akuisisi aset atau akuisisi bisnis asc topic 805
Post on 09-Jan-2017
285 Views
Preview:
TRANSCRIPT
www.futurumcorfinan.com
Page 1
Apa yang Perusahaan Beli? Aset atau Bisnis?
Klarifikasi Definisi Bisnis menurut FASB untuk
Kombinasi Bisnis, dan apakah IFRS 3 (2008) atau
PSAK 22 (revisi 2010) akan Mengikuti? ¹
Pendahuluan
Dalam tulisan penulis berjudul “Pengalihan Aset atau Pengalihan Bisnis: Kemungkinan
“Asset Deal” adalah “Business Deal” atau Bukan?” telah diuraikan banyak hal terkait
apakah yang menentukan suatu transaksi akuisisi (atau pelepasan) atas serangkaian aset dan
aktivitas, sebagai suatu transaksi akuisisi atas “bisnis” atau atas suatu “aset”. Pada prinsipnya,
ini akan membawa kita pada apa yang dimaksud dengan “bisnis”.
Sukarnen
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
www.futurumcorfinan.com
Page 2
Perbedaan akuisisi aset atau akuisisi bisnis akan membawa konsekuensi baik langsung atau
tidak langsung, bagi:
pengakuan (recognition), pengukuran (measurement), penyajian (presentation) dan
pengungkapan (disclosure) atas transaksi akuisisi (pelepasan) tersebut. Salah satunya
adalah apabila aset yang diakuisisi adalah memenuhi definisi bisnis menurut IFRS 3
(2008): Business Combinations (atau diadopsi ke dalam PSAK 22 (revisi 2010):
Kombinasi Bisnis), maka akuntansinya akan diatur menurut kedua standar akuntansi
tersebut, yaitu masuk dalam ruang lingkup kombinasi bisnis; dan
perlakuan perpajakan.
Salah satu perbedaan akuntansi yang signifikan antara transaksi akuisisi aset (atau sekelompok
aset) dengan akuisisi bisnis adalah:
Dalam akuisisi bisnis, aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih
oleh pihak pengakuisisi dibukukan dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi.
Kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi dapat dibukukan menggunakan
nilai wajar tanggal akuisisi, atau sebagai alternatif, dapat dibukukan pada proporsi
kepemilikan kepentingan nonpengendali atas aset neto teridentifikasi dari pihak yang
diakuisisi. Selisih lebih (atau kurang) antara nilai agregat total pembayaran/imbalan
(consideration) yang dialihkan plus jumlah setiap kepentingan nonpengendali pada
pihak yang diakuisisi, atas nilai agregat aset teridentifikasi yang diperoleh plus liabilitas
yang diambil-alih oleh pihak pengakuisisi, dibukukan sebagai goodwill atau pembelian
dengan diskon (umum dikenal sebagai goodwill negatif).
Dalam akuisisi aset atau kelompok aset yang bukan merupakan suatu bisnis, dalam hal
ini, pihak pengakuisisi mengidentifikasi dan mengakui setiap aset teridentifikasi yang
diperoleh (termasuk aset yang memenuhi definisi dari, dan kriteria pengakuan untuk,
aset tidak berwujud sebagaimana diatur dalam International Accounting Standard (IAS)
38 : Intangible Assets (atau diadopsi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 19 (revisi 2010): Aset Tak Berwujud), dan liabilitas yang diambil-alih. Biaya
perolehan dari kelompok aset tersebut dialokasikan kepada masing-masing aset
teridentifikasi dan liabilitas berdasarkan nilai wajar relatifnya pada tanggal pembelian.
Nilai wajar relatif aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih kemungkinan besar
akan berbeda dengan nilai wajar masing-masing aset teridentifikasi maupun liabilitas
www.futurumcorfinan.com
Page 3
yang diambil-alih. Transaksi atau peristiwa akuisisi aset tidak dapat menimbulkan
pengakuan dan pengukuran goodwill atau pembelian dengan diskon.
Untuk rincian perbedaan akuntansi akuisisi bisnis dan akuisisi aset dapat dijabarkan di bawah
ini1:
Perubahan definisi bisnis dalam IFRS 3 (2008) akan membawa implikasi pada berbagai area
dalam akuntansi, misalnya dalam transaksi akuisisi, transaksi pelepasan aset atau bisnis,
penurunan nilai goodwill, dan juga pelaporan konsolidasi.
IFRS 3 (2008 sendiri merupakan upaya konvergensi antara International Accounting Standards
Board (IASB) dengan Financial Accounting Standards Board (FASB) di Amerika Serikat,
dimana ketentuan yang tidak jauh berbeda diatur dalam Statement of Financial Accounting
Standard No. 141 (Revised 2007): Business Combinations (atau sekarang dikenal sebagai
FASB Accounting Standards Codification (ASC) Topic 805), atau untuk selanjutnya diacu
sebagai ASC Topic 8052.
1 2011. PricewaterhouseCoopers. Practical Guide to IFRS. Business Combinations: Determining What a
Business is under IFRS 3 (2008). Mei 2011. Halaman 1. 2 Dapat dibaca pada situs http://www.fasb.org/project/bc_acquisition_method.shtml, dan
www.futurumcorfinan.com
Page 4
Pada tanggal 23 November 2015, FASB mengeluarkan usulan Accounting Standards Update
(ASU, atau untuk selanjutnya disebut sebagai ASU Topic 805) sebagai tindak lanjut dari the
Post-Implementation Review Report on FASB Statement No. 141 (revised 2007), Business
Combinations (Statement 141(R)) 3 atau ASC Topic 805, suatu proses review paska-
implementasi yang juga sedang dilakukan oleh IASB terkait IFRS 3 (2008).
ASU Topic 805 yang akan berlaku secara prospektif ini bertujuan untuk memberikan kejelasan
terkait definisi “bisnis” dengan memberikan panduan yang dapat membantu pihak entitas
pelaporan (reporting organization/entity) pada waktu melakukan analisa apakah aset
teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih (atau suatu rangkaian terpadu dari
aktivitas dan aset) merupakan suatu transaksi akuisisi (atau pelepasan) “aset” atau “bisnis”.
Definisi “bisnis” menurut ASC Topic 805 ini perlu kita cermati karena definisi “bisnis” tersebut
tidak jauh berbeda dengan definisi menurut IFRS 3 (2008) (atau PSAK 22 (revisi 2010)). Namun
demikian, dari pengamatan FASB, meskipun kedua definisi ASC Topic 805 dan IFRS 3 (2008)
tersebut identik, kedua definisi tersebut tidak diartikan atau bahkan diterapkan secara konsisten
dalam prakteknya, terutama antara satu jurisdiksi yang menerapkan ASC Topic 805, dengan
jurisdiksi yang menerapkan IFRS. Definisi bisnis dalam ASC Topic 805 cenderung diartikan
secara lebih luas dibandingkan dengan IFRS 3 (2008). FASB melihat bahwa revisi atas definisi
“bisnis” dalam ASC Topic 805 diharapkan akan memperkecil perbedaan penerapan yang ada,
sehingga praktek menurut ASC Topic 805 dan IFRS 3 (2008) akan lebih sejalan. IASB sendiri
telah memasukkan agenda terkait evaluasi definisi bisnis dan sedang mempertimbangkan
melakukan perubahan yang sama dengan yang apa yang diusulkan oleh ASU Topic 805.
Terdapat beberapa poin yang menjadi latar belakang penerbitan ASU Topic 805 ini:
Pertama, penerapan definisi “bisnis” menurut ASC Topic 805 menjadi terlalu luas,
mengakibatkan banyak transaksi dikategorikan sebagai akuisisi bisnis, walaupun akuisisi
tersebut lebih mendekati akuisisi aset.
IASC Foundation. International Accounting Standards Board. Business Combinations Phase II: Project Summary,
Feedback and Effect Analysis. January 2008. London (UK): IASC Foundation.
Diunduh pada tanggal 27 November 2015 dari situs http://www.ifrs.org/Current-Projects/IASB-Projects/Business-
Combinations/Documents/BusComb_Effects.pdf. 3 FASB Exposure Draft. Proposed Accounting Standards Update. Issued: November 23, 2015. Comments Due:
January 22, 2016. Business Combinations (Topic 805): Clarifying the Definition of a Business. Diunduh pada
tanggal 25 November 2015 dari situs http://www.fasb.org/jsp/FASB/Page/SectionPage&cid=1176157086783.
www.futurumcorfinan.com
Page 5
Kalau kita menggunakan kerangka penentuan apakah suatu akuisisi adalah akuisisi bisnis atau
akuisisi aset menurut IFRS 3 (2008) ditunjukkan di bawah ini, walaupun hanya terdiri dari 3
langkah, namun tetap belum tentu mudah dipahami dan diterapkan4. FASB mencatat bahwa
menganalisa transaksi akuisisi menggunakan definisi pada saat ini menurut ASC Topic 805
dapat menjadi sulit dan memakan banyak biaya.
4 2011. PricewaterhouseCoopers. Practical Guide to IFRS. Business Combinations: Determining What a
Business is under IFRS 3 (2008). Mei 2011. Halaman 5.
www.futurumcorfinan.com
Page 6
Panduan dalam ASC Topic 805 (ataupun IFRS 3 (2008)) mengenai penentuan apakah
serangkaian terpadu dari aktivitas dan aset (selanjutnya, secara bersama-sama disebut sebagai
satu himpunan (set)) yang diakuisisi, adalah suatu bisnis, menyebutkan adanya 2 (dua) poin,
yang dapat diartikan dan diterapkan relatif cukup luas, sebagai berikut.
a) Pada umumnya, terdapat 3 (tiga) unsur dalam suatu bisnis, yaitu input, proses dan
output. Disebutkan bahwa walaupun suatu himpunan yang merupakan suatu bisnis,
biasanya akan mempunyai output, namun guna memenuhi definisi bisnis, kehadiran
output tidak diwajibkan.
b) SEMUA input dan proses yang pihak penjual (atau pihak yang diakuisisi) pergunakan
dalam menjalankan suatu himpunan tersebut tidak diperlukan guna memenuhi definisi
bisnis, seandainya pihak partisipan pasar (pihak ketiga di pasar) dapat atau mampu
(capable of) memperoleh himpunan tersebut dan dapat tetap melanjutkan produksi
output, misalnya dengan mengintegrasikan himpunan tersebut dengan input dan proses
miliknya sendiri.
Kedua, masalah lainnya dengan definisi bisnis saat ini adalah tidak terdapat panduan
mengenai seberapa “minimum” jumlah input dan proses yang diperlukan untuk supaya suatu
himpunan dapat memenuhi definisi suatu bisnis.
Ketidakjelasan di atas mengakibatkan adanya interpretasi yang luas dalam praktek terkait apa
yang dimaksud dengan suatu bisnis.
Misalnya, suatu himpunan tetap dikatakan memenuhi kriteria sebagai suatu bisnis sekalipun
tidak terdapat proses yang ada dalam transaksi tersebut, karena kegiatan yang mendatangkan
pendapatan dapat dilanjutkan sesudah transaksi akuisisi. Contohnya, dalam industri real estat,
seorang partisipan pasar seringkali mampu memperoleh input, katakan suatu unit bangunan
dengan sewa guna usaha (lease)5 dan kemudian menggabungkan unit bangunan tersebut
dengan prosesnya sendiri (misalnya suatu ada daftar penyewa yang siap menyewa dan sistem
untuk mengoperasikan kegiatan tersebut). Di sini, unit bangunan yang dibeli, plus sistem dari
pihak pengakuisisi, akan menghasilkan output, berupa pendapatan sewa guna usaha (lease
income).
5 Unit bangunan belum memiliki penyewa atau perjanjian sewa atau kegiatan sewa pada saat diakuisisi.
www.futurumcorfinan.com
Page 7
Di lain pihak, ada yang mengartikan, hadirnya suatu proses apa saja sudah cukup untuk
menyebut bahwa himpunan tersebut adalah suatu bisnis, terlepas apakah proses tersebut
cukup penting atau signifikan kontribusinya, atau merupakan proses major atau proses minor.
Ketiga, definisi output dalam ASC Topic 805 saat ini hanya mengacu kepada kemampuan atau
kapabilitas himpunan tersebut untuk mendatangkan secara langsung suatu imbal hasil dalam
bentuk dividen, biaya yang lebih rendah, atau manfaat ekonomis lainnya, kepada pihak investor
atau pihak pemilik lainnya, anggota, atau partisipan. Namun demikian, fokus tersebut dirasakan
kurang tepat mengingat bahwa banyak transaksi dapat memberikan suatu imbal hasil dalam
beberapa bentuk yang kurang lebih sama, misalnya pembelian suatu peralatan mesin baru,
tentunya diharapkan akan menurunkan biaya operasional, namun di sini, jelas pembelian
peralatan mesin saja, adalah suatu perolehan aset, dan bukan perolehan bisnis. Definisi yang
hanya fokus pada kemampuan mendatangkan imbal hasil dalam bentuk uang (moneter), dapat
mengakibatkan interpretasi yang terlalu luas guna menentukan apakah suatu himpunan secara
ekonomis memenuhi definisi suatu bisnis.
Pembahasan
Berangkat dari beberapa kekurangan pada definisi bisnis pada saat ini, tujuan ASU Topic 805
adalah guna mempersempit definisi suatu bisnis dan memberikan suatu kerangka kerja yang
akan memberikan suatu panduan bagi entitas guna membuat evaluasi yang wajar terkait
apakah suatu transaksi [akuisisi atau pelepasan suatu himpunan] melibatkan suatu aset atau
suatu bisnis.
a. Memperjelas apa yang dikategorikan sebagai suatu bisnis. Di sini perubahan definisi
bisnis akan menekankan bahwa (i) suatu himpunan wajib mencakup, minimum, suatu
input dan proses yang substantif yang secara bersamaan memberikan kontribusi
kepada kemampuan menghasilkan output, dan dengan demikian, (ii) menghilangkan
keharusan bahwa suatu himpunan adalah suatu bisnis jika pihak partisipan pasar dapat
menggantikan unsur yang hilang dan tetap lanjut memproduksi output. ASU Topic 805
tetap mempertahankan analisa atas himpunan yang dialihkan atau diakuisisi dari sudut
pandang partisipan pasar, walaupun pendekatan ini ada kemungkinan akan
mengakibatkan penerapan definisi menjadi terlalu meluas ataupun relatif sulit untuk
mengidentifikasi partisipan pasar yang tepat. FASB tetap melihat bahwa pendekatan ini
dirasakan tepat karena akan menghadirkan kedisplinan terkait analisa secara
keseluruhan dengan mempertimbangkan keinginan dari kedua pihak yang akan
www.futurumcorfinan.com
Page 8
bertransaksi - pihak pembeli (atau pihak pengakuisisi) dan pihak penjual (atau pihak
yang diakuisisi) - terkait dengan bagaimana himpunan tersebut akan digunakan atau
dimanfaatkan. Tanpa disiplin ini dikuatirkan transaksi yang sama dapat diperlakukan
secara berbeda diartikan tergantung persepsi pihak pembeli.
b. Memperkenalkan ketentuan bahwa jika secara substansial, seluruh nilai wajar dari aset
bruto yang diakuisisi, terkonsentrasi pada hanya satu aset teridentifikasi atau
sekelompok aset teridentifikasi yang sama (similar), himpunan tersebut tidak dianggap
sebagai suatu bisnis, tanpa perlu lagi melihat kehadiran proses yang substantif.
c. Mempersempit definisi output supaya istilah tersebut konsisten dengan bagaimana
output dijelaskan dalam ASC Topic 606 (yaitu FASB Accounting Standards Update No.
2014-09: Revenue from Contracts with Customers).
Ada beberapa hal yang secara spesifik berubah terkait dengan perubahan apa yang dimaksud
dengan suatu bisnis menurut ASU Topic 805.
Pertama: Mesti ada Proses, dan Proses itu Mesti Substantif Sifatnya
FASB memutuskan bahwa untuk bisa dianggap sebagai suatu bisnis, himpunan tersebut mesti
mencakup, minimum, suatu input dan suatu proses yang substantif.
Proses yang diakuisisi itu mesti substantif. Justru kehadiran suatu proses atau proses-proses-
lah yang akan membedakan suatu bisnis dari suatu aset karena SEMUA akuisisi aset
mempunyai input (satu atau beberapa), namun belum tentu memiliki proses. Kriteria ini-lah
yang akan membantu membedakan apakah aset atau bisnis yang diakuisisi (atau dilepas).
Penekanan pada “minimum, suatu input dan suatu proses yang substantif, yang wajib ada”
berimplikasi bahwa untuk supaya input dan proses tersebut berkontribusi pada kemampuan
untuk menghasilkan output, tidak diperlukan kehadiran SEMUA input dan proses yang
diperlukan, guna suatu himpunan dapat disebut sebagai suatu bisnis. Di sini CUKUP SATU
input dan SATU proses substantif, yang secara bersama-sama berperan penting terkait
produksi output. Jadi cukup SATU INPUT DAN SATU PROSES YANG SUBSTANTIF, YANG
SECARA BERSAMA-SAMA TURUT MEMBERIKAN KONTRIBUSI PADA KEMAMPUAN
UNTUK TERCIPTANYA OUTPUT.
www.futurumcorfinan.com
Page 9
Namun yang menarik di sini, FASB sendiri tidak melihat perlunya untuk menspesifikasi apa
yang dimaksud dengan proses yang substantif tersebut. Kemungkinan adanya variasi yang
cukup signifikan terkait suatu proses yang substantif antara satu industri dengan industri lainnya
dan antara satu transaksi akuisisi (atau pelepasan) dengan transaksi lainnya, membuat tidak
adanya pembahasan yang lebih rinci terkait proses yang substantif. Penekanannya lebih pada
nilai kontribusi proses tersebut pada hasil akhir, yaitu produksi output.
Keharusan kehadiran suatu proses yang substantif juga dengan sendirinya meniadakan
perlunya dilakukan evaluasi pada kemampuan seorang partisipan pasar (sebagai pihak ketiga)
apakah dapat atau tidak dapat menggantikan bagian (input atau proses) yang hilang dalam
himpunan tersebut guna melanjutkan produksi output. Hal ini sekalian akan dapat
menghilangkan ketidakjelasan mengenai unsur-unsur (input dan proses) apa yang perlu masuk
dalam suatu himpunan dan unsur-unsur apa yang dapat digantikan oleh seorang partisipan
pasar. Dengan demikian, analisa lebih dapat difokuskan pada “substansi” apa yang diakuisisi
dan bukannya berfokus pada bagaimana seorang partisipan pasar akan dapat secara potensial
memanfaatkan himpunan tersebut.
Kedua: Dalam Situasi dimana Transaksi Akuisisi Himpunan yang Tidak Ada Outputnya
FASB berpendapat bahwa dalam situasi dimana suatu himpunan tidak memiliki output pada
saat diakuisisi, maka untuk dapat dikatakan bahwa himpunan tersebut adalah suatu bisnis,
himpunan tersebut WAJIB mencakup sekumpulan tenaga kerja yang terorganisir (organized
workforce) yang memiliki ketrampilan/keahlian, pengetahuan, atau pengalaman yang
diperlukan guna menjalankan suatu proses (atau sekumpulan proses) yang diakuisisi, dimana
saat tenaga kerja tersebut diintegrasikan bersama-sama dengan suatu input atau banyak input
yang diakuisisi lainnya, akan berperan penting atau kritikal terhadap:
kemampuan himpunan tersebut secara keseluruhan untuk berkembang, atau
kemampuan himpunan tersebut untuk mengkonversi input atau banyak input yang
diperoleh, menjadi output.
Suatu entitas wajib mempertimbangkan hal-hal berikut ini pada saat mengevaluasi apakah
tenaga kerja yang berada dalam himpunan tersebut yang diperoleh, sedang menjalankan suatu
proses yang substantif, yang penting artinya bagi produksi output:
www.futurumcorfinan.com
Page 10
a) Suatu proses (atau sekumpulan proses) tidak penting/kritikal, jika, proses tersebut
hanya merupakan pelengkap (ancillary) atau minor perannya dalam konteks
keseluruhan proses yang diperlukan guna menghasilkan output.
b) Inputs - dimana tenaga kerja terorganisir tersebut mampu-kembangkan (atau sedang-
kembangkan) atau mampu-konversikan input menjadi output - dapat mencakup (i) hak
kekayaan intelektual, (ii) sumber daya yang dapat dikembangkan, atau (iii) akses
terhadap bahan atau hak yang memungkinkan penciptaan output masa depan. Pada
intinya, proses plus input dapat dikembangkan menjadi suatu output, berupa produk
atau jasa.
Karena penekanannya pada kemampuan menghasilkan output berupa produk atau jasa, proses
yang terlibat dalam suatu himpunan, mesti merupakan proses yang penting atau substantif.
Proses yang bersifat pelengkap, jelas tidak akan dapat memastikan output akan dihasilkan dari
pengolahan dan pengelolaan input plus proses.
Keharusan hadirnya input plus proses menjadi output, dengan sendirinya kehadiran semata-
mata tenaga kerja terorganisir tidak akan ada maknanya, tanpa kehadiran suatu input, sehingga
dengan input plus tenaga kerja terorganisir dapat bekerja bersama-sama berkontribusi terhadap
kemampuan untuk menghasilkan output6. Di sini ingin dipastikan bahwa tidaklah cukup hanya
semata-mata mempekerjakan seorang karyawan yang berketrampilan (ingat digunakan kata
“workforce” dan bukan “an employee atau employee”)7 dan transaksi akuisisi tersebut tidak
6 Kehadiran tenaga kerja terorganisir yang memiliki ketrampilan/keahlian, pengetahuan, atau pengalaman yang
diperlukan guna menjalankan proses-proses yang menciptakan output, diyakini FASB dengan sendirinya akan
memungkinkan himpunan tersebut untuk secara aktif menjalankan proses-proses. Jika tidak terdapat tenaga kerja
yang terorganisir untuk menjalankan suatu proses yang diperoleh, himpunan itu kemungkinan belum tentu dapat
dengan sendirinya secara aktif berkontribusi kepada penciptaan output karena pihak pengakuisisi mesti mencari
tenaga kerja yang mampu menjalankan seluruh aktivitas dalam proses tersebut. Contoh sederhananya, akuisisi atas
suatu cetak biru (blueprint) untuk suatu pesawat terbang, walaupun dikatakan terdapat proses substantif dalam cetak
biru tersebut, namun tanpa kehadiran tenaga kerja terorganisir (atau tanpa kehadiran output dalam himpunan
tersebut), proses yang ditunjukkan dalam suatu cetak biru tidak dapat dikatakan merupakan proses substantif.
Kehadiran tenaga kerja yang terorganisir menjadi suatu keniscayaan guna memastikan bahwa himpunan tersebut
dapat aktif didayakan untuk memproduksi pesawat terbang. 7 Ini menjadi jelas bahwa hanya mempekerjakan karyawan apapun (any employee), tidak serta-merta
mengindikasikan bahwa suatu himpunan tanpa output adalah suatu bisnis. Artinya, karyawan itu tidak bisa karyawan
sembarangan, namun sebaliknya, mesti ada tenaga kerja terorganisir yang mampu menjalankan proses (atau
sekumpulan proses) yang diperoleh, yang berperan penting dalam menentukan kemampuan untuk mengembangkan
atau mengkonversi input yang diperoleh menjadi output. Menentukan apakah suatu tenaga kerja terorganisir
www.futurumcorfinan.com
Page 11
turut mengakuisisi input lainnya yang penting. Dalam hal ini, jelas, bukan suatu bisnis yang
diakuisisi.
Fokus di sini, tidak hanya semata-mata pada kehadiran tenaga kerja terorganisir (yang memiliki
ketrampilan/keahlian, pengetahuan, atau pengalaman guna menjalankan proses tersebut),
namun juga secara eksplisit mengharuskan bahwa himpunan tersebut mempunyai suatu input
(atau input-input) dimana tenaga kerja terorganisir tersebut (i) akan dapat mengembangkannya
(atau bahkan sedang mengembangkannya) atau (i) mengkonversi input tersebut menjadi output
masa depan. Di sini, semata-mata kehadiran tenaga kerja terorganisir dan input manapun,
tidaklah cukup, karena yang ditekankan adalah bahwa himpunan tersebut wajib mencakup
aset-aset yang memang dimaksudkan untuk pada akhirnya dikembangkan menjadi output.
Artinya:
Input + proses = kedua-duanya mesti inti atau penting dan terkait langsung dengan nantinya
diolah lebih lanjut kerjasamanya menjadi output. Dalam situasi himpunan tanpa output, maka
proses substantif tersebut mesti mencakup unsur tenaga kerja terorganisir yang memiliki
kemampuan, ketrampilan/keahlian, dan pengalaman yang diperlukan untuk mengolah input
penting yang bersangkutan menjadi nantinya output.
FASB secara khusus menyebutkan bahwa banyak entitas dalam tahap pengembangan dapat
memenuhi kriteria ini mengingat adanya kehadiran teknologi, hak kekayaan intelektual, atau
aset-aset lainnya yang sedang dikembangkan untuk menjadi suatu produk atau jasa.
Dalam situasi dimana himpunan yang diperoleh tersebut pada saat ini sedang menghasilkan
output, maka input yang sedang dikonversi menjadi output jelas merupakan input yang sudah
ada atau tercakup dalam himpunan yang dialihkan, dan karenanya, signifikansi dan jenis input
tersebut yang terlibat dalam proses tersebut, tidak perlu lagi dipertimbangkan.
melaksanakan suatu proses yang penting, jelas memerlukan penilaian dan analisa dan diperkirakan dapat bervariatif
antara satu transaksi dengan transaksi lainnya, dan antara satu industri dengan industri lainnya. Jadi di sini, entitas
diwajibkan untuk mengevaluasi apakah suatu proses (atau sekumpulan proses) adalah penting/kritikal dalam konteks
keseluruhan proses yang dibutuhkan untuk menghasilkan output, dan jika proses (atau sekumpulan proses) tersebut
dianggap hanya pelengkap (ancillary) atau minor perannya dalam konteks tersebut, maka proses (atau sekumpulan
proses) tersebut dianggap tidak penting atau kritikal.
www.futurumcorfinan.com
Page 12
FASB juga mencatat bahwa dalam banyak industri, tidak selalu diperlukan dan dipekerjakan
banyak karyawan. Perusahaan bisa jadi hanya mempekerjakan beberapa karyawan [kunci] dan
berbagai proses dikerjakan oleh para vendor melalui pengaturan/kesepakatan kontraktual
seperti manajemen aset atau manajemen properti8. FASB sendiri memberikan klarifikasi bahwa
suatu tenaga kerja terorganisir dapat juga tercakup dalam himpunan tersebut melalui kontrak-
kontrak yang diperoleh (yang turut diakuisisi bersamaan dengan himpunan tersebut). Namun
demikian, penting bagi entitas tersebut untuk tetap perlu menerapkan analisa guna
membedakan antara:
kapan jasa yang disediakan atau dijalankan melalui pengaturan/kesepakatan kontraktual
(dengan pihak ketiga) guna menjalankan suatu proses terhadap input lainnya dalam
himpunan tersebut, dengan
kapan pengaturan/kesepakatan kontraktual itu sendiri adalah suatu input.
Dan sama pentingnya, entitas tersebut tetap perlu untuk mempertimbangkan apakah
pengaturan/kesepakatan kontraktual tersebut adalah penting/kritikal peranannya, sama halnya
seperti entitas tersebut menentukan apakah karyawan-karyawan tersebut dalam himpunan
tersebut adalah penting/kritikal peranannya atau kontribusinya terhadap produksi output.
Pengaturan/kesepakatan kontraktual yang menjalankan suatu proses bukan merupakan suatu
proses yang substantif jika proses tersebut dianggap pelengkap/tambahan atau minor dalam
konteks keseluruhan proses yang ada diperlukan untuk menghasilkan suatu output.
Ketiga: Dalam Situasi dimana Transaksi Akuisisi Himpunan yang Ada Outputnya
FASB memasukkan 3 (tiga) kriteria yang perlu dievaluasi guna memastikan apakah suatu
himpunan yang ada outputnya, tidak langsung mengambil kesimpulan bahwa himpunan
tersebut adalah suatu bisnis. Tetap penting bagi entitas pengakuisisi untuk memastikan bahwa
himpunan tersebut dapat dikatakan memiliki suatu input dan suatu proses yang substantif yang
secara bersama-sama berkontribusi terhadap kemampuan menghasilkan output, jika hal-hal di
bawah ini salah satunya ada dalam himpunan tersebut:
8 Bisa juga ada skema alih-daya (outsourcing), maklon (contract manufacturing), toll manufacturing (dikenal juga toll
out dalam industri farmasi, dimana produksi obat dengan mempergunakan fasilitas produksi perusahaan farmasi
lainnya khususnya untuk produk-produk yang fasilitas produksinya belum dimiliki atau kapasitas produksi pabrik yang
bersangkutan telah mencapai level maksimum).
www.futurumcorfinan.com
Page 13
a. Kehadiran suatu tenaga kerja terorganisir yang memiliki ketrampilan/keahlian,
pengetahuan, atau pengalaman yang diperlukan guna menjalankan suatu proses (atau
sekumpulan proses) yang diperoleh, dimana pada waktu diterapkan pada suatu input
(atau input-input) yang diperoleh, hal tersebut adalah penting atau kritikal bagi
kemampuan himpunan itu untuk melanjutkan memproduksi output. Suatu proses (atau
sekumpulan proses) tidaklah penting/kritikal, jika, misalnya, ia dianggap sebagai
pelengkap atau minor dalam konteks keseluruhan proses yang ada diperlukan untuk
melanjutkan produksi output.
b. Kehadiran proses (atau sekumpulan proses) yang diperoleh, ketika diterapkan pada
suatu input (atau input-input) yang diperoleh, memberikan kontribusi kepada
kemampuan himpunan tersebut untuk melanjutkan produksi output, dan tidak dapat
tergantikan tanpa menimbulkan biaya yang signifikan, upaya, atau penundaan dalam
kemampuan himpunan tersebut untuk melanjutkan produksi output.
c. Kehadiran proses (atau sekumpulan proses) yang diperoleh, ketika diterapkan pada
input (atau input-input) yang diperoleh, memberikan kontribusi kepada kemampuan
himpunan tersebut untuk melanjutkan produksi output dan proses tersebut tersebut
dianggap unik atau tidak banyak tersedia.
Ketika suatu himpunan sedang menghasilkan output sebelum dan sesudah transaksi [akuisisi
atau pelepasan], FASB berkesimpulan bahwa besar kemungkinan himpunan tersebut sudah
mencakup kedua unsur penting, yaitu baik suatu input dan suatu proses yang substantif,
dimana keduanya dipastikan hadir, dibandingkan dengan suatu himpunan yang tidak sedang
menghasilkan output. Dengan demikian, tidak perlu seluruh kriteria di atas mesti dipenuhi, dan
apabila hanya satu saja kriteria dipenuhi, maka FASB menganggap bahwa suatu proses yang
substantif serta-merta sudah ada dalam himpunan tersebut.
Dari ketiga kriteria di atas, terdapat kehadiran tenaga kerja yang terorganisir. Namun demikian,
meskipun diyakini bahwa suatu tenaga kerja yang terorganisir merupakan suatu petunjuk
adanya proses yang substantif, FASB sendiri tidak yakin bahwa kriteria tenaga kerja terorganisir
mutlak diperlukan ketika himpunan tersebut sudah menghasilkan output. Ini juga mengapa
kriteria tenaga kerja terorganisir (poin a di atas) dibedakan dari kriteria kehadiran proses (poin b
www.futurumcorfinan.com
Page 14
dan c di atas)9. Sebagai contoh, suatu himpunan, tidak harus menggunakan tenaga kerja
terorganisir, jika himpunan tersebut sudah mencakup proses terotomatisasi (melalui teknologi,
infrastruktur, atau peralatan khusus, yang diperoleh) atau proses signifikan lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap kemampuan untuk melanjutkan produksi output.
Masih terkait dengan kriteria poin b dan poin c di atas, menyangkut apakah proses yang
dialihkan adalah proses substantif, FASB tidak sependapat apabila dikatakan suatu himpunan
mesti merupakan suatu bisnis hanya semata-mata terdapat kontrak atau perjanjian yang
mendatangkan aliran pendapatan berkelanjutan. Kontrak atau perjanjian demikian mencakup
sewa guna usaha (lease), kontrak dengan pelanggan, atau pengaturan/kesepakatan
pendapatan berbasis kontrak lainnya yang mendatangkan kelanjutan dari pendapatan yang
ada. Dengan demikian, kehadiran kontrak atau perjanjian itu sendiri belum tentu merupakan
indikator bahwa suatu proses substantif hadir dalam himpunan yang diakuisisi tersebut.
Sebagai catatan, sebelum kita masuk ke poin keempat, kalau diperhatikan dalam:
poin kedua di atas, adalah terkait transaksi akuisisi himpunan yang tidak ada outputnya;
sedangkan,
poin ketiga di atas, adalah terkait transaksi akuisisi himpunan yang ada outputnya (jadi
ada kesinambungan pendapatan sebelum dan sesudah transaksi akuisisi terjadi).
Perbedaan kedua poin di atas adalah ada-tidak-adanya output dalam himpunan tersebut.
Output jelas merupakan unsur penting dalam (atau untuk dapat disimpulkan sebagai) suatu
bisnis, dan pada umumnya, dipahami bahwa pada waktu kita berbicara suatu bisnis, kita
cenderung langsung melihat atau mengacu kepada apa output produk atau jasanya dari bisnis
tersebut. Artinya, bisnis identik dengan produk atau jasa sebagai output bisnis tersebut. Pada
saat suatu transaksi akuisisi melibatkan himpunan yang tidak ada outputnya pada saat
dialihkan, maka FASB melihat perlunya digunakan kriteria yang lebih ketat, dimana penekanan
diberikan pada analisa unsur lainnya yang ada dalam himpunan tersebut, dalam hal ini, unsur
input dan unsur proses yang substantif. Inilah kita lihat kriteria yang diberikan ASU Topic 805
untuk situasi dimana himpunan yang diperoleh tidak memiliki output pada saat dialihkan, lebih
9 Dalam situasi dimana suatu bisnis dialihkan tanpa adanya suatu tenaga kerja terorganisir, FASB memasukkan 2
kriteria (poin b dan c). Kriteria ini dihadirkan untuk membantu mengevaluasi apakah suatu proses yang dialihkan
adalah substantif ketika tidak adanya tenaga kerja yang terkait.
www.futurumcorfinan.com
Page 15
kepada analisa apakah himpunan tersebut mempunyai suatu proses yang substantif. Tanpa
kehadiran proses yang substantif tersebut, sulit untuk dikatakan bahwa himpunan tersebut
memenuhi definisi suatu bisnis10.
Keempat: Kumpulan Proses
Kriteria untuk mengevaluasi apakah suatu proses adalah substantif, dapat mengacu kepada
proses tunggal atau sekumpulan proses. Misalnya, dalam beberapa bisnis, apabila dilihat dari
peran atau pentingnya masing-masing proses yang digunakan untuk menciptakan output, dapat
saja dianggap tidak signifikan. Namun, masing-masing proses tunggal tersebut, apabila
disatukan dalam satu kelompok, proses-proses tersebut dapat menjadi substantif disebabkan
seluruh proses tersebut sebagai satu kesatuan tidak lagi hanya semata-mata bersifat
pelengkap, dan kumpulan proses tersebut sulit untuk digantikan tanpa perlu mengeluarkan
biaya yang signifikan, upaya, atau penundaan dalam kegiatan operasional.
Kelima : Goodwill
FASB berkeyakinan bahwa dengan mengasumsikan adanya goodwill dalam suatu himpunan
yang diperoleh, serta-merta disimpulkan bahwa himpunan tersebut adalah suatu bisnis11, hal ini
akan tidak sesuai lagi dengan analisa yang diperlukan dalam perubahan ASU Topic 805 ini.
Sebagai contoh, jika suatu himpunan mencakup karyawan apapun, kemungkinan akan dapat
dijadikan argumen bahwa kehadiran semata-mata karyawan (tanpa menganalisa pentingnya
fungsi yang dijalankan oleh karyawan tersebut atau bahkan jika karyawan-karyawan tersebut
tidak menjalankan suatu proses yang penting atau kritikal)12, maka sudah cukup untuk
10
Perhatikan terdapat 2 (dua) kriteria yang berbeda dalam paragraf 805-10-55-5A sampai 805-10-55-5C dalam ASU
Topic 805 ini) dimana kriteria mana yang digunakan tergantung situasi apakah himpunan tersebut yang diperoleh,
memiliki output atau tidak. 11
Lihat paragraf 805-10-55-9 dari ASU Topic 805 ini. 12
Di sini diasumsikan bahwa goodwill tersebut berasal dari tenaga kerja yang terorganisir, yang masuk sebagai aset
yang tidak teridentifikasi.
Lihat paragraf B37 dari “Kumpulan Tenaga Kerja dan Item Lainnya yang Tidak Teridentifikasi” dari PSAK 22
(revisi 2008).
Pihak pengakuisisi memasukkan ke dalam goodwill nilai aset tidak berwujud yang diperoleh yang tidak teridentifikasi
pada tanggal akuisisi. Misalnya, pihak pengakusisi dapat mengatribusikan nilai pada sekumpulan tenaga kerja,
yang merupakan kumpulan karyawan yang ada yang memungkinkan pihak pengakuisisi untuk melanjutkan operasi
bisnis yang diperoleh sejak tanggal akusisi. Kumpulan tenaga kerja tidak mencerminkan modal intelektual dari
www.futurumcorfinan.com
Page 16
menunjukkan bahwa beberapa goodwill hadir, sehingga layak disebut sebagai suatu bisnis,
walaupun mungkin saja, nilai goodwill tersebut relatif tidak signifikan dibandingkan keseluruhan
nilai himpunan yang dialihkan. FASB dengan sendirinya tidak mau suatu entitas yang diakuisisi
berikut goodwill-nya yang nilainya tidak signifikan, dikatakan sudah merupakan suatu bisnis.
Namun sebaliknya, kehadiran goodwill dengan nilai yang signifikan dapat membantu entitas
tersebut untuk sampai pada kesimpulan bahwa suatu tenaga kerja terorganisir sedang
menjalankan suatu proses yang penting atau kritikal atau apakah proses yang diakuisisi dalam
himpunan tersebut (yang memiliki output) dianggap proses yang substantif, sehingga dapat
disimpulkan himpunan dengan nilai goodwill yang signifikan adalah suatu bisnis. Namun perlu
diperhatikan, untuk bisa disebut sebagai suatu bisnis, suatu himpunan tidak memerlukan
goodwill.
Keenam : Ambang Batas untuk Aset yang Sama atau Aset Tunggal
EITF Issue 98-313 memperbolehkan bagi suatu himpunan aktivitas yang dialihkan, untuk
dianggap sebagai suatu aset (dan bukan sebagai suatu bisnis) jika semua (catatan: kalaupun
tidak semua, hanya sejumlah kecil yang bukan atau sebagai pengecualian) terhadap nilai
wajarnya (all but a de minimis amount of the fair value)14, diwakili oleh suatu aset tunggal.
Davis15 meringkas bahwa EITF Issue No. 98 - 3 outlines a three - step process to determine
whether a transferred set of assets and activities is a business:
Step 1: Identify the elements included in the transferred set.
Step 2: Identify any missing elements through a comparison of the elements identified in
Step 1 with the complete set of elements necessary to conduct normal operations.
tenaga kerja yang terlatih – pengetahuan dan pengalaman (yang biasanya terspesialisasi) yang karyawan pihak yang
diakuisisi gunakan dalam pekerjaannya. Karena kumpulan tenaga kerja bukan merupakan aset teridentifikasi
yang diakui secara terpisah dari goodwill, maka setiap nilai yang diatribusikan pada kumpulan tenaga kerja
tersebut dimasukkan ke dalam goodwill. 13
Emerging Issue Task Force (EITF) Issue No. 98 – 3. Determining Whether a Nonmonetary Transaction
Involves Receipt of Productive Assets or of a Business. 14
Panduan menunjukkan angka 3%. 15
Davis, Maria K. Accounting for Real Estate Transactions: A Guide for Public Accountants and Corporate
Financial Professionals. New Jersey (USA): John Wiley & Sons, Inc. 2008. Chapter 1: Acquisition, Development,
and Construction of Real Estate. Halaman 28.
www.futurumcorfinan.com
Page 17
Step 3: If any elements are missing, assess whether these missing elements are minor.
If the missing elements are minor, their absence would not lead to the conclusion that
the transferred set of assets is not a business. When assessing whether missing
elements are minor, factors such as the uniqueness or scarcity of the missing element,
the time frame, level of effort and cost required to obtain the missing element should be
considered.
Often, the evaluation of whether or not a set of activities and assets acquired constitutes a
business requires significant judgment.
If all but a de minimis amount of the fair value of the transferred set of activities and
assets is represented by a single tangible or identifiable intangible asset, the
concentration of value in the single asset is an indicator that an asset rather than a
business is being received in the transfer. On the other hand, if goodwill is present in a
transferred set of activities and assets, it should be presumed that the excluded items are minor
and that the transferred set is a business.
The purchase of individual income - producing properties, such as office buildings or
warehouses, does often not constitute the acquisition of a business, whereas the purchase of a
hotel or restaurant may very well constitute the acquisition of a business, depending on the
components included in the transfer. It is important to note that the manner in which the
purchaser intends to operate the purchased set of activities and assets is not relevant to the
determination of whether a business or an asset group is being purchased.
Menggunakan EITF Issue 98-3 sebagai latar belakang, FASB tetap mempertahankan ambang
batas tersebut sebagai penentuan praktis secara cepat (catatan: maksudnya analisa kualitatif
dapat diterima FASB) guna mengevaluasi kapan suatu himpunan bukan merupakan suatu
bisnis. Yaitu, ketika ambang batas ini dipenuhi, himpunan tersebut tidak akan dianggap sebagai
suatu bisnis, dan entitas tersebut tidak perlu lagi menganalisa kriteria lainnya untuk menentukan
apakah himpunan tersebut mencakup suatu proses substantif. Namun, FASB melakukan
modifikasi atas ambang batas tersebut dimana cukup diperlukan bahwa nilai wajar suatu aset
tunggal teridentifikasi atau sekumpulan aset teridentifikasi yang sama (similar) mewakili
www.futurumcorfinan.com
Page 18
sebagian besar (substantially all) dari nilai wajar aset bruto yang diakuisisi, dan tidak perlu
semuanya (all but a de minimis amount of the fair value).
Penentuan sebagian besar dari nilai wajar aset bruto yang diakuisisi (substantially all of the fair
value of the gross assets acquired) bisa saja dilakukan secara kualitatif, sebagai berikut.
Jika misalnya, suatu entitas berkesimpulan seluruh nilai wajar dapat diatribusikan
kepada satu unsur dari akuisisi tersebut. Sebagai contoh, jika akuisisi mencakup lisensi
untuk calon suatu produk farmasi dan kontrak sudah pada nilai pasarnya (at-market
contract) dan entitas berkesimpulan kontrak tersebut tidak memiliki nilai wajar atau nilai
wajar yang relatif rendah16 atau nilai wajar dari aset tunggal teridentifikasi atau
sekumpulan aset teridentifikasi yang sama (similar) adalah sedemikian signifikan
sehingga menjadi sangat jelas bahwa ambang batas tersebut akan terpenuhi, entitas
tersebut boleh saja langsung berkesimpulan bahwa ambang batas telah dipenuhi, tanpa
perlu melakukan analisa kuantitatif lebih lanjut.
Jika terdapat berbagai jenis aset (yang tidak sama) dimana entitas berkesimpulan
bahwa masing-masing aset tersebut akan memiliki nilai yang tidak dapat dikatakan tidak
signifikan, analisa kuantitatif dapat saja baru dijalankan. Di sini, entitas tersebut juga
dapat secara kualitatif berkesimpulan bahwa terdapat dengan jelas nilai signifikan pada
masing-masing aset yang tidak sama dan bahwa ambang batas tidak terpenuhi dan
dengan demikian, melanjutkan analisa selanjutnya.
Sekalipun demikian, suatu entitas tetap mesti menentukan terlebih dahulu nilai wajar dari
masing-masing aset guna mengalokasikan nilai pembayaran/imbalan (consideration) kepada
masing-masing aset yang diakui baik dalam suatu akuisisi aset maupun kombinasi bisnis.
Entitas tersebut akan membandingkan antara konsentrasi nilai wajar:
dalam suatu aset tunggal teridentifikasi atau kumpulan aset teridentifikasi yang sama ,
dengan aset bruto yang diakuisisi,
16
At-market contract dapat diartikan seperti at-the-money option, yaitu jika harga strike sama dengan harga spot
yang ada dari saham yang mendasarinya. Dengan demikian, at-the-money option tidak mempunyai nilai intrinsik, dan
hanya memiliki nilai waktu uang (time value of money) kalau option tersebut belum kadaluarsa (expired).
www.futurumcorfinan.com
Page 19
dan bukannya dengan jumlah total pembayaran/imbalan (consideration) atau aset
neto17.
Juga diputuskan bahwa ambang batas dapat dipenuhi jika nilai wajar terkonsentrasi pada suatu
kumpulan aset terindentifikasi yang sama (similar). Artinya, ambang batas tidak hanya dibatasi
pada aset tunggal sebagaimana diatur dalam EITF Issue 98-3. Jika suatu entitas mengakuisisi,
misalnya, bermacam-macam aset yang sebagian besar dapat masuk dalam kelompok tipe aset
yang sama (namun tidak mesti persis sama antara satu aset dengan aset lainnya), kelompok
aset tersebut tetap perlu dipertimbangkan terkait pengujian ambang batas. Artinya, ada
kemungkinan himpunan ini merupakan suatu aset (dan bukannya bisnis) karena memenuhi
ambang batas. Hal ini juga dapat membantu analisa, karena tidak perlu memecah-mecah atau
memisahkan satu kumpulan aset, yang jelas-jelas merupakan satu kelompok aset yang
sama/mirip), misalkan akun tagihan konsumen/pembeli, bisa saja terdiri dari 1.000 nama
perusahaan atau individual.
Namun demikian, guna memastikan bahwa “celah” ini tidak dimanfaatkan setidak mestinya,
yaitu dimanfaatkan guna menghindari kesimpulan bahwa himpunan tersebut adalah bukan
bisnis, maka ditegaskan bahwa aset berwujud dan aset tak berwujud, bukan merupakan aset
yang sama, dan tidak dapat dikelompokkan menjadi satu [kelompok] aset tunggal guna
menghindari pengelompokkan aset yang tidak tepat. Pengecualian diberikan dalam hal terdapat
aset berwujud non-keuangan, yang melekat dan tidak dapat dipisahkan secara fisik dan tidak
dapat digunakan secara terpisah, dari aset-aset berwujud non-keuangan, dan kalaupun mau
dipisahkan, akan memaksa:
timbulnya biaya signifikan,
penurunan fungsi kegunaannya secara signifikan, atau
atribusi nilai wajar kepada salah satu aset yang akan dianggap satu aset tunggal guna
digunakan dalam analisa ambang batas.
Klarifikasi ini diperlukan karena dalam industri real estat, misalnya, tanah dan bangunan hampir
selalu dialihkan secara bersama-sama.
17
Digunakannnya aset bruto dan bukannya aset neto (aset minus liabilitas), dengan pertimbangan guna menghindari
adanya kewajiban pinjaman (debt) pada sisi liabilitas (misalnya, suatu gedung, yang merupakan suatu aset, dengan
hak hipotek (mortgage)) atau kewajiban lainnya yang dapat membuat analisa terkait dipenuhinya ambang batas
menjadi bias, sehingga dapat mengakibatkan terlalu banyak himpunan tidak akan memenuhi definisi suatu bisnis.
www.futurumcorfinan.com
Page 20
Ketujuh : Definisi Output
Output saat ini didefinisikan sebagai:
hasil dari input plus proses yang diterapkan pada input-input tersebut, yang bersama-sama
menyediakan atau memiliki kemampuan untuk mendatangkan imbal hasil dalam bentuk dividen,
biaya yang lebih rendah, atau manfaat ekonomis lainnya, secara langsung, kepada pihak
investor atau pemilik, anggota atau partisipan lainnya.
Mengartikan definisi demikian, banyak himpunan akan disimpulkan merupakan suatu bisnis,
padahal kalau diperhatikan secara seksama, banyak akuisisi aset juga dapat mendatangkan
tingkat imbal hasil dalam bentuk biaya yang lebih rendah atau manfaat ekonomis lainnya.
Sebagai contoh, pembelian peralatan baru untuk suatu fasilitas manufaktur bisa jadi menaikkan
tingkat efisiensi, dan menurunkan biaya. Dengan demikian, definisi output saat ini tidak secara
tepat membantu dalam membedakan antara suatu aset dan suatu bisnis.
Di samping itu, kriteria untuk keharusan kehadiran suatu proses yang substantif yang
berkontribusi pada terciptanya output, juga mendorong FASB untuk mempersempit definisi
output, guna membuatnya sejalan dengan kemampuan untuk menghasilkan produk atau jasa
kepada pihak konsumen. Ini juga sejalan dengan bagaimana output didiskusikan dalam ASC
Topic 606 (yaitu FASB Accounting Standards Update No. 2014-09: Revenue from Contracts
with Customers), dimana menjelaskan produk atau jasa yang merupakan output dari aktivitas
biasa suatu entitas.
Namun mengingat bahwa tidak semua entitas mempunyai pendapatan dalam ruang lingkup
ASC Topic 606, dirasakan perlunya memasukkan juga tipe pendapatan lainnya, ke dalam
definisi output. Sebagai contoh, dimasukkan juga laba investasi (investment income) sebagai
salah satu dari output guna memastikan bahwa akuisisi atas perusahaan investasi (investment
company) tetap dapat memenuhi kriteria sebagai suatu kombinasi bisnis.
Ilustrasi
ASU Topic 805 memberikan 10 (sepuluh) kasus untuk pembahasan terkait penerapan analisa
definisi suatu bisnis, yang dapat disimpulkan ke dalam 2 (dua) langkah sebagai berikut.
www.futurumcorfinan.com
Page 21
Langkah 1: Evaluasi atas dipenuhinya ambang batas sebagaimana diuraikan dalam
paragraf 805-10-55-9A sampai 805-10-55-9C. Jika sebagian besar nilai wajar aset bruto
diperoleh akan terkonsentrasi pada satu aset tunggal teridentifikasi atau sekelompok
aset teridentifikasi yang sama (similar), maka serta-merta, kesimpulannya adalah
himpunan tersebut bukan merupakan suatu bisnis.
Langkah 2: Jika ambang batas tersebut tidak terpenuhi, entitas diwajibkan mengacu ke
paragraf 805-10-55-5A sampai 805-10-55-5D guna menentukan apakah himpunan
tersebut mencakup suatu input dan suatu proses yang substantif yang secara bersama-
sama berkontribusi pada kemampuan untuk menciptakan output.
Kesepuluh kasus tersebut sebagai berikut:
1) Case A: Acquisition of Single-Family Homes
2) Case B: Acquisition of a Drug Candidate
3) Case C: Acquisition of a Television Station
4) Case D: Acquisition of a Manufacturing Facility
5) Case E: Acquisition of Biotech
6) Case F: License of Distribution Rights
7) Case G: Acquisition of Brands
8) Case H: Acquisition of Corporate Office Building
9) Case I: Acquisition of Corporate Office Building
10) Case J: Acquisition of Oil and Gas Operations
~~~~~~ ####### ~~~~~~
www.futurumcorfinan.com
Page 22
Bahan Bacaan:
FASB in Focus. Proposed Accounting Standards Update. Business Combinations (Topic
805): Clarifying the Definition of a Business. 23 November 2015.
Ernst & Young LLP. Technical Line No. 2015-14. FASB Proposes Changes to the Definition
of a Business – Life Sciences. 24 November 2015.
PWC In Brief: The Latest News in Financial Reporting No. US2015-38. FASB Proposes a New
Definition of a Business. 24 November 2015.
KPMG IFRG Limited. First Impressions: IFRS 3 and FAS141R Business Combinations.
London (UK): January 2008.
www.futurumcorfinan.com
Page 23
Disclaimer
This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of
writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been
compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any
representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from
the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not
intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors
for specific advice.
This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the
authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com.
© FUTURUM. All Rights Reserved
top related