bab ii konsep dasar -...
Post on 07-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
KONSEP DASAR
1) Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal
bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan
dalam interelasi sosial, peran dan tugas. ( Spredley dan allender,1996 yang
dikutip oleh Setyowati, 2008)
Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik , mental emosional serta sosial deari
tiap anggota keluarga. (Duvall dan logan,1986 yang dikutip oleh
Setyowati, 2008)
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran
masing – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
(Bailon dan Maglaya,1978 yang dikutip oleh Setyowati, 2008)
8
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing- masing
mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik.
d. Mempunyai tujuan ;
1) menciptakan dan mempertahankan budaya,
2) meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2. Tipe Keluarga
Keluarga inti/Nuclear family, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami istri,dan anak ( kandung atau angkat ). (Murwani, 2007)
3. Fungsi keluarga
Friedmann (1986)mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai
berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psiko sosial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
9
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim
yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga
yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga
dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh ; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuan untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan
intim didalam keluarga merupakan modal besar dalam memberikan
hubungan dengan orang lain diluar keluarga / masyarakat
2) Saling menghargai; Bila anggota saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan setiap hak anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan
tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
10
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi“ yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak
dapat terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi.
Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi social. Sosialisasi dimulai sejak
manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,
ibu, dan orang – orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita
dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun
demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai dalam
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan
dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-
norma, budaya, dan prilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
11
untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
Dalam hal ini keluarga juga berfungsi untuk memelihara dan
membesarkan anak.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan,
pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat
dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan, dan atu merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyeleseikan masalah kesehatan.
Tugas kesehatan keluaraga adalah sebagai berikut : (Friedmann 1998)
1) Mengenal masalah kesehatan
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah pada
diabetes mellitus salah satu faktor penyebabnya adalah karena
12
kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus. Apabila keluarga
tidak mampu mengenal masalah hipertensi,ppenyakit tersebut akan
mengakibatkan komplikasi.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak
memahami tentang sifat,berat,dan luasnya masalah yang dihadapi
dan masalah tidak begitu menonjol. Penyakit hipertensi yang tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi.
3) Memberikan perawatan pada anggota yang sakit.
Ketidakmampuan dalam merawat anggota keluarga disebabkan
karena tidak mengetahui keadaan penyakit,misalnya keluarga tidak
mengetahui tentang pengertian, tanda dan gejala,penyebabnya dan
pengelolaan pada hipertensi.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
Ketidaksanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
Ketidakmampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam
keluarga tidak mencukupi,diantaranya adalah biaya.
5) Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.
13
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai
masalah hipertensi. Agar penderita dapat memeriksakan
kesehatannya secara rutin.
4. Dimensi Dasar Struktur Keluarga
Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, Selalu
menyeleseikan konflik keluarga berpikiran positif, dan tidak
mengulang – ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim :
a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu meminta dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima :
a) Siap mendengarkan masukan dan pendapat dari anggota
keluarga
b) Memberikan umpan balik dari setiap pendapat yang di
Kemukakan anggota keluarga.
c) Melakukan validasi
b. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi social yang di berikan. Yang dimasksud dengan posisi atau
14
status adalah posisi individu dalam masyarakatmisalnya sebagai
suami, istrri, anak dan sebagainya. Tetapi terkadang peran ini tidak
dapat di jalanka oleh masing-masing individu dengan baik. Ada
beberapa anak yang terpaksa memenuhi kebutuhan anggota keluarga
yang lain sedang orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam
diri di rumah.
c. Strukur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah
periklaku orang lain ke arah positif.
Ada beberapa macam tipe kekuatan struktur kekuatan :
1) Legitimate power/kekuasaan/hak untuk mengontrol
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa
dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol
tingkah laku anggota keluarga yang lain.
2) Referent power/seseorang yang ditiru
Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap orang lain
karena identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi
positif seorang anak dengan orang tua (role mode).
3) Reward power/kekuasaan penghargaan
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima
oleh seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena
kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
15
4) Coercive power/kekuasan paksaan/dominasi
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum
dengan paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau
taat.
5) Affective power/kekuasaan afektif kekuasaan yang diberikan
melalui manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan
afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual
pasangan suami istri.
d. Nilai-Nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu system sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu perkembangan norma
dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan system dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan di tularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.
5. Peran perawat keluarga
Dari 5 fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi perawat kesehatan
dimana perawat kesehatan bersama perawat menylesaikan masalah
kesehatan.
16
Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga
yang sehat. Fungsi perawat adalah membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah keluarga dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan
keluarga.
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam
menylesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehata keluarga,
diantaranya sebagai berikut :
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
dengan tujuan sebagai berikut : keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan keluarga. Dengan diberikan pendidikan/
penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung
jawab terhadap masalah kesehatannya.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan
yang komperhensif dapat tercapai. Koordinasi juga diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar
tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
17
c. Pelaksana
Perawawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,
klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan
perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui
anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan
kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan
keluarga nanti dapat memberikan asuhan langsung kepada anggota
keluarga yang sakit.
d. Pengawas Kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya
melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari
kunjungan ini.
e. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau memint nasehat pada perawat maka
hubungan antara keluarga dan perarawat harus dibina dengan baik,
perawatan harus terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian,
harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan
keluarga.
18
f. Kolaborasi
Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan
pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang
lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit
tetapi di keluarga dan komunitas pun juga dapat di laksanakan.
g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal. Kendala yang sering di alami keluarga keraguan didalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan sosial
budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan,
misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
h. Penemu Kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case Finding), sehingga tidak
terjadi ledakan atau kejadian luar biasa (KLB).
i. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat
tercipta lingkungan yang sehat.
19
6. Tahap - Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan Keluarga dengan anak Remaja meliputi,
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa. Mempertahankan hubungan yang
intim dalam keluarga. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak
dan orang tua,hindari perdebatan. Perubahan sistem peran dan peraturan
ntuk tumbuh kembang keluarga
Dalam unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan)
yang mempengaruhisatu atau lebih anggota keluarga, dan hal tertentu
sering kali mempengaruhi anggota yang lain, dan unit terkecil dan unit ini
secara keseluruha. Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai
hubungan yang erat sifat mandiri, dimana masalah-masalah
seseorangindividu “ menyusup” dan mempengaruhi anggota yang lain dan
seluruh system.
2) Kosep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002).
Hipertensi dalahkeadaan peningkatan tekanan drh yng memberi gejlala
yang akan berlanjut kesuatu organ. (Bustan, 2007)
20
2. Anatomi fisiologi jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk dan
susunanannya sama dengan otot lintang, tetapi cara kerjanya sama
dengan otot polos yaitu di luar kemampuan kita (dipengaruhi oleh
susunan sarap otonom).
1) Ukuran bentuk dan letak
Jantung besarnya sekepalan tangan. Menyerupai jantung
pisang dan beratnya kira-kira 250-300 gr Terletak di belakang
sternum dan kartilago kosta dalam mediastimun, struktur blok di
antara paru-paru. Jantung berada di bagian tengah diafragma dan
pangkalnya terletak dibelakang kiri antara casta V dan VI dua jari
dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan
jantung yang disebut iktus codis.
2) Fisiologi jantung
Seluruh bagian jantung berada pada rongga pericardium,
suatu kantung fibrosa dengan membrane lembab yang
memungkinkan jantunng bergerak dengan bebas selama setiap
kontraksi. Dinding jantung disusun oleh otot-otot jantung yang
serabutnya bercabang-cabang dilihat dengan mikroskop serabut-
serabut ini nampak tersusun dari sel-sel berinti yang terpisah-pisah.
21
Jantung memiliki empat ruang, dua atrium yang menerima
darah dari vena-vena dan dua ventrikel yang memompa darah ke
arteri-arteri. Atrium kanan berada disepanjang batas kanan jantung
dan terbuka pada bagian kirinya ke dalam segitiga ventrikel kanan.
Atrium ini berada pada bagian depan jantung dan memompakan
darah ke atas masuk ke arteri pulmonalis.
Atrium kiri berbentuk segitiga tidak beraturan dengan vena
pulmonalis masuk kedalam setiap sudutnya, atrium ini mengalirkan
darah kedalam kerucut besar dan berdinding tebal, ventrikel kiri.
Ventrikel kiri membentuk massa utama dari jantung dan ruangan
lainnya dibungkusnya. Otot-ototnya melaksanakan banyak tugas
memompa darah ke atas masuk aorta,. Dinding atrium tipis tetapi
dinding ventrikel tebal, dinding ventrikel kiri lebih tebal dari pada
ventrikel kanan.
3) Kerja jantung
Jantung mempunyai tiga periode yaittu, periode kontriksi
(periode sistol). Suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel
dalam keadaan menguncup, katup bikus dan tripikupidalis dalam
keadaan tertutup.vulvala semilunaris dan vulvala semilunalis arteri
pulmonaris terbuka, Sehingga darah mengalir darah dari ventikel
dektra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru kiri dan kanan
sedangkan dari ventikel sinistramengalir keaorta kemudian
22
diedarkan keseluruh tubuh. Periode dilatasi (periode diiastolik)
suatu keadaan dimana jantung mengembang, katup bikus dan
tripikupidalis dalam keadaan terbuka sehinga darah dari
atriumsinistra masuk ventikel sinistra dan darah dari atrium
dekstramasuk ke ventrikel dekstra selanjudnya darah yang adadi
paru melalui vena pulmonolis masuk ke atrium sinistra dan darah
dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke atrium dekstra.
Periode istirahat,waktu diantara kontriksi dan dilatasi.
4) Siklus jantung
Gambar 1 sirkulasi peredaran darah
Aliran darah melalui jantung diatur oleh katup yang
memungkinkan darah hanya mengalirkan satu arah saja. Katup-
katup tersebut menutup dengan rapat untuk mencegah adanya
aliran balik, namun saat terbuka memungkinkan darah mengalir
23
bebas ke depan. Setiap kontraksi otot janutng dengan mudah
meningkatkan tekanan dalam ruang jantung.
Darah vena dari jaringan tubuh memasuki atrium kanan dari
vena kava superior dan inferior. Atrium kanan memompa darah
melalui katup trikuspidalis ke ventrikel kanan dari dari sini darah
dipompa oleh kontraksi dinding ventrikel melewati katup
semilunaris masuk ke arteri pulmonalis dalam perjalanannya
menuju paru-paru.
Darah teroksigenasi (kaya oksigen) dari paru-paru memasuki
atrium kiri melalui empat vena pulmonalis dan melintasi katup
mitral masuk ke ventrikel kiri dari sini dipompakan melalui katup
semilunaris masuk ke aorta yang mendistribusikan darah ke
sirkulasi sistemik.
Katup-katup jantung adalah lapisan jaringan fibrosa. Katup
trikuspidalis dan mitral, katup artioventrikularis harus menahan
tekanan tinggi saat terjadi kontraksi jantung. Daun-daun katupnya
dilekatkan oleh khorda tendinea ke otot papilaris di dinding
masing-masing ventrikel, saat ventrikel berkontraksi, khorda ini
mencegah katup terbalik ke atrium. Katup-katup semilunaris
dipintu masuk ke aorta dan arteri pulmonalis memiliki tiga helai
daun katup. Katup ini tidak memiliki tali-tali khorda yang
mencegah katup-katup tersebut membuka terbalik karena tekanan
24
belakang dimana katup ini diarahkan lebih sedikit daripada yang
didorongkan ke katup atrioventrikularis.
5) Pembuluh darah
Aorta dan arteri besar tidak hanya berperan membawa darah
kejar, tetapi juga meratakan aliran darah dengan mengembangkan
dindingnya pada setiap denyutan jantung dan kemudian mengerut
sewaktu diastole. Cara kerja ini mengubah aliran intermiten darah
dari jantung menjadi aliran mantap ke jaringan, lapisan tunika
media dari pembuluh darah yang meredam tekanan ini sebagian
besar terdiri atas jaringan elastin.
Saat arteri menjadi semakin kecil maka proporsi jaringan otot
di didingnya meningkat, pembuluh darah dengan diameter kurang
dari 0,2 mm sangat banyak jaringan ototnya dan dikenal dengan
nama arteriol. Arterriol-arteriol ini dindingnya tebal dan kaya
suplai saraf mereka ini mempunyai beberapa fungsi yang penting
yairu, Berperan sebagai pengaturan tekanan (seperti selang air
penyiram bunga) karenanya tekanan darah arteri tinggi tidak
mencapai jaringan dan merusaknya. pengatur jumlah aliran darah
di tempat itu arteriola akan melebar sehingga darah lebih banyak
mengalir ke area itu. mempertahankan tekanan darah bila segenap
arteriola berdilatasi secara serentak maka bisa terjadi keadaan
bahaya menurunnya tekanan darah akibatnya dari darah yang
25
mengalir ke sirkulasi perifer lebih besar jumlahnya disbanding
curah jantungnya.
Namun berkenaan dengan seluruh system saraf simpatis maka
beberapa artteiola yang cukup tetap konstriksi untuk
mempertahankan tekanan arteri normal. Arteriol-arteriiol itu
sendiri mempunyai aktivitas siklis, membuka dan menutup lagi
setiap beberapa menit. Mekanisme ini menjamin pertukaran cairan
jaringan tetap konstan
6) Kapiler-kapiler
Kapiler adalah satu-satuya pembuluh darah yang
melakukan fungsi pertukaran nutrisi atau produksi sisa. Kapiler
membentuk anyaman yang rapat dan ada pada setiap jaringan tbuh
yang hidup, kapiler tebalnya hanya selapis sel, ukurannya haya
cukup untuk melewati sel darah merah sau persatu. Sel-sel gepeng
yang membentuk dinding kapiler disebut endotel. Di arteriol yaitu
ujung kapiler, tekanan darah lebih besar daripada tekanan osmotic
protein plasma dn cairan difiltrasi keluar jaringan ke jaringan
sektarnya dengan membawa oksigen dan zat nutrisi.
7) Vena-vena
Diameter vena lebih dari 1mm yang mempunyai katup –
katup di dindingnya yang mengarahkan aliran darah meuju
jantung. Di anggota badan terdapat dua susunan vena yait vena
26
dalam dan vena superficial. Vena dalam sering dibungkus arteri-
arteri, darah dalam vena ini telah didingkan selama lintasnya
melalui anggota badan, cenderung mengasorpsi panas dari arah
arteri dan membawanya kembali ke tubuh. Vena superfisial adalah
tidak didampingi oleh arteri. Panas telah hilang dari vena ini aliran
balik darah vena melalui vena superficial ditingkatkan selama
kondisi panas, jadi meningkatkan kehilangan panas tubuh.
8) Aliran balik vena
Tekanan darah dalam atrium kanan jantung harus selalu
positif sehinggga darh selalu mengalir ke jantung. Ada beberapa
factor penentu yang memastikan agar darah vena senantiasa
mengalir kembali ke jantung.
3. Klasifikasi
Klafisikasi menurut Brunner&Sudarth, tekanan darah pada orang
dewasa berusia 18 tahun keatas.
kategori
Sistolik,mmHg
Diastolik,mmHg
Normal┼ <130 <85 Normal,tinggi 130-139 85-89
Hipertensi ±
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99 Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat)
≥210 ≤120
27
4. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu : (Gunawan, 2001).
a. Hipertensi esensial (Hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu disebabkan oleh penyakit lain hipertensi
primer terdapat lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan10%
sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (Jika umur bertambah maka TD meningkat),
jenis kelamin (Laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan
ras (Ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
28
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (Melebihi
dari 30gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan
pengaruh lain.
5. Pathofisiologi
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi (Smeltzer:2001).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
kekorda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis keganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
29
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
30
dipompa oleh jantung (volume sekuncup, mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer. (Smeltzer: 2001).
6. Manifestasi klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban
kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal
dapat bermanifestasi sebagai nokturia (Peningkatan urinasi pada malam
hari) dan azotemia (Peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara
pada satu sisi (Hemiplegi) atau gangguan ketajaman penglihatan
(Smeltzer: 2001).
7. Penatalaksanaan
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi
a. Terapi tanpa obat
31
Menurut Akhmadi (2009) Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada
hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:Retriksi garam
secara moderat dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/har. diet rendah kolesterol
dan rendah asam lemak jenuh. penurunan berat badan. penurunan
asupan etanol dan Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan
hipertensi, karena olah raga isotonik (seperti bersepeda, jogging,
aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan
untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam
ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam
lewat kulit)
3) Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan obat
32
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatannya meliputi:
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid
2) Penghambat simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis
(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya
adalah: Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3) Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita
yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronkial.
33
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi
gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun
menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati
4) Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam
golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang
kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala
dan pusing.
5) Penghambat enzim konversi angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek
samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
6) Antagonis kalsium
34
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala
dan muntah.
7) Penghambat reseptor angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor
resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini
bisa ditekan
http://infohidupsehat.com/?p=91
8. Komplikasi
Berdasarakan pada pengkajian, komplikasi yang terjadi antara lain:
a. Perdarahan Retina
b. Cedera Serebrovaskuler
35
c. Infark miokard
d. Gagal Ginjal
e. Penyakit Katup Jantung
(Doenges, Marlyn E, 1999)
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Urinalisis
Dapat memperlihatkan protein, sel darah merah atau sel darah putih yang
menunjukkan adanya penyakit ginjal atau glukosa.
c. Urografi ekskretorik
Dapat memperlihatkan atrofi ginjal, yang menandakan penyakit ginjal
kronis. Satu ginjal yang lebih pendek 1,5 cm dari ginjal yang lainnya
menunjukkan penyakit ginjal unilateral.
d. Elektrokardiografi
Dapat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikuler kira atau iskemik.
e. Sinar-X dada
Dapat memperlihatkan adanya kardiomegali
f. Oftalmoskopi
Memperlihatkan penorehan arteriovenosa dan pda edema enselopati
hipertensi.
g. Arteriografi ginjal
Dapat menunjukkan stenosis arteri ginjal.
(http://nursingbegin.com/askep-hipertensi/)
top related