bab i pendahuluan 1. latar belakang€¦ · kemajuan iptek di era revolusi industri 4.0 selain...
Post on 04-Nov-2020
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam
Pembukaan UUD NRI 1945 merupakan 4 (empat) Embanan nsional yang akan
diraih melalui berbagai upaya mengubah potensi (trigatra) menjadi
kemampuan nasional (pancagatra) berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.
Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Era
Revolusi Industri 4.0 yang akan dimulai pada 2020, segala upaya harus
bermuara pada tujuan nasional tersebut. Kemajuan iptek berbasis siber fisik di
Era Revolusi Industri 4.0 yang berlangsung sangat cepat ini cenderung
dehumanisasi sehingga menimbulkan kesenjangan (gap) yang semakin lebar,
manakala tidak disiapkan dengan baik dan disesuaikan dengan kemampuan
bangsa Indonesia sendiri. Kita pun harus berusaha sekuat tenaga untuk
menciptakan Revolusi Industri 4.0 versi Indonesia sendiri agar tidak menjadi
pengikut (follower), dijadikan pangsa pasar dan terdadak oleh negara-negara
maju.
Pada sektor ketenagakerjaan, kita dihadapkan pada persoalan dan
tantangan yang tidak ringan dalam mempersiapkannya menuju Era Revolusi
Industri 4.0 mengingat kondisi angkatan kerja pada Februari 2019 masih
didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar ke bawah (40,51%) dan
Sekolah Menengah Tingkat Pertama/SMTP(17,75%). Sedangkan yang
berpendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas/SMTA (17,86%), Sekolah
Menengah Kejuruan (11,31%), Diploma I,II,III (2,82%), dan Perguruan
Tinggi/PT(9,75%). 1 Hal ini masih menjadi paradoks bonus demografi, di
satu sisi menjadi potensi dan di sisi lain menjadi ancaman karena kualitasnya
masih rendah. 2
Dari data tersebut menunjukkan bahwa angka pengangguran menjadi
persoalan serius, terlebih jika dikaitkan dengan dampak negatif Revolusi
Industri 4.0. Secara nasional tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,01%
1 Berita Resmi Statistik BPS No.41/05/Tb.XXII, 06 Mei 2019 (Hlm.:5-6)
2 https://news.okezone.com/read/2019/01/23/65/2008261/mayoritas-angkatan-kerja-di-indonesia-berpendidikan-rendah-ba gaimana-solusinya (diakses tanggal 13 April 2019, jam 20.45)
1
2
lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya merupakan pertanda baik dan
merupakan kinerja terbaik kemenaker dibawah pimpinan M.Hanif Dhakiri.
Namun demikian, kondisi tersebut diatas akan berdampak pada tingkat
produktivitas dan daya saing bangsa yang pada 2018 Indek Daya Saing Global
Indonesia versi WEF (World Economic Forum 2018)3 masih berada pada
urutan 36 dari 137 negara-negara di dunia. Sehingga dalam mentransformasi
ketenagakerjaan menuju Era Revolusi Industri 4.0 bukan sekedar memenuhi
tuntutan Sistem Siber Fisik semata, namun perlu dipersiapkan secara simultan
peningkatan produktivitas dan daya saingnya agar mampu menjadi pemenang
dalam percaturan global berbasis budaya Indonesia.
Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak
positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan
kesenjangan (gap) yang semakin lebar antara iptek dan manusia. Yang
semestinya kemajuan iptek dijadikan sarana untuk memudahkan kehidupan
dan peradaban manusia untuk berbakti kepada Alloh Tuhan Yang Mahaesa.
Kemudian, Literasi Digital menjadi penting dalam Era Revolusi Industri 4.0
agar tidak terjadi kegagapan maupun kegagalan. Menurut Rudy Afandy,4
bahwa teknologi berubah secara exponential, tetapi belum diimbangi oleh
perubahan organisasi yang ternyata masih tumbuh secara logaritma. Akibatnya
terjadi kesenjangan (gap) di organisasi, 50% berada di level senior manager
yang rata rata adalah generasi X, dan 17 % gap muncul di level junior
manager. Bagaimana halnya dengan pekerja biasa yang terbatas akses digital
mauapun teknologi karena faktor ekonomi yang tidak menguntungkan?. Inilah
permasalahan yang perlu mendapatkan solusi.
Pemerintah Republik Indonesia telah mencanangkan Road map Making
Indonesia 4.0 pada 4 April 2018 dengan leading sector-nya Kementerian
Perindustrian untuk meredisain dan revitalisasi dunia industri manufaktur
disesuaikan dengan tuntutan Revolusi Industri 4.0. Di sektor lain pun harus
secara kreatif, selektif dan adaptif untuk bersama-sama mempersiapkan diri
dan tetap berpijak pada budaya nusantara yang bersumber dari falsafah
Pancasila. Terlebih, kondisi bangsa Indonesia saat ini masih terpolarisasi
3 https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/10/04/tingkat-daya-saing-negara-negara-dunia-tahun-2017-2018-
indonesia-naik-peringkat (diakses tanggal 31 Mei 2019, jam 06:48) 4 https://suarapalu.com/human-capital-strategi-hadapi-revolusi-industri-4-0/ (diakses tanggal 1 Juni 2019, jam 06:30).
3
dalam segmen-segmen kelompok masyarakat berdasarkan tingkat dan
penguasaan ipteknya. Ada masyarakat Era Industri 1.0, masyarakat era Industri
2.0, masyarakat era industri 3.0, era industri 4.0, maka kita perlu menciptakan
Revolusi Industri sendiri agar melindungi seluruh tumpah darah dan segenap
bangsa Indonesia secara gradual akan maju bersama-sama dan tidak menjadi
korban dan residu atas kemajuan iptek. 5
Kemitraan strategis harus
dikembangan melalui sinergi hexa helix yang melibatkan pemerintah,
akademisi, masyarakat, pelaku usaha, media dan robot. Unsur robot
merupakan jalinan (helix) baru terkait kemajuan iptek yang bakal memiliki
peranan besar dalam kehidupan di masa depan.
Menurut Nitia Agustini, bahwa kesiapan Indonesia menuju Era Revolusi
Industri 4.0 beara pada posisi tengah diantara negara-negara anggota ASEAN,
berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Indonesia perlu bergerak
lebih cepat, melakukan leapfrogging (lompatan) agar melampaui
negara-negara lain melalui perencanaan strategis dan implementasinya. 6
Sementara itu, menurut prediksi United Nations World Population
(UNWP)7, jumlah penduduk usia produktif Indonesia (15-64 tahun) akan
mencapai 200 juta pada tahun 2030. Hasil riset McKinsley Global Institute
(MGI) yang diolah dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016
menunjukkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia memiliki kebutuhan tenaga
kerja terampil sebanyak 113 juta orang, sementara tenaga terampil Indonesia
saat ini baru berjumlah sekitar 57 juta orang. Disisi lain, menurut Juwono
Sudarsono dalam Wan Usman (2003) menggarisbawahi bahwa kunci
keberhasilan pembangunan berkelanjutan berada ditangan manusianya; bukan
sumberdaya alam. Kecanggihan industrialisasi membutuhkan biaya yang besar
dalam menyiapkan SDM yang profesional.8
Konsep dunia global menuntut bangsa Indonesia untuk berbenah diri
secara maksimal agar tidak tertinggal atau bahkan terpuruk akibat dari salah
5
https://setkab.go.id/luncurkan-making-indonesia-4-0-presiden-jokowi-kalau-yang-pesimis-pesimis-saya-enggak-percaya/
(diakses tanggal 3 April 2019, jam 07.57) 6 Agustini K.A, Nitia , Persaingan Industri 4.0 di ASEAN. Dimana posisi Indonesia?, Yogyakarta, Forbil Institute (hlm.12).
7 https://www.dw.com/id/adaptasi-sistem-pendidikan-vokasi-jerman-di-indonesia/a-41906284 (diakses tanggal 30 Mei 2019,
jam 17:23). 8 Usman, Wan, dkk (2003), Daya Tahan Bangsa, Jakarta, Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia : 267-269.
4
arah dalam mengambil kebijakan. Dalam transformasi SDM (Sumber Daya
Manusia) Indonesia harus berbasis budaya Indonesia yang berdasarkan
falsafah Pancasila.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dipandang perlu mengadakan
penelitian mengenai Transfomasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era
Revolusi Industri 4.0 (TransKI MERI 4.0) untuk mewujudkan daya saing
bangsa dan pembangunan yang berkelanjutan dan disusun menjadi Taskap ini.
2. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam Taskap ini dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimanakah Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era
Revolusi Industri 4.0 dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia?”
Dengan pokok-pokok pembahasan meliputi :
a. Kesiap-tanggapan terhadap teknologi, produktivitas dan daya saing
Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0 masih perlu
ditingkatkan.
b. Kebijakan pemerintah sektor ketenagakerjaan yang dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga enuju Era Revolusi Industri 4.0 masih perlu
diharmonisasikan.
c. Ketersambungan dan kesesuaian (Link and match) antara sektor
pendidikan dan sektor industri menuju menuju Era Industri 4.0 masih perlu
ditingkatkan.
3. Maksud dan Tujuan
Penulisan Taskap ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Kelulusan Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LIX Lemhannas R.I
Tahun 2019, dengan tujuan untuk :
a. Mendeskripsikan Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era
Revolusi Industri 4.0 (TransKI-MERI 4.0) yang dilakukan pemerintah
berdasarkan data primer dari Kementerian/Lembaga terkait.
5
b. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai perbaikan dalam
implementasi Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era
Revolusi Industri 4.0 agar memiliki daya saing yang unggul.
4. Ruang Lingkup dan Sistematika
a. Ruang lingkup. Dalam Taskap ini, ruang lingkup penelitian adalah
Transformasi ketenagakerjaan Indonesia pada sektor Industri dan BUMN
(Badan Usaha Milik Negara) menuju Era Revolusi Industri 4.0.
b. Sistematika Taskap ini terdiri dari :
Bab I : Pendahuluan (Latar Belakang, Perumusan Masalah, Maksud
dan Tujuan, Ruang Lingkup dan Sistematika, Metode dan pendekatan,
dan pengertian-pengertian).
Bab II : Tinjauan Pustaka (Umum, Revolusi Industri 4.0, Transformasi
Ketenagakerjaan Indonesia : Referensial, Teori Transformasi
Ketenagakerjaan : Produktivitas dan Daya Saing, Kebijakan
Pemerintah, dan Lingkungan Strategis tentang Kondisi Kesiapaan
Indonesia menuju Era Revolusi Industri 4.0 diantara Negara Anggota
ASEAN.
Bab III : Pembahasan (Umum, Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia :
kesiap-tangggapan terhadap teknologi, Arah Kebijakan Pemerintah, Link
& Match antara dan dunia industri, dan Hasil Analisis.
Bab IV : Penutup (Simpulan dan Rekomendasi)
5. Metode dan Pendekatan
Penelitian dalam Taskap ini menggunakan metode deskriptif, dengan
pendekatan kualitatif 9, sebagai berikut :
a. Metode Penelitian Deskriptif untuk menggambarkan/ mendeskripsikan
dan menganalis mengenai varibel-variabel Tarnsformasi Ketenagakerjaan
9 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PENELITIAN%20PENDIDIKAN.pdf (diakses tanggal 26 Mei 2019, jam 06:41,
hlm.: 15-39)
6
Indonesia dalam hubungannya dengan Revolusi Industri 4.0 agar memiliki
daya saing tinggi.
b. Pendekatan Peneltian Kualitatif untuk mendeskripsikan
variabel-variabel penelitian dan pembahasannnya secara naratif
(non-numerik). Data dikumpulkan menggunakan kuesioner mengenai
variabel-veriabel Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era
Revolusi Industri 4.0 yang ditujukan kepada Kementerian Perindustrian,
Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian BUMN, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Ristek & Dikti, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, dan Kementerian PPN/Bappenas. Serta
wawancara kepada para pejabat tertentu untuk melengkapi data maupun studi
kepustakaan.
Penelitian Kualitatif yang dipilih bertipe Fenomenologi untuk
mengungkap fenomena “Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia menuju
Era Revolusi Industri 4.0” yang belum jelas agar diketemukan teori baru.
Menurut Jhonson (2005 : 8), bahwa Penelitian dengan pendekatan kualitatif
dapat dibedakan menjadi lima tipe utama yaitu phenomelogy, ethnography,
case study research, grounded theory dan historical research. Dalam Taskap
ini, dipilih penelitian kualitatif tipe fenomenologi yang merupakan suatu
bentuk penelitian kualitatif di mana peneliti berusaha memahami bagaimana
satu atau lebih individu mengalami suatu fenomena. (Phenomenology is a
form of qualitative research in which the researcher attempts to understand
how one or more individuals experience a phenomenon).
c. Keterbaharuan penelitian
Keterbaharuan (novelty) dari penelitian ini adalah penelitian pertama
yang mengungkapkan fenomena “Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia
menuju Era Revolusi Industri 4.0” secara komprehensif, integral dan holistik
yang dilakukan pemerintah Indonesia berdasarkan data primer dari
Kementerian/ Lembaga maupun wawancara pejabat terkait.
6. Pengertian-Pengertian
Dalam Taskap ini yang dimaksud dengan :
7
a. Transformasi, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)10
adalah
perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya).
b. Ketenagakerjaan, menurut UU RI No.13 Tahun 2003 Pasal 1 adalah
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama, dan sesudah masa kerja.
c. Industri menurut UU RI No. 3 Tahun 2014 Pasal 1 adalah seluruh
bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan
sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai
tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Sedangkan
Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan
kegiatan industri.
d. Revolusi Industri 4.0 menurut Prof. Klaus Schwab11
adalah kemajuan
teknologi yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan bilologis yang telah
mempengaruhi semua disiplin ilmu ekonomi, industri dan pemerintahan
sehingga mengubah hidup dan kerja masnuia secara fundamental; antara lain
(1) robot kecerdasan buatan (artificial intelligence robotic), (2) teknologi
nano, (3) bioteknologi, dan (4) teknologi komputer kuantum, (5)
blockchain (seperti bitcoin), (6) teknologi berbasis internet, dan (7) printer
3D.
e. Badan Usaha Milik Negara(BUMN) menurut UU RI No.19 Tahun 2003
Pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan.
f. Produktivitas menurut Syverson 12
adalah ouput produk berupa barang
atau jasa untuk setiap inpit atau faktor produksi yang dipergunakan dalam
suatu proses produksi.
g. Daya Saing menurut Michael Porter13
adalah tingkat produktivitas
dalam arti output yang dihasilkan oleh tenaga kerja.
10
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/transformasi (diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 20:26) 11 https://www.google.com/search?q=Revolusi+Industri+4.0+menurut+Prof.+Klaus+Schwab+adalah+kemajuan+te knol
ogi&oq=Revolusi+Industri+4.0+menurut+Prof.+Klaus+Schwab+adalah+kemajuan+teknologi&aqs=chrome..69i57.7367j0j4
&sourceid=chrome&ie=UTF-8 (diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 20:23) 12
Direktorat Bina Produktiivitas, Ditjen Pembinaan Pelatihan & Produktivitas, Kementerian Ketenagakerjaan R.I, 2016,
Pengukuran Produktivitas Nasional, Regional dan Sektoral, Jakarta. (hlm.:2) 13 http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-daya-saing-menurut-para-ahli/(diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 20:19)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7. Umum
Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasakan kehidupan bangsa
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD NRI 1945 aline ke-4
merupakan arah yang hendak kita capai demi kejayaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).14
. Oleh karena itu, maka Transfomasi
Ketenagakerjaan Indonesia dan Era Revolusi Industri 4.0 harus dilakukan
sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika. Empat Konsensus Dasar Kebangsaan tersebut harus menjadi
landasan dalam setiap kebijakan dan strategi pencapain tujuan nasional. 15
Selaras dengan latar belakang, permasalahan maupun pokok-pokok
pembahasan di atas dalam Bab ini akan disajikan terlebih dahulu mengeni
fakta, data dan kondisi saat ini, lingkungan strategis yang mungkin
mempengaruhinya maupun peluang, kendala, strategi dan upaya penulisan
konstruksi teori.
8. Paradigma Nasional
Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industi 4.0
atau disingkat TransKI-MERI 4.0 bukan hanya dimaknai sebagai aksi
antisipatif dan adaptif terhadap kemajuan ilmu & pengetahuan (iptek);
namun harus dimaknai sebagai upaya Indonesia menjadi negara yang berdaya
saing unggul di kancah regional dan global. Sehingga upaya-upaya yang
dirancang dan diimplementasikan harus benar-benar fokus, inovatif, membumi
dan berakar pada budaya adi luhung bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila
dan UUD NRI 1945, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
memiliki sasanti Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Agus Widjojo bahwa 4
(empat) konsensus dasar kebangsaan tersebut harus terus dirawat, diamalkan
14
Naskah Lengkap Amandemen UUD RI 1945 Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat, Tangerang, Penerbit
Interaksara. 15 Tim Pokja BS Ekonomi, 2019, Materi Pokok Bidang Studi Ekonomi 2019, Jakarta, Lemhannas R.I (hlm.2)
8
9
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia, maupun
melestarikannya. 16
Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia juga dipengaruhi oleh
lingkungan strategis (lingstra) global, regional maupun nasional (asta gatra)
yang berkembang dinamis. Juga adanya peluang bonus demografi, “sifat-sifat
Manusia Indonesia” yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis, harmonisasi
antara Kementerian/Lembaga yang belum selesai karena ego sektoral,
Skenario Seabad Indonesia 17
pada 2045, maupun pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Namun demikian, kita harus tetap mengutamakan
kepentingan nasional Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.18
Dalam mendayagunakan sumber daya nasional harus diupayakan sekuat
tenaga secara mandiri, tidak tergantung kepada asing agar memberikan
kontribusi maksimal bagi kesejahteraan (prosperity) dan keamanan
(prosperity) nasional, dibarengi dengan peningkatan peningkatan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang mampu meningkatkan martabat kemanuisaannya
dan dilakukan secara integral, holistik dan komprehensif atas kemanfaatan
teknologi seperti Society 5.0 ala Jepang.
9. Perundang-undangan
a. UUD NRI 1945 ( Cita-cita dan Tujuan nasional yang termaktub dalam
Pembukaan UUD NRI 1945).
b. UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 4 mengenai
Tujuan pembangunan ketenagakerjaan).
c. UU RI No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Pasal 3 mengenai Tujuan
Industri Nasional).
d. UU RI No.19 Tahun 2003 tentang BUMN (Pasal 2 mengenai maksud dan
tujuan pendirian Badan Usaha Milik Negara).
e. UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 3
mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional).
16
https://nasional.sindonews.com/read/1405612/18/54-tahun-lemhannas-ri-kualitas-demokrasi-
dan- ketahana -nasional-1558286367 (diakses tanggal 4 Juni 2019, jam 18:29) 17
Sulendrakusuma, Panutan S., dkk, 2015, Skenario Indonesia 20145, Jakarta, Lemhannas R.I. 18
Tim Pokja Geostrategi dan Ketahanan Nasional, 2019, Geostrategi dan Ketahanan Nasional,
Jakarta, Penerbit Lemhannas RI. (hlm.75-58).
10
f. UU RI No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Pasal 5 mengenai
tujuan pendidikan tinggi).
g. Keppres No 17 Tahun 2018 tentang Pokja Nasional Penguatan Kapasitas
Pemimpin Indonesia dalam rangka Making Indonesia 4.0.
10. Revolusi Industri 4.0
a. Pengertian Revolusi Industri 4.0.
Menurut Klaus Schwab ( 2016 : 7-11), yang dimaksud dengan Revolusi
Industri 4.0 adalah revolusi yang secara mendasar mengubah cara kita hidup,
bekerja, dan berhubungan satu sama lain yang memanfaatkan teknologi
otomatisasi dan siber fisik, seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, internet
of things (IoT), kendaraan otonom, pencetakan 3D, nanoteknologi dan
bioteknologi, Perubahan tersebut membutuhkan transformasi manusia
untuk memahami dan membentuk teknologi baru, yang berbeda dengan
revolusi industri sebelumnya, serta memastikan agar berpusat pada manusia,
bukannya memecah belah dan tidak manusiawi. 19
Selain kecepatan dan
luasnya, revolusi industri 4.0 juga unik karena meningkatnya harmonisasi dan
integrasi dari berbagai disiplin ilmu dan penemuan teknologi bukan lagi fiksi
ilmiah. 20
b. Tantangan Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 akan menghasilkan manfaat besar dan tantangan
besar dalam ukuran yang sama. Kekhawatiran khusus diperburuk oleh adanya
ketidaksetaraan, terutama menyangkut akses dan lietrasi digital maupun
inovasi yang secara positif maupun negatif mempengaruhi standar hidup
dan kesejahteraan, (Klaus Schwab, 2016 : 16)
Untuk melakukan identifikasi dan implementasi berbagai skenario revolusi
industri 4.0, suatu perusahaan/negara perlu menyesuaikan dengan
prinsip-prinsip : a) Interoperabilitas (kesesuaian); kemampuan mesin,
perangkat, sensor, dan manusia untuk terhubung dan saling berkomunikasi
19 Schwab, Klaus, 2016, The Fourth Industrial Revolustion, Switzerland, Wprld Economic Forum. (pg : 7) 20 Schwab, Klaus, 2016, The Fourth Industrial Revolustion, Switzerland, Wprld Economic Forum. (pg : 15)
11
satu sama lain melalui media internet untuk segalanya (IoT). b) Transparansi
Informasi; c) Bantuan Teknis berbasis sistem siber-fisik. 21
c. Dampak Revolusi Industri 4.0.
Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah dampak negatif terhadap
pasar tenaga kerja. Ini merupakan ketidakpastian yang perlu prediksi dan
antisipasi. Teknologi baru akan secara dramatis mengubah sifat pekerjaan di
semua industri dan pekerjaan. (Schwab Klaus, 2016 : 7)
Ada potensi kemanfaatan dari Industri 4.0 antara lain penelitian tentang
Telaah klasifikasi aspek dan arah perkembangan riset oleh Hoedi Prasetyo
dan Wahyudi Sutopo bahwa pemanfaatan teknologi dari Revolusi Industri 4.0
mengakibatkan manufaktur yang efisien, cerdas dan on-demand (dapat
dikostumisasi), peningkatan produktivitas, pertumbuhan pendapatan,
peningkatan kebutuhan tenaga kerja terampil dan peningkatan investasi.22
11. Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia
a. Teori Transformasi Ketenagakerjaan
Kesenjangan (gap) antara kondisi saat ini dan tuntutan Era Revolusi
Industri 4.0 mengakibatnya adanya perubahan yang kadang sulit dipredisksi
sehingga memerlukan transformasi; termasuk human capital
(ketenagakerjaan) dalam sektor industri. Menurut Klaus Schwab (2016 : 7)
bahwa kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 yang radikal, sangat
cepat, luas dan mendalam harus dipastikan dapat memberdayakan dan
berpusat pada manusia, bukan memecah belah dan tidak manusiawi
(dehumanisasi), sehingga dituntut adanya transformasi manusia untuk
mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain. 23
.
Perubahan yang kini sedang terjadi di dunia dipicu oleh kemajuan teknologi
dari negara-negara maju karena mereka telah mempersiapkannya melalui
program Reseach & Development yang didukung dengan pembiayaan yang
21
https://mobnasesemka.com/apa-itu-industri-4-0/ (diakses tanggal 6 Mei 2019, jam 21.49 wib) 22
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/viewFile/18369/12865 (diakses tanggal 11 Mei 2019, jam 18.56, hlm :
18) 23
Schwab, Klaus, 2016, The Fouth Indusrial Revolution, Wolrd Economic Forum, Industry, Switzerland (pg 7)
12
besar. Ini merupakan aplikasi teknologi sebagaimana pendapat Gary Dessler
(2018:20-22)24
Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0
atau disingkat TransKI-MERI 4.0 dilakukan bukan hanya untuk
menyesuaikan dengan tuntutan Revolusi Indisutri 4.0, mengantisipasinya agar
tidak terjadi pengangguran namun lebih dari itu untuk menyiapkan daya saing
bangsa dan negara. Hal ini merupakan isu sentral dalam pembangunan
sebagaimana pendapat Wan Usman (2003) bahwa kemiskinan, pengangguran
dan ketimpangan distribusi pendapatan merupakan isu sentral pembangunan
yang harus diselesaikan.25
Arah baru perpaduan antara revolusi industri 4.0 dan society 5.0 ala Jepang
yang memanfaatkan teknologi industri 4.0 merupakan perspektif humanis
yang harus dijunjung tinggi. Manusia sebagai pengendali teknologi demi
kehidupan yang lebih baik (KRAT. Suharyono S. Hadinagoro, 2019 :
135-136).
b. Produktivitas dan daya Saing Tenaga Kerja
1) Produktivitas Tenaga Kerja
Menurut Gomes F. Cardoso (2003: 159), yang dimaksud dengan
produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi
dibandingkan dengan input yang digunakan. Seseorang karyawan dapat
dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai
dengan diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat.
2) Daya Saing Tenaga Kerja
Strategi utama dalam meningkatkan daya saing adalah fokus fokus pada
pengurangan biaya yang kurang efektif daripada yang didasarkan pada
penawaran produk dan layanan dengan cara yang lebih inovatif serta
negara-negara perlunya fokus membangun ekosistem inovasi mereka.
(Klaus Schwab, 2016 : 36).
Menurut Prof.Dr.Didin S.Damanhuri, dkk. – Tim Pokja Ekonomi
Lemhannas R.I (2019 : 58) bahwa perbaikan struktur ekonomi tidak
terlepas dari upaya memperkuat variabel-variabel dominan bagi
24 Dessler, Gary, 2018, Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Jakarta, PT.Indeks, hlm.:20-22) 25
Usman, Wan, dkk, 2003, Daya Tahan Bangsa, Jakarta, Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional Program
Pascasarjana Universitas Idonesia. (hlm.36-37)
13
keunggulan strategi suatu bangsa yaitu demand conditions, factor
condition, firm strategy, structure and rivalry, dan related supporting
industry sebagaimana dikemukan oleh Michael Porter.26
Menurut Porter bahwa keunggulan daya saing (competitive advantage)
suatu negara tergantung pada kemampuan industri melakukan inovasi dan
meningkatkan kinerjanya dalam proses produksi barang dan jasa.
Faktor-faktor yang menentukan Daya Saing Bangsa (National Competitive
Advantage)27
meliputi : 1) Faktor kondisi (factor conditions). Posisi
bangsa dalam faktor produksi, seperti tenaga kerja terampil atau
infrastruktur, diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. 2)
Faktor permintaan ( demand conditions), yaitu permintaan pasar untuk
produk atau layanan industri. 3) Industri terkait dan pendukungnya. Ada
atau tidaknya negara pemasok insudtries dan industri terkait lainnya yang
berdaya saing internasional. 4) Strategi, struktur dan persaingan
perusahaan (firm strategy, structure, and rivalry). 5) Peranan pemerintah (
goverment). Kewenangan yang dimiliki pemerintah untuk memberikan
fasilitasi, katalis, dan tantanan bagi industri. 6) Kesempatan (change).
Kondisi di suatu negara yang mengatur bagaimana perusahaan diciptakan,
diorganisir, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.
Ada 13 (tiga belas) indikator yang biasanya digunakan oleh perusahaan
dalam bersaing, yaitu: a) Spesialisasi, b) Identifikasi Merk, c) Dorongan
Versus Tarikan, d) Seleksi Saluran, e) Mutu Produk, f) Kepeloporan
Teknologis, g) Integrasi Vertikal, h) Posisi Biaya, i) Layanan, j) Kebijakan
Harga, k) Hubungan dengan Perusahaan Induk, l) Hubungan dengan
Pemerintah, dan m) bagaimana hubungan ini dapat mendukung negara dan
sebaliknya.
12. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah atau Kebijakan publik menurut Anderson dalam Riant
Nugroho (2018:169) meliputi kebijakan constituent, distributive, self regulatory
26 Tim Pokja Ekonomi, 2019, Materi Pokok Bidang Studi Ekonomi, Jakarta, Lembaga Ketahanan Nasional R.I, hlm.: 58. 27
Michael E. Poter, The Competitive Advantage of Nations, Havard Bussiness Review, March-April 1990, pg: 78.
14
and regulatory. Terkait kebijakan ketenagakerjaan termasuk dalam kebijakan
regulatory yang harus dirumuskan dengan benar agar tidak gagal. Ada 2 (dua)
sebab yang mengakibatkan pemerintah gagal membangun kebijakan publik yang
hebat (unggul) yaitu tidak memahami subtansi dan makna kebijakan publik;
maupun tidak adanya analis kebijakan publik.28
Ke depan, kebijakan publik di Indonesia akan berpola urban centris dengan
model negara kepulauan melalui pengembangan industri maritim dan sumberdaya
kemaritiman. 29
Ini sejalan dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957
sekaligus menutut berpacu lebih kencang agar Indonesia benar-benar sebagai Poros
Maritim Dunia. Menurut, Laksda TNI (Purn) Robert Mangindaan dalam Suharyono
Soemarwoto (Kaltimpost, 12 Februari 2019) bahwa Maritime Security Strategy
harus diimplementasikan agar Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia,
sekurang-kurangnya, menjadikan Laut Indonesia sebagai perekat antar pulau,
sumber mata pencaharian dan sistem pertahanan.30
Lebih lanjut, Menurut Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, dkk. – Tim Pokja
Ekonomi Lemhannas R.I (2019 : 15-16) bahwa kebijakan pemerintah dalam
pembangunan ekonomi belum sepenuhnya dijiwai nilai-nilai Pancasila maupun
belum dijadikannya nilai-nilai Pancasila. Juga diperlukan suatu rencana strategis
(renstra) untuk menghadapi difficult challenges in the yaears ahead. Yang menurut
Abulkahar Badjuri & Teguh Yuwono Soemarwoto (2003 : 103-110) dijelaskan
bahwa renstra akan menjadi panduan kemana arah organisasi dijalankan,
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, meningkatkan respons dan kinerja
organisasi, mampu melayani need of achievement. Sementara itu, Indek Daya
Saing Global Indonesia versi WEF (World Economic Forum 2018)31
masih
berada pada urutan 36 dari 137 negara-negara di dunia.
Dalam kaitan, Revolusi Industri 4.0 yang akan berlangsung pada 2020,
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Indonesia Making 4.0 pada dengan
leading sector-nya Kementerian Perindustrian. Juga dibutuhkan peningkatan
kapasitas kepemipinan nasional sebagaimana ditegaskan oleh Letnan Jenderal TNI
28
Nugroho, Ryant, 2018, Public Pplicy : Dinsmika Kebijakan publik, Analisis Kebijakan Publik, Manajemen Politik
Kebijakan Public, Etika Kebijakan Publik, Jakarta, Penerbit PT.Elex Media Komputindo (hlm : 43-50) 29 Ibid, hlm : 49-50 30
Kaltimpost, 12 Februari 2019, hlm : 21-23. 31
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/10/04/tingkat-daya-saing-negara-negara-dunia-tahun-2017-2018-indonesia-naik-peringkat (diakses tanggal 31 Mei 2019, jam 06:48)
15
(Purn) Agus Widjojo, Gubernur Lemhannas R.I.32
. Dijelaskan pula, bahwa sinergi
kepemimpinan nasional bukan hanya meningkatkan kapasitas dan kualitasnya
melalui internalisasi sifat-sifat dan mentalitas yang baik, namun harus dibarengi
penempatan dan penempaan diri pemimpin dalam posisi agar dapat mendengar,
merasakan, membuka pemikiran dan dapat mendorong aksi kolektif yang lebih
bermakna.
13. Ketersambungan dan Kesesuaian (Link & Match) antara pendidikan
dengan industri
Untuk menghadapi perubahan terkait Revolusi Industri 4.0 diperlukan
persiapan, antara lain sektor pendidikan, riset dan pengabdian melalui sinergi
antara perguruan tinggi dengan dunia industri (unsur penta helix) agar terwujud
link and match. Indonesia telah menerapkannya sejak Wardiman Djojonegoro
menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Reformasi B.J.Habibie telah
mengimplementasikan model Pendidikan Sistem Ganda (PSG).33
Menurut Arif
Budimanta, bahwa penting mempersiapkan sumberdaya manusia untuk
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang progresif supaya dapat bertahan dan bersaing di tingkat
global.
Menurut Ananto Kesuma Seta (2019) bahwa persoalan link and match yang
dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah Kebijakan
Pengembangan Vokasi di Indonesia 2017-2025.34
Pun, Prof. Fasli Djalal (2019)
menegaskan pentinya peningkatan SDM yang berkualitas, sehat dan berbudaya
Indonesia agar berdaya saing unggul.35
Sementara itu, di Jerman, telah menerapkan an dual vocational education and
training system dalam sinergi anatara lembaga pendidikan dan industri. Teori
diajarkan di lembaga pendidikan dan prakteknya dilakukan di perusahaan/industri,
32
https://finance.detik.com/industri/d-4058488/hadapi-revolusi-industri-jk-sebut-pemimpin-harus-paham-teknologi (diakses
tanggal 5 Juni 2019, jam 21:16). 33
https://www.academia.edu/15829568/SMK_SEKOLAH_MENCETAK_KULI_DAN_PENGANGGURAN_Sebuah_Kritik_
dan_Solusi_Arah_Kebijakan_Sekolah_Menengah_Kejuruan_(diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 18:57) 34 Ananto kesuma Seta, Materi Diskusi Panel tentang Bonus Demografi dihadapan Peserta PPRA LIX Lemhannas R.I
tanggal 10 Mei 2019. 35
Fasli Djalal, 2019, Materi Ceramah Bonus Demografi di hadapan Peserta PPRA LIX Lemhannas R.I pada tanggal 9 Mei
2019.
16
sehingga terwujud link & match antara kebutuhan industri dan lembaga
pendidikan.36
14. Lingkungan Strategis (lingstra)
Lingkungan strategis (lingstra)37
merupakan pertimbangan yang sangat
penting dalam perumusan kebijakan negara demi menjamin kepentingan
nasionalnya; terlebih zaman now yang seolah dunia borderless seakan-akan
menyatu, menjadikan antar negara saling ketergantungan. Globalisasi yang
mengusung konten demokrasi, lingkungan hidup, hak azasi manusia (HAM),
liberalisasi maupun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi,
telekomunikasi, termasuk Revolusi Industri 4.0. Kenyataannya, kehidupan bangsa
kita bervariasi dalam segmentasi kehidupan yang masih pra-industri 1.0, industri
1.0, industri 2.0, industri 3.0 dan industri 4.0 yang tidak serta merta langsung
dihadapkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era revolusi
industri 4.0. Perlu transformasi secara gradual antara lain melalui National
Tarnsformer Agent (NTA).
Lingstra baik global, regional dan nasional yang dinamis cepat dan penuh
ketidakpastian perlu dicermati secara teleiti agar dapat mengantisipasi maupun
mencari solusi yang tepat dan cepat agar tidak menjadi residu maupun korban dari
kemajuan zaman.
a. Lingstra Global
Lingstra global yang berubah dari kekuatan unipolar menjadi multipolar
mendorong negara-negara maju lebih berkompetisi pada sektor ekonomi dan
teknologi. Era Globalisasi yang ditandai oleh Pasar Bebas dan Revolusi
Industri 4.0 menjadi sumber pengaruh atas perkembangan zaman yang seolah
antar negara di dunia menyatu, sehingga terjadi arus saling keterpengaruhan
dan saling tergantung satu sama lain, yang ujung-ujungnya dikendalikan oleh
negara-negara maju. Terkait Revolusi Industri 4.0 yang realitasnya dapat
menimbulkan gangguan maupun dampak yang tidak terhindarkan, yang
36
Erschienen in: Local Economy ; 30 (2015), 5. - S. 557-567 https://dx.doi.org/10.1177/0269094215589311 (diakses
tanggal 30 Mei 2019, jam 17:40) 37 Tim Pokja Lingkungan Strategis, 2017, Materi Pokok Bidang Studi Lingkungan Strategis, Jakarta, Lemhannas R.I, hlm : 1-17.
17
dapat menjadikan kita tidak berdaya dalam menghadapinya maka diperlukan
tanggung jawab bersama (Klaus Schwab, 2016 : 17).
b. Lingstra Regional
Dalam lingstra di Kawasan ASEAN, kesiapan Indonesia menuju Era
Revolusi Industri 4.0 masih perlu ditingkatkan. Posisi berada di tengah, berada
di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
c. Lingstra Nasional
Lingstra nasional dapat dilihat dari kondisi gatra-gatra kehidupan (asta
gatra) yang terdiri dari trigatra (geografi, Sumber Kekayaan Alam dan
Demografi) dan pancagatra (ideologi, politik, ekonomi, sosial & budaya, dan
pertahanan & keamanan).
1) Gatra Geografi. Geografi Indonesia yang terletak di posisi silang
antra benua Asia dan benua Australia, antara samudera Hindia dan
samudera Pasifik menjadi Indonesia menjadi posisi strategis sekaligus
menjadi pusat persaingan kepentingan negara-negara lain,
2) Gatra SKA. Indonesia dianugerahi Sumber Kekayaan Alam (SKA)
yang melimpah mestinya mampu mensejahterakan rakyat dan bangsa
Indonesia, namun ternyata masih banyak kemiskinan, pengangguran, putus
sekolah, layanan kesehatan masih rendah maupun ketertinggalan lainnya.
3) Gatra Demografi. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai
sekitar 265 juta menjadi potensi menjadi negara maju, manakla dapat
dipersiapkan dan didayagunakan menjadi human capital yang berkualitas
dan berdaya saing. Namun, ternyata kualitasnya masih rendah sehingga
perlu dipacu lebih kencang agar tidak terus-menerus dijadikan pangsa
pasar potensial dari negara maju, terlebih di era Revolusi Industri 4.0.
4) Gatra Ideologi. Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang dilaksanakan dengan baik akan memperkokoh
nasionalisme dan patriotisme Indonesia berbasis budaya dan sejarah
perjuangan bangsanya. Terkait ekonomi, yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila adalah ekonomi yang berdasarkan usaha bersama dan
18
kekeluargaan, maka #pasar bebas dan Revolusi Industri 4.0 tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
5) Gatra Politik. Kondisi perpolitikan Indonesia pasca pemilu 2019
cenderung memanas bahkan ada puluhan orang demonstrans meninggal
dunia menjadi korban kerusuhan dalam aksi demonstransi menolak hasil
pemilu pilpres. Kondisi seperti ini jika berlarut-larut akan berdampak
negatif terhadap gatra-gatra kehidupan bangsa dan negara, termasuk
kesiapan memasuki era Revolusi Industri 4.0 pada tahun 2020.
6) Gatra Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi saat ini 5,07% belum
memadai untuk menciptakan lapangan kerja, mengatasi pengangguran,
meningkatkan daya beli, distribusi pendapatan, kesehatan, pendidikan
maupun kesejahteraan sosial. Sumber Kekayaan Alam (SKA) belum
daimanfaatkan demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bnayk
dinikmait oleh golongan tertentu maupun asing.
7) Gatra Sosial dan Budaya. Tingkat pertumbuhan penduduk dan
mobilitas dari desa ke kota maupun daya dukung SKA yang bekum
dmanfaatkan sesesuai Pasal 33 UUD NRI 1945 menjadi meyebab
ketimpangan sosial dan budaya sehingga dapat menimbulkan kerentanan
yang berpotensi menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8) Gatra Pertahanan dan Keamanan. Kesenjangan ekonomi maupun
sosial sebagai suatu kerentanan berpontensi menjadi ancaman karena dapat
menimbulkan konfik-konflik kepentingan dan konflik sosial dalam
kehidupan bermaysrakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga
mempengaruhi ketahanan dan kemanan nasional
15. Peluang, Kendala, Strategi dan Upaya
Mengacu pada SWOT analysis (Albert Humphrey) 38
, dapat dipetakan dan
dikaji faktor-faktor internal yang berupa kekuatan (strengths), kelemahan
(weakness), maupun eksternal yang berupa peluang (opportunities), dan ancaman
(threats). guna merumuskan strategi-strategi dalam memaksimalkan kekuatan
38
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/22178/10532 (diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 12:00)
19
dan peluang serta meminimalkan atau menghilangkan kelemahan dan potensi
ancaman dalam rangka meraih tujuan negara.
a. Peluang
Dalam kaitan dengan Transformasi ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era
Revolusia Industri 4.0 maka Indonesia memiliki peluang antara lain peluang
bonus demografi dan potensi Sumber Kekayaan Alam yang memungkinkan
Indonesia menjadi negara maju. 39
. Dan memiliki potensi menghasilkan
sebesar Rp 444 Triliun pada tahun 2022 dan nilai tambah terhadap PDB
(Produk Domestik Brutto) nasional sebesar USD150 miliar dollar pada tahun
2025. 40
b. Kendala
Kendala-kendala yang dihadapi Indonesia dalam transformasi
ketenagakerjaan Menuju Era Revolusi Industri 4.0 dapat diidentifikasikan
antara lain : 1) kualitas SDM maupun produktivitasnya masih belum memadai;
Indonesia berada urutan ke -36 dari 137 negara di dunia berdasarkan The
Global Competitivenss Report 2017-2018; dan produktivitasnya urutan ke-4
dari 10 negara-negara yang tergabung dalam ASEAN Productivity
Organization (APO)41
Contoh SWOT Analysis dimaksud antara lain SKA dan Bonus Demografi
merupakan Strenght (Kekuatan); Kualitas SDM yang masih rendah merupakan
Weakness (Kelemahan) ; Potensi bonus demograsi yang berkualitas akan
menghasilkan Rp 444 Triliun pada 2022 merupakan Opportunity (Peluang)
dan Rawan/Kurang tangguhnya ketahanan nasional merupakan Treath
(Tantangan).
Disamping itu, ada kendala budaya sebagaimana Mochtar Lubis kemukan
mengenai sifat-sifat Manusia Indonesia pada saat Pidato Kebudayaan tanggal 6
April 1977.42
Ada 6 (enam) Sifat, yaitu 1) Hipokrisi ( Munafik dan
39
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4283669/menaker-tak-perlu-takut-dengan-revolusi-industri-40(diakses
tanggal 30 Mei 2019, jam 14:16). 40
http://www.seputarjakarta.com/baca/20190506/industri-4-0-buka-peluang-ri-jadi-ekosistem-bisnis-iot-senilai-rp-444-triliun%
EF%BB%BF.html (diakses tanggal 5 Juni 2019, jam 20:41). 41
https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri-4-0-di-indonesia-c32ea95033da(diakses tanggal 30 Mei 2019, jam
13:49) 42
https://indocropcircles.wordpress.com/2016/10/12/inilah-sifat-sifat-manusia-indonesia-yang-membuat-negaranya-tak-akan-maju/(diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 16:55)
20
berpura-pura) , 2) Enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, 3) Berjiwa
feodal, 4) Percaya Takhayul, 5) Artistik, dan 6) Watak yang lemah dan
karakter kurang kuat. Sifat-sifat yang demikian, walaupun belum tentu
seratus persen mengandung kebenaran , setidaknya akan dapat mempengaruhi
dalam proses transformasi ketenagakerjaan Indonesia menuju Era Revolusi
Industri 4.0.
Kondisi tersebut harus dikelola dengan sungguh-sungguh melalui upaya
memaksimalkan peluang dibarengi dengan meminimalisir atau menghilangkan
kendala merupakan strategi pemecahan permasalahan untuk memudahkan
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
c. Strategi
Strategi yang dapat dapat digunakan adalah Strategi SO (Strength and
Oppurtunity), Strategi ST (Strength and Threats), Strategi WO (Weakness and
Oppurtunity) dan Strategi WT (Weakness and Threats).43
d. Upaya
Upaya-upaya yang dilakukan adalah Making Indonesia 4.0 yang telah
dicanangkan oleh Presiden pada 2017, dengan leading sector oleh
Kementerian Perindustian, yang didukung oleh Kementerian/Lembaga lainnya
dan semestinya Indonesia mampu menyiapkan Model Revolusi Industri 4.0
sendiri berbasis pendayaagunaan sumber-sumber daya nasional, kemandirian
dan budaya yang berdasarkan falsafah Pancasila.
16. Fakta, Data dan Kondisi Saat Ini
Menurut Berita Resmi Statistik No. 41/05/Th.XXII.06 Mei 2019 Badan Pusat
Statistik.44
bahwa Jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 sebanyak 136,18 juta
orang. Pada Februari 2019, sebanyak 129,36 juta orang adalah penduduk bekerja
dan sebanyak 6,82 juta orang menganggur. Pengangguran Tebuka (TPT) menurut
tingkat pendidikan terbesar dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yaitu sebesar 8,63 persen. Disisi lain, sebanyak 74,08 juta orang (57,27 persen)
bekerja pada kegiatan informal.
43
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/22178/10532 (diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 12:00) 44 Suharyanto, Kecuk, 2019, Diskusi Panel tentang Bonus Demografi, PPR PPRA LIX 44 Suharyanto, Kecuk, 2019, Diskusi Panel tentang Bonus DemA LIX Lemhannas R.I, 10 Mei 2019.
21
Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2019 masih didominasi oleh
penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah sebanyak 52,40
juta orang (40,51 persen). Penduduk bekerja berpendidikan SMA sebanyak 23,10
juta orang (17,86 persen), SMP sebanyak 22,97 juta orang (17,75 persen), dan
SMK sebanyak 14,63 juta orang (11,31 persen). Sementara itu, penduduk bekerja
berpendidikan tinggi (Diploma ke atas) ada sebanyak 16,26 juta orang (12,57
persen) mencakup 3,65 juta orang berpendidikan Diploma I/II/III dan 12,61 juta
orang berpendidikan Universitas.
Terkait lulusan SMK yang banyak menganggur tersebut akibat dari tidak
adanya link and match antara dunia pendidikan dan dunia industri. Menurut
Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan45
menegaskan bahwa
penyebabnya adalah daya serap industri yang tidak seimbang dengan jumlah
lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), guru-guru yang tidak menguasai
bidang ajarannya, sarana dan prasaranan praktikum yang sangat terbatas maupun
keengganan industri untuk menerima siswa-siswa SKM magang di perusahannya.
Kondisi yang demikian, dikaitkan dangan Revolusi Industri 4.0 akan menjadi
tatangan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Revolusi Industri 4.0 yang sarat
dengan otomatisasi dan digital dalam sitem siber fisik pada dasarnya merupakan
pengaruh dan penetrasi negara maju kepada negara-negara lain untuk mengikutinya
(followers), terlebih kepada negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Mereka
pada umumnya terdadak oleh kemajuan teknologi, sehingga mau tidak mau harus
mempersiapkan diri untuk beradaptasi mengejar ketertinggalan dan kemajuan
negara maju yang sangat sulit untuk dikejarnya.
Literasi digital menjadi penting dalam era Revolusi Industri 4.0 agar tidak
terjadi kegagapan maupun kegagalan. Menurut Rudy Afandy,46
bahwa teknologi
berubah secara exponential, tetapi belum diimbangi oleh perubahan organisasi
yang ternyata masih tumbuh secara logaritma. Akibatnya terjadi kesenjangan (gap)
45
https://katadata.co.id/berita/2018/11/08/mendikbud-lihat-lulusan-smk-banyak-menganggur-karena-masalah-industri(diakses
tangal 30 Mei 2019, jam 09:35) 46 https://suarapalu.com/human-capital-strategi-hadapi-revolusi-industri-4-0/ (diakses tanggal 1 Juni 2019, jam 06:30).
22
di organisasi, 50% berada di level senior manager yang rata rata adalah generasi X,
dan 17 % gap muncul di level junior manager. Bagaimana halnya dengan pekerja
biasa yang terbatas akses digital mauapun teknologi karena faktor ekonomi yang
tidak menguntungkan?. Inilah permasalahan yang perlu mendapatkan solusi.
23
BAB III
PEMBAHASAN
17. Umum
Pembahasan dalam bab ini berisi deskripsi transformasi ketenagakerjaan yang
bersumber pada data primer yang diperoleh dari kementerian/Lembaga berdasarkan
kuesioner maupun wawancara sebagai pendalaman. Kemudian, data dianalisis
mengikuti kaidah penelitian kualitatif mulai dari perumusan masalah, pengumpulan
data, analisis data, merumuskan hasil penelitian dan menyusun rekomendasi untuk
pengambilan keputusan. 47
Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip-prinsip fenomenologis untuk
mengungkapkan fenomena yang terjadi dalam Transformasi Ketenagakerjaan
Indonesia Menuju Era Industri Revolusi Industri 4.0 yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia. Selanjutnya data dipilah-pilah, dikelompokkan dalam
kategori tertentu untuk dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
mengikuti tahapan-tahapan sebagaimana pendapat Miles dan Huberman yaitu : a)
Reduksi Data untuk memilih, memilah, merangkum data sesuai pokok-pokok
permasalahan; b) Penyajian Data dalam bentuk teks naratif, uraian singkat, bagan,
hubungan antara kategori menggunakan teks naratif dilengkapi dengan tabel
maupun grafik; c) Verifikasi Data atas simpulan sementara dibandingkan dengan
data-data baru (jika ada); dan d) Penarikan simpulan yang kredibel yang berupa
temuan baru sebagai gambaran menyeluruh atas fenomena tertentu dalam
keterkaitan variabel, hipotesis dan teori baru.48
18. Penyajian Data dan Pembahasannya.
a. Kesiap-tanggapan tenaga kerja Indonesia terhadap teknologi industri
4.0 masih perlu ditingkatkan.
47
Sudarwan Danim dan Darwis (2003) Metode Penelitian Kebidanan : Prosedur, Kebijakan, dan Etik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, hlm : 80). 48 Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta.
24
Penyajian data primer dan pembahasannya dalam bentuk intisari naratif
dilengkapi gambar-gambar, grafik-grafik maupun tabel-tabel (tersaji dalam
Lampiran) dengan susunan sebagai berikut : 1) Data primer dari Kementerian
Ketenagakerjaan, 2) Data primer dari Kementerian Perindustrian, 3) Data
primer dari Kementerian BUMN, 4) Data primer dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 5) Data primer dari Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, 6) Data primer dari Kementerian Komunikasi &
Informatika, dan 7) Data primer dari Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasonal/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Lampiran-lampiran).
Selanjutnya dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dalam keterkaitan antar variabel ditinjau dari Porter’s Diamond
Theory.
1) Penyajian Data Primer dari Kementerian Ketenagakerjaan dan
pembahasannya.
Menurut M.Hanif Dhakhiri, Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia (2019)49
untuk mengadapi Revolusi Industri 4.0 sektor
ketenagakerjaan harus melakukan transformasi berdasarkan transformasi
industri yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian yaitu Strategy of
Triple Skilling. Program Skilling untuk pelatihan ketrampilan bagi
angkatan kerja baru, program Up skilling untuk meningkatkan
keterampilan tenaga kerja yang sudah ada; dan program Re-Skilling untuk
meningkatkan keterampilan tenaga kerja karena adanya perubahan
tuntutan ketrampilan baru. Untuk itu, maka diperlukan dukungan biaya
yang memadai guna merevitalisiasi Balai Latihan Kerja (BLK) agar link
and match dengan kebutuhan industri serta meningkatkan produktivitas
tenaga kerja yang berdaya saing.
Kemnaker menurut Bambang Satrio Lelono, Dirjen Pembinaan
Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketanagekerjaan R.I (2019)50
49
Wawancara dengan M.Hanif Dhakiri, Menteri Ketenagakerjaan R.I, tanggal 16 Mei 2019. 50 Lelono, Bambang Satrio, Paparan disampaikan di Focus Group Disscussion Upaya Peningkatan Modal Manusia
Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Guna Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Lemhannas R.I, tanggal
22 Mei 2019.
25
juga sedang menyiapakn sekitar 113 juta tenaga kerja terampil dan saat ini
baru terpenuhi sekitar 50 juta tenaga kerja terampil menuju kemajuan
ekonomi di urutan ke-4 dunia pada 2030 . Tantangannya sejak 2012 kita
telah berada pada awal peluang bonus demografi yang puncaknya
diproyeksikan terjadi pada 2030 dan berakhir pada 2050 harus dapat
dimanfaatkan menjadi produktivitas riil diperlukan persiapan yang sangat
matang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan & latihan dan
ketenagakerjaan yang tangguh. Juga, menyelesaikan lulusan SMK yang
menganggur melalui pelatihan vokasi di BLK-BLK milik Kemnaker dan
penguatan mutu vokasi melalui reorientasi kebutuhan-kebutuhan sesuai
tuntutan industri, pelatihan, sertifikasi dan penempatan calon tenaga kerja
(3in1) dan penguatan akses setiap orang untuk memperoleh kesempatan
yang sama dalam mendapatkan pelatihan sebagaimana yang telah disusun
Grand Design Pelatihan Vokasi Nasional hingga 2025 maupun
terbentuknya Komite Pelatihan Vokasi Nasional.
Kemnaker juga melakukan a) peningkatan kemampuan kerja
(employability) dan inovasi tenaga kerja melalui masifikasi pelatihan di
Balai Latihan Kerja (BLK), pemagangan dalam dan luar negeri, sertifikasi
uji kompetensi, serta menginisiasi pembangunan Innovation Room sebagai
sebuah Talent Hub yang selanjutnya akan direplikasi di BLK-BLK milik
pemerintah. b) pengembangan lembaga penyelenggara pelatihan vokasi
melalui program 3R, yaitu Re-Orientasi, Re-Vitalisasi, dan Re-Branding
serta penerapan aplikasi-aplikasi ketenagakerjaan online, sepeti layanan
perizinan TKA secara online. Serta membangun BLK Komunitas
sebanyak 50 buah pada 2017, 75 buah pada 2018, dan direncanakan 1000
buah pada 2019, dan 3000 buah pada 2030.
Tantangan yang dihadapi Kemnaker adalah a) portofolio relatif kecil;
rendahnya kualitas pendidikan tenaga kerja yang masih sekitar 57,46
persen berpindidikan SMP ke bawah; b) link and match antara dunia
pendidikan dan dunia kerja; c) kuantitas dan lokasi tenaga kerja yang
terkonsentrasi di kota-kota di Pulau Jawa.
26
Kemnaker juga melakukan proyeksi kebutuhan tenaga kerja di masa
yang akan data berdasarkan proyeksi industri dari Kemen Perindustrian
sekaligus untuk mempersiapkan peluang bonus demografi pada 2030
(proyeksi seracara rinci terdapat pada lampiran).
Dalam meningkatkan daya saing, Kemenaker melakukan peningkatan
kompetensi tenaga kerja, sertifikasi dan penguatan pendidikan vokasional
melalui BLK-BLK, peningkatan ethos kerja (soft skill), kewirausahaan
(entrepreneurial characteristics) agar produktivitas meningkat dengan
upaya-upaya : a). Peningkatan pemahaman akan arti pentingnya
produktivitas (awareness); 3). Peningkatan produktivitas melalui
penerapan alat, teknik dan metodologi peningkatan produktivitas
(improvement); dan 4). Pengukuran dan Pemeliharaan Produktivitas
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. Nomor Per. 21/MEN/IX/2009.
Kemnaker bukan kementerian teknis dalam peningkatan pertumbuhn
ekonomi, namun secara tidak langsung berkontribusi dalam meningktkan
pertumbuhan ekonomi melalui penetapan kebijakan yang mencipatkan
pasar kerja yang fleksibel dan aman (labor market flexsecurity). Juga,
memperkecil kesenjangan dan kemiskinan sektor ketenagakerjaan melalui
Kebijakan Upah Minimum dan penyusunan struktur dan skala upah untuk
mengurangi kesenjangan upah pekerja di perusahaan-perusahaan.
Bersinergi dengan pemangku kepentingan, Kemnaker telah berhasil
mewujudkan 10.546.500 lapangan kerja baru dalam 4 tahun terakhir.
Pembahasan. Kemnaker telah melakukan berbagai kesiapan
transformasi ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0
antara lain melalui : 1) program triple skilling (skilling, up sklilling dan
reskilling) tehadap tenaga kerja sesuai jenis dan tingkatan pekerjaannya;
2) Grand design Vokasional Nasional; 3) Revitalisasi BLK-BLK berbasis
teknologi Revolusi Industri 4.0; 4) Pengembangan lembaga penyelenggara
pelatihan vokasi melalui program 3R, yaitu Re-Orientasi, Re-Vitalisasi,
dan Re-Branding serta penerapan aplikasi-aplikasi ketenagakerjaan online;
27
dan sertifikasi. Transformasi ketenagakerjaan yang dilakukan mengacu
pada Indonesia Making 4.0 dengan leading sector Kementerian
Perindustrian.
Ke depan, perlu kiranya Kemnaker menyusun disain pokok (grand
design) Kemnaker yang memuat target-target transformasi, implementasi
dan inovasi ketenagakerjaan dalam mengaplikasikan teknologi Revolusi
Industri 4.0 pada jangka pendek, menengah dan panjang secara integral,
holistik dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi
pada 2030 maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar
Kemeneterian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan
dana yang memadai.
Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat
penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui
berbagai kebijakan. Kemnaker sebagai pengemban fungsi pembinaan
ketenagakerjaan telah melakukan peranannya sesuai tupoksi yang
diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu ditingkatkan;
terutama terkait inovasi, penelitian & pengembangan, pendidikan vokasi,
anggaran maupun sinergi antar Kementerian/Lembaga.
2) Penyajian Data Primer dari Kementerian Perindustrian dan
pembahasannya.
Kebijakan pemerintah sektor industri menghadapi Revolusi Industri
4.0, Menurut Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian R.I, adalah
revitalisasi industri nasional, terutama penguasaan teknologi yang
menjadi faktor penentu daya saing yang mendukung industri 4.0, meliputi
Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface,
teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.
Roadmap “Making Indonesia 4.0” bahwa Indonesia fokus pada 5(lima)
sektor utama yaitu (a) makanan dan minuman, (b) tekstil dan pakaian, (c)
otomotif, (d) kimia, dan (e) elektonik. Sektor ini dipilih karena
diproyeksikan akan berdampak signifikan terhadap PDB (Produk
28
Domestik Brutto), perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain,
besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar. Indonesia akan
mengevaluasi strategi dari setiap fokus sektor setiap 3-4 tahun untuk
meninjau kemajuannya dan mengatasi tantangan pelaksanaannya.51
Ada 10 (sepuluh) Prioritas Nasional prioritas dalam implementasi
“Making Indonesia 4.0” yaitu : 1) perbaikan alur aliran barang dan
material. 2) mendesain ulang zona industri. 3) mengakomodasi
standar-standar keberlanjutan. seperti yang berbasis teknologi bersih,
tenaga listrik, biokimia, dan energi terbarukan; 4) memberdayakan usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM); 5) membangun infrastruktur digital
nasional; 6) menarik investasi asing; 7) peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM, merombak kurikulum pendidikan dengan lebih
menekankan pada science, technology, engineering, the arts, and
mathematics (STEAM), serta meningkatkan kualitas sekolah kejuruan; 8)
pembangunan ekosistem inovasi; 9) insentif untuk investasi teknologi,
seperti subsisdi dan potongan pajak; dan 10) harmonisasi aturan dan
kebijakan antara kementerian dan lembaga maupun pemerintah daerah.
Kemenperin52
terus mendorong pengembangan Internet of Things
(IoT) guna memperkuat struktur teknologi digital menuju implementasi
revolusi industri 4.0. yang berpotensi menghasilkan sebesar Rp 444
Triliun pada tahun 2022 dan nilai tambah terhadap PDB (Produk
Domestik Brutto) nasional sebesar USD 150 Miliar pada tahun 2025
(pertumbuhan PDB sekitar 1-2%; sehingga base line pertumbuhan PDB
per tahun anatar 5-10% pada 2018-2030); serta kontribusi sektor industri
manufaktur lebih dari 25 % terhadap PDB pada 2030. “Making Indonesia
4.0” akan : a) meningkatkan PDB 6-7 % pada 2030 dengan pertumbuhan
PDB tiap tahunnya 1-2%; b) Penciptaan tambahan lapangan kerja lebih
dari 10 juta dari 20 juta saat ini sehingga menjadi 30 juta lebih pada 2030;
51
http://www.kemenperin.go.id/download/18384 (diakses tanggal 15 April 2019, jam 11.12)
52
http://www.seputarjakarta.com/baca/20190506/industri-4-0-buka-peluang-ri-jadi-ekosistem-bisnis-iot
-senilai-rp-444-triliun%EF%BB%BF.html (diakses tanggal 5 Juni 2019, jam 20:41).
29
c) meningkatkan kontribusi sektor manufaktor terhadap PDB lebih dari
25% pada 2030.
Juga memaksimalkan pemanfaatan teknologi terkini dan identifikasi
ketrampilan baru dibarengi upaya peningkatan kemampuan sumber daya
manusia (SDM) industri sebanyak 17 juta orang kualifikasi bidang
teknologi digital ( yaitu 4,5 juta orang Talenta di industri manufaktur dan
12,5 juta orang untuk Jasa sektor manufaktur). Untuk kepentingan
revitalisasi indsutri dan peningkatan SDM telah diluncurkan indikator
penilaian untuk tingkat kesiapan industri dalam menerapkan teknologi di
era industri 4.0 yaitu INDI 4.0 (Indonesia Industry 4.0 Readiness Index).
Revitalisasi sektor industri manufaktur di era revolusi industri 4.0
untuk dapat menjadi 10 ekonomi terbesar dunia tahun 2030
dilatarbelakangi adanya aspirasi untuk a) Menggandakan rasio
produktivitasi terhadap biaya agar meningkatkan daya saing global; b)
Mendorong Ekspor netto menjadi 10 % PDB; dan c) Menganggarkan 2%
pengeluaran PDB untuk mendukung sektor inovasi dan fokus pada 5
(lima) sektor utama seperti tersebut diatas.
Untuk mencapai target tersebut, Kemenprind melakukan :
Gambah 01 : Tugas & Kegiatan Utama Kemen Perindustrian
30
Langkah strategis yang dilakukan kemenperin dalam Transformasi
menghadapi Revolusi Industri 4.0 adalah :a) restrukturisasi organisasi di
lingkungan Kementerian Perindustrian; b) Roadmap Making Indonesia
4.0; c) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI);
d) Peningkatan kualitas SDM melalui penguatan pendidikan dibawah
binaan Kemenprind yaitu Pusdiklat, 9 Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), 10 Politeknik, dan 2 Akademi Komunitas (Akom).
Suksesnya transformasi industri dan ketenagakerjaan di lingkungan
Kemenperin disorong oleh kapasitas dan kualitas ASN dan keterlibatan
aktif pemangku kepentingan industri. Dengan tantangan masih belum
memadainya infrastuktur dan daya saing industri.
Proyeksi industri nasional ke depan menyiapkan : a) revitalisasi 5
industri manufaktur tersebut diatas dan menyiapkan 10 (sepuluh)
Politeknik/Akademi Komunitas di kawasan industri yaitu : a) Politeknik
Industri Kelapa Sawit – Dumai/Riau; b) Akademi Komunitas Industri
Sawit – Sei Mangkei; c) Politeknik Industri Petrokimia – Banten; d)
Akademi Komunitas TPT – Surakarta; e) Politeknik Industri Furniture –
Kendal; f) Politeknik Industri Baja – Batu Licin; g) Politeknik Industri
Logam – Morowali; h) Politeknik Industri Petrokimia – Gresik; i)
Politeknik Industri Petrokimia – Telk Bintuni dan j) Akademi komunitas
Industri Manufaktur – Bantaeng. Proyeksi ketenagakerjaan sektor
industri diperoyeksikan sekitar 600.000 orang per tahun dengan rata-rata
prtumbuhan industri pengolahan non-migas 4,9%. Kebutuhan tenaga kerja
sektor migas diproyeksikan Kebutuhan tenaga kerja sektor industri pada
2020 diprediksikan sebesar 607.778 orang, untuk industri : a) makanan
dan minuman sebesar 177.348 orang; (b) tekstil dan pakaian sebesar
124.274 orang; (c) otomotif sebesar 22,749 orang (d) kimia sebesar 13.105
orang ; dan (e) elektonik sebesar 12.733 orang, dengan perincian
terdapat pada Lampiran.
Dalam meningkatkan daya saing, kemenperin melakukan : a)
Penyiapan dan pendampingan industri untuk bertransformasi menuju
31
idustri 4.0 berdasarkan Roadmap making Indonesia 4.0; b) menyiapkan
rancangan Perpres tentang Implementasi Roadmap making Indonesia 4.0.
c) Bimbingan Teknis Manager Transformasi Industri 4.0 untuk mencetak
agen transformasi Industri 4.0 di industri; d) menyusun kesiapan
manajemen dan organisasi (management and organization), orang dan
budaya (people and culture), produk dan layanan (product and services),
teknologi (technology), dan operasi pabrik (factory operation); e)
Pembangunan Pusat Inovasi dan Pengembangan SDM Industri 4.0; f)
Pembinaan Wira Usaha Baru dan Industri Kecil Menengah (IKM) di Era
Industri 4.0 hingga 2018 mecapai 4.215 IKM yang terlibat aktif program
E-Smart IKM; g) penguatan kemitraan industri Indonesia sebagai
Official Partner Country Hannover Messe 2020 guna membuka akses
perdagangan dan investasi; h) Program Vokasi Industri yang Link &
Match Antara SMK dengan Industri sudah ada 1032 industri yang
bekerjasama dengan 2.612 SMK; j) Penyiapan Super Deduction Tax
hingga 200% untuk R&D dan 300% untuk inovasi industri; dan k)
memacu kegiatan R&D mengembangkan ekosistem industri seperti
Nongsa Digital Park di Batam serta IOS Development Center milik Apple
di BSD, Serpong.
Dalam kontribusi mengurangi kesenjangan eknomi maupun distribusi
pendapatan, Kemenperin memprioritaskan pada : a) ekspor dan substitusi
impor; b) penguatan vokasi melalui pendidikan vokasi menuju dual
system, yakni: 30 persen teori dan 70 persen praktikum; c) Sertifikat
Kompetensi Tenaga Kerja Industri; d) Pengembangan Kawasan dan Sentra
Industri yaitu mengembangkan 13 Kawasan Industri baru di Pulau Jawa
dan luar Pulau Jawa, serta 22 Sentra Industri Kecil & Menengah (SIKIM)
di 22 Kota/Kabupaten di luar Pulau Jawa; e) pengembangan Wirausaha
Baru (WUB) ditaergetakan sebanyak 5.000 orang dan E-Smart IKM
sebanyak 5000 IKM; f) Program Satripreneur sebanyak 20 Pondok
Pesantren guna mengembangkan kewirausahaan dan perluasan
kesempatan kerja.
32
Pembahasan. Kemenperin telah melakukan berbagai kesiapan
transformasi industri dan ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi
Industri 4.0 ntara lain : 1) restrukturisasi organisasi di lingkungan
Kementerian Perindustrian; 2) Roadmap Making Indonesia 4.0; 3) Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI); dan 4)
Peningkatan kualitas SDM melalui penguatan pendidikan dibawah binaan
Kemenperin yaitu Pusdiklat, 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 10
Politeknik, dan 2 Akademi Komunitas (Akom); 5) penguatan vokasi
melalui pendidikan vokasi menuju dual system, yakni: 30 persen teori dan
70 persen praktikum; 6) Sertifikat Kompetensi Tenaga Kerja Industri; 7)
Pengembangan Kawasan dan Sentra Industri; termasuk program
santripreuner; 7) peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM,
merombak kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada science,
technology, engineering, the arts, and mathematics (STEAM), dsb.
Ke depan, Kemenperin perlu mengembangan inovasi melalui
penguatan penelitian dan pengembangan berbasis teknologi terapan sesuai
tuntutan revolusi industri 4.0 yang didukung dengan anggaran yang
memadai; pengembangan techo park di berbagai daerah dengan
melibatkan industri maupun universitas/akademi dalam jangka pendek,
menengah dan panjang secara integral, holistik dan komprehensif
dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun seabad
Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga dari
pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.
Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat
penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui
berbagai kebijakan. Kemenperin sebagai pengemban fungsi pembinaan
industri nasional telah melakukan peranannya sesuai tupoksi yang
diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu ditingkatkan;
terutama terkait inovasi, penelitian & pengembangan, pendidikan vokasi,
anggaran maupun sinergi antar Kementerian/Lembaga.
3) Penyajian Data Primer dari Kementerian BUMN dan pembahasannya.
33
Kementerian BUMN dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0
disamping mendorong penggunaan teknologi sebagai bagian dari otomasi
dan percepatan sistem industri dan birokrasi, juga membangun kapabilitas
sumber daya manusia (SDM) melalui standardisasi kompetensi
Kementerian BUMN serta pengembangan kompetensi soft skill dan
kompetensi pengelolaan korporasi. Telah dibangun ITMS (Integrated
Talent Management System) untuk memastikan ketersediaan dan kesiapan
talenta untuk sustainable growth, menjaga akuntabilitas dan transparansi
di BUMN.
Adanya kesenjangan (gap) kompetensi pegawai eksisting dengan
standar kompetensi yang diharapkan untuk mendukung penerapan revolusi
Industri 4.0, Kemen BUMN melakukan perencanaan ulang atas target dan
strategi yang akan dilakukan dengan baik dan matang. Kemudian
dilakukan gap analysis antara kondisi organisasi saat ini dengan target
yang akan dicapai. Setelah itu, dilakukan koordinasi dengan unit-unit kerja
terkait untuk melaksanakan manajemen risiko yang bertujuan mengontrol
risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan strategi tersebut.
Langkah-langkah transformatif yang dilakukan Kemen BUMN adalah :
a) Pengembangan kapabilitas SDM diawali dengan assessment kepada
seluruh pegawia, penguatan dan pengembangan kompetensifungsi
korporasi berupa pelatihan dan sertifikasi; b) mengembangkan sistem
talent pool BUMN dan penilaian pegawai secara 360 degree dilakukan
oleh atasan, bawahan maupun rekan kerja; dan b) Pengembangan
teknologi informasi seperti : 1) SiManis (Sistem Informasi Manajemen
ASN); 2) SiBagas (Sistem Informasi Berbagi Gagasan); 3) SiLaba (Sistem
Informasi Pelaporan Berkala)dan 4) SiNadine (Sistem Informasi Naskah
Dinas Elektronik).
Transformasi yang dilakukan dibaengi dengan penerapan change
management yang baik melalui : a) Membentuk sense of urgency melalui
analisis kondisi, peluang, dan potensi masalah; b) Membentuk tim atau
task force yang solid dan mampu mengembangkan strategi implementasi
34
perubahan yang efektif; c) penyampaian visi transformasi yang efektif dan
masif kepada seluruh pegawai di Kementerian BUMN; d) menggerakkan
pegawai untuk menjalankan perubahan tersebut; dan menetapkan
kebijakan-kebijakan.
Usaha-usaha kemen BUMN untuk meningkatkan daya saing adalah
menjadikan BUMN sebagai agent of development yang besar, kuat, dan
lincah yang mampu bersaing pada level regional dan global antara lain
melalui penetapan target-target tertentu, seperti peningkatan asset, laba,
ekuitas, CAPEX (Capital Expenditure), Fortune 500, skor BUMN;
kemudian memberikan remunerasi untuk memotivasi BUMN agar
menjadi champion di ranah regional maupun global.
Kemen BUMN juga memiliki program tahunan Siswa Mengenal
Nusantara guna membangun wawasan sosial-budaya, pendidikan,
entrepreneurship, pengenalan BUMN serta wawasan kebangsaan sebagai
bagian upaya peningkatan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) bagi
kaum milenial agar mereka lebih mengenal, tertatik dan peduli dengan
BUMN Indonesia. Kemen BUMN melakukan langkah-langkah strategis
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi antara lain meraih CAPEX
BUMN pada 2018 sebesar Rp 379 Triliun (Infrastruktur) dan Rp 108
Triliun (Non Infrastruktur) dari target sebesar Rp 616 Triliun.
Pembangunan infrastruktur diharapkan dapat menciptakan multiplier effect
pada perekonomian nasional serta mampu mengurangi biaya logistik
nasional.
Upaya-upaya Kemen BUMN mengurangi kesenjangan ekonomi
maupun distribusi pendapatan adalah: a) menugaskan BUMN untuk
turut serta dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur nasional
untuk memperkuat konektivitas nasional baik darat, udara, laut,
konektivitas telekomunikasi serta infrastruktur energi dan kelistrikan.
Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu meningkatkan konektivitas
Indonesia, menurunkan biaya logistik nasional, dan mendorong
pertumbuhan perekonomian; b) mendorong BUMN untuk mendukung
35
kemandirian ekonomi rakyat melalui Kredit Usaha Rakyat Himbara,
Mekar, BBM satu harga, dan Rumah Kreatif BUMN.
Pembahasan. Kemen BUMN telah melakukan berbagai kesiapan
transformasi industri dan ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi
Industri 4.0 ntara lain : a) Pengembangan kapabilitas SDM diawali dengan
assessment kepada seluruh pegawai, penguatan dan pengembangan
kompetensi fungsi korporasi berupa pelatihan dan sertifikasi; b)
mengembangkan sistem talent pool BUMN dan penilaian pegawai
secara 360 degree dilakukan oleh atasan, bawahan maupun rekan kerja;
dan b) Pengembangan teknologi informasi seperti : 1) SiManis (Sistem
Informasi Manajemen ASN); 2) SiBagas (Sistem Informasi Berbagi
Gagasan); 3) SiLaba (Sistem Informasi Pelaporan Berkala)dan 4)
SiNadine (Sistem Informasi Naskah Dinas Elektronik); 5) meningkatkan
daya saing adalah menjadikan BUMN sebagai agent of development yang
besar, kuat, dan lincah yang mampu bersaing pada level regional dan
global antara lain mlalui penetapan target-target tertentu, seperti
peningkatan asset, laba, ekuitas, CAPEX (Capital Expenditure).
Ke depan, Kemen BUMN perlu mengembangan inovasi melalui
penguatan penelitian dan pengembangan berbasis teknologi terapan sesuai
tuntutan revolusi industri 4.0 yang didukung dengan anggaran yang
memadai; pengembangan BUMN yang efisien , inklusif, profit oriented
menuju kelas dunia. Menjalin kemitraan dengan universitas/pendidikan
tinggi maupun industri dalam jangka pendek, menengah dan panjang
secara integral, holistik dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus
demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan
bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah
dengan dukungan dana yang memadai.
Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat
penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui
berbagai kebijakan seperti peguatan industri dalam binaan BUMN maupun
SDM-nya. Kemen BUMN sebagai pengemban fungsi pembinaan BUMN
36
termasuk ketenagakerjaan telah melakukan peranannya sesuai tupoksi
yang diembannya, namun masih perlu meningkatkan inovasi, penelitian &
pengembangan, pendidikan vokasi, anggaran maupun sinergi antar
Kementerian/Lembaga.
4) Penyajian Data Primer dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, dan pembahasannya.
Kesiapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
melakukan transformasi pendidikan menuju Era Revolusi Industri 4.0
guna mendukung ketenagakerjaan Indonesia adalah Revitalisasi Sekolah
Menegah Kejuruan (SMK), fokus pada pengembangan dan penyelarasan
kurikulum, pemenuhan dan peningkatan kompetensi guru, kerjasama
dengan industri, akses sertifikasi lulusan dan akreditasi SMK, serta sarana
dan prasarana SMK. Dan prioritas pada 4 (empat) bidang keahlian SMK
yaitu kemaritiman, pariwisata, ekonomi kreatif, dan pertanian.
Kemendikbud melalukan penyempurnaan : a) kurikulum berbasis
kecakapan abad 21 yaitu yaitu berpikir kritis, kreatif dan inovatif, terampil
berkomunikasi, bekerjasama dan berkolaborasiserta percaya diri; b)
Didaktik-Metodik, merancang beberapa inovasi pembelajaran seperti
belajar menggunakan internet (online); c) peningkatan kompetensi dan
sertifikasi guru; dan d) penggunaan teknologi internet untuk komuniasi
daring di lingkungan Kemendikbud.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan
kemendikbud berdampak positif anatara lain : a) proses kegiatan,
perolehan hasil menjadi lebih efisien, cepat, transparan, akuntabel dan
lebih efisien dari segi penggunaan waktu, biaya, tenaga dan sarana
prasarana, misal UAN lebih efisien; b) Memungkinkan melakukan inovasi
pembelajaran melalui pengemabngan kemampuan literasi digital, literasi
teknologi dan literasi sosial. Upaya-upaya Transformatif Kemendikbud
untuk memenuhi tuntutan Revolusi Industri 4.0 adalah : a) Transformasi
terhadap guru dan tenaga kependidikan dilakukan melalui diklat
fungsional, diklat teknis, dan pemberdayaan wadah/asosiasi guru dan
37
tenaga kependidikan; b) Transformasi terhadap para pengelola pendidikan
baik di Pusat maupun Daerah dilakukan pembaruan (update) sistem
pengelolaan dengan mengikuti perkembangan teknologi dan informasi
terkini; dan c) Transformasi infrastruktur pendidikan, yang mengikuti
perkembangan teknologi terkini.
Dampak negatif teknologi berbasis internet antara lain : a) sulit
mengontrol akses internet bagi siswa, terutama konten-konten negatif dan
pornografi; b) Terjadinya kesenjangan digital (digital devide) antara daerah
yang satu dan lain dalam mengakses internet; c) memungkinkan terjadinya
pengurangan tenaga pendidik akibat dari mudahnya para siswa akses
langsung ke sumber belajar melaui komputer mauun gadgetnya,(terutama
pembelajaran transfer of knowledge).
Upaya-upaya yang dilakukan Kemendikbud mengatasi atau setidaknya
meminimalisir dampak negatif dari Revolusi Industri 4.0 adalah : a)
Memperkuat pendidikan karakter melalui Gerakan Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK), terutama religius, nasionalisme, mandiri, integritas dan
gotong royong; b) Memberikan afirmasi untuk daerah 3T (Terdepan, Terluar
dan Tertinggal) melalui perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan; dan
c) Peningakatan kompetensi guru (re-training dan up-dating skills) serta
mengembangkan Continues Professional Development (CPD).
Kesuksesan Kemendikbud dalam melakukan transformasi menuju
Revolusi Industri 4.0 didukung oleh anggaran yang cukup dari pemerintah
baik pusat maupun daerah, kemitraan sekolah - industri, pemanfaatan
program CSR perusahaan maupun komite sekolah. Dan hambatan yang
dihadapi luasnya geografi Indonesia yang terpisah antara pulau, terutama
daerah 3T, budaya SDM kependidikan yang belum adaptif terhadap
perubahan Revolusi Industri 4.0.
Upaya-upaya Kemendikbud meningkatkan daya Saing bangsa antara lain
: a) Melakukan kerjasama bidang pendidikan secara bilateral maupun
multilateral seperi ASEAN, SEAMEO, MEA, APEC, UNESCO, UNICEF,
WEF, SDG’s; b)Melakukan kerjasama bilateral/kemitran dengan AUSAID,
38
CIRA; dan b) Mengikutsertakan siswa dalam berbagai kompetisi bidang
sains, humaniora, olahraga dan seni tingkat internasional.
Upaya-upaya strategis Kemendikbud untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi adalah a) Meningkatkan kualitas SDM angkatan kerja melalui
Penguatan SMK; b) Meningkatkan layanan pendidikan non formal; dan c)
Meningktkan kerjsama dengan dunia usaha melalui program pemagangan
dan kontrak kerja dan penyertaan modal wirausaha melalui teaching
factory.
Dalam kontribusi mengungari kesenjangan ekonomi maupun distribusi
pendapatan, Kemendikbud melakukan antara lain : a) Memberikan akses
pendidikan yang seluas-luasnya kepada masyarakat; b) Memberikan layanan
pendidikan yang lebih fleksibel (melalui pendidikan non formal), pendidikan
kesetaraan (Paket A, Paket B, dan Paket C) dan kursus dan pelatihan; dan c)
Memberikan pendidikan kejuruan berbasis kewirausahaan (enterpreneur),
teaching factory di SMK dan kerjasama dengan dunia usaha dan industri.
Pembahasan. Kemendikbud telah melakukan berbagai kesiapan
transformasi ketenagakerjaan Indonesia menuju era Revolusi Industri 4.0
antara lain : 1) Revitalisasi Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), fokus pada
pengembangan dan penyelarasan kurikulum fokus pada kemaritiman,
pariwisata, ekonomi kreatif, dan pertanian; 2) Penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi di lingkungan; 3) melakukan inovasi pembelajaran
melalui pengemabngan kemampuan literasi digital, literasi teknologi dan
literasi social; dsb.
Ke depan, perlu kiranya Kemendikbud menyusun disain utama (grand
design) Kemnaker yang memuat target-target transformasi, implementasi dan
inovasi kependidikan dalam mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0
pada jangka pendek, menengah dan panjang secara integral, holistik dan
komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun
seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga
dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.
39
Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat
penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui
berbagai kebijakan. Kemendikbud telah melakukan peranannya sesuai
tupoksi yang diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu
ditingkatkan; terutama terkait link & match aatara pendidikan dan industri,
inovasi, penelitian & pengembangan, pendidikan vokasi, anggaran maupun
sinergi antar Kementerian/Lembaga.
5) Penyajian Data Primer dari Kementerian Riset & Teknologi dan
Pendidikan Tinggi dan pembahasannya.
Kesiapan Kemenristekdikti melakukan transformasi ketenagakerjaan
dan ristek menghadapi Revolusi Indutri 4.0 antara lain melakukan penguatan
konsep pembangunan manusia yang berkualitas dan berdaya saing yaitu
sehat, cerdas, adaptif, kratif, inova tif, terampil dan bermartabat sesuai UU
RI No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan UU RI No. 18 Tahun
2002 tentang Sistim Nasional IPTEK. Kemenristekdikti melakukan
perubahan menuju Era Industri 4.0 dalam mempersiapkan perguruan tinggi
siap mendidik tenaga kerja atau SDM unggul adalah : a) meningkatkan akses
partisipasi kasar peserta didik pendidikan tinggi dari sekarang sebesar 34,4
% menjadi 50 % pada tahun 2024; b) peningkatan jumlah SDM yang
berkualitas internasional; c) melakukan pembaharuan program-program
pendidikan baru disesuai kebutuhan di era industri 4.0, termasuk pendidikan
moral dan karakter bangsa; d) merubah 4790-an Perguruan Tinggi menjadi
pendidikan vokasi dan teknologi menjadi lebih besar dari 5% ; dan e)
Memfokuskan riset, teknologi dan inovasi pada STEM (Science,
Technology, Engineering and Mathematic) guna penguasaan sistim solusi
industri dan teknologi Indonesia di era industri 4.0.
Kemenristekdikti melakukan penguatan dan pencapaian visi
pembangunan pendidikan tinggi yaitu “Indonesia Berdaya saing dan
Berdaulat berbasis Iptek”; Misi : a) Menciptakan masyarakat Indonesia
yang inovatif berbasis Iptek dan b) Menciptakan keunggulan kompetitif
bangsa secara global; bertujuan untuk : a) meningkatkan loiterasi iptek; b)
40
meningkatkan kapasitas, kompetensi dan sinergi Riset Nasional; dan c)
Memajukan perekonomian nasional berbasis iptek. Upaya-upaya yang
dilakukan Kemenristekdikti antara lain : a) meningkatkan angka partisipasi
pendidikan tinggi; b) meningkatkan prodi PT yang terakreditasi minimal B;
c) meningkatkan kualifikasi dosen minial S2/S3; d) meningkatkan aktivitas
riset dan pengembangan ilmu terapan; e) meningkatkan lulusan perguruan
tinggi yang berkualitas dan menguasai teknologi; f) meningkatkan
tatakelolla kelembagaan pendidikan tinggi; dan g) meningkatkan
ketersediaan dan kualitas hasil penelitian sektor pendidikan.
Dalam kontribusi meningkatkan pertumbuhahan ekonomi,
Kemenristekdikti melakukan penguatan kapasitas iptek menjadi Research
Power House agar inovasi dan investasi meningkat sehingga berdampak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sekitar 6% maupun distribusi
pendapatan yang merata. Dampak positif dari kemajuan teknologi di era
Revolusi Industri 4.0 yang diperoleh Kemenristekdikti memungkinkan
untuk : a) merubah sistem pendidikan tinggi menjadi 3 (tiga) cluster yaitu
akademis, vokasional dan prosesional sesuai dengan
kompetensi-kompetensi bidang kerja yang dibutuhkan dalam era industri
4.0; saat ini yang vokasional baru 5% dari 4790-an Perguruan Tinggi. Dan
Kemenristekdikti mengatasi dampak negatif melalui uoaya-upaya
pengembangan SDM Iptek yang kompetitif dan produk hasil inovasi
nasional dari pemanfaatan teknologi 4.0 di berbagai sektor yang didukung
oleh tenaga kerja Indonesia dan hasil-hasil riset unggulan nasional.
Langkah-langkah transformatif yang dilakukan Kemenristekdikdi
dengan dukungan sumberdaya yang memadai antara lain : a) penyiapan
SDM siap menerapkan tekknologi industri 4.0 seperti pemahaman data
(data literacy), teknologi (technology literacy), dan social humaniora; b)
Perubahan kelembagaan pendidikan melalui pembukaan program
pendidikan baru, merekrut dosen industri, mengundang Profesor universitas
mancanegara; c) perubahan bentuk perguruan tinggi dari yang berorientasi
akademis menjadi berorientasi teknologi; d) dan mengembangan tenaga
kerja siap berwiraswasta ataupun kerja; e) Perijinan baru Universitas
41
diutamakan untuk bidang STEM (Science Technology Engineering and
Mathematics); f) peningkatan akses, kapasitas dan kualitas pendidikan
vokasi berbasis STEM yang didukung oleh riset-riset STEM di perguruan
tinggi bertaraf world class university Indonesia ( 11 Universitas PTN Badan
Hukum) dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan SDM Iptek
vokasi menjadi 50 % Angka partisipasi kasar jumlah peserta mahasiswa
Indonesia pada tahun 2024.
Tantangan dan hambatan yang dihadapi kemenristekdikti anatara lain
masih adanya : a) resistensi bagi para pembuat keputusan dalam
kewenangannya dituntut serba cepat dalam memberikan respon cepat, serta
menghasilkan kebijakan yang akurat; maupun b) masih dirasakan adanya
banyak hambatan dalam melakukan reformasi pendidikan tinggi dan
pengembangan riset, baik yang dibiayai pemerintah maupun
industri/perorangan. Tantangan yang harus segera diselesaikan adalah : a)
guidelines pengaturan tentang SDM, Kelembagaan, Daya Dukung
(Infrastruktur, pendanaan, peraturan); b) anggaran dan pembiayaan serta
keterbatasan jumlah dosen yang bermutu serta mempunyai kompetensi
nyata; c) peningkatan kapasitas dosen yang ada saat ini agar berkualitas
internasional; d) rekrutmen dosen sebanyak 50% dari industri, dengan
sistim NIDK (Nomer Induk Dosen Khusus) dari dalam maupun luar negeri;
e) perubahakn kurikulum secara block system agar memungkinkan multy
entry multy exit, serta pendidikan dilakukan secara blended system, bisa
tatap muka missal di laboratorium di mana saja, asal terakreditasi serta
pembelajaran on-line system.
Guna mendukung transformasi industri dan ketenagakerjaan maka
Kemenristekdikti melakukan : a) merubah bentuk perguruan tinggi yang
banyak berbasis akademis menjadi vokasi (politeknik) dan profesi; b)
pengurangan, penggabungan jumlah perguruan tinggi yang tidak
melahirkan SDM yang siap berada dalam era industri 4.0; c) tranformasi
dosen; kurikulum, infrastuktur dan pembiayaan yang memadai; d)
transformasi riset yang fokus pada streamline yang produktif dan efisien
maupun meningkatkan pembiyaan riset secara nasional lebih besar dari Rp
42
28 Triliun per tahun; e) meningkatkan sinergi bidang riset, kerjasama riset
dalam satu Badan Riset Nasional sesuai amanat UU No 18/2002 tentang
Sistim Nasional Iptek dan Inovasi.
Kemenristekdikti melakukan reformasi pendidikan tinggi mengarah
pada memperbesar program vokasional secara masif pada jenjang Master
Teknologi Terapan sejalan dengan transformasi industri yang dilakukan
Kemenperin. Upaya-upaya Kemenristek dikti meningkatkan daya saing
bangsa antara lain a) peningkatan jumlah dan kualitas lulusan pendidikan
tinggi sesuai dengan kebutuhan pasar yang berkembang serta mampu
membangkitkan usaha2 baru sesuai tuntutan industri 4.0; dan b)
Peningkatan kapasitas riset, pengembangan iptek sehingga menjadi
inovasi2 baru yang mampu menembus pasar Dalam Negeri dan/atau Luar
Negeri; dan c) melalukan kerjasama multilateral, bilateral serta strategic
partnership di lingkungan ASEAN, Regional APEC, dan global G20.
Kemenristekdikti mendorong berkontribudsi dalam pertumbuhan
ekonomi nasional antara lain melalui : a) Pendidikan berbasis Revolusi
Industri 4.0; b) mengembangkan nilai-nilai baru society 5.0 yang
humanistis dengan memanfaatkan teknologi demi kemanusiaan; dan c)
mempermudah akses akses terhadap pendidikan tinggi; d) mendorong
Universitas yang berkualitas PTN Badan Hukum menjadi Universitas Riset
berkelas dunia (World Class University); e) menyiapkan SDM Indonesia
yang unggul siap teknologi 4.0 yang saat ini sekitar 7 juta orang mahasiswa
per tahun sedang mengikuti pendidikan tinggi. Harapannya mereka akan
mampu menciptakan pekerjaan baru seperti misalnya digital start-up,
fin-tech industry, dan lain-lain.
Pembahasan. Kemenristekdikti telah melakukan berbagai kesiapan
tranformasi ketenagakerjaan Indonesia menuju era Revolusi Industri 4.0
antara lain a) penyiapan SDM siap menerapkan tekknologi industri 4.0;
b) perubahan bentuk perguruan tinggi dari yang berorientasi akademis
menjadi berorientasi teknologi; d) dan mengembangan tenaga kerja siap
berwiraswasta ataupun kerja; e) Perijinan baru Universitas diutamakan
43
untuk bidang STEM (Science Technology Engineering and Mathematics);
f) peningkatan akses, kapasitas dan kualitas pendidikan vokasi berbasis
STEM; g) penyiapan Badan Riset Nasional, perguruan tinggi bertaraf world
class university , dsb.
Ke depan, perlu kiranya Kemenristekdikti menyusun disain utama
(grand design) Kemnaker yang memuat target-target transformasi,
implementasi dan inovasi riset dan kependidikan tinggi dalam
mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0 pada jangka pendek,
menengah dan panjang secara integral, holistik dan komprehensif dikaitkan
dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada
2045 dengan bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga dari pusat hingga
daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.
Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat
penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui
berbagai kebijakan. Kemenristekdikti telah melakukan peranannya sesuai
tupoksi yang diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu
ditingkatkan; terutama terkait inovasi, penelitian & pengembangan,
pendidikan tinggi berbasis STEM, anggaran maupun sinergi antar
Kementerian/Lembaga.
6) Penyajian Data Primer dari Kementerian Komunikasi & Informatika
dan pembahasannya.
Kesiapan Kemenkominfo menuju Era Revolusi Industri 4.0 antara lain :
1) melakukan inovasi menjadi institusi yang lebih mengedepankan fungsi
pelayanan dan fasilitator guna mendorong percepatan pelayan publik
sehingga layanan informasi dan komunikasi menjadi real time yang
memungkinkan pelayanan publik bisa lebih cepat dan efisien (pelayanan
prima).; 2) memanfaatkan Internet of Things (alat yang dapat mengirim
data melalui internet), lalu di simpan ke dalam Big Data (data yang
terhimpun dalam jumlah sangat besar), yang kemudian diproses oleh
Artificial Intelligence (kecerdasan buatan); memaksimalkan fungsi internet
untuk menciptakan “pabrik cerdas” dan “robot cerdas” ; dan 3)
44
memberikan pelayanan publik secara one-stop service yang berbasis
e-licensing, dilengkapi Call Center159. Dampak negatifnya, antara lain
belum seluruhnya SDM bisa secara merata dan simultan mengikuti
perubahan yang terjadi. Karena itu, Kementerian Kominfo juga terus
mendorong pengembangan SDM internal, khususnya melalui pendidikan
dan pelatihan teknis dalam bidang penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi.
Guna meminimalisir dampak negatif dari revolusi industri 4.0 bagi
bangsa dan negara, Kemenkominfo terus melakukan : a) peningkatan
kompetensi SDM, dalam hal peningkatan literasi TIK (Teknolofi
Informatika & Komunikasi) masyarakat; dan b) menapis website yang
terbukti melakukan penyebaran konten negatif maupun pornografi/asusila.
Langkah-langkah transformatif yang dikembangkan KemenKominfo
guna mengurangi gap (kesenjangan) antara konsisi saat ini dengan tuntutan
revolusi industri 4.0, antara lain: 1) Penyelenggaraan 3 pilot sistem desa
broadband terpadu di desa nelayan, desa pertanian, dan desa pedalaman
sesuai 50 lokasi prioritas BNPP; 2) Membangun 575 BTS di daerah
tertinggal, terluar dan terpencil; 3) Menyediakan akses internet di 4000
lokasi (sesuai prioritas, seperti 100% sekolah SD-SMA termasuk
madrasah); 4) Revitalisasi dan optimalisasi National Internet Exchange
(NIX) ; 5) Penyiapan SDM yang kompeten melalui program Digital Talent
Scholarship (DTS), yang mulai dikembangkan sejak tahun 2018; 6)
Menyiapkan Design TIK environment sebagai acuan di area fokus
pembangunan; 7) Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Desa dan
Kawasan (SIDEKA) ke 1000 desa; 8) Pembentukan 1500 agen perubahan
Internet Cerdas, Kreatif, dan Produktif (i-CAKAP) di daerah perbatasan,
tertinggal, dan terluar; 9) Mendorong terjadinya transformasi digital bagi
UMKM konvensional ke UMKM berbasis teknologi digital; 10)
Terselenggaranya tata kelola Komunikasi dan Informatika yang efisien,
berdaya saing, dan aman; 11) Melakukan percepatan layanan perizinan
Machine to Machine; 12) Penyiapan SDM yang kompeten melalui program
45
Digital Talent Scholarship (DTS), yang mulai dikembangkan sejak tahun
2018, dan sebagainya.
Tantangan utama dari program transformasi yang dikembangkan oleh
KemenKominfo adalah : 1) kesenjangan digital (digital divide) sebagai
konsekuensi dari geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
2) kesenjangan ekonomi dan sosial terkait akses, penggunaan, atau
dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK); 3) kesiapan
socio-cultural maupun regulasi dalam mengantisipasinya, sehingga
diperlukan SDM yang kompeten dibidang TIK di era revolusi industri 4.0.
Kemenkominfo mendukung peningkatan daya saing bangsa Indonesia
di lingkup regional dan internasional melalui penguatan implementasi
revolusi industri 4.0 pada 10 National Initiatives, yaitu : a) Perbaikan alur
aliran barang dan material; b) Desain ulang zona industri; c)
Mengakomodasi standar-standar berkelanjutan (sustainability); d)
Memberdayakan UMKM; e) Membangun infrastruktur digital nasional; f)
Menarik minat investasi asing; g) Peningkatan kualitas SDM; h)
Pembangunan ekosistem inovasi; i) Insentif untuk investasi teknologi; dan
j) Harmonisasi aturan dan kebijakan.
Kemenkominfo fokus dalam hal pembangunan infrastruktur digital dan
peningkatan SDM (digital talent), serta telah menetapkan sasaran strategis
yaitu tersedianya akses broadband nasional, internet dan penyiaran digital
yang merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
pendidikan, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, melalui program
stategisnya yaitu: Broadband/4G, efisiensi industri, cyber security dan
governance, e-government, e-commerce, dan digitalisasi.
Kemenkominfo juga telah mengembangkan program Digital Talent
Scholarship (DTS) guna meningkatkan kompetensi dan daya saing SDM
TIK Indonesia : 1) pada 2018 telah melatih sebanyak 1.000 orang
tenaga-tenaga teknis yang dibutuhkan di era revolusi industri 4.0, yaitu
tenaga teknis di bidang Cyber security, Cloud computing, Big Data
Analytic, Artificial intelligence, dan Digital Business. Program DTS ini
46
bekerjasama dengan 5 (lima) universitas terkemuka Indonesia dan juga
technology company global. 2) 2019 melatih sebanyak 25.000 orang
yang tersebar di seluruh Indonesia dengan bidang pelatihan yang lebih
beragam. Program ini melibatkan 30 mitra universitas negeri dan swasta
dan 23 mitra politeknik negeri, serta 5 technology company global.
Program pelatihan ini dikemas dalam 4 (empat) program yaitu: a) Fresh
Graduate Academy (FGA) yang ditujukan bagi lulusan D3/D4/S1 yang
belum bekerja dengan bidang pelatihan: Cyber Security, Internet of
Things. Artificial Intelligence. Cloud Computing, Big Data dan Machine
Learning; b) Vocational School Graduate Academy (VSGA) yang
ditujukan bagi lulusan SMK TIK yang belumbekerja dengan bidang
pelatihan : Junior Network Administrator, Junior Web Developer, Junior
Mobile Programmer, Junior Graphic Designer dan Intermediate Animator;
c) Coding Teacher Academy (CTA) yang ditujukan untuk Guru TIK
dengan bidang pelatihan; dan d) Programming Essential in PythonOnline
Academy (OI) yang ditujukan bagi ASN, praktisi, dan umum dengan
bidang pelatihan: CCNA Cybersecurity Operations, CCNA Security,
Programming Essential in Python, IT Essential, Artificial Intelligence,
Cyber security, Internet of Thinks, Data Science, Digital Policy, Big Data,
dan Digital Entrepreneur. Program ini melibatkan 30 mitra universitas
negeri dan swasta dan 23 mitra politeknik negeri, serta 5 technology
company global.
Guna mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, Kemenkominfo
berkontribusi dalam : a) penyiapan SDM digital,; b) Merumuskan
Roadmap eCommerce Nasional untuk 5 – 10 tahun ke depan; c)
Melakukan pengumpulan data proliferasi e-commerce.; dan d) Mendorong
pengembangan dan peningkatan jumlah startup company.
Upaya-upaya yang dilakukan Kementerian Kominfo mengurangi
kesenjangan ekonomi maupun distribusi pendapatan adalah a) melakukan
percepatan transformasi digital; dan b) mengurangi kesenjangan literasi
digital. Karena diyakini bahawa: 1) pertumbuhan 1% Fixed Broadband
akan menurunkan angka pengangguran sebesar 8,6% (Katz el. Al, 2019,
47
Renstra Kemkominfo 2015-2019); dan 2) peningkatan 10% penetrasi
Broadband akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38%
(World Bank, Renstra Kemkominfo 2015-2019). Oleh karena itu,
ketersediaan akses broadband nasional, internet, dan penyiaran digital yang
merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
pendidikan, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan menjadi
keniscayaanbagi bangsa Indonesia untuk meningkatakan daya saing global
dan internasional.
Pembahasan. Kemenkominfo telah melakukan kesiapan transformasi
digital guna mendukung Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK)
menuju era Revolusi Industri 4.0 antara lain : 1) melakukan inovasi dan
akselerasi/percepatan pelayan publik secara real time , cepat dan efisien
(pelayanan prima); 2) memanfaatkan Internet of Things berbasis internet
untuk menciptakan “pabrik cerdas” dan “robot cerdas” ; dan 3)
memberikan pelayanan publik secara one-stop service yang berbasis
e-licensing, dilengkapi Call Center 159 serta ruangan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP), mendukung Making Indonesia 4.0, dsb.
Ke depan, perlu kiranya Kemenkominfo menyusun disain utama
(grand design) yang memuat target-target transformasi, implementasi dan
inovasi komunikasi dan informatika dalam mengaplikasikan teknologi
Revolusi Industri 4.0 pada jangka pendek, menengah dan panjang secara
integral, holistik dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus
demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan
bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah
dengan dukungan dana yang memadai; termasuk keharusan memiliki
Platform IT sendiri agar memiliki kedaulatan digital, keamanan siber , big
data dan kepentingan nasional.
Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat
penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui
berbagai kebijakan. Kemenkominfo telah melakukan peranannya sesuai
tupoksi yang diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu
48
ditingkatkan; terutama terkait pengembangan Platform IT, peningkatan
akses digital, inovasi, penelitian & pengembangan, peningkatan kualitas
SDM, anggaran maupun sinergi antar Kementerian/Lembaga.
7) Penyajian Data dari Kementerian PPN Bappenas dan pembahasannya.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dalam
melakukan perencanaan pembangunan bukan hanya antisipatif terhadap
Revolusi Industri 4.0 saja; namun menjangkau ke depan bertumpu pada
Visi Pembangunan Indonesia 2045 yaitu Berdaulat, Maju, Adil dan
Makmur.
Pilar Pembangunan Indonesia 2045 53
meliputi Pilar 1 :
Pembangunan Manusia dan Penguasaan Iptek; Pilar 2 : Pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan; Pilar 3 : Pemerataan Pembangunan; dan
Pilar 4 : Pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.
a) Pilar 1 Pembangunan Manusia dan Penguasaan Iptek mencakup :
1)) Percepatan pendidikan rakyat Indonesia secara merata, 2))
Peningkatan peran kebudayaan dalam pembangunan, 3)) Peingkatan
sumbangan iptek dalam pembangunan, 4)) Peningkatan derajat
kesehatan dan kualitas hidup rakyat, dan 5)) Reformasi
ketenagakerjaan.
b) Pilar 2 Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan meliputi :1))
peningkatan investasi dan perdagangan luar negeri, 2)) percepatan
industri dan pariwisata, 3)) pembangunan ekonomi maritim, 4))
pemantapan ketahanan pangan dan penigkatan kesejahteraan petani,
pemantapan ketahanan energi dan air, dan komitmen.
c) Pilar 3 Pemerataan Pembangunan mencakup : 1)) Percepatan
pengentasan kemiskinan, 2)) pemerataan kesempatan usaha dan
53
Pemaparan Bambang P.S.Brodjonegoro Menteri PPN/Bappenas kepada Peserta PPRA LIX Lemhannas pada tanggal 12
Juni 2019 tentang Indonesia 2045 Berdaulat, Maju, Adil dan Makmur
49
pendapatan, 3)) pemerataan pembangunan wilayah, dan 4))
Pembangunan intrastuktur yang merata dan terintegrasi.
d) Pilar 4 Pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola
pemerintahan mencakup : 1)) demokrasi substantif; 2)) reformasi
kelembagaan dan birokrasi; 3)) politik luar negeri bebas aktid; dan 4))
penguatan ketahanan dan keamanan.
Bappennas juga merencanakan pengembangan teknoloii sesuai tren
masa depan yaitu : a) teknologi digital (internet/seluler, otomatisasi dan
Cloud technology); b) teknologi yang mengunragi keterbatsan fisik dan
jarak (IoT, transportasi, distribusi, addictive manufacturing/3D printing; c)
nano technology; d) teknologi baru terbarukan (surya, angin, nuklir,
biomas dan geothermal); dan e) teknologi kesehatan (genetika, pengobatan
dan pemulihan serta pelayanan kesehatan); f) memanfaatkan teknologi
bagi pembangunan dan mengurangi disrupsi maupun hilangnya jenis
pekerjaan. Guna menyiapkan Manusia Indonesia yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) diperlukan pendidikan yang semakin
tinggi dan merata, kebudayaan yang kuat, derajat kesehatan, usia harapa
hidup, dan kualitas hidup yang semakin baik, produktivitas yang tinggi
serta penguasaan iptek yang luas.
Pembahasan. Perencanaan Pembangunan Nasional 2045 yang
memiliki 4 (empat) pilar tersebut diatas masih cebderung berorientasi
pada pembangunan fisik dan tidak secara ekplisit menyiapkan
perencanaan pembangunan non-fisik (mental spritual) yang bersumber
dari nilai-nilai Pancasila. Semestinya pembangunan nasional dan Manusia
Indonesia harus dibangun aspek lahir dan batin; melalui penguatan
nilai-nilai Pancasila. Agar Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara
benar-benar harus dipahami, dihayati, diamalkan secara benar serta
dilestarikan oleh seluruh warga negara dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka Pilar Pembangunan
Nasional 2045, seabad Indonesia mutlak diperlukan satu pilar lagi yaitu
Penguatan dan Pengamalan nilai-nilai Pancasila.
50
Sementara itu, Data primer dari Kementerian PPN/Bappenas
berdasarkan permohonan dari Lemhannas R.I No. B/1283/14/22/7/SET
tanggal 29 April 2019 dan No.B/1810/14/22/7/SET tanggal 18 Juni 2019
hingga tenggat yang diharapkan belum ada jawaban, sehingga tidak dapat
disajikan dan dibahas sebagaimana mestinya. (penulis telah berusaha
mengkomunikasikannya dengan pejabat terkait).
b. Kebijakan Pemerintah dalam Transformasi Ketenagakerjaan
Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0 masih perlu
diharmonisasikan.
Harmonisasi kebijakan pemerintah dalam Transfomasi
Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0 merupakan
permasalahan yang tidak mudah. Perlu effort yang luar biasa dari para
pucuk pimpinan dari para pemangku kepentingan untuk bersama-sama
memiliki komitmen kebangsaan untuk menemukan solusi kebangsaan
bersama-sama, tanpa saling menonjolkan ego sektoral masing-masing.
Dari data yang dikumpulkan, terlihat bahwa transformasi
ketenagakerjaan dilakukan bervariasi cenderung sektoral sesuai tupoksi
masing-masing; belum berangkat dari single data yang sama. Misalnya
saja, proyeksi kebutuhan tenaga kerja dari kementerian diluar
perindustrian belum menggunakan data proyeksi industri yang disiapkan
oleh Kementerian Perindustrian. Namun demikian, transformasi yang
dilakukan oleh Kementerian/Lembaga menuju Era Industri 4.0 telah
dipersiapkan sesuai kemampuan, kewenangan dan dukungan anggaran
yang dimilikinya sehingga memberikan kemanfaatan setidaknya adaptif
dan antisipatif terhadap perubahan yang sangat cepat dan tidak menentu
akibat dari Revolusi Industri 4.0.
Sementara itu, inovasi yang menjadikan keunggulan kompetitif
(advantage competitiveness) masih relatif kecil dan perlu dipacu lebih
kencang lagi melalui penelitian dan pengembangan yang bersifat aplikatif
dalam satu lembaga/badan riset nasional dengan dukungan dana yang
lebih besar dengan melibatkan industri maupun Universitas/Perguruan
51
Tinggi; terlebih Era Revolusi Industri 4.0 bakal dimulai pada 2020;
sekaligus mempersiapkan peluang bonus demografi pada 2030 maupun
seabad Indonesia pada 2045.
Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat
penting dalam meningkatkan daya saing bangsa dan negara melalui
keberpihakan pada pengembangan industri. Mengingat, multi effect suatu
industri sangat besar; antara lain meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
bagi bangsa dan negara; meningkatkan daya saing, dan lain-lain. Ada
permasalahan krusial menyangkut cara pandang, paradigma, pola pikir
masyarakat Indonesia dalam menghadapi perubahan yang cenderung
masih tersekat dalam tradisi komunal, lebih suka menyampaikan gagasan
lisan dan langsung daripada tertulis dan tidak langsung. Juga tidak
menutup kemungkinan dipengaruhi oleh “tipologi sifat-sifat Manuasia
Indonesia” yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis. Sehingga dalam
melakukan transformasi digital dan teknologi harus dibarengi dengan
transformasi kultural.
Dalam konteks daya saing bangsa, penelitian ini masih terbatas pada
peranaan pemerintah dalam transformasi ketenagakerjaan Indonesia
menuju Era Revolusi Industri 4.0 sehingga masih diperlukan penelitian
yang lebih mendalam mengenai kondisi riil industri nasional, baik BUMN
maupun swasta nasional.
c. Ketersambungan dan kesesuaian (Link and match) antara sektor
pendidikan dan sektor industri menuju Era Industri 4.0 masih perlu
ditingkatkan.
Link and match menjadi permasalah yang serius karena ternyata
pengangguran tertinggi justru dari para lulusan SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) sebesar 8,63% sesuai Data BPS pada Februari 2019. Kondisi ini
menunjukkan bahwa telah terjadi adanya ketidaksambungan dan
kesesuaian antara pendidikan dan kebutuhan industri. Langkah-langkah
yang dilakukan oleh : 1) Kemnaker telah melakukan upaya-upaya untuk
52
mengatasinya antara lain melalui program 3S (skilling, re-skilling dan up
skilling) kepada angkatan kerja maupun tenaga kerja melalui penguatan
dan revitalisasi vokasional dan BLK-BLK disesuaikan dengan tuntutan
Revolusi Industri 4.0; 2) Kemenperin telah melakukan tranformasi industri
dan ketenagakerjaan fokus pada 5 (lima) sektor dengan 10 (sepuluh)
prioritas nasional dibarengi penyiapan SDM berbasis STEM (Science,
Technology, Engineerind and Mathematics); agen tranformasi, techno
park; 3) Kemendikbud telaghmelakukan revitalisasi pendidikan vokasional
dan menyiapan tenaga pengajar berbasis teknologi Revolusi Industri 4.0;
dan 4) Kemenristekdikti telah melakukan penguatan Pendidikan Tinggi
berbasis sains dan teknologi guna menciptakan master-master teknologi,
memperluas akses pendidikan tinggi serta menjadikan power house of
research dan mendorong pendidikan tinggi yang Berbadan Hukum untuk
menjadi World Class University.
19. Hasil Analisis
a. Kesiap-tanggapan Tenaga Kerja Indonesia terhadap teknologi industri 4.0
masih perlu ditingkatkan.
Kesenjangan teknologi (technology gap) dari kondisi saat ini dengan
kondisi yang diharapkan sesuai tuntutan Revolusi Industri 4.0 di sektor
ketenagakerjaan Indonesia sedang diselesaikan oleh Kementerian/Lembaga
terkait sesuai dengan tupoksi dan kewenangannya masing-masing dengan
mengacu pada roadmap Making Indonesia 4.0; namun demikian masih
perlu penguatan dan peningkatan literasi teknologi bagi setiap segmen
tenaga kerja dari tingkat tenaga kerja biasa hingga manajerial antara lain
melalui diklat-diklat yang berkelanjutan agar mereka memiliki
kesiap-tanggapan yang memadai terhadap teknologi industri 4.0 sehingga
mampu mengadaptasikan diri, memiliki produktivitas dan daya saing
unggul.
b. Kebijakan pemerintah dalam Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia
Menuju Era Revolusi Industri 4.0 masih perlu diharmonisasikan.
53
Transformasi Ketenagakerjaan yang dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga bervariasi dan cenderung sektoral disesuaikan
dengan tupoksi masing-masing; belum berangkat dari single data yang
sama. Sehingga diperlukan effort yang luar biasa dari para pucuk pimpinan
dari para pemangku kepentingan untuk bersama-sama memiliki komitmen
kebangsaan untuk menemukan solusi kebangsaan bersama-sama, tanpa
saling menonjolkan ego sektoral masing-masing. Kebijakan pemerintah
dalam transformasi ketenagakerjaan Indonesia masih perlu
diharmonisasikan agar terjadi sinergi antar Kementerian/Lembaga sehingga
proses dan hasilnya akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kepentingan nasional, yaitu kesejahteraan dan keamanan. Dengan rujukan
yang sama roadmap Making Indonesia 4.0 dengan leading sector oleh
Menteri Perindustrian.
c. Ketersambungan dan kesesuaian (Link and match) antara sektor pendidikan
dan sektor industri menuju menuju Era Industri 4.0 masih perlu ditingkatkan.
Ketersambungan dan Kesesuaian antara sektor pendidikan dan sektor
industri telah dicarikan solusi penyelesaiannya melalui penguatan
pendidikan dan latihan vokasional berbasis STEM oleh
Kementerian/Lembaga terkait. Proses ini sedang berjalan dan telah
menunjukkan hasil yang signifikan sehingga perlu validasi dan evaluasi
secara berkala untuk mengetahui efisiensi dan efektivitasnya berbasis man,
money, material and method.
Kondisi Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi
Industri 4.0 saat ini dikaitkan dengan indikator dalam Labkurtannas
dikategorikan “Rawan atau Kurang Tangguh” ditandai adanya
kesenjangan terhadap teknologi yang masih lebar akibat dari masih
rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja, keterbatasan akses internet
maupun keterbatasan literasi digital. Juga karena masih adanya gap di
organisasi terhadap perubahan teknologi di tingkat Senior Manager
mencapai 50% dan tingkat Junior Manager mencapai 17%, apalagi tenaga
kerja biasa yang terbatas akses dan lietrasi digital.
54
BAB IV
PENUTUP
20. Simpulan
Penelitian mengenai Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era
Revolusi Industri 4.0 dilatarbelakangi oleh adanya fenomena kemajuan teknologi
berbasis cyber physic system yang serba digital, otomatis , revolusi sangat cepat
dan tidak menentu perubahannya. Era ini disebut Revolusi Industri 4.0 yang
memiliki dampak positif maupun negatif bagi kehidupan manusia. Selain
memudahkannya juga ada dampak negatif terjadi derupsi tergantikannya tenaga
manusia oleh teknologi. Diprediksikan banyak jenis-jenis perkejaan yang hilang,
juga akan muncul peluang terciptanya jenis-jenis pekerjaan baru. Kondisi ini
diciptakan oleh negara-negara maju dengan mengatasnakamkan kemajuan
teknologi maupun globalisiasi yang sejatinya akan mencengkeram negara-negara
berkembang yang mau tidak mau terperangkap dalam skenario mereka.
Permasalahannya adalah : “Bagaimanakah Transformasi Ketenagakerjaan
Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0 dilakukan oleh Pemerintah
Republik Indonesia?”. Dengan pokok-pokok pembahasan meliputi : a)
Kesiap-tanggapan teknologi ketenagakerjaan Indonesia masih perlu peningkatan
menuju Era Revolusi Industri 4.0 (termasuk peningkatan produktivitas dan daya
saing). b) Arah kebijakan pemerintah masih perlu harmonisasi antar
Kementerian/Lembaga menuju Era Revolusi Industri 4.0, dan c) Link and match
antara pendidikan dan dunia industri masih perlu peningkatan menuju Era Industri
4.0
Penelitian ini dimaksudkan sebagai bagian pemenuhan persyaratan Kelulusan
Program Pendidikan Reguler Angkatan LIX Lemhannas R.I Tahun 2019, dengan
tujuan untuk : a) Mendeskripsikan program perencanaan dan implementasi dari
Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia menuju Era Revolusi Industri 4.0 yang
55
dilakukan pemerintah, dan b) Memberikan saran kepada pemerintah mengenai
perbaikan dalam perencanaan dan implementasi dari Transformasi
Ketenagakerjaan Indonesia menuju Era Revolusi Industri 4.0 agar memiliki daya
saing yang unggul.
Tinjaun pustaka didasarkan pada Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yaitu
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasakan kehidupan bangsa
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD NRI 1945 aline ke-4 merupakan
arah yang hendak kita capai demi kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI); UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; UU No 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian; UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN; UU No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi; Keppres No 17 Tahun 2018 tentang Pokja Nasional
Penguatan Kapasitas Pemimpin Indonesia dalam rangka Making Indonesia
4.0.maupun Teori Revolusi Industri 4.0 dari Klaus Schwab.
Menurut Klaus Schwab ( 2016), bahwa Revolusi Industri 4.0 telah terjadi
perubahan sangat cepat, mendasar mengubah cara kita hidup, bekerja, dan
berhubungan satu sama lain yang memanfaatkan teknologi otomatisasi dan cyber
fisik, seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, internet of things (IoT), kendaraan
otonom, pencetakan 3D, nanoteknologi, bioteknologi, ilmu material, penyimpanan
energi dan komputasi kuantum. Sehingga kita harus memanfaatkan teknologi
cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia melalui
transfomasi yang memberdyakan dan berpusat pada manusia, bukan memecah
belah dan tidak manusiawi.
Metodologi pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner sebagai
metode utama dan dilengkapi dengan metode wawancara jika diperlukan untuk
memperdalam data terkait variabel-variabel penelitian. Pengumpulan Data
dilakukan atas dasar prinsip-prinsip fenomenologis guna mengungkap fenomena
yang dihadapi terkait Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia menuju Era Industri
Revolusi Industri 4.0. Kemudian, data disajikan, dianalisis, diverifikasi dan
disimpulkan sesuai kaidah penelitian kualitatif sebagaimana pendapat Miles dan
Huberman.
56
Pemerintah Indonesia, dalam mengatasi kesenjangan (gap) terhadap kemajuan
Era Revolusi Industri 4.0 menyikapinya dengan melakukan persiapan adaptif
berupa transformasi, salah satu diantaranya melakukan transformasi
ketenagakerjaan yang mengacu pada Road Map Making Indonesia 4.0. Dalam
melakukan transformasi ketenagakerjaan , disamping adaptasi terhadap Revolusi
Industri 4.0 juga perlu mempersiapkan peningkatan produktivitas dan daya
saingnya agar mampu menjadi pemenang dalam percaturan global berbasis budaya
nasional Indonesia.
Dari analisis data primer yang dikumpulkan dari beberapa Kementerian/
Kelembagaan dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Kesenjangan teknologi (technology gap) bagi Tenaga Kerja Indonesia
berkaitan dengan Revolusi Industri 4.0 sedang diselesaikan oleh
Kementerian/Lembaga terkait agar mereka memiliki kesiap-tanggapan yang
memadai mengacu pada roadmap Making Indonesia 4.0; namun demikian
masih perlu peningkatan literasi teknologi bagi setiap segmen tenaga kerja dari
tingkat tenaga kerja biasa hingga manajerial antara lain melalui diklat-diklat
yang sehingga mampu mengadaptasikan diri, memiliki produktivitas dan daya
saing unggul.
b. Kebijakan pemerintah dalam Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia
Menuju Era Revolusi Industri 4.0 yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga
masih bersifat sektoral, perlu harmonisasi dan sinergi secara nasional agar
memiliki multi player effect yang lebih besar demi keentingan nasional.
c. Ketersambungan dan kesesuaian (Link and match) antara sektor pendidikan
dan sektor industri menuju Era Industri 4.0 sedang dicarikan solusi
penyelesaiannya melalui penguatan pendidikan dan latihan vokasional berbasis
STEM (Science, Technology, Engeenering and Matchs) oleh
Kementerian/Lembaga terkait.
21. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan dan simpulan diatas dapat rekomendasikan sebagai
berikut :
57
a. Agar Kemnaker menyusun disain utama (grand design) yang memuat
target-target transformasi, implementasi dan inovasi ketenagakerjaan dalam
mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0 pada jangka pendek,
menengah dan panjang secara integral, holistik dan komprehensif dikaitkan
dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada
2045 dengan bersinergi antar Kementerian/Lembaga dari pusat hingga
daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.
b. Agar Kemenperin mengembangan inovasi melalui penguatan penelitian
dan pengembangan industri berbasis teknologi terapan sesuai tuntutan revolusi
industri 4.0 yang didukung dengan anggaran yang memadai; pengembangan
techo park di berbagai daerah dengan melibatkan industri maupun
universitas/akademi dalam jangka pendek, menengah dan panjang secara
integral, holistik dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi
pada 2030 maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar
Kementerian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan
dana yang memadai.
c. Agar Kemen BUMN perlu mengembangan inovasi melalui penguatan
penelitian dan pengembangan berbasis teknologi terapan sesuai tuntutan
revolusi industri 4.0 yang didukung dengan anggaran yang memadai;
pengembangan BUMN yang efisien , inklusif, profit oriented menuju kelas
dunia. Menjalin kemitraan dengan universitas/pendidikan tinggi maupun
industri dalam jangka pendek, menengah dan panjang secara integral, holistik
dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030
maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar
Kementerian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan
dana yang memadai.
d. Agar Kemendikbud menyusun disain utama (grand design) yang memuat
target-target transformasi, implementasi dan inovasi kependidikan dalam
mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0 pada jangka pendek,
menengah dan panjang secara integral, holistik dan komprehensif dikaitkan
dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada
58
2045 dengan bersinergi antar Kementerian/Lembaga dari pusat hingga
daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.
e. Agar Kemenristekdikti menyusun disain utama (grand design) yang
memuat target-target transformasi, implementasi dan inovasi riset dan
kependidikan tinggi dalam mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0
pada jangka pendek, menengah dan panjang secara integral, holistik dan
komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun
seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar Kementerian/Lembaga
dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.
f. Agar Kemenkominfo menyusun disain utama (grand design) yang
memuat target-target transformasi, implementasi dan inovasi komunikasi dan
informatika dalam mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0 pada
jangka pendek, menengah dan panjang secara integral, holistik dan
komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun
seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar Kementerian/Lembaga
dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai;
termasuk keharusan memiliki Platform IT sendiri agar memiliki kedaulatan
digital, keamanan siber , big data dan kepentingan nasional.
g. Agar Bappenas dapat menambahkan pilar “Penguatan dan Pengamalan
Nilai-Nilai Pancasila” dalam Pilar Pembangunan Nasional 2045 yang
direncanakan sehingga pembangunan nasional mencakup aspek kehidupan
fisik/lahir dan non-fisik/batin.
h. Agar Pemerintah Pusat melakukan penguatan harmoni dan sinergi secara
nasional antar kementerian/lembaga dari pusat hingga daerah dalam
merumuskan Kebijakan terkait Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia
Menuju Era Revolusi Industri 4.0 sehingga memiliki multi player effect yang
lebih besar demi kepentingan nasional.
i. Agar Dewan Perwakilan Rakyat RI bersama Pemerintah menginisiasi
Revisi UU RI No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan agar mengatur
berbagai hal menyangkut ketenagakerjaan dikaitkan dengan Revolusi Industri
59
4.0 antara lain hubungan industrial yang mengatur pemberi kerja, penerima
upah dan perintah kerja yang diatur dalam PKB (Perjanjian Kerja Bersama)
yang tidak serta merta dapat diterapkan dalam bisnis digital. Begitu pun,
dipandang perlu untuk merevisi UU RI No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, UU RI No.19 Tahun 2003 tentang BUMN (Badan Usaha
Milik Negara), UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, UU RI No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi guna
disesuaikan dengan Revolusi Industri 4.0.
top related