bab 7 - uksw...bab 7 subjek penelitian dalam kegiatan penelitian, penentuan subjek penelitian...
Post on 28-Mar-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
71
Bab 7
SUBJEK PENELITIAN
Dalam kegiatan penelitian, penentuan subjek penelitian
merupakan bagian yang penting terkait dengan pencapaian tujuan
dan kualitas isi penelitian. Hal ini disebabkan subjek penelitian
sebagai sumber utama data penelitian, yaitu pihak yang memiliki
data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Jika data yang
dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti tidak menggambarkan
kondisi subjek, maka isi penelitian tersebut tidak memiliki validitas
yang tinggi atau kualitas penelitian tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam penelitian sosial, termasuk penelitian di bidang
pendidikan, subjek penelitian yang sering kali digunakan adalah
siswa atau guru. Sedangkan dalam penelitian-penelitian psikologi
yang bersifat eksperimental sering kali digunakan pula hewan
sebagai subjek, disamping manusia. Dalam proses pelaksanaan
penelitian eksperimen, subjek penelitian dapat diteliti apa adanya
tanpa ada ‘manipulasi’ kondisinya, tetapi terdapat pula penelitian
eksperimen yang harus melakukan ‘manipulasi’ kondisi subjeknya
terlebih dahulu.
A. Populasi Penelitian
Perlu dipahami bahwa kesimpulan hasil penelitian pada
dasarnya menggambarkan keberadaan subjek penelitian. Subjek
72
penelitian dapat sangat luas, tetapi dapat pula terbatas. Kumpulan
individu (subjek) yang relatif banyak jumlahnya tersebut
merupakan populasi. Populasi menggambarkan keseluruhan
individu, sesuai dengan ruang lingkup (batasan) peneliti. Masing-
masing individu dalam suatu populasi tersebut memiliki jumlah
variabel yang sangat banyak, dan masing-masing variabel
kondisinya juga yang sangat beragam. Jika setiap subjek penelitian
memiliki kondisi sama, maka peneliti tidak perlu melakukan studi
populasi, tetapi hanya melakukan studi padab satu individu saja
sudah cukup.
Peneliti seringkali merasa kebingungan dalam menggunakan
istilah subjek penelitian atau populasi, yang pada umumnya ditulis
dalam bab III. Subjek penelitian merupakan individu- individu yang
dipilih oleh peneliti sebagai sumber data. Jika suatu penelitian
menggunakan banyak subjek penelitian, maka kumpulan-kumpulan
dari banyak subjek tersebut sebagai populasi. Penggunaan istilah
subjek penelitian dianggap tepat digunakan jika jenis penelitian
tersebut memang tidak terkait dengan suatu populasi. Misalnya,
pada penelitian Studi Kasus, penelitian tindakan maupun
eksperimen; beberapa jenis tersebut menggunakan subjek yang
bercirikan khusus saja, maka tepat jika menggunakan istilah subjek
penelitian saja.
Sedangkan pada penelitian yang menggunakan teknik
pengambilan sampel yang terkait dengan ciri-ciri umum dari semua
subjek - agar pengambilan tersebut bersifat representatif - maka
dalam penelitian tersebut lebih tepat menggunakan istilah
populasi; dan istilah sampel untuk menggambarkan subjek-subjek
yang dipilih dari suatu populasi. Oleh karena itu, dalam bab III
laporan penelitian pada penelitian inferensial lebih tepat
73
menggunakan istilah Populasi dan Sampel dari pada istilah subjek
penelitian.
Populasi merupakan kumpulan atau kelompok banyak subjek
– minimal 30 orang - yang hasilnya dapat digeneralisasi. Setiap
peneliti perlu menentukan populasi penelitiannya secara jelas
sehingga melalui identifikasi ciri-ciri atau karakteristik tersebut,
peneliti dapat membedakan dari populasi atau kelompok subjek
yang lain. Pada umumnya, ciri atau karakteristik subjek penelitian
tersebut disusun secara emplisit di dalam judul penelitian. Ciri-ciri
tersebut dianggap penting karena digunakan sebagai landasan
untuk pengambilan subjek.
Dalam penelitian survai, peneliti harus memiliki batasan
populasi dan cara penentuan sampel (sampling) yang jelas. Hal ini
disebabkan tujuan penelitian survai adalah untuk memperoleh
deskripsi objektif mengenai keadaan populasi. Dengan demikian,
batasan dan karakteristik populasi harus jelas dan tegas sehingga
kesimpulan penelitian jelas pula target generalisasinya. Menurut
Azwar (1999), begitu pentingnya pembatasan karakteristik populasi
ini sehinggga pemilihan sampel dan pengambilan data belum dapat
dilakukan sebelum batasan populasi tersebut ditegakkan dengan
benar.
Misal penelitian yang berjudul “Pengaruh Konsep Diri
terhadap Kemandirian Belajar Mahasiswa Progdi BK FKIP UKSW”,
maka poulasinya adalah mahasiswa dari program studi BK FKIP
UKSW; bukan keseluruhan mahasiswa FKIP, atau bukan
keseluruhan mahasiswa di UKSW. Jika pengambilan subjek
penelitian (keseluruhan mahasiswa Progdi BK FKIP UKSW) juga
masih dianggap terlalu banyak, maka peneliti dapat mengambil
sampel secara acak yang mewakili ciri-ciri dari populasi. Dengan
74
adanya keterbatasan kondisi finansial, waktu, pikiran dan
tenaganya, maka peneliti perlu membatasi ruang lingkup
penelitiannya agar sesuai dengan jangkauan sumberdaya
(kemampuan) peneliti. Mengenai pengambilan sampel, akan
dijelaskan pada bagian berikut.
Pada jenis penelitian tindakan maupun eksperimen, peneliti
selalu membatasi ruang lingkup subjek penelitian. Biasanya dalam
penelitian tindakan maupun eksperimen, peneliti memilih subjek
penelitian dengan ciri atau karakteristik tertentu; tanpa melakukan
pilihan secara acak (random). Pemilihan seperti inilah yang disebut
sebagai teknik purposive.
Misalnya, dalam penelitian di bidang bimbingan dan konseling yang
berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar melalui Layanan Bimbingan
Konseling pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 2 Salatiga”, peneliti
memilih subjek (siswa) kelas XI IPS yang memiliki motivasi belajar
rendah. Jadi subjek yang dipilih bukan semua siswa kelas XI atau
bahkan bukan semua siswa SMAN2, tetapi hanya khusus siswa kelas
XI IPS yang memiliki motivasi rendah. Hal ini disebabkan dalam
penelitian tersebut peneliti berupaya (bertujuan) meningkatkan
motivasi belajar subjek penelitiannya dengan memberi tindakan
atau treatment yang dianggapnya tepat yaitu layanan BK.
Sedangkan pada penelitian inferensial, dicirikan dengan
penggunaan banyak subjek penelitian, yang tergabung dalam suatu
populasi. Keberadaan seluruh subjek penelitian tersebut dapat
distudi secara langsung sesuai variabel yang sudah ditentukan,
sehingga hasil penelitian benar-benar menggambarkan keberadaan
subjek penelitian. Oleh karena itu, hasil dari penelitian inferensial
biasanya dapat digeneralisasikan karena memiliki subjek yang
relatif banyak. Menurut hasil kesepakatan para ahli statistik, dalam
75
analisis statistik inferensial membutuhkan minimal subjek sebanyak
30 orang, supaya hasilnya dapat digeneralisasi. Penelitian tersebut
dapat digeneralisasi artinya hasil penelitian ini menggambarkan
kondisi populasi secara keseluruhan meskipun subjek yang diteliti
hanya diambil secara sampel.
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa jika subjek penelitian
dianggap sangat banyak dan berada di luar jangkauan kemampuan
peneliti, maka peneliti dapat melakukan studi sampel atau teknik
sampel. Selain itu, menurut Azwar (1999) pengambilan sampel dari
populasi juga dapat dilakukan jika batasan populasinya tidak mudah
untuk didefinisikan.
B. Teknik Pengambilan Sampel dalam Penelitian Tindakan
Pada kondisi tertentu yakni dalam kondisi keterbatasan
waktu, tenaga pikiran dan finansial, maka peneliti tidak perlu
mengumpulkan data dari keseluruhan subjek tetapi dapat hanya
sebagian saja dari anggota populasi. Pengambilan sebagian anggota
populasi sebagai subjek penelitian inilah yang disebut sampel.
Meskipun hanya mengambil sebagian populasi namun kesimpulan
hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diberlakukan pada
seluruh populasi. Oleh karena itu, sampel yang diambil harus
mencerminkan karakteristik dan keadaan populasinya. Dengan
demikian, pengambilan sampel harus bersifat representatif sesuai
ciri-ciri yang dimiliki subjek dalam populasi.
Pengambilan sampel yang harus mencerminkan karakteristik
atau ciri-ciri yang dimiliki populasi biasanya tergolong penelitian
inferensial, sehingga penelitian inferensial disebut pula sebagai
penelitian yang dapat digeneralisasi. Oleh karena itu, teknik
76
pengambilan sampel pada penelitian inferensial harus bersifat
probabilitas, yakni menggunakan teori kemungkinan dengan
tingkat kesalahan yang relatif kecil. Ada jumlah minimal tertentu
yang harus diambil peneliti supaya sampel dianggap sudah
mewakili sifat-sifat atau ciri-ciri atau karakteristik dari subjek-
subjek yang ada dalam populasi. Pengambilan sampel pada jumlah
minimal tertentu tersebut tergantung dari tingkat kesalahan yang
ditetapkan (misalnya tingkat kesalahan 5% atau tingkat kesalahan
1%).
Ada kalanya pada jenis penelitian tertentu, peneliti tidak
perlu harus memikirkan suatu populasi beserta karakteristiknya.
Misalnya pada penelitian tindakan maupun eksperimen, peneliti
hanya membatasi subjek penelitiannya dengan ciri-ciri tertentu,
sehingga jumlahnya tak begitu banyak. Bahkan, dalam penelitian
tertentu, peneliti dapat membatasi subjeknya dengan karakteristik
yang khusus dan jumlahnya benar-benar sangatlah terbatas,
misalnya penelitian Studi Kasus. Pada jenis penelitian Studi Kasus,
biasanya jumlah subjeknya tidak banyak dan justru sangat terbatas
(misalnya dua orang bahkan hanya satu orang) karena dalam
menentukan subjek dibatasi berdasar ciri-ciri yang sangat khusus
atau unik atau tidak dimiliki pada umumnya orang.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ada banyak ragam
teknik pengambilan sampel. Berbagai teknik pengambilan sampel
tersebut dibagi menjadi dua kelompok yakni probablity sampling,
dan teknik non-probability sampling. Kelompok probability
sampling adalah bagian teknik sampel dari suatu penelitian, yang
hasil penelitiannya dapat digeneralisasi yakni untuk penggambaran
secara umum pada populasi. Pada umumnya analisis penelitian
pada kelompok probability sampling menggunakan statistik
inferensial yakni statistik yang menguji suatu hipotesis. Sedangkan
77
kelompok non-probability sampling, sebagai teknik pengambilan
sampel dari suatu penelitian, dimana hasilnya hanya khusus terjadi
pada subjek yang dipilih, bukan menggambarkan kondisi populasi
atau subjek yang lebih luas. Teknik analisis pada penelitian yang
menggunakan non-probability sampling biasanya termasuk
penelitian kualitatif, yang menggunakan analisa deskripsi belaka.
Pada penelitian yang memiliki subjek penelitian yang terbatas
jumlah populasinya maka menggunakan teknik non-probability
sampling. Oleh karena itu, temuan hasil penelitiannya hanya
berlaku untuk subjek-subjek yang terpilih, pada saat dan lokasi
dimana penelitian dilakukan. Hasil penelitian tersebut tidak dapat
digeneralisasi untuk menggambarkan kondisi subjek-subjek yang
lain, karena pengambilan sampelnya hanya tertentu saja yakni
bercirikan tertentu, bukan berdasarkan suatu populasi.
Ada beberapa cara atau teknik yang dapat digunakan dalam
kelompok non-probability sampling, seperti yang dijelaskan di
bawah ini.
a. Quota Sampling
Teknik Qouta Sampling merupakan cara pengambilan sampel
berdasarkan pada batasan jumlah subjek yang harus diambil,
tanpa mementingkan atau menekankan acak (random). Pada
umumnya jumlah tersebut terkait dengan keberadaan
(keterbatasan) dana yang ada. Biasanya penelitian yang
menggunakan quota sampling merupakan penelitian
‘pesanan’ sebagai satu ‘proyek’ dari suatu lembaga tertentu.
Banyak sedikitnya subjek yang digunakan tergantung
kemampuan finansial (biaya) yang tersedia.
78
Misal, penelitian tentang “Pendapat Warga Salatiga tentang
Kebersihan Kota Salatiga”. Tidak semua warga Salatiga
memiliki kesempatan yang sama sebagai subjek penelitian.
Peneliti sudah menentukan jumlah subjek berdasarkan
kemampuan finansial penelitian, sehingga jumlah subjek
tersebut yang harus dipenuhi.
b. Purposive Sampling
Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan
subjek penelitian yang berdasarkan adanya ciri-ciri khusus
yang ditentukan oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini
tidak diambil secara random atau acak tetapi sudah
ditentukan peneliti berdasarkan ciri-ciri tertentu tersebut.
Jumlah subjek penelitian melalui teknik purposive sampling
biasanya terbatas. Pada penelitian studi kasus jumlah subjek
penelitiannya sangatlah terbatas. Bahkan dalam studi kasus,
peneliti dapat menggunakan jumlah subjek penelitiannya
hanya dua maupun satu subjek.
Pada umumnya jenis penelitian yang menggunakan teknik
purposive sampling adalah penelitian tindakan, penelitian
eksperimen maupun studi kasus. Oleh karena itu, hasil
temuan penelitian ini hanya berlaku pada subjek yang sedang
diteliti itu saja; tidak dapat digunakan untuk generalisasi pada
subjek lain yang lebih luas.
Misal, penelitian tindakan yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Pro-Sosial melalui Permainan Tradisional pada
Siswa TK A Kamulyan Terpadu Salatiga”. Dalam hal ini, peneliti
menentukan subjek penelitiannya berdasar kondisi
kemampuan pro-sosial yang masih rendah. Peneliti
79
melakukan identifikasi masalahnya melalui kegiatan pra-
penelitian; dengan cara chek list. Berdasar hasil pra-penelitian
tersebut akhirnya peneliti memilih siswa berkemampuan pro-
sosial rendah sebagai subjek penelitian.
Contoh yang lain berupa penelitian studi kasus dengan judul
“Keputusan Menentukan Kelahiran pada Mahasiswa yang
Belum Nikah”. Subjek penelitiannya adalah mahasiswi yang
sedang mengandung tetapi masih berstatus belum nikah.
Jumlah subjek sangatlah terbatas yakni dua atau satu orang
saja sudah cukup; karena mencari subjek penelitian dengan
karakteristik sesuai judul tersebut sangatlah sulit.
Keberadaan mahasiswa yang mengandung tetapi belum
menikah sangatlah sulit dijumpai; apalagi hal ini menyangkut
rahasia mengenai keberadaan pribadi dirinya.
c. Insidental atau ”Asal ketemu”
Dalam teknik insidental atau ‘asal ketemu’ ini, peneliti tidak
disibukkan dengan memperhatikan suatu populasi; bahkan
tanpa memperhatikan jumlah minimal subjek penelitian yang
harus digunakan. Peneliti hanya membuat suatu ciri saja yang
dimiliki subjek, dan ‘personal’ yang digunakan sebagai subjek
penelitian hanya saat bertemu (diketemukan) oleh peneliti
(enumerator). Peneliti dapat menemui subjek penelitiannya
dimana saja, asal ketemu, dengan menggunakan instrumen
berupa angket maupun panduan wawancara. Misalnya
bertemu di jalan, di gerbang pintu kantor, di pertokoan
maupun di tempat-tempat umum lainnya.
Misal, terdapat penelitian tentang “Pendapat Warga
mengenai Layanan Parkir di kota Salatiga”. Peneliti dapat
menemukan subjek penelitiannya di depan pintu parkir atau
80
di jalan. Subjek penelitian yang dipilih adalah yang biasa
parkir – berarti yang naik motor atau mobil - dan yang
memang diketemukan oleh peneliti. Dalam hal ini tidak ada
ketentuan mengenai jumlah subjek penelitiannya. Subjek
penelitian hanya diwawancarai sebentar atau hanya mengisi
angket yang cukup ringkas.
d. ”Snow Balling”
Penelitian yang menggunakan teknik Snow Balling biasanya
tanpa memperhatikan sifat generalisasi, dan tanpa
memperhatikan jumlah minimal yang harus dipenuhi agar
mewakili sifat-sifat subjek penelitian. Disebut snow balling
karena sistem pengambilannya menggambarkan seperti salju
yang menggelinding. Semakin ke bawah, salju tersebut
semakin besar. Dalam hal ini, peneliti belum atau tidak
banyak mengetahui domisili subjek penelitian tersebut,
sehingga harus menanyakannya pada subjek yang
diketahuinya terlebih dahulu. Oleh karena itu, awalnya
peneliti terlebih dahulu menentukan subjek penelitian yang
diketahuinya; selanjutnya mendatangi pada subjek
berikutnya yang diketahui oleh peneliti dari subjek pertama.
Misalnya, penelitian yang berjudul “Upaya Memperoleh
Pekerjaan pada Alumni Progdi BK UKSW”. Peneliti dengan
instrumen (misalnya angket) mendatangi ke sejumlah subjek
penelitiannya (alumni Progdi BK UKSW) yang sudah diketahui
alamatnya. Melalui pertemuan tersebut menanyakan
keberadaan (antara lain alamat) alumni lain yang
diketahuinya. Selanjutnya peneliti, mendatangi sejumlah
alumni-alumni yang sudah disebutkan oleh subjek penelitian
yang pertama; dan juga menanyakan keberadaan (antara lain
81
alamat) alumni lain yang diketahuinya. Begitu seterusnya,
sehingga pada akhirnya jumlah subjek penelitiannya menjadi
cukup banyak.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa teknik
pengambilan sampel yang tergolong non-probability sampling tidak
dapat digeneralisasi atau tidak dapat digunakan untuk
menggambarkan kondisi suatu populasi. Jadi, hasil penelitian
tesebut hanya berlangsung pada saat penelitian, dan hanya berlaku
pada subjek yang terpilih saja.
Jika peneliti menginginkan hasilnya dapat digeneralisasi maka
harus menggunakan salah satu atau gabungan dari teknik
pengambilan sampel yang tergolong probability sampling.
Pemilihan sampel yang tergolong probability sampling tersebut
hanya berlangsung pada penelitian inferensial. Sebelum
menentukan teknik pengambilan sampel pada penelitian
inferensial ini, peneliti juga perlu menentukan jumlah minimal
subjek penelitian yang harus dipilihnya supaya dapat mewakili
secara representatif keseluruhan subjek dalam suatu populasi.
Soal 7.
1. Carilah dan kajilah dua penelitian yang menggunakan istilah
Subjek Penelitian, dan yang menggunakan istilah Populasi
pada individu yang diteliti!
2. Apa makna ‘dapat digeneralisasi’ pada sampel suatu
penelitian?
3. Apa makna ‘representatif’ dan terjadi (digunakan) pada
penelitian yang bagaimana? (jelaskan!)
82
4. Carilah dua penelitian yang menggunakan teknik
pengambilan sampel secara Clasified Random Sampling, dan
kajilah jumlah subjek yang digunakan berdasar tingkat
kesalahan yang digunakan serta populasinya!
5. Jelaskan, apa makna purposive, dan digunakan pada
penelitian yang berjenis bagaimana? (carilah dua contoh
penelitian dengan teknik purposive!)
top related