asp bab 6.doc
Post on 24-Dec-2015
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1.PROSES AUDIT BELANJA & BEBAN OPERASI
Proses audit internal secara umum terdiri atas empat tahapan yaitu:
1) Perencanaan audit internal
2) Persiapan audit internal
3) Pelaksanaan:
a. Pertemuan pembukaan
b. Pengumpulan bukti yang objektif berdasarkan pemeriksaan dokumen dan pengamatan
langsung
c. Pembuatan laporan audit internal
d. Pertemuan penutup
1] Perencanaan audit internal
Setelah dibuat jadual pelaksanaan dan ditunjuk personel yang akan melaksanakan audit, maka
Manajer Mutu (MM) memberikan pengarahan tentang audit yang akan dilaksanakan, yaitu harus:
a) Menetapkan ruang lingkup yang diaudit:
- elemen dari system manajemen mutu yang akan diaudit, misalnya organisasi, metode
pengujian, dan lain-lain
- bagian mana yang diaudit dalam laboratorium dan tentukan auditinya, misalnya manajer teknis,
penyelia, dll.
- dokumen apa yang akan digunakan sebagai acuan: misalnya panduan mutu, instruksi kerja,
pedoman form, dll.
b) Menetapkan tanggal, waktu dan lamanya audit
- dicari waktu yang dapat disepakati kedua belah pihak : auditor dan auditi
c)Menyiapkan dokumen kerja terkait audit internal
- dokumen system manajemen mutu yang paling mutakhir
- tahapan audit internal
- jadual audit internal
- daftar hadir rapat pembukaan dan penutupan
- lembar temuan ketidaksesuaian
- laporan ringkas audit internal
- verifikasi tindakan perbaikan audit internal
-memo penugasan tim audit internal
- program audit internal tahunan
- daftar periksa (cek list)
d) Memastikan pemahaman yang benar kepada tim auditor
MM menjelaskan kepada auditor tentang :
-tujuan,
- ruang lingkup,
- pelaksanaan audit internal,
- tata laksana pelaporan
- penanggung-jawab untuk mengkonfirmasikan pelaksanaan audit internal kepada
auditi.
- penanggung-jawab untuk memutuskan tindakan perbaikan yang diperlukan
(baca: buku panduan mutu)
2] Persiapan audit internal
a) Menghubungi auditi: mengkonfirmasi tentang ruang lingkup dan tanggal audit
b) Mempelajari dokumen terkait (panduan mutu, prosedur, instruksi kerja, pedoman form dan
dokumen lainnya)
c) Persiapan daftar periksa (Cek list) audit internal: diperlukan untuk membantu mengidentifikasi
aspek penting dimana auditor akan melaksanakan audit. Daftar periksa disipakan sebelum
pelaksanaan audit.
d) Persiapan perencanaan audit: bagaimanan audit akan dilaksanakan, apa saja yang akan
diperiksa, teknik yang digunakan dll.
e) Menghubungi kembali auditi: memastikan jadual tidak berubah.
3] Pelaksanaan audit internal
Tahapan pelaksanaan audit meliputi:
a) Pertemuan pembukaan
b) Pemeriksaan dokumentasi system manajemen mutu dan penerapannya
c) Pertemuan tim auditor
d) Pertemuan penutup
Dalam melaksanakan audit, auditor harus selalu:
- melaksanakan audit sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan audit yang telah ditetapkan
- Mengumpulkan dan merekam informasi yang dibutuhkan sebagai bukti untuk mendukung
pengamatannya.
- Objektif, jujur, dan tidak memihak dalam pengumpulan bukti.
- Mengidentifikasi dan mengevaluasi bukti yang objektif untuk menetapkan adanya
ketidaksesuaian dalam penerapan system manajemen mutu atau prosedur pelaksanaan.
Untuk melaksanakan semua pekerjaan dalam waktu yang tersedia, auditor harus mengumpulkan
informasi secara: efisien, efektif, objektif, dan teliti.
2.MENGKAJI TUJUAN AUDIT SIKLUS BELANJA & BEBAN OPERASI
Dokumen dan Catatan Umum
Sejumlah dokumen dan catatan yang digunakan perusahaan besar dalam pemrosesan transaksi
penjualan kredit seringkali mencakup hal-hal berikut ini :
--Pesanan pelanggan
-Pesanan penjualan
-Dokumen pengiriman
-Faktur penjualan
-Daftar harga yang diotorisasi
-File transaksi penjualan
-Jurnal penjualan
-File induk pelanggan
-File induk piutang usaha
-Laporan bulanan pelanggan
Fungsi-fungsi
Pemrosesan transaksi pendapatan mencakup fungsi-fungsi pendapatan berikut :
a.Memprakarsai penjualan. Permintaan oleh sebuah perusahan untuk melakukan transaksi
penjualan dengan perusahaan lain , meliputi :
- Penerimaan pesanan pelanggan
- Persetujuan kredit
b.Pengiriman barang dan jasa. Pengiriman fisik atau penyerahan barang dan jasa, meliputi :
- Pemenuhan pesanan penjualan
- Pengiriman pesanan penjualan
c.Pencatatan penjualan. Pengakuan formal atas pendapatan oleh perusahaan, meliputi :
- Penagihan pelanggan
- Pencatatan penjualan
Sistem Ilustratif untuk Pemrosesan Penjualan Kredit
Setiap salinan dokumen tidak boleh didokumentasikan dalam bagan arus, sebagaimana auditor
hanya memerlukan pemahaman yang cukup atas rencana audit. Bagan arus tersebut juga
mengikuti jejak transaksi sejak dimulainya transaksi itu sampai pencatatannya ke dalam buku
besar, yang mendukung laporan keuangan. Auditor juga harus mendokumentasikan aktivitas atau
prosedur pengendalian yang penting, yang mungkin telah diselesaikan melalui ikhtisar tertulis
singkat yang mirip dengan salah satu yang diikuti.
Memahami dan Menilai Risiko Pengendalian
Auditor harus memperoleh pemahaman atas siklus penjualan yang mencukupi untuk
merencanakan audit. Yaitu auditor perlu mempunyai pemahaman yang cukup untuk dapat :
-Mengidentifikasi jenis salah saji yang potensial
-Mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material
-Merancang pengujian substantif
Jika auditor berencana untuk menilai risiko pengendalian yang rendah atas sebuah asersi, maka
sangat penting bagi nya untuk memperoleh pemahaman mengenai prosedur pengendalian untuk
asersi tersebut. Hal yang biasa dilakukan auditor jika menilai risiko pengendalian pada tingkat
rendah untuk asersi siklus pendapatan :
-Menguji keefektifan pengendalian umum
-Menggunakan teknik audit berbantuan komputer(CAATs) untuk mengevaluasi keefektivan
pengendalian yang diprogram
-Menguji keefektivan prosedur tindak lanjut atas pengecualian yang ditunjukkan oleh
pengendalian terprogram
AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PENERIMAAN KAS
Dokumen dan Catatan Umum
--Bukti penerimaan uang
-Pradaftar
-Lembar penghitungan kas
-Ikhtisar kas harian
-Slip deposi yang disahkan
-File transaksi penerimaan kas
-Jumlah penerimaan kas
Fungsi-fungsi
-Menerima penerimaan kas, yaitu melalui :
a.Penerimaan melalui kasir/Over the Counter Receipts
b.Penerimaan melalui pos/Mail Receipts
-Menyetorkan kas ke bank
-Mencatat penerimaan kas
Sistem Ilustratif untuk Pemrosesan Penerimaan Kas
Sebagaimana telah dicatat sebelumnya ketika membahas sistem penjualan kredit, terdapat juga
beberapa sistem pemrosesan penerimaan kas.
Memahami dan Menilai Risiko Pengendalian
Banyak prosedur pengendalian yang terlibat dalam pemrosesan penerimaan kas merupakan
pengendalian manual, bukan prosedur pengendalian yang terprogram. Auditor biasanya akan
menggunakan kombinasi dari pengajuan pertanyaan, observasi, dan inspeksi dokumen untuk
mengumpulkan bukti bahwa prosedur pengendalian manual merupakan fungsi yang paling
efektif.
AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PENYESUAIAN PENJUALAN
Transaksi penyesuaian penjualan meliputi :
-Pemberian potongan tunai
-Pemberian retur penjualan dan pengurangan harga
-Penentuan piutang tak tertagih
Aktivitas pengendalian bermanfaat dalam mengurangi risiko penyelewengan semacam itu yang
berfokus pada penetapan validitas, atau eksistensi atau kejadian, transaksi dan mencakup hal-hal
berikut ini :
a.Otorisasi yang tepat atas seluruh transaksi penyesuaian penjualan.
b.Perhitungan independen atas barang-barang yang diretur
c.Penggunaan dokumen dan catatan yang tepat
d.Pemisahan tugas untuk mengotorisasi transaksi penyesuaian penjualan dan penanganan serta
pencatatan penerimaan kas.
Apabila terdapat potensi salah saji yang material dari transaksi penyesuaian penjualan, maka
auditor harus memperoleh pemahaman atas seluruh aspek yang relevan dari komponen struktur
pengendalian internal dan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji
semacam itu.
3.MATERIALITAS dan RISIKO AUDIT
PENGERTIAN MATERIALITAS
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh
terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena
adanya penghilangan atau salah saji itu.
Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan atas
semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, auditor harus menggunakan konsep
materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi
dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya
salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Materialitas dibagi menjadi 2 golongan :
1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi
bukti audit dalam melaksanakan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu
membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah
dalam laporan keuangan yang di pandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan
audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,
sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan
tersebut sesuai prinsip akutansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat
terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akutansi berterima umum di
Indonesia, penyimpangan dari fakta, atau penghilangn informasi yang diperlukan.
Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu
tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, satiap
laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-
rugi, materialitas dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba
bersih sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat di
dasarkan pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.
2. Materialitas pada tingkat saldo akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada
tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukan dengan istilah saldo akun material.
Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep
materialitas berkaita dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan.
Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan
keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna
mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual, namun jika
digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap
laporan keuangan secara keseluruhan.
Hubungan antara Materialitas dengan Bukti Audit
Materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi
hubungan antara materalitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo
akun material harus tetap diperhatikan, karena semakin rendah tingkat materialitas,
semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.
PENGERTIAN RISIKO AUDIT
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yangmengandung salah saji
material.
Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah resiko audit yang auditor
bersedia untuk menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99%, risiko audit yang auditor
bersedia untuk menanggungnya adalah 1%, sedangkan jika 95% kepastian dipandang
mencukupi, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya adalah 5%. Dalam audit
atas laporan keuangan perusahaan yang go publik, auditor biasanya menetapkan risiko audit pada
tingkat yang rendah, mengingat banyaknya pemakai laporan audit, dibandingkan dengan
pemakai laporan audit perusahaan perorangan. Begitu juga jika auditor menghadapi perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya
adalah rendah.
Risiko audit digolongkan menjadi 2 :
1. Risiko audit keseluruhan
Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko
audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat
ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji
material
2. Risiko audit individual
Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko
audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko
audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali
sangat penting karena besar saldonya atau frekuensi transaksi perubahan.
Terdapat 3 unsur risiko audit:
1. Risiko Bawaan, adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
pengendalian intern yang terkait.
2. Risiko Pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang
tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
3. Risiko Deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.
Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit dan risiko audit sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari 3 cara berikut: (a) menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahakan
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, (b) menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan,
sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan, dan (c) menambah sedikit jumlah bukti
audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama.
4.JENIS KOREKSI ATAS PEMBUKUAN BELANJA & BEBAN OPERASI
1. Kesalahan pembukuan/penyajian saldo awal tahun anggaran/sisa perhitungan anggaran
tahun lalu.
2. Kesalahan pembukuan/ penyajian pendapatan daerah
3. Kesalahan pembukuan/penyajian saldo akhir tahun anggaran/sisa perhitungan anggaran
tahun anggaran perhitungan.
4. Kesalahan penyajian dalam daftar lampiran perhitungan anggaran Tahun Anggaran
Perhitungan
5. Kesalahan yang wajib dikoreksi oleh auditor, yang terdiri atas:
a.Kesalahan pembukuan
b.Kesalahan pembebanan
c.Kesalahan penjumlahan dan pengurangan angka
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENYUSUN KOREKSI
PEMBUKUAN PENDAPATAN
1. Bahwa system pembukuan keuangan daerah sebagai mana diatur dalam Kepmendagri No
29 Tahun 2003 (yang belum mengikuti perubahan sesuai dengan Permendagri No 13
Tahun 2006) adalah pembukuan yang menggunakan system pencatatan tunggal
2. Perbedaan antara perkiraan dengan penerimaan yang sebenarnya, serta perbedaan antara
perkiraan dengan pengeluaran yang sebenarnya, dengan menyebutkan selisih kurang atau
lebih.
5.PROGRAM PEMERIKSAAN BELANJA DAN BEBAN OPERASI
Pada umumnya audit terhadap belanja daerah terdiri atas audit terhadap belanja aparat dan
belanja pelayanan publik. Belanja aparat dan belanja pelayanan publik terdiri atas belanja
administrasi umum. Belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal / pembangunan
1. SIFAT SIKLUS BELANJA DAERAH
Siklus belanja daerah mencakup berbagai proses dan keputusan untuk memperoleh barang dan
jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah, termasuk dinas dan instansi
pemerintah daerah.siklus ini dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari berbagai
dinas/setingkat dinas melalui pengajuan daftar isian anggaran dari masing – masing dinas.
Transaksi belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah bisa dilakukan secara tunai maupun
kredit (menimbulkan uang), baik untuk belanja aparat maupun belanja pelayanan publik. Audit
siklus belanja ini berkaitan dengan belanja pegawai; belanja operasional seperti pengadaan
barang inventaris kantor dan ATK; belanja pemeliharaan dan lain-lain. Dua kelompok transaksi
utama dalam siklus ini adalah transaksi pembelian dan pengeluaran kas.
Kedua kelompok ini mempengaruhi rekening-rekening sebagai berikut :
1) Kas
2) Persediaan barang habis pakai
3) Aktiva tetap
4) Aktiva lain-lain
5) Utang
2. MATERIALITAS
Transaksi-transaksi dalam siklus belanja daerah ini sangat berpengaruh terhadap laporan
keuangan pemerintah daerah. Kesalahan dalam membedakan antara pengeluaran / belanja untuk
belanja aparat dengan pengeluaran/belanja untuk pelayanan publik akan menyebabkan laporan
keuangan yang salah saji.
Berbagai pos rekening seperti belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan,
serta belanja modal/pembangunan dapat bersifat material secara individual. Dengan demikian,
auditor berusaha untuk mencapai tingkat resiko yang lebih rendah dengan memastikan bahwa
transaksi dalam pos belanja daerah bukan merupakan sumber salah saji material dalam laporan
keuangan.
3. RESIKO BAWAAN
Resiko bawaan pada pos belanja daerah pada banyak entitas adalah tinggi. Ada berbagai faktor
yang menyebabkan tingginya resiko bawaan siklus belanja, yaitu :
1) Volume transaksi yang selalu tinggi
2) Kemungkinan adanya pembelanjaan dan pengeluaran tanpa rotasi
3) Pembelian aktifa yang tidak perlu
MAKALAH AUDIT SEKTOR PUBLIK
Oleh:
KELOMPOK 6
AISDIWAN SYAHPUTRA 1102113338
FARIS TUA SIAHAAN 1202112889
MARINA FERNANDA SITORUS 1202112643
POPY MISRIANTI 1202154337
RO IMANNUEL 1202112885
WILLY AL FAJR 1202120408
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014
top related