bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/52756/48/bab ii.pdf · muh....
Post on 26-Oct-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Penelitian Terdahulu
Agustina Pasaribu (2015), analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
susu sapi perah di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Variable yang diteliti
adalah jumlah pakan, jumlah minum, umur ternak, interval pemerhan, umur kandang,
dan produksi susu. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata produksi susu sapi perah FH di
Kabupaten Karo yaitu 6,828 liter/hari/ekor. Produksi sapi perah di Kabupaten Karo
masih kurang dibandingkan dengan jumlah rata-rata produksi susu sapi perah FH yaitu
10 liter/hari/ekor. Analisis regresi linear berganda menunjukkan nilai koefiesien
determinasi (R2) sebesar 0,968 artinya bahwa 96,80% variasi produksi susu sapi perah
ditentukan oleh variasi jumlah pakan, jumlah air minum, umur ternak, luas kandang
dan interval pemerahan, sementara 3,20% ditentukan oleh variabel lain yang tidak
diteliti. Pengujian dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa secara
simultan jumlah pakan, jumlah air minum, umur ternak, luas kandang dan interval
pemerahan berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo.
Secara parsial jumlah pakan dan interval pemerahan mempengaruhi produksi susu sapi
perah di Kabupaten Karo.
7
Hanafi (2017), determinasi fluktuasi harga daging sapi di 6 Provinsi Pulau Jawa
pada tahun 2010-2015. Variable yang diteliti adalah produksi daging sapi, harga
daging ayam, jumlah penduduk, konsumsi daging, dan harga daging sapi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga
daging sapi didaerah penelitian yaitu di Pulau Jawa sebagai salah satu pulau dengan
jumlah peduduk yang padat. Metode analisis yang digunakan adalah anlisis regresi data
panel. Hasil penelitian menujukan variabel produksi daging sapi, harga ayam, dan
konsumsi daging sapi signifikan dan positif terhadap fluktuasi harga daging sapi di 6
Provinsi Pulau Jawa, tetapi variable jumlah penduduk berpengaruh sigifikan dan
negatif terhadap fluktuasi harga daging sapi di 6 Provisi Pulau Jawa.
Muh. Ridwan (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi harga daging sap lokal
di Kota Makasar. Variable yang dieliti adalah produksi daging sapi lokal, konsumsi
daging sapi lokal, dan harga daging sapi lokal pada bulan sebelumnya terhadap harga
daging sapi di Kota Makassar. Metode analisi yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series bulanan
dari tahun 2009-2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara serempak produksi
daging sapi, konsumsi daging sapi lokal dan harga daging sapi bulan sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap harga daging sapi lokal di Kota Makassar. Sedangkan
secara parsial harga daging sapi lokal bulan sebelumnya memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga daging sapi lokal di Kota Makassar. Sedangkan produksi daging sapi
8
lokal dan konsumsi daging sapi lokal tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
harga daging sapi lokal di Kota Makassar.
Penelitian yang akan dilakukan di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu.
Sebagian besar persamaan penilitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu terkait
fluktuasi harga dan perbedaannya mengenai obyek dan variabel yang akan diteliti.
Berdasarkan judul Fluktasi Harga Susus Segar Tingkat Peternak, maka
dilakukan penelitian menggunakan :
1. Variabel independen penglaman kerja peternak , perawatan sapi dan kandang, dan
penambahan bahan konsentrat pada pakan.
2. Variabel dependen fluktuasi harga susu segar antar peternak.
3. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Susu Segar
Susu merupakan sumber energy karena banyak mengandung laktosa dan lemak,
disebut juga zat pembangun karena banyak mengandung protein dan mineral serta
berbagai bahan-bahan pembantu dalam proses metabolism seperti mineral dan vitamin.
Secara kimiawi susu normal mempnyai komposisi air (87,20%), lemak (3,70%),
protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) (Sanam et.al 2014). Secara
alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan lainnya
yang dapat dimakan atau dapat digukan sebagai bahan makanan, yang aman dan sehat
9
serta tidak dikurngi kompen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain. Susu
merupakan produk pangan yang hampir sempurna gizinya dan sangat dianjurkan
dikonsumsi terutama anak-anak yang berada dalam masa pertumbuhan..
Selain zat-zat gizi tersebut diatas, pada susu sapi juga terkandung unsur gizi
yang mampu menjaga kestabilan kualitas dan berat tubuh manusia. Hal ini disebabkan
karena di dalam susu terdapat tiga kandungan gizi dan asam lemak susu yang cukup
penting untuk tubuh manusia, yakni asam butirat, Asam Linoleat Lerkonjugasi (ALT),
dan fosfolipid asam butirat berfungsi untuk meningkatkan daya cerna tubuh. Asam
tersebut berguna membantu pertumbuhan bakteri baik (bersifat prebiotik), sementra
ALT dan fosfolfid mampu menghindarkan tumor, menurunkan resiko kanker,
hipertensi, dan diabetes. Dua asam lemak susu tersebut juga mampu mengontrol lemak
dan perkembangan berat badan. Demikian jumlah lemak yang masuk dalam tubuh akan
tersaring oleh ALT dengan sendirinya ( Siswono, 2005).
Susu adalah cairan yang berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mammae
(ambing) pada binatang mamlia betina untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi
anaknya. Kebutuhan gizi pada setiap hewan mamalia betina bervariasi sehingga
kandungan susu yang dihasilkan juga tidak sama pada hewan mamalia yang berbeda
(Utami et al. 2011).
Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi kerena didalam susu
segar mengandung berbagai zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein,
lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
10
Nilai gizi susu yang tinggi menyebabkan susu menjadi medium yang sangat disukai
oleh mikroorgansme yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan mikroba,
sehingga waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak
ditangani secara tepat dan benar. Salah satu pengoahan susu agar tetap bertahan lama
dalam waktu tertentu adalah dengan pasteurisasi (Chrisna 2016). Secara alami, susu
mengandung mikroorganisme kurang dari lima x 103 per ml jika diperah dengan cara
yang benar dan berasal dari sapi yang sehat (Jay 1996).Produksi susu dalam negeri
sebagian besar masih tergantung dari peternakan sapi perah rakyat, dengan sekitar
110.000 peternak, 337 ribu sapi perah (Ditjen Peternakan,2007) dan rata-rata produksi
harian 1185 ton.Susu segar yang dipasarkan ke industri pengolahan susu (IPS) melalui
koperasi (Sulistiyanto, 2008).
2.2.2 Peternak
Peternakan adalah kegiatan mengembang biakkan dan membudidayakan hewan
ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Yunus, 2009).
Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penetapan prinsip-prinsip
manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.
Salah satu parameter yang dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan suatu
usaha adalah tingkat keutungan yang diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor
produksi secara efisien. Sapi-sapi perah yang terdapat di Pulau Jawa terbesar didaerah
Jawa Barat 27,2%, Jawa Timur 36,8%, Jawa Tengah 30,5%, DKI Jakarta 0,9%, dan di
Yogjakarta 1,9% (Direktorat Jendral Peternakan, 2008).
11
Sektor peternakan yang merupakan subsektor dari sektor pertanian, sehingga
pembentukan subsektor peternakan dapat di jadikan tolak ukur pembangunan ekonomi
di samping sektor industri. Pembangunan perekonomian dapat dibangun dan ditumbuh
kembangkan dalam lingkup usaha mikro, karena usaha ini masih banyak di kelola oleh
masyarakat kecil di mana populasi penduduknya mendominasi sebagian wilayah, oleh
karena itu pembangunan usaha peternakan memerlukan insentif-insentif yang tepat
agar dapat meningkatkan produksi usaha peternakan hingga mencapai produksi yang
maksimum
Usaha peternakan sapi perah dapat dikategorikan sebagai usaha beresiko tinggi
(high risk) karena sifat dari susu yang tidak tahan lama dan memerlukan pertalatan
berteknologi namun usaha ini masih mempunyai margin yang cukup tinggi dalam
bidang pemasarannya dalam Firman (2010:15). Menurut Dumairy dalam Yunastit dan
Susilo (1999:324) dalam Riyanto (2012) usaha peternakan sapi perah dibagi menjadi
tiga pola, yaitu pola koperasi, pola PIR dan pola gaduhan. Pola koperasi yaitu peternak
bergabung dalam koperasi melaksanakan budidaya sapi perah yang diperoleh melalui
koperasi tersebut dengan cara kredit. Pola PIR (Perusahaan Inti Rakyat) yaitu peternak
menerima sapi betina dalam keadaan bunting berikut pakan yang diperlukan dari
perusahaan inti, susu yang di setorkan ke perusahaan inti untuk diolah. Definisi pola
kemitraan atau PIR yaitu sebuah model kerjasama tertutup antara pengusaha sebagai
inti dan peternak sebagai plasma, pengusah bertindak sebagai inti biasanya
menyediakan bibit dan obat-obatan, sementara peternak menyediakan kandang dan
12
tenaga kerja untuk mengelola manjemen produksi, setelah masa produksi selesai
hasilnya dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati. Pola gaduhan atau bagi hasil
yaitu peternak memperoleh sapi perah dengan system gaduhan melalui proyek bantuan
MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan 14 dalam jangka waktu lima tahun peternak
mengembalikan dua ekor anak sapi betina setelah lunas maka peternak di tampung
dalam wadah koperasi.
Di sisi lain usaha peternakan menurut Mubyarto (1989:25) dalam Riyanto
(2012), pola pemeliharaan di Indonesia dapat di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu; (1)
peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional; (2) peternakan rakyat
dengan cara pemeliharaan yang semi komersial; (3) peternak komersial. Pola
peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan dimaksudkan keterampilan peternak yang
sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas,
pada umumnya biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli bibit, pembuatan
kandang dan peralatan lain. Tujuan utama dari pola ini hanya sebagai hewan kerja
dalam membajak sawah/tegalan,hewan penarik gerobak atau pengankut beban,
sedangkan kotorannya dipakai sebagai pupuk. Biasanya hewan yang berumur 4-5
tahun dijual dan jarang sekali ternak besar yang di potong untuk di konsumsi keluarga,
kecuali bukan untuk keperluan pesta-pesta tertentu. Pola selanjutnya yaitu dengan
pemeliharaan semi komersial dimaksud adalah keterampilan peternak yang dimiliki
mencukupi dalam pemilihan bibit unggul, obatobatan dan makanan penguat cenderung
meningkat, walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5 ekor berupa ternak
13
besar dan 2-100 ternak kecil terutama ayam. Tujuan pemeliharaan ini untuk menambah
pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.
Usaha peternakan sapi perah seharusnya layak untuk diusahakan dan
mempunyai potensi besar dalam pengembangannya. Dengan peningkatan produksi 16
serta peningkatan populasi sapi perah baik di Jawa Tengah maupun Kota Semarang
menunjukkan usaha ini mampu memberikan peluang usaha yang menjanjikan. Adanya
celah-celah pengembangan usaha peternakan sapi perah baik dari hulu sampai akhir
yaitu; (1) subsistem sarana dan prasrana, (2) usaha budidaya, (3) pasca panen, (4)
pengolahan hasil serta usaha pemasaran hasil. Potensi terbesar dalam usaha peternakan
sapi perah saat ini terdapat di dalam usaha pemasarannya, karena usaha ini masih
membutuhkan pelaku-pelaku bisnis di dalam pasar. Disamping potensi yanga ada
tersebut terdapat pula beberapa kendala yang menjadi halangan serta rintangan yang di
hadapi berusaha ternak sapi perah, salah satunya yang utama adalah keterbatasan
sumberdaya dan lemahnya manajemen usaha baik produksi dan pasca panen,
penerapan teknologi yang kurang memadai serta birokrasi antar lembaga susu yang
kurang efisien, Teguh Prasetyo (2007:544) dalam Riyanto (2012). Hal ini menuntut
peternak dalam setiap aktifitas usahanya menciptakan efisiensi usaha dan pengharapan
skala usaha yang menaik. Pencapaian keuntungan yang maksimal dalam setiap
perusahaan/usaha merupakan tujuan terpenting dalam setiap kegiatan produksi, oleh
karena itu usaha ternak sapi perah selalu mencari keputusan produksi yang terbaik agar
14
usahanya dapat mencapai keuntungan yang maksimum dan dapat meminimalkan biaya
produksi.
2.2.3 Kualitas
Menurut Nastiti (2014) kualitas suatu produk dapat memliki eranan penting di
dalam perusahaan, karena dapat memiliki symbol kepercayaan yang bernilai di mata
konsumen. Usaha yang telah dilakukan perusahaan untuk mencapat nama baik
perusahaan itu sendiri tergantung dari kualitas itu sendiri.
Kualitas susu menjadi dasar pembayaran harga susu. Ketentuan pembayaran
susu terus mengalami perkembangan dimana sejak Agustus 2004, harga susu
ditentukan berdasarkan pada lemak, solid non fat (SNF), total solid (TS), total plate
count (TPC) dan kandungan antibiotik. Susu yang memiliki TS kurang dari 11% akan
ditolak koperasi, sedangkan susu yang memiliki TS antara 11-11,2% akan
mendapatkan penalty dan susu yang memiliki TS lebih dari 11,3% akan mendapatkan
bonus. TPC di bawah 106 cfu/ml akan mendapatkan bonus, TPC di atas 15x106 cfu/ml
akan dijatuhkan penalti dan susu yang positif mengandung antibiotic akan dikenakan
penalti sebesar Rp 200/kg. Peternak harus memperhatikan ketentuan ini agar kualitas
susu yang dihasilkan memiliki standar yang tinggi, berdaya saing serta aman
dikonsumsi (Utami 2014).
Kualitas fisik dan kimia susu sapi segar dipengaruhi oleh faktor bangsa sapi
perah, pakan, sistem pemberian pakan, frekuensi pemerahan, metode pemerahan,
perubahan musim dan periode laktasi (Lingathurai, et al., 2009). Kontaminasi bakteri
15
dimulai setelah susu keluar dari ambing (Gustiani, 2009) dan jumlah bakteri akan
semakin meningkat pada jalur susu yang lebih panjang (Millogo, et al., 2010).
Talaumbanua (2013) menyatakan kualitas sebagai keseluruhan ciri sifat atau
sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuannya memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen baik yang dinyatakan maupun yang tersirat, dalam hal ini kualitas
sepenuhnya ditentukan oleh konsumen sebagai pengguna produk. Kualitas tidak
memenuhi spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen akan menimbulkan kerugian
bagi perusahaan karena konsumen tidak akan membeli atau memesan produk tersebut.
2.2.4 Fluktuasi Harga
Harga adalah ukuran terhadap besar kecilnya nilai kepuasan seseorang
terhadap produk yang dibelinya.1 Seseorang akan berani membayar suatu produk
dengan harga yang mahal apabila dia menilai kepuasan yang diharapkannya terhadap
produk yang akan dibelinya itu tinggi. Sebaliknya apabila seseorang itu menilai
kepuasannya terhadap suatu produk itu rendah maka dia tidak akan bersedia untuk
membayar atau membeli produk itu dengan harga yang mahal. Nilai ekonomis
diciptakan oleh kegiatan yang terjadi dalam mekanisme pasar antar pembeli dan
penjual (Gitosudarno 2014).
Yohanes (2007) menyatakan fluktuasi harga adalah perubahan naik atau
turunnya suatu variabel yang terjadi sebagai akibat dari mekanisme pasar. Secara
tradisional dapat diartikan sebaigai akibat dari mekanisme pasar. Setiadi (2007)
menyatakan bahwa kenaikan harga susu ini sudah saatnya, setelah selama 12 tahun
16
stagnan. Fluktuasi ekonomi adalah kenaikan dan penurunan aktivitas ekonomi secara
relatif dibandingkan dengan tren pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi. Fluktuasi
ini ataubusiness cycle (siklus bisnis), bervariasi dalam intensitas dan jangka waktunya.
Kenaikan dan penurunan biasanya meliputi Negara dan bahkan duniadan
mempengaruhi seluruh dimensi dari kegiatan ekonomi, tidak hanya tingkat
pengangguran dan produksi. Perkembangan teori tentang fluktuasi ekonomi, dunia
ekonomi dihadapkan pada dua pandangan yang berbeda dalam menjelaskan terjadinya
fluktuasi output dan kesempatan kerja jangka pendek. Teori Real Business Cycle, teori
Business Cycle Keynesian dan teori Business Cycle Moneter.
Teori Real Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi
dengan memberi sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi jangka
pendek dari output dan kesempatan kerja (employment) yang dijelaskan dengan
menggunakan subtitusi tenaga kerja antar waktu, dalam teori inifluktuasi dianggap
sebagai perubahan dalam tingkat output alami atau keseimbngan dengan tetap
mempertahankan model klasik sebagai acuan. Teori ini mengasumsikan bahwa harga
dan upah adalah fleksibalbahkan dalam jangka pendek, dengan asumsi complete
priceflexibility, teori ini menganut classical dichotomy dimana variabel-variabel
nominal seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabel-
variabel di sektor rill seperti output dan pengangguran (Mankiw, 2002).
Teori ini menyatakan bahwa pergerakan di sektor rill disebebkan oleh faktor
alami di sektor ini sendiri, seperti terjadinya technological shock yang membuat
17
produktivitas meningkat yang kemudian berakhir pada perekonomian yang semakin
meningkat. Fluktuasi di sektor riil seperti pertumbhan ekonomi, tingkat
pengangguaran, tingkat konsumsi dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-
individu terhadap perubahan dalam perekonomian.
Selama kemuduran teknologidan output, insentif untuk bekerja menurun karena
teknologi produksi menurun. Asumsi lain yang juga penting dalam teori ini adalah
netralitas uang dalam perekonomian, hal ini berlaku juga untuk jangka pendek, dimana
kebijakan moneter tidak akan mempengaruhi variabel-variabel rill, seperti output dan
kesmpatan kerja.
Teori Business Cycle Keynesian, para pengkritik teori Real Business Cycle
umunnya berasal dari penganut aliran keynesian. Banyak dari mereka percaya bahwa
fluktuasi output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek disebabkan oleh terjadinya
fluktuasi dalam permintaan garegat akibat lambatnya upah dan harga menyusaikan
dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah. Upah dan harga bersifat kaku/sulit
berubahan, sehingga peranan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat
diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. Teori ini dibangun diatas model
permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional, maka dalam yeori ini katakan
bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apaun eksternalitas permintaan agregat.
Teori ini telah memasukkan guncangan terhadap permintaan uang dalam modelnya
(Mankiw,2000).
18
Teori Keynesian menekankan pada pentingnya ketidakstabilan agregat sebagai
penyebab terjadinya fluktuasi makroekonomi. Teori Business Cycle Moneter,
menekankan pada pentingnya guncangan permintaan, khususnya terhadap fluktuasi
ekonomi, tetapi hanya dalam jangka pendek. Business cyclemoneter dan keynesien,
uang mempengaruhi output sedangkan teori real business cycle menyatakan bahwa
output mempengaruhi uang.
Tiga faktor-faktor mengenai fluktuasi ekonomi :
1. Fluktuasi dalam perekonomian sifatnya tidak teratur dan tidak dapat diramalkan.
2. Kebanyakan besaran ekonomi makro berflukturasi bersama-sama.
3. Saat hasil produksi turun, tingkat pengangguran naik.
Kebutuhan terhadap susu yang merupakan produk hasil ternak cenderung
meningkat permintaannya seiring dengan perkembangan ekonomi masyarakat, terlebih
lagi dengan kesadaran akan semboyan “empat sehat lima sempurna”dengan adanya
susu. Padahal sebelumnya konsumsi susu Indonesia juga sangat rendah, hanya11,4
kg/susu/kapita/tahun. Lebih rendah dari rata-rata negara berkembang sebesar 70
kg/kapita/tahun dan Skandinavia yang di atas >240 kg/kapita/tahun hal ini dikarenakan
budaya minum susu belum berkembang di Indonesia dan harga susu di Indonesia relatif
mahal jika dilihat berdasarkan pendapatan perkapita penduduk (Trijoko, 2003).
19
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan alur pikir penulis yang dijadikan sebagai
skema pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini, dalam kerangka pemikiran ini
peneliti akan coba menjelaskan masalah pokok penelitian, penjelasan yang disusun
akan menggabungkan antara teori dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Fluktuasi Harga Susu Segar Antar Tingkat Peternak
Hasil produksi susu sapi segar
setiap produksi dan kualitas susu
segar.
Fluktuasi harga susu sapi
segar
Pendapatan peternak sapi
perah
Proses Produksi
Pengalaman kerja peternak
Perawatan sapi dan kandang
Penambahan bahan konsentrat
pada pakan
20
1. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atau kesimpulan sementara yang masih
membutuhkan pembuktian akan kebenarannya. Istilah hipotesis telah banyak
dididefinisikan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Jhon W. Best dalam
Martono ( 2010), hipotesis adalah prediksi yang baik atau kesimpulan yang dirumuskan
dan bersifat sementara. Hipotesis diadopsi untuk menjelaskan fakta-fakta atau kondisi
yang diamati untuk membimbing dalam penyeledikan lebih lanjut.Berikut adalah
perumusan hipotesis pada penelitian ini : diduga ada pengaruh pengalaman kerja,
perawatan sapi, kandang sapi perah, penambahan bahan konsentrat pada pakan
terhadap fluktuasi harga susu sapi segar.
top related