bab ii latar belakang kerjasama rcep 2.1 sejarah …
Post on 08-Jun-2022
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
26
BAB II
LATAR BELAKANG KERJASAMA RCEP
2.1 Sejarah Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
RCEP merupakan kerjasama perdagangan bebas yang beranggotakan 16
negara, yiatu 10 negara ASEAN dan kekuatan ekonomi yang memiliki perjanjian
perdagangan bebas dengan negara tersebut, yaitu China, Korea Selatan, India,
Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Pada awalnya, Banyak anggapan bahwa
RCEP diinisiasi oleh China yang kemudian dibentuk pada Agustus 2012 yang
bertepatan dengan ASEAN Summit ke-21 di Kamboja. Dalam prosesnya,
pembentukan RCEP diperkirakan dapat menjadi “wadah” dalam penciptaan pasar
bebas yang dapat memberikan banyak keuntungan. Hal ini dapat dilihat
dari total GDP seluruh anggota RCEP yang mencapai 30% dari general GDP
seluruh negara. RCEP sendiri merupakan perpaduan
antara komponen ASEAN+3 dalam EAFTA (East Asian Free Trade Area) dan
ASEAN+6 dalam CEAPA (Comprehensive Economic Partnership in East Asia).
Adapun penggagas dari konsep RCEP ini adalah China dan Jepang yang memang
mendominasi dalam dua bentuk formula tersebut.22
22
Indonesia for Global Justice, 2016, “ASEAN RCEP” diakses dalam https://igj.or.id/asean-rcep/
(15/12/2019, 19:12 WIB)
26
Gambar 2.1. RCEP, Trade Agreement Map
Penyusunan RCEP sendiri diyakini akan menjadi pasar perdagangan bebas
terbesar di dunia. Kecuali itu, RCEP juga dibuat sebagai batu loncatan dari
penyusunan zona perdagangan bebas di Asia-Pasifik pada tahun 2020 di bawah
Free Trade Areaa of The Asia-Pacific (FTAAP) dalam janji negara-negara APEC.
Hal ini didasari atas argumentasi bahwa ASEAN adalah sentra dari pertumbuhan
ekonomi dunia ditengah-tengah krisis ekonomi global. Sentralitas ASEAN
dianggap penting dalam mengoptimalkan arsitektur Asia-Pasifik yang lebih luas
lagi tak cuma dibawah FTAAP, tapi juga termasuk Trans Pacific Partnership
27
(TPP) dan The East Asia Free Trade Agreement (EAFTA), di mana negara-negara
member ASEAN dan ke-enam mitra FTA ASEAN terlibat di dalamnya.23
RCEP dilihat sebagai diplomasi perdagangan berskala besar di kawasan
Asia Pasifik yang sepadan dengan dengan TPP (Trans Pasific Partnership).
RCEP diplot sebagai opsi untuk negara-negara yang tak menjadi komponen TPP
seperti China dan India. Perundingan RCEP mempunyai visi untuk mencapai
kemitraan ekonomi yang modern, komprehensif, berkwalitas tinggi, kerjasama
ekonomi yang saling memberi profit. Perundingan RCEP didasarkan pada prinsip
yang bertujuan menempuh kesepakatan perdagangan yang komprehensif dan
saling menguntungkan di antara negara anggota dengan mempertmbangkan
tingkat pembangunan di masing-masing negara.24
Tahun 2012, dalam KTT ASEAN ke-21, para Kepala
Negara/Pemerintahan meresmikan the Guiding Principles and Objectives for
Negotiating RCEP dan mengumumkan dimulainnya diplomasi pada permulaan
tahun 2013. Indonesia ditunjuk sebagai country coordinator RCEP dan menjadi
chair of Trade Negotiating Committee (TNC)-RCEP. Mulanya RCEP ditargetkan
untuk bisa dituntaskan pada tahun 2015, tetapi hingga kala ini Negosiasi RCEP
masih berjalan. Berikutnya, menurut Keputusan para Kepala Negara RCEP ketika
KTT RCEP ke-1 di tahun 2017, diputuskan bahwa Negosiasi RCEP semestinya
diupayakan bisa dituntaskan pada tahun 2018..25
23
Ibid. 24
Ministry of Commerce PRC, 2014, Give Play China’s Important Role and Accelerate RCEP
Negotiation, diakses dalam
http://fta.mofcom.gov.cn/article/enasean/chinaaseannews/21411/1815_1.html (15/12/2019, 14:17
WIB) 25
Indonesia for Global Justice, Loc. Cit.
28
Prinsip Panduan RCEP adalah prinsip dasar yang dipatuhi oleh negara-
negara anggota. Negosiasi REP akan dipandu oleh prinsip-prinsip berikut:
I. RCEP akan konsisten dengan WTO, termasuk GATT Article XXIV dan
GATS Article V
II. RCEP akan memiliki keterlibatan yang lebih luas dan lebih dalam dengan
perbaikan signifikan dari ASEAN + 1 FTA, sambil mengakui beragamnya
keadaan individu dari negara-negara yang berpartisipasi.
III. RCEP akan mencakup ketentuan untuk memfasilitasi perdagangan dan
investasi, dan untuk meningkatkan transparansi dalam hubungan
perdagangan dan investasi antara negara-negara yang berpartisipasi dalam
rantai pasokan global dan regional
IV. Dengan mempertimbangkan berbagai tingkat perkembangan negara-
negara yang berpartisipasi, RCEP akan mencakup bentuk-bentuk
fleksibilitas yang sesuai termasuk ketentuan untuk perlakuan khusus dan
berbeda, ditambah fleksibilitas untuk negara-negara berkembang anggota
ASEAN, yang konsisten dengan ASEAN + 1 FTA yang ada
V. ASEAN + 1 dan FTA bilateral / plurilateral antara negara-negara peserta
akan terus ada dan tidak ada ketentuan dalam perjanjian RCEP untuk
mengurangi syarat dan ketentuan FTA bilateral / plurateral antara negara-
negara yang berpartisipasi.
VI. Setiap mitra FTA ASEAN yang tidak berpartisipasi sejak awal negosiasi
RCEP akan diizinkan untuk bergabung dengan negosiasi, dengan tunduk
pada syarat dan ketentuan yang akan disepakati dengan semua negara
peserta lainnya. Persetujuan
29
VII. RCEP juga akan memiliki klausul akses terbuka untuk memungkinkan
partisipasi FTA ASEAN yang tidak berpartisipasi dalam negosiasi RCEP
dan mitra ekonomi eksternal lainnya setelah negosiasi RCEP selesai.
VIII. Ketentuan untuk bantuan teknis dan peningkatan kapasitas dapat
diberikan, dibangun di atas ASEAN + 1 FTA, untuk negara-negara
berkembang yang berpartisipasi penuh dalam negosiasi, melaksanakan
kewajiban mereka di bawah RCEP dan menikmati manfaat dari RCEP.
IX. Negosiasi untuk perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi dan
lainnya akan dilakukan secara paralel untuk memastikan hasil yang
komprehensif dan seimbang.
Adapun Perundingan RCEP meliputi 9 (Sembilan) Working Groups dalam
Guiding Principles and Objectives for Negotiating RCEP , antara lain :26
a. Perdagangan barang
RCEP bertujuan untuk secara progresif menghapuskan tarif dan non-tarif
pada semua perdagangan secara substansial untuk membangun area
perdagangan bebas di antara anggota.
Negosiasi tarif dilakukan secara komprehensif. Negosiasi semacam itu
bertujuan untuk mencapai tingkat tinggi liberalisasi tarif, membangun
tingkat liberalisasi yang ada antara negara-negara peserta RCEP dan
melalui penghapusan tarif dengan persentase tinggi dan nilai-nilai
perdagangan.
b. Perdagangan dan Layanan
26
Ibid.
30
RCEP bersifat komprehensif, berkualitas tinggi, dan secara substansial
menghilangkan pembatasan pada tindakan diskriminatif yang berkaitan
dengan perdagangan jasa antara negara-negara peserta RCEP.
c. Investasi
RCEP bertujuan untuk menciptakan lingkungan investasi yang liberal,
fasilitatif, dan kompetitif di kawasan Asia. Negosiasi dalam bentuk
investasi di bawah naungan RCEP akan mencakup empat pilar, yaitu:
Promosi, Perlindungan, Fasilitasi, dan Liberalisasi.
d. Kerjasama Ekonomi dan Teknis
Kerjasama ekonomi dan teknis di bawah RCEP bertujuan untuk
mempersempit kesenjangan pembangunan dan memaksimalkan manfaat
dari penerapan perjanjian RCEP. Ketentuan kerja sama ekonomi dan
teknis dalam RCEP akan dibangun di atas ekonomi yang memiliki
pengaturan kerja sama antara ASEAN dan mitra FTA ASEAN yang
berpartisipasi dalam RCEP.
e. Kekayaan intelektual
Wacana tentang kekayaan intelektual di RCEP bertujuan untuk
mengurangi hambatan terkait perdagangan dan investasi dengan
mempromosikan integrasi ekonomi dan kerja sama dalam penggunaan,
perlindungan, dan penegakan hak kekayaan intelektual.
f. Kompetisi
Ketentuan mengenai persaingan akan membentuk dasar hukum bagi para
pihak untuk bekerja bersama dalam mempromosikan persaingan, efisiensi
31
ekonomi, kesejahteraan konsumen dan pembatasan praktik anti-persaingan
yang menyadari perbedaan signifikan dalam kapasitas dan rezim nasional.
g. Penyelesaian sengketa
RCEP mencakup mekanisme penyelesaian perselisihan yang efektif dan
efisien dan proses transparan untuk konsultasi dan penyelesaian
perselisihan.
Dalam konteks pengembangan kerja sama antara RCEP, beberapa koreksi
telah dilaksanakan dalam perjanjian yang diterapkan dari 2012 hingga 2019.
Perjanjian yang diterapkan dalam RCEP umumnya berfokus pada bidang
perdagangan komoditas, perdagangan jasa dan investasi. Kerjasama RCEP telah
mengadakan dua belas pertemuan di mana delapan di antaranya diwakili oleh
masing-masing menteri dan sisanya diwakili oleh masing-masing kepala negara
dari setiap anggota RCEP. Di bawah ini adalah hasil kesepakatan yang
diimplementasikan pada setiap pertemuan.27
a. Perjanjian untuk mengadopsi kerja sama RCEP yang dilakukan
oleh kepala negara pada 2012 di Kamboja.
b. Kesepakatan untuk membentuk tiga kelompok kerja di bidang
perdagangan komoditas, perdagangan jasa dan investasi. Perjanjian
ini diwakili oleh para menteri yang ditahan di Brunei Darussalam
pada 19 Agustus 2013.
c. Negosiasi kerjasama ekonomi lainnya seperti kekayaan intelektual,
persaingan dalam perdagangan, masalah hukum dan kelembagaan.
27
Indonesia for Global Justice, Loc. Cit.
32
Perjanjian ini diwakili oleh para menteri yang diadakan di
Myanmar pada 27 Agustus 2014.
d. Menyetujui membuat akses penting ke pasar untuk ekonomi
modern, transparan dan adil. Perjanjian ini memberikan manfaat
yang sama kepada negara berkembang dan negara maju. Ini
disetujui oleh para menteri di Malaysia pada 24 Agustus 2015.
e. Penyelesaian Perjanjian RCEP dengan memberikan arahan
kebijakan strategis untuk memajukan negosiasi khususnya dalam
perdagangan komoditas, perdagangan jasa dan investasi.Perjanjian
ini disimpulkan oleh para Menteri Filipina pada 3-4 November
2016.
f. Kesepakatan untuk menambahkan aturan yang memfasilitasi
perdagangan modern. Pertemuan ini dihadiri oleh para menteri di
Vietnam pada 21-22 Mei 2017.
g. Perjanjian untuk membentuk kelompok kerja baru, yaitu Kelompok
Kerja Pengadaan Pemerintah dan Sub-Kelompok Kerja untuk
Restorasi Perdagangan. Perjanjian ini diimplementasikan di
Filipina oleh para menteri pada 10 September 2017
h. Setuju untuk meratifikasi peraturan di masing-masing kelompok
kerja. Perjanjian ini disimpulkan oleh setiap Kepala Negara yang
diadakan di Filipina pada tanggal 14 November 2017.
i. Negosiasi dalam menyusun peraturan yang memfasilitasi
perdagangan dan investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
33
dan lapangan kerja yang lebih besar. Perjanjian ini disimpulkan
oleh para menteri di Singapura pada 3 Maret 2018
j. Negosiasi yang berlangsung di Bangkok pada 4 November 2019,
hingga 15 negara yang berpartisipasi setuju untuk RCEP dan
menyimpulkan negosiasi berbasis teks untuk semua bab tentang
RCEP dan pada dasarnya semua masalah berfokus pada akses
pasar dan penyaringan hukum. Namun dalam negosiasi ini,
masalah India tidak terselesaikan.
2.2 Peran ASEAN dalam RCEP
Bertolak belakang dengan kesalah pahaman secara awam bahwa China
mendominasi perundingan RCEP, pada kenyataannya FTA sudah disokong oleh
ASEAN. Sementara China dan Jepang tak bisa menyetujui proposal EAFTA dan
CEPEA, dua ekonomi Asia terbesar tersebut kemudian dikompromikan dengan
memungkinkan ASEAN untuk menggerakkan proses dari negosiasi RCEP. Dari
perspektif peraturan dan politik, mengandalkan kerangka kerja FTA ASEAN + 1
yang ada dan AEC (Asean Economic Community) iala pilihan yang paling layak
untuk mega-regional yang belum pernah terjadi sebelumnya. RCEP yang
dipelopori ASEAN juga akan berfungsi sebagai dasar normatif untuk FTA yang
pro pembangunan.28
Sentralitas ASEAN adalah sebuah konsep kunci dalam memahami peran
ASEAN dalam pembentukan RCEP. Dalam konteks ekonomi, ASEAN secara
sadar mempertahankan sentralitas ASEAN dalam hubungan ekonomi eksternal
28
Pasha L. Hsieh, 2014, The RCEP, New Asian Regionalism and the Global South.Institute for
International Law and Justice, diakses dalam
https://ink.library.smu.edu.sg/cgi/viewcontent.cgi?article=4449&context=sol_research,
(15/12/2019, 16:45 WIB)
34
terutama dengan membangun jaringan FTA. Dengan demikian, usulan RCEP jelas
merupakan perpanjangan dari kebijakan tersebut. Konsep ini juga diterima oleh
Semua anggota non-ASEAN dari RCEP.
Peran pertama yang dimainkan oleh ASEAN dalam pembentukan RCEP
adalah sebagai fasilitator. Rancangan APSC (ASEAN Politic-Security Community)
menunjukkan bahwa ASEAN harus memperkuat sentralitas ASEAN dalam
kerjasama regional dan membangun masyarakat. ASEAN telah berhasil dalam
komponen pertama dari sentralitas ASEAN dalam evolusi Regional FTA. ASEAN
telah menyediakan berbagai kesempatan untuk pertemuan tingkat kepemimpinan
dan Menteri. Di tingkat pimpinan, hal ini meliputi ASEAN + 1 KTT, ASEAN + 3
Summit dan East Asia Summit, yang memungkinkan para pemimpin untuk
mendiskusikan isu kebijakan utama, termasuk agenda strategis politik dan
ekonomi. Di kawasan perdagangan, Semua ASEAN+1, negosiasi FTA serta
diskusi pre-RCEP, EAFTA, dan CEPEA yang berlangsung dalam pertemuan
AEM (ASEAN Economic Minitry) terkait.
ASEAN berhasil memainkan peran ini dalam negosiasi RCEP yang saat
ini sedang berjalan. ASEAN mengusulkan konsep RCEP dalam ASEAN KTT
pada 2011. Prinsip panduan RCEP disepakati pada margin AEM (Asean
Economic Minister) terkait pertemuan bulan Agustus 2012. Tidak mengherankan,
peluncuran negosiasi RCEP yang diumumkan oleh 16 pemimpin negara pada
pertemuan KTT ASEAN. Komite negosiasi perdagangan (TNC), tujuh kelompok
kerja RCEP, serta empat kelompok kerja sama yang semuanya diketuai oleh
negara anggota ASEAN. Meskipun pada tahun 2012, sentralitas ASEAN
disepakati, akan tetapi posisi ketua dalam rapat RCEP tidak diberikan. Sebaliknya,
35
hal tersebut adalah masalah negosiasi yang sebenarnya pada pertemuan TNC
pertama pada mei 2013. Dalam pertemuan tersebut, ASEAN bersikeras untuk
mengambil kepemimpinan karena adanya sentralitas ASEAN. Di sisi lain,
beberapa mitra FTA ASEAN menuntut untuk posisi ketua diambil oleh mereka.
Pada akhirnya, TNC menyepakati peran Ketua ASEAN tanpa turut dipimpin oleh
negara mitra. Singkatnya, ASEAN telah memulai, menjadi tuan rumah, dan
memimpin setaip pertemuan dalam negosiasi RCEP.
Aspek kedua dari sentralitas ASEAN adalah sebagai 'pendorong substansi'.
Hal ini juga termasuk dalam rancangan Asean Political-Security Community
(APSC) yaitu mengeksplorasi, memulai dan melaksanakan kegiatan kerjasama
secara konkret. Dengan demikian, terlihat pada hal yang lebih konkret (yaitu,
substansi) daripada format pertemuan dan menekankan peran yang harus
dimainkan ASEAN dalam hal ini. Sentralitas ASEAN berarti lebih dari 'duduk di
kursi pengemudi': yang menetapkan arah, rekayasa kompromi dan menyediakan
hak kepemimpinan. Hal ini sangat relevan dalam konteks RCEP juga. Sebuah
negara (atau sekelompok negara) dapat membentuk substansi negosiasi
internasional tanpa memandang siapa tuan rumah dalam pertemuan tersebut.29
Perlu dicatat di sini bahwa batas antara fasilitasi proses dan substansi
Komposisi kadang kala diburamkan. Wang Yuzhu dalam jurnalnya menjelaskan
dalam konsep 'sentralitas fungsional', ASEAN sering kali mendapatkan hak
fungsional dengan bertindak sebagai platform dalam berbagai bentuk kerja sama.
Dalam pemikiran Wang, peran fasilitator itu sendiri menciptakan pengaruh yang
29
Yoshifumi Fukunaga, 2014, ASEAN Leadership in RCEP. Asia & the Pacific Policy Studies,
vol. 2, no. 1, pp. 103–115, diakses dalam https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1002/app5.59
(16/12/2019, 14:30 WIB)
36
tidak langsung namun penting dalam pembahasan substantif. Namun, “sentralitas
fungsional” dapat dicapai hanya ketika keterlibatan proaktif diciptakan dalam
pembahasan substantif. Dengan kata lain, meskipun awalnya diusulkan oleh
ASEAN, jika ASEAN tidak secara efektif memimpin pembahasan substantif dan
menegaskan diri sebagai seorang fasilitator, hasil RCEP mungkin tidak membawa
manfaat besar bagi ASEAN. Ada dua pertimbangan mengapa ASEAN harus
mengambil peran dalam perwujudan RCEP, yaitu:
1. Pertimbangan politik
ASEAN memprioritaskan proses yang dipimpin oleh ASEAN atas
substansi RCEP sebagaimana yang dikemukakan oleh Wang. Dalam beberapa
tahun terakhir, peningkatan penggunaan konsep 'sentralitas ASEAN' dalam
beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa sentralitas ASEAN sedang terancam.
Pertama kali kata 'sentralitas ' digunakan dalam konteks hubungan ekonomi
eksternal ASEAN adalah pada tahun 2006. Sejak saat itu, kata tersebut sering
digunakan dalam dokumen ASEAN, misalnya, Blueprint ASEAN Economic
Community (AEC dan ASEAN charter, serta dokumen lain dari proses ASEAN
Plus.30
Dalam konteks rezim perdagangan, dua inisiatif dapat dianggap
mengancam sentralitas ASEAN: Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) dan FTA China-
Jepang-Korea (CJK-FTA). Dengan partisipasi AS pada tahun 2009, TPP telah
mendapatkan momentum dan berhasil memperluas anggota negosiasinya menjadi
12 negara. TPP umumnya dipahami sebagai proses yang dipimpin AS (atau
Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC)) yang terpusat di mana hanya ada 30
Ibid. hal. 4
37
empat anggota ASEAN (Brunei, Malaysia, Singapura dan Vietnam) memiliki
akses ke dokumen negosiasi rahasia sebagai anggota negosiasi yang asli.
Kamboja, Laos, dan Myanmar bahkan bukan anggota APEC, dan tidak memenuhi
syarat untuk bergabung dengan negosiasi TPP saat itu. Meskipun negosiasi TPP
ini tidak mencapai target kesimpulannya (pada akhir 2013), negosiasi tersebut
masih mempertahankan momentum sebagaimana dibuktikan dengan seringnya
negosiasi pada tingkat menteri. CJK-FTA adalah inisiatif penting lain ketika
mempertimbangkan sentralitas ASEAN. Tiga negara, termasuk dua dari tiga
ekonomi teratas dunia, secara alami memiliki pengaruh besar pada proses
integrasi ekonomi di Asia Timur. Sementara tiga menteri perdagangan bertemu di
margin AEM, mereka juga memiliki pertemuan sendiri secara independen dan
terpisah dari proses AEM. CJK telah menandatangani perjanjian investasi
trilateral pada Mei 2012 dan bertujuan untuk menyimpulkan FTA trilateral pada
akhir 2015. Tidak perlu dikatakan, ASEAN tidak memiliki keterlibatan langsung
dalam proses CJK. Jika ketiga ekonomi besar telah sepakat di antara mereka
sendiri tentang aturan-aturan tertentu, ASEAN akan memiliki pengaruh yang lebih
kecil dalam proses negosiasi RCEP. Meskipun TPP atau CJK-FTA tidak bebas
dari tantangan, kemajuan mereka yang stabil telah menarik perhatian investor.
Tak satu pun dari mereka adalah proses yang berpusat di ASEAN, yang
menimbulkan pertanyaan tentang sentralitas ASEAN di kawasan Asia Timur.
Sebaliknya, 10 negara ASEAN adalah anggota negosiasi RCEP yang asli, dan
negosiasi RCEP mengakui posisi khusus ASEAN. Dengan mengusulkan platform
38
negosiasi mega-FTA yang berpusat di ASEAN, ASEAN berusaha untuk
menyeimbangkan inisiatif bersama dengan negara non-ASEAN.31
2. Pertimbangan ekonomi
Selain pada pertimbangan politik, ASEAN juga harus lebih
mempertimbangkan alasan ekonomi di balik RCEP. ASEAN telah
menandatangani FTA, kadang-kadang tidak hanya FTA ASEAN+1, tetapi juga
FTA bilateral (misalnya, FTA Thailand-Australia), dengan semua anggota RCEP.
Di sisi lain, mitra FTA ASEAN tidak memiliki FTA satu sama lain untuk
sebagian besar kombinasi. Dengan demikian, ASEAN saat ini menikmati posisi
pusat dalam struktur "hub-and-spoke" FTA32
, yang memberikan keuntungan
ekspor ke negara-negara hub FTA. Mengapa ASEAN harus mendorong RCEP?
Bagaimana RCEP menguntungkan ASEAN secara ekonomi?
Ada tiga alasan ekonomi utama bagi ASEAN untuk mengejar realisasi
RCEP. Pertama, beberapa FTA ASEAN+1 saat ini tidak memberikan peluang
akses pasar tingkat tinggi untuk ASEAN. Dengan demikian, RCEP berpotensi
memberikan peluang untuk memperdalam komitmen liberalisasi dalam
perdagangan barang, jasa, dan aturan asal (Rules of Origin (ROO)). Kedua,
koeksistensi FTA ASEAN + 1 sendiri menciptakan situasi 'noodle Bowl
Syndrome', yang menghambat pemanfaatan penuh skema preferensi. RCEP
berpotensi meredakan situasi 'Noodle Bowl Syndrome' dalam berbagai aturan dan
komitmen dalam FTA ASEAN + 1 tidak hanya dalam ROO, tetapi juga di aturan
31
Ibid, hal. 5 32
Pengaturan perdagangan di Asia mengambil bentuk hub and spoke (sumbu dan jari-jari),
misalnya FTA China-ASEAN, ASEAN-Jepang, ASEAN-Korea Selatan, Jepang-Singapura,
Jepang-Thailand, dan Jepang-Filipina.
39
lain. Ketiga, hasil simulasi ekonomi menunjukkan bahwa ASEAN akan
kehilangan potensi keuntungan ekonominya jika CJK-FTA ditandatangani tetapi
RCEP tidak. Efek negatif ini berasal dari erosi preferensi yang saat ini dinikmati
ASEAN dalam posisi hub-nya. Jika RCEP berhasil disimpulkan, di sisi lain,
ASEAN dapat mengurangi dampak negatif tersebut dan semakin memperluas
peluang ekonomi.33
2.2.1 Tantangan ASEAN dalam RCEP
RCEP adalah alternatif strategis untuk pengembangan Mega Regional
Economic Asia-Pacific. Berbeda dengan Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik
(APEC), yang telah jatuh ke dalam persaingan besar antara Cina dan Washington,
RCEP telah diselenggarakan sebagai manifestasi dari konsep komunitas
internasional solidaritas. Sejak negosiasi RCEP dimulai beberapa tahun yang lalu,
RCEP telah ditingkatkan menjadi area perdagangan bebas yang komprehensif
yang mencakup semua rencana kerja sama ASEAN + 1. Aspek solidaritas RCEP
terbukti dalam kemauan anggota negosiasi untuk mengakomodasi berbagai
tingkat kemajuan ekonomi di negara-negara mitra. Otonomi kebijakan ekonomi
lokal dan aturan identitas, termasuk otoritas daerah, masih sepenuhnya diakui.
Oleh karena itu, para analis berpendapat bahwa RCEP tidak akan memiliki
standar komitmen operasional yang ketat, dan cenderung menjadi area
perdagangan bebas dengan kepadatan rendah dan integrasi kualitas.
Pada Desember 2016, total 16 putaran negosiasi RCEP diadakan. Tetapi
pencapaian nyata hanya terbatas pada dua bidang, yaitu, industri kecil dan
menengah dan kerjasama teknologi. Sektor-sektor lain tetap karena kendala teknis
33
Ibid.
40
dan politik. Perumpamaan sejati dalam bidang perdagangan barang belum
mencapai kesepakatan tentang proporsi jumlah produk yang akan dimasukkan
dalam perdagangan bebas. Diskusi berkisar dari ukuran relatif 80% hingga 92%.
Negara-negara dengan defisit perdagangan dengan China telah menolak hingga
92% dari kontribusi ASEAN. Meskipun India telah mendesak diskusi tentang
proporsi barang dan jasa secara bersamaan dengan argumen bahwa lebih banyak
kebijakan makro-ekonomi dan mikro terkait di wilayah RCEP. Proposal ini
terhambat di meja perundingan karena ASEAN menganggap sektor jasa sebagai
kompleks sosial dan politik yang akan sangat sulit jika dibahas bersama.34
Masalah utama di sektor investasi adalah mekanisme penyelesaian
perselisihan investor-negara (ISDS). Negara-negara dengan kemampuan investasi
besar ingin melindungi kapitalis dengan memasukkan peraturan yang memberikan
hak kepada perusahaan swasta asing untuk menuntut pemerintah daerah dalam
masalah sengketa investasi. Permintaan ini ditolak oleh ASEAN. Laporan
Pengadilan Arbitrase Internasional menunjukkan bahwa ada sekitar $ 31 miliar
dalam kasus investasi yang melibatkan pemerintah negara-negara anggota
ASEAN terhadap perusahaan-perusahaan yang bukan anggota ASEAN. India,
Indonesia dan Australia ingin meninjau ISDS, sementara China bersikeras untuk
melanjutkan. Kontroversi juga muncul mengenai produk farmasi dan industri
kesehatan. Beberapa negara yang berpartisipasi ingin memasukkan syarat dan
ketentuan WTO dalam rencana kerja sama regional. Gagasan mereka
diperdebatkan oleh sebagian besar negara-negara ASEAN yang benar-benar
34
Kirtika Suneja, 2014, India for Parallel Talks on Goodservice at RCEP, diakses dalam
http://economictimes.indiatimes.com/news/economy/foreign-trade/india-for-parallel-talks-
ongoodsservices-at-rcep-nirmala-sitharaman/articleshow/55545172.cms (15/12/2019, 19:20 WIB)
41
bergantung pada harga obat-obatan dan peralatan medis yang relatif murah,
sementara mekanisme pasar akan membebani orang-orang di negara-negara
dengan keterampilan ekonomi yang lemah.35
Namun, peserta RCEP optimis bahwa mereka akan dapat menyelesaikan
semua masalah dan perbedaan dalam posisi mereka sebelum akhir 2017. Bahkan
presiden kesebelas percaya bahwa berita sensitif, termasuk ISDS, dapat diatasi.
Keyakinan Cina menunjukkan kemauan dan mengejar tujuan RCEP, mungkin
karena Cina lebih tertarik pada RCEP. Pernyataan ini bukan tanpa dasar, menurut
Ridho Rakhman dalam penelitiannya tentang kepentingan China dalam mencapai
kerja sama RCEP, ia mengatakan bahwa ada tiga kepentingan Cina dalam RCEP,
yaitu, Kepentingan Ekonomi Berbasis Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya
Manusia (SDM), pendapatan investasi dan ekspansi Kontak bisnis. Faktor kedua,
kepentingan politik adalah untuk meningkatkan citra China sebagai negara
adidaya (superpower), mengatur ekonomi di sektor perdagangan dan investasi dan
mempertahankan kekuatan di sektor perdagangan dengan ASEAN. Elemen
terakhir adalah minat kompetisi China dengan Amerika Serikat. Ketertarikan ini
tergantung pada persaingan China dengan Amerika Serikat untuk mengubah
dominasi sektor ekonomi di berbagai sektor. Kehadiran kerja sama yang
diprakarsai dan diatur oleh Amerika Serikat dapat mengancam Tiongkok.36
Di tengah-tengah perubahan mendasar dalam kebijakan dua ekonomi
terbesar di Asia dan Pasifik, Amerika Serikat dan Cina, yang telah terjadi secara
35
Ibid. 36
Ridho Rakhman, 2019, Kepentingan Tiongkok Dalam Kerjasama Regional Comprehensive
Economic Partnership Pada Masa Pemerintahan Xi Jinping Tahun 2012-2017, Universitas
Lampung, diakses dalam
http://digilib.unila.ac.id/57608/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
(16/12/2019, 17:40 WIB)
42
dramatis sejak 2016, ASEAN menghadapi masalah: antara pluralisme atau
bilateralisme dan solidaritas atau pluralisme. Harus disebutkan di sini bahwa
meskipun Cina memainkan peran penting dalam arena RCEP atau FTAAP, itu
tidak berarti bahwa China akan secara otomatis mendominasi kedua kawasan
yang sangat luas itu. Pertama, karena RCEP dan FTAAP dirancang oleh ASEAN,
bukan China. Jadi Cina hanya berjalan di atas dua kendaraan negosiasi
perdagangan di ASEAN. Keduanya muncul dari ekspansi dan menyatukan
kerangka kerja yang berbeda dari ASEAN + 3 dan ASEAN + 6. Meskipun Cina
dapat memperkenalkan dan menegosiasikan model kebijakan yang berbeda,
ASEAN terus mempelajari. Kedua, campur tangan Tiongkok sangat dibatasi oleh
aktor-aktor regional lain seperti Jepang dan India, sehingga potensi dominasi
dapat dikurangi untuk sementara waktu.37
Masalahnya, di luar struktur normatif dan perhitungan rasional, adalah
bahwa langkah-langkah dalam negosiasi perdagangan Tiongkok menggabungkan
dua faktor: persuasi dan tekanan. Inilah yang seharusnya ditanggapi oleh asosiasi
secara ideal. FTA, yang merintis pada 2006, selama empat tahun pembangunan,
adalah restrukturisasi ekonomi yang dirancang tidak sesuai dengan kehendak
Tiongkok sebagai salah satu alasan perlambatan ekonomi global setelah krisis
keuangan 2008. Sebagai pilihan, Cina menawarkan kemitraan ekonomi yang
komprehensif - termasuk kemitraan. Strategi komprehensif dengan Indonesia -
yang mencakup 8 negara APEC. Setelah merumuskan rencana kerja sama regional
Asia-Pasifik, satu demi satu, China meluncurkan perjanjian bilateral komprehensif
37
I Gede Wahyu Wicaksana, dkk, 2012, Asean RCEP, Megaregionalisme & Prospek Diplomasi
Perdagangan di Asia-pasifik, diakses dalam http://setnas-
asean.id/site/uploads/document/journals/file/599d5d9f2e5ca-presentasi-4-paper-psa-psa-
universitas-airlangga.pdf (16/12/2019, 19:50 WIB)
43
untuk mengekspor ke negosiasi perdagangan ASEAN. Panggilan internasional
diluncurkan dalam bentuk Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) dalam pola interaksi
yang sama dengan FTAAP. Dengan demikian, taktik Cina adalah "komunikasi
regional" terlepas dari tingkat institusi yang dicapai. Akibatnya, ASEAN telah
membuat banyak kemajuan, tetapi sedikit kemajuan. Disibukkan dengan
membahas inisiatif Cina yang belum tentu bermanfaat, sehingga upaya regional
untuk beralih ke "fokus ASEAN pada Cina".38
2.3 Hubungan China dengan ASEAN
Kerja sama regional adalah alat tujuan politik untuk mengendalikan
aliansi. Dimensi politik kerja sama regional lebih besar daripada tujuan ekonomi.
Untuk meningkatkan kebijakan dan keamanan, Cina telah mengatur aliansi kerja
sama regional sebagai alat penting untuk negosiasi ekonomi dan politik.
Kebijakan luar negeri dan pertahanan yang mengurangi ancaman ke negara lain
menjadi makna yang sangat penting di dunia.39
Menurut Song Guoyou, selain dari alasan ekonomi untuk mengamankan
wilayah di sekitar wilayah Asia Pasifik, memperbaiki hubungan dengan negara-
negara lain adalah langkah pertama menuju tujuan China untuk berpartisipasi
dalam perjanjian regional. Negara ini bergabung dengan koalisi untuk melindungi
dirinya sendiri. Negara membutuhkan bagian dari negara untuk mencapai
keseimbangan kekuatan. Oleh karena itu, tujuan politik utama taktik kerja sama
regional China adalah untuk meningkatkan dan memelihara hubungan politik
dengan tetangga di Asia Tenggara. Munculnya Cina sebagai kekuatan regional
38
Ibid. 39
Ibid.
44
dan global telah mengangkat kekhawatiran ekonomi dan strategis di antara
negara-negara ASEAN ketika melihat sejarah hubungan China dengan negara-
negara tetangga dan diperburuk oleh konflik regional di Laut Cina Selatan. Cina
telah berusaha mengurangi kecemasan negara-negara tetangga dengan
memperkuat ikatan yang memberikan keuntungan ekonomi melalui kerja sama.
Dengan kata lain, Cina mencari citra positif Asia Tenggara.40
Tiongkok menunjukkan kemurahan hati dalam mengakomodasi harapan
ASEAN untuk kerja sama China-ASEAN (CAFTA). ASEAN menyambut baik
formulasi isi dan bentuk kerja sama CAFTA, seperti perlakuan khusus dan
fleksibilitas anggota ASEAN baru, dan pembentukan program panen awal (EHP).
Produk, terutama produk pertanian, peternakan, daging, ikan, produk susu,
tanaman hidup, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan, dapat diakses oleh
negara-negara ASEAN sebelum kesimpulan perjanjian..41
Strategi terpenting pemerintah Cina saat ini adalah membentuk aliansi
dengan melibatkan negara lain dalam menyiapkan perjanjian perdagangan.
Pemerintah Cina tegas dalam kebijakannya untuk mempercepat pengembangan
perdagangan bebas dengan mitra dagang di kawasan Asia. China akan mendukung
pengembangan kerja sama bilateral atau multilateral dengan negara-negara
tetangga di kawasan Asia-Pasifik.
40
Joshua Kurlantzick, 2007, Charm offensive: How China's soft power is transforming the world,
New Haven, Connecticut: Yale University Press, hal. 57, diakses dalam
http://www.nicoravanilla.com/uploads/2/4/1/1/24114923/kurlantzik2007.pdf (12/30/2019, 02:10
WIB) 41
Embassy of the People's Republic of China, 2004, Is the Early Harvest good for RP?, Embassy
China in Phillipines, diakses dalam http://ph.chinaembassy.org/eng/sgdt/t171568.html
(17/12/2019, 19.30 WIB)
45
RCEP adalah kerja sama yang sangat menguntungkan bagi China karena:
Pertama, RCEP menyediakan akses ke pasar Jepang, India, dan Korea. Ini sangat
berguna karena upaya pengembangan koperasi dengan ketiga negara belum
membuahkan hasil. Asia Pasifik yang lebih terintegrasi di bawah RCEP sangat
penting bagi masa depan Tiongkok. Sejalan dengan upaya China untuk
menyeimbangkan struktur ekonomi dan perdagangan. Kedua, bergabung dengan
RCEP sangat baik untuk China karena tidak termasuk Amerika Serikat dalam
perdagangan regional di kawasan Asia Pasifik. China dapat menghindari ancaman
Kemitraan Trans-Pasifik yang dipimpin AS. Selain komitmen China untuk
bergabung dengan RCEP, Cina juga memiliki Kerjasama Tiongkok-Jepang-Korea
(CJKFTA). Ini sangat penting untuk mengembangkan kerja sama regional yang
lebih luas. Negosiasi pertama untuk CJKFTA diadakan pada bulan Maret 2013.42
2.3.1. Upaya Aliansi China dengan Negara-negara ASEAN
Tiongkok meningkatkan upaya untuk membangun hubungan dengan
negara-negara tetangga. Tidak hanya hubungan antar negara, tetapi hubungan
kerja sama antara Cina dan organisasi di tingkat regional seperti ASEAN telah
merambah. Untuk ASEAN, Cina adalah mitra dagang utamanya. Hubungan kerja
sama antara Cina dan ASEAN dimulai secara informal sejak 1991. Cina
menegaskan bahwa itu adalah mitra penuh ASEAN pada Pertemuan Tingkat
Menteri ASEAN ke-29 di Jakarta pada tahun 1996. Hubungan kerja sama ini
semakin dalam setelah penandatanganan Perjanjian Kerangka Kerja Sama
42
Xiao Yifei, 2015, Competitive Mega-regional Trade Agreements: Regional Comprehensive
Economic Partnership (RCEP) vs. Trans-Pacific Partnership (TPP), University of Pennsylvania
Scholarly Commons, hal 50, diakses dalam
http://repository.upenn.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1227&context=curej (19/12/2019, 20:12
WIB)
46
Ekonomi Komprehensif untuk membangun Zona Bebas ASEAN-China. Area
Perdagangan (CAFTA) pada November 2002. Sertifikasi CAFTA dimulai pada 1
Januari 2010 untuk 6 negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
Thailand, dan Brunei Darussalam), dan idealnya dilaksanakan pada 1 Januari
2015 setelah Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (CLMV) dihapus
Mengurangi kendala biaya di negara ini.
ASEAN secara keseluruhan memiliki populasi lebih dari 600 juta, hampir
setengah dari mereka di bawah usia 30 tahun. Pasar yang besar dan terus
berkembang ini, bersama dengan ketersediaan tenaga kerja murah, adalah tujuan
yang menarik bagi Cina untuk memindahkan industri padat karya. Lebih khusus
lagi, ASEAN diperkirakan akan menempati peringkat ekonomi terbesar keempat
di tahun 2050. Pertumbuhan ekonomi yang kuat selama beberapa tahun terakhir
telah membantu menyebarkan kekayaan di semua kawasan, yang mengarah ke
kenaikan kelas menengah. Ketika konsumen ini pindah ke daerah perkotaan yang
lebih maju yang kaya akan peluang, ada kebutuhan untuk mengembangkan
infrastruktur yang signifikan. Janji pemerintah ASEAN untuk mempercepat
investasi di bidang infrastruktur memberikan potensi pertumbuhan yang besar
bagi kawasan ini, yang merupakan alasan utama untuk mendukung FDI dari Cina.
Beberapa negara ASEAN masih dalam tahap pengembangan, dan China yang
kaya-tabungan bertujuan untuk memainkan peran utama dalam membiayai
kesenjangan investasi infrastruktur regional. Selain potensi ekonomi, ASEAN
menikmati lokasi yang strategis, dengan beberapa lalu lintas pengiriman terbesar
di dunia melintasi perairan wilayah ini. Bagi Cina, meningkatkan kontak dan
47
hubungan dengan negara-negara di sepanjang rute laut utama berarti membatasi
kemungkinan blokade laut yang dapat menghambat ekspor Cina.
Sementara itu, negara-negara ASEAN juga membuat kemajuan yang baik
dalam reformasi, yang membuatnya lebih mudah untuk melakukan bisnis.
Pemerintah telah berusaha menyederhanakan cara di mana pajak dapat, antara
lain, mengurangi biaya pajak perusahaan. Sementara itu, peluncuran Masyarakat
Ekonomi ASEAN pada Desember 2015 mendukung peningkatan persepsi investor
terhadap kawasan tersebut.
Gambar 2.2. Nilai investasi China di ASEAN
Dalam mengembangkan kerja sama ini, kerja sama ASEAN-China telah
menjalin hubungan perdagangan yang baik, sebagaimana dibuktikan oleh angka
ekspor dan ekspor antara ASEAN dan China, di mana pada tahun 2016 China
menjadi tujuan utama ekspor ASEAN, yang berjumlah 12,5% dari total nilai
ekspor, jumlah tersebut diimbangi dengan jumlah impor ASEAN dari Cina.43
43
ASEAN Economic Chart Book, 2017, hal. 33-34 diakses dalam
https://www.aseanstats.org/publication/aec_chartbook_2017/ (19/12/2019, 22:10 WIB)
48
Banyak yang berpendapat bahwa kerja sama kedua pihak, terutama di bawah
perjanjian CAFTA, membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Seperti Min
Hu-Chiang, seorang peneliti dari Universitas Singapura yang menemukan bahwa
poin ekspor untuk kedua pihak terus meningkat setelah kerja sama CAFTA
hingga 2018. Jumlah ekspor Tiongkok ke ASEAN, yang kurang dari 50 miliar
dolar AS pada 2012, berhasil mencapai $ 292 miliar AS pada tahun 2018.
Demikian juga, angka ekspor ASEAN, yang juga kurang dari US $ 50 miliar pada
tahun 2012, terus meningkat menjadi US $ 183 miliar pada tahun 2018 .. Nilai
investasi kedua belah pihak juga meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data
investasi CAFTA dari 2012 hingga 2018, nilai investasi ASEAN di China
meningkat dari US $ 3,4 miliar menjadi US $ 7,6 miliar..44
Gambar 2.3. Impor ASEAN dari beberapa negara 2015-2016
44
Caulista Laurine Nugraha. Penguatan Diplomasi Ekonomi Tiongkok di ASEAN melalui CAFTA.
Jurnal Insagnia of International Relation. Vol. 5. No. 2 Nopember 2018, hal. 12, diakses dalam
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/insignia/article/download/1261/996 (19/12/2019, 21:30 WIB)
49
Cina berusaha membuat negara-negara di kawasan Asia-Pasifik nyaman
dalam menerapkan taktik Cina di Asia Timur, karena Cina membutuhkan
lingkungan internasional yang damai untuk pembangunan ekonomi, sehingga
China membutuhkan hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga.
Integrasi ekonomi regional telah diintegrasikan sebagai upaya oleh Aliansi Cina di
Asia Timur, dan Cina telah bekerja secara luas pada mekanisme integrasi ekonomi
regional seperti ASEAN + 3 dan kerjasama RCEP yang diperbarui.
Sebelum krisis keuangan Asia pada pertengahan 1997, Cina belum
mengungkapkan niatnya untuk bergabung atau membentuk aliansi dalam bentuk
kerja sama regional. Munculnya kerja sama regional di Amerika Latin dan Asia
Tenggara (AFTA, 1992) dan Amerika Utara, di samping itu, persiapan Uni Eropa
menimbulkan kekhawatiran Cina tentang integrasi regional. Ruang lingkup
perjanjian perdagangan bebas lebih luas dibandingkan dengan Organisasi
Perdagangan Dunia. Berkenaan dengan kerja sama regional, suatu negara
membutuhkan negara lain untuk mencapai keseimbangan kekuatan.45
China dan ASEAN mulai memaksimalkan perjanjian perdagangan bebas
pada KTT China-ASEAN pertama pada Desember 1997. Pada Oktober 2001,
ASEAN dan China mempertimbangkan untuk mendirikan Wilayah Perdagangan
Bebas China-ASEAN (CAFTA) yang mulai berlaku pada tahun 2010. Sejak itu,
Cina telah pindah untuk membangun Aliansi dengan negara lain. Pada awal 2012,
Cina menandatangani perjanjian bilateral dan multilateral dengan sebelas negara
(ASEAN, Pakistan, Chili, Selandia Baru, Singapura, Peru, Hong Kong, Makau,
Kosta Rika, Islandia, Swiss) dan sedang melakukan negosiasi lainnya, termasuk
45
Embassy of the People's Republic of China, Loc. Cit.
50
RCEP. Hingga 2014, Cina terikat oleh beberapa perjanjian perdagangan bebas
termasuk ASEAN, Hong Kong, Makau, Chili, Pakistan, Selandia Baru, Singapura,
Peru, Kosta Rika, Islandia, dan Swiss. China juga bekerja sama dengan negara-
negara Dewan Kerjasama Teluk, termasuk Australia, Norwegia, Jepang, Korea
Selatan, dan Sri Lanka. Selain itu, Cina terus mencari perjanjian dengan negara-
negara ASEAN yang disebut "RCEP".46
Dalam beberapa tahun terakhir, Cina telah meningkatkan aliansi atas
perjanjian perdagangan bebas antar negara. Tiongkok memiliki sejumlah
ketentuan tentang Perjanjian Mitra Standar: pertama, secara geografis melintasi
wilayah Asia Pasifik, dan di sejumlah besar wilayah Asia Timur dan Tenggara.
Kedua, beberapa mitra utama berasal dari negara berkembang. Ketiga, fokus
utama kerja sama perdagangan adalah perdagangan barang, jasa, dan investasi.
Dapat disimpulkan secara singkat bahwa taktik perjanjian perdagangan Cina
adalah "dokumen geografis, mudah masuk dan prioritas di sektor ekonomi". Kerja
sama China dengan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk dan Norwegia telah
berhenti selama hampir tiga tahun, meskipun ada perjanjian dengan Australia,
Korea Selatan, Jepang dan negara-negara lain dari RCEP yang menunjukkan
kemajuan. Pemerintah Cina jelas mendukung integrasi regional di Asia lebih cepat
untuk menolak TPP pembentukan perjanjian RCEP bahwa ekonomi Asia akan
mendominasi.47
Perjanjian perdagangan dipandang mampu meningkatkan perdagangan dan
investasi di Cina dengan mitra-mitra utamanya karena mencakup kontrol baru,
46
China Plans To Counter-Balance The Influence Of TPP?, International Financial Times.
Diakses dalam http://www.ibtimes.com.cn/articles/8777/20120117/china-tpp.html. (15/12/2019,
21:58 WIB) 47
Xiao Yifei, Loc. Cit.
51
berbeda dari kontrol perdagangan yang ada di WTO. Kontrol perdagangan baru
memberikan lebih banyak kontrol bebas dan memfasilitasi masuk ke dalam
perdagangan komoditas, perdagangan jasa dan pergerakan modal. Peningkatan
perdagangan dan investasi akan mengarah pada pertumbuhan dan meningkatkan
kesejahteraan nasional. Selain itu, dengan meningkatnya jumlah masalah dalam
menegosiasikan perjanjian perdagangan bebas, hal itu dapat menciptakan
kebijakan perdagangan yang lebih terbuka untuk Tiongkok daripada sebelumnya
dan membuat Cina siap menghadapi kerja sama RCEP.48
Kerja sama regional membantu: (1) mengurangi pajak, sehingga
mengurangi biaya ekspor dan impor, (2) mengatasi hambatan perdagangan, (3)
mengurangi dampak pengalihan perdagangan dari persaingan koperasi lainnya, (4)
membantu Cina mendapatkan akses ke pasar luar negeri, dan (5) Mengurangi
masalah dengan mitra kerja sama.
2.4 Keterlibatan China dalam RCEP
China adalah negara dengan populasi terbesar di dunia. Cina memiliki
populasi lebih dari 1,4 miliar. Cina menerapkan reformasi dalam bidang
ekonominya pada 1978. Sejak itu, Cina mulai menerapkan kebijakan ekonomi
berdasarkan pasar bebas atau perdagangan bebas.
Cina adalah salah satu dari 23 negara yang berpartisipasi dalam ratifikasi
GATT ketika pertama kali dirancang. Tetapi pada tahun 1949, pemerintah Cina
mengungkapkan keluarnya dari GATT setelah revolusi besar-besaran Cina pada
saat itu. Cina telah melalui masa revolusi dan reformasi juga dalam pemerintahan
48
Ibid.
52
negara Cina, bahkan yang telah membawa beberapa perubahan kebijakan yang
dikeluarkan oleh Negara Cina, terutama di bidang ekonomi.
Revolusi yang terjadi di Tiongkok pada saat itu disebabkan oleh perang
saudara di dalam pemerintahan Cina yang telah berhasil dikendalikan oleh otoritas
Partai Komunis. Ketika revolusi ini terjadi di Cina, pemerintah Cina mengadopsi
kebijakan metode ekonomi tertutup di mana Tiongkok tidak bekerja sama dengan
dunia internasional pada waktu itu, sehingga tidak ikut serta dalam menjadi
anggota PUTP pada tahun 1949. Reformasi di Tiongkok pada tahun 1979 ditandai
oleh perubahan dalam pemerintahan Orang Cina yang ditangkap oleh Partai
Nasionalis mulai mengeluarkan kebijakan ekonomi pasar sosialis. Kebijakan
ekonomi pasar sosialis mengubah fokus Cina di bidang pertanian hanya untuk
lebih fokus pada bidang ekonomi lain seperti perdagangan internasional, industri,
dan kerja sama ekonomi. Daerah-daerah ini memiliki dampak positif pada
masyarakat keluar dari krisis yang terjadi di China pada waktu itu. Setelah
reformasi, Cina mulai pada tahun 1985 khusus untuk melakukan negosiasi
diplomatik Dengan GATT untuk diterima sebagai negara {Anggota} di GATT.
Pada tahun 2001, China secara hukum menjadi anggota Organisasi Perdagangan
Dunia secara khusus pada 11 Desember.49
Fase pasca reformasi 1978 menjadi awal kebangkitan Cina. Cina telah
menyaksikan perubahan dan perkembangan penting dari kebijakan ekonomi
internasional. Bahkan ini memiliki dampak positif pada angka-angka ekonomi
Tiongkok dari krisis rezim komunis tradisional Mao Zedong. Setelah negosiasi
dengan Organisasi Perdagangan Dunia, Cina mulai mengadakan diskusi tentang
49
Ibid.
53
kerja sama ekonomi regional yang diprakarsai di Forum Asia Pasifik. Cina
bergabung dengan Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pada tahun 1991.
Setelah bernegosiasi dengan Organisasi Perdagangan Dunia dan menjadi anggota
forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik, Tiongkok mulai meningkatkan intensitas
kerja sama ekonomi regional dengan kuat dengan beberapa kawasan regional dan
juga dengan negara-negara di Daerah yang berbeda..50
Asia dan Pasifik sendiri merupakan wilayah ekonomi yang
menguntungkan bagi negara-negara maju dan perusahaan multinasional /
transnasional. Salah satu alasan utama pemerintahan Obama telah menerapkan
dalam menerapkan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) adalah bahwa jika Amerika
tidak memulai perjanjian perdagangan, Cina akan mengimplementasikannya. Ini
berarti bahwa ada persaingan antara TPP yang pada saat itu dipimpin oleh
Amerika tanpa keterlibatan Cina dan RCEP dengan Cina. Meskipun ada cukup
banyak masalah di wilayah Asia Pasifik, di mana perjanjian perdagangan bebas
telah menyebar dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2015, setidaknya ada 126
perjanjian perdagangan bebas yang berlaku di Asia. Akibatnya, banyak negara
Asia dengan peraturan perdagangan yang kompleks dan sering bertentangan
(nooddle bowl syndrome).51
Seperti disebutkan sebelumnya, kerja sama antara RCEP oleh negara-
negara anggota ASEAN dengan rekan-rekan mereka di FTA dimulai pada
November 2012. Enam belas negara di RCEP mewakili lebih dari 3 juta orang di
seluruh dunia, mewakili produk domestik bruto sebesar $ 27,7 triliun dan
50
Ridho Rakhman. Loc. Cit. hal. 11 51
RCEP, Loc. Cit.
54
mewakili Hampir 30% dari perdagangan dunia. Perjanjian ini juga mencakup
bidang-bidang dasar perdagangan komoditas, investasi, kerja sama ekonomi,
kekayaan intelektual, persaingan, resolusi konflik dan masalah terkait lainnya.52
Sejak awal negosiasi kerja sama RCEP, Cina telah mengambil inisiatif
untuk terus mendukung negara-negara lain untuk menyelesaikan implementasi
kerangka kerja sama RCEP secara langsung. Peran besar Tiongkok semakin
terbukti ketika China berupaya untuk menyelesaikan implementasi negosiasi pada
tahun 2015. Melalui banyak negosiasi kerja sama RCEP yang telah dilakukan,
Tiongkok semakin dipandang sebagai yang melaksanakan negosiasi. Beberapa
mengatakan bahwa kepemimpinan RCEP ada di tangan orang Cina. Ini
menunjukkan bahwa ada minat di China yang diupayakan melalui kerja sama
RCEP seperti yang dijelaskan sebelumnya.53
Kemudian, selama proses pembentukan RCEP, Cina sangat membantu.
Bahkan pada KTT APEC 2016 dan Forum Ekonomi Dunia di Tiongkok pada Juni
2017, Presiden Xi Jinping menyerukan penyelesaian perundingan RCEP segera
tahun ini sebagai tambahan untuk mencapai FTA pada saat yang sama. Xi
mungkin tampak tergesa-gesa, tetapi alasan di balik ini adalah langkah-langkah
yang diambil oleh Presiden Trump, yang semakin intens dengan strategi
diplomasi ekonomi bilateral, terutama di Asia Timur dan Tenggara. Sementara di
kancah keamanan politik dan regional, masih sulit untuk memprediksi kebijakan
Presiden Trump.54
52
Ibid 53
Adhitya Abshar Arham. Loc. Cit. 54
I Gede Wahyu Wicaksana Dkk. Loc. Cit.
55
Secara politis, RCEP dapat digunakan sebagai dasar yang dapat
memperluas kerangka kerja diplomatik dan ekonomi Tiongkok, "Inisiatif Belt and
Road" (BRI) di mana dampak integrasi akan bernilai bagi ASEAN. Melalui
implementasi BRI di kawasan ASEAN, Cina dimaksudkan untuk meningkatkan
ikatan ekonomi yang saling terkait saat ini dan mengamankan pasokan barang-
barang Cina. RCEP akan memainkan peran penting di BRI untuk mendorong
perdagangan dan investasi di Asia, karena ASEAN dengan potensi ekonominya
adalah pasar sasaran utama, dan sebaliknya menjadikan ASEAN China sebagai
mitra dagang utama. China dan ASEAN memiliki kepentingan bersama dalam
menjaga stabilitas dan integrasi di Asia melalui RCEP.55
2.4. Permasalahan dalam Negosiasi RCEP
Semenjak digulirkan pada tahun 2011, proses negosiasi RCEP hingga saat
ini masih menghadapi beberapa hambatan. Penarikan mendadak India telah
mencapai negosiasi yang melibatkan 16 negara dari perjanjian Kemitraan
Ekonomi Komprehensif Regional, yang diperkirakan akan berakhir tahun ini.
RCEP sendiri merupakan usulan perjanjian perdagangan bebas antara negara-
negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, dan enam negara dengan
ASEAN yang memiliki FTA.
China perlu tetap terbuka untuk menyambut India bergabung dengan
RCEP bilamana sudah siap, memperdalam reformasi dan membuka peluang bagi
negara-negara yang memasuki pasar China, dan menjadi penengah di antara
negara-negara yang berbeda untuk meredakan gesekan perdagangan untuk
55
Adhitya Abshar Arham. Op. Cit.
56
berkontribusi pada kesimpulan akhir dalam negosiasi RCEP, yang dapat
menyuntikkan dorongan baru untuk perdagangan global.
Dengan populasi sekitar 3,5 miliar, blok perdagangan ini memiliki total
produk domestik bruto lebih dari $ 21 triliun, terhitung lebih dari 30 persen dari
perdagangan global. Jika RCEP diselesaikan, itu akan menjadi FTA regional
terbesar di dunia. RCEP lebih mudah diakses oleh negara-negara berkembang.
Kerangka kerjanya melengkapi Organisasi Perdagangan Dunia dengan meliput
isu-isu tradisional seperti perdagangan barang, penyelesaian sengketa dan
perdagangan jasa serta yang baru, termasuk investasi kekayaan intelektual,
perdagangan digital, dan keuangan dan telekomunikasi.56
RCEP berencana untuk memotong pembatasan dan tindakan diskriminatif
terutama di bidang perdagangan barang dan jasa. RCEP dapat meletakkan dasar
bagi negara-negara berkembang yang berpartisipasi dalam perjanjian untuk
terlibat dalam tingkat FTA yang lebih tinggi di masa depan, yang penting untuk
mempromosikan perdagangan bebas antara negara-negara anggota di era
globalisasi. Karena reformasi WTO belum diluncurkan, RCEP akan menawarkan
peluang besar untuk perdagangan global, terutama untuk China. Karena faktor-
faktor seperti unilateralisme dari beberapa negara besar, jumlah hakim tetap WTO
telah turun dari tujuh menjadi tiga, dengan masa jabatan salah satunya berakhir
pada akhir tahun 2019.57
56
Cissy Zhou and Orange Wang, 2019, China pushes RCEP regional pact amid US trade war,
Japan-Korea spat, diakses dalam https://www.scmp.com/economy/china-
economy/article/3021246/china-pushes-rcep-regional-pact-amid-us-trade-war-japan-korea
(01/29/2020, 24:12 WIB) 57
Ibid.
57
Partisipasi dalam RCEP akan menjadi pendekatan penting bagi China
untuk mengatasi fraksi perdagangan China-AS dan menstabilkan pertumbuhan
perdagangan luar negerinya dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang,
diharapkan untuk mempromosikan pembukaan tingkat tinggi China dan lebih
lanjut partisipasinya dalam integrasi regional.
China selanjutnya akan memperluas mitra ekonomi dan perdagangannya
di antara negara-negara anggota RCEP dan memberikan kontribusi yang lebih
besar untuk menjaga kemakmuran kawasan Asia-Pasifik. Ini juga akan berbagi
pengalaman dan membantu negara-negara anggota RCEP meningkatkan
kepercayaan dalam perdagangan bebas dan menggabungkan kerangka kerja RCEP
dengan Inisiatif Jalan dan Sabuk untuk menghasilkan hasil bersama.
Saat ini, semua pihak telah mencapai konsensus tentang lebih dari 90
persen teks perjanjian. Namun, gesekan perdagangan China-Amerika Serikat dan
Jepang-Republik Korea, dan penarikan India, terus menimbulkan tantangan. India
memiliki kekhawatiran tentang potensi dampak negatif dari impor dan kurang
percaya pada daya saing industri dalam negeri. Mereka telah mengajukan banyak
kasus anti-dumping terhadap China, dan telah membentuk sistem non-tarif yang
rumit untuk melindungi pasar domestik.58
Terkait perang dagang China-AS, di mana keduanya sama-sama memiliki
kerja sama pada tingkat bilateral dan multirateral dengan ASEAN. Perang dagang
tersebut memberikan dampak nyata terhadap kestabilan negara-negara anggota
ASEAN, terutama dalam masalah ekonomi. Dampak ini dirasakan terutama oleh
negara-negara yang bergantung kepada kegiatan ekspor kedua negara tersebut,
58
Ibid.
58
seperti Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Vietnam dan Malaysia
melakukan ekspor terbanyak terhadap AS dan China, membuat kedua negara
tersebut semakin terekspos. Terlebih, Singapura, Malaysia, dan Thailand memiliki
sektor produksi yang cukup besar, yang terintegrasi dengan jaringan global,
sehingga kegiatan produksi tersebut dapat terganggu dengan tarif yang
diberlakukan. Namun, pemberlakuan tarif ini juga dapat menguntungkan beberapa
negara di ASEAN, seperti industri kimia Malaysia dan sektor barang konsumsi
Vietnam. Selain itu, tarif yang diberlakukan China terhadap barang primer AS
dapat membantu eksportir buah Thailand dan pemilik peternakan sapi Myanmar
untuk mengambil keuntungan dari pasar.59
Dalam hal ini, China pertama-tama perlu mempromosikan ke negara-
negara anggota untuk mengadopsi strategi yang lebih proaktif dan pragmatis
menuju penyelesaian negosiasi sambil menghormati peran dominan ASEAN.
China perlu menegakkan prinsip bahwa 15 negara RCEP dapat melanjutkan
dengan perjanjian yang terbuka bagi India, yang mencerminkan keterbukaan
China terhadap kerja sama luar negeri serta tekadnya untuk mematuhi
multilateralisme dan liberalisasi perdagangan.60
Kedua, beberapa negara Asia Tenggara khawatir bahwa pasar domestik
tidak dapat menanggung beban ekspor China setelah perjanjian RCEP
disimpulkan. China perlu melakukan reformasi lebih lanjut dan membuka diri,
menunjukkan potensi besar pasar China bagi perusahaan dan investor dari negara
59
Febrina Damayanti, dkk, 2018, ASEAN di Tengah Rivalitas AS dan China: Kerja sama
ASEAN dengan RCEP dalam Mengurangi Dampak Perang Dagang, Indonesian Perspective, Vol.
3, No. 2 (Juli-Desember 2018): hal. 145-158, diakses dalam
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ip/article/view/22349/14788 (07/01/2020, 14:15 WIB) 60
Ibid.
59
lain yang berpartisipasi dalam RCEP, dan mendorong negara untuk berinvestasi di
China dan memfasilitasi negosiasi RCEP. Ekspor Impor Internasional China
kedua yang baru-baru ini diadakan di Shanghai memungkinkan perusahaan asing
untuk melihat keuntungan besar memanfaatkan pasar China dan menunjukkan
kepercayaan China sebagai pasar terbesar di dunia. Hukum Investasi Asing akan
mulai berlaku pada tahun 2020, ketika investasi asing dan kegiatan bisnis di China
akan lebih aman.61
Ketiga, China perlu lebih lanjut memainkan perannya sebagai mediator.
Karena Jepang-ROK fraksi ekonomi dan perdagangan tidak menunjukkan tanda-
tanda pelonggaran dalam jangka pendek, China perlu menghormati peran
dominan ASEAN sambil terus menengahi antara negara-negara sebagai kekuatan
utama dan mempromosikan negara-negara yang berpartisipasi dalam negosiasi
RCEP untuk mengadopsi pragmatis yang lebih proaktif. strategi, yang dapat
mengubah risiko menjadi peluang, dan meletakkan dasar untuk negosiasi di masa
depan untuk Zona Perdagangan Bebas China-Jepang-ROK dan perjanjian
perdagangan China-India.62
Di era globalisasi, negara-negara anggota RCEP perlu tetap terbuka dan
inklusif, berpartisipasi dalam negosiasi secara proaktif dan mempromosikan
integrasi regional untuk mengatasi tantangan yang disebabkan oleh anti-
globalisasi dan proteksionisme perdagangan dengan lebih baik. Sebagai perjanjian
regional terbesar di dunia, RCEP akan berfungsi sebagai platform kerjasama
multilateral untuk negara-negara anggota, memberikan pendekatan baru bagi
61
Ibid. 62
Ibid.
60
negara-negara untuk mengatasi masalah, memajukan kerja sama di kawasan Asia-
Pasifik dan memberikan dorongan baru untuk perdagangan global.
top related