bab ii kajian teori dan hipotesis 2.1 kajian teori 2.1.1...
Post on 30-Apr-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengendalian Anggaran
Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan
dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan
moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran publik
merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari
suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja,
dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan
dilakukan organisasi dimasa yang akan datang. Setiap anggaran
memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dan
beberapa periode yang akan datang (Ulum, 2008: 98).
Menurut Mardiasmo (2005: 61) anggaran merupakan pernyataan
mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode yang
tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan
penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu
anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan
tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang tinggi.
Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses
politik. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan
jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas.
Anggaran negara menurut John F Due dalam Ulum (2008: 98)
adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan
yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode dimasa depan, serta
data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadai
dimasa lalu. Sedangkan anggaran pemerintah daerah menurut Halim
(2007: 36) adalah rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk
rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.
Anggaran merupakan dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan
dari suatu organisasi dimasa yang akan datang. Anggaran juga
menggambarkan mengenai rencana strategis yang akan dilaksanakan
oleh organisasi pemerintah daerah berdasarkan mandat yang diberikan
oleh para stakeholeder pemerintah daerah.
Berdasarkan pengertian anggaran negara sebagaimana di atas,
Ulum (2008: 98-99), menyatakan anggaran negara tidak hanya dapat
diketahui besarnya rencana penerimaan dan pengeluaran pemerintah
untuk suatu periode dimasa depan, akan tetapi juga dapat diketahui
mengenai penerimaan dan pengeluaran negara yang sungguh-sungguh
terjadi dimasa lalu. Sehingga secara lebih terinci dapat pula dinyatakan
bahwa:
1. Anggaran negara adalah gambaran dari kebijaksanaan pemerintah
yang dinyatakan dalam ukuran uang, yang meliputi baik
kebijaksanaan pengeluaran pemerintah suatu periode dimasa depan
maupun kebijaksanaan penerimaan pemerintah untuk metutup
pengeluaran tersebut.
2. Disamping mengungkapkan kebijaksanaan pemerintah untuk suatu
periode dimasa depan, dari anggaran negara dapat diketahui pula
realisasi pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah dimasa lalu.
3. Sehingga melalui anggaran negara dapat diketahui tercapai atau
tidaknya kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah di masa yang lalu,
serta maju atau mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai
pemerintah dimasa yang akan datang.
Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi
terciptanya tujuan organsiasi. Adapun aspek-aspek yang harus ada
dalam anggaran sektor publik meliput aspek perencanaan, aspek
pengendalian dan aspek akuntablitas, (Mardiasmo, 2005: 61).
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas
pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang
dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Menurut
Revrisond dalam Fuadi (2013) pengendalian anggaran adalah proses
untuk memastikan bahwa anggaran sampai hal yang spesifik
dilaksanakan secara tepat dan efisien. Pengendalian terhadap
pelaksanaan anggaran dilakukan dengan tujuan menjamin agar
pengumpulan penerimaan negara dan penyaluran pengeluaran-
pengeluaran negara tidak menyimpang dari rencana yang telah digariskan
dalam anggaran negara.
Revrisond dalam Fuadi (2013) menjelaskan bahwa pengedalian
keuangan negara adalah segala tindakan untuk menjamin agar
pengelolaan keuangan negara berjalan sesuai dengan tujuan, rencana,
dan aturan-aturan yang telah digariskan. Karena yang menjadi objek
pengendalian keuangan negara terutama adalah anggaran negara, maka
pengendalian keuangan negara dari segi anggaran dapat pula dinyatakan
sebagai segala kegiatan untuk menjamin agar pengumpulan penerimaan-
penerimaan negara, dan penyaluran pengeluaran-pengeluaran negara,
tidak menyimpang dari rencana yang telah digariskan dalam anggaran.
Bastian (2006: 180) mengatakan faktor penentu efektifitas
pengendalian suatu anggaran dilihat dari segi anggaran adalah sebagai
berikut: 1) teknik perhitungan perkiraan pendapatan dan pengeluaran 2)
fleksibilitas dalam fiskal, 3) tingkat pengeluaran yang diharapkan fasilitas
dalam pemberlakuan tingkat pajak, 4) batasan proses anggaran , 5) waktu
dan informasi, 6) manajemen keuangan, 7) waktu yang salah dalam
melepaskan dana, 8) biaya yang terlalu besar, 9) kurangnya fleksibilitas
dalam menggunakan dana, 10) hambatan sumber daya manusia.
Mardiasmo (2005: 64) mengatakan sebagai alat pengendalian
manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk meyakinkan bahwa
pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya.
Selain itu anggaran digunakan untuk memberi informasi dan meyakinkan
legislatif bahwa pemerintah bekerja secara efisien tanpa ada korupsi dan
pemborosan. Pengendalian anggaran pulik dapat dilakukan melalui empat
cara, yaitu:
1. Membandingkan kerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan
2. Menghitung selisih anggaran
3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat
dikendalikan atas suatu varians.
4. Merivisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.
Anggaran pendapatan dan belanja negara/daerah (APBN/ APBD) yang
dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci
kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang
direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat,
dan bagaimana program-program tersebut dilayani. Penyusunan dan
pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran.
Proses pengendalian dan penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan
(Ulum, 2008: 106), yaitu:
1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan
koordinasi antar bagain dalam lingkungan pemerintah.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan
barang dan jasa publik memalui proses pemrioritasan.
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
kepada DPR/DPRD dan masayarakat luas.
Pengendalian adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif
(pemerintah daerah) untuk menjamin dilaksanakannya sistem dan
kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi dapat dicapai
(Mardiasmo, 2004: 213). Dalam melakukan pengendalian anggaran
pemerintah daerah dan DPRD harus mengetahui dan menguasai prinsip-
prinsip pokok dalam siklus anggaran. Sebagaimana dikatakan oleh Ulum
(2008: 108), bahwa prinsip-prinsip anggaran perlu diketahui dan dikuasai
dengan baik oleh penyelenggara pemerintah. Mardiasmo (2004) dan
Ulum (2008) mengatakan pada dasarnya siklus anggaran terdiri dari
empat tahap, yaitu tahap persiapan dan penyusunan anggaran, tahap
ratifikasi, tahap implementasi dan tahap pelaporan dan evaluasi.
1. Tahap Persiapan dan penyusunan anggaran.
Pada tahap persiapan dan penyusunan anggaran dilakukan taksiran
pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait
dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum
menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan
penaksiran pendapatan secara akurat. Selain itu, haru disadari adanya
masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi
pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang
anggaran pengeluaran, (Mardiasmo, 2004: 212).
Dalam persoalan estimasi, yang perlu mendapat perhatian adalah
terdapatnya faktor uncertainty (tingkat ketidak pastian) yang cukup
tinggi. Oleh sebab itu, manajer keuangan publik harus memahami
betul dalam menentukan besarnya suatu mata anggaran. Besarnya
suatu mata anggaran sangat tergantung pada teknik dan sistem
anggaran yang digunakan, (Mardiasmo, 2004: 212).
2. Tahap Ratifikasi Anggaran
Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan
tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup
berat. Pimpinan eksekutif (kepala Daerah) dituntut tidak hanya
memiliki managerial skill namun jiga harus mempunyai political skill,
salesmanship, dan coaltion building yang memadai. Integritas dan
kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap
ini. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif
harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan
argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan
bantahan-bantahan dari legislatif.
3. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Setelah anggaran disetujui oleh legislatif, tahap berikutnya adalah
pelaksanaan anggaran. Dalam tahap ini, hal terpenting harus
diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem
Informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer
keuangan publik dalam hal ini betanggungjawab untuk menciptakan
sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk untuk perencanaan
dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, dan bahkan dapat
diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya.
Sistem akuntansi yang digunakan hendaknya juga mendukung
pengendalian anggaran.
4. Tahap Pelaporan Dan Evaluasi Anggaran.
Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi
anggaran. Tahap persiapan, ratifkasi dan implementasi anggaran
terkait dengan aspek operasional anggaran, sedangkan tahap
pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Apabila
pada tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen yang baik, maka pada tahap
pelaporan dan evaluasi anggaran biasanya tidak akan menemui
banyak masalah.
2.1.2 Akuntabilitas Kinerja Pemerintah.
2.1.2.1 Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban agen untuk mengelola sumber
daya, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan
yang berkaitan dengan penggunaan sumberdaya publik kepada pihak
pemberi mandat. Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas
publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penekanan utama akuntabilitas
publik adalah pemberian informasi kepada publik dan konstituen lainnya
yang menajdi pemangku kepentingan. Akuntabilitas juga terkait dengan
kewajiban untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai apa
yang telah, sedang dan telah dilakukan, (Mahmudi, 2010: 9).
Menurut Mardiasmo (2005:20) akuntabilias adalah kewajiban
pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada
pihak pemberi amanah (prinsipal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang berdaya
guna, berhasil guna bersih dan bertanggungjawab telah diterbitkan, yang
pelaksanaannya lebih lanjut didasarkan atas pedoman penyusunan
pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang diterbitkan oleh
Lembaga Administrasi Negara. SK Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003
tanggal 25 Maret 2003 tentang pedoman penyusunan dan pelaporan
akuntansi kinerja instansi pemerintah menyatakan bahwa akuntabilitas
adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan
hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak dan
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Akuntabilitas kinerja atau akuntabilitas manajerial adalah
pertanggungjawaban lembaga publik untuk melakukan pengelolaan
organisasi secara efisien dan efektif. Akuntabiitas kinerja juga berkaitan
dengan akuntablitas proses yang berarti bahwa proses organisasi harus
dapat dipertanggungjawabkan, dengan kata lain tidak terjadi inefisiensi
dan ketidakefektivan organisasi, (Mahmudi, 2010: 10).
Menurut Inpres No. 7 tahun 1999 akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (AKIP) adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban
atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan
hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yan memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Oleh karena itu, maka semua instansi pemerintah, Badan dan Lembaga
Negara di pusat dan daerah sesuai dengan tugas pokok masing-masing
harus memahami lingkup akuntabilitasnya masing-masing, karena
akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan juga kegagalan
pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan, (Pratama, 2013).
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan kewajiban
untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan
menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan
untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Berdasarkan
pengertia tersebut, maka semua Instansi Pemerintah, Badan dan
Lembaga Negara di Pusat dan Daerah sesuai dengan tugas pokok
masing-masing, karena akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan
dan juga kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan.
2.1.2.2 Tujuan Dan Sasaran Akuntablitas Kinerja.
Berdasarkan Inpres No. 7 1999 disebutkan bahwa tujuan dari
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah untuk mendorong
terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu
prasyarat untuk tercapainya pemerintahan yang baik dan terpercaya.
Sedangkan sasaran dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan
adalah sebagai berikut:
1. menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat
beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya.
2. terwujudnya transparansi instansi pemerintah
3. terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
nasional
4. terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
Pratama (2013) menyatakan pelaksanaan akuntabilitas di
lingkungan instansi pemerintah, perlu memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk
melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan
sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan
4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan
manfaat yang diperoleh.
5. Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator
perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk
pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kerja dan penyusunan
laporan akuntabilitas.
Adapun indikator yang digunakan untuk menilai akuntabilitas kinerja
menurut Zyn (2011) indikator akuntabilitas kinerja dapat diukur dengan
beberapa indikator berikut:
1. Pertanggungjawaban perumusan rencana kerja keuangan, yaitu
mengajukan pengajuan anggaran sesuai dengan prinsip-prinsip
penganggaran, mengintegresikan pendekatan penganggaran serta,
memiliki kelengkapan dokumen dalam mengajukan anggaran.
2. Pertanggungjawaban pelaksanaan dan pembiayaan kegiatan,
dilakukan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan didasarkan
pada prinsip hemat, efisien dan efektif serta untuk menilai apakah
sumber pembiayaan jelas dan tepat sasaran.
3. Pertanggungjawaban evaluasi kinerja, dilakukan untuk apakah
evaluasi kinerja telah dilakukan sesuai standar dan peraturan yang
ditetapkan serta untuk menilai kehandalan laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggungjawaban kinerja.
4. Pertanggungjawaban pelaksanaan pelaporan keuangan, indikator ini
dilakukan untuk menilai apakah informasi keuangan yang disajikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaporan dapat dipahami
dengan baik, indikator ini juga dilakukan untuk menilai apakah
penyampaian laporan keuangan telah disampaikan tepat waktu.
2.1.2.3 Unsur-Unsur Akutabilitas
Akuntabilitas yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publiK
terdiri atas beberapa dimensi. B.Guy Peters dalam Krina P (2004)
menyebutkan adanya tiga unsur-unsur akuntabilitas yaitu akuntabilitas
keuangan, akuntabilitas admnistrtif, dan akuntabilitas kebijakan publik.
1. Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas Keuangan adalah keuangan yang harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien,
ekonomis transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Secara tertib
adalah bahwa keuangan harus dikelola secara tepat waktu dan tepat guna
yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Taat pada peraturan perundang-undangan
adalah bahwa pengelolaan keuangan harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan. Efektif merupakan pencapaian hasil program
dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara
membandingkan keluaran dengan hasil. Efisien merupakan pencapaian
keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan
masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. Ekonomis
merupakan perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada tingkat harga yang terendah. Transparan merupakan prinsip
keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan publik. .
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Pasal
4 Akuntabilitas Keuangan meliputi:
a. Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan,
dan manfaat untuk masyarkat.
b. Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa
keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang
didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus
berpedoman pada peraturan perundang-undangan
d. Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil
pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu
dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
e. Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapain
keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan
masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
f. Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perolehan
masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga
yang terendah
g. Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip
keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
daerah.
h. Bertanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
i. Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan
distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan
distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan objektif.
j. Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau
suatu sikap yang dilakukan secara wajar dan proporsional.
k. Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
2. Akuntabilitas Administratif
Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap
kegiatan penyelenggaraan pemerintah dapat dipertanggungjawabkan
secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak
pengendalian kebijakan. Pengambilan keputusan dalam organisasi-
organisasi publik melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu wajar apabila
rumusan kebijakan merupakan hasil kesepakatan antara warga pemilih
(constituency) para pemimpin, serta para pelaksana di lapangan.
Sedangkan dalam bidang politik, yang juga berhubungan dengan
masyarakat secara umum, akuntabilitas didefinisikan sebagai
mekanisme penggantian pejabat atau penguasa, tidak ada usaha untuk
membangun monoloyalitas secara sistematis, serta ada definisi dan
penanganan yang jekas terhadap pelanggaran kekuasaan dibawah rule of
law. Sedangkan Public Accountability didefinisikan sebagai adanya
pembatasan tugas yang jelas dan efisien. Menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Pasal 15, 16, 19, dan 21 Akuntabilitas
Administratif meliputi:
Pasal 15
a. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah
dan kemampuan pendapatan daerah.
b. Penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada
masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.
c. APBD mempunyai fungsi otoritasi, perencanaan, pengawasan,
alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
d. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pasal 16
a. Fungsi otoritasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (3)
mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3)
mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
c. Fungsi pengawasan sebagaimana dalam pasal 15 ayat (3)
mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelengaraan pemerintah daerah sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi alokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (3)
mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja/ mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perekonomian.
e. Fungsi distribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (3)
mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi stabilisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (3)
mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian daerah
Pasal 19
Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup.
Pasal 21
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam
masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember.
3. Akuntabilitas Kebijakan Publik
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Pasal
239, Akuntabilitas Kebijakan meliputi:
1. Kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang
kebijakan akuntansi pemerintah daerah dengan berpedoman pada
standar akuntansi pemerintahan.
2. Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
merupakan dasar pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas asset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta
laporan keuangan.
3. Peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat:
a. Definisi, pengakuan, pengukuran dan pelaporan setiap akun dalam
keuangan;
b. Prinsip-prinsip penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan.
4. Dalam pengakuan dan pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf (a) juga mencakup kebijakan mengenai harga perolehan dan
kapitalisasi asset.
5. Kebijakan harga perolehan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/ setara kas yang
dibayarkan terdiri dari belanja modal, belanja administrasi
pembelian/pembangunan, belanja pengiriman, pajak dan nilai wajar
imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai komponen harga perolehan.
6. Kebijakan kapitalisasi asset sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas dan nilai wajar
imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai asset tetap.
2.2 Kajian Penelitian Terdahulu
Kajian Penelitan terdahulu yang dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Soepardi (2010) dengan judul pengaruh perumusan dan implementasi
strategi terhadap pengendalian anggaran survei pada BUMN yang
menderita kerugian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perumusan
dan implementasi strategi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pengendalian anggaran, baik secara parsial maupun
simultan. Variabel implementasi strategi memiliki pengaruh yang lebih
dominan dibandingkan dengan variabel perumusan strategi terhadap
pengendalian anggaran.
2. Zeyn (2011) dengan judul pengaruh good governance dan standar
akuntansi pemerintahan terhadap akuntabilitas keuangan dengan
komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Hasil penelitian
membuktikan pengendalian good governance dan standar akuntansi
pemerintahan dengan komitmen organisasi yang tinggi mempunyai
pengaruh terhadap akuntabilitas keuangan Pemerintah Kota Bandung,
artinya komitmen organisasi yang merupakan variabel kontinjensi
sangat mempengaruhi akuntabilitas keuangan yang mana pemahaman
dan penggunaan SAP mutlak dilakukan agar laporan keuangan
berkualitas dan dapat menilai kinerja aparatur pemerintah yang bersih
dan berwibawa.
3. Nugroho (2011) dengan judul pengaruh ketidakpastian tugas,
efektivitas pengendalian anggaran dan job relevant information
terhadap kecenderungan menciptakan budgetar slack pada organisasi
sektor publik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketidakpastian
tugas, efektivitas pengendalian anggaran dan job relevant information
tidak berpengaruh secara parsial terhadap kecenderungan
menciptakan budgetary slack. Demikian pula dengan efektivitas
pengendalian anggaran dan job relevant information dimana kedua
faktor tersebut tidak berperan sebagai pemediasi hubungan antara
ketidakpastian tugas dan kecenderungan menciptakan budgetary
slack. Sementara itu, ketidakpastian tugas berpengaruh terhadap
efektivitas pengendalian anggaran dan job relevant information.
4. Kusumaningrum (2010) dengan judul pengaruh kejelasan sasaran
anggaran, Pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran,
pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Untuk lebih jelas tentang kajian penelitian yang relevan tersebut
dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2: Kajian Penelitian Terdahulu Nama Judul Variabel Simpulan
Soepardi (2009)
Pengaruh perumusan dan implementasi strategi
Terhadap pengendalian anggaran Survei pada bumn yang menderita
kerugian
Perumusan strategi, implementasi strategi dan pengendalian anggaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perumusan dan implementasi strategi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengendalian anggaran, baik secara parsial maupun simultan. Variabel implementasi strategi memiliki pengaruh yang lebih dominan dibandingkan dengan variabel perumusan strategi terhadap pengendalian anggaran, yakni masing-masing sebesar 55,77% dan 27,41%.
Zeyn (2011)
Pengaruh good governance dan standar akuntansi pemerintahan terhadap akuntabilitas keuangan
dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi
Good Governance, Standar akuntansi
pemerintahan, akuntabilitas keuangan
dengan komitmen organisasi
Pengendalian good governance dan standar akuntansi pemerintahan dengan komitmen organisasi yang tinggi mempunyai pengaruh terhadap akuntabilitas keuangan Pemerintah Kota Bandung sebesar 92.4% yang artinya komitmen organisasi yang merupakan variabel kontinjensi sangat mempengaruhi akuntabilitas keuangan yang mana pemahaman dan penggunaan SAP mutlak dilakukan agar laporan keuangan berkualitas dan dapat menilai kinerja aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa.
Nugroho (2011)
Pengaruh ketidakpastian tugas, efektivitas
pengendalian Anggaran dan job relevant information
terhadap Kecenderungan menciptakan budgetar slack
Pada organisasi sektor publik
ketidakpastian tugas, efektivitas pengendalian Anggaran, job relevant
information dan budgetar slack
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketidakpastian tugas, efektivitas pengendalian anggaran dan job relevant information tidak berpengaruh secara parsial terhadap kecenderungan menciptakan budgetary slack. Demikian pula dengan efektivitas pengendalian anggaran dan job relevant information dimana kedua faktor tersebut tidak berperan sebagai pemediasi hubungan antara ketidakpastian tugas dan kecenderungan menciptakan budgetary slack. Sementara itu, ketidakpastian tugas berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian anggaran dan job relevant information.
Kusumaningrum (2010)
Pengaruh kejelasan sasaran anggaran, Pengendalian
akuntansi dan sistem pelaporan terhadap
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Provinsi jawa
tengah
kejelasan sasaran anggaran, Pengendalian
akuntansi, sistem pelaporan dan
Akuntabilitas kinerja instansi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
2.3 Kerangka Pikir
Anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi
sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki pada
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating
resource to unlimitied demands). Anthony dan Govindarajan (2005)
dalam Kusumanigrum (2010), mengemukakan bahwa anggaran
merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka
pendek yang efektif dalam organisasi. Dari pengertian tersebut dapat
dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran finansial.
Penyusunan anggaran dalam organisasi sektor publik, terutama
pemerintah merupakan sebuah proses yang cukup rumit dan
mengandung muatan politis.
Anggaran pemerintah daerah yang tertuang dalam APBD adalah
rencana kerja keuangan tahunan pemerintah daerah dalam satu tahunnya
disusun secara jelas dan spesifik dan merupakan desain teknis
pelaksana, strategi untuk mencapai tujuan daerah. Anggaran yang baik
tidak hanya memuat informasi tentang pendapatan, belanja dan
pembiayaan umum lebih dari itu anggaran harus memberikan informasi
mengenai kondisi kinerja pemerintah daerah yang akan dicapai sehingga
anggaran dapat dijadikan tolak ukur pencapaian kinerja dengan kata lain
kualitas anggaran daerah dapat menentukan kualitas pelaksanaan fungsi-
fungsi pemerintah daerah, (Suwandi, 2013).
Menurut Mardiasmo (2002) dan Suwandi (2013) salah satu alat yang
digunakan manajemen dalam melakukan perencanaan dan pengendalian
jangka pendek dalam organisasi adalah anggaran. Nuraini (2011)
berpendapat bahwa pengelolaan pemerintah daerah yang
berakuntabilitas, tidak lepas dari anggaran pemerintah daerah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2002), yang menyatakan bahwa
wujud dari penyelenggara otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber
daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil, dan merata
untuk mencapai akuntabilitas publik. Anggaran diperlukan dalam
pengelolaan sumber daya tersebut baik untuk mencapai kinerja yang
diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas
terhadap masyarakat.
Sebagai alat pengendalian, anggaran sektor publik digunakan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk
memenuhi kewajibannya. Selain itu anggaran digunakan untuk memberi
informasi yang meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekerja secara
efisien, tanpa ada korupsi dan pemborosan.
Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pikir dalam penelitan ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1: Kerangka Pikir
Pengaruh Pengendalian anggaran terhadap Akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah
Dasar Teori: 1. Menurut Mardiasmo (2005: 61) anggaran
merupakan pernyatan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode yang tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.
2. Menurut Inpres No7 tahun1999 akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Penelitan Terdahulu: 1. Eddy Mulyadi Soepardi (2010) Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perumusan dan implementasi strategi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengendalian anggara.
2. Indraswasi Kusumanigrum (2010) Pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh terhadap Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Provinsi jawa tengah
Pengendalian Anggaran
Akuntabilitas Kinerja
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah diduga terdapat pengaruh pengendalian anggaran
terhadap akuntabilitas kinerja pada Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten
Gorontalo
top related