analisis kesalahan siswa dalam ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel srkipsi.pdfdengan...
Post on 27-Jul-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
2,3 Dosen STKIP-PGRI LUBUKLINGGAU
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
MATEMATIKA DI KELAS VII SMP NEGERI 5 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Eko Apriansyah1, Drajat Friansah
2, Efuansyah
3,
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Jalan Mayor Toha Kel. Air Kuti Telp. (0733) 451432 Lubuklinggau, Indonesia
Email: Stkip_eko@yahoo.com
ABSTRAK. Skripsi ini berjudul “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Matematika di Kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2016/2017”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa saja jenis-jenis kesalahan
yang dilakukan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017
dalam menyelesaikan soal cerita matematika ?” dan “Berapa persentase masing-masing
jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2016/2017 dalam menyelesaikan soal cerita matematika ?”. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dan
berapa persentase masing-masing jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII SMP
Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 dalam menyelesaikan soal cerita
matematika. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa siswa
melakukan (1) kesalahan memahami soal sebesar 37,66% (2) kesalahan menyusun
rencana sebesar 46,56% (3) kesalahan melaksanakan rencana sebesar 50,42% (4)
kesalahan memeriksa kembali solusi yang diperoleh sebesar 74,06%.
Kata Kunci: Analisis Kesalahan, Soal Cerita.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang berperan penting dalam
dunia pendidikan, terbukti dalam pelaksanaannya pelajaran matematika ada di semua
jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai pada Perguruan Tinggi.
Namun matematika masih menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi kebanyakan
siswa di sekolah. Menurut Farida (2015) selama ini pandangan bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sangat menakutkan masih belum berubah, hal ini karena siswa
banyak mengalami kesulitan untuk mempelajari matematika yang objek kajiannya
abstrak. Hal ini dikarenakan banyak siswa di sekolah yang masih mengalami kesalahan-
kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika.
Belajar matematika tidak hanya dituntut untuk menguasai konsep-konsep dalam
matematika, tetapi siswa juga dituntut untuk bisa menerapkan konsep dalam pemecahan
masalah sehari-hari (Priyanto, dkk, 2015:1). Pemecahan masalah matematika sekolah
biasanya diwujudkan melalui soal cerita. Akan tetapi, menurut Tumardi (Hidayah,
2016:182) soal cerita merupakan pokok bahasan yang sulit dikuasai oleh siswa, tidak
hanya siswa di Indonesia namun juga siswa di negara-negara lain, hal ini dapat dilihat
dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa saat menyelesaikan soal cerita yang
diberikan.
Siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita,
hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam memahami soal, kurangnya
kemampuan siswa mengubah permasalahan yang nyata menjadi kalimat matematika yang
abstrak dan kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan model matematika. Salah
satunya siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau . Berdasarkan kegiatan observasi
awal dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah satu guru matematika
kelas VII (Liza Fernayanti, S.Pd), peneliti mendapatkan keterangan bahwa banyak siswa
kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau yang mengalami kesulitan dalam memahami dan
menyelesaikan soal cerita matematika, dilihat dari kesalahan-kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita yang diberikan guru. Hasil ulangan harian siswa kelas VII.6
SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 yang masih sangat rendah, yaitu
23 dari 34 siswa (67,64 %) yang tidak tuntas dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) adalah 75.
Menurut Priyanto, dkk, (2015:2) kesalahan siswa dalam matematika merupakan
sumber utama untuk mengetahui kesulitan siswa memahami matematika, serta beberapa
faktor penyebab siswa mengalami kesalahan yaitu dapat berasal dari dalam dan luar diri
siswa. Kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika dapat dimanfaatkan untuk
mendeteksi kesulitan belajar matematika sehingga dapat menemukan alternatif
pemecahannya dalam menyelesaikan masalah soal cerita matematika. Keterampilan
menyelesaikan soal cerita juga memegang peran penting dalam jangka panjang karena
aplikasi matematika di bidang lain selalu berkaitan dengan pembuatan model matematika
(Budiyono, 2008:2). Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan
dengan segiempat akan terulang kembali jika tidak segera ditindaklanjuti dengan tepat.
Oleh karena itu, penelitian ini diadakan untuk menganalisis kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan materi
segiempat.
Segiempat adalah suatu materi pelajaran yang diberikan kepada siswa kelas VII
SMP Negeri 5 Lubuklinggau. Materi segiempat juga sering dimasukkan ke dalam Ujian
Nasional (UN) bahkan tes-tes matematika lainnya. Menurut Kristianti (2016:2) segiempat
diajarkan pada siswa kelas VII yang merupakan langkah awal mempelajari geometri. Jika
siswa saat kelas VII mampu menguasai geometri tentang bangun datar maka saat mereka
kelas IX mempelajari tentang geometri bangun ruang tidaklah mengalami kesulitan.
Untuk membantu mengatasi permasalahan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi
segiempat maka perlu diinformasikan mengenai tipe-tipe kesalahan yang umumnya
dilakukan siswa. Dengan demikian dari informasi yang diperoleh diharapkan membantu
upaya memperbaiki proses pembelajaran
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di
Kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Rumusan masalah
penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Apa saja jenis-jenis kesalahan yang
dilakukan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 dalam
menyelesaikan soal cerita matematika ? (2) Berapa persentase masing-masing jenis
kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran
2016/2017 dalam menyelesaikan soal cerita matematika ?.
Agar masalah ini tidak terlalu luas, maka ruang lingkup penelitian dibatasi
dengan : (1) Penelitian ini tentang kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika pada materi segiempat (2) Segiempat yang akan dibahas pada penelitian ini
adalah persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang (3)
Kesalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal certita matematika berdasarkan langkah penyelesaian Polya.
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui : (1) Apa saja jenis-jenis kesalahan yang dilakukan
siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 dalam
menyelesaikan soal cerita matematika (2) Berapa persentase masing-masing jenis
kesalahan yang dilakukan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran
2016/2017 dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
KAJIAN TEORI
Analisis Kesalahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia analisis adalah penyelidikan terhadap
suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sedangkan kesalahan adalah
kekeliruan, perbuatan yang salah (melanggar hukum dan sebagainya). Melalui analisis
kesalahan akan diperoleh bentuk dan penyebab kesalahan siswa, sehingga guru dapat
memberikan jenis bantuan kepada siswa, kesalahan yang dilakukan siswa perlu adanya
analisis lebih lanjut, agar mendapatkan gambaran yang jelas dan rinci atas kelemahan-
kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
Soal Cerita Matematika
Soal cerita biasanya diwujudkan dalam kalimat yang di dalamnya terdapat
persoalan atau permasalahan yang penyelesaiannya menggunakan keterampilan berhitung
(Budiyono, 2008:2). Hal itu selaras dengan pendapat yang dikemukakan Hidayah
(2016;183), soal cerita berkaitan erat dengan masalah yang ada dalam kehidupan siswa
sehari-hari, sehingga yang dimaksud dengan soal cerita adalah soal matematika yang
terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dicari penyelesaiannya menggunakan kalimat
matematika yang memuat bilangan, operasi hitung (+, –, × , :), dan relasi (=, <, >, ≤, ≥ ).
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa soal cerita matematika adalah soal yang
disajikan dalam bentuk cerita atau rangkaian kata-kata (kalimat) dan berkaitan dengan
keadaan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari siswa serta mengandung masalah
yang menuntut penyelesaian dengan menggunakan keterampilan berhitung.
Langkah Penyelesaian Polya
Pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh utamanya yaitu George
Polya. George Polya, seorang matematikawan generalis berhasil menemukan seperangkat
pertanyaan atau langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah. Polya membuat metode-
metode sistematis guna menemukan solusi atas problem yang dihadapi dan
memungkinkan seseorang menemukan pemecahannya sendiri karena memang sudah ada
dan dapat dicari (Sugiantara, 2014:3).
Penelitian ini membahas tentang kesalahan-kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika dilihat dari langkah penyelesaian Polya. Menurut
Hidayah (2016) jenis kesalahan yang dimaksud yaitu : (1) kesalahan memahami soal (2)
kesalahan menyusun rencana (3) kesalahan melaksanakan rencana (4) kesalahan dalam
memeriksa kembali solusi yang diperoleh.
A. METODE PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka pada penelitian ini jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitataif. menurut Hidayah
(2016) penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual, dan akurat. Agar penelitian
kualitatif dapat berkualitas maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer
dan data sekunder.
Menurut Arikunto (2010), data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-
kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik perilaku yang dilakukan oleh subjek yang
dapat dipercaya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen grafis (tabel, catatan, dan lain-lainnya), foto-foto, film, rekaman video, benda-
benda, dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau. Kelas yang dipilih adalah kelas
VII.6 dengan jumlah siswa adalah 34 orang.
Teknik pengumpulan data yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini berupa
observasi, tes dan wawancara.
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan dan penyelidikan dengan cara
menganalisis dan mencatat penemuan yang terjadi dilapangan baik aspek kognitif, afektif
atau psikomotorik. Observasi ini bertujuan untuk menganalis dan mengumpulkan data
tentang jenis-jenis kesalahan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2016/2017 dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
2. Tes
Pengumpulan data melalui teknik tes dilakukan dengan memberikan instrumen
tes yang terdiri dari seperangkat pertanyaan/soal untuk memperoleh data mengenai
kemampuan siswa terutama pada aspek kognitif (Lestari dan Yudhanegara, 2015). Tes
yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis dan persentase kesalahan
siswa di kelas VII SMP Negeri 5 dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
3. Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan dengan memberikan
serangkaian pertanyaan yang diajukan secara langsung oleh peneliti kepada responden
(Lestari dan Yudhanegara, 2015:238). Pedoman wawancara yang digunakan pada
penelitian ini adalah pedoman wawancara tidak terstukrur. Pedoman wawancara tidak
terstukrur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan (Arikunto, 2010:270). Hal ini diharapkan agar peneliti dapat mengembangkan
pertanyaan tentang penyebab kesalahan siswa sesuai dengan data yang dibutuhkan
sehingga siswa dapat menanggapi pertanyaan dari berbagai sudut pandang. Pengambilan
subjek penelitian untuk diwawancara diambil dari siswa dengan tingkat kesalahan yang
menurut peneliti menarik untuk diteliti dan mewakili kesalahan dari setiap soal.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Reduksi Data
mereduksi data berarti memilih, mengklasifikasi, memfokuskan pada hal-hal
yang dianggap penting, dicari tema dan polanya serta membuang data yang tidak perlu.
Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu meringkas kembali catatan
lapangan yang berkaitan dengan kesalahan siswa kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau
dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian-
uraian singkat, hubungan antar kategori, flowcart dan sejenisnya. Dengan menyajikan
data, maka akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahaminya. Untuk menganalisis data maka
peneliti menggunakan rumus berikut:
Untuk mengetahui besar persentase setiap jenis kesalahan digunakan rumus
berikut.
Keterangan :
P = Persentase jenis kesalahan
n = Banyak kesalahan untuk masing-masing jenis kesalahan.
N = Banyaknya kemungkinan kesalahan/total seluruh kesalahan.
100 % = Rentang nilai tertinggi.
(Priyanto, dkk, 2015)
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai indikator jenis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada penelitian ini disajikan pada tabel 3.1
Tabel 3.1.
Indikator Jenis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Jenis Kesalahan Indikator
Kesalahan
Memahami
Soal
Kesalahan
menentukan apa
yang diketahui
a. Siswa menuliskan dengan benar apa yang diketahui
dalam soal.
b. Siswa salah dalam menuliskan apa yang diketahui
dalam soal.
c. Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dalam
soal.
Kesalahan
menentukan apa
yang ditanya
a. Siswa menuliskan dengan benar apa yang ditanya
dalam soal.
b. Siswa salah dalam menuliskan apa yang ditanya
dalam soal.
c. Siswa tidak menuliskan apa yang ditanya dalam soal.
Kesalahan
Menyusun
Rencana
Kesalahan
menentukan
rumus / strategi
yang tepat
a. Siswa menuliskan dengan benar rumus / strategi
yang tepat sesuai dengan data yang diketahui dan
ditanya.
b. Siswa menuliskan rumus / strategi yang tetapi tidak
sesuai dengan data yang diketahui dan ditanya.
c. Siswa tidak menuliskan rumus / strategi yang
digunakan.
Kesalahan
Melaksanaka
n Rencana
Kesalahan
menyelesaikan
metode
penyelesaian
yang telah dibuat
sesuai dengan
rencana yang
telah disusun
a. Siswa menyelesaikan model matematika yang telah
dibuat sesuai dengan rencana susunan yang benar.
b. Siswa menyelesaikan model matematika yang telah
dibuat tetapi tidak sesuai dengan rencana susunan
yang benar.
c. Siswa tidak menyelesaikan model matematika yang
telah dibuat
Kesalahan
perhitungan
sesuai dengan
rencana yang
telah disusun
a. Siswa melakukan perhitungan dengan benar untuk
menyelesaikan model matematika yang telah dibuat.
b. Siswa salah dalam melakukan perhitungan terhadap
penyelesaian model matematika yang telah dibuat.
c. Siswa tidak melakukan perhitungan untuk
menyelesaikan model matematika yang telah dibuat.
Kesalahan dalam
membuat satuan
ukuran yang tepat
sesuai dengan
perintah soal
a. Siswa membuat satuan ukuran yang tepat sesuai
dengan perintah soal.
b. Siswa membuat satuan ukuran tetapi tidak sesuai
dengan perintah soal.
c. Siswa tidak membuat satuan ukuran sesuai dengan
perintah soal.
Kesalahan
dalam
Memeriksa
Kembali
Solusi yang
Kesalahan
perhitungan
matematika dalam
memeriksa
kembali solusi
a. Siswa memeriksa kembali solusi jawaban yang
diperoleh menggunakan langkah-langkah dan
perhitungan yang sesuai
b. Siswa memeriksa kembali solusi jawaban yang
diperoleh tetapi tidak menggunakan langkah-langkah
Diperoleh yang diperoleh. dan perhitungan yang sesuai.
c. Siswa tidak memeriksa kembali solusi yang
diperoleh.
Kesalahan
membuat
kesimpulan
terhadap
penyelesaian
masalah
a. Siswa membuat kesimpulan terhadap penyelesaian
masalah yang sesuai dengan perintah soal
b. Siswa membuat kesimpulan terhadap penyelesaian
masalah tetapi tidak sesuai dengan perintah soal
c. Siswa tidak membuat kesimpulan
Modifikasi Hidayah (2016)
Keterangan :
a = skor nilai kesalahan adalah 0
b = skor nilai kesalahan adalah 1
c = skor nilai kesalahan adalah 2
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Penarikan kesimpulan ini merupakan pemberian makna terhadap data yang telah
direduksi dan disajikan sesuai dengan informasi yang diperlukan. Untuk mendapatkan
kesimpulan data yang akurat maka diperlukan pengujian atau verifikasi.
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 24 Mei 2017 dari pukul 10.30
– 12.30 di SMP Negeri 5 Lubuklinggau. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII.6 SMP Negeri 5 Lubuklinggau yaitu sebanyak 34 siswa, yang diikuti oleh 32
siswa dan 2 siswa lainnya sakit. Materi yang digunakan untuk penelitian adalah
segiempat. Tes yang diberikan berbentuk essai berjumlah 5 (lima) soal. Sebelum soal tes
diberikan kepada subjek penelitian, soal-soal divalidasi terlebih dahulu oleh validator,
kemudian peneliti mengadakan ujicoba instrumen kepada kelas VIII.5 SMP Negeri 5
Lubuklinggau sebanyak 36 siswa. Ujicoba dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
validitas, relabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.
Dari sebanyak 34 siswa di kelas VII.6 yang diikuti 32 siswa sebagai subjek
penelitian, kesalahan yang dilakukan siswa didominasi saat siswa melakukan langkah
Polya yang keempat atau tahap memeriksa kembali solusi yang diperoleh yaitu dengan
rata-rata kesalahan sebesar 74,06%, kesalahan terbesar terdapat pada soal nomor 4 yaitu
sebesar 91,41. Sedangkan rata-rata kesalahan yang dilakukan saat melakukan langkah
Polya yang pertama atau tahap memahami soal sebesar 37,66%, kesalahan saat
melakukan langkah Polya yang kedua atau tahap menyusun rencana sebesar 46,56% dan
kesalahan yang dilakukan saat melakukan langkah Polya yang ketiga atau tahap
melaksanakan rencana sebesar 50,42%.
1. Reduksi Data
a. Analisis Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
Penggalan pekerjaan S-18 pada soal nomor 1
Gambar 4.1 Kesalahan Subjek 18 pada Soal Nomor 1
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan siswa S1 pada soal nomor 1:
P : Apakah adik memahami maksud dari soal nomor satu ini ?
S : Hmm, iya pak
P : Kalau paham coba sebutkan apa yang diketahui dan ditanya pada soal ?
S : Diketahui Keliling = 40 cm dan bentuknya persegi, sedangkan yang ditanya adalah
luas taman bermain
P : Coba lihat pada soal, kelilingnya 40 cm atau 40 m ?
S : 40 meter pak, salah pak
P : Rumus atau strategi apa yang adik gunakan untuk menyelesaikan soal ini ?
S : Rumus keliling pak seharusnya K= 4 x sisi, tetapi lupa pak
P : Rumus yang adik buat kan K= 40(20) = 40, kenapa jawabannya bisa 40 ?
S : salah pak seharusnya 800 hasilnya
P : Langkah selanjutnya salah ya dik karena dari awal memang sudah salah, pada
jawaban adik kesimpulan luasnya adalah 20, pemeriksaan kembalinya juga salah.
S : iya pak
P : Jadi seperti ini ya dik, seharusnya K = 4 x sisi, sisi = 40 : 4, sisi = 10 m. Kemudian L
= sisi x sisi, L = 10 x 10 = 100 m2 ?
S : iya pak, mengerti
P : Kalau nanti pak kasih soal yang hampir sama seperti ini, bisa tidak menyelesaikan
S : Insyaallah bisa pak
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh hasil reduksi data bahwa
siswa kurang teliti dalam memenuhi langkah polya yang pertama, dilihat dari satuannya
yang salah dalam menuliskan, tetapi siswa paham dan mengetahui apa yang diketahui dan
ditanyakan. Siswa tidak memahami konsep atau rumus dari persegi sehingga salah dalam
menuliskan langkah polya kedua, sehingga langkah penyelesaian berikutnya juga salah.
Siswa tidak melaksanakan perhitungan dengan baik, sehingga upaya menyelesaiakan
langkah ketiga terjadi kesalahan, yaitu K = 40 (20) = 40. Untuk langkah keempat siswa
melakukan kesalahan dikarenakan kesalahan pada langkah sebelumnya.
b. Analisis Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
Penggalan pekerjaan siswa S-2 pada soal nomor 2
Gambar 4.2 Kesalahan Subjek 2 pada Soal Nomor 2
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan siswa S-18 pada soal nomor 2:
P : Apakah adik memahami maksud dari soal nomor dua ini ?
S : Paham pak
P : Kalau paham coba sebutkan apa yang diketahui dan ditanya pada soal ?
S : Diketahui Keliling = 48 meter dan panjang = 2l, ditanya panjang dan lebarnya
P : Coba lihat pada jawaban adik, mengapa adik tidak buat diketahui panjang = 2l atau 2
x lebar ?
S : Hmm, salah pak
P : Rumus atau strategi apa yang adik gunakan untuk menyelesaikan soal ini ?
S : Rumus keliling pak K= 2 x (p +l),
P : Rumusnya kan benar, apakah perhitungan yang adik buat sudah benar ?
S : Salah pak
P : panjang dan lebarnya salah ya dik, apakah menurut adik sulit melakukan perhitungan
ini ?
S : Iya pak, sulit
P : Seharusnya kan gini dik perhitungannya, ganti saja p = 2l, sehingga K = 2 x (p + l),
K = 2 x (2l +l), 48 = 2 x 3l, l = 48 : 6, l = 8 meter. Karena l = 8 maka p = 2 x lebar =
16 meter, bisa tidak dik ?
S : Iya pak, bisa
P : satuan yang adik buat benar tidak ?
S : benar pak, meter
P : memeriksa kembali dan membuat kesimpulannya bisa tidak dik ?
S : tidak pak
P : Jadi seperti ini ya dik, tulis aja maka panjang tanah = 16 meter dan lebar = 8 meter.
Kemudian periksa kembali K = 2 x (p + l), K= 2 x (16+8) = 48 meter.
S : iya pak, mengerti
P : Kalau nanti pak kasih soal yang hampir sama seperti ini, bisa tidak menyelesaikan
S : Bisa pak
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh hasil reduksi data bahwa
siswa kurang teliti dalam memenuhi langkah polya yang pertama, dilihat dari siswa
menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari soal tetapi kurang lengkap karena
panjang yang diketahui tidak dituliskan yaitu p = 2 x lebar. Siswa paham rumus yang
tepat digunakan dalam melakukan langkah polya yang kedua. Pada saat melaksanakan
langkah polya ketiga siswa kebingungan untuk menyelesaikannya dikarenakan harus
mengubah p = 2l, bukan berbentuk nilai sehingga langkah polya ketiga ini salah. Pada
langkah polya keempat siswa tidak menuliskan sama sekali karena tidak mengerti apa
yang harus diperiksa kembali.
c. Analisis Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
Penggalan pekerjaan siswa S-27 pada soal nomor 3
Gambar 4.3 Kesalahan Subjek 27 pada Soal Nomor 3
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan siswa S-27 pada soal nomor 3:
P : Apakah adik memahami maksud dari soal nomor tiga ini ?
S : Paham pak
P : Kalau paham coba sebutkan apa yang diketahui dan ditanya pada soal ?
S : Diketahui Luasnya = 16 m2, d1 = 8 m dan harga rumput 1 m
2 = Rp 15.000, ditanya
diagonal lainnya dan biaya rumput
P : Rumus atau strategi apa yang adik gunakan untuk menyelesaikan soal ini ?
S : Bingung pak, jadi pakai rumus ini aja, luas – diagonal 1, 16 – 8 = 4 m2 dan biaya
rumput = Luas x Rp 15.000
P : Menurut adik benar atau tidak jawabannya ?
S : Tidak tau pak
P : Seharusnya pakai rumus L = ½ x d1 x d2, d2 = 16/4 = 4 meter, jadi adik salah dalam
menulis rumus dan satuannya juga salah, kemudian biayanya juga salah hitung dik,
coba periksa !
S : iya pak salah, salah hitung seharusnya 15.000 nya dijumlahkan sebanyak 16 kali,
tapi saya baru 8 kali pak
P : Mengapa adik tidak memeriksa kembali hasil jawaban dan kesimpulan ?
S : Tidak tau pak, waktunya juga habis
P : Biar adik yakin jawaban adik benar, maka lain kali harus diperiksa kembali jawaban,
yaitu L = ½ x d1 x d2, L = ½ x 8m x 4m, L = 16 m2 , maka jawabannya benar. Maka
kesimpulannya adalah d2 = 4m dan biaya untuk menanam rumput Rp. 240.000.
S : Iya pak, mengerti
P : Kalau nanti pak kasih soal yang hampir sama seperti ini, bisa tidak menyelesaikan
S : Insyaallah pak
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh hasil reduksi data bahwa
siswa sudah benar dalam memenuhi langkah polya yang pertama. Siswa tidak paham
rumus atau konsep belah ketupat, sehingga rumus yang digunakan salah. Pada saat
melaksanakan langkah polya ketiga siswa salah dalam melakukan perhitungan karena
tidak teliti, dapat dilihat pada jawaban 16 x Rp 15.000 = 120.000. Pada langkah polya
keempat siswa tidak menuliskan sama sekali karena tidak mengerti apa yang harus
diperiksa kembali.
d. Analisis Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 4
Penggalan pekerjaan siswa S-30 pada soal nomor 4
Gambar 4.4 Kesalahan Subjek 30 pada Soal Nomor 4
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan siswa S-27 pada soal nomor 3:
P : Apakah adik memahami maksud dari soal nomor empat ini ?
S : Kurang paham pak
P : Coba adik lihat soal, sebutkan apa yang diketahui dan ditanya pada soal ?
S : Diketahui Luasnya = 250 m2, alas = 5a dan tinggi = 2a, sedangkan yang ditanya nilai
a, alas dan tinggi pak
P : Apakah adik menulis diketahui dan ditanya pada jawaban ?
S : Diketahui saya tulis tapi salah, kalau ditanya tidak ditulis
P : Rumus apa atau strategi yang adik gunakan untuk menyelesaikan soal ini ?
S : Cari a nya dulu, tapi tidak tau pak
P : berarti salah ya dik, pada jawaban adik kan 50 x 20 = 1002 , benar tidak dik ?
S : Tidak tau pak
P : Coba adik uraikan dan periksa, berapa hasil yang benar ?
S : iya pak, salah hitung seharusnya 1000
P : Kesimpulan yang adik buat salah juga ya, karena sudah salah dari awal tadi
S : Iya pak
P : Seharusnya gini dik, L = alas x tinggi, 250 = 5a x 2a, 250 = 10a2, a = 5 , alas = 25m
dan tinggi = 10 m. Kemudian periksa kembali L = alas x tinggi, L = 25 X 10 = 250
m2 (benar), baru terakhir disimpulkan maka a = 5, alas = 25 m dan tinggi = 10 m,
paham dik ?
S : Iya pak, mengerti
P : Kalau nanti pak kasih soal yang mirip seperti ini, bisa tidak menyelesaikan ?
S : Insyaallah pak
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh hasil reduksi data bahwa
siswa tidak memahami soal sehingga langkah polya pertama salah. Siswa tidak paham
rumus atau konsep jajargenjang, sehingga rumus yang digunakan untuk menyelesaikan
soal salah. Pada saat melaksanakan langkah polya ketiga siswa salah dalam melakukan
perhitungan karena tidak terbiasa mengoperaskan bilangan, dapat dilihat pada jawaban 50
x 20 = 1002. Pada langkah polya keempat siswa tidak menuliskan sama sekali karena
tidak mengerti apa yang harus diperiksa kembali dan kesimpulan yang dibuat salah
dikarenakan kesalahan langkah sebelumnya.
e. Analisis Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 5
Penggalan pekerjaan siswa S-28 pada soal nomor 5
Gambar 4.5 Kesalahan Subjek 28 pada Soal Nomor 5
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan siswa S-28 pada soal nomor 5:
P : Apakah adik memahami maksud dari soal nomor empat ini ?
S : Tidak paham pak
P : Mengapa tidak paham ? coba adik lihat pada soal, sebutkan apa yang diketahui dan
ditanya pada soal ?
S : Bingung pak. diketahui Luas layang-layang = 280 cm2 dan diagonal 1 = 20 cm,
sedangkan yang ditanya adalah diagonal lainnya
P : Mengapa dijawaban adik tidak dituliskan diketahui diagonal 1 = 20 cm ?
S : Tidak tau pak
P : Rumus atau strategi apa yang adik gunakan untuk menyelesaikan soal ini ?
S : Pakai rumus layang-layang pak
P : Bagaimana dik rumusnya ?
S : Tidak tau pak, lupa
P : Rumusnya gini ya dik L = ½ x d1 x d2. Coba lihat pada jawaban adik 80 x 20 = 60,
kok bisa dapet dari mana dik ?
S : Tidak tau pak,
P : Kesimpulan yang adik buat salah juga ya, karena sudah salah dari awal tadi ?
S : Iya pak
P : Seharusnya gini dik, L = ½ x d1 x d2, 280 = ½ x 20 x d2, d2 = 280/10 = 28 cm.
Kemudian periksa kembali L = ½ x d1 x d2, L = ½ x 20 x 28 = 280 cm2 (benar), baru
terakhir disimpulkan maka nilai diagonal 2 adalah 28 cm, paham dik ?
S : Iya pak, mengerti
P : Kalau nanti pak kasih soal yang hampir sama seperti ini, bisa tidak menyelesaikan
S : Insyaallah pak
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diperoleh hasil reduksi data bahwa
siswa tidak memahami soal sehingga langkah polya pertama salah. Siswa tidak paham
rumus atau konsep layang-layang dan apa yang siswa buat justru ia tidak mengerti
sendiri, sehingga langkah polya kedua ini siswa melakukan kesalahan. Pada saat
melaksanakan langkah polya ketiga siswa salah dalam melakukan perhitungan karena
tidak terbiasa mengoperasikan bilangan, dapat dilihat pada jawaban 80 x 20 = 60, siswa
sendiri bingung dengan apa yang ditulisnya. Pada langkah polya keempat siswa tidak
menuliskan sama sekali karena tidak mengerti apa yang harus diperiksa kembali dan
kesimpulan yang dibuat salah dikarenakan kesalahan langkah sebelumnya.
2. Penyajian Data
Adapun persentase kesalahan yang dilakukan siswa pada tiap butir soal adalah
sebagai berikut :
a. Pada soal nomor 1, siswa yang melakukan kesalahan pada langkah memahami soal
sebesar 17,97 %, pada langkah menyusun rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 37,50 %, pada langkah melaksanakan rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 46,88 % dan pada langkah memeriksa kembali hasil yang diperoleh sebesar
54,69 %.
b. Pada soal nomor 2, siswa yang melakukan kesalahan pada langkah memahami soal
sebesar 60,94 %, pada langkah menyusun rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 65,63 %, pada langkah melaksanakan rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 66,67 % dan pada langkah memeriksa kembali hasil yang diperoleh sebesar
82,03 %.
c. Pada soal nomor 3, siswa yang melakukan kesalahan pada langkah memahami soal
sebesar 33,59 %, pada langkah menyusun rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 37,50 %, pada langkah melaksanakan rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 44,79 % dan pada langkah memeriksa kembali hasil yang diperoleh sebesar
67,97 %.
d. Pada soal nomor 4, siswa yang melakukan kesalahan pada langkah memahami soal
sebesar 51,56 %, pada langkah menyusun rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 60,94 %, pada langkah melaksanakan rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 63,02 % dan pada langkah memeriksa kembali hasil yang diperoleh sebesar
91,41 %.
e. Pada soal nomor 5, siswa yang melakukan kesalahan pada langkah memahami soal
sebesar 24,22 %, pada langkah menyusun rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 31,25 %, pada langkah melaksanakan rencana kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 30,73 % dan pada langkah memeriksa kembali hasil yang diperoleh sebesar
74,22 %.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Dari hasil penelitian yang disajikan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa jenis-
jenis kesalahan yang dilakukakan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika di
kelas VII.6 SMP Negeri 5 Lubuklinggau dapat dilihat secara lengkap dalam rekapitulasi
hasil perhitungan jenis kesalahan dan persentase masing-masing jenis kesalahan siswa
(Lampiran A) seperti pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Jenis Kesalahan dan Persentase Masing-Masing Jenis Kesalahan.
No Soal
Jenis Kesalahan
Kesalahan
Memahami
Soal (%)
Kesalahan
Menyusun
Rencana
(%)
Kesalahan
Melaksanakan
Rencana (%)
Kesalahan dalam
Memeriksa Kembali
Solusi yang Diperoleh
(%)
1 17,97 % 37,50 % 46,88 % 54,69 %
2 60,94 % 65,63 % 66,67 % 82,03 %
3 33,59 % 37,50 % 44,79 % 67,97 %
4 51,56 % 60,94 % 63,02 % 91,41 %
5 24,22 % 31,25 % 30,73 % 74,22 %
Jumlah 188,28% 232,82% 252,09% 370,32%
Rata-rata 37,66% 46,56% 50,42% 74,06%
PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini, persentase pada tahap memahami soal rata-rata kesalahan
siswa sebesar 37,66%, tahap menyusun rencana rata-rata kesalahan siswa sebesar 46,56
%, pada tahap melaksanakan rencana rata-rata kesalahan siswa sebesar 50,42 dan pada
tahap memeriksa kembali solusi yang diperoleh rata-rata kesalahan siswa adalah sebesar
74,06 %. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahap akan menentukan kesalahan pada
tahap selanjutnya, terlihat dari persentase masing-masing jenis kesalahan siswa
menyelesaikan soal cerita matematika, yaitu 37,66% < 46,56 % < 50,42 < 74,06 %, tahap
memahami soal lebih kecil dari pada tahap selanjutnya dengan persentase kesalahan
37,66% dan pada tahap memeriksa kembali solusi yang diperoleh memiliki persentase
terbesar pada tahap sebelumnya dengan persentase 74,06 %.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hidayah (2016:188) yaitu pada tahap
memahami soal presentase kesalahan sebesar 5,00%, pada tahap menyusun rencana
presentase kesalahan sebesar 21,50%, pada tahap melaksanakan rencana presentase
kesalahan sebesar 22,88%, dan pada tahap memeriksa kembali solusi yang diperoleh
presentase kesalahan sebesar 18,00%. Dari presentase hasil penelitian yang dilakukan di
atas menunjukkan bahwa setiap kesalahan pada tahapan penyelesaian tidak menentukan
kesalahan pada tahap selanjutnya, terlihat dari presentase kesalahan pada tahap
memeriksa kembali solusi yang diperoleh lebih kecil dari presentase kesalahan pada tahap
sebelumnya, yaitu tahap menyusun rencana dan melaksanakan rencana.
Namun temuan penelitian ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan Priyanto,
dkk (2015:4) yaitu pada tahap memahami soal presentase kesalahan yang dilakukan siswa
sebesar 46%, kesalahan transformasi atau tahap menyusun rencana presentase kesalahan
yang dilakukan siswa sebesar 49%, kesalahan keterampilan proses atau tahap
melaksanakan rencana presentase kesalahan yang dilakukan siswa sebesar 55%, dan pada
tahap penulisan jawaban akhir atau tahap memeriksa kembali solusi yang diperoleh
presentase kesalahan yang dilakukan siswa sebesar 61%. Maka dari itu pada penelitian ini
ditemukan sesuai, yaitu bahwa setiap tahapan yang dilakukan menentukan kesalahan pada
tahap selanjutnya, apabila salah dalam melakukan satu tahap maka akan mengakibatkan
kesalahan pula pada tahap yang lain.
Pada penelitian ini ditemukan kesalahan-kesalahan siswa disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain :
1. Kesalahan Memahami Soal.
a. Siswa kurang cermat dan teliti dalam membaca soal.
b. Siswa kurang percaya diri dalam menjawab soal. Terlihat dari banyak kesalahan
yang sama pada jawaban siswa.
2. Kesalahan Menyusun Rencana.
a. Siswa tidak memahami atau kurang memahami konsep dari segiempat.
b. Siswa tidak terbiasa menyelesaikan tahapan penyelesaian masalah.
3. Kesalahan Melaksanakan Rencana
a. Siswa masih kurang kemampuan dasar berhitung matematika, terlihat dari jawaban
siswa yang asal dalam melakukan perhitungan.
b. Siswa terburu-buru dalam menyelesaikan soal dan menentukan kesimpulan.
c. Siswa kurang teliti dalam melakukan operasi hitung dan menentukan satuan yang
digunakan.
4. Memeriksa Kembali Solusi yang Diperoleh a. Siswa tidak terbiasa untuk memeriksa kembali solusi yang diperolehnya sehingga
dalam memeriksa solusi yang diperolehnya, siswa tidak menggunakan langkah-
langkah yang runtut (sistematis) .
b. Waktu yang cukup singkat juga sangat berpengaruh terhadap kesalahan siswa,
sehingga siswa ingin mempersingkat jawaban dan tidak mau menghabiskan waktu
dengan memeriksa kembali.
C. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data tentang kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita matematika di kelas VII SMP Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran
2016/2017, maka disimpulkan bahwa jenis-jenis kesalahan siswa dan persentase
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika adalah kesalahan
memahami soal (tahap pertama) dengan rata-rata persentase kesalahan tiap soal sebesar
37,66 %, kemudian kesalahan menyusun rencana (tahap kedua) dengan rata-rata
persentase kesalahan tiap soal sebesar 46,56 %, kemudian kesalahan melaksanakan
rencana (tahap ketiga) dengan rata-rata persentase kesalahan tiap soal sebesar 50,42 %,
dan terakhir kesalahan memeriksa kembali solusi yang diperoleh (tahap keempat) dengan
rata-rata persentase kesalahan siswa terbesar yaitu sebesar 74,06 %.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis memberi saran agar dapat
dipertimbangkan untuk kelangsungan proses belajar mengajar pada seluruh siswa kelas
VII khususnya di SMP Negeri 5 Lubuklinggau, yaitu
1. Bagi guru agar memberikan metode pembelajaran yang menarik pada siswa,
menekankan pengetahuan pada pemahaman konsep secara jelas, sering diberikan
latihan agar terbiasa menyelesaikan soal matematika, memberikan tambahan belajar
yang khusus bagi siswa baik remedial maupun perbaikan dan selalu menjadi
motivator bagi siswa.
2. Bagi mahasiswa program studi pendidikan matematika yang akan melaksanakan
penelitian, hendaknya melakukan penelitian tentang analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika setelah diterapkan model, metode, strategi
atau pendekatan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Budiyono. 2008. Kesalahan Mengerjakan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika.
PAEDAGOGIA. Jilid 11 (1), 1-8.
Farida, Nurul. 2015. Analisis Kesalahan Siswa SMP Kelas VIII Dalam Menyelesaikan
Masalah Soal Cerita Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Fkip Univ.
Muhammadiyah Metro. 4 (2), 42-52, ISSN 2442-5419.
Hidayah, Shofia. 2016. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
SPLDV Berdasarkan Langkah Penyelesaian Polya. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika 2016 ~ Universitas Kanjuruhan Malang. Volume 1 –
ISSN 2528-259X.
Kristanti, Dewi. 2016. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun
Datar Melalui Media Tangram Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 25 Surabaya.
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Volume 4, 1-12, ISSN : 2337-3253.
Lestari, K.E. dan Yudhanegara, M.R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika.
Karawang: PT Refika Aditama.
Priyanto, Arif, dkk. 2015. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Berdasarkan Kategori
Kesalahan Newman di Kelas VIII A SMP Negeri 10 Jember. Artikel Ilmiah
Mahasiswa. I (1), 1-5.
Sugiantara, I.P.E. 2014. Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah Berbasis Teori Polya
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. 2, (1), 1-10.
PROFIL
Nama : Eko Apriansyah
Tempat tanggal lahir : Lubuklinggau, 29 Oktober 1994
Riwayat Pendidikan
SD : SD Negeri 32 Lubuklinggau
SMP : SMP Negeri 5 Lubuklinggau
SMA : SMA Negeri 5 Lubuklinggau
Perguruan Tinggi : STKIP-PGRI Lubuklinggau
Tahun Kelulusan : 2017
top related