73928916 anggita yuliana nurtanti bab i ii dan iii repaired (1)
Post on 14-Aug-2015
174 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Zat besi (Fe) sangat diperlukan oleh tubuh antara lain untuk pertumbuhan,
bekerjanya berbagai macam enzim dalam tubuh dan yang paling penting digunakan
untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu kekurangan zat besi dapat menyebabkan
gangguan susunan syaraf pusat, dapat mengurangi prestasi kerja, kecerdasan
terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi.[1]
Anemia Devisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk pembentukan hemoglobin tidak
cuup. Sebesar 20% populsi dunia diketahui menderita defisiensi besi. Populasi yang
terbesar menserita anemia defisiensi besi adalah wanita udia reproduksi, terutama saat
kehamilan dan persalinan. Dari data WHO memperkirakan bahwa 58% wanita hamil
di negara sedang berkenbang menderita anemia dan menurut Survei Kesehatan
Rumah Tangga Indonesia persentase ibu hamil dengan anemia mencapai 51,3%.[1]
Pengobatan anemia dengan perubahan makanan saja tidak cukup sehingga alternatif
pengobatan lain diberikan kapsul zat besi. Tingginya penyakit anemia di Indonesia
menyebabkan kebutuhan obat zat besi yaitu ferro fumarat sebagai zat aktif untuk
2
mengatasi anemia akibat kekurangan besi menjadi meningkat. Kapsul besi (II)
fumarat atau ferro fumarat merupakan preparat yang digunakan untuk mengatasi
anemia terutama anemia defisiensi besi. Satu kapsul Besi (II) Fumarat mengandung
176 mg Fe Fumarat yang setara dengan 57, 98 mg zat besi.
Obat sebelum beredar dipasaran, harus diuji dulu mutu dan kualitasnya.
Pemeriksaan mutu suatu sediaan dalam bidang kefarmasian mutlak diperlukan untuk
menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan yang benar dengan mutu dan jumlah
yang telah ditetapkan dan dibuat pada kondisi yang tetap dan mengikuti prosedur
standar sehingga obat tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
untuk identitas, kadar, kemurnian, mutu, dan keamanannya.
Pemilihan metode merupakan masalah yang terpenting didalam setiap analisis,
karena metode yang akan dipilih itu merupakan pencerminan dari beberapa faktor.
Faktor – faktor tersebut antara lain: tujuan analisis, jenis bahan, jumlah bahan yang
akan dianalisis, ketepatan dan ketelitian yang diinginkan. Penetapan kadar tablet besi
(II) fumarat dalam Farmakope Indonesia Edisi IV dilakukan dengan metode serimetri.
Serimetri merupakan metode konvensional yang pelaksanaannya memerlukan waktu
yang lama dan kurang peka untuk penetapan kadar suatu zat yang kadarnya relatif
kecil. Bahan-bahan yang digunakan pada serimetri juga mahal. Berdasarkan hal
tersebut perlu dilakukan pengembangan dan pemilihan metode alternatif yang paling
baik dan sesuai. Metode yang baik seharusnya memenuhi kriteria yaitu metode harus
peka (sensitive), teliti (precise), tepat (accurate), selektif dan praktis. Dalam rangka
3
pengembangan metode serta pemilihan metode yang sesuai, maka dilakukan validasi
metoda analisa untuk pemeriksaan besi (II) fumarat dalam sediaan kapsul dengan
metoda spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi bipiridin.
I.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul dengan metoda
spektrofotometri UV-Visible menggunakan pereaksi bipiridin dapat memenuhi
parameter validasi yang dipersyaratkan?
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian adalah:
1. Membuktikan apakah penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul
yang ditetapkan dengan metoda spektrofotometri UV-Visible menggunakan
pereaksi bipiridin dapat memenuhi parameter validasi yang dipersyaratkan.
I.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang validasi metoda analisa
penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul yang ditetapkan dengan
metoda spektrofotometri UV-Visible menggunakan pereaksi bipiridin, juga dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi pembaca yang mungkin memerlukannya.
4
I.5 Kerangka Penelitian
1. Kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul dapat ditetapkan dengan metoda
spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi bipiridin.
2. Penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul yang ditetapkan dengan
metoda spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi bipiridin memenuhi
parameter validasi.
I.6 Metodelogi Penelitian
Penelitian ini terbagi atas:
1. Uji Linearitas
2. Uji Kecermatan (Accuration)
3. Uji Keseksamaan (Precision)
4. Uji Selektifitas
5. Uji Batas Deteksi dan Uji Batas kuantitatif
6. Uji Ketangguhan dan Kekuatan Metoda Analisa
I.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Maret
2011 di Labolatorium Kimia PT ERRITA PHARMA Desa Bojong Salam RT.04
RW.07 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. Telp.(022)7949062.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Besi(II)Fumarat dan 2,2 '-Bipiridin
Besi(II)Fumarat
Gambar II.1 Besi (II)Fumarat [2]
Besi (II) fumarat, juga dikenal sebagai besi fumarat, adalah besi (II) garam dari
asam fumarat, serbuk berwarna merah kejinggaan, digunakan untuk melengkapi
asupan zat besi. Besi (II) fumarat memiliki rumus kimia C4H2FeO4 dan memiliki berat
molekul 169,9. [3]
Besi Fumarat merupakan garam besi yang bekerja dan bermanfaat dalam
pencegahan dan pengobatan penyakit kekurangan darah (anemia) karena kekurangan
zat besi. Besi Fumarat murni memiliki kandungan besi 32,87%, sehingga satu kapsul
100 mg besi fumarat akan mengandung 32.87 mg besi.
6
2,2 '-Bipiridin
Gambar II.2: 2,2 '-Bipiridin [4]
Rumus Molekul : C10H8N2
Masa Molar : 156,18 g mol-1
Titik Lebur : 70-73 0C
Titik Didih : 273 0C
2,2 '-bipiridin adalah senyawa organik dengan rumus (C10H8N2). Zat ini merupakan
padatan berwarna putih, biasa disingkat bipy atau bpy . Zat ini bergigi dua pengkelat
ligan , membentuk kompleks dengan banyak logam transisi .[4]
Besi merupakan salah satu unsur logam transisi yang memiliki orbital d yang tidak
terisi penuh pada konfigurasinya. Sedangkan bipiridin (C10H8N2) memiliki 2 pasang
elektron bebas yang masing-masing terdapat pada atom N. Karena itu, keduanya
dapat membentuk suatu senyawa kompleks yang berikatan koordinasi dimana besi
sebagai penerima pasangan electron dengan menyediakan orbital kosongnya atau
asam Lewis dan bertindak sebagai atom pusat, sedangkan bipiridin bertindak sebagi
ligan atau basa Lewis dengan mendonorkan pasangan elektronnya untuk digunakan
7
bersama. Salah satu sifat dari senyawa kompleks ini yaitu umumnya dapat
membentuk warna dalam larutan, sehingga dalam penentuan rumus senyawa
kompleks besi-bipiridin dapat digunakan teknik spektrofotometri yaitu dengan
mengukur serapan cahaya (absorbansi) dari berbagai campuran. [5]
Untuk regensia bipiridin yang bereaksi dengan besi, terjadi pewarnaan jingga yang
disebabkan oleh adanya kation kompleks [Fe(C10H8N2)3]2+ dalam larutan yang sedikit
asam. Reaksi pembentukan:
2Fe2+ + C10H8N2 [Fe2(C10H8N2)3]2+
jingga
Besi (II) mudah teroksidasi menjadi besi (III). Besi (III) tidak bereaksi dengan
bipiridin dan harus direduksi dulu menjadi besi (II) dengan pereduksi seperti Natrium
Tiosulfat, Asam askorbat, Kalium Iodida,dll. Namun pada penelitian ini pereduksi
yang akan digunakan adalan Natrium Tiosulfat karena senyawa ini mudah didapatkan
dan cenderung stabil. Senyawa kompleks besi(II) – bipiridin akan terbentuk pada pH
2-9.[5] Pada penelitian ini digunakan buffer pH 4,5 karena pH tersebut merupakan pH
optimum pada kompleks Besi-bipiridin untuk suasana asam.[6]
II.2 Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometri didefinisikan suatu metoda analisis kimia berdasarkan
pengukuran seberapa banyak energi radiasi diabsorpsi oleh suatu zat sebagai fungsi
panjang gelombang. Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu
8
molekul atau atom yang mengabsorpsi radiasi akan memanfaatkan energi radiasi
tersebut untuk mengadakan eksitasi elektron. Eksitasi ini hanya terjadi bila energi
radiasi yang diperlukan sesuai dengan perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke
keadaan tereksitasi. Prinsip inilah yang dijadikan dasar analisis kualiatif
spektrofotometri.[7]
Analisa Fe secara Spektrofotometri
Melalui pembentukan ion kompleks dengan bipiridin, tiga molekul
bipiridin bergabung dengan Fe2+ membentuk ion kompleks berwarna jingga. Sistem
warna tersebut mengikuti hukum Beer : Sinar cahaya dengan panjang
gelombang yang tertentu yaitu 520 nm, akan diabsorbsi secara proporsional
dengan jarak perjalanannya di dalam larutan dan dengan kadar kompleks yang
berwarna orange-merah ini. Absorptivitas molar dari kompleks besi-bipiridin
adalah 8650 L / mol / cm pada panjang gelombang serapan maksimum. Bentuk-
bentuk kompleks dengan cepat, stabil selama rentang pH 3 sampai 9, dan dapat
digunakan untuk menentukan besi (II) konsentrasi di kisaran 0,5-8 ppm.[8]
Pengukuran dengan menggunakan UV-Vis dapat berhasil dengan baik asal kondisi-
kondisi operasional telah dikendalikan dengan sangat seksama. Adapun interferensi
yang sering dijumpai apabila melakukan analisis dengan UV-Vis adalah:[9]
1. Mencari reaksi yang spesifik
Misalkan bila kita menetapkan besi yang tercampur dengan mineral lain seperti
tembaga sebaiknya jangan memakai KCNS, tetapi pakailah cara Bipiridin. Reaksi
9
yang sifatnya spesifik biasanya biasanya sedikit sekali Bila kita melakukan reaksi,
usahakan zat lain tidak ikut bereaksi, apalagi kita menghasilkan senyawa yang
mempunyai λmax berdekatan.[9]
2. Tetapkan padaλ maks
λ maks adalah λ dimana contoh memberikan serapan (absorbsi) maksimum. λmaks
dapat ditetapkan dengan dengan mengalurkan A terhadap λ dari suatu larutan dalam
deret standar. Penetapan pada λmaks akan memberikan keuntungan antara lain :
a. Kepekaan maksimum, karena pada perubahan konsentrasi larutan akan
memberikan perubahan A yang paling besar (memperkecil kesalahan)
b. Pada λmaks akan didapatkan bentuk kurva kalibrasi yang linier sesuai dengan
Hukum Lambert – Beer.[9]
3. Waktu kestabilan reaksi
Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat ada pula yang lambat bahkan setelah
waktu tertentu akan terbentuk reaksi atau senyawa lain. Pada penetapan cara
spektrofotometri kestabilan reaksi sangat penting. Oleh karrena itu dalam mengukur
Absorbansi contoh hendaknya diperhatikan masalah waktu. Pengukuran jangan
dibiarkan terlalu lama atau terlalu cepat, misalnya Penetapan Fe cara bipiridin harga
A ditetepkan setelah 5 – 10 menit.[9]
4. Penyesuaian dengan Lambert – Beer
Kurva kalibrasi menurut Lambert – Beer seharusnya linier. Pada kenyataannya bila
makin pekat kurva akan melengkung.[9]
10
5. Pemilihan pelarut
Pelarut yang dipakai hendaknya mempunyai kemurnian yang tinggi, tidak
mengabsorbsi λ pada daerah pengukuran, tidak berinteraksi dengan contoh.[9]
6. Kesalahan relatif
Untuk mendapatkan kesalahan relative yang kecil pengukuran sebaiknya pada
absorbsansi 0,2 – 0,7.[9]
Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis
menggunakanSpektrofotometer UV-Vis adalah:[9]
1. Serapan oleh pelarut.
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi
matrik selain komponen yang akan dianalisis.
2. Serapan oleh kuvet.
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas ataukuarsa.
Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan
kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan
oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang
sama untuk tempat blangko dan sampel.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi. Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan. (melalui
pengenceran atau pemekatan). Untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian
11
spektrofotometer. UV-Vis maka perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam
spektrofotometer UV-Vis dilakukan dengan menggunakan blangko:
Setting nilai absorbansi=0
Setting nilai transmitansi = 100 %
II.3 Validasi Metoda Analisa
Validasi metoda analisa adalah proses yang ditetepkan melalui studi labolatorium
bahwa karakteristik kinerja analisis memenuhi persyaratan sesuai dengan
penggunaannya. Parameter analitis yang harus dipertimbangkan dalam validasi
adalah Akurasi, Presisi, Selektivitas, Batas deteksi (Limit of Detection) dan Batas
Kuantitasi (Limit of Quatification), Linearitas, Ketangguhan metode (Ruggedness),
Kekuatan (Robustness). [10]
Accuracy (Kecermatan)
Accuracy suatu metoda analitis adalah tingkat kedekatan hasil pengujian metoda
analisis yang divalidasi dengan nilai sebenarnya atau nilai yang dianggap benar. [10]
Akurasi metoda analisis diteteapkan dengan melakukan pengujian menggunakan
metoda yang sedang divalidasi terhadap sampel zat yang ditambah analit dalam kadar
yang diketahui lebih tinggi maupun lebih rendah dari kadar normal yang diharapkan
terkandung dalam sampel zat. [10]
Kriteria kecermatan sangat tergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks
sampel dan pada keseksamaan metode (RSD). Selisih kadar pada berbagai penentuan
(Xd) harus 5% atau kurang pada setiap konsentrasi analit pada mana prosedur
12
dilakukan. Harga rata-rata selisih secara statistik harus 1,5% atau kurang. Kriteria
tersebut dinyatakan secara matematik sebagai berikut: [11]
. 100 < 5%
. 100 - Precision (keseksamaan)
Precision metoda analisa adalah tingkat kedekatan di antara hasil uji individu bila
prosedur digunakan berulang kali terhadap sampling ganda atas sampel yang
homogen. Presisi metode analisis biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku
relatif (koevisien variasi). Presisi metoda analisa ditetapkan dengan menentukan
kadar larutan sampel homogen beberapa kali sehingga hasil uji dapat dihitung secara
statistik perkiraan yang valid dari simpangan baku atau simpangan relatif (koevisien
variasi). [10]
Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau
koefisien variasi 2%atau kurang. Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
1. Hasil analisis adalah X1, X2, X3, X4,.....................Xn
Maka simpangan bakunya adalah
2. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) adalah:
13
Percobaan keseksamaan dilakukan terhadap paling sedikit enam replika sampel
yang diambil dari campuran sampel dengan matriks yang homogen. Sebaiknya
keseksamaan ditentukan terhadap sampel sebenarnya yaitu berupa campuran dengan
bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) untuk melihat pengaruh matriks pembawa
terhadap keseksamaan ini. Demikian juga harus disiapkan sampel untuk menganalisis
pengaruh pengotor dan hasil degradasi terhadap keseksamaan ini. [11]
Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas metode analisis adalah kemampuan metode analisis
untuk mengukur secara tepat dan spesifik analit yang tercampur dengan komponen
utama dan diperkirakan ada dalam sampel. Spesifitas dinyatakan sebagai derajat bias
hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel mengandung cemaran yang ditambahkan.
Hasil urai atau senyawa sejenis dibandingkan dengan hasil uji sampel murni (tidak
mengandung cemaran). Bias dapat dinyatakan sebagai perbedaan hasil uji antara dua
kelompok sampel diatas. Spesifisitas adalah ukuran derajat gangguan dalam analisis
campuran sampel yang kompleks. [10]
Linearitas
Linearitas metode analisis adalah kemampuan untuk menyebabkan hasil uji yang
secara langsung atau melalui transformasi matematis yang umum dikenal
proporsional terhadap konsentrasi sampel dalam rentang penggunaan metoda analisis.
14
Linearitas dinyatakan dengan variasi disekitar slope garis regresi (koevisien korelasi).
Linearitas metoda analisis ditetapkan dengan perlakuan matematis hsil uji yang
diperoleh dengan melakukan analisis terhadap sampel yang mengandung analit
sepanjang rentang pengujian yang dinyatakan dalam metoda analisis. [10]
Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arahgaris regresi yang
dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit
dalam sampel dengan berbagai konsentrasianalit. Perlakuan matematik dalam
pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat
terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa kasus, untuk
memperoleh hubungan proporsional antara hasil pengukuran dengan konsentrasi
analit, data yang diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu sebelum
dibuat analisis regresinya. Dalam praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda
konsentrasinya antara 70 – 130% kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering
ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang
dianalisis sekurang-kurangnya tujuh buah. Sebagai parameter adanya hubungan linier
digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX. Hubungan
linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau –1 bergantung pada arah
garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama instrumen yang
digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual (Sy).
Dengan menggunakan kalkulator atau perangkat lunak komputer, semua perhitungan
matematik tersebut dapat diukur[11]
15
Di mana = a + bx
SX = Standar deviasi dari fungsi
VX = Koefisien variasi dari fungsi
Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quatification)
Batas deteksi adalah konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat
terdeteksi tapi tidak perlu secara kuantitatif. Penentuan batas deteksi metoda analisis
untuk prosedur instrumental dapat digunakan teknik signal terhadap noise dengan
membandingkan hasil uji sampel yang mengandung analit dalam konsentrasi yang
diketahui dengan blanko sampel dan menetapkan konsentrasi analit terendah yang
dapat terdeteksi dengan baik. [10]
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode
analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak
menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam
sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat
dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan
baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan[11]
16
Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)
k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi
Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko
Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon
terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a+bx)
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi
linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada
persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan
simpangan baku residual (Sy/x.).[11]
a. Batas deteksi (Q)
Karena k = 3 atau 10, simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka
b. Batas kuantitasi (Q)
Ketangguhan metode (ruggedness)
Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari
analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium,
17
analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan
biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau
lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan
pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis. [10]
Ketegaran metode (robustness)
Ketegaran metoda analisa adalah ukuran kemampuan metode analisis untuk teteap
bertahan terhadap pengaruh kecil tapi dilakukan dengan sengaja dengan membuat
variasi dalam parameter metoda analisis dan memberikan indikasi kehandalan metoda
selama penggunaan normal. [10]
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian
18
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Fe Fumarat
1. Timbang zat2. Tambah HCl (1:2)3. Larutkan, add 100 mL4. Tambah dapar asetat pH 4,65. Tambah Na2S2O3
6. Tambah Bipiridin7. Add dengan Dapar Asetat pH 4,58. Tentukan λ max sekitar 500-600 nm9. Ukur absorban pada λ max
Linearitas Akurasi Presisi Selektifitas Rugedness Robustnes
Larutan 10%
LOD dan LOQ
Data
Kesimpulan
Hasil
19
a. Batang Pengaduk
b. Gelas kimia 100 mL
c. Gelas Ukur 50 mL
d. Hot Plate
e. Kuvet
f. Labu Ukur 50 mL
g. Labu Ukur 100 mL
h. Pipet Seukuran 1 mL
i. Pipet Ukur 5 mL
j. Spektrofotometri UV-
Visible
k. Timbangan Analitik
20
III.2.2 Bahan
a. Besi(II)Fumarat Baku
Kerja
b. Bipiridin 0.2% (b/v)
c. NH4OAc
d. Asam Asetat Glasial
e. HCl (1:2)
f. Natrium Na2S2O3.5H2O
10%(b/v)
g. Sediaan kapsul
Besi(II)Fumarat
III.3 Prosedur Penelitian
Larutan 2,2 Bipiridin 0,2% (b/v) dalam aqua DM
Timbang 200 mg 2,2 Bipiridin, larutkan dalam 100 mL aqua DM
Larutan Dapar Asetat pH 4,5
Timbang 15 gram NH4COOH, larutkan dalm 250 mL aqua DM, tambahkan 10 mL
(CH3COOH)2, atur pH hingga 4,5 menggunakan CH3COOH atau NH4OH, encerkan
hingga 1000 mL.
Larutan Na2S2O3.5H2O 10% (b/v)
Timbang 10 gram Na2S2O3.5H2O, larutkan dengan 100 mL aqua DM.
Larutan Induk (Fe Fumarat = 88 ppm)
Timbang seksama ± 88 mg Fe Fumarat, tambahkan 25 mL HCl (1:2), panaskan
sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 100 mL, tambahkan aqua DM sampai tanda
batas.Kocok hingga homogen. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu ukur 100 mL.
Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai tanda batas, kocok hingga homogen.
Larutan Fe Fumarat 8,8 ppm
Pipet 10 mL larutan induk, tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL
Na2S2O3.5H2O10% serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH
4,5 sampai dengan hingga 100 mL. Kocok hingga homogen.
Larutan Sampel
Timbang sampel setara dengan satu isi sediaan kapsul besi, tambahkan 25 mL HCl
(1:2), panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 200 mL, tambahkan aqua DM
sampai tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu
ukur 100 mL. Tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na 2S2O3.5 H2O 10%
serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,6 sampai dengan
tanda batas, kocok hingga homogen. ( Fe Fumarat 8,8 ppm)
Larutan Placebo
Buat placebo sediaan kapsul besi yang tediri dari:
Nama Bahan Banyak zat
Vit C 5 gram
Asam Folat 100 mg
B12 0,75 mg
CuSO4 20 mg
MgSO4 20 mg
Sorbitol 2,5 gram
Mikrosel 550 mg
Mg Stearat 500 mg
Talk 1 gram
Kolidon 675 mg
Alkohol 10,6 mL
NB : Placebo untuk 100 kapsul
Campur semua pengisi formula Fe Fumarat Kapsul, aduk rata. Timbang 272 mg
placebo, masukkan placebo ke dalam gelas kimia, tambahkan 25 mL HCl (1:2),
panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 200 mL, tambahkan aqua DM sampai
tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1 mL ke labu ukur 100 mL .Tambahkan
35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na2S2O3.5H2O 10% serta 2,5 mL bipiridin 0,2%,
kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai dengan tanda batas, kocok hingga
homogen.
III.3.1 Linearitas
Buat seri larutan standar dengan konsentrasi 6,2 ppm; 7 ppm; 7,9 ppm; 8,8 ppm; 9,7
ppm; 10,6 ppm dan 11,4 ppm dari larutan induk yang diambil menggunakan pipet
seukuran masing masing 7mL, 8mL, 9mL, 10mL, 11mL, 12mL dan 13 mL ke dalam
100 mL. Ukur serapan pada λ 500-600 nm pada masing masing seri larutan dengan
konsentrasi yang berbeda tersebut .
III.3.2 Akurasi
Tambahkan sejumlah Fe Fumarat standar yang ditimbang dengan seksama ke
campuran placebo sehingga menghasilkan campuran dengan kadar Fe Fumarat 7
ppm; 8,8 ppm dan 10,6 ppm dari formula Fe Fumarat kapsul dan campur. Dan
lakukan tiga kali pengukuran pada λ 500-600 nm pada masing masing konsentrasi.
Kriteria Penerimaam: RSD ≤ 2%.
III.3.3 Presisi
Keberulangan (Ripitabilitas)
Buat larutan uji dari sampel produk untuk uji presisi:
Timbang sampel setara dengan satu isi sediaan kapsul besi, tambahkan 25 mL HCl
(1:2), panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 200 mL, tambahkan aqua DM
sampai tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu
ukur 50 mL. Tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na2S2O3.5H2O 10%
serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai dengan
tanda batas, kocok hingga homogen. Ukur serapan pada λ 500-600 nm.Lakukan triplo
untuk pengujian. Kriteria Penerimaan : RSD ≤ 2%
Presisi Antara
Lakukan pengujian di atas oleh dua orang analis yang berbeda atau menggunakan alat
yang berbeda. RSD maksimal dari dua orang pengujian harus ≤ 2%.
III.3.4 Selektifitas
Ukur serapan larutan placebo.
Larutan placebo tidak boleh memberikan puncak pada panjang gelombang yang sama
dengan Fe Fumarat.
III.3.5 LOD dan LOQ
Buat variasi larutan LOD dan LOQ 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 10% dari larutan 100%.
Ukur serapan.
III.3.6 Robustness
Ulangi pemeriksaan larutan standard dan larutan sampel yang telah tersimpan selama
3 jam, 6 jam, 8 jam, 24 jam, dan 48 jam. Larutan dinyatakan stabil apabila tidak ada
perubahan respon.
III.3.7 Ruggedness
Lakukan pemeriksaan larutan standar dan larutan sampel menggunakan kondisi
operasi yang berbeda dan lingkungan yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo Naroyono dan Regina Tatiana Purba, 2006, Anemia Defisiensi Besi
Dalam Kehamilan, Jurnal Kedokteran dan Farmasi, Vol 19, Hal 3-7.
2. Anonim, 2011. Fe Fumarat, http://www.wikipedia.com, 5 September 2011.
3. Anonim, 2007, The United States Pharmacopea, The Official Compendia of
Standards, Volume 2, Port City Pres Baltimore.
4. Anonim, 2011. 2,2 '-bipiridin, http://www.wikipedia.com, 10 Oktober 2011.
5. Nur Mifta Rahmat, 2010, Penentuan Rumus Senyawa Kompleks Besi-
Phenentrolin Dengan Metode Perbandingan Slope, Universitas HAlouleo,
Kendari.
6. Ningsih, 2005, Penentuan besi (Fe) pada penelitian ini didasarkan pada
reaksi pembentukan kompleks antara Fe(II) dengan pengompleks 1,10-
fenantrolin, ITS, Surabaya.
7. Tahid, 2001, Spektrofotometri UV-Vis: Prinsip Dasar, Peralatan dan
Pemeliharaan, Disampaikan pada Pelatihan Perawatan dan Kalibrasi Alat
Laboratorium, Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Alam,
Bandung.
8. Widyaningsih Elsa,2011, Analisa Fe secara Spektrofotometri
, http://teenagers-moslem.blogspot.com/2011/01/spektrofotometer-uv-vis-by-
elsa.html, 4 November 2011.
9. Sastrohamidjojo, H, 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta.
10. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2001, Pedoman Cara Pembuatan
Obat Yang Baik dan Benar, BPOM, Jakarta.
11. Harmita , 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol 1, Hal 117-135.
BIODATA PENELITI
Nama : Anggita Yuliana Nurtanti
NIM : 3212081045
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Lahir : Bandung
Tanggal Lahir : 14 Juli 1989
Agama : Islam
Alamat rumah : Jl. Botani II No.9 RT.05 RW.15. Tanimulya Indah.
Kab. Bandung Barat. 40552.
No. Telp : (022)625578/085220427689
JADWAL KERJA
Jadwal Rencana Kerja Pelaksanaan Tugas Akhir
NO URAIAN
BULANTAHUN
2011 TAHUN 2012
NOV DES JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGS
1 PROPOSAL
2STUDI LITELATUR
3PENELITIAN/ KERJA
4PENULISAN SKRIPSI
5 SEMINAR
6 SIDANG
BIAYA PENELITIAN
Biaya Bahan
NO BAHAN JUMLAH BIAYA
1 HCl 217 mL Rp. 65.000,-
2 Na2S2O3 13 gram Rp. 7.500,-
3 Bipiridin 125 mg Rp. 13.000,-
4 Ammonium Asetat 105 gram Rp. 64.000,-
5 Asam Asetat Glasial 70 mL Rp. 70.000,-
Jumlah Biaya Bahan Rp. 219.500,-
Pemakainan listrik dan air Rp. 50.000,-
Biaya Jasa Analis Rp. 100.000,- +
Total Biaya Rp. 369.500,-
PPn Rp. 36.950,- +
Harga Analisis Rp. 405.950,-
top related