asean economic community (aec) east java indonesia

Post on 20-Jul-2015

112 Views

Category:

Economy & Finance

2 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

ASEAN Economic Community(AEC) 2015: prospects and challenges

Dias Satria

Flow of trade pattern: ASEAN case

Multilateral Trading System

Free Trade Area

ASEAN Economic

Community

Multilateral trading system

Trade wars to GATT to World Trade Organization

Freezing in multilateral trading system (Problems in Dispute and settlements and Negotiations)

Fair trade? Poverty reduction? SME’s?

China and Rest of the world: Case I

Developed countries VS developing countries: Case II

Free Trade Area to AEC

Trade diversion VS Trade Expansion

Examples:

NAFTA

EFTA

AFTA

Introduction

What is AEC?

The AEC is the realisation of the region’s end goal of economicintegration.

It envisions ASEAN as a single market and production base, a highlycompetitive region, with equitable economic development, and fullyintegrated into the global economy.

Alasan integrasi ekonomi ASEANAEC 2015

Kekuatan ekonomi ASEAN 90sFlying geese economy

High tech > Mid > Low

Alasan integrasi ekonomi [1]

Menyatukan kekuatan ekonomi regional menghadapipersaingan di pasar global, menghadapi kekuatan AS,

China, India dan Eropa.

Alasan terbentuknya AEC?

Facilitate the movement of goods, services, investments, capital, and skills.

Increase trade (goods and services) and investment among member states.

Promote and expand regional production sharing and network.

Promote higher level of transparency and predictability.

Indonesia dan negara ASEAN lainnyaGlobal Competitiveness Index

2012 2013 2014

Indonesia 50 38 34

Malaysia 25 24 20

Thailand 38 37 31

Singapore 2 2 2

The most problematic factors for doing business

Corruption

Access to financing

Inflation

Inefficient government bureaucracy

Inadequate supply of infrastructure

Policy instability

Foreign currency regulation

Poor work ethic

Tax rates

Government instability

Restrictive labor regulations

Crime and theft

Inadequate educated workforce

Tax regulations

Poor public health

Insufficient capacity to innovate

Prospects and challenges: Indonesia

High economic growth Populations 248 Million

GDP 870.3 Billions (US$)

High amount of labor force

Good governance

Infrastructure

UMKM dan AEC 2015

Mayoritas bisnis di ASEAN adalah UMKM.

UMKM memiliki potensi dalam menyerap tenaga kerja lebihbanyak dibandingkan perusahaan besar.

Pengembangan UMKM erat kaitannya terhadap pengembanganekonomi lokal (multiplier effect).

Masalah klasik UMKM

1. One man show

2. Manajemen yang sederhana (bahan baku yang terbatas, proses produksiyang sederhana dan hasil produk yang bervariasi).

3. Pola permintaan konsumen yang monoton.

4. Penggunaan alat produksi yang sederhana.

Masalah UMKM

1. BATUK (Barangnya tunggal dan ketinggalan jaman)

2. MUNTAH (Menjualnya mentah)

3. KURAP (Kurang pengalaman)

4. KUDIS (Kurang disiplin)

5. KUTIL (Kurang terampil)

6. MENCRET (Menjual ceroboh dan teledor)

7. TULI (Satu pembeli)

8. CAMPAK (Campuran antara usaha dan keluarga)

9. KANKER (Kantong kering). (JB Susanto SB)

UMKM Naik kelas

1. Melek hukum dan legalitas

2. Melek akuntansi

3. Melek pajak

4. Naik kelas dengan Sumber Daya Manusia (SDM)

5. Melek pemasaran

Kontribusi UMKM dalam Perekonomian Nasional Tahun 2011

99%91%

35%

1%

0%

4%

10%

3%

0%3%

13%

11%

0% 3%

42%

84%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Establishment Employment Value Added Export

Micro Small Medium Large

Kontribusi UMKM dan Perusahan Besar dalam Ekspor

88%

77%

91%

72%

67%65%

83%

12%

23%

9%

28%

33%35%

17%

Late 1990s Late 2000s Indonesia Malaysia Philippines Thailand Vietnam

UMKM Perusahaan Besar

Perbandingan Kapabilitas Teknologi Negara-Negara ASEAN dan ASIA

Tuna Jawa Timur

https://www.youtube.com/watch?v=cFRThPdJksc

Implikasi kebijakan (1)

Dalam upaya peningkatan daya saing ekonomi Jawa Timur, peran pimpinan daerah menjadi sangat signifikan dalam membuat sebuah framework kebijakan dengan visi yang jelas. Dalam hal ini pimpinan daerah harus memiliki visi yang jauh kedepan bagaimana perekonomian ini direncanakan dan dibangun.

Framework kebijakan perlu diarahkan untuk menciptakan sebuah iklim bisnis yang kondusif. Dalam konteks ini, fokus framework kebijakan adalah “Getting the basics right” dengan memperhatikan beberapa aspek, antara lain: penguatan struktur fiskal yang sehat, pengembangan pasar tenaga kerja, keterbukaan terhadap investasi, dan perdagangan internasional, serta kebijakan bisnis yang sederhana dan transparan.

Implikasi kebijakan (2)

Pemerintah perlu terus memperbaiki infrastruktur dasar (hard connectivity) yang penting dalam mendukung efisiensi, dan aktivitas ekonomi.

Pemerintah perlu memikirkan tentang soft connectivity terkait dengan social capital. Penguatan modal sosial yang diinvestasikan dalam bentuk kesehatan, dan pendidikan menjadi salah satu kunci suksesnya pembangunan ekonomi karena menitikberatkan pada peran manusia sebagai sebuah entitas yang sentral dalam pembangunan.

Implikasi kebijakan (3)

Pembangunan ekonomi sebaiknya berfokus pada kebijakan yang mementingkan daya saing lokal khususnya UMKM, dan efeknya terhadap penyerapan tenaga kerja.

Mendorong pengembangan cluster UMKM yang berdaya saing yang dilengkapi dengansupport sistem keuangan (i.e. koperasi), kelompok usaha, transfer of knowledge and technology, pemasaran, infrastruktur dan capacity building.

Mendorong kesadaran masyarakat atas pentingnya mencintai produk lokal yang berkualitas.

Secara umum arah kebijakan penguatan UMKM di Jawa Timur harus diperkuat dengan mengintegrasikan aktivitas ekonomi UMKM ke dalam rantai nilai global (global value chain) serta jaringan produksi internasional. Dengan mengintegrasikan aktivitas UMKM dengan perusahaan-perusahaan multinasional akan berpotensi meningkatkan akselerasi upgrading UMKM dalam konteks peningkatan produktivitas, penggunaan teknologi serta mendorong kemampuan wirausaha (managerial knowhow).

Terima kasih

www.diassatria.com @diaszsatria dias.satria@gmail.com

top related