bab ii terminologi kepemimpinan dan tipologi …digilib.uinsby.ac.id/995/5/bab 2.pdf · menjadi...
Post on 27-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
19
BAB II
TERMINOLOGI KEPEMIMPINAN DAN TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
DALAM AL-QUR’AN
Kata terminologi dalam kamus besar bahasa Indonesia bermakna
peristilahan (kata-kata), dan merupakan cabang ilmu mengenai batasan atau
definisi istilah.1 Definisi menjadi penting sebagai pembatas bagi objek kajian
tertentu. Bersandar pada definisi tersebut, kajian terminologi kepemimpinan
dalam al-Qur’an merupakan upaya dan usaha menghadirkan istilah-istilah
kepemimpinan yang digunakan al-Qur’an. Pada sisi lain, istilah-istilah tersebut
berfungsi sebagai batasan, penguat bahkan pembeda bagi istilah-istilah lainnya.
Sejatinya al-Qur’an tidak menjelaskan secara tersirat kata kepemimpinan.
Hal ini karena kepemimpinan (leadership) merupakan istilah yang digunakan
dalam manajemen organisasi.2 Hanya saja ada kemiripan makna dan fungsi
kepemimpinan yang dijelaskan al-Qur’an dengan makna atau istilah
kepemimpinan yang dikehendaki manajemen organisasi. Kemiripan tersebut
berupa pemaknaan istilah pemimpin dan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan.
Al-Qur’an dengan jelas menggunakan beberapa istilah yang bermakna
pemimpin, diantaranya khali>fah, ima>mah, wali>, ulial-amr, dan ra>,i>. Semua istilah
tersebut bermakna pemimpin atau orang yang memiliki tanggungjawab dan
1Dendy Sugono, et al, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), 1510. 2Said Agil Husin al-Munawwar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
(Ciputat, PT. Ciputat Press, 2005), 193.
20
kemampuan dalam memimpin, mengarahkan, dan mendorong orang lain dalam
meraih tujuan tertentu. Berikut ini diuraikan istilah-istilah tersebut:
A. Pengertian Khali>fah
Kata Khali>fah terdiri dari tiga huruf pembentuk yaitu kh-l-f, al-
Qur’anmenyebutnya sebanyak 127 kali dalam 12 kata jadian.Makna kata
tersebut terbagi menjadi dua, pertama sebagai kata kerja yaitu
‘menggantikan’ atau ‘meninggalkan’,dan kedua bermakna sebagai kata
benda yaitu ‘pengganti’ atau ‘pewaris’.3
Seiring perjalanan waktu, makna kata khali>fah semakin melebar
dan bermakna variatif. Makna tersebut berupa jabatan kenegaraan atau
kesultanan, dan bermakna sebagai fungsi dan tujuan utama dilahirkannya
manusia di muka bumi.4 Dengan kata lain, khalifah memiliki dua makna
ganda yaitu sebagai pemimpin atau kepala pemerintahan, dan bermakna
sebagai ‘wakil’ Tuhan di bumi.
Dalam buku A Concordance of the Qur’an karya Hanna E. Kassis
(1983) yang dikutip Dawar Rahardjo dijelaskan beberapa kata jadian dari
kata kh-l-fdi dalam Al-Qur’an, sebagimana tertulis dalam tabel berikut
ini:
Bentuk Kata Arti
Khalafah menggantikan (to succed), menjadi pengganti (to be successor), mengambil, menjemput (to come
3Ibid., 194. 4Ibid., 194
21
after), menggantikan tempat seseorang (to do in some one else’s place) setelah seseorang meninggalkan suatu tempat (after one leaver), seseorang yang tertinggal, ketinggalan, ditinggalkan (one who stays behind)
Khalf Pergantian (a succession), generasi penerus (succedding generation), terbelakang (behind), dari belakang (from behind), sesudah (after)
Khali>fah Wakil (a veciroy), pengganti (successor)
Khulafa>’ Bentuk kata jamak (plural) dari kata khali>fah
Khawa>lif Mereka yang ditinggal di belakang, tertinggal (those who stay behind); yang tidak berguna (the useless); (wanita) yang tertinggal di belakang (the women who stays behind)
Khila>f Sesudah (after), belakang (behind), sebagai pengganti (alternately), bertolak belakang (on the opposite), dibagian yang lain (on the alternate side)
Khilfah Bergantian, silih berganti (a succession)
Khallafa Meninggalkan (to leave behind), khullifa (ditinggalkan); orang yang ditinggalkan (mukhallaf)
Kha>lafah Menyalahi seseorang (to come behind another, to do something behind another’s back); menentang (to appose, go against); yukhtalifu (menyalahi)
Akhlafa Gagal (to fail), mengingkari janji (to break one’s word); orang yang gagal atau menyalahi janji (one who fail or break his word); mengingkari janji (yukhlifu); menghindari (yukhlafu); orang yang menyalahi janji (mukhlif)
Takhallafa Tidak ikut menyertai (yatakhallafu) Ikhtalafa Berlainan (to be at variance);
22
menemukan sebab perbedaan (to find cause of disagreement); berbeda (to differ); mencari sebab perselisihan (to seek cause of dispute); pergantian (alternation); perbedaan (difference); sesuatu yang berbeda (that which is different), beraneka ragam (diverse); seseorang yang memiliki perbedaan (who is at varience); yang diperselisihkan (yakhtalifu), diperselisihkan (ukhtulifa); pergantian (ikhtila>f); tidak sama, berbeda (mukhtalif)
Istakhlafa Menunjuk sebagai pengganti (to make one successor);seseorang yang ditunjuk sebagai pengganti atau pewaris (one who is made a successor or inheritor); mengganti dengan (yastakhlifu); menjadikan seseorang menguasai (mustakhlaf)5
Pekembangan makna yang terjadi tak lepas dari peran para
mufassir dalam memaknai dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.Hal ini
menjadi lumrah karena tabiat atau kebiasaan masyarakat beragama
senantiasa menyandarkan dirinya pada teks-teks keagamaan, tak
terkecuali umat Islam. Di saat mereka menghadapi persoalan dalam
kehidupan, maka yang mereka lakukan adalah mencari solusi yang
disediakan teks-teks keagamaan. Pencarian tersebut bisa secara langsung
merujuk kepada teks keagaaman atau meminta petunjuk dan fatwa
5Dawan Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep
Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002), 347-348.
23
kepada para pemuka agama yang diyakini lebih mengetahui dan
memahami teks keagamaan.6
Proses pencarian dan pemahaman terhadap teks al-Qur’anlebih
dikenal dengan istilah tafsir. Tafsir dikenal sebagai cara menguraikan
bahasa, konteks dan pesan-pesan moral yang terkandung dalam teks atau
nash kitab suci.7Dalam proses pemahaman atau penafsiran tersebut tidak
lepas dari peran masing-masing pengkaji, sehingga ada kemungkinan
bahwa pemahaman atau penafsiran yang muncul dipengaruhi
pengkajiatau penafsir.
Munculnya kemungkinan-kemungkinan dalam pemahami dan
menafsirkan al-Qur’an, menjadikan pemahaman dan penafsiran tersebut
bersifat variatif dan subjektif. Variatif karena masing-masing pengkaji
atau penafsir memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dan bersifat
subjektif karena hasil dari masing-masing pengkaji atau penafsir tidak
mutlak. Dengan kata lain, hasil dari kajian atau tafsiran masih bisa
diperdebatkan sebagai upaya mencari pemaknaan yang diyakini paling
tepat atau setidaknya mendekati ketepatan.
Beberapa ayat al-Qur’an yang bersentuhan langsung dengan terma
khali>fah antara lain;
6Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-
Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 136. 7Ibid., 184.
24
ذ إ ياألرض و ف ل نيجاع إ الئكة لم بكل ر يفة قال نس خل نـ حن و اء م كالد سف ي او يه فسدف يـ نـ ام يه ف ل ع واأجت قالون م ل االتـع م م نيأعل كقاإل سل د نـق دكو حم ب 8حب
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.9
بكسري إنـر اآتاكم يم ف وكم ل بـ ي ل جات ضدر ع بـ قـ فو ضكم ع بـ فـع ر ضو فاألر ئ خال كم ل ع الذجي هو قاب و الع عرحيم و غفور ل نـه 10إ
“Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaNya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”11
فك فكذ افانظركيـ ن ات وابآي ب االذينكذ ن قـ أغر فو امهخالئ ن ل جع و يالفلك ف ه ع نم م اهو ن يـ وهفنج ب ب اق انـعنذرين الم 12ة
“Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu”.13
وء كشفالس ي عاهو اد ذ إ ر ضط الم جيب ي نـ ون أم اتذكر يالم اللهقل ع هلم ضأإ األر فاء خل كم ل ع جي 14و
8 Al-Qur’an, (2): 30. 9 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: J-ART, 2005), 7. 10 Al-Qur’an, (6): 165. 11Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 151. 12 Al-Qur’an, (10): 73. 13Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 218. 14 Al-Qur’an, (27): 62.
25
“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)”.15
مإال ندر مهع رينكفر زيدالكاف الي هو هكفر ي ل ع فـ كفر ن ضفم ياألر فف الئ كمخ ل ع الذجي زيهو الي او قت ماد خسار إال مه رينكفر كاف 16ال
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa diri sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.17
يال نسب ضلكع ىفي اهلو ع تب التـ قو احل الناسب ن يـ ضفاحكمبـ ياألر ف يفة اكخل لن ناجع إ ود او اد نالذيلل ي هإاحلساب م و انسوايـ شديدمب ذاب ع م ه يالللهل سب ن ع ضلونـ ي 18نـ
“Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.19
دم ع بـ ن م او ن يـ ت أ ت ألنـ قب نـ ام ين واأوذ ن قال ضفيـ ياألر فكمف ستخل ي دوكمو كع هل يـ بكمأنـ سىر اقالع ن تـ اجئون ل م ع فتـ 20ظركيـ
“Kaum Musa berkata; ‘kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang’. Musa menjawab; ‘Mudah-mudahan Allah membinasahkan musuhmu dan
15Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya., 383. 16 Al-Qur’an, (35): 39. 17Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 440. 18 Al-Qur’an, (38): 26. 19Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya,455. 20 Al-Qur’an, (7): 129.
26
menjadikanmu khalifah di bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu”.21 Semua ayat tersebut di atas menghadirkan pemaknaan kata
khalifah sebagai pemimpin atau penguasa di atas bumi.22Kehadiran
manusia sebagai khalifah atau pemimpin menjadikan fungsi dan
kedudukan manusia lebih tinggi dibanding dengan mahluk lainnya.
Kekhalifaan manusia di muka bumi merupakan karunia terbesar
yang Allah berikan. Bagi imam al-Raghib, tugas manusia sebagai khalifah
memiliki kedudukan lebih tinggi daripada tugasnya sebagai hamba
Allah.Yusuf al-Qardlawi memberikan catatan, bahwa sebenarnya tugas
manusia sebagai khalifah selaras dengan tugas manusia sebagai hamba
Allah, sehingga pada diri manusia terdapat dua sisi yang tak mungkin
terpisahkan, yaitu sebagai hamba sekaligus khalifah.23
Pendapat imam al-Raghib dan Yusuf al-Qardlawi memiliki titik
temu pada fungsi manusia sebagai khalifah atau pemimpin. Keberadaan
manusia sebagai hamba Allah tidak menafikan tugas manusia sebagai
khalifah, sebagaimana tugas kekhalifaan manusia tidak serta-merta
menghilangkan tujuan utama penciptaan manusia sebagai hamba Allah.
21bid., 166. 22Said Agil Husin al-Munawwar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, 195. 23Yusuf al-Qardlawi, Fiqih Peradaban Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan,
terj., Faizal Firdaus, (Surabaya; Dunia Ilmu, 1997), 306-307.
27
Selain bermakna pemimpin atau penguasa, kata khalifah memiliki
makna sebagai penerus atau pengganti generasi sebelumnya. Hal ini
terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an antara lain;
دقـ ع بـ ن م فاء كمخل ل واإذجع اذكر نذركمو يـ منكمل جل ىر ل بكمع ر نـ م كر كمذ اء مأجن ت عجب ز أو نوحو م ولكم ع اللهل واآالء فاذكر ة سط ب ق ل ياخل ف حون ادكم فل 24تـ
“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki diantaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.25
ع بـ ن م فاء خل كم ل ذجع واإ اذكر وت و ي بـ ال ب نحتوناجل تـ او ور اقص وهل نسه تخذومن ضت ياألر ف أكم و بـ و اد دعفسدين ضم ياألر اف و ثـ التـع اللهو واآالء 26افاذكر
“Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”.27
وسىألخيهه م قال ةو ل يـ ل ينـ ع ب أر ر ميقاتـ تم شرفـ اهابع أمتمن ةو ل يـ ل ينـ وسىثالث اعدنام و يو يف فن وناخل ار أصل يو م و فسدين قـ م يالل سب ع تب التـ 28حو
“Dan telah kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun:
24 Al-Qur’an, (7): 69. 25Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 159. 26 Al-Qur’an, (7): 74. 27Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 161. 28 Al-Qur’an, (7): 142.
28
‘gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah), dan jangan kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”.29 Semua ayat tersebut menunjukkan arti pentingnya pemimpin,
dengan tidak sedikitpun membiarkan kekosongan dalam kepemimpinan.
Ketika seorang pemimpin uzur, maka harus diganti dengan pemimpin
lain. Pemimpin yang dipilih atau pun yang ditunjuk.
Di lain sisi, pemaknaan kata khali>fah pada ayat-ayat di atas
mengindikasikan bahwa kata (khali>fah) tersebut memiliki makna yang
beraneka-ragam. Keragaman makna yang muncul ditentukan oleh susunan
redaksi ayat yang membentuk. Dengan kata lain, makna kata khali>fah
ditentukan oleh kata atau kalimat yang mengitarinya.Keanekaragaman
makna khali>fah diperkuat dengan bukti-bukti sejarah yang membenarkan
pemaknaan tersebut.
Keanekaragaman makna khalifah mengatarkan kata tersebut pada
berbagai diskursus ilmu Islam, dan diskursus ilmu politik yang
menjadikan terma khalifah sebagai tema kajian yang tak kunjung usai.
Dalam diskursus politik, kata khalifah pertama kali muncul disaat nabi
Muhammad Saw wafat, dan digantikan Abu Bakar al-Siddiq.
Pada masa Abu Bakar al-Siddiq kata khalifah tidak lagi bermakna
wakil Tuhan (khali>fatullah). Kata itu mengalami perkembangan makna
yaitu wakil atau pengganti Rasulullah (khali>faturrasu>lih). Munculnya
29Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 168.
29
terma khali>faturrasu>lih bersumber dari kesadaran Abu Bakar al-Siddiq,
bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menyamai kepemimpinan nabi
Muhammad Saw. Kepemimpinan yang berlandaskan pada arahan dan
bimbingan Tuhan secara langsung melalui wahyu, sehingga yang pantas
dan layak menyandang gelar sebagai wakil Allah (khali>fatullah) hanyalah
nabi Muhammad Saw.30
B. Pengertian Ima>m
Kata imamah seringkali diartikan kepemimpinan. Kata tersebut
tidak ditemukan dalam Al-Qur’an. Kata yang terdapat dalam Al-Qur’an
adalah kata ima>m yang dimaknai pemimpin. Kata ima>m dalam Al-Qur’an
terulang sebanyak 7 kali dan kata ‘immah’ terulang sebanyak lima
kali.31Sebagaimana di dalam Al-Qur’an, kata ima>mah tidak ditemukan
dalam kamus besar bahasa Indonesia. Kamus besar bahasa Indonesia
hanya memuat kata imam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata
imam bermakna pemimpin pada waktu shalat berjama’ah, kepala negara
(dan sebagainya, gelar yang berarti pemimpin; penghulu dan pemimpin
mazhab.32
30Wahyu Wibisana, “Khilafah sebagai Sistem Politik: Peluang dan Tantangannya”,
Jurnal Pendidikan Agama Islam- Ta’lim, Vol. 9, No. 2 (2011), 138. 31Said Agil Husin al-Munawwar, al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, 197. 32Dendy Sugono, et al, Kamus Bahasa Indonesia,546.
30
Kata imam dalam al-Qur’an memiliki makna yang berbeda-beda
sesuai dengan susunan kata dalam satu ayat atau lebih. Ada beberapa
makna imam dalam al-Qur’an antara lain;
1. Imam bermakna Nabi atau Rasul.
ال يقال نذريت م و اقال ام لناسإم كل نيجاعل نـقاإل فأمته ات م كل ب بـه ر اهيم بـر ىإ ل تـ ابـ إذ هديالظ و الع ن يـمني 33ال
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman; ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia’. Ibrahim berkata; ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku’. Allah berfirman; ‘janjiKu (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”.34
Ada beberapa hal penting yang digambarkan ayat di
atas perihal imam. Pertama; proses menjadi seorang imam
harus melalui seleksi berupa ujian yang panjang. Ujian dengan
menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan Allah.
Kedua; imam diangkat langsung oleh Allah. Pengangkatan
secara langsung inilah yang mengindikasikan bahwa kata
imam berarti atau bermakna Nabi atau Rasul.
2. Imam bermakna pedoman atau petunjuk.
33 Al-Qur’an, (2): 124. 34Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 20.
31
هكت ل قب نـ م و حسن لم ىل شر ب واو م ل الذينظ نذر يـ ال ي ب ساناعر ل ق امبصد ت هذاك ةو رمح او امبوسىإمام 35ين
“Dan sebelum al-Qur’an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.36
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah tidak hanya
menurunkan al-Qur’an sebagai imam bagi umat manusia.
Sebelum al-Qur’an ada kitab suci yang diturunkan kepada nabi
Musa. Penyertaan kata kitab serta kata al-Qur’an sebelum kata
imam, menjadikan pemaknaan kata imam tersebut sebagai
petunjuk atau pedoman.
Pemaknaan kata imam sebagai petunjuk atau pedoman
lebih ditekankan pada fungsi dan tujuan keberadaan kitab suci
tersebut. Imam yang memberikan kemudahan bagi makmum
dalam menjalankan roda kehidupan.
3. Imam bermakna kitab atau buku atau teks.
تىو و الم نحي نـ ناحن ني إ ب امم يإم اهف ن أحصيـ ء مهوكلشي ار آث واو اقدم م ب 37نكت“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.38
35 Al-Qur’an, (46): 12. 36Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya,504. 37 Al-Qur’an, (36): 12. 38Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya,, 441.
32
Pemaknaan kata imam menjadi kitab atau buku atau
teks pada ayat di atas disesuaikan dengan susunan kata-kata
yang tersususan dalam satu ayat. Kata menuliskan dan
mengumpulkan dalam ayat tersebut mengarahkan masing
pembaca atau penafsir kepada pemaknaan imam yang tak
lazim digunakan. Kata imam yang seringkali diartikan
pemimpin pada akhirnya harus dicarikan makna-makna lain
sehingga arti atau makna ayat tersebut tak terkesan
membingungkan.
Upaya pelebaran makna imam pada tafsiran ayat di atas
menggambarkan bahwa al-Qur’an memiliki makna-makna tak
terhingga. Satu kata yang sama tidak semerta-merta bermakna
sama. Ia membutuhkan kejelihan dan kepekaan dalam
memaknai atau mengartikannya. Di sinilah makna imam
sebagai kitab atau buku atau teks memperoleh kebenarannya.
4. Iman bermakna jalan lurus.
ني ب ام م إم ب ا ل م نـه إ م و ه نـ ا م ن قم تـ 39فانـ “maka Kami membinasahkan mereka. Dan sesungguhnya kedua kota itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang”.40
Ayat tersebut mengisahkan kemurkaan Allah kepada
kaum Luth. Dua kota besar bernama Sadom dan Aikah
39 Al-Qur’an, (15):79. 40Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya,267.
33
diporak-porandakan sehingga hancur lebur. Pengkisahan ini
menggambarkan bahwa kata ima>m yang terdapat dalam ayat
tersebut memiliki makna lain. Ia tak lagi bermakna pemimpin,
karena memaknai kata ima>m dengan pemimpin pada ayat
tersebut akan mengaburkan makna ayat secara keseluruhan.
Di sinilah perlunya memahami ayat dengan tidak hanya
berpaku pada satu kata dari kata-kata yang membentuk ayat.
5. Imam bermakna pemimpin.
ا ام إم ين تق لم ال لن اجع و ن أعي اقـرة ن ريات ذ او اجن أزو ن ام ن ل اهبـ بـن ولونـر ق يـ الذينـ 41و
“Dan orang-orang berkata: ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.42
Kata ima>m pada ayat ini mengarah pada makna
pemimpin, sebagai panutan, komandan, petunjuk dan khalifah,
dan pemimpin yang memungkinkan bagi semua kalangan
menggapainya.
Berbeda halnya dengan makna-makna sebelumnya,
makna ima>m pada ayat terakhir ini memberikan gambaran
bahwa diantara kelompok atau golongan terdapat ima>m
(pemimpin). Tentu menjadi seorang ima>m (pemimpin) di
41Al-Qur’an,(25): 74. 42Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 367.
34
tengah kelompok, golongan orang-orang bertakwa adalah
harapan termulia.
Sejarah peradaban Islam mencatat, pada awalnya kata ima>m
memiliki makna sejajar dengan kata khali>fah, dua kata yang memiliki
makna dan arti pemimpin. Dari kataima>m kemudian terbentuk istilah
ima>ma>h, sebagaimana kata khali>fah membentuk kata khila>fah. Kata
ima>ma>h dan khila>fah kemudian dikenal dengan sebagai sistem
kepemimpinan. Hanya saja, perkembangan sejarah mencatat bahwa dua
istilah tersebut telah mengandung makna sistem kepemimpinan yang
berbeda. Perbedaan pemaknaan pada istilah ima>mah dan khila>fah dipicu
persoalan politik dan ideologi. Ima>mah kemudian dikhususkan pada
sistem kepemimpinan kaum Syi’ah, dan khila>fah diperuntukkan bagi
sistem kepemimpinan kaum Sunni.43A. Syarifuddin al-Mussawi seorang
ulama Syi’ah berpendapat bahwa tidak ada penyebab perpecahan antara
umat Islam yang paling utama selain persoalan imamah.44
Mayoritas kaum Syi’ah meyakini bahwa imamah merupakan
jabatan Ilahi yang diberikan kepada orang tertentu berdasarkan Kehedak
dan Pengetahuan Allah. Allah memilih para imam sebagimana memilih
para nabi. Hanya saja pemilihan para imam melalui nabi yang ditunjuk
43Said Agil Husin al-Munawwar, al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, 198-
200. 44Akhmad Satori, Sistem Pemerintahan Iran Modern Konsep Wilayatul Faqih Imam
Khomeini sebagai Teologi Politik dalam Relasi Agama dan Demokrasi, (Yogyakarta, Rausyan Fikr Institute, 2012), 96.
35
langsung oleh Allah. Dengan kata lain, mayoritas kaum Syi’ah meyakini
bahwa para imam adalah pilihan Allah melalui nabi Muhammad Saw.
Keberadaan para imam adalah sebagai penerus risalah nabi
Muhammad Saw. Sebagai penerus,kedudukan imam tidak semerta-merta
diperuntukkan kepada semua golongan atau kalangan, melainkan
berdasarkan petunjuk dan perkataan nabi. Meskipun para imam seperti
manusia biasa, mereka dikaruniai kedudukan yang sangat tinggi,
kedudukan yang diperoleh dari kesucian jiwa mereka.Kedudukan yang
tinggi mengantarkan mereka sebagai pengganti nabi yang memiliki
kema’suman sebagaimana nabi. Hanya saja mereka meyakini bahwa para
imam tidak memperoleh wahyu, melainkan ilham.45
Mayoritas kaum Syi’ah terutama yang beraliran Syi’ah ithna>
‘Ashariah meyakini bahwa nabi Muhammad Saw telah menunjuk Ali bin
Abi Thalib ra sebagai imam sekaligus pengganti. Kemudian Ali bin Abi
Thalib ra menunjuk putranya Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Dari Hasan
bin Abi Thalib diberikan kepada Husein bin Ali bin Abi Thalib dan begitu
seterusnya. Di antara nama-nama para imam yang diyakini memiliki
kema’suman dan berkedudukan sebagai pengganti nabi Muhammad Saw
serta imam bagi kaum Syi’ah adalah;
1. Abu al-H{asan Ali ibn Abi Thalib, 23 SH-40 H
2. Abu Muhammad al-H{asan ibn Ali (az-Zaky), 2 H-50 H
45Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Kanjian Konsep Ajaran dan Pemikiran, (Tangerang, Lentera Hati, 2007), 97-100.
36
3. Abu Abdillah al-H{usein ibn Ali (Sayyid ash-shuhada>’), 3 H-61 H
4. Ali Ibnal-Husein (Zainal ‘A<bidi>n), 38 H- 95 H
5. Abu Ja’far Muhammad bin Ali (al-Ba>qir), 57 H-114 H
6. Abu Abdullah Ja’far bin Muhammad (al-S{a>diq), 83 H-148 H
7. Abu Ibrahi>m Mu>sa> bin Ja’far (al-Kadzim), 128 H-183 H
8. Abu al-H{asan Ali bin Musa (al-Rid}a>), 148 H-203 H
9. Abu Ja’far Muhammad bin Ali (al-Jawa>d), 195 H-220 H
10. Abu al-H{asan Ali bin Muhammad (al-Ha>di), 212 H-254 H
11. Abu Muhammad al-H{asan bin ‘Ali (al-Askari), 232 H-260 H
12. Abu al-Qa>sim Muhammad bin al-H{asan (al-Mahdi), 255 H-
kemudian menghilang sebelum dewasa dan akan mencul kembali
sebagai imam Mahdi yang dinanti.46
C. Pengertian Wali>
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata wali mengandung
beberapa arti antara lain; orang yang menurut hukum (agama, adat)
diserahi kewajiban mengurus anak yatim serta hartanya, sebelum anak itu
dewasa; pengasuh pengantin perempuan saat menikah; orang saleh;
penyebar agama Islam; dan berarti kepala pemerintah.47 Pemaknaan
tersebut mengindikasikan bahwa kata wali memiliki makna yang
beranekaragam.
46Ibid., 127. 47Dendy Sugono, et al, Kamus Bahasa Indonesia, 1612.
37
Dalam al-Qur’an kata wali juga memiliki makna yang
beranekaragam. Keragaman maknamuncul karena disesuaikan dengan
susunan kata yang membentuk ayat, sehingga pemaknaan kata yang sama
seringkali menghasilkan makna yang berbeda. Di antara makna wali
dalam al-Qur’an antara lain;
1. Wali bermakna pelindung
قدير ء ىكلشي ل ع هو تىو و الم ي حي هو يـو ل الو و ه فالله اء ي ل أو دو ن ذوام اخت 48أم“Atau patutkan mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah Pelindung (yang sebenarnya) dan Dia hidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.49
ه تـ مح ر نشر يـ نطواو اقـ دم ع بـ ثمن ي زاللغ نـ الذييـ هو ميد و ياحل ل الو هو 50و“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmatNya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji”.51
يال يسب أنـفسهمف اهلمو و جاهدوابأم واو هاجر نواو آم نالذين ك إ ئ واأول نصر او و آو الذين للهو
ا ن إ واو اجر ه حتىيـ ء منشي هم ت الي و منـ كم ال وام اجر ه يـ م ل نواو آم الذين ضو ع بـ اء ي ل أو م ضه ع بـميث م ه نـ يـ بـ و نكم يـ بـ م ىقو عل ال إ النصر كم ي ل فع ين يالد ف وكم نصر ستـ صري ب ونـ ل م ع اتـ م ب الله اقـو
52 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi). Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka
48 Al-Qur’an, (42): 9. 49Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 484. 50 Al-Qur’an, (42): 28. 51Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 487. 52 Al-Qur’an, (8): 72.
38
berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.53
Tiga ayat di atas menghadirkan makna wali sebagai
pelindung. Pelindung yang menjadi naungan serta sandaran
dalam berbagai kesulitan dan kerumitan. Dua ayat pertama
menjelaskan bahwa pelindung hakiki bagi manusia adalah
Tuhan yang menciptakannya, Dzat yang diyakini memiliki
kekuatan dan kemampuan dalam melindungi dan menjaga.
Dua ayat tersebut menggambarkan hubungan interaksi yang
kuat antara Tuhan sebagai pencipta sekaligus pelindung
dengan manusia sebagai tercipta dan yang terlindungi.
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa kehadiran Tuhan ada
dalam diri setiap insan, dan hal tersebut merupakan fitrah
manusia sejak asal kejadiannya. Hal ini tercatat dalam sejarah
perkembangan manusia, sebab hampir seluruh umat manusia
mempercayai adanya Tuhan. Hanya saja masing-masing
peradaban memiliki tuhan masing-masing. Orang-orang
Yunani Kuno menganut paham politeisme (keyakinan banyak
tuhan), orang Hindu meyakini banyak dewa, orang-orang Arab
53Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 187.
39
Jahiliah meyakini berhala-berhala sebagai tuhan mereka.54
Keyakinan pada adanya kekuatan lain sebagai pengatur alam
semesta inilah yang menjadikan manusia menyandarkan diri
kepada sang pelindung, dan al-Qur’an menegaskan bahwa
sebaik-baiknya pelindung adalah Allah.
Ayat terakhir dari tiga ayat di atas mencerminkan
bahwa manusia adalah mahluk sosial, makhluk yang saling
melindungi satu sama lainnya, danmahluk yang selalu
bergantung kepada pihak lain tanpa mampu hidup sendiri.
Keberadaan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan,
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah agar mereka saling
mengenal,55sehingga akan tercipta kehidupan sosial yang
madani, kehidupan yang saling membantu, gotong-royong dan
saling melindungi.
Pakar ilmu jiwa Abraham H Maslow menilai bahwa
manusia sebagai mahluk sosial terkurung dalam lima hirarki
kebutuhan. Kelima kebutuhan tersebut adalah;
a. Kebutuhan fisiologis, seperti kebutuhan sandang,
pangan dan papan
54Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung; Mizan, 1999), 14-15. 55Ibid., 319-320.
40
b. Kebutuhan akan keamanan, baik keamanan fisik,
harta maupun jiwa seseorang
c. Kebutuhan akan kasih sayang
d. Kebutuhan prestise yang biasanya tercermin dalam
pengakuan atas status seseorang dengan beraneka-
ragam simbolnya
e. Kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam diri seseorang.56
2. Wali bermakna Penolong
ون ع اك مهر و ؤتونالزكاة يـ و ونالصالة يم ق ي نواالذينـ آم الذين سوهلو ر و الله يكم ل او 57إمن“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)”.58
ون ب ال غ ال م اللهه ب ز حن نوافإ آم الذين سوهلو ر و لله ال و تـ ي نـ م 59و“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasulnya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang”.60
يس واف اجر ه حتىيـ اء ي ل مأو ه نـ تخذوام فالتـ اء تكونونسو وافـ اكفر ونكم تكفر دوالو ياللله و با النصري او ي ل و م ه نـ تخذوام التـ جدمتومهو و ثـ ومهحي ل تـ اقـ افخذومهو لو و تـ نـ 61فإ
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka
56Sondang P Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010), 170-171. 57 Al-Qur’an, (5): 55. 58Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 118. 59 Al-Qur’an, (5): 56. 60Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 118. 61 Al-Qur’an, (4): 89.
41
penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong”.62
Ayat pertama pada tiga ayat di atas memberikan
penegasan bagi kaum muslim, bahwa penolong bagi orang-
orang muslim hanyalah Allah, rasulNya dan orang-orang
muslim sendiri.
Ketegasan tersebut bertujuan agar kaum muslim tidak
ragu dan lemah pendirian, sehingga dengan mudah terjerumus
dalam bisikan dan rayuan orang-orang yang tidak beriman.
Dalam ayat tersebut terdapat beberapa keriteria seorang
penolong ataupun pemimpin bagi kaum muslim antara lain;
a. Mendirikan Shalat.
b. Menunaikan zakat dengan penuh kepatuhan dan ketaatan
kepada Allah. Seorang yang dermawan, baik hati, membela
kaum muslimin terutama yang tergolong lemah atau
miskin.
c. Merendahkan diri atau tawadu’.63
62Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 93. 63Sonhaji, et., al, Al-Qur’a>n dan Tafsirnya, Vol. II, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf
UII), 466-467.
42
Ayat kedua menegaskan ayat sebelumnya. Penegasan
tersebut berupa janji Allah pada kaum muslimin yang
menjadikan Allah, rasulNya dan orang-orang muslim sebagai
penolong. Janji itu berupa kemenangan yang nyata, karena
mereka telah tergolong dalam kelompok para pejuang penegak
agama Allah (hizbullah).64
Ayat ketiga menjadi penguat agar kaum muslimin tetap
tegas dalam meminta pertolongan dan menyandarkan dirinya
hanya kepada Allah, rasulNya, dan sesama kaum muslimin.
Ketegasan untuk tidak mengikuti orang-orang yang lemah
dalam mempertahankan imannya, sehingga mudah
meninggalkan agama Islam.65
Secara logika, pertolongan hanya akan datang dari
pihak yang lebih kuat. Dengan demikian, pertolongan paling
sempurna hanya datang dari Allah. Allah dengan sifat al-
Waliyyusenantiasa memberikan pertolongan kepada hamba-
hambaNya yang lemah.
3. Wali bermakna kekasih atau kawan
صا تم إنكن ت و االم نـو الناسفتم لهمندون ل اء ي ل أو أنكم تم م ع نـز واإ اد ه االذينـ اأيـه ي ل ني قـ ق 66د“Katakanlah: ‘Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah
64Ibid., 467. 65Ibid., 247-248. 66 Al-Qur’an, (62): 6.
43
kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu ada orang-orang yang benar”.67
ون ل قات نوايـ الذينآم ان ط الشي اء ي ل واأو ل فقات ياللطاغوت يسب ونف ل قات وايـ الذينكفر يالللهو يسب فيفا كانضع ان ط دالشي نكي 68إ
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thagut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah”.69
Kata awliya>’ jamak dari wali> pada ayat pertama di
atas mengandung makna kekasih, yang mencintai
terkasih,misalnya kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya,
kecintaan dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi
laranganNya, dankecintaan yang tercermin pada sifat dan
tingkah laku keseharian dalam mengamalkan dan menyebarkan
ajaran-ajaran agama.
Menjadi kekasih Allah adalah harapan bagi semua
umat beragama. Namun, harapan itu seringkali menjadikan
umat beragama terjebak dalam pengklaiman, sebagai umat
yang paling berhak menjadi kekasih Allah.
Pengklaiman terjadi karena masing-masing umat
beragama merasa paling berhak menjadi kekasih Allah, yang
memiliki hak veto mewakili terkasih. Bangsa Yahudi yang
67Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 554. 68 Al-Qur’an, (4): 76. 69Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 91.
44
mengklaim bahwa hanya dirinyalah yang berhak menjadi
kekasih Allah, dengan tujuan menjadikan penganut agama
lainnya sebagai umat beragama kelas kedua. Dengan kata lain,
orang-orang Yahudilah yang lebih berhak menyebarkan dan
mendakwahkan firman-firman Allah.
Berbeda halnya dengan kata wali> yang terdapat pada
ayat pertama dari dua ayat di atas, kata wali> pada ayat kedua
bermakna kawan.Ada perbedaan mendasar antara dua ayat di
atas. Ayat pertama menggambarkan kedekatan hamba kepada
penciptanya, sedangkan ayat kedua lebih pada kedekatan
manusia kepada syetan.
Kedekatan manusia dengan penciptanya didasari
kekuatan iman, yang menjadikan manusia sebagai mahluk
tangguh dan perkasa. Sedangkan kedekatan manusia dengan
syetan lebih karena didasari hawa nafsu, yang mengarahkan
manusia pada kelemahan dan keterpurukan.
Orang-orang yang berimana kepada Allah dengan
menjalankan segala perintah dan menjauhi larangNya tercatat
sebagai kekasih Allah, yang berjuang di jalan Allah
memberantas kezaliman dan keangkara-murkaan. Sedangkan
mereka yang tidak menghendaki kebaikan dunia dan akhirat
45
adalah mereka yang terlena tipu muslihat Syetan,70 tugas para
kekasih (wali>) Allah menegakkan keadilan dan kebajikan
sertamemerangi kawan-kawan (wali>) syetan.
4. Wali bermakna pemimpin.
ل قب نـ امب أوتواالكت ين الذ ن ام ب ع ل او و ز ينكمه ذواد اخت تخذواالذين نواالتـ آم االذين اأيـه الك ي كموني ن ؤم م تم نكن إ اتـقواالله و اء ي ل أو 71فار
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman”.72
Makna awliya>’pada ayat ini menjadi penyempurna bagi
makna-makna sebelumnya. Kata awliya>’pada ayat ini yang
merupakan bentuk plurar dari kata wali>bermakna pemimpin.
Dengan kata lain, ayat ini mengingatkan serta melarang umat
Islam memilih atau menjadikan pemimpin dari kalangan para
atheis atau para penghina agama Islam.
Umat Islam wajib menyadari bahwa seorang pemimpin
harus memiliki jiwa tanggung-jawab, penolong sekaligus
pelindung.Tanggung-jawab berupa sifat dan sikap amanah
dalam menjalankan kewajiban-kewajiban. Sifat dan sikap
penolong serta pelindung bagi kaum muslimin.
70Sonhaji, et., al, Al-Qur’a>n dan Tafsirnya, Vol. II, 230. 71 Al-Qur’an, (5): 57. 72Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 118.
46
Seorang pemimpin juga harus memiliki relasi yang baik
dengan orang-orang yang dipimpinnya. Keharusan ini
mewajibkan seorang pemimpin memiliki sifat dan kualitas
komunikatif. Kualitas berupa kemampuan mengadakan
koordinasi, bersikap adil, serta sanggup membawa
kelompoknya kepada tujuan yang jelas, menguntungkan dan
mensejahterakan. Seorang pemimpin harus hampu
membangkitkan kekuatan rasional dan emosional pada
masing-masing orang yang dipimpinnya, sehingga membentuk
kekuatan raksasa untuk membangun atau menghancurkan.73
Komunikasi yang baik akan tercipta ketika pemimpin
dan yang dipimpin saling memahami, menghargai, dan saling
menghormati. Di sinilah arti pentingnya ketegasan larangan al-
Qur’an memilih pemimpin yang gemar mengejek, menghina
dan menyebarkan permusuhan serta kerusakan.
Ketegasan al-Qur’an pada ayat tersebut ditutup dengan
perintah bagi orang-orang mukmin agar senantiasa bertakwa
kepada Allah, menjauhi larangannya dengan tidak menjadikan
orang-orang yang tidak paham dan mengerti agama menjadi
pemimpin bagi mereka. Hal ini karena pemimpin selayaknya
menjadi panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
73Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 41.
47
D. Pengertian Uli>al-Amr
دو فـر ء يشي ازعتمف ن تـ نـ نكمفإ رم ياألم أول و واالرسول أطيع و واالله واأطيع ن آم االذين اأيـه ىاللهو ي ل ن هإ الرسوإلويال أ ت أحسن و ر كخيـ ل اآلخرذ م و يـ ال اللهو ب نون ؤم تـ تم 74كن
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.75 Ayat ini memerintahkan kaum muslim untuk ta’at kepada Allah,
Rasul dan ulil amri. Ulul amri dalam kamus besar bahasa Indonesia
bermakna pemimpin yang besar.76 Para ahli tafsir memaknai ulul amri
sebagai orang yang memegang kekuasaan. Pemaknaan ahli tafsir terbilang
lebih umum, yaitu semua perkara yang berkaitan dengan kehidupan
manusia, memiliki ulul amri tersendiri.77
Pemimpinberkewajiban menjaga, melindungi dan menolong
orang-orang yang dipimpin, dan bertanggungjawab penuh memegang
kekuasaan untuk mencapai kemaslahatan umum.
Kemaslahatan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemimpin
semata, melainkan tanggungjawab bersama antara pemimpin dan
terpimpin. Ayat di atas menegaskan, keberadaan pemimpin harus diikuti
dan dita’ati. Pemimpin pertama yang wajib dita’ati adalah Allah, dan
74 Al-Qur’an, (4): 59. 75Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 88. 76Dendy Sugono, et al, Kamus Bahasa Indonesia, 1584. 77Dawan Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep
Kunci, 468.
48
Allah dengan sifat al-Wa>liyu merupakan Pemimpin bagi mahluk-
mahluknya.
Keta’atan kepada Allah adalah dengan menjalankan perintah dan
menjauhi larangan-Nya,yang tercantum di dalam al-Qur’an. Perintah
mengandung maslahat dan laranganmenyimpan mudarat.78 Kemudian
ta’at kepada Rasulullah sebagai utusan Allah yang membawa firman-
firmanNya, dan Rasul menjadi pimpinan bagi umat Islam.
Setelah keta’atan kepada Allah dan RasulNya sebagai pimpinan
utama bagi umat Islam, kewajiban umat Islam selanjutnya adalah
menta’ati ulil amri, yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan atau
tanggungjawab atas umat Islam. Mereka meliputi; pemerintah, penguasa,
alim ulama dan pimpinan-pimpinan lainnya.79
Muhammad Ali dalam tafsirnya the Holy Qur’anmerumuskan
tafsiran ayat tersebut di atas sebagai aturan kesejahteraan umat Islam
terutama perihal pemerintahan. Tiga hal yang menjadi kunci keberhasilan
pemerintahan Islam menurut Muhammad Ali, adalah;
1. Ta’at kepada Allah dan utusannya.
2. Ta’at kepada yang memegang kekuasaan di antara kaum
muslimin
78Sonhaji, et., al, Al-Qur’a>n dan Tafsirnya, Vol. II, 211. 79Ibid., 211.
49
3. Mengembalikan kepada Allah dan utusanNya jika terjadi
perselisihan dengan pihak yang berkuasa.80
KH. Moenawar Chalil seorang ulama terkemuka asal Semarang
mengarang buku berjudul Uli>al-Amr. Dalam bukunya ia membahas lima
persoalan utama perihal uli>al-amr, dan lima hal tersebut adalah;
1. Siapa sebenarnya yang disebut uli>al-amr?
2. Kewajiban kaum Muslim untuk mengangkat uli>al-amr, yaitu
kepala negara.
3. Domain otoritas uli>al-amr
4. Jika terjadi perselisihan di antara uli>al-amr
5. Jika uli>al-amr keluar dari batas-batas hak mereka.
Dari kelima perihal utama tersebut, KH. Moenawar Chalil
menyimpulkan;
“Yang di sebut ulil amri yang wajib ditaati oleh segenap umat pada tiap-tiap masa itu bukanlah para hakim dan bukan pula para ulama ahli ijtihad saja, sekalipun mereka termasuk juga di dalamnya; tetapi yang dikehendaki dengan ulil amri itu ahlul halli wa ‘aqdi daripada kaum muslimin yang terdiri dari beberapa puluh orang yang mempunyai keahlian atau mempunyai keistimewaan dalam ilmu pengetahuan”81
Dalam al-Qur’an terdapat beberapa istilah yang serupa dengan ulil
amri antara lain;
1. Uli>al-Quwwah (orang yang memiliki kekuatan)
80Dawan Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep
Kunci, 468. 81Ibid., 469-470.
50
يا أول ة صب الع ب نوء تـ ل ه فاحت اإمن الكنوزم ن امه ن يـ آتـ همو ي ل ىع غ وسىفبـ مم قو نـ ونكامن نـقار ل إ إذقال لقوةفرحني بال الحي حإنالله التـفر ه م 82هقو
“Sesunguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya; ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”.83
2. Uli>al-Aydi>(orang yang memiliki kekuatan dengan dilambangkan
dengan tangan yang kuat)
دي ياألي أول وب ق ع يـ و سحاقـ إ و اهيم ر بـ ناإ اد عب اذكر صار و األب 84و“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi”.85
3. Uli> Ba’sin (orang yang memiliki kekuatan besar)
ا اد ب ع كم ي ل اع ن ثـ ع ابـ عدأوالمه و اجاء ف فإذ عدام اروكانـو ي سشديدفجاسواخالاللد أ يب اأول ن لوال 86ع
“Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejatahan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana”.87
82 Al-Qur’an, (28): 76. 83Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 395. 84 Al-Qur’an, (38): 45. 85Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 457. 86 Al-Qur’an, (17): 5. 87Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 283.
51
وايـ تطيع نـ ونـفإ م سل ي مأو ونـه ل سشديدتـقات أ يب أول م ىقو ل نإ ابستدعو األعر ينمن خلف لم ل ل ك قـ ؤتا اكم لو و تـ ت نـ إ او احسن أجر الله ام يم األ ذاب ع كم ب ذ ع يـ ل قبـ منـ تم لي 88تـو
“Katakanlah kepada orang-orang Badwi yang tertinggal: ‘Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam). Maka jika kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Allah akan memberikan kepadamu pahala yang baik dan jika kamu berpaling sebagaimana kamu telah berpaling sebelumnya, niscaya Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih”.89
4. Ulu> al-Azmi (orang-orang yang keputusan ada di tangannya atau
orang-orang yang memiliki keunggulan, keteguhan hati yaitu
beberapa nabi dan rasul yang terkemuka, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa
dan Muhammad Saw).
م كأنـه م ه ل جل ع التستـ و الرسل ن مم ز والع أول ر اصبـ كم ساعةم فاصرب ال ثواإ لب يـ م ل دونـ وع مناي و ر يـ م و يـفاسقون ال م قو ال كإال ل ه ليـ فه الغ ارب ه نـ 90نـ
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang memiliki keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan jangalah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal ( di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasahkan melainkan kaum yang fasik”.91
Nazwar Syamsu menerjemahkan kata uli> al-amr menjadi
functionaries, orang yang mengemban tugas, atau orang yang diserahi
88 Al-Qur’an, (48): 16. 89Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 514. 90 Al-Qur’an, (46): 35. 91Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 507.
52
amanah menjalankan fungsi tertentu dalam suatu organisasi.92 Hal
terpenting dalam pembahasan uli> al-amr terletak pada kata amr.Kata amr
terdiri dari tiga huruf a-m-r. Dalam al-Qur’an kata yang berinduk kepada
kata a-m-r berulang sebanyak 257 kali. Sedangkan kata amr disebut
sebanyak 176 kali dengan makna yang beranekaragam. Makna-makna
tersebut antara lain; perintah Tuhan, urusan Tuhan atau manusia, perkara,
sesuatu, keputusan oleh Tuhan atau manusia, kepastian yang ditentukan
Tuhan, tugas, misi, kewajiban, dan kepemimpinan.93
Sejarah perkembangan politik Islam terutama di kalangan Sunni
melahirkan pendapat bahwa pemimpin yang mampu menciptakan
keamanan dan kestabilan politik adalah tujuan yang paling esensial dari
kepemimpinan. Pendapat tersebut melahirkan jargon bahwa ‘penguasa
yang z}a>lim lebih baik daripada tidak ada sama sekali’. Begitu pula dengan
jargon ‘enam puluh tahun bersama pemimpin yang jahat, lebih baik
daripada satu malam tanpa pemimpin’.94 Keberadaan pemimpin adalah
jaminan bagi terciptanya keamanan dan kestabilan politik.
E. Pengertian Ra>’i>
Kata ra>’i> digunakan Rasulullah Saw ketika menegaskan bahwa
tiap-tiap individu memilik tanggung jawab sesuai fungsi dan tugas
92Dawan Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep
Kunci, 466. 93Ibid., 466. 94Ibid., 472.
53
masing-masing. Diksi kata tersebut bisa dilihat dari penggalan hadis yang
berbunyi:
ه عيت ن ر سئول ع اع وكلكم م اع يف كلكم ر ر الرجل ه و عيت سئول عن ر م اع و ر ام م اإلا ه عيت ة عن ر سئول م ا و جه ت زو ي ة يف بـ اعي أة ر ر الم ه و عيت ن ر هو مسئول ع ه و أهل
ه عيت ن ر سئول ع م و ال سيده اع يف م ر م اد اخل اع و ر الرجل ت أن قد قال و حسب قال وه عيت ن ر سئول ع م اع و ه وكلكم ر عيت سئول عن ر م ال أبيه و 95يف م
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggungjawab atas kepemimpinannya.Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.Seorang laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan dia bertanggungjawab atas kepemimpinannya.Seorang wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.Pembantu adalah pemimpin bagi harta tuannya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.(dan saya telah mengira bahwa Rasulullah telah bersabdah; seorang anak laki-laki adalah pemimpin di dalam harta kekayaan ayahnya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya) dan setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya”. Kata ra>’>i secara harfiyah bermakna pengembala.Penggunaan kata
ra>’i> dalam kepemimpinan merupakan kata kiasan, Kiasan berupa
pengibaratan seorang pemimpin dengan seorang pengembala.Penggunaan
kata kiasan tersebut didasari kemiripan fungsi dan tanggung-jawab antara
pengembala dan pemimpin.Hanya saja kata pengembala lebih bersifat
khusus dan kata pemimpin lebih bersifat umum.Selain kemiripan fungsi
dan tanggung-jawab, pengembala dan pemimpin memiliki kesamaan sifat
dan sikap, berupa penyabar, penyayang, pengayom, pelindung, penolong
dan sebagainya, sikap tegas, lembut, penuh cinta kasih dan sebagainya.
95Muh}ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukha>ri>, S}ah}i>h al-Bukha>ri>, Vol. II(t.p: Da>r T}auq al-Naja>h, 1422 H), 120.
54
Ibarat pengembala, pemimpin berkewajiban menjaga, melindungi
dan mengayomi individu-individu terpimpin. Ada beberapa asas
kepemimpinan yang harus dimiliki tiap-tiap ra’i atau pemimpin, antara
lain;
1. Kemanusiaan,yaitu pembimbingan manusia oleh manusia,
untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap
individu demi tujuan-tujuan kemanusiaan.
2. Efisien, efisiensi teknis maupun social, berkaitan dengan
terbatasnya sumber-sumber, materi, dan jumlah manusia’
3. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju
pada taraf kehidupan yang lebih tinggi.96
Kemiripan antara ra>’i> (pengembala) dan pemimpin terlihat pada
kedudukan atau fungsi masing-masing, sebagai pelayan bagi komunitas
yang dipimpin. Misalnya, seorang pengembala domba, ia berkewajiban
melayani hewan ternaknya dengan mencarikan dan memberikan makanan
serta minuman, demikian juga dengan pemimpin. Seorang pemimpin
harus berpikir bagaimana melayani masyarakat, dan kemudahan bagi
masyarakat terpimpin.
Kata ra>’i> yang terdiri dari huruf ra>’, ‘ain, ya> memiliki beraneka-
ragam makna, antara lain; merumput, mengembalakan, gatal, memimpin,
96Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Kepemimpinan Abnormal
itu?,94.
55
mengatur, menjaga, memelihara, mempertimbangkan, memperhatikan
dan sebagainya.97Keragaman makna dipengaruhi kata-kata lain yang
mengitarinya.Dengan kata lain, makna kata ra>’i> tergantung pada kalimat
yang membentuknya. Di dalam al-Qur’an, kata ra>’i> memeliki beberapa
makna atau arti, antara lain;
a. Ra>’i> bermakna pemelihara
ل جع و يل جن اهاإل ن يـ آتـ ميو ر م ن يسىاب ابع ن يـ قـف او ن سل رب ارمه ىآث ل اع ن أف مثقفيـ وهر ع اتـبـ الذين وب يقل اف ن ت هاحقرعاي عو ار اللهفم ان رضو اء غ ت اب همإال ي ل اهاع ن بـ اكت وهام تدع ابـ ية ان هب ر ةو رمح و ة افآتـ ه
فاسقون م ه نـ م وكثري مه أجر م ه نـ نوام آم االذين ن 98يـ“Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang.Dan mereka mengada-ngadakan rahbaniyyah padahal Kami mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-ngadakannya) untuk mencari keridlaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik”.99
ون اع ر هدمه ع مو انا مألم ه الذينـ 100و“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji-janjinya”.101
97Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), 510-511. 98 Al-Qur’an, (57): 27. 99Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 542. 100 Al-Qur’an, (23): 8. 101Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 343.
56
Ayat pertama mengkisahkan sebagian orang Yahudi
yang enggan memelihara atau menjaga syari’ah yang Allah
turunkan.Keengganan mereka telah mengantarkan pada
kefasikan.Keengganan pula yang telah menjadikan mereka
mengada-ngada dengan menciptakan syari’ah-syariah baru
tanpa berdasarkan firman-firman Allah.Mereka meninggalkan
ajaran-ajaran yang seharusnya mereka kerjakan.
Ayat kedua mempertegas makna ra>’i>, yaitu
memelihara atau menjaga amanah dan tanggung jawab.Jika
ayat pertama berkisah tentang penghianatan sebagian orang-
orang Yahudi, ayat kedua menggambarkan kesetiaan orang-
orang mukmin dalam menjaga dan memelihara amanah.Pada
ayat kedua ini Allah menggambarkan sifat orang mukmin yang
beruntung, mereka yang senantiasa menjaga dan memelihara
amanah, yang berasal dari Allah berupa menjalankan perintah
dan menjauhi laranganNya.Sedangkan amanah yang berasal
dari Rasulullah berupa sunnah-sunnahnya, dan amanah yang
berasal dari sesama.102
b. Ra>’i> bermakna Pengembala
ى يالنـه ألول ات كآلي يذل نف إ كم ام اأنـع و ع ار واو 103كل
102Sonhaji, et., al, Al-Qur’a>n dan Tafsirnya, Vol. VI, 496. 103 Al-Qur’an, (20): 54.
57
“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu.Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasan Allah bagi orang-orang yang berakal”.104
Kata ir’au> merupakan kata perintah dari asal kata ra’a>,
yaituperintah untuk mengembalakan hewan-hewan
ternak.Pemaknaan kata ra’a> ini senada dengan susunan
kalimat atau ayatnya.Selain perintah menikmati hidangan
atau makanan yang halal dan baik, ayat ini memerintahkan
agar tiap-tiap pengembala senantiasa memperhatikan binatang
ternaknya.
Mengembala binatang ternak bukan hal yang
baru.Misalnya, nabi Musa dan nabi Muhammad Saw sebelum
diutus sebagai nabi dan Rasul, keduanya memiliki profesi
sebagai pengembala.Profesi tersebut memberikan manfaat
serta pelajaran berarti bagi Rasulullah dalam membangun
fondasi leadership-nya di kemudian hari.Profesi tersebut
mengajarkan arti kesabaran, kasih sayang, dan cinta
kasih.105Pelajaran yang menjadi syarat mutlak bagi seorang
pemimpin.
Ayat tersebut juga memberikan gambaran kekuasan
Allah, kekuasan yang telah menciptakan alam semesta, dan
alam yang menjadi bukti nyata keesaan Allah.Hanya orang-
104Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 316. 105Djunaedi, “Filosofis dan Etika Kepemimpinan dalam Islam”, Jurnal al-Mawarid, 55.
58
orang yang berakal sehat serta waras yang menyadari dan
meyakini kebesaran serta keesaan Allah.Allah memerintahkan
agar tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang beraneka ragam
jenisnya dijadikan makanan bagi kita dan binatang
ternak.106Kesemua adalah anugerah yang Allah berikan
kepada manusia dan alam semesta.
c. Ra>’i>bermakna pemerhati atau orang yang melihat
ذاب ع رينـ لكاف ل واو امسع ناو قولواانظر او ن اع وار قول نواالتـ آم االذين اأيـه ي يم 107أل“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): ‘Ra>’ina>’ tetapi katakanlah: ‘unzhurna>’ dan ‘dengarlah’. Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih”.108
يـ ه و اضع و ن م م ع رفون الكل وا حي ن الذين هاد ر م يـ امسع غ ا و ن عصيـ ا و ن ع ون مس قولامسع ا و ن ع أط ا و ن ع وا مس م قال و أنـه ل ا يف الدين و ن ع ط هم و ت ا بألسن ي ا ل ن اع ر ع و سم م
بكفر الله م ه نـ ع ن ل لك م و و أقـ ا هلم و ر كان خيـ نا ل ر انظ ال و نون إ ؤم هم فال يـيال 109قل
“yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: ‘kami mendengar’, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): ‘dengarlah’ sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-
106Sonhaji, et., al, Al-Qur’a>n dan Tafsirnya, Vol. VI, 161. 107 Al-Qur’an, (2): 104. 108Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 17. 109 Al-Qur’an, (4): 46.
59
apa. Dan (mereka mengatakan): ‘ra>’ina>’ dengan memutar-mutar lidahnya dan mencelah agama. Sekiranya mereka mengatakan: ‘kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami’ tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak berima kecuali iman yang sangat tipis”.110
Kata ra>’ina> pada dua ayat tersebut bermakna, sudihlah
kiranya kamu memperhatikan kami. Para sahabat seringkali
menggunakan kata tersebut ketika meminta perhatian secara
khusus kepada Rasulullah Saw.Kemudian kata tersebut
berusaha ditiru orang-orang Yahudi. Hanya saja kata yang
diucapkan orang-orang Yahudi adalah ru’u>na> yang berarti
kebodohan yang sangat. Kemiripan pelafalan kata tersebut
seringkali sulit dibedakan sehingga turun wahyu agar para
sahabat tidak lagi menggunakan kata ra’ina> melainkan
menggunakan kata unz}urna>. Meskipun sejatinya kedua kata
tersebut memiliki makna yang sama.111
Dari tiga makna ra>’i> yang berdasarkan ayat al-Qur’an, dua makna
pertama menunjukkan sifat dan fungsi seorang pemimpin.Dengan kata
lain, kata ra>’i> yang bermakna pemimpin tidak ditemukan secara
langsung.Al-Qur’an memberikan gambaran etik seorang pemimpin, dan
110Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 87. 111Mujamma’ al-Malik Fahd , al-Qur’ān dan Terjemahnya, (Madinah: Mujamma’ al-
Malik Fahd li al-Ţibā’at al-Mușhaf al-Sharīf, 1418 H), 29.
60
merupakan konsep ideal al-Qur’an dalam membentu masyarakat madani
atau berperadapan.
Seorang pemimpin harus memiliki jiwa mengayomi dan
memperhatikan. Ibarat seseorang pengembala, ia berkewajiban
melindungi, menjaga dan melayani sehingga binatang gembalaan tumbuh
berkembang. Pun seorang pemimpin harus memiliki jiwa maju dan
berkembang. Ia seharusnya mampu mengelolah ketidak-menentuan secara
efektif, kemudian secara berlahan mengantisipasi dan merepons tuntutan-
tuntutan masa depan.
F. Pengertian Tipologi Kepemimpinan
1. Tipe Otokratis
Otokratis berasal berasal dari dua kata yaitu outus yang berarti
‘sendiri’, dan kratos yang berarti kekuasaan dan kekuatan. Otokrat
bermakna ‘penguasa absolut’. Kepemimpinan otokratis adalah
kepemimpinan yang mendasarkan dirinya pada kekuasaan dan paksaan
yang mutlak harus ditaati.112
Seorang pemimpin otokratis sangat egois. Keegoisan yang ia
miliki menjadikan dirinya sebagai tumpuhan dan sumber utama
kebijakan. Kedudukannya sebagai pemegang penuh kebijakan, seringkali
mendorongnya melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan.113 Sikap
112Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Kepemimpinan Abnormal
itu?,83. 113Sondang P Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, 31.
61
demikian menjadikan pemimpin otokratis seringkali mengedepankan ke-
aku-annya, antara lain;
a. Cenderung memperlakukan bawahannya sebagaimana ia
memperlakukan alat, barang atau perlengkapan kantor. Hal ini
mengindikasikan bahwa ia tidak memperdulikan harkat dan martabat
orang lain.
b. Mengutamakan orientasi peribadi tanpa mempertimbangkan
orientasi, pendapat, masukan dan orientasi bersama.
c. Pengambilan keputusan yang bersifat sepihak, tanpa melibatkan
semua unsur, bagian atau pihak-pihak lain yang memiliki
keterikatan.114
Pemimpin yang memiliki tipe ini seringkali disebut dengan
pemimpin diktator. Ia bertindak mengarahkan pikiran, perasaan dan
perilaku orang lain kepada tujuan atau keputasan yang telah
ditetapkannya.115 Sekilas, tipe kepemimpinan ini terkesan negatif, dengan
menjadikan keinginan dan tujuan pemimpin lebih utama daripada
keinginan dan kepentingan umum.
Al-Qur’an mengisahkan kediktatoran seorang pemimpin dalam
menjalankan roda kepemimpinan. Kisah-kisah tersebut termaktub dalam
beberapa ayat antara lain:
a. Surat al-Naml ayat 34;
114Ibid., 32. 115Veithzal Rivai, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, 136.
62
أهل واأعزة ل جع سدوهاو أف ة ي ر واقـ ادخل ذ وكإ ل نالم إ ت ون قال ل فع كيـ لةوكذل اأذ ه“dia berkata: ‘Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasahkannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat”.116 b. Surat al-Qas}as} ayat 4;
ساإ ين ستحي ي مهو اء ن أبـ ذحب ي م ه نـ فةم ائ فط ستضع اي ع اشيـ ه ألهل جع ضو ياألر الف نـع و ع ر نف ال إ ن كامن إنـه مه ءفسدين م
“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembeleh anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”.117
2. Tipe Paternalistis
Kepemimpinan paternalistis menjadikan sosok pemimpin sebagai
panutan, teladan dan tumpuhan harapan serta keinginan masyarakat.
Pemimpin dengan tipe paternalistis lebih mengutamakan kebersamaan.
Kebersamaan dalam mewujudkan kepentingan, tujuan dan harapan
bersama. Posisi pemimpin ibarat ayah yang bersifat melindungi dan
menjadi tumpuhan untuk meminta petunjuk dan arahah. Dalam tipe ini,
pemimpin yang dianggkat pada umumnya berasal dari orang-orang yang
dituakan.118
116Al-Qur’an,27:34. Lihat: Mujamma’ al-Malik Fahd , al-Qur’ān dan Terjemahnya, 597. 117Al-Qur’an,20:4. Lihat: Mujamma’ al-Malik Fahd , al-Qur’ān dan Terjemahnya, 609. 118Sondang P Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, 35.
63
Tipe paternalistis banyak terdapat di lingkungan masyarakat
tradisional, terutama di tengah-tengah masyarakat agraris. Popularitas
pemimpin yang paternalistis didukung oleh beberapa faktor, antra lain;
a. Ikatan primordial yang kuat
b. Sistem kekeluargaan yang kuat
c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik
d. Peran adat-istiadat yang mengakar di kehidupan masyarakat.119
Sejarah kepemimpinan Islam mencatat, bahwa sosok nabi
Muhammad adalah tipe pemimpin yang menjadi panutan, teladan,
tumpuhan bahkan tempat untuk bertanya dan meminta petunjuk. Nabi
Muhammad Saw berhasil menyatukan masyarakat terpimpinnya. Salah
satu bentuk karakteristik kepemimpinan yang Rasulullah contohkan
untuk diteladani adalah kejujuran. Kejujuran merupakan kunci utama
membangun kepercayaan sebagai pemimpin. Karakter berupa tabiat,
watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang ditunjukkan
nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin merupakan bentuk nyata dari
keteladanannya.120
Al-Qur’an menegaskan sifat yang memiliki kemiripan dengan tipe
paternalistis, yaitu Surat al-Ahza>b ayat 21;
ا كثري الله ذكر و اآلخر م و اليـ و جوالله ر يـ نكانـ م حسنةل ة سوالللهأسو ري ف لكم قدكانـ ل
119Ibid., 33-34 120Veithzal Rivai, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), 132.
64
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan(kedekatan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”121
3. Tipe Karismatik
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata karismatik merupakan
kata sifat dari kata karisma. Karisma bermakna keadaan atau bakat yang
dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal
kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa
kagum dari masyarakat terhadap dirinya.122 Pemaknaan ini menunjukkan
bahwa karisma adalah bakat yang hanya dimiliki orang-orang tertentu.
Tegasnya, pemimpin karismatik adalah seseorang yang dikagumi dan
diikuti orang banyak, meskipun pada kenyataannya para pengkagum dan
pengikut tidak selalu mampu menjelaskan secara konktret atas apa yang
mereka kagumi.
Tipe karismatik ini terbilang unik, karena ia hanya terjadi pada
orang-orang tertentu. Kajian ilmiah pada tipe ini menyisakan pertanyaan
yang tak kunjung terjawab. Satu-satunya jawaban yang mereka lontarkan
adalah bahwa ada beberapa orang tertentu yang memiliki ‘kekuatan ajaib’
yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Beberapa orang dengan kekuatan
ajaib itulah yang dikategorikan sebagai pemimpin karismatik.123
121Al-Qur’an,33:21. Lihat: Mujamma’ al-Malik Fahd , al-Qur’ān dan Terjemahnya, 670. 122Dendy Sugono, et al, Kamus Bahasa Indonesia, 643. 123Sondang P Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, 37.
65
Karismatik merupakan sifat yang melekat pada diri seorang
pemimpin, sifat yang menjadikan pemimpin sebagai orang yang paling
dikagumi, dihormati dan ditaati. Dengan kata lain, kekaguman, rasa
hormat dan ketaatan masyarakat terpimpin disebabkan kelebihan yang
dimiliki pemimpin.
Kelebihan yang dimiliki pemimpin karismatik beraneka-ragam.
Terkadang berupa kekuatan dan ketegasan, faktor keturunan, penguasaan
terhadap keilmuan tertentu. Salah satu sifat pemimpin karismatik adalah
tegas, disegani dan ditakuti para lawan-lawannya.
Al-Qur’an menjelaskan beberapa sifat yang melekat pada diri
pemimpin karismatik. Sifat tegas, disegani dan ditakut para musuh
sebagaimana dijelaskan pada surat al-Fath} ayat 29;
ىال عل اء أشد ه ع الذينم سوالللهو در م حمم ه نـ يـ بـ اء ......كفاررمح“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.”124
4. Tipe Demokrasi
Tipe kepemimpinan demokratis memberikan ruang kebebasan dan
keleluasan bagi masyarakat terpimpin. Kebebasan berupa penyampaian
pendapat, saran dan kritikan.125 Pemimpin demokratis memposisikan diri
selaku koordinator dan integrator dari berbagai komponen sehingga bergerak
124Al-Qur’an,48:29. Lihat: Mujamma’ al-Malik Fahd , al-Qur’ān dan Terjemahnya, 843. 125Veithzal Rivai, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, 136.
66
sebagai satuan totalitas. Tipe ini secara umum diyakini sebagai tipe terbaik
dalam tipologi kepemimpinan.126
Kepemimpinan demokratis menjadikan musyawarah sebagai asas
dalam memutuskan kebijakan. Musyawarah (musha>warah) berasal dari kata
shawara-yashwuru dengan kata kerja sha>wara-yusha>wiru, atau shu>ra>.127 Dua
bentuk kata kerja tersebut terdapat dalam al-Qur’an yaitu;
a. Surat A>li Imran ayat 159
هل ر ف غ استـ مو ه نـ كفاعفع ل نحو النـفضوام القلب يظ اغل فظ تـ وكن ل مو ه ل تـ ن اللهل ن م ة ارمح م مه فب شاور ياألم مو فني وكل تـ حبالم ي ىاللهإنالله ل لع وك فتـ تـ م اعز رفإذ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”128 b. Surat al-Shura ayat 38
قون ف ن يـ امه ن زقـ ار مم و م ه نـ يـ ىبـ مهشور ر أم واالصالةو أقام و م ر وال تجاب اس الذين و“dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka”.129
126Sondang P Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, 40-41. 127Dawan Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep
Kunci,441-442. 128Al-Qur’an,3:159. Lihat: Mujamma’ al-Malik Fahd , al-Qur’ān dan Terjemahnya, 103. 129Ibid., 42:38. Lihat: Ibid., 789.
67
top related