arsen berwarna abu
Post on 01-Dec-2015
42 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain.Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;1. Arsen triokasida (As2O3),2. Arsen pentaoksida (As2O5)3. Arsenat (misalnya : PbHAsO4)4. Arsen organic
Sumber Pencemaran Oleh Arsen1. Keberadaan Arsen di Alam- Batuan (Tanah) dan Sedimen- Udara- Air- Biota2. Produksi dalam Industri3. Penggunaan Senyawa Arsen Toksisitas pada Arsen
Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi.Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni.
Mekanisme Terjadinya Toksisitas Arsen Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.
Gejala Toksisitas Arsen- Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut, gejala tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan submukose lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah, diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga terjadi kegagalan ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan anggota gerak bagian bawah,kaki lemas,persendian tangan lumpuh, dan daya reflex menurun
- Toksisitas kronis Gejala akan timbul dalam waktu 2 - 8 minggu sejak penderita mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada persambungan kulit dan kuku.terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati, kantung kencing, ginjal, dan kolon.
Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam urine. Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki akanlebih parah dari pada saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dan sensorik.Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.
MAKALAH TOKSIKOLOGI
ARSEN (As)Disususn untuk memenuhi tugas Toksikologi Kesehatan
Disusun oleh ;
1. Tri Novi Susanti NIM.P07133111035
2. Valentino Oktavianto Prianggoro NIM.P07133111036
3. Yolamba ervian Sujarwo NIM.P07133111037
4. Yolla Ayu Medikawanti NIM.P07133111038
5. Yuliastuti NIM.P07133111039
KEMENTRIAN KESEHATAN REPOBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau konsentrasi,
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemari atau merusak
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang menyusun
”top-20” B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene, Polychlorinated
Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium
(hexa valent), Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa
diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury (Hg),
Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Logam-logam berat tersebut dalam
konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di dalam lingkungan,
baik di dalam air, tanah maupun udara.
Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai logam,
Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As)
dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak rusak oleh
lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan.
Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di
sedimen. Senyawa arsen pada awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum
senyawa organic ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).
Arsen (As) dialam ditemukan berupa mineral, antara lain arsenopirit, nikolit, orpiment,
enargit, dan lain-lain. Demi keperluan industry mineral, Arsen (As) dipanaskan terlebih dahulu
sehingga As berkondensasi menjadi bentuk padat.
Arsen (As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke udara sebagai hasil
sampingan dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa bijih, yaitu
arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As) merupakan
unsur kerak bumi yang berjumah besar, yaitu menempati urutan keduapuluh dari unsure kerak
bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air tanah dan air minum. Jutaan
manusia bisa terpapar Arsen (As), seperti yang pernah terjadi di Bangladesh, India, Cina. Semua
batuan mengandung Arsen (As) 1-5 ppm. Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada batuan
beku dan sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan biasanya mengandung Arsen (As) sebesar 0,1–
40 ppm dengan rata-rata 5-6 ppm.
B. Tujuan :
Mengetahui pengertian arsen.
Mengetahui toksisitas arsen terhadap manusia dan lingkungan.
Mengetahui cara pencegahan paparan arsen.
C. Ruang Lingkup :
Makalah arsen ini merupakan ruang lingkup toksikologi.
D. Manfaat :
Makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang toksisitas arsen terhadap manusia dan
lingkungan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. PengertianArsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-grey).
Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida (AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas .
Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan
karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai saat ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep homeopathi .
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;
1. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganic dan bentuk trivial dari asam arsenat
(H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti gula.
2. Arsen pentaoksida (As2O5)
3. Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat, merupakan senyawa arsen
yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang toksik.
4. Arsen organic, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau struktur cincin,dimana
arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun pentavalen.Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin
dibandingkan denagn bentuk senyawa arsen inorganic trivalent.
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH3),yang terbentuk bila asam
bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain.
Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di
industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal.
Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya
ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun(tidak toksik). Arsen dapat
dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen bervalensi
tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida., sedangkan bentuk in
organik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca
arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial untuk
menimbulkan terjadinya keracunan akut.
B. Karakteristik Arsen
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di
temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005).
Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat
digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika
dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau bawang
putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat
menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk
padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
C. Sifat Kimia Arsen
Arsen, Sb, dan Bi, terutama terdapat sebagai mineral sulfide seperti mispickel,FeAsS, atau
stibnite,Sb2S3.
Arsen, Sb, dan Bi, diperoleh sebagai logamnya.semuanya membentuk Kristal yang strukturnya
mirip dengan fosfor hitam. Namun ketiga unsure tersebut tampak mengkilat dan seperti logam,
serta mempunyai tahanan masing-masing 30, 40, dan 105µΩ cm, yang bias dibandingkan dengan
logam-logam seperti Ti dan Mn (berturut-turut 42 dan 185 µΩ cm). melalui reduksi oksidasinya
dengan karbon dan hydrogen. Logamnya terbakar pada pemanasan dalam oksigen menghasilkan
oksida.
Arsen trihalida mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut dalam sejumlah air
yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam pengenceran menghasilkan okso klorida
yang tidak terlarut seperti SbOCl dan Sb4O5Cl2. Tidak ada ion Sb3+ sederhana dalam larutan
BiCl3, suatu padatan Kristal putih, terhidrolisis oleh air menjadi BiOCl namun reaksi ini di
bolak=balik :
BiCl3 + H2O ↔ BiOCl + 2 HCl
Arsen membentuk As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan interaksi langsung. Dua yang
terakhir juga dapat mengendap dari larutan asam hidroklorida dan
dengan S. As2S3 tidak larut dalam air dan asam, namun larut sebagai asam dalam larutan
alkalin sulfide menghasilkan anionlhio. As 2S5 berperilaku sama. As4S4 yang terdapat sebagai
mineral realgar, mempunyai struktur dengan tetrahedron As4.
D. Sumber Pencemaran Oleh Arsen
Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen, udara, air
dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber pencemaran arsen di
lingkungan.
1.Keberadaan Arsen di Alam
a.Batuan (Tanah) dan Sedimen
Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi dalam bentuk
arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk sulfida dari emas. Mineral lain
yang mengandung arsen adalah arsenopyrite (FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3).
Secara kasar kandungan arsen di bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen
banyak ditemukan pada deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan.
Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara 0,240 mg/kg,
sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550 mg/kg (Walsh &
Keeney, 1975).
Secara alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg berat kering.
Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang berasal dari sumber buatan kering
ditemukan pada sedimen bagian bawah yang dekat dengan buangan pelelehan tembaga.
b.Udara
Zat padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa arsen dalam bentuk
anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius (1974) menunjukkan bahwa hanya
35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di lokasi tercemar, kadar As di udara ambien
kurang dari satu gram per meter kubik (Peirson, et al 1974; Johnson & Braman, 1975).
c.Air
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat merembes ke air
tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah daerah aluvial yang
merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik. Arsenik dalam air
tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen
pada lapisan di bawah permukaan tanah (www.wikipedia.org, 2009).
Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973; Crecelius, 1974).
Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan methylarsenic acid, sedang anorganik
dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen dapat ditemukan pada air permukaan, air sungai, air
danau, air sumur dalam, air mengalir, serta pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas
bumi (geothermal).
d.Biota
Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium, sebagian besar
merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh, 1977). Kandungan arsen
dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari pestisida bervariasi antara 0,01-5
mg/kg berat kering (NAS, 1977). Tanaman yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi arsen
selayaknya mengandung kadar arsen tinggi, khususnya di bagian akar (Walsh & Keene, 1975;
Grant & Dobbs, 1977). Beberapa rerumputan yang mengandung kadar arsen tinggi merupakan
petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah (Porter & Peterson, 1975). Selain itu, ganggang
laut dan rumput laut juga umumnya mengandung sejumlah kecil arsen.
2.Produksi dalam Industri
Berdasarkan data yang digunakan dari Biro Pertambangan Amerika Serikat (Nelson, 1977),
dapat diperkirakan bahwa total produksi senyawa arsen di dunia mulai tahun 1975 sekitar
600.000 ton. Negara-negara produser utama adalah: China, Peru, Swedia, USA dan USSR.
Negara-negara tersebut mampu mencukupi sampai 90% produk dunia. Arsen trivalen adalah
basis utama industri kimia arsen dan merupakan produk samping dalam pelelehan bijih tembaga
dan timah hitam.
3.Penggunaan Senyawa Arsen
Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya dalam bidang pertanian. Di
dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat
dan senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida.
Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida yang mengandung
arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama tanaman tersebut selama masa
pertumbuhannya. Tembakau ini akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.
E. Toksisitas
Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki
toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.. Penelitian telah menunjukkan
bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates
(pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa
diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak
disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama arsenik trioksida,
yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di
daerah perut, produksi air liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara
serak dan kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang
bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat
basah, lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair (www.wikipedia.org, 2009).
Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang menjadi
ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian (www.wikipedia.org,
2009).
F. Mekanisme Terjadinya Toksisitas
Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus
kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila arsen
terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.Salah satu system
enzim tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi
dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelummasuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic
acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut
melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan
dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril sangat berperan
mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat
reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi
akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis dengan jalan
berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.Dengan adanya
pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik
hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung dengan
gugus –SH,maupun gugus –SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam
hati yang terikat sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus –
SH terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut,
kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat
terdeteksi dalam rambut dan tulang bebrapa tahun kemudian.
G. Gejala Toksisitas Arsen
Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut, gejala tersebut disebabkan oleh
adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel
(lepuh) pada lapisan submukose lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa
mual, muntah, diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti
bawang putih, diare profus menyebabkan banyak cairan tubuh keluar sehingga menyebabkan
gejala hipontesi. Terjadinya diare profus menyebabakan banyak larutan protein terbuang keluar
tubuh,sehingga mengakibatkan usus ridak berfungsi normal (enteropati). Arsen juga dapat
menyebabkan peningkatan aktivitas mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan
hemolisis dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga terjadi
kegagalan ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan ditemukannya gejala
rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan
kelumpukan anggota gerak bagian bawah,kaki lemas,persendian tangan lumpuh, dan daya reflex
menurun
Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi penduduk yang tinggal
dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh arsen dari limbah industri pestisida, pabrik
kertas, bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada
sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10 sampai 1820 mg/l.
Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita mulai mengonsumsi air yang
terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku,
terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit
dan adanya warna putih pada persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker pada kulit,
paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa kelompok
peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik
hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum yang terkontaminasi As), hal tersebut terjadi
setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada
76,7% dari 248 pasien yang dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan kolestasis,
hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan
tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki akanlebih parah dari pada
saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dan sensorik.Terlihat
kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah berkurang),terutama
neutropeni (sel darah putih menurun).produksi sel darah merah berhenti dan adanya gambaran
basophilic stippling.Anemia yang ada hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis dari arsen trivial dan
arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru,kanker limfa, dan kanker kulit.
H. Dampak Toksisitas Arsen
Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia tersimpan dalam
hati,ginjal,dinding saluaran pencernaan,limfa, dan paru.Juga tersimpan dalam jumlah sedikit
dalam rambut dan kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu lama, yaitu beberapa tahun setelah
keracunan kronis.Di dalam darah yang normal ditemukan arsen 0,2µg/100ml. sedangkan pada
kondisi keracunan ditemukan 10µg/100ml dan pada oarng yang mati keracunan arsen ditemukan
60-90µg/100ml.
I. Pencegahan Terjadinya Paparan ArsenUsaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :- Masker yang memadai- Sarung tangan yang memadai- Tutup kepala- Kacamata khususUsaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine.Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan
kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.
J. Cara Menanggulangi Toksisitas Arsen
Pada pengobatan kasus keracunan As
Pada kasus keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan simptomatik untuk
mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan pemberian khelasi spesifik yaitu BAL.
Standar pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg yang diberikan setiap 4 jam selama 2 hari diikuti
dengan pemberian 2,5 mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari. Kemudian diberikan 2,5 mg/kg setiap
12 jam selama 1 minggu. Pada periode pemberian pengobatan tersebut, sampel urine diperiksa
setiap 24 jam dan pengobatan segera dihentikan jika konsentrasi As dalam urine kurang dari 50
mg. pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin yang diberikan setiap 6 jam
selama 5 hari.
Pada kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah menghilangkan sumber
kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak dianjurkan, karena As mempunyai
waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
1. Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-grey).
2. Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki toksisitas
yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.
3. Cara pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri dan melakukkan
surveilance medis.
B. Saran
Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui udara, air, tanah,biota
dan kegiatan industry maka yang harus dilakukan adalah menggunakkan alat proteksi diri ,
seperti memakai masker, sarung tangan, kacamata dll saat berada di lingkungan kerja yang
berhubungan dengan pertambangan. Selain itu melakukkan surveilance medis setiap tahun secara
rutin. Ini ditujukan agar tidak terjadinya keracunan akibat paparan Arsen.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKACotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press
Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi
Seyawa Logam . Jakarta . UI-PressAdnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30 Maret 2012Fhazira. 2010. Logam Berat Arsen. http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html. 30 Maret 2012Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsen
darah sangat tergantung pada diet sehari-hari dan lingkungan sekitar. Pada komunitasdengan kadar arsen normal pada air minumnya, konsentrasi arsen dalam serum antara 3 ± 5 µg/L. Sedangkan pada komunitas dengan kadar arsen 393 µg/L dalam air minumnya,didapati konsentrasi arsen dalam darahnya rata-rata 13 µg/L. Pada pemeriksaan darahlengkap bisa didapatkan gambaran anemia hemolitik.(2,7,8) 3.Pemeriksaan rambut dan kukuArsen disimpan secara selektif di jaringan ektodermal, terutama di jaringan keratinkuku dan rambut. Kadar arsen kurang dari 0,1 mg/100 gram rambut umumnya tidak punya makna. Kadar sebesar itu dapat terjadi akibat akumulasi arsen pada paparansubklinik pada orang normal, misalnya dar air, debu atau bahan kosmetik. Arsen dapatdideteksi pada rambut dan kuku dalam jumlah signifikan hanya 30 jam setelah paparan.Kadar normalnya untuk orang yang tinggal di lingkungan yang bebas kontaminasi adalah(2,7,8)G.PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan intoksaikasi arsen dilakukan dngan beberapa tindakan sbb(1,4,8):1.Dekontaminasi usus: Pemberian arang aktif (norit), lavase dan/atau laksan dapat dilakukanuntuk dekontaminasi usus.2.Percepatan eliminasi: Tindakan hemodialisis dapat dipertimbangkan jika arsen ditelandalam jumlah banyak dan ditemukan adanya gejala sistemik berupa hipotensi, kekacauanmental, koma, oliguria dan / atau asidosis laktat. Dimercaprol atau BAL dapat diberikan bersama hemodialisis untuk mencegah kemungkina redistribusi arsen.3.Terapi suportif: Balans cairan dan elektrolit perlu mendapat perhatian karena arsenmenyebabkan vasodilatasi. Obati hipotensi yang terjadi dengan pemberian cairansebelum menggunakan obat vasopresor. Lakukan EKG dan monitor irama jantung.Lakukan pemantauan
fungsi liver dan ginjal secara ketat. Foto thoraks juga perludilakukan karena pada intoksikasi arsen dapat terjadi komplikasi edema pulmonal,
meskipun jarang, dan dapat pula terjadi gagal napas akibat kelemahan otot yangmungkin terjadi beberapa minggu setelah keracunan berat.4.Antoidotum: British Anti Lewisite (BAL) dalam minyak (dimercaprol) merupakanantidotum untuk semua kondisi keracunan arsen akut yang serius, kecuali untuk intoksikasi arsine. Dosis pemberian BAL bervariasi tergantung dari berat ringannya paparan arsen. Penicillamine merupakan terapi tambahan pada kelainan pencernaan yangserius dan efek sampingnya lebih ringan dibandingkan BAL. Obat lainnya yaituDimercaptosuccinic acid (DMSA) merupakan obat oral dan diduga bermanfaat untuk pengobatan jangka panjang atau pengobatan lanjut keracunan arsen Dimercapto propanesulfonate (DMPS) akan memproduksi kompleks yang larut air dengan arsen, sehinggalebih baik dari BAL karena dapat menembus ssp.H.ASPEK MEDIKOLEGAL Pemeriksaa forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok, yaituatas dasar dari tujuan pemeriksaan itu sendiri. Yang pertama bertujuan untuk mencari penyebab kematian, dalam hal ini keracunan akibat arsen. Yang kedua untuk mengetahuimengapa peristiwa keracunan itu bisa terjadi, misalnya pembunuhan, kelalaian/kecelakaan,ataupun bunuh diri.(12) Ditinjau dari segi kepentingan menurut medikolegal, maka dapat disimpulkan mengenaiarsen sbb(8):1.Arsen sangat sering digunakan utuk membunuh, karena:yHarganya murahyMudah diperolehyTidak mempunyai bau dan rasa sehingga mudah dicampur dengan makananySangat efektif karena hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit
2.keracunan karena ketidaksengajaaan biasanya karena salah menentukan identitas3.bunuh diri menggunakan arsen sangat jarang ditemukan4.kadang-kadang digunakan untuk membantu tindakan abortus.Mengenai keracunan itu sendiri dalam KUHAP diatur dalam pasal 133 (1), yang berbunyi: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakimanatau dokter atau ahli lainnya.(12) DAFTAR PUSTAKA 1.Dyro, Frances M. Arsenic. Available from: URL:http://emedicine.org/html. [Access on:24thAugust 2008].2.Caravati, EM. Arsenic and arsine gas. In: Dart RC.
Medical Toxicology. Third edition.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2004. p:1393-1401.3.Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic. Division of Toxicology andEnvironmental Medicine. Atlanta. 2006. Available from:http://www.atsdr.cdc.gov.pdf.[Access on: 24thAugust 2008].4.DiMaio,Vincent J; DiMaio,Dominick. Forensic Pathology. Second edition. CRC PressLLC. 2001. p:500-08, 523-24.5.Marcus, Steven. Toxicity,Arsenic. Available from:URL: http://emedicine.org/html.[Access on: 24thAugust 2008].6.Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic Toxicity Exposure Pathways.Available from:http://www.atsdr.cdc.gov/csem/arsenic/exposure_pathways.html.[Accesson: 24thAugust 2008].7.Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic Toxicity Clinical Evaluation.Available from:http://www.atsdr.cdc.gov/csem/arsenic/.html.[Access on: 24thAugust2008].8.Chadha,Vijay. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Jakarta: Widya Medika. 1995.p 258-63.
9.Atmadja, DS. Mendeteksi kematian karena arsen.Available from: URL:http://www.freewebs.com/arsenpapdi/caramendeteksi.html.10.Sampurna B,dr. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan 2. Jakarta: FKUI. p.101-10611.Suyono A. Keracunan Zat Korosif dan logam. Available on :http://www.freewebs.com/reef_forensik/index.htm. [Access on: 24th August 2008].12.Abdul MI. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta: Binarupa Aksara.1997. p.330-31
top related