struktur
perekonomian adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2012
sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sekitar 35,79
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
95
persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat. Adapun
sektor perdagangan berkontribusi sekitar 23,90 persen dan sektor
pertanian berkontribusi sekitar 11,52 persen.
6.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan kinerja perekonomian
seluruh aktivitas/kegiatan perekonomian di wilayah. Pertumbuhan
ekonomi Kota Bandung pada tahun 2012 lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kota di wilayah Bandung Raya dan
pertumbuhan ekonomi rata-rata Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2012
LPE rata-rata Provinsi Jawa Barat berada pada level 6,21 persen,
mengalami perlambatan dari tahun 2011.
Tabel 6.2 LPE Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat
termasuk Migas Tahun 2008 – 2011 (Persen)
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011*) 2012**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Kota Bandung 8,34 8,45 8,73 8,98
Kabupaten Bandung 4,34 5,88 5,94 6,15
Kabupaten Sumedang 4,76 4,22 4,82 4,69
Kabupaten BandungBarat
4,64 5,47 5,75 6,04
Kota Cimahi 4,63 5,30 5,56 5,24
Provinsi Jawa Barat 4,19 6,20 6,48 6,21
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, diolah
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
96
Jika rata-rata LPE Provinsi Jawa Barat dijadikan sebagai dasar
analisis, maka Kota Bandung berada pada kelompok pertama, yaitu
memiliki LPE lebih tinggi dari LPE rata-rata Provinsi Jawa Barat. Hal
ini mengindikasikan kinerja sektor ekonomi di Kota Bandung lebih
tinggi dari rata-rata kinerja sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat. Hal
ini dapat dimaklumi karena Kota Bandung sebagai salah satu pusat
pertumbuhan berbagai kegiatan ekonomi. Adapun Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang dan Kota
Cimahi berada pada kelompok kedua, yaitu kinerja ekonomi masih
tumbuh positif namun lebih rendah dari rata-rata kinerja ekonomi
Provinsi Jawa Barat.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
97
6.3 PDRB Per Kapita
PDRB per kapita merupakan salah satu pendekatan untuk
mengetahui pendapatan per kapita masyarakat. Indikator pendapatan
per kapita sering digunakan sebagai base line yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Kendati masih banyak kelemahan
dari indikator ini, namun sampai dengan saat ini indikator PDRB per
kapita banyak digunakan untuk mengetaui perkembangan
pembangunan di suatu wilayah.
Tabel 6.3 PDRB Per Kapita Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012 (Rupiah)
Kabupaten/KotaAtas Dasar
Harga BerlakuAtas Dasar Harga
Konstan 2000
[1] [2] [3]
Kota Bandung 45.135.932 15.255.635
Kabupaten Bandung 17.255.692 7.390.473
Kabupaten Sumedang 13.266.683 5.471.221
Kabupaten Bandung Barat 13.893.687 5.767.119
Kota Cimahi 27.723.579 12.898.008
Provinsi Jawa Barat 21.254.638 8.179.983
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat,diolah
PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku
tahun 2012 mencapai 21,25 juta rupiah, sedangkan jika dihitung atas
dasar harga konstan sebesar 8,18 juta rupiah. PDRB per kapita Kota
Bandung dan Kota Cimahi berada di atas rata-rata PDRB per kapita
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
98
Provinsi Jawa Barat. Adapun PDRB per kapita Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang masih berada di
bawah rata-rata Provinsi Jawa Barat.
Tabel 6.4 menunjukkan perbandingan laju pertumbuhan
ekonomi kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya dan PDRB per
kapita kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya dengan laju
pertumbuhan dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Kabupaten/
kota yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per
kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per
kapita Provinsi Jawa Barat terletak pada kuadran I, yaitu Kota
Bandung.
Tabel 5.4 Laju Pertumbuhan Dan PDRB Per Kapita Wilayah
Bandung Raya Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, diolah
Pada kuadran II, adalah kabupaten/kota di wilayah Bandung
Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih rendah dengan
Rp 21.254.638
LPE
PDRB Per Kapita Jawa Barat
6,21 %
Kota Cimahi Kota Bandung
Kab. BandungKab. Bandung Barat
Kab. Sumedang
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
99
PDRB per kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan
PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Yang termasuk pada kuadran II
adalah Kota Cimahi.
Adapun kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang
memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih
rendah dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi
Jawa Barat ada pada kuadran III. Pada kuadran ini terdapat
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Bawar, dan Kabupaten
Sumedang. Pada kuadran IV, tidak ada kabupaten/kota di wilayah
Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi
dari laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat, namun PDRB
per kapitanya lebih rendah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota BandungMenurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012
100
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2009. Kajian Awal Penyusunan Indeks PembangunanRegional. Jakarta : BPS
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2012. Produk Domestik RegionalBruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jawa Barat Tahun2008 - 2011. Bandung : BPS
______________. 2012. “Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I -IV” dalam Berita Resmi Statistik. Bandung : BPS
______________. 2013. Tabulasi Kompilasi PDRB Kabupaten Kota diJawa Barat Menurut Lapangan Usaha. Tidak dipublikasikan
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2012. Produk Domestik Regional BrutoKota Bandung Tahun 2008-2011. Bandung : BPS.
Lincoln, Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Daerah.Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
Widodo, Suseno Triyanto. Indikator Ekonomi : Dasar PerhitunganPerekonomian Indonesia. Jakarta : Kanisius
(http://metropolitan.jabarprov.go.id/ourWorks/Bandung-Raya). diunduh
tanggal 24 September 2012 pukul 15.30
http://metropolitan.jabarprov.go.id/welcome/map diunduh tanggal 24
September 2012 pukul 15.40
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 168.080 161.743 192.743 229.013
1.1 Tanaman Bahan makanan 60.825 40.963 49.613 57.481
1.2 Perkebunan - -
1.3 Peternakan 90.365 101.401 120.368 145.674
1.4 Kehutanan - -
1.5 Perikanan 16.891 19.379 22.762 25.858
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 17.208.403 19.990.518 22.482.061 25.062.739
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi
3.1.2 Gas Alam Cair
3.2 Industri Tanpa Migas 17.208.403 19.990.518 22.482.061 25.062.739
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1.240.242 1.418.771 1.769.223 2.141.061
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 9.825.658 11.229.108 12.005.961 12.983.607
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 203.484 238.007 270.845 310.632
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 288.698 349.194 425.936 508.899
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1.404.535 1.628.442 1.818.966 2.024.562
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 52.380 58.368 72.889 81.263
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 1.580 1.827 2.168 2.518
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.890.730 4.702.861 5.673.701 6.505.629
3.2.9 Barang Lainnya 301.097 363.938 442.372 504.568
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1.616.732 1.892.657 2.201.593 2.608.429
4.1 Listrik 1.418.738 1.671.109 1.937.612 2.297.727
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 197.994 221.547 263.981 310.702
BANGUNAN/KONTRUKSI 3.223.944 3.826.745 4.425.332 5.400.662
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 28.781.328 33.301.560 39.436.088 46.304.473
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 25.791.441 29.642.016 35.001.949 40.977.816
6.2 Hotel 753.336 988.199 1.171.325 1.435.406
6.3 Restoran 2.236.551 2.671.345 3.262.815 3.891.250
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8.272.059 9.813.959 11.841.320 13.854.501
7.1 Pengangkutan 4.615.735 5.446.450 6.677.780 7.822.365
7.1.1 Angkutan Rel 298.670 350.098 419.996 499.546
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 2.521.534 3.039.644 3.701.550 4.295.180
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 1.500.072 1.714.369 2.138.849 2.561.704
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 295.459 342.340 417.386 465.935
7.2 Komunikasi 3.656.324 4.367.509 5.163.539 6.032.1361. Pos dan Telekomunikasi 2.814.706 3.408.204 4.045.655 4.750.417
2. Jasa Penunjang Komunikasi 841.618 959.305 1.117.884 1.281.719
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 4.402.111 5.110.879 6.094.630 7.382.790
8.1 Bank 2.151.650 2.513.292 2.961.272 3.674.787
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 603.811 696.505 863.352 1.082.185
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 9.949 11.476 14.011 17.875
8.4 Sewa Bangunan 1.126.639 1.304.912 1.602.593 1.863.325
8.5 Jasa Perusahaan 510.062 584.694 653.401 744.618
JASA - JASA 6.608.505 7.904.116 8.939.096 10.278.945
9.1 Pemerintahan Umum 4.932.174 5.998.017 6.720.087 7.665.455
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 3.159.037 3.881.917 4.339.875 4.982.240
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 1.773.137 2.116.100 2.380.211 2.683.214
9.2 Swasta 1.676.331 1.906.099 2.219.009 2.613.490
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 476.724 534.002 631.508 720.877
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 105.452 123.699 141.692 170.506
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 1.094.156 1.248.399 1.445.810 1.722.107
PDRB 70.281.163 82.002.176 95.612.863 111.121.551
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 - 2012
(Juta Rp)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012101
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 74.461 63.340 67.070 71.176
1.1 Tanaman Bahan makanan 30.421 16.773 17.375 18.568
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 35.336 37.417 39.859 42.048
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 8.704 9.151 9.836 10.561
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 7.792.641 8.067.254 8.365.548 8.631.501
3.1 Industri Migas
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi
3.1.2 Gas Alam Cair
3.2 Industri Tanpa Migas 7.792.641 8.067.254 8.365.548 8.631.501
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 401.747 443.887 491.686 545.894
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 4.936.212 4.931.807 4.935.382 4.942.308
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 102.123 110.278 119.215 128.622
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 132.768 144.995 157.202 172.581
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 569.088 584.883 607.921 632.774
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 22.703 24.048 25.707 27.243
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 557 604 656 709
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 1.491.670 1.670.929 1.852.715 1.989.410
3.2.9 Barang Lainnya 135.774 155.823 175.064 191.961
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 689.731 761.964 843.768 935.410
4.1 Listrik 609.324 674.281 747.816 830.295
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 80.407 87.682 95.953 105.115
BANGUNAN/KONTRUKSI 1.432.099 1.592.431 1.782.526 2.020.091
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 11.375.644 12.623.317 14.040.746 15.666.694
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 10.011.651 11.091.654 12.304.356 13.683.033
6.2 Hotel 290.059 326.554 376.388 438.100
6.3 Restoran 1.073.935 1.205.108 1.360.003 1.545.561
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 3.147.347 3.501.283 3.885.215 4.309.552
7.1 Pengangkutan 1.638.973 1.830.918 2.032.292 2.251.171
7.1.1 Angkutan Rel 86.563 92.256 99.764 106.108
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 908.123 1.034.122 1.178.016 1.324.412
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 513.474 566.058 607.478 663.303
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 130.812 138.481 147.033 157.347
7.2 Komunikasi 1.508.374 1.670.366 1.852.923 2.058.381
1. Pos dan Telekomunikasi 1.190.010 1.318.510 1.464.282 1.627.813
2. Jasa Penunjang Komunikasi 318.364 351.856 388.641 430.568
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 1.538.871 1.670.210 1.813.112 1.986.038
8.1 Bank 487.060 509.662 534.195 575.032
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 268.598 298.065 330.484 366.943
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 8.202 8.890 10.138 11.572
8.4 Sewa Bangunan 533.054 592.966 654.962 723.890
8.5 Jasa Perusahaan 241.957 260.626 283.332 308.602
JASA - JASA 3.177.476 3.417.482 3.665.646 3.937.856
9.1 Pemerintahan Umum 2.268.834 2.422.819 2.581.028 2.759.442
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 1.460.137 1.535.341 1.628.371 1.724.090
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 808.697 887.479 952.658 1.035.352
9.2 Swasta 908.642 994.663 1.084.618 1.178.414
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 306.599 332.631 361.094 383.819
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 48.514 51.740 55.633 62.061
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 553.529 610.292 667.892 732.534
PDRB 29.228.272 31.697.282 34.463.631 37.558.320
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 - 2012
(Juta Rp)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012102
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 7,72 (3,77) 19,17 18,82
1.1 Tanaman Bahan makanan 7,54 (32,65) 21,12 15,86
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 6,56 12,21 18,71 21,02
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 15,12 14,73 17,46 13,60
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 10,67 16,17 12,46 11,48
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 10,67 16,17 12,46 11,48
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 65,46 36,76 42,65 21,02
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 21,08 21,12 22,19 8,14
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 22,74 28,86 33,10 14,69
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 54,54 43,11 47,54 19,48
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 44,03 35,28 29,51 11,30
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 62,87 48,45 39,16 11,49
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 18,80 23,35 37,19 16,17
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 30,42 42,64 45,83 14,66
3.2.9 Barang Lainnya 52,11 34,86 46,92 14,06
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 18,58 17,07 16,32 18,48
4.1 Listrik 18,23 17,79 15,95 18,59
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 21,15 11,90 19,15 17,70
BANGUNAN/KONTRUKSI 23,81 18,70 15,64 22,04
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 18,78 15,71 18,42 17,42
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 18,40 14,93 18,08 17,07
6.2 Hotel 25,93 31,18 18,53 22,55
6.3 Restoran 20,84 19,44 22,14 19,26
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 16,65 18,64 20,66 17,00
7.1 Pengangkutan 17,71 18,00 22,61 17,14
7.1.1 Angkutan Rel 8,49 17,22 19,97 18,94
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 16,34 20,55 21,78 16,04
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 23,58 14,29 24,76 19,77
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 11,61 15,87 21,92 11,63
7.2 Komunikasi 15,33 19,45 18,23 16,82
1. Pos dan Telekomunikasi 16,42 21,09 18,70 17,42
2. Jasa Penunjang Komunikasi 11,82 13,98 16,53 14,66
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 13,55 16,10 19,25 21,14
8.1 Bank 11,23 16,81 17,82 24,09
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 19,57 15,35 23,95 25,35
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 19,57 15,35 22,09 27,57
8.4 Sewa Bangunan 12,95 15,82 22,81 16,27
8.5 Jasa Perusahaan 18,23 14,63 11,75 13,96
JASA - JASA 18,60 19,61 13,09 14,99
9.1 Pemerintahan Umum 20,24 21,61 12,04 14,07
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 15,16 22,88 11,80 14,80
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 30,50 19,34 12,48 12,73
9.2 Swasta 14,00 13,71 16,42 17,78
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 13,18 12,01 18,26 14,15
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 20,79 17,30 14,55 20,34
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 13,74 14,10 15,81 19,11
PDRB 16,27 16,68 16,60 16,22
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 - 2012
(Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012103
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 4,13 (14,94) 5,89 6,12
1.1 Tanaman Bahan makanan 4,83 (44,86) 3,59 6,86
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 2,35 5,89 6,53 5,49
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 9,24 5,13 7,49 7,37
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 3,29 3,52 3,70 3,18
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi
3.1.2 Gas Alam Cair
3.2 Industri Tanpa Migas 3,29 3,52 3,70 3,18
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 11,47 10,49 10,77 11,02
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 0,60 (0,09) 0,07 0,14
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 2,24 7,99 8,10 7,89
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 6,49 9,21 8,42 9,78
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 5,80 2,78 3,94 4,09
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3,75 5,92 6,90 5,97
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 1,64 8,38 8,58 8,12
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 9,05 12,02 10,88 7,38
3.2.9 Barang Lainnya 8,79 14,77 12,35 9,65
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 9,79 10,47 10,74 10,86
4.1 Listrik 9,43 10,66 10,91 11,03
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 12,60 9,05 9,43 9,55
BANGUNAN/KONTRUKSI 9,47 11,20 11,94 13,33
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 10,41 10,97 11,23 11,58
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 10,19 10,79 10,93 11,20
6.2 Hotel 10,12 12,58 15,26 16,40
6.3 Restoran 12,62 12,21 12,85 13,64
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 10,36 11,25 10,97 10,92
7.1 Pengangkutan 12,65 11,71 11,00 10,77
7.1.1 Angkutan Rel 6,21 6,58 8,14 6,36
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 12,18 13,87 13,91 12,43
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 16,44 10,24 7,32 9,19
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 6,38 5,86 6,18 7,01
7.2 Komunikasi 7,98 10,74 10,93 11,09
1. Pos dan Telekomunikasi 8,85 10,80 11,06 11,17
2. Jasa Penunjang Komunikasi 4,83 10,52 10,45 10,79
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8,44 8,53 8,56 9,54
8.1 Bank 6,41 4,64 4,81 7,64
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 9,78 10,97 10,88 11,03
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 11,06 8,40 14,03 14,14
8.4 Sewa Bangunan 10,64 11,24 10,46 10,52
8.5 Jasa Perusahaan 6,31 7,72 8,71 8,92
JASA - JASA 11,39 7,55 7,26 7,43
9.1 Pemerintahan Umum 12,65 6,79 6,53 6,91
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9,23 5,15 6,06 5,88
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 19,39 9,74 7,34 8,68
9.2 Swasta 8,38 9,47 9,04 8,65
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9,88 8,49 8,56 6,29
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9,32 6,65 7,52 11,55
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 7,48 10,25 9,44 9,68
PDRB 8,34 8,45 8,73 8,98
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 - 2012
(Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012104
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 0,24 0,20 0,20 0,21
1.1 Tanaman Bahan makanan 0,09 0,05 0,05 0,05
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 0,13 0,12 0,13 0,13
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 0,02 0,02 0,02 0,02
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 24,49 24,38 23,51 22,55
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 24,49 24,38 23,51 22,55
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1,76 1,73 1,85 1,93
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 13,98 13,69 12,56 11,68
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,29 0,29 0,28 0,28
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 0,41 0,43 0,45 0,46
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 2,00 1,99 1,90 1,82
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0,07 0,07 0,08 0,07
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 5,54 5,74 5,93 5,85
3.2.9 Barang Lainnya 0,43 0,44 0,46 0,45
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,30 2,31 2,30 2,35
4.1 Listrik 2,02 2,04 2,03 2,07
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 0,28 0,27 0,28 0,28
BANGUNAN/KONTRUKSI 4,59 4,67 4,63 4,86
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 40,95 40,61 41,25 41,67
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 36,70 36,15 36,61 36,88
6.2 Hotel 1,07 1,21 1,23 1,29
6.3 Restoran 3,18 3,26 3,41 3,50
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 11,77 11,97 12,38 12,47
7.1 Pengangkutan 6,57 6,64 6,98 7,04
7.1.1 Angkutan Rel 0,42 0,43 0,44 0,45
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 3,59 3,71 3,87 3,87
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 2,13 2,09 2,24 2,31
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 0,42 0,42 0,44 0,42
7.2 Komunikasi 5,20 5,33 5,40 5,43
1. Pos dan Telekomunikasi 4,00 4,16 4,23 4,27
2. Jasa Penunjang Komunikasi 1,20 1,17 1,17 1,15
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 6,26 6,23 6,37 6,64
8.1 Bank 3,06 3,06 3,10 3,31
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 0,86 0,85 0,90 0,97
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 0,01 0,01 0,01 0,02
8.4 Sewa Bangunan 1,60 1,59 1,68 1,68
8.5 Jasa Perusahaan 0,73 0,71 0,68 0,67
JASA - JASA 9,40 9,64 9,35 9,25
9.1 Pemerintahan Umum 7,02 7,31 7,03 6,90
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 4,49 4,73 4,54 4,48
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 2,52 2,58 2,49 2,41
9.2 Swasta 2,39 2,32 2,32 2,35
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 0,68 0,65 0,66 0,65
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 0,15 0,15 0,15 0,15
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 1,56 1,52 1,51 1,55
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 3.1 Distribusi Persentase PDRB Kota Bandung
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 - 2012
(Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012105
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 0,25 0,20 0,19 0,19
1.1 Tanaman Bahan makanan 0,10 0,05 0,05 0,05
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 0,12 0,12 0,12 0,11
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 0,03 0,03 0,03 0,03
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 26,66 25,45 24,27 22,98
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 26,66 25,45 24,27 22,98
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1,37 1,40 1,43 1,45
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 16,89 15,56 14,32 13,16
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,35 0,35 0,35 0,34
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 0,45 0,46 0,46 0,46
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1,95 1,85 1,76 1,68
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0,08 0,08 0,07 0,07
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 5,10 5,27 5,38 5,30
3.2.9 Barang Lainnya 0,46 0,49 0,51 0,51
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,36 2,40 2,45 2,49
4.1 Listrik 2,08 2,13 2,17 2,21
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 0,28 0,28 0,28 0,28
BANGUNAN/KONTRUKSI 4,90 5,02 5,17 5,38
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 38,92 39,82 40,74 41,71
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 34,25 34,99 35,70 36,43
6.2 Hotel 0,99 1,03 1,09 1,17
6.3 Restoran 3,67 3,80 3,95 4,12
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 10,77 11,05 11,27 11,47
7.1 Pengangkutan 5,61 5,78 5,90 5,99
7.1.1 Angkutan Rel 0,30 0,29 0,29 0,28
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 3,11 3,26 3,42 3,53
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 1,76 1,79 1,76 1,77
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 0,45 0,44 0,43 0,42
7.2 Komunikasi 5,16 5,27 5,38 5,48
1. Pos dan Telekomunikasi 4,07 4,16 4,25 4,33
2. Jasa Penunjang Komunikasi 1,09 1,11 1,13 1,15
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 5,27 5,27 5,26 5,29
8.1 Bank 1,67 1,61 1,55 1,53
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 0,92 0,94 0,96 0,98
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 0,03 0,03 0,03 0,03
8.4 Sewa Bangunan 1,82 1,87 1,90 1,93
8.5 Jasa Perusahaan 0,83 0,82 0,82 0,82
JASA - JASA 10,87 10,78 10,64 10,48
9.1 Pemerintahan Umum 7,76 7,64 7,49 7,35
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 5,00 4,84 4,72 4,59
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 2,77 2,80 2,76 2,76
9.2 Swasta 3,11 3,14 3,15 3,14
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 1,05 1,05 1,05 1,02
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 0,17 0,16 0,16 0,17
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 1,89 1,93 1,94 1,95
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 3.2 Distribusi Persentase PDRB Kota Bandung
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 - 2012
(Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012106
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 220,08 211,78 252,37 299,86
1.1 Tanaman Bahan makanan 183,08 123,30 149,33 173,02
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 270,28 303,29 360,02 435,71
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 173,84 199,45 234,27 266,14
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 383,79 445,83 501,40 558,95
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 383,79 445,83 501,40 558,95
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1.387,59 1.587,33 1.979,42 2.395,44
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 386,17 441,33 471,86 510,29
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 727,19 850,57 967,92 1.110,11
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 610,79 738,78 901,13 1.076,66
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 435,97 505,47 564,61 628,42
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 402,64 448,68 560,30 624,67
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 26,13 30,21 35,84 41,64
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 280,41 338,94 408,91 468,87
3.2.9 Barang Lainnya 653,00 789,28 959,38 1.094,27
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 511,64 598,96 696,73 825,48
4.1 Listrik 507,63 597,93 693,29 822,14
4.2 Gas Kota - 1,00 1,00 1,00
4.3 Air Bersih 542,35 606,86 723,10 851,08
BANGUNAN/KONTRUKSI 417,92 496,07 573,66 700,10
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 557,26 644,78 763,55 896,53
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 582,73 669,73 790,83 925,85
6.2 Hotel 526,10 690,12 818,01 1.002,44
6.3 Restoran 375,48 448,47 547,77 653,28
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 570,78 677,17 817,06 955,98
7.1 Pengangkutan 532,10 627,86 769,81 901,76
7.1.1 Angkutan Rel 781,65 916,24 1.099,17 1.307,36
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 444,05 535,29 651,85 756,39
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 781,82 893,51 1.114,74 1.335,12
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 424,93 492,36 600,29 670,11
7.2 Komunikasi 628,46 750,70 887,52 1.036,82
1. Pos dan Telekomunikasi 575,40 696,73 827,04 971,11
2. Jasa Penunjang Komunikasi 908,66 1.035,73 1.206,94 1.383,83
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 518,28 601,73 717,55 869,21
8.1 Bank 1.099,85 1.284,70 1.513,70 1.878,42
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 354,91 409,39 507,46 636,09
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 405,69 467,96 571,34 728,87
8.4 Sewa Bangunan 332,09 384,64 472,39 549,24
8.5 Jasa Perusahaan 359,45 412,04 460,46 524,74
JASA - JASA 360,73 431,45 487,94 561,08
9.1 Pemerintahan Umum 389,00 473,06 530,01 604,57
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 401,86 493,81 552,07 633,78
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 368,01 439,20 494,01 556,90
9.2 Swasta 297,18 337,92 393,39 463,32
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 232,18 260,08 307,57 351,09
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 443,63 520,39 596,08 717,30
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 326,63 372,68 431,61 514,09
PDRB 470,33 548,76 639,85 743,63
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 4.1 Indeks Perkembangan PDRB Kota Bandung
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 - 2012
(Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012107
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 97,50 82,94 87,82 93,20
1.1 Tanaman Bahan makanan 91,57 50,49 52,30 55,89
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 105,69 111,91 119,22 125,76
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 89,59 94,19 101,24 108,69
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 173,79 179,92 186,57 192,50
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 173,79 179,92 186,57 192,50
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 449,48 496,62 550,10 610,75
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 194,00 193,83 193,97 194,24
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 364,96 394,10 426,04 459,66
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 280,89 306,76 332,59 365,12
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 176,64 181,55 188,70 196,41
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 174,52 184,86 197,61 209,42
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 9,21 9,98 10,84 11,72
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 107,51 120,43 133,53 143,38
3.2.9 Barang Lainnya 294,46 337,94 379,67 416,31
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 218,28 241,14 267,02 296,03
4.1 Listrik 218,02 241,26 267,57 297,08
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 220,25 240,18 262,83 287,93
BANGUNAN/KONTRUKSI 185,65 206,43 231,07 261,87
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 220,25 244,41 271,85 303,33
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 226,20 250,60 278,00 309,15
6.2 Hotel 202,57 228,05 262,86 305,95
6.3 Restoran 180,30 202,32 228,32 259,47
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 217,17 241,59 268,08 297,36
7.1 Pengangkutan 188,94 211,07 234,28 259,51
7.1.1 Angkutan Rel 226,55 241,44 261,09 277,69
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 159,92 182,11 207,45 233,23
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 267,62 295,02 316,61 345,70
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 188,14 199,17 211,47 226,30
7.2 Komunikasi 259,26 287,11 318,48 353,80
1. Pos dan Telekomunikasi 243,27 269,54 299,34 332,77
2. Jasa Penunjang Komunikasi 343,73 379,89 419,60 464,87
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 181,18 196,64 213,47 233,82
8.1 Bank 248,97 260,52 273,06 293,94
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 157,88 175,20 194,25 215,68
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 334,43 362,52 413,39 471,85
8.4 Sewa Bangunan 157,13 174,79 193,06 213,38
8.5 Jasa Perusahaan 170,51 183,67 199,67 217,48
JASA - JASA 173,44 186,54 200,09 214,95
9.1 Pemerintahan Umum 178,94 191,09 203,56 217,63
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 185,74 195,31 207,14 219,32
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 167,85 184,20 197,72 214,89
9.2 Swasta 161,09 176,34 192,28 208,91
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 149,33 162,00 175,87 186,93
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 204,09 217,67 234,04 261,08
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 165,24 182,19 199,38 218,68
PDRB 195,60 212,12 230,63 251,34
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 4.2 Indeks Perkembangan PDRB Kota Bandung
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 - 2012
(Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012108
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 225,73 255,36 287,38 321,76
1.1 Tanaman Bahan makanan 199,95 244,23 285,54 309,57
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 255,73 271,00 301,99 346,45
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 194,05 211,76 231,41 244,85
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 220,83 247,80 268,75 290,36
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 220,83 247,80 268,75 290,36
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 308,71 319,62 359,83 392,21
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 199,05 227,69 243,26 262,70
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 199,25 215,82 227,19 241,51
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 217,45 240,83 270,95 294,88
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 246,80 278,42 299,21 319,95
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 230,71 242,71 283,54 298,29
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 283,66 302,67 330,70 355,31
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 260,83 281,45 306,24 327,01
3.2.9 Barang Lainnya 221,76 233,56 252,69 262,85
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 234,40 248,39 260,92 278,85
4.1 Listrik 232,84 247,84 259,10 276,74
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 246,24 252,67 275,11 295,58
BANGUNAN/KONTRUKSI 225,12 240,31 248,26 267,35
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 253,01 263,81 280,87 295,56
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 257,61 267,25 284,47 299,48
6.2 Hotel 259,72 302,61 311,20 327,64
6.3 Restoran 208,26 221,67 239,91 251,77
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 262,83 280,30 304,78 321,48
7.1 Pengangkutan 281,62 297,47 328,58 347,48
7.1.1 Angkutan Rel 345,03 379,49 420,99 470,79
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 277,66 293,93 314,22 324,31
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 292,14 302,86 352,09 386,20
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 225,86 247,21 283,87 296,12
7.2 Komunikasi 242,40 261,47 278,67 293,05
1. Pos dan Telekomunikasi 236,53 258,49 276,29 291,83
2. Jasa Penunjang Komunikasi 264,36 272,64 287,64 297,68
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 286,06 306,00 336,14 371,73
8.1 Bank 441,76 493,13 554,34 639,06
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 224,80 233,68 261,24 294,92
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 121,31 129,09 138,21 154,47
8.4 Sewa Bangunan 211,36 220,07 244,68 257,40
8.5 Jasa Perusahaan 210,81 224,34 230,61 241,29
JASA - JASA 207,98 231,28 243,86 261,03
9.1 Pemerintahan Umum 217,39 247,56 260,36 277,79
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 216,35 252,84 266,52 288,98
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 219,26 238,44 249,85 259,16
9.2 Swasta 184,49 191,63 204,59 221,78
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 155,49 160,54 174,89 187,82
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 217,36 239,08 254,69 274,74
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 197,67 204,56 216,47 235,09
PDRB 240,46 258,70 277,43 295,86
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 5 Indeks Implisit PDRB Kota Bandung
Tahun 2009 - 2012
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012109
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 3,45 13,12 12,54 11,96
1.1 Tanaman Bahan makanan 2,58 22,15 16,92 8,42
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 4,11 5,97 11,43 14,72
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 5,38 9,13 9,28 5,81
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 7,15 12,21 8,45 8,04
3.1 Industri Migas
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi
3.1.2 Gas Alam Cair
3.2 Industri Tanpa Migas 7,15 12,21 8,45 8,04
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 7,25 3,53 12,58 9,00
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 5,35 14,39 6,84 7,99
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 7,76 8,32 5,27 6,30
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 11,11 10,76 12,50 8,83
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 10,28 12,81 7,47 6,93
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 28,41 5,20 16,82 5,20
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 4,95 6,70 9,26 7,44
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 8,21 7,91 8,81 6,78
3.2.9 Barang Lainnya 2,56 5,32 8,19 4,02
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 8,01 5,97 5,05 6,87
4.1 Listrik 8,05 6,44 4,55 6,81
4.2 Gas Kota
4.3 Air Bersih 7,59 2,61 8,88 7,44
BANGUNAN/KONTRUKSI 13,10 6,75 3,31 7,69
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 7,57 4,27 6,47 5,23
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 7,45 3,74 6,44 5,28
6.2 Hotel 14,35 16,52 2,84 5,28
6.3 Restoran 7,30 6,44 8,23 4,94
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5,70 6,65 8,73 5,48
7.1 Pengangkutan 4,50 5,63 10,46 5,75
7.1.1 Angkutan Rel 2,15 9,99 10,94 11,83
7.1.2 Angkutan Jalan Raya 3,70 5,86 6,90 3,21
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 6,14 3,67 16,25 9,69
7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 4,92 9,45 14,83 4,31
7.2 Komunikasi 6,81 7,87 6,58 5,16
1. Pos dan Telekomunikasi 6,95 9,28 6,89 5,62
2. Jasa Penunjang Komunikasi 6,67 3,13 5,50 3,49
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 4,72 6,97 9,85 10,59
8.1 Bank 4,53 11,63 12,41 15,28
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8,91 3,95 11,80 12,89
8.3 Jasa Penunjang Keuangan 7,66 6,41 7,07 11,77
8.4 Sewa Bangunan 2,09 4,12 11,19 5,20
8.5 Jasa Perusahaan 11,21 6,42 2,80 4,63
JASA - JASA 6,46 11,21 5,44 7,04
9.1 Pemerintahan Umum 6,74 13,88 5,17 6,69
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 5,43 16,86 5,41 8,43
9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9,31 8,75 4,79 3,73
9.2 Swasta 5,19 3,87 6,76 8,40
9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 3,00 3,25 8,94 7,39
9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 10,49 9,99 6,53 7,87
9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga 5,82 3,48 5,83 8,60
PDRB 7,33 7,59 7,24 6,64
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 6 Inflasi Sektoral Kota Bandung
Tahun 2009 - 2012
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012110
Lapangan Usaha 2009 2010 2011*) 2012**)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Nilai Absolut
PDRB ADH Berlaku (Juta Rp) 70.281.163 82.002.176 95.612.863 111.121.551
PDRB ADH Konstan'2000 (Juta Rp) 29.228.272 31.697.282 34.463.631 37.558.320
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun x) 2.307.703 2.394.873 2.437.874 2.461.931
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 30.455.029 34.240.720 39.219.772 45.135.932
PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp) 12.665.526 13.235.475 14.136.757 15.255.635
2. Indeks Perkembangan
PDRB ADH Berlaku (Juta Rp) 470,33 548,76 639,85 743,63
PDRB ADH Konstan'2000 (Juta Rp) 195,60 212,12 230,63 251,34
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun x) 108,03 112,11 114,12 115,24
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 435,38 489,50 560,68 645,26
PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp) 181,07 189,21 202,10 218,09
3. Indeks Berantai
PDRB ADH Berlaku (Juta Rp) 116,27 116,68 116,60 116,22
PDRB ADH Konstan'2000 (Juta Rp) 108,34 108,45 108,73 108,98
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun x) 100,66 103,78 101,80 100,99
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 115,51 112,43 114,54 115,08
PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp) 107,63 104,50 106,81 107,91
Indeks Harga Implisit PDRB 240,46 258,70 277,43 295,86
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tahun 2009 - 2012
Tabel 7. Angka Agregatif PDRB, Jumlah Penduduk
dan PDRB Per Kapita Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012111
BADAN PUSAT STATISTIKKOTA BANDUNGJalan Jendral Gatot Subroto No 93 BandungEmail: bps3273@mailhost.bps.go.id
top related