bab ii kajian pustaka a. kajian teori tentang islamadina 1 ...digilib.uinsby.ac.id/16681/5/bab...
Post on 22-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teori tentang Islamadina
1. Pengertian Islamadina
Ikatan Silaturrahim Madrasah Diniyah Kabupaten Sidoarjo yang
dikenal dengan Islamadina, merupakan organisasi pendidikan
keagamaan Islam dan sosial keagamaan. Islamadina dibentuk dan
didirikan pada tanggal 1 Pebruari tahun 2007 oleh kantor Kementerian
Agama Kabupaten Sidoarjo yang pada waktu itu masih Departemen
Agama melalui forum musyawarah yang melibatkan beberapa
madrasah diniyah dan pondok pesantren.
Ikatan silaturrohim Madrasah Diniyah (Islamadina) Kabupaten
Sidoarjo sebagai wadah organisasi madrasah diniyah, dalam upayanya
memperjuangkan eksistensi Madrasah Diniyah, mulai dari peningkatan
kelembagaan, sumber daya manusianya maupun dalam upaya
membangun kebersamaan dan kesamaan ghoyah (tujuan) dan wijhah
(orientasi) Madrasah Diniyah secara lebih luas, mengajukan
permohonan bantuan dana Insentif/uang untuk guru madrasah diniyah
dan block grant untuk madrasah diniyah pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sidoarjo pada tahun anggaran
2009, sebagai kelanjutan dari bantuan yang telah berjalan pada tahun
sebelumnya tahun 2011 adalah awal dimasukkannya Madrasah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Diniyah ke dalam lembaga pendidikan formal dalam kriteria penerima
block grant kabupaten Sidoarjo.
Pada awal pembentukannya keberadaan Islamadina hanya
memiliki struktur kepengurusan ditingkat kabupaten saja, belum
sampai pada tingkat kecamatan. Namun dengan semangat silaturrahim
yang menjadi dasar setiap langkah organisasi maka dalam jangka
waktu kurang dari dua tahun Islamadina sudah mampu membentuk
dan memiliki struktur kepengurusan di setiap tingkat kecamatan yang
berjumlah 18 kecamatan. Selanjutnya, Sebagai sebuah organisasi
pendidikan keagamaan Islam dan sosial, Islamadina tumbuh dan
berkembang secara konsisten sesuai dengan kapasitasnya, yakni
beperan pada pendidikan karakter dan pengembangan pendidikan
Diniyah khususnya di Kabupaten Sidoarjo
2. Peran dan Fungsi Islamadina
a. Islamadina berfungsi sebagai mitra kerja KEMENAG (Kementrian
Agama) terkait dalam mensukseskan penyelenggaraan Diniyah
Takmiliyah.
b. Wadah interaksi, yaitu setiap anggota memiliki hak dan kewajiban
untuk saling membina secara bersama atas dasar rasa tanggung
jawab.
c. Wadah konsultasi, yaitu setiap anggota memiliki hak dan kewajiban
mengemukakan dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam
penyelenggaraan tugas di lapangan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
d. Wadah koordinasi, yaitu setiap anggota memiliki pandangan dan
langkah yang sama dan sebagai wujud kerjasama dalam upaya
peningkatan profesionalisme tenaga pendidikan secara terpadu.
e. Pengurus sebagai perwakilan para anggota merupakan satuan tugas
yang berfungsi sebagai pengelolaan tugas-tugas dan kegiatan
koordinatif di atas.
3. Tugas Pokok Ikatan Silaturrahim Madrasah Diniyah
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dari pedoman peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
b. Menyelenggarakan koordinasi perencanaan program tahunan secara
terpadu dan program pengajaran yang meliputi penggunaan
kurikulum, perencanaan program pengajaran pada setiap awal tahun
pelajaran.
c. Mengkoordinasikan kesatuan langkah dalam penetapan bahan
pelajaran dan buku serta alat pelajaran lainnya.
d. Mengkoordinasikan pengembangan sistem dan metode serta
pendekatan dalam menyusun pengembangan silabus.
e. Menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan evaluasi hasil
belajar pada semester, kenaikan kelas Ujian Akhir Diniyah (UAD)
dan pengadaan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).
f. Menyelenggarakan rapat/pertemuan guru-guru mata pelajaran,
bahan pelajaran, metode penyampaian dan pengembangan alat,
bahan pelajaran, metode penyampaian dan pengembangan alat.
g. Menyelenggarakan rapat koordinasi kepala diniyah takmiliyah
dalam usaha mencapai kebersamaan dalam pembinaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
B. Kajian teori tentang manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata kerja bahasa inggris “to manage”
yang berarti mengatur.1 Selain itu, kata “to manage” mempunyai
sinonim antara lain; to hand (mengurus), to control
(memeriksa/mengawasi), to guide (menuntun/mengemudikan). Jadi,
manajemen berarti mengurus, memeriksa, mengawasi, pengendalian,
mengemudikan, membimbing.2 Secara etimologis Abdul Sani
mengatakan bahwa manajemen berasal dari kata “manage” yang
berarti mengemudikan, memerintah, memimpin atau dapat juga
diartikan sebagai “pengurusan”. Dalam hal ini pengurusan, memimpin,
atau membimbing terhadap orang lain dalam upaya mencapai tujuan
yang ditentukan sebelumnya.3
Adapun pengertian menurut istilah manajemen ialah suatu
proses, dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
diselenggarakan dan diawasi. Sedangkan menurut Joseph L. Massie
manajemen adalah integrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan
analisis yang dikembangkan oleh banyak disiplin.4
Banyak rumusan yang diberikan oleh para ahli dalam
mendefinisikan manajemen diantaranya:
1 Melayu SP. Hasibuan, Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah (Jakarta : PT.
Gunung Agung, 1986), cet.II, h. 2. 2 Jhon M, Echols, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT Gramedia, 1996), h.375. 3 Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta : Bina Aksara, 1987 ), h.1. 4 Joseph L.Massie, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Erlangga, 1999), h. 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
a. Dalam buku karangan George R. Terry dan Laslie W. Rue.
Mendefinisikan manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja
yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.5
b. M. Manulang mendefinisikan manajemen pada 3 arti: pertama,
manajemen sebagai proses. Kedua, manajemen sebagai
kolektifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen.
Ketiga, manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu
pengetahuan.6
c. Manajemen dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu
sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka
penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang
yang menduduki jabatan manajerial untuk melalui kegiatan-
kegiatan orang lain.7
d. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.8 Sedangkan pengertian manajemen didalam kamus
5 George R. Terry dan Laslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), cet. Ke-9, h.1. 6 M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalla Indonesia, 1996), h. 2. 7 Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi edisi Revisi (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), cet. Ke-3 h. 5. 8 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), cet. Ke-10. h. 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
besar Bahasa Indonesia adalah proses penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran.9
e. Didalam buku karangan Yayat. M. Herujito, Dasar-Dasar
Manajemen. George Terry (1977) menyatakan. Manajemen adalah
suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing,
actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya
lainnya.10
Setelah memaparkan beberapa pengertian arti dari berbagai para
ahli dalam karya-karyanya, jelas sekali terdapat banyak definisi-
definisi tentang manajemen. Menurut penulis kesimpulan yang dapat
diambil dari berbagai definisi-definisi tersebut. Manajemen adalah
berangkai kegiatan yang didalamnya terdapat suatu proses pelaksanaan
kegiatan yang meliputi perencanaan (planning), organisasi
(organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling).
sehingga bisa memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan dan sasaran sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien.
9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1. h. 695 10 Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarat: PT. Grasindo, 2004), Cet. Ke-2.
h. 3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut menurut Henry
Fayol ada:11
a. Planning
Menunjukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa
yang akan datang dan apa yang harus di perbuat agar dapat
mencapai tujuan-tujuan itu.
b. Organizing
Mengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
a. Staffing
Menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia,
pengarahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
c. Motivating
Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan
tujuan.
d. Controling
Mengukur Pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan
sebabsebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil
tindakan-tindakan korektif dimana perlu.
11 Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta : Al Amin Press dan IKFA,
1996), h. 38
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
Menurut George R. Terry, dalam bukunya “Principles of
management”, yang dikutif oleh Soewarno Handayaningrat dalam
Buku Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen,
menyatakan bahwa proses manajemen terdiri atas empat fungsi yaitu
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan
dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan
dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh
keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendakinya.12
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian berasal dari kata organisasi (organum
bahasa latin) yang berarti alat atau badan, pada dasarnya ada 3
(tiga ciri khusus dari satu) organisasi yaitu : adanya sekelompok
manusia kerja sama yang harmonis dan kerja sama tersebut
berdasarkan atas hak kewajiban serta tanggung jawab masing-
masing orang untuk mencapai tujuan.13
c. Pergerakan (Actuating)
Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen
yang mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar
berkeinginan bertujuan serta bergerak untuk mencapai maksud-
12 Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h. 25. 13 Djati Juliatriasa dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar (Yogyakarta :
BPFF, 1998), Cet. Kr-2, h. 14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
maksud yang telah ditentukan dan merasa berkepentingan serta
pada dengan rencana usaha organisasinya.14
d. Pengawasan (Controling)
Pengawasan adalah kegiatan manajer mengusahakan agar
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau
hasil yang dikehendaki.15
Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus
diselesaikan yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu
melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap
sesuai dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.16
Dari bermacam-macam fungsi-fungsi manajemen di atas
yang telah diungkapkan oleh para ahli. Maka, penulis mengambil
fungsi manajemen yang lebih umum dilakukan dikalangan
masyarakat. Sehingga penulis lebih condong pada Fungsi
Manajemen menurut pandangan George R. Terry seorang ahli
manajemen, yang mengungkapkan empat fungsi manajemen yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakan aActuating), dan pengawasan (controlling) Atau
yang biasa dikenal dan disingkat dengan sebutan “POAC”. Fungsi
manajemen inilah yang sangat popular dan fundamental dalam
rangka untuk pencapaian tujuan dalam setiap kegiatan.
14 Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: : Bina Aksara , 1998)
cet ke-2, h. 96. 15 Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalian Indonesia, 1991)
, cet, ke-18, h. 94. 16 Sodang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajemen, h. 169.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
3. Unsur-unsur Manajemen
Unsur atau komponen merupakan bagian terpenting yang harus
tersedia dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Abdul Syani
membagi unsur alat manajemen (tool of manajemen) kedalam enam
bagian di antaranya:
a. Man, yakni tenaga kerja manusia, sumber daya manusia (SDM)
yang ada pada sebuah lembaga, SDM yang ada akan berpengaruh
pada lancer atau tidaknya manajemen lembaga dalam
melaksanakan tujuan yang dilaksanakan.
b. Money, yakni pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.Dana tersebut dapat diperoleh dari pemerintah setempat atau
dari donator yang secara sukarela memberikan sumbangan demi
kemajuan sebuah proses dakwah. Disamping itu, dana juga dapat
diperoleh dari lembaga usaha yang dikembangkan.
c. Methods, yakni cara atau sistem untuk mencapai tujuan. Dalam
penentuan metode ini harus direncanakan secara matang sehingga
tidak terjadi kevakuman di tengah jalan.
d. Materials, yakni bahan-bahan yang diperlukan dalam mencapai
tujuan atau misi lembaga. Bahan ini harus mendukung proses
pencapaian tujuan yang direncanakan oleh sebuah lembaga.
e. Machines, yakni alat-alat yang diperlukan, dalam hal ini alat-alat
yang digunakan bertujuan untuk memaksimalkan bahan-bahan
yang tersedia.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
f. Market, yakni tempat untuk menawarkan hasil produksi dalam hal
ini, misi lembaga dapat diterima oleh masyarakat yang pada
gilirannya mereka dapat menerima produk yang telah diciptakan.17
Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting
sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada
kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-
orang kearah tujuan yang akan dicapai. Karena begitu pentingnya
unsur manusia dalam manajemen, melebihi unsur lainnya, maka boleh
dikatakan bahwa manajemen itu merupakan proses sosial yang
mengatasi segala-galanya.18
C. Kajian teori tentang Madrasah Diniyah
1. Pengertian Madrasah Diniyah
Madrasah Diniyah adalah satu lembaga pendidikan keagamaan
pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara terus menerus
memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak
terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui system klasikal
serta menerapkan jenjang pendidikan.19
Madrasah Diniyah adalah madrasah-madrasah yang seluruh
mata pelajaranya bermaterikan ilmu-ilmu agama, yaitu fiqih, tafsir,
tauhid dan ilmu-ilmu agama lainya.20 Dengan materi agama yang
17 Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta: Bina Aksara, 1987) , h. 28. 18 Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta : Al Amin Press dan IKFA,1996), h. 43. 19 Depertemen Agama RI, Pedoman penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah
(Jakarta: Depag, 2000), h. 7. 20 Haedar Amin, El-saha Isham, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah
(Jakarta: Diva pustaka, 2004), h. 39.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
demikian padat dan lengkap, maka memungkinkan para santri yang
belajar didalamnya lebih baik penguasaanya terhadap ilmu-ilmu
agama. Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan yang
memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam
pengetahuan agama Islam kepada pelajar bersama-sama sedikitnya
berjumlah 10 orang atau lebih diantaranya anak-anak yang berusia 7
(tujuh) sampai 18 (delapan belas) tahun.21
PERMENAG NO 13 Tahun 2014 Mendefinisikan bahwasanya
pendidikan Diniyah adalah ”pendidikan keagamaan Islam yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama Islam dan
/atau menjadi Ahli ilmu agama Islam dan mengamalkan ajaran Agama
Islam.”
Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah merupakan lembaga
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada jalur
pendidikan nonformal yang diselenggarakan secara terstruktur dan
berjenjang sebagai pelengkap pelaksanaan pendidikan Agama Islam di
pendidikan dasar, menengah dan Tinggi. Takmiliyah merupakan istilah
baru pendidikan keagamaan yang diselenggarakan di Masyarakat yang
mana pengistilahannya dibuat oleh pemerintah untuk menandai
periodesasi pendidikan keagamaan di masyarakat di dalam kebijakan
Politik pemerintah. Sebelum istilah ini muncul di masyarakat
21 Depertemen Agama RI, Pedoman,h. 23.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
pemerintah memakai istilah Madrasah Diniyah pelengkap atau
suplemen. Di beberapa daerah menyebut Istilah Madrasah Diniyah
Takmiliyah dengan ” Pengajian Anak-anak”, ”sekolah Kitab”, dan
”sekolah Agama” Secara kausal pola tradisi di Madrasah Diniyah
Takmiliyah berasal dari tradisi-tradisi pondok pesantren, yang dibawa
oleh santri dan alumninya ke tengah-tengah masyarakatnya.
Madrasah Diniyah Takmiliyah merupakan hasil Autopoeitic dari
pondok pesantren yang hadir di tengah-tengah masyarakat indonesia
sejak lama. Sistem Autopoeitic adalah sistem organik pada sel, sel
terus menerus bereproduksi dan terus menerus mengembangkan
struktur tubuhnya sendiri bagi keberlangsungan kehidupannya.
Struktur tersebut merupakan reaksi terhadap dukungan atau gangguan
dari lingkungan yang diterimanya . Adapun faktor-faktor yang menjadi
pendukung dan atau gangguan yang menjadi penyebab mutasi pondok
pesantren yakni, modernisasi. Secara esensial Madrasah Diniyah
(Diniyah Takmiliyah) adalah lembaga pendidikan Islam yang dikenal
sejak lama. Pendidikan ini ada sejak kehadiran Islam di Nusantara.
Pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan di dalamnya timbul
dan berkembang secara alami melalui proses adaptasi dan akulturasi
yang berjalan secara halus, perlahan dan damai sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Arif Subhan menyatakan
bahwasanya pendidikan Islam yang ada selalu mengalami transformasi
dan modernisasi sejalan dengan perubahan sosial, politik, keagamaan,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
dan perjumpaan budaya (cultural encounter) dengan gagasan-gagasan
yang bersifat global. Seiring dengan ide-ide pembaharuan pendidikan
agama, maka Madrasah Diniyah (Diniyah takmiliyah) pun ikut serta
melakukan pembaharuan dari dalam, salah satu caranya adalah dengan
melakukan modifikasi kurikulum yang dikeluarkan oleh departemen
Agama dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungannya.
Sebagian Madrasah Diniyah bahkan menggunakan kurikulum
sendiri menurut kemampuan, persepsi dan kekhasan masing-masing.
Secara sederhana Madrasah Diniyah Takmiliyah difahami sebagai
satuan pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada jalur
nonformal yang berfungsi sebagai pelengkap bagi siswa yang
mengikuti pendidikan umum.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
madrasah diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan
pada jalur non formal, dan merupakan jalur formal di pendidikan
pesantren yang menggunakan metode klasikal dengan seluruh mata
pelajaran yang bermaterikan agama yang sedemikian padat dan
lengkap sehingga memungkinkan para santri yang belajar didalamnya
lebih baik penguasaanya terhadap ilmu-ilmu agama.
Madrasah Diniyah adalah suatu lembaga pendidikan keagamaan
yang telah diakui keberadaannya oleh masyarakat maupun pemerintah.
Di dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
ditetapkan bahwa Madrasah Diniyah merupakan salah satu dari sebuah
lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan kepada anak didik
dalam bidang keagamaan.
Madrasah yang ada saat ini merupakan perkembangan dari
madrasah diniyah yang telah ada sejak zaman pra kemerdekaan. Pada
pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia, hampir pada setiap desa
terdapat Madrasah Diniyah. Akan tetapi belum ada keseragaman nama
maupun bentuk dari masing-masing Madrasah Diniyah tersebut.
Beberapa nama dan bentuk madrasah diniyah saat ini seperti pengajian
anak-anak, pesantren, sekolah kitab dan lain- lain. 22
Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan agama yang
memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam
pengetahuan agama Islam kepada pelajar secara bersama-sama,
sedikitnya berjumlah sepuluh atau lebih di antara anak-anak usia 7
sampai 20 tahun.23
Dalam buku ”Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pendidikan
Pada Pondok Pesantren” dijelaskan bahwa madrasah diniyah adalah
sekolah yang tiga jenjang pendidikan yaitu Madrasah Diniyah
Awaliyah, Madrasah Diniyah Wustha dan Madrasah Diniyah ‘Ulya
yang hanya menyelenggarakan pendidikan agama Islam dan bahasa
Arab (sebagai bahasa al-qur’an) dengan memakai sistem klasikal. Dan
22 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), h. 209. 23 Direktorat Pendidikan Keagamaan & Pondok Pesantren Dirjen KelembagaanAgama,Pedoman
Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2003), h. 3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah
Diniyah” dijelaskan bahwa Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut:
Lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang
diharapkan mampu secara terus menerus memberikan pendidikan
agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur
sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan
jenjang pendidikan yaitu Madrasah Diniyah Awaliyah, Madrasah
Diniyah Wustha dan Madrasah Diniyah ‘Ulya.24
Pendirian Madrasah Diniyah mempunyai latar belakang
tersendiri dan kebanyakan didirikan atas perorangan yang semata-mata
untuk ibadah, maka system yang digunakan, tergantung kepada latar
belakang pendiri dan pengasuhnya, sehingga pertumbuhan madrasah
diniyah di Indonesia mengalami demikian banyak ragam dan coraknya.
Pendidikan Diniyah terdiri atas 2 sistem, yakni jalur sekolah dan jalur
luar sekolah, pendidikan Diniyah jalur sekolah akan mengunakan
sistem kelas yang sama dengan sekolah dan Madrasah, yaitu kelas I
sampai dengan kelas VI (Diniyah Ula), kelas VII,VIII, IX (Diniyah
Wustho) dan kelas X, XI, XII (Diniyah Ulya).
Pendidikan Diniyah secara khusus hanya mempelajari ajaran
agama Islam dan bahasa Arab, namun penyelenggaraanya mengunakan
sistem terbuka, yaitu siswa Diniyah dapat mengambil mata pelajaran
pada satu pendidikan lain sebagai bagaian dari kuri kulumnya.
24 Direktorat Pendidikan Keagamaan & Pondok Pesantren Dirjen KelembagaanAgama,Pedoman
Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2003), h. 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
Sementera untuk pendidikan diniyah jalur sekolah penyelenggaraanya
akan diserahkan kepada penyelenggara masing-masing. Madrasah
Diniyah mempunyai 2 model yaitu :25
a. Madrasah Diniyah model A, Madrasah diniyah yang
diselenggarakan di dalam pondok pesantren yaitu madrasah diniyah
yang naungannya pondok pesantren.
b. Madrasah Diniyah model B, Madrasah diniyah yang
diselenggarakan di luar pondok pesantren yaitu Madrasah Diniyah
yang berada diluar pondok pesantren.
Madrasah Diniyah dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :
a. Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) adalah satuan pendidikan
keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
agama Islam tingkat dasar.
b. Madrasah Diniyah Wustho (MDW) adalah satuan pendidikan
keagamaan jalur sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
agama Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembangan
pengetahuan yang diperoleh pada madrsah diniyah Awaliyah.
c. Madrasah Diniyah Ulya (MDU) adalah satuan pendidikan
keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
agama Islam tingkat menegah atas denan melanjutkan dan
mengembangkan pendidikan madrasah diniyah wustho.
25 Ibid h. 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Tipologi Madrasah diniyah, dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe,
yaitu26:
a. Madrasah Diniyah wajib, yaitu madrasah diniyah yang menjadi
bagaian tak terpisahkan dari sekolah umum atau madrasah yang
bersangkutan wajib menjadi siswa madrasah diniyah. Kelulusan
sekolah umum atau madrasah yang bersangkutan tergantung juga
pada kelulusan madrasah diniyah. Madrasah ini disebut juga
madrasah diniyah komplemen, karena sifatnya komplementatif
terhadap sekolah umum atau madrasah.
b. Madrasah Diniyah Pelengkap yaitu madrasah diniyah yang diikuti
oleh siswa sekolah umum atau madrasah sebagai upaya untuk
menambah atau melengkapi pengetahuan Agama dan bahasa Arab
yang sudah mereka peroleh disekolah umum atau madrasah.
Berbeda dengan madrasah diniyah wajib, madrasah diniyah ini
tidak menjadi bagian dari sekolah umum atau madrasah, tetapi
berdiri sendiri. Hanya saja siswanya berasal dari siswa umum atau
madrasah.
c. Madrasah Diniyah murni, yaitu madrasah diniyah yang siswanya
hanya menempuh pendidikan di madrasah diniyah tersebut, tidak
merangkap disekolah umum maupun madrasah. Madrasah diniyah
ini disebut juga Madrasah Diniyah independent, karena bebas dari
siswa yang merangkap disekolah umum atau madrasah.
26 Ibid h. 49‐50.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
Kategori yang dikemukakan di atas tidak berlaku secara mutlak,
karena kenyataannya, bahwa Madrasah Diniyah yang siswanya
campuran, sebagian berasal dari sekolah umum atau madrasah dan
sebagian lainya siswa murni yang tidak menempuh pendidikan di
sekolah atau madrasah.
2. Dasar Hukum Madrasah Diniyah
Penyelenggaraan Madrasah Diniyah secara hukum diatur dalam
Tata Perundangan Republik Indonesia. Sila pertama yang
menyebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna bahwa
agama dijadikan sebagai pembimbing sekaligus keseimbangan hidup
bangsa Indonesia. Ini berarti bahwa lembaga keagamaan seperti
Madrasah Diniyah diakui sebagai tempat pembinaan mental spiritual
bangsa Indonesia.
Secara konstitusional dalam Undang–Undang RI Tahun 1945
pasal 29 ayat 2 negara menjamin kebebasan rakyatnya dalam
melaksanakan ajaran agamanya, termasuk kebebasan belajar di
Madrasah Diniyah. Pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa pemerintah
mengusahakan satu Sistem Pendidikan Nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya adalah
penyelenggaraan Madrasah Diniyah.
Secara operasional ketentuan Madrasah Diniyah diatur dalam
Keputusan Menteri Agama No. 1 Tahun 2001 setelah lahirnya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren yang khusus
melayani Pondok pesantren dan Madrasah Diniyah. Keberadaan
Madrasah Diniyah sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional
diperkuat Undang-undang No. 20 Tahun 2003 terutama pasal 30 ayat 1
hingga 4 yang menyatakan bahwa:
(1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan /
atau kelompok masyarakat dan pemeluk agama, sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan
nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur
pendidikan formal, nonformal dan informal.
(4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,
pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.27
Keberadaan Madrasah Diniyah dipertegas lagi dengan disahkannya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 tentang
pendidikan agama dan Pendidikan keagamaan terutama pasal 21 ayat
(1) hingga (3 ) menyebutkan bahwa:
(1) Pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk
pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan al Qur’an, Diniyah
Taklimiyah atau bentuk yang sejenis
27 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus
Media, 2003), Cet. 2, hlm.19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
(2) Pendidikan diniyah nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berbentuk satuan pendidikan.
(3) Pendidikan Diniyah nonformal yang berkembang menjadi satuan
pendidikan wajib mendapatkan izin dari kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota setelah memenuhi ketentuan tentang persyaratan
pendirian satuan pendidikan.
Dan dijelaskan pula dalam pasal 25 ayat (1) hingga (5) bahwa:
(1) Diniyah Taklimiyah bertujuan untuk melengkapi pendidikan agama
Islam yang diperoleh di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN,
SMK/MAK atau di Perguruan Tinggi dalam rangka peningkatan
keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT.
(2) Penyelenggaraan Diniyah Taklimiyah dapat di laksanakan secara
berjenjang atau tidak berjenjang.
(3) Penyelenggaraan Diniyah Taklimiyah dilaksanakan di masjid,
mushalla atau di tempat lain yang memenuhi syarat.
(4) Penamaan atas Diniyah Taklimiyah merupakan kewenangan –
penyelenggara.
(5) Penyelenggaraan Diniyah Taklimiyah dapat dilaksanakan secara
terpadu dengan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN, SMK/MAK atau
di Perguruan Tinggi.28
Dan diperinci lagi dengan aturan berupa Peraturan Menteri Agama
RI no: 13 tahun 2014 tentang pendidikan keagamaan Islam.
28 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
Pembahasan tentang madrasah diniyah takmiliyah terdapat di dalam
pasal 46 sampai dengan pasal 49 berbunyi :
Pasal 46 :
1. Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 45 ayat (1) huruf a diselenggarakan untuk melengkapi,
memperkaya, dan memperdalam pendidikan Agama Islam pada
MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/MAK/SMK, dan pendidikan
tinggi atau yang sederajat dalam rangka peningkatan keimanan
dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT.
2. Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan secara berjenjang
3. Jenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas
jenjang ula, Wustha, Ulya dan Al-jami’ah.
4. Jenjang ula sebagaimanadimaksud pada ayat (3) diikuti oleh
peserta didik pada MI/SD atau yang sederajat
5. Jenjang Wustho sebagaimanadimaksud pada ayat (3) diikuti
oleh peserta didik pada MTs/SMP atau yang sederajat
6. Jenjang Ulya sebagaimanadimaksud pada ayat (3) diikuti oleh
peserta didik pada MA/SMA/MAK/SMK atau yang sederajat
7. Jenjang Al Jami’ah sebagaimanadimaksud pada ayat (3) diikuti
oleh peserta didik pada pendidikan Tinggi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
Pasal 47
(1) Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagaimana dimaksud pada
Pasal 45 ayat (1) huruf a diselenggarakan oleh masyarakat
(2) Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) dapat diselenggarakan secara mandiri atau terpadu
dengan satuan pendidikan lainnya
(3) Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagaimana dimaksud ayat (1)
dapat diselenggarakan oleh pesantren, pengurus masjid,
pengelola pendidikan formal dan nonformal, organisasi
kemasyarakatan Islam, dan lembaga social keagamaan lainnya.
(4) Madrasah Diniyah Takmiliyah sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) dapat diselenggarakan di masjid, Mushalla, ruang
kelas atau ruang belajar lain yang memenuhi syarat.
(5) Pesantren yang menyelenggarakan Madrasah Diniyah
Takmiliyah dapat mengembangkan kekhasan masing-masing
pesantren.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan madrasah
diniyah takmiliyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan oleh direktur Jenderal.
Pasal 48
Kurikulum madrasah diniyah takmiliyah terdiri atas mata
pelajaran pendidikan keagamaan Islam yang paling sedikit
meliputi :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
a. Al Qur’an
b. Al Hadist
c. Fiqih
d. Akhlak
e. Sejarah kebudayaan Islam; dan
f. Bahasa Arab
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan madrasah
diniyah takmiliyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh direktur Jenderal.
Pasal 49
(1) Lulusan madrasah diniyah takmiliyah dapat dihargai sederajat
dengan pendidikan formal setelah lulus ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi dan
ditunjuk oleh direktur Jenderal
(2) Lulusan Madrasah diniyah takmiliyah memperoleh Ijazah
sederajat pendidikan formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya pada jenis pendidikan
lainnya
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lulusan madrasah diniyah
takmiliyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan oleh direktur Jenderal
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
3. Sejarah berkembangnya Madrasah diniyah
Sebagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren karena
madrasah diniyah merupakan bagaian dari pondok pesantren.
Madrasah Diniyah juga berkembang dari bentuknya sederhana, yaitu
pengajian dimasjid-masjid, langgar atau surau-surau. Berawal dari
bentuknya yang sederhana ini berkembang menjadi pondok pesantren.
Persingungan dengan system madrasah, model pendidikan Islam
mengenal pola pendidikan madarasah. Madrasah ini mulanya hanya
mengajarkan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab.
Dalam perkembangan selanjutnya, sebagaimana di madrasah
diberikan mata pelajaran umum dan sebagaian lainya mengkhususkan
diri hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Madrasah
yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dan bahasa arab inilah yang
dikenal dengan Madrasah Diniyah.29
Lembaga pendidikan Islam yang dikenal dengan nama madrasah
diniyah telah lama ada di Indonesia. Dimasa penjajahan Hindia
Belanda, hampir disemua desa di Indonesia dan penduduknya
mayoritas Islam terdapat madrasah diniyah dengan berbagai nama dan
bentuk seperti pengajian anak-anak, sekolah kitab dan lain-lain.
Penyelenggaraan Madrasah Diniyah ini biasanya mendapatkan
bantuan dari raja-raja/sultan setempat. Setelah Indonesia merdeka,
Madrasah Diniyah terus berkembang pesat seiring dengan peningkatan
29 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta : Al Husna Zikra, 2000), h. 21‐22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
kebutuhan pendidikan agama oleh masyarakat, terutama madrasah
diniyah diluar pondok pesantren ini dilatar belakangi keinginan
masyarakat terhadap pentingnya agama, terutama dalam menghadapi
tantangan masa kini dan masa depan telah mendorong tingginya
tingkat kebutuhan keberagamaan yang semakin tinggi.30
4. Posisi dan peranan
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional ditetapkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban”.
Ketentuan tersebut menempatkan pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Madrasah Diniyah adalah bagian dari pendidikan keagamaan
yang secara historis telah mampu membuktikan perananya secara
kongkrit dalam pembentukan manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia.
Dengan demikian, secara filosofis maupun historis, madrasah diniyah
adalah bagian integral dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya lulusan diniyah yang juga sekolah di pendidikan
formal.
Madrasah Diniyah merupakan bagian dari pendidikan formal
pondok pesantren, dua lembaga pendidikan keagamaan selalu
berkaitan.Disamping posisinya yang penting secara filosofis maupun
30 Ibid,h. 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
historis, secara yuridispun dengan tercakup dalam ketentuan-ketentuan
yang ada dalan undang-undang tentang sistem pendidikan Nasional.
Hal ini dapat dilihat dalam rincian berikut:.
a. Dari segi jalur pendidikan, pondok pesantren dan madrasah diniyah
dapat memasukkan kedalam jalur formal dan non formal, karena
pondok pesantren dan madrasah diniyah ada yang diselenggarakan
secara berjenjang, berkelanjutan dan ada yang tidak. Pondok
pesantren yang dilaksanakan secara berjenjang dan berkelanjutan
termasuk kedalam jalur pendidikan formal, sedangkan yang tidak
berjenjang dan tidak berkelanjutan termasuk jalur pendidikan non
formal.
b. Dari segi pendidikan, pondok pesantren dan madrasah diniyah
termasuk jenis pendidikan keagamaan, yaitu pendidikan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamannya dan
atau menjadi ahli ilmu agama.
c. Dari segi jenjang pendidikan, dengan nama dan bentuk yang
berbedabeda, pondok pesantren yang berjenjang dapat
dikelompokkan dalam jenjang pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi, sedangkan madrasah diniyah mencakup jenjang pendidikan
anak usia dini, dasar dan menengah.
Masalah yang dihadapi madrasah diniyah tidak menyesuaikan
diri dengan perjenjangan dalam sistem pendidikan formal. Rendahnya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
perhatian negara dan pemerintah terhadap diniyah tampak dalam
ketidakjelasan kedudukan dan pengakuan terhadap lulusan pendidikan
keagamaan dan pondok pesantren. Santri yang telah mengikuti
pendidikan keagamaan diniyah tidak memiliki civil effect sebagai
lulusan sekolah formal, padahal dari segi kualitas penguasan dari ilmu
yang dipelajari, lulusan pesantren pun tidak kalah dengan siswa yang
mengikuti pendidikan formal, bahkan mungkin dalam aspek-aspek
tertentu, lulusan pesantren memiliki keunggulan yang tidak dimiliki
oleh lulusan pendidikan formal, kuatnya sikap mandiri, ketaatannya
dalam beribadah, akhlaknya yang lebih terjamin.
Pemerintah propinsi Jawa Timur mengusulkan status madrasah
diniyah (pendidikan keagamaan) di pondok pesantren (ponpes) kepada
Mendiknas, Menag dan Kanwil Depag untuk diakui. Hal ini terkait
selama ini statusnya belum diakui oleh pemerintah yang
mengakibatkan lulusan ponpes tidak bisa melanjutkan ke jenjang
sekolah resmi. Pemprop Jatim telah mengirim surat usulan agar
madrasah diniyah segera diakui.
Seperti tertulis dalam ketentuan pasal 30 ayat (5) Undang-
undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
maka pemerintah dirasa perlu menetapkan PP tentang pendidikan
agama dan pendidikan keagamaan. Selain itu, manajemen ponpes
harus berpatok pada ilmupengetahuan dan teknologi (IPTEK), namun
tetap didasari keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) sehingga tidak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
menghilangkan nuansa diniyahnya. Hal ini tentu kurang
menguntungkan dalam pengembangan fungsinya sebagai bagian dari
upaya pembentukan watak yang populis dan egaliter dalam arti antara
seorang kyai dan santrinya saling menghormat.
top related