artikel pengelolaan sampah
Post on 26-Dec-2015
110 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ARTIKEL PENGELOLAAN SAMPAHPosted on January 14, 2014 by author
Oleh : Nama : Muftihatun Nikmah / 13505241016
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia.
Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju, sampah
selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia
menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus
dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa diapa-
apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah
seperti yang sering kita lihat.
Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di
sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga
dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan,
tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi
masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan
sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
menanganinya.
A. Pengertian Sampah Organik
Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak
terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai
kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan
relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan
pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu
tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis
yang cukup penting. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan
(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering
disebut dengan kompos).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-
daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses
pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar
sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar
(95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal
dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri
dari sampah organik dan sisanya anorganik.
B. Jenis-Jenis Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan,
Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
1. Sampah organik basah. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah
mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
2. Sampah organik kering. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering
adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering
di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
C. Prinsip Pengolahan Sampah
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan
sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
a) Mengurangi (bahasa Inggris: reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin
banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b) Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian
barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
c) Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak
semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi
(bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah
menjadi barang lain.
d) Mengganti (bahasa Inggris: replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa
dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
D. Pengolahan Sampah
Alternatif Pengelolaan Sampah. Untuk menangani permasalahan sampah
secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan
merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan
masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua
permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang
dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi
tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi
dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru.
Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang
terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat
dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem
pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri
harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang
produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari
material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat
mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang
dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu
porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-
produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar
sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat
agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-
program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola
program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan
kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang
sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem
penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi
komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu
contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem
pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85
persen sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk
penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu
sistem penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan
kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak
untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa
bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan
kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah
menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan
lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara
alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati,
dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi
hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah
kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan mengalami
proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke tanah, batang atau
ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan, sisa makanan, dan lain sebagainya,
semuanya akan mengalami proses dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah
berwarna coklat-kehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui proses
dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang
terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan
mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih
sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan
jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik menjadi bahan
yang mirip dengan humus. Hasil perombakan tersebut disebut kompos. Kompos
biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabad-abad
yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk telah
dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman
Kerajaan Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan teknologi pengomposan sudah
berkembang cukup pesat.
Namun demikian, perkembangan teknologi industri telah menciptakan
ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia buatan pabrik sehingga membuat
orang melupakan kompos. Padahal kompos memiliki keunggulan-keunggulan lain yang
tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos mampu: • Mengurangi
kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan
kemampuannya dalam penyerapan hara. • Meningkatkan kemampuan tanah dalam
mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah terjadinya
kekeringan pada tanah.• Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara. •
Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti
cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.
Kelebihan Mengolah Sampah Organik
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga.
o Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
o Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
o Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
o Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
o Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
o Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet,
banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang
pengerat.
Kekurangan Mengolah Sampah Organik
Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan sebagai penyubur tanah.
Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara relatif lama diserap tumbuhan,
pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala besar. Oleh karena itu untuk
mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian diperlukan pupuk buatan.
PENGOLAHAN DAN PENANGANAN LIMBAH
PENGOLAHAN DAN PENANGANAN LIMBAH
Oleh :Utami subardo April 21, 2013
Penanganan limbah yang baik akan menjamin kenyamanan bagi semua orang.
Dipandang dari sudut sanitasi, penanganan limbah yang baik akan :
1. Menjamin tempat tinggal / tempat kerja yang bersih
2. Mencegah timbulnya pencemaran lingkungan
3. Mencegah berkembangbiaknya hama penyakit dan vektor penyakit
Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan meliputi 2 cara
pokok, yaitu :
1. Pengendalian non teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundang-undangan yang dapat
merencanakan, mengatur, mengawasi segala bentuk kegiatan industri dan
bersifat mengikat sehingga dapat memberi sanksi hukum pagi pelanggarnya.
2. Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dengan cara-cara yang berkaitan dengan proses produksi seperti
perlu tidaknya mengganti proses, mengganti sumber energi/bahan bakar,
instalasi pengolah limbah atau menambah alat yang lebih modern /canggih.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah :
1. Mengutamakan keselamatan manusia
2. Teknologinya harus sudah dikuasai dengan baik
3. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.
1. A. PENANGANAN LIMBAH PADAT
Limbah padat dapat dihasilkan dari industri, rumah tangga, rumah sakit, hotel, pusat
perdagangan/restoran maupun pertanian/peternakan. Penanganan limbah padat
melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Penampungan dalam bak sampah
2. Pengumpulan sampah
3. Pengangkutan
4. Pembuangan di TPA.
Sampah yang sudah berada di TPA akan mengalami berbagai macam perlakuan, seperti
menjadi bahan makanan bagi sapi / ternak yang digembala di TPA, di sortir oleh
pemulung, atau diolah menjadi pupuk kompos.
1. A. Berikut ini beberapa metode penanganan limbah organik padat :
1. 1. Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan baku untuk
membuat kompos adalah sampah kering maupun hijau dari sisa tanaman, sisa
makanan, kotoran hewan, sisa bahan makanan dll. Dalam proses pembuatan
kompos ini bahan baku akan mengalami dekomposisi / penguraian oleh
mikroorganisme.
Proses sederhana pengomposan berlangsung secara anaerob yang sering menimbulkan
gas. Sedangkan proses pengomposan secara aerob membutuhkan oksigen yang cukup
dan tidak menghasilkan gas. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses
pengomposan yaitu :
1. Ukuran bahan, semakin kecil ukuran bahan semakin cepat proses pengomposan
2. Kandungan air, tumpukan bahan yang kurang mengandung air akan berjamur
sehingga proses penguraiannya lambat dan tidak sempurna. Tetapi jika kelebihan
air berubah menjadi anaerob dan tidak menguntungkan bagi organisme pengurai.
3. Aerasi, aerasi yang baik akan mempercepat proses pengomposan sehingga perlu
pembalikan atau pengadukan kompos.
4. pH (derajat keasaman), supaya proses pengomposan berlangsung cepat, pH
kompos jangan terlalu asam maka perlu penambahan kapur atau abu dapur
5. suhu, suhu optimal pengomposan berlangsung pada 30 – 450 C
6. perbandingan C dan N, proses pengomposan dapat dihentikan bila komposisi C/N
mendekati perbandingan C/N tanah yaitu 10 – 12
7. kandungan bahan sampah seperti lignin, wax (malam) damar, selulosa yang tinggi
akan memperlambat proses pengomposan.
Cara pembuatan kompos, memalui cara :
1. menggunakan komposter
2. tumpukan terbuka (open windrow)
3. cascing (menggunakan cacing)
Di dalam kompos terdapat unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga
digunakan sebagai pupuk tanaman dan disebut pupuk organik. Dalam proses
pengomposan, bahan baku kompos mengalami perubahan kimiawi oleh
mikroorganisme / bakteri yang membutuhkan nitrogen untuk hidupnya. Tetapi tidak
selalu bahan baku kompos mengandung nitrogen yang cukup untuk kebutuhan bakteri
pengurai tersebut sehingga diperlukan pemberian tambahan nitrogen, salah satunya
adalah EM 4 (effective microorganism 4) yang berfungsi sebagai aktivator. Hal ini akan
membantu bakteri hidup berkembang dengan baik sehingga proses penguraian bahan
baku kompos menjadi lebih cepat dan proses pengomposan berlangsung lebih cepat
pula. Jika aerasi kurang, maka yang terjadi adalah proses pembusukan dan akan
mengasilkan bau busuk akibat terbentuknya amoniak (NH3) dan asam sulfida (H2S).
Kompos dari bahan baku organik memiliki beberapa kegunaan antara lain :
1. memperbaiki kualitas tanah
2. meningkatkan kemampuan tanah dalam melakukan pertukaran ion
3. membantu pengolahan sampah
4. mengurangi pencemaran lingkungan
5. membantu melestarikan sumber daya alam
6. membuka lapangan kerja baru
7. mengurangi biaya operasional bagi petani atau pecinta tanaman
1. Gas Bio, yaitu pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja manusia
maupun kotoran hewan menjadi gas yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar
alternatif. Kandungan gas bio antara lain metana ( CH4) dalam komposisi yang
terbanyak, karbondioksida ( CO2 ), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida ( CO ),
Oksigen (O2), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas metana murni adalah gas tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini
harus pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu tetap dan pH netral.
1. Makanan ternak ( Hog Feeding ), adalah pengolahan sampah organik menjadi
makanan ternak. Agar sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak
harus dipilih dan dibersihkan terlebih dulu agar tidak tercampur dengan sampah
yang mengandung logam berat atau bahan-bahan yang membahayakan kesehatan
ternak.
1. B. Berikut ini beberapa metode penanganan limbah anorganik padat :
1. 1. Empat R ( 4 R = replace, reduce, recycle dan reuse )
Replace yaitu usaha mengurangi pencemaran dengan menggunakan barang-barang
yang ramah lingkungan. Contohnya memanfaatkan daun daripada plastik sebagai
pembungkus, menggunakan MTBE daripada TEL untuk anti knocking pada mesin, tidak
menggunakan CFC sebagai pendingin dan lain-lain.
Reduce yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan meminimalkan
produksi sampah. Contohnya membawa tas belanja sendiri yang besar dari pada banyak
kantong plastik, membeli kemasan isi ulang rinso, pelembut pakaian, minyak goreng
dan lain-lain daripada membeli botol setiap kali habis, membeli bahan-bahan makanan
atau keperluan lain dalam kemasan besar daripada yang kecil-kecil.
Recycle yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan mendaur ulang
sampah melalui penanganan dan teknologi khusus. Proses daur ulang biasanya
dilakukan oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain yang bisa
dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus mendapatkan keuntungan
karena dengan memilah sampah yang bisa didaur ulang bisa mendapat
penghasilan.Misalnya plastik-plastik bekas bisa didaur ulang menjadi ember, gantungan
baju, pot tanaman dll.
Reuse yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menggunakan dan
memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya sudah dibuang. Misalnya
memanfaatkan botol/kaleng bekas sebagai wadah, memanfaatkan kain perca menjadi
keset, memanfaatkan kemasan plastik menjadi kantong belanja / tas dll
1. 2. Insenerator, adalah alat yang digunakan untuk membakar sampah secara
terkendali pada suhu tinggi. Insenerator efisien karena sanggup mengurangi
volume sampah hingga 80 %. Residunya berupa abu sekitar 5 – 10 % dari total
volume sampah yang dibakar dan dapat digunakan sebagai penimbun tanah.
Kekurangan alat ini adalah mahal dan tidak bisa memusnahkan sampah logam.
1. 3. Sanitary Landfill, adalah metode penanganan limbah padat dengan cara
membuangnya pada area tertentu.
Ada 3 metode sanitary landfill, yaitu :
1. Metode galian parit (trenc method), sampah dibuang ke dalam galian parit yang
memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit. Sampah yang
ditimbun dipadatkan dan diratakan. Setelah parit penuh, dibuatlah parit baru di
sebelah parit yang telah penuh tersebut.
2. Metode area, sampah dibuang di atas tanah yang rendah, rawa, atau lereng
kemudian ditutupi dengan tanah yang diperoleh ditempat itu.
3. Metode ramp, merupakan gabungan dari metode galian parit dan metode area.
Pada area yang rendah, tanah digali lalu sampah ditimbun tanah setiap hari
dengan ketebalan 15 cm, setelah stabil lokasi tesebut diratakan dan digunakan
sebagai jalur hijau (pertamanan), lapangan olah raga, tempat rekreasi dll.
1. 4. Penghancuran sampah (pulverisation), adalah proses pengolahan sampah
anorganik padat dengan cara menghancurkannya di dalam mobil sampah yang
dilengkapi dengan alat pelumat sampah sehingga sampah hancur menjadi
potongan-potongan kecil yang dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah yang
cekung atau letaknya rendah.
1. 5. Pengepresan sampah ( reduction mode), yaitu proses pengolahan sampah
dengan cara mengepres sampah tesebut menjadi padat dan ringkas sehingga tidak
memakan banyak tempat.
1. C. Penanganan Limbah cair
Sekitar 80% air yang digunakan manusia untuk aktivitasnya akan dibuang lagi dalam
bentuk air yang sudah tercemar, baik itu limbah industri maupun limbah rumah tangga.
Untuk itu diperlukan penanganan limbah dengan baik agar air buangan ini tidak
menjadi polutan.
Tujuan pengaturan pengolahan limbah cair ini adalah :
1. Untuk mencegah pengotoran air permukaan (sungai, waduk, danau, rawa dll)
2. Untuk melindungi biota dalam tanah dan perairan
3. Untuk mencegah berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor penyakit seperti
nyamuk, kecoa, lalat dll.
4. Untuk menghindari pemandangan dan bau yang tidak sedap
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan cara-cara :
1. Cara Fisika, yaitu pengolahan limbah cair dengan beberapa tahap proses kegiatan
yaitu :
1. Proses Penyaringan (screening), yaitu menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar dan mudah mengendap.
2. Proses Flotasi, yaitu menyisishkan bahan yang mengapung seperti minyak
dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.
3. Proses Filtrasi, yaitu menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi
dari dalam airatau menyumbat membran yang akan digunakan dalam
proses osmosis.
4. Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa anorganik dan senyawa
organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan
kembali air buangan tersebut, biasanya menggunakan karbon aktif.
5. Proses reverse osmosis (teknologi membran), yaitu proses yang dilakukan
untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah diolah sebelumnya
dengan beberapa tahap proses kegiatan. Biasanya teknologi ini
diaplikasikan untuk unit pengolahan kecil dan teknologi ini termasuk mahal.
6. Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan
menambahkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Metode kimia
dibedakan atas metode nondegradatif misalnya koagulasi dan metode
degradatif misalnya oksidasi polutan organik dengan pereaksi lemon,
degradasi polutan organik dengan sinar ultraviolet dll.
7. Cara biologi, yaitu pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik secara aerobik
maupun anaerobik. Pengolahan ini dianggap sebagai cara yang murah dan
efisien.
Metode pengolahan limbah cair, meliputi beberapa cara :
1. 1. Dillution (pengenceran), air limbah dibuang ke sungai, danau, rawa atau
laut agar mengalami pengenceran dan konsentrasi polutannya menjadi rendah
atau hilang. Cara ini dapat mencemari lingkungan bila limbah tersebut
mengandung bakteri patogen, larva, telur cacing atau bibit penyakit yang lain.
Cara ini boleh dilakukan dengan syarat bahwa air sungai, waduk atau rawa
tersebut tidak dimanfaatkan untuk keperluan lain, volume airnya banyak sehingga
pengenceran bisa 30 -40 kalinya, air tersebut harus mengalir.
2. 2. Sumur resapan, yaitu sumur yang digunakan untuk tempat penampungan air
limbah yang telah mengalami pengolahan dari sistem lain. Air tinggal mengalami
peresapan ke dalam tanah, dan sumur dibuat pada tanah porous, diameter 1 – 2,5
m dan kedalaman 2,5 m. Sumur ini bisa dimanfaatkan 6 – 10 tahun.
3. 3. Septic tank, merupakan metode terbaik untuk mengelola air limbah
walaupun biayanya mahal, rumit dan memerlukan tanah yang luas. Septic tank
memiliki 4 bagian ruang untuk tahap-tahap pengolahan, yaitu :
1. a. Ruang pembusukan, air kotor akan bertahan 1-3 hari dan akan
mengalami proses pembusukan sehingga menghasilkan gas, cairan dan
lumpur (sludge)
2. b. Ruang lumpur, merupakan ruang empat penampungan hasil proses
pembusukan yang berupa lumpur. Bila penuh lumpur dapat dipompa keluar
3. c. Dosing chamber, didalamnya terdapat siphon McDonald yang berfungsi
sebagai pengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar
merata
4. d. Bidang resapan, bidang yang menyerap cairan keluar dari dosing
chamber serta menyaring bakteri patogen maupun mikroorganisme yang
lain. Panjang minimal resapan ini adalah 10 m dibuat pada tanah porous.
5. 4. Riol (parit), menampung semua air kotor dari rumah, perusahaan
maupun lingkungan. Apabila riol inidigunakan juga untuk menampung air
hujan disebut combined system. Sedang bila penampung hujannya
dipisahkan maka disebut separated system. Air kotor pada riol mengalami
proses pengolahan sebagai berikut :
1. a. Penyaringan (screening), menyaring benda-benda yan mengapung
di air
2. b. Pengendapan (sedimentation), air limbah dialirkan ke dalam bak
besar secara perlahan supaya lumpur dan pasir mengendap.
3. c. Proses biologi (biologycal proccess), menggunakan
mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik
4. d. Saringan pasir (sand filter)
5. e. Desinfeksi (desinfection), menggunakan kaporit untuk membunuh
kuman
6. f. Dillution (pengenceran), mengurangi konsentrasi polutan dengan
membuangnya di sungai / laut.
1. D. Penanganan Limbah Gas, Debu dan Partikel
Filter udara digunakan untuk menangkap debu / partikel yang keluar dari cerobong
atau stack. Berikut ini beberapa macam filter udara, meliputi :
1. Pengendapan siklon, adalah alat yang digunakan untuk mengendapkan debu atau
abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.
Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara atau gas
buang yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon, sehingga partikel
yang relatif berat akan jatuh ke bawah. Debu, abu atau partikel yang dapat diendapkan
oleh siklon adalah berukuran antara 5 – 40 mikro. Makin besar ukuran debu, semakin
cepat partikel diendapkan.
1. Filter basah, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan udara kotor dengan
cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara kotor dari bagian
bawah alat. Pada saat udara kotor kontak dengan air, maka debu akan ikut
semprotan air untuk turun ke bawah. Bila ingin hasil yang lebih baik, dapat
digabungkan pengendap siklon dengan filter basah. Penggabungan kedua alat ini
menghasilkan alat penangkap debu yang dinamakan pengendap siklon filter
basah.
2. Pengendap sistem Gravitasi, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan
udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 mikro atau
lebih. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengalirkan udara kotor ke alat,
sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba, debu akan
jatur terkumpul ke bawah akibat gaya beratnya sendiri. Kecepatan pengendapan
tergantung pada dimensi alat yang digunakan.
3. 4. Pengendap elektrostatik, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan
udara kotor dalam jumlah (volume) besar dan waktu yang singkat, sehingga udara
yang keluar dari alat ini relatif bersih. Alat ini berupa tabung silinder, dimana
dindingnya diberi muatan positif, sedangkan tengahnya ada sebuah kawat, yang
merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya
tegangan yang berbeda akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar
pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah-olah mengalami ionisasi.
Kotoran menjadi ion negatif yang akan ditarik dinding tabung, sedangkan udara
bersih akan berada di tengah silinder kemudian terhembus keluar.
1. E. Penanganan Limbah Suara
Bising merupakan polusi pendengaran. Suara-suara yang sangat bising dapat
mengganggu pendengaran dan juga membuat orang tidak nyaman. Sumber kebisingan
dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali dengan :
1. Mematikan atau menghilangkan sumber suara / sumber kebisingan
2. Memasang alat peredam suara
3. Pengendalian pada jejak propagasi, mengganti bahan baku ruangan dengan bahan
yang dapat meredam suara
4. Pengendalian pada penerima suara, yaitu dengan melakukan upaya perlindungan
pada pendengaran manusia, seperti tutup / sumbat telinga.
1. F. Dampak Pengolahan Limbah Terhadap Lingkungan
Pengolahan limbah yang baik dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan,
akan tetapi bila tidak dikelola dengan baik dapat memberi dampak negatif bagi
lingkungan.
1. a. Dampak positif pengolahan limbah
Pengolahan limbah yang benar akan memberikan dampak positif, yaitu :
1. Limbah dapat digunakan untuk menimbun lahan / dataran rendah
2. Limbah dapat digunakan untuk pupuk
3. Limbah dapat digunakan sebagai pakan ternak , baik langsung maupun
mengalami proses pengolahan lebih dulu
4. Mengurangi tempat perkembangbiakan penyakit / vektor penyakit
5. Mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit menular
6. Menghemat biaya pemeliharaan kesehatan karena masyarakat yang sehat
1. b. Dampak negatif bila limbah tidak dikelola dengan baik
Pengolahan limbah yang kurang baik akan memberikan dampak negatif, seperti :
1. Menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit / vektor penyakit
2. Menyebabkan gangguan kesehatan seperti sesak nafas, insomnia maupun stress
3. Lingkungan menjadi kotor, bau, saluran air tersumbat, banjir
4. Lingkungan menjadi tidak indah dipandang
5. Menurunkan minat orang datang ketempat tersebut
6. Menaikkan angka kesakitan bagi masyarakat
7. Membutuhkan dana besar untuk membersihkan lingkungan
8. Menurunkan pemasukan pendapatan daerah karena kurangnya wisatawan yang
berkunjung.
Artikel untuk Majalah Ilmiah Populer “WUNY” September 2012
TEKNIK PENGENDALIAN SERANGGA HAMA TANAMAN PADI
DENGAN KONSERVASI MUSUH ALAMI
Oleh:
Tien Aminatun
Jurdik Biologi FMIPA UNY
e-mail: tienaminatun@gmail.com
A. Pendahuluan
Hama menjadi hal penting yang selalu saja dibicarakan dalam budidaya pertanian, termasuk pertanian padi sawah. Hal ini karena hama dianggap sebagai musuh petani dalam memperoleh produksi padi. Sebagian besar hama adalah jenis serangga (Channa et al., 2004), dan berbagai jenis serangga hama tersebut mempunyai musuh alami (natural enemy). Musuh alami serangga hama umumnyaberupa Arthropoda dari jenis serangga dan laba-laba, serta dapat digolongkan menjadi predator dan parasitoid. Predator adalah binatang yang memangsa binatang lain, sedangkan parasitoid adalah binatang yang pada fase pradewasanya hidup dengan menjadi parasit pada binatang lain sedangkan pada fase dewasanya hidup bebas (Untung, 2006). Oleh karena itulah, keberadaan musuh alami menjadi sangat penting dalam pengendalian populasi serangga hama, sehingga konservasi musuh alami di lahan pertanian menjadi hal penting untuk dilakukan. Konservasi dan pemberdayaan musuh alami dapat menjadi alternatif pengendalianhama yang ramah lingkungan, dibandingkan dengan pengendalian hama secara kimia menggunakan pestisida yang selama ini dilakukan yang ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan pertanian dan kesehatan manusia.
B. Serangga Hama pada Tanaman Padi dan Musuh Alaminya
Berbagai jenis serangga hama menyerang tanaman padi dari mulai benih sampai siap panen, dan masing-masing serangga hama tersebut mempunyai musuh alami di alam. Tabel 1 berikut ini menyajikan contoh jenis-jenis serangga hama pada tanaman padi yang dirangkum dari Suharto (2007).Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal.) merupakan hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Hama ini mampu membentuk populasi cukup besar dalam waktu singkat dan merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan. Kerusakan tanaman disebabkan oleh kegiatan makan dengan menghisap cairan pelepah daun. Hama ini sulit diatasi dengan satu cara pemberantasan. Hal ini disebabkan karena wereng batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan cepat dan segera dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Untuk mengatasi dengan aman, dilakukan pengendalian secara terpadu sehingga memberi peranan penting pada musuh alami sebagai komponen yang tidak dapat ditinggalkan
(Baehaki, 1989 dan Westen, 1990 dalam Marheni, 2004). Kemampuan musuh-musuh alami sebenarnya mampu mengendalikan lebih dari 99% serangga agar tetap berada pada jumlah yang tidak merugikan, sehingga Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara sengaja mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami sebagai pengendali ledakan populasi serangga (Marwoto, et al., 1991). Tabel 2 menyajikan kemampuan musuh alami dalam mengendalikan serangga hama tanaman padi.Hasil penelitian Marheni (2004), dalam beberapa pengamatan di lapangan, wereng batang coklat mempunyai banyak musuh alami di alam, mencapai 19-22 familia predator dan 8-10 familia parasitoid. Predator-predator ini cocok terhadap serangga hama tanaman padi, bergerak aktif untuk menggigit dan mengunyah mangsanya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan beberapa jenis predator pemangsa wereng batang coklat dapat menekan populasi wereng batang coklat dan intensitas serangan terhadap tanaman padi. Kemampuan memangsa berfluktuasi, antara lain dipengaruhi oleh kepadatan mangsanya, semakin bertambah banyak populasi mangsa maka pemangsaan bertambah banyak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beraneka ragam jenis serangga yang hadir di ekosistem sawah mempunyai perannya masing-masing, ada yang berperan sebagai hama, serta ada yang berperan sebagai predator atau parasitoid yang menyerang hama. Pengendalian hama secara hayati dengan memanfaatkan musuh-musuh alami hama (predator dan parasitoid) berpotensi untuk bisa menggantikan metode pengendalian hama yang selama ini banyak bergantung pada aplikasi pestisida yang banyak berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Melihat bahwa serangga musuh alami berperan dalam pengendalian hama, yaitu sebagai predator ataupun parasitoid, maka tindakan pengelolaan untuk pelestarian atau konservasi predator dan parasitoid menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Teknik Pengendalian Serangga Hama dengan Musuh Alami Teknik pengendalian serangga hama dengan memanfaatkan musuh alami dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: (1) introduksi atau menghadirkan musuh alami, (2) augmentasi atau meningkatkan populasi musuh alami, misalnya dengan mengembangbiakkan musuh alami menggunakan pakan alami, dan (3) konservasi musuh alami, yaitu tindakan yang melindungi dan memelihara populasi musuh alami yang sudah ada di lokasi (Johnson, 1987; Susilo, 2007) Dari ketiga teknik di atas, konservasi musuh alami yang sangat berkaitan erat dengan cara pengelolaan ekosistem pertanian. Apabila musuh alami mampu
berperan sebagai pemangsa secara optimal sejak awal, maka fluktuasi populasi hama dan musuh alami menjadi seimbang sehingga tidak akan terjadi ledakan hama. Konservasi musuh alami dapat dilakukan dengan memodifikasi faktor lingkungan yang bisa mengoptimalkan efektivitas kontrol dari musuh alami (O’Neil, et al. dalam Maredia, et al., 2003). Barbosa (1998) menambahkan bahwa konservasi musuh alami dapat dilakukan dengan teknik: (1) konservasi melalui aplikasi pestisida selektif, karena musuh alami lebih rentan terhadap pestsida sehingga aplikasi pestisida spektrum luas lebih berakibat negatif terhadap populasi musuh alami bila dibandingkan dengan hama, dan (2) konservasi melalui sistem pertanian, yaitu dengan membuat atau
meningkatkan peran lingkungan untuk meningkatkan jumlah musuh alami. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah lingkungan pertanaman dari monokultur menjadi polikultur, atau dengan mengubah praktek budidaya. Dalam mengubah praktek budidaya perlu mengecek apakah praktek budidaya yang diterapkan sekarang menguntungkan bagi musuh alami, dan apakah pengubahan praktek budidaya tersebut juga menguntungkan dari segi hasil akhir atau panen. Oleh karena itu, harus diperhatikan sifat spesifik tanaman, hama dan musuh alaminya, serta komunitas pertanian lokal di mana pendekatan ini akan digunakan.
E. Kesimpulan
Uraian di atas telah memberikan gambaran bahwa berbagai jenis serangga hama yang menyerang tanaman padi dari mulai benih sampai siap panen mempunyai musuh alami di alam. Pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan serangga hama dapat menjadi alternatif pengendalian hama yang lebih ramah dan aman bagi lingkungan. Oleh karena itu, tindakan konservasi musuh alami menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Konservasi musuh alami dapat dilakukan dengan menyediakan tanaman alternatif sebagai habitat musuh alami maupun sebagai inang alternatif bagi serangga hama. Banyak jenis gulma yang dapat berperan dalam fungsi konservasi musuh alami. Dalam aplikasinya di lapangan, tentunya memerlukan pengelolaan dan penelitian lebih lanjut untuk setiap jenis gulma tertentu, terutama untuk menghindari dampak negatif dari kompetisinya dengan tanaman padi sebagai tanaman yang dibudidayakan.
POLUSI UDARA DIKOTA-KOTA BESAR DUNIA
20 Jun, 2012
YUSNIWARTI YUSAD
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Banyak kota–kota didunia dilanda oleh permasalahan lingkungan,paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara.terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.Informasi yang ada menunjukkan bahwa pedoman kualitas udara dari WHO secara teratur telah disebar diberbagai kota, bahkan di beberapa tempat tersebar luas. Angka yang didapat dari kota-kota yang sedang berkembang dan umumnya banyak diantara mereka tidak ada ukuran pengontrol polusi, kemungkinan akan terjadi pencemaran bagi buruh,dan kualitas hidup sebagian besar penduduk kota akan semakin memburuk. Walaupun beberapa kemajuan talah dicapai dalam pengendalian polusi udara dinegara-negara Industri lebih dari dua dekade terakhir ini, Kualitas udara terutama sekali dikota-kota besar negara sedang berkembang lebih buruk. Sejak tahun 1974, World Health Organization (=WHO)telah bekerja sama dengan Global Environment Monitoring System (=GEMS) bagian udara yang mengoperasikan jaringan pengontrol udara diperkotaan. GEMS menjalankan jaringannya keseluruh dunia untuk mengontrol kualitas udara dan air, dibantu oleh WHO dan United Nation Environment Programme (=UNEP). Baru-baru ini komisi kesehatan dan lingkungan WHO yang telah merampungkan tugasnya,
mengidentifikasi polusi udara diperkotaan sebagai masalah pokok kesehatan lingkungan yang patut mendapatkan prioritas utama untuk diatasi. Pusat koordinasi untuk GEMS didirikan dibawah UNEP pada tahun 1975. Berdasarkan data – data dari GEMS bagian udara dan informasi tambahan,WHO dan UNEP menerbitkan dua cara penilaian kualitas udara perkotaan diseluruh dunia tahun 1980 yaitu : Polusi Udara Perkotaan tahun 1973-1980 pada 1984 dan penilaian kualitas udara tahun 1989. Artikel ini berisikan kutipan – kutipan terbaru dari laporan – laporan GEMS udara ; poluisi udara dikota-kota metropolitan didunia yang diterbitkan atas nama WHO dan UNEP oleh penerbit Blackwell tahun 1992. Studi Tentang Kualitas Udara Untuk menilai problem polusi udara perkotaan dikota-kota metropolitan dunia,WHO dan UNEP bekerjasama dengan GEMS-Air,memprakarsai sebuah studi rinci tentang kualitas udara 20 dikota – kota besar dunia. Guna mencapai tujuan studi tersebut, kota-kota besar didefenisikan sebagai kelompok kota dengan jumlah penduduk saat ini atau proyeksi sampai tahun 2000, sebanyak ± 10 juta orang. Walaupun ada 20 kota-kota besar memenuhi persyaratan tersebut, karena kekurangan sumber–sumber data dan waktu yang dibutuhkan, maka hanya 20 kota yang diteliti, Dakka, Lagos, Teheran dan Osaka tidak termasuk, karena kondisinya sama dengan Tokyo. Kelompok kota-kota yang terpilih itu adalah : 3 kota di Amerika Utara, 3 kota di Amerika Selatan, sebuah kota di Afrika, 11 kota di Asia dan 2 kota di Eropa. Kota-kota tersebut adalah : Buenos Aires di Argentina, Sao Paulo Raya, dan Rio de janero di Brazilia, Meksiko di Meksiko ; Beijing dan Sanghai di Cina, Kairo de Raya di Mesir, Kalkuta, New Delhi dan Bombay Raya di India, Karaci di Pakistan, Jakarta di Indonesia, Tokyo di Jepang, Manila di Filipina, Bangkok di Thailand, Seoul di Korea, Moskow di Rusia, London di Britania Raya, Los Angeles dan New York di Amerika Serikat. Alasan utama dalam memilih kota-kota besar ini adalah, karena kota-kota ini:
1. Mempunyai masalah pencemaran paling serius2. Mempunyai wilayah daratan yang luas dengan jumlah penduduk yang besar, dimana jumlah
keseluruhan penduduk di 20 kota-kota3. Bakal banyak kota-kota lainnya yang sedang meningkat statusnya sebagai kota
metropolitan, point terakhir ini merupakan hal yang penting. Sebuah tinjauan masalah polusi udara dikota-kota besar dan kesukaran mengidentifikasi serta mencari pemecahan masalahnya merupakan peringatan bagi kota-kota yang sedang berkembang pesat lainnya. Juga dapat sebagai pedoman untuk mengatasi dan mencegah sebagian masalah tersebut. Untuk menghimpun data-data global polusi udara dikota-kota besar sangat sulit,karena
4. Informasi tentang zat-zat pencemaran dan kesehatan mereka sering tidak ada, tidak lengkap atau sudah usang.
5. Adanya perbedaan dalam metodologi dan laporan antar negara, dalam negara yang sama dan dikota-kota.
6. Kekurangan data yang dipakai, termasuk yang tidak mewakili persoalan dibandingkan,dan dicatat dimana yang perlu. Sungguhpun demikian, data-data dan analisa yang dipersiapkan merupakan gambaran yang luas dan keabsahan pertama dari keadaan polusi udara serta kecenderungannya dikota-kota besar.Pengertian tentang Polusi Udara Perkotaan Masalah pencemaran udara dikota-kota besar, sangat dipengaruhi danberbeda oleh berbagai faktor yaitu: tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca sertaSumber-sumber polusi udara Pertumbuhan polusi kota dan tingakat industrialisasi yang tak terhindar, akan mengarah kepada kebutuhan enegi yang lebi besar, pada umumnya akan
menghasilkan pembuabuangan limbah / zat pencemar lebih banyak.pembakaran bahan bakar posil untuk pemanasan rumahtangga untuk pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, dalam proses–proses industri dan pembuangan limbah padat dengan pembakaran merupakan sumber utama dari pembuangan limbah zat-zat pencemar didaerah perkotaan Zat-zat pencemar udara yang paling sering dijumpai dilingkungan perkotaan adalah: SO2, NO dan NO2, CO, O3, SPM(=Suspended Particulate Matter) dan Pb(=Lead). SO2 berperan dalam terjadinya hujan asam dan polusi partikel sulfat aerosol. NO2 berperan terhadap polusi partikel dan deposit asam dan prekusor ozon yang merupakan unsur pokok dari kabut fotokimia. Asap dan debu termasuk polusi partikel. Ozon, CO, SPM, dan Pb seluruhnya telah dibuktikan memberi pengaruh yang merugikan kesehatan manusia. Pembakaran bahan bakar fosil di sumber-sumber yang menetap, mengarah terbentuknya produksi SO2, NO dan NO2 serta Pb, sedangkan masing–masing berminyak solar jelas terbukti menghasilkan sejumlah partikel dan SO2 sebagai tambahan dari NO dan NO2. Ozon merupakan suatu fotokimia oksidan secara tidak langsung dihasilkan dari sumber-sumber pembakaran, dibentuk dibagian bawah atmosfir, dari NO dan komponen-komponen organik yang mudah menguap(=VOCs= Volatile Organic Compounds) atau Hidrokarbon–hidrokarbon reaktif dengan adanya sinar matahari. VOCs dihasilkan dari keaneka ragaman sumber-sumber buatan manusia termasuk lalu lintas jalan raya, produksi dan pemakaian zat-zat kimia organik seperti ;bahan-bahan pelarut, transport dan pemakaian crude oil, pemakaian dan distribusi gas alam, tempat pembuangan limbah dan pabrik-pabrik limbah cair. Walaupun penemuan-penemuan pembuangan limbah cair secara rinci tidak tersedia luas bagi kota-kota itu sendiri. Berdasarkan observasi nasional dan adanya peningkatan registrasi kendaraan bermotor akhir-akhir ini, dapat disimpulkan bahwa kendaran bermotor merupakan sumber utama dari zat-zat pencemar udara terutama CO, NO, dan NO2, SPM dimayoritas dikota-kota besar dinegara industri. Sebaiknya dikota-kota negara berkembang menunjukkan variasi sumber polusi udara yang lebih besar. Kontribusi relatif dari mobil dan sumber-sumber yang bergerak / menetap terhadap emisi – emisi polutan udara berbeda nyata diantara kota–kota,tergantung dari tingkat motorisasi, kepadatan,tipe industri yang ada. Kontribusi dari kendaraan bermotor lebih sedikit dikota-kota dengan tingkat motorisasi rendah seperti: di Afrika dan kota-kota terletak didaerah yang suhu dingin (tergantung pada bahan bakar batu bara atau biomosa untuk pemanas ruangan) Cina, Eropa Timur.
Dampak Polusi Udara Dampak memberikan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan manusia, bukan saja dengan terhisap langsung, tetapi juga dengan cara-cara pemaparan lainnya seperti: meminum air yang terkontaminasi dan melalui kulit. Umumnya sebagian besar zat-zat polutan udara ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan dan pembuluh darah. Meningginya angka kesakitan dan kematian dan adanya gangguan fungsi paru-paru dikaitkan dengan kenaikan konsentrasi zat SO2, SPM, NO2 dan O3 yang juga mempengaruhi sistem pernafasan. Pemaparan yang akut dapat menyebabkan radang paru sehingga respon paru kurang
permeabel, fungsi pau menjadi berkurang dan menghambat jalan udara. Ozon dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan dan penyebab sakit kepala. CO beraffianitas tinggi terhadap Hb sehingga mampu mengganti O2 dalam darah yang menuju ke sistem pembuluh darah dan jantung serta persarafan. Pb menghambat sistem pembentukan Hb dalam darah merah, sumsum tulang, merusak fungsi hati dan ginjal dan penyebab kerusakan syaraf.
Pemantau Kualitas UdaraPada tahun 1980, pemantau udara secara tradisioil didirikan di negara-negara berkembang, khususnya di Asia dan Amerika Selatan. Saat sekarang ini perhatian besar ditujukan terhadap pemantauan oksidan fotokimia, O3 dan VOCs. Walaupun alat ini tidak begitu banyak berkembang, hanya sedikit negara yang rutin memonitor O3 sebagai pedoman dari polusi fotokimia. Untuk zat polutan VOCs jarang digunakan karena sulitnya data tentang zat ini diperoleh.
Sebagai kunci dari prioritas pemantauan zat polutan adalah resikonya terhadap kesehatan manusia. Pusat monitor hanya memantau data-data tentang tingkat polusi udara di saat tertentu dan contoh tempat tertentu. Bahkan pada negara-negara maju dengan tingkat industri tinggi umumnya hanya terbatas pada pengamatan lokasi secara rutin. Pada tahun 1980,pemantau udara secara tradisionil didirikan negara-negara belum berkembang,khusus di Asia dan Amerika Selatan. Saat sekarang ini perhatian besar ditujukan terhadap pemantau oksidan fotokimia,O3 dan VOCs. Walaupun alat ini tidak begitu banyak berkembang,hanya sedikit negara yang rutin memonitor O3 sebagai pedoman dari polusi fotokimia. Untuk zat polutan VOCsjaramg digunakan karena sulitnya data tentang zat ini diperoleh. Sebagai kunci dari prioritas pemantauan zat polutan adalah resikonya terhadap kesehatan manusia. Pusat monitor hanya memantau data-data tentang tingkat polusi udara disaat tertentu dan contoh tempat tertentu. Bahkan pada negara-negara maju dengan tingkat industri tinggi umumnya hanya terbatas pada pengamatan lokasi secara rutin, karena besarnya biaya untuk mendirikannya. Menurt penilitian WHO dari 60 perusahaan-perusahan didunia,hanya 34 yang memiliki rencana pemantauan sedang yang 16 lagi tidak ada. Beberapa Kasus Yang Telah dimonitor 1. Beijing ; Dalam musim dingin yang berat,dimana sumber polusi udara berasal dari pemanasan rumah – rumah, dengan penduduknya yang sangat padat (27000/km2 ditahun 1990) sebagai bahan bakar utama adalah arang batubara yang mempunyai konsentrasi SO2,SPM dan CO yang tinggi. 2. Pemantauan kualitas udara di India yang dipantau oleh jaringan NEER (National Environmental Engineering Research Institute),sebagai parameteradalah ; SPM,SO2,NO2,HS, dan O3 yang berasal dari daerah – daerah industri.
3. Kairo ; Debu yang terkira banyaknya, dengan iklim gurun dan panas tinggi,curah hujan hanya 22mm rata-rata pertahunnya GMS memantau TSP(500-1100 ug/m3) dan SPM. Emisi berasal dari proses pembakaran,industri, pabrik semen dan lainnya. Emisi asap mobil diestimasi sampai 1200 ton/ tahun. Dijumpai lebih dari 450 pabrik industri metal, keramik, gelas,testil dan plastik. 4. Los Angeles ; lalu lintas dan kabut asap dengan estimasi penduduk tahun 2000 sebesar 10,91 juta, mempunyai iklim mediteranian dikelilingi oleh pegunungan. Hanya sedikit industri berat yang dijumpai, sebab baja dan pabrik pembuatan mobil terdapat didaerah – daerah. Mobil dan kendaraan bermotor merupakan sumber berpolusi utama ; asap, O3 yang dibentuk oleh fotokimia dari kendaraan bermotor,NO&NO2 serta VOCs 5. Mexiko City ; letak topografi yang salah dengan populasi 19,37 juta ditahun 1990 dan ketinggian dari permukaan tanah 2240 meter, dikelilingi 0leh pegunungan dengan tinggi 5000 meter dan mempunyai > 30.000 industri dengan berbagai ukuran dan tipe. 4000 dipakai pembakaran atau proses transformasi yang mengelaurkan emisi ke udara
KESIMPULAN
Banyak kota-kota besar didunia kualitas udaranya memburuk karena
tercemar oleh; zat-zat pencemar yang sumbernya berasal dari pabrik-pabrik industri,
dan kendaraan bermotor, proses pembakaran,pembuangan limbah padat.zat-zat
pencemar yang paling sering dijumpai adalah: So2, NO dan NO2, Pb, SPM, O3 dan
CO untuk memonitor zat-zat polutan ini, WHO (tahun 1974) telah bekerjasama
dengan global Environment monitoring System (=GEMS) bagian udara. Faktor-faktor
yang mempengaruhi distribusi dan transport zat polutan ini adalah: letak topografi
daerah, intensitas dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. Dampak yang paling
utama adalah terhadap kesehatan manusia terutama pada sistem pernapasan,
pembuluh darah, persarafan, hati dan ginjal.
top related