bab ii tinjauan pustaka a. gigi tiruan sebagian …repository.poltekkes-tjk.ac.id/147/3/6. bab ii...
Post on 31-Mar-2020
34 Views
Preview:
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
1. Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan
satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan struktur
pendukungnya, didukung oleh gigi serta mukosa, yang dapat dilepas
dari mulut dan dipasangkan kembali oleh pasien sendiri. (The Glossary
of prosthodontic, 1999).
Gigi tiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada,
sehingga tidak terlihat perubahan yang nyata pada penampilan wajah
dan senyum pasien. Gigi tiruan juga dapat membuat seseorang merasa
nyaman pada saat memakan-makanan tertentu dan dapat mengurangi
rasa malu akibat kehilangan gigi (Wurangian, 2010).
2. Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Agar menghindari dampak yang tidak diinginkan akibat hilangnya gigi
tanpa ada pengganti maka dibuat suatu alat tiruan sebagai pengganti
gigi yang sudah hilang (Phoenix; dkk: 2003).
fungsi gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai berikut :
a. Pemulihan fungsi estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan
prostodontik biasanya karena masalah estetik, baik yang
disebabkan hilangnya gigi geligi, berubah bentuk, susunan, warna
maupun berjejalnya gigi-geligi. Hilangnya gigi dapat disebabkan
karena karies, penyakit periodontal, trauma atau gigi yang
mengalami malposisi dan karena pencabutan.
b. Peningkatan fungsi bicara
Alat bicara yang tidak lengkap yang kurang sempurna dapat
mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang
kehilangan gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat
5
timbul meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini gigi
geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan
bicara, artinya ia mampu kembali mengucapkan kata-kata dan
berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan bicaranya.
c. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan
Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi
biasanya mengalami perubahan. Kehilangan beberapa gigi
terjadi pada kedua rahang, tetapi pada sisi sama, maka
pengunyahan akan dilakukan semaksimal mungkin oleh geligi
asli pada sisi lainnya. Dalam hal seperti ini, tekanan kunyah
akan dipikul satu sisi atau sebagian saja. Setelah pasien
memakai protesa, ternyata ia merasa perbaikan. Perbaikan ini
terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan secara
lebih merata keseluruh bagian jaringan pendukung.
d. Mempertahankan jaringan mulut
Pasien yang menggunakan gigi tiruan dapat terbantu
mencerna makanan dengan baik, menjaga geligi yang masih
ada agar tidak hilang, dan mencegah resorpsi tulang alveolar.
e. Pencegahan migrasi gigi
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat
bergerak memasuki ruang kosong tadi. Dengan demikian
terbukalah kesempatan masuknya makanan pada celah itu, hal
ini menjurus pada peradangan periodontal. Bila pasien
menggunakan gigi tiruan, hal-hal seperti migrasi dan erupsi
gigi antagonis akan dapat diatasi dan tidak terjadi kesulitan.
f. Peningkatan distribusi beban kunyah
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan
bertambahnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal.
Keadaan ini akan memperburuk kondisi periodontalnya.
Akhirnya gigi ini akan menjadi goyang dan miring terutama
kearah labial untuk gigi depan atas. Pola kunyah jadi berubah,
karena pasien berusaha menghindari prematur lain. Beban
6
oklusal berkurang, pengubahan pola ini bisa saja menyebabkan
difungsi oto-otot kunyah.
B. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
1. Cengkeram
Cengkeram kawat merupakan jenis cengkeram yang lengannya
terbuat dari kawat jadi (wrought wire). Ukuran yang sering dipakai
untuk keperluan pembuatan gigi tiruan sebagian adalah yang bulat
dengan 0,7 mm untuk gigi anterior dan 0,8 untuk gigi posterior.
Syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan cengkeram yaitu
antara lain (Gunadi, 1991: 161).
a. Sandaran dan badan tidak boleh mengganggu oklusi maupun
artikulasi
b. Lengan cengkeram melewati garis survei
c. Ujug lengan cengkeram harus bulat
d. Tidak ada bekas tang dan lekukan yang rusak
Cengkeram kawat oklusal yang masing-masing dibagi menjadi beberapa
bentuk, yaitu:
1) Cengkeram tiga jari
Cengkeram ini dibentuk dengan menyoldir lengan-lengan
kawat pada sandaran atau menanamnya ke dalam basis.
Gambar 2.1 Cengkram tiga jari
( Gunadi,1991)
2) Cengkeram dua jari
Berbentuk sama seperti akers clasp tetapi tanpa sandaran,
yang bila perlu dapat ditambahkan berupa sandaran cor. Tanpa
7
sandaran, cengkeram ini dengan sendirinya berfungsi retentif
saja pada protesa dukungan jaringan.
Gambar 2.2 Cengkram dua jari
(Gunadi,1991)
3) Cengkeram jackson
Indikasi pemakaian cengkeram ini sama seperti cengkeram
dua jari.
Gambar 2.3 Cengkeram jackson
(Gunadi, 1991)
4) Cengkeram setengah jackson
Cengkeram ini disebut juga cengkeram satu jari atau
cengkeram C.
Gambar 2.4 Cengkeram Setengah Jackson
(Gunadi, 1991)
8
5) Cengkeram S
Berbentuk seperti huruf S, cengkeram ini bersandaran pada
singulum gigi kaninus Biasa dipakai untuk kaninus bawah,
dapat pula digunakan untuk kaninus atas.
Gambar 2.5 Cengkeram S
(Gunadi,1991)
2. Elemen Gigi
Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian
lepasan yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi
gigi tiruan merupakan tahap yang cukup sulit dalam proses pembuatan
protesa, kecuali pada kasus dimana masih ada gigi asli yang bisa
dijadikan panduan atau mungkin sudah dilakukan rekaman pra ekstrasi
gigi.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan gigi antara
lain (Gunadi, 1991: 206):
a. Ukuran gigi
Ukuran elemen gigi harus sesuai dengan gigi sejenis pada sisi
sebelahnya. Bila ruang yang ditinggalkan gigi asli sudah tidak
sesuai lagi, biasnya penyusunan dibuat diastem atau berjejal.
1) Gigi anterior
Garis senyum-garis orientasi incisal untuk panjang gigi yaitu
2/3 panjang gigi insisivus sentral atas, jarak distal kaninus
kiri kanan=jumlah lebar ke 6 gigi anterior atas, garis tepi
hidung yang berhimpit dengan poros gigi kaninus atas, lebar
gigi I-1 atas=1/3 wajah.
9
2) Gigi posterior
Memilih gigi posterior dengan fungsinya perlu diperhatikan:
Panjang gigi disesuaikan dengan jarak antara linggir rahang,
gigi yang diganti maksimal sampai molar ke-2 diukur dari
distal kaninus sampai batas lereng linggir di posterior, lebar
buko lingual atau patal yang telah disesuaikan dengan lebar
mesio distal nya.
b. Bentuk gigi
bentuk wajah ada hubungannya dengan bentuk gigi insisivus
sentral atas, Bentuk insisivus sentral atas sesuai dengan bentuk
garis luar wajah tetapi dalam arah terbalik.
c. Jenis kelamin
garis luar insisivus atas pada pria bersudut lebih tajam (giginya
berbentuk kuboidal), sedangkan pada wanita lebih tumpul
(giginya berbentuk spheroidal).
d. Umur
Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia.
Bentuk tepi incisal pada usia tua telah mengalami keausan
karena pemakaian.
e. Warna gigi
Pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, untuk menentukan
warna gigi yang akan diganti dapat disesuaikan warna gigi yang
ada. Sinar yang paling baik berasal dari matahari, karena inilah
sinar alamiah dan praktis tidak memberi efek pada pemilihan
warna.
f. Kondisi penderita
Faktor yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah faktor usia
dan ras yang biasanya menjadi patokan dasar dalam pemilihan
gigi.
3. Basis Gigi Tiruan
a. Pengertian
10
Basis gigi tiruan merupakan salah satu komponen dari gigi tiruan
yang digunakan sebagai tempat anasir gigi tiruan dan bagian yang
bersandar di atas tulang yang tertutup oleh jaringan lunak (Carr
AB. dkk, 2011: 103).
b. Fungsi basis gigi tiruan
Basis gigi tiruan berfungsi untuk menggantikan tulang alveolar
yang telah hilang, mengembalikan estetik wajah, mendukung
elemen gigi tiruan dan menyalurkan gaya oklusal ke struktur
pendukung rongga mulut (Carr AB. dkk, 2011: 103).
c. Syarat-syarat basis gigi tiruan sebagai berikut (Manappallil JJ.
Basic dental material; dkk, 2003: 99).
Syarat bahan basis gigi tiruan adalah sebagai berikut: tidak
menyebabkan iritasi, memiliki penampilan yang mirip dengan
jaringan sekitarnya, memiliki stabilitas yang baik, merupakan
pengantar termal yang baik, memiliki permukaan yang keras
sehingga tidak mudah tergores atau aus serta halus dan mengkilat,
memiliki stabilitas warna yang baik, mudah dimanipulasi, mudah
diperbaiki apaila terjadi fraktur, mudah dibersihkan, memiliki
harga yang ekonomis.
d. Macam-macam bahan basis gigi tiruan
Menurut Carr, AB(2011) macam-macam bahan basis terdiri dari:
1) Basis metal atau kerangka logam
Bahan basis gigi tiruan logam memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh bahan basis
gigi tiruan logam adalah basis gigi tiruan logam dapat
memberikan stimulasi ke jaringan yang dibawahnya dan
mencegah terjadinya atropi pada tulang alveolar yang mungkin
terjadi pada basis berbahan resin, sehingga basis gigi tiruan
logam dapat mempertahankan kesehatan jaringan yang
berkontak dengan jaringan basis gigi tiruan. Namun bahan
basis gigi tiruan ini memiliki kekurangan seperti mudah
mengalami korosi, relatif lebih mahal, pembuatan dan relining
11
yang lebih sulit serta kurang estetik karena warna basis yang
tidak sewarna dengan jaringan sekitarnya (Carr AB. dkk, 2011:
103)
2) Basis resin akrilik
Basis resin akrilik adalah suatu polimer sintesis yang terbuat
dari resin dan merupakan rangkaian panjang dari monomer-
monomer methyl metacrylate yang berulang. Bahan dasar gigi
tiruan akrilik yang biasa digunakan adalah (methyl metacrylate)
yang biasa disingkat dengan PMMA. Bahan dasar gigi tiruan
umumnya dipakai adalah resin akrilik methyl metacrylate
(Nallaswamy. dkk, 2003: 5-6)
a. Menurut Combe sifat-sifat resin akrilik sebagai berikut:
1. Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak
menguntungkan pada kekuatan dan sifat-sifat resin
akrilik.
2. Retak disebabkan adanya tensile stress yang
menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer.
3. Kestabilan dimensional, berhubungan dengan absorbsi air
dan hilangnya internal stress selama pemakaian gigi
tiruan.
4. Fraktur terjadi karena adanya impact dan fatigue.
b. Keuntungan
1. akrilik memilik warna transparan merah muda, yang
dekat dengan warna gingiva, memberi estetik yang bagus.
2. Gigi tiruan dengan bahan ini mudah dilakukan
rebasing/relining.
3. Tersedia dalam berbagai pigmen warna yang dapat
digunakan untuk karakteristik tertentu.
4. Bahan ini cukup kuat dan dapat menahan tekanan oklusi
normal.
12
c. Kerugian
1. Tidak dapat digunakan pada bagian tipis seperti basis
logam. Oleh karena itu berpengaruh pada cara bicara
pasien
2. Tidak menghantarkan panas apapun, sehingga presepsi
pasien terhadap suhu makanan berkurang.
3. Sulit untuk dipertahankan.
4. Kekurangan dari resin akrilik juga yaitu mudah menyerap
cairan yang masuk dalam rongga mulut sehingga
menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna pada
resin akrilik dapat terjadi karena kebiasaan
mengkonsumsi minuman yang mengandung zat warna.
3) Basis nilon termoplastis
Bahan daar dari nilon termoplastis adalah poliamida, yang
berasal dari monomer diamine dan basic acid.. Bahan ini
umumnya digunakan untuk menggantikan bahan basis gigi
tiruan logam dan akrilik, yang digunakan untuk menjadi
kerangka dalam gigi tiruan sebagian lepasan sederhana. Nilon
termoplastis ini memiliki kekuatan fisik yang tinggi, tahan
panas dan tahan kimia. Selain itu, dapat dimanipulasi dengan
mudah untuk meningkatkan kekuatan terhadap aus karena
kekuatan, elastisitas, dan ketahanan panas yang luar biasa,
nilon menjadi kandidat utama untuk menggantikan penggunaan
bahan logam (Negrutiu M. dkk, 2005: 295).
Pasien yang tidak kooperatif serta memiliki oral hygiene (OH)
yang jelek tidak diindikasikan untuk protesa fleksibel. Selain
itu pada kasus-kasus dimana gigi-gigi asli yang tersisa
memiliki mahkota klinis; deep bite (> 4 mm); serta kasus
berujung bebas Kennedy Kelas I dan II dengan ekstensi basis
ke arah distal disertai atrofi ridge dan bentuk ridge yang tajam
juga merupakan kontra indikasi (DiTolla M. dkk, 2004).
13
Pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, tahap pertama
yang dilakukan adalah menetukan kelas dari masin-masing
daerah tak bergigi, pembuatan desain. Ada beberapa metode
dari klasifikasi, klasifikasi Kennedy membagi semua keadaan
daerah tak bergigi menjadi empat macam keadaan, yaitu kelas
I, kelas II, kelas III, kelas IV.
C. Klasifikasi Kennedy
Metode klasifikasi Kennedy pertama kali dikenal oleh Dr.Edward
Kennedy pada tahun 1992. Kehilangan gigi dalam lengkung rahang dalam
menegakkan desain dapat ditentukan dari klasifikasi Kennedy
(McCracken’s, 2002: 20). Klasifikasi Kennedy membagi sebagian
lengkung rahang dalam 4 kelas yaitu:
a. Kelas I
Daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).
Gambar 2.6 Klasifikasi Kennedy Kelas I
(McCracken’s, 2002)
b. Kelas II
Daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja
(unilateral).
14
Gambar 2.7 Kasifikasi Kennedy Kelas II
(McCracken’s, 2002)
c. Kelas III
Daerah tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih
ada dibagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
Gambar 2.8 Kasifikasi Kennedy Kelas III
(McCracken’s, 2002)
d. Kelas IV
Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior posterior
dari gigi masih ada dan melewati garis tengah rahang.
Gambar 2.9 Kasifikasi Kennedy Kelas IV
(McCracken’s, 2002)
D. Pembuatan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Tahap-tahap pembuatan desain yaitu:
1. Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
15
Daerah tak bergigi pada suatu lengkung gigi dapat bervariasi, dalam
hal panjang, macam, jumlah dan letaknya. Semua ini akan
mempengaruhi rencana pembuatan desain gigi tiruan, baik dalam
bentuk sadel, konektor, maupun dukungannya.
2. Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam yaitu dilihat dari letaknya
,sebuah sadel bisa berujung tertutup (paradental) bila kedua ujung
atau sisinya dibatasi gigi asli dan dikatakan sadel berujung bebas (free
end) bila gigi asli hanya menjadi batas pada salah satu sisinya saja,
biasanya dibagian posterior. Ada tiga pilihan untuk dukungan sadel
paradental, yaitu dukungan dari gigi, mukosa, atau dari gigi mukosa
(kombinasi). Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan dapat
diperoleh dari beberapa faktor yaitu keadaan jaringan pendukung,
panjang sadel, dan keadaan rahang yang akan dipasang gigi tiruan.
3. Menentukan jenis penahan
a). Dukungan dari sadel
Hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam cengkeram yang akan
dipakai dari gigi penyangga yang ada atau diperlukan.
b). Stabilisasi dari geligi tiruan
Hal ini berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung
yang ada dan yang akan dipakai.
c). Estetika
Ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta lokasi
gigi penyangga.
4. Menentukan jenis konektor
Untuk protesa resin, konektor yang akan dipakai biasanya berbentuk
plat. Pada gigi tiruan kerangka logam, bentuk konektor bervariasi dan
dipilih sesuai indikasinya.
16
E. Retensi dan Stabilisasi
1. Pengertian Retensi
Retensi dapat didefinisikan sebagai ketahanan gigi tiruan terhadap
pengangkatannya dari mulut. Retensi adalah kualitas yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu gigi tiruan untuk untuk melawan gaya gravitasi,
daya lekat makanan, serta gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak
rahang. Retensi adalah cara memegang gigi tiruan pada posisinya di
dalam mulut (Watt, D.M, 1992: 54).
Faktor-faktor Retensi Gigi Tiruan
1) Cengkeram
Retainer dapat dibagi menjadi 2 kelompok. Pertama
retainer langsung (direct retainer) yang berkontak langsung
dengan permukaan gigi penyangga dan dapat berupa
cengkeram. Selanjutnya, retainer tak langsung (indirect
retainer) yang memberikan retensi untuk melawan gaya yang
cenderung melepas protesa kearah oklusal dan bekerja pada
basis.
2) Perluasan basis geligi tiruan
Desain basis gigi tiruan dibuat cenderung menutupi seluas
mungkin permukaan jaringan lunak, sampai batas toleransi
pasien. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar biomekanik,
yaitu gaya oklusal harus disalurkan ke permukaan seluas
mungkin, sehingga tekanan persatuan luas menjadi kecil dan
sehingga dapat meningkatkan faktor retensi dan stabilisasi
(Watt, D.M, 1992: 90).
3) Pengap periferi (Peripheral seal)
Jelas sekali bahwa faktor penting yang mempengaruhi
retensi suatu gigi tiruan adalah pengap periferi. Efektivitas
pengap periferi sangat mempengaruhi efek retentif dari
tekanan atmosfer. Tampaknya tekanan fisik ini terutama
bertanggung jawab terhadap tekanan-tekanan yang dapat
melepaskan suatu gigi tiruan. Pentingnya penutupan tepi
17
yang kedap udara disekeliling tepi gigi tiruan tidak dapat
diabaikan (Watt, D.M 1992: 59).
2. Pengertian Stabilisasi
Menurut Gunadi (1991), stabilisasi merupakan gaya melawan
pergerakan geligi tiruan dalam arah horizontal. Dalam hal ini semua
bagian cengkeram berperan, kecuali bagian terminal (ujung) lengan
retentif. Kekuatan retentif memberikan ketahanan terhadap gigi tiruan
dari mukosa pendukung dan bekerja melalui permukaan gigi tiruan:
a. Permukaan oklusal adalah bagian permukaan gigi tiruan
yang berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan
yang sesuai dari gigi tiruan lawan atau gigi asli.
b. Permukaan poles adalah bagian permukaan gigi tiruan yang
terbentang dari permukaan oklusal termasuk permukaan
palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya
dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi,
permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi dan lidah.
c. Permukaan cetakan adalah bagian dari permukaan gigi tiruan
yang konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini
mencakup tepi gigi tiruan yang terbentang ke permukaan
mukosa.
F. Macam-macam Relasi Rahang
Menurut Edward Angle (1899) relasi rahang dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Relasi Rahang Kelas I
Lengkung rahang atas dan rahang bawah mempunyai hubungan
normal dimana alveolar ridge rahang atas sejajar dengan alveolar ridge
rahang bawah.
Gambar 2.10 Relasi Rahang Kelas I
Edward Angle (1899)
18
2. Relasi Rahang Kelas II
Pada hubungan kelas II, lengkung rahang bawah lebih ke posterior dari
lengkung rahang atas. Hal ini disebabkan karena alveolar ridge rahang
bawah lebih pendek dan sempit dibandingkan alveolar ridge rahang atas.
Pada relasi rahang kelas II terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Relasi rahang kelas II devisi I
Lengkung gigi mempunyai hubungan kelas II, dengan gigi
insisivus sentral atas proklinasi, dan overjet incisal lebih besar.
Gambar 2.11 Relasi Rahang Kelas II Devisi I
Edward Angle (1899)
b. Relasi rahang kelas II devisi II
Lengkung gigi mempunyai hubungan kelas II, dengan gigi-gigi
insisivus sentral atas yang proklinasi dan overbite incisal yang
besar.
Gambar 2.12 Relasi Rahang Kelas II Devisi I
Edward Angle (1899)
3. Relasi Rahang Kelas III
Pada hubungan kelas 3, lengkung rahang bawah lebih kedepan dari
lengkung rahang atas. Hal ini disebabkan biasanya rahang bawah lebih
lebar dari rahang atas.
19
Gambar 2.13 Relasi Rahang Kelas III
Edward Angle (1899)
G. Kelainan Malposisi
1. Crossbite
Crossbite adalah salah satu kondisi dimana satu atau beberapa gigi
mengalami malposisi kearah bukal, lingual atau labial terhadap gigi
antagonisnya. Berdasarkan lokasinya crossbite dibedakan menjadi
crossbite anterior dan crossbite posterior (Gungga dkk, 2015:122-123).
2. Deep Bite
Malrelasi deep bite merupakan suatu kondisi tertutupnya gigi
anterior mandibula oleh gigi anterior maksila pada bidang vertikal
secara secara berlebihan, melebihi jarak gigit normal maupun melewati
sepertiga incisal gigi incisisivus mandibula. Deep bite merupakan
bentuk penyimpangan hubungan vertikal yang paling banyak terjadi
(Bhalaji, S.I, 2004).
Deep bite disebabkan oleh faktor gigi dapat terjadi karena erupsi
gigi anterior yang berlebihan maupun karena infraklusi gigi posterior.
Erupsi gigi anterior yang berlebihan biasanya terjadi karena adanya
jarak gigit yang besar sehingga gigi anterior mandibula gagal untuk
mencapai kontak dengan permukaan palatal gigi anterior maksila dan
dapat bererupsi bebas sehingga menimbulkan overbite yang besar.
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian
incisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada
kasus deep bite, gigi posterior sering berjejal, ,dan supra oklusi
(Bhalaji, S.I, 2004).
20
3. Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan
pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi tidak menempati
posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat
pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur
periodontal (Gunadi;dkk, 1991: 31).
4. Ekstrusi
Ekstrusi adalah pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar
mengikuti mahkota. Ekstrusi gigi dari soketnya dapat terjadi tanpa
resopsi dan deposisi tulang yang dibutuhkan untuk pembentukan
kembali dari mekanisme pendukung gigi. Pada umunya pergerakan
ekstrusi mengakibatkan tarikan pada seluruh struktur pendukung
(William J. K, 2000: 1-8).
H. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
Dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, teknisi laboratorium
Teknik Gigi harus mengetahui tahap-tahap yang harus dikerjakan dari
awal sampai akhir agar mendapatkan hasil akhir protesa gigi tiruan yang
baik sesuai dengan yang diharapkan. Adapun tahap-tahap yang harus
dikerjakan, (Itjiningsih, 1991: 133) yaitu:
1. Model Kerja
Menurut Itjiningsih, syarat model kerja yang baik ialah bersih dari
nodul dan batas anatomi terbentuk jelas untuk mempermudah saat
pembuatan protesa (Pratiwi, Amelia, 2016: 14).
2. Survey dan Block Out
Survey yaitu prosedur penentuan lokasi, garis diluar kontur, posisi
gigi, dan jaringan sekitarnya pada model rahang, sebelum membuat
gigi tiruan. Block out yaitu cara menutup area undercut pada gigi
maupun jaringan lunak yang menghalangi pemasangan dan pelepasan
gigi tiruan.
21
3. Pembuatan Bite Rim
Bite rim atau galangan gigit digunakan untuk menentukan tinggi
bidang oklusal. Pembuatan bite rim ini dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan menggunakan wax rim former atau dengan lembaran
malam yang digulung.pembuatan bite rim untuk rahang atas anterior
dapat dibuat sejajar dengan tinggi gigi sebelahnya yang masih ada,
lebarnya 4 mm dan posterior dengan ukuran: tinggi 10-12 mm, lebar 4
mm dan posterior dengan ukuran: tinggi 10-12 mm, lebar 5 mm
dengan perbandingan 1:1 (Itjiningsih, 1991:51;57;59).
4. Penanaman Model Kerja pada Okludator
Okludator adalah alat yang digunakan untuk meniru gerakan tinggi
bidang oklusal. Penanaman okludator yang baik ialah sesuai dengan
bentuk oklusi, garis median okludator hrus berhimpitan dengan garis
median pada model, bidang oklusal sejajar dengan bidang datar, serta
gips pada model kerja rapih atau tidak menutupi batas anatomi model
kerja (Pratiwi, Amelia, 2016: 15). Okludator hanya dapat menentukan
oklusi sentrik dan hanya ada gerakan engsel. Tujuan penanaman model
pada okludator ini untuk membantu dalam proses penyusunan elemen
gigi.
5. Pembuatan Cengkeram
Cengkeram mengelilingi gigi serta menyentuh sebagian kontur
terbesar gigi dibuat untuk memberikan retensi, stabilisasi dan support
untuk gigi tiruan sebagian lepasan.
6. Penyusunan Elemen Gigi Tiruan
Penyusunan gigi tiruan merupakan salah satu yang paling penting,
hal ini disebabkan oleh hubungan diantara gigi-gigi tersebut dengan
faktor gigi yang masih ada. Pasien dengan kelas 1 deep bite
kehilangan gigi asli dapat menimbulkan masalah yang berat karena
adanya pertentangan antara kebutuhan estetika dan kebutuhan
fungsional, dikarenakan overjet yang relatif kecil dan overbite yang
dalam pada gigi asli sehingga akan menyebabkan hambatan incisal
yang berat dengan konsekuensi goyangannya gigi tiruan.
22
Untuk menghasilkan penampilan yang terbaik tanpa
menghilangkan ciri-ciri wajah, maka gigi anterior atas dapat disusun
lebih pendek untuk mengurangi overbite. Dengan cara ini overbite
yang dalam dapat dikurangi, dan penampilan pasien jadi lebih baik.
Penempatan gigi-gigi anterior di bawah bibir atas membuatnya kurang
menonjol, tetapi bibir didukung pada posisi yang sama seperti waktu
gigi asli masih ada. Kadang-kadang dianjurkan untuk mengambil
sebagian dari prosesus alveolaris, dan gigi-gigi dipasang sedikit ke
belakang di dalam mulut. Tetapi hal ini hampir selalu menghasilkan
bibir atas yang tampak lebih tipis dan jatuh ke dalam, sehingga pasien
tampak lebih tua. Disamping itu, pengurangan overjet merintangi
gerak meluncur waktu bicara dan gigi tiruan atas mungkin dapat lepas
oleh benturan antara gigi-gigi anterior (Watt, D. M,1992: 143).
7. Wax Countouring
Wax countouring adalah membentuk dasar dari geligi tiruan malam
sedemikian rupa sehinga harmonis dengan otot-otot penderita dan
semirip mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak dalam
mulut akan menghasilkan geligi tiruan yang stabil, menjaga denture
pada tempatnya secara tetap dan selaras. Kontur yang dibentuk dalam
pembuatan wax contouring yaitu: tonjolan akar berbentuk huruf V,
daerah interproksimal harus sedikit cembung, meniru daerah-daerah
interdental papila, daerah bukal posterior atas menutupi tuberositas
(sedikit cembung) dan daerah palatal sampai garis “A-H line”, daerah
bukal posterior bawah biasanya di daerah molar dibuat cekung, daerah
lingual, bentuk rugae pada langit-langit, dan haluskan semua
permukaan luar geligi tiruan malam dengan melewatkan di api dengan
kain satin sutra sampai mengkilat.
8. Flasking
Flasking adalah suatu proses penanaman model malam kedalam
flask untuk mendapat suatu mould space.
23
a. Holding the casting
Model gigi tiruan berada di kuvet bawah dan elemen gigi tiruan
ditutup dengan gips sehingga setelah boiling out akan terlihat ruang
sempit.
b. Pulling the casting
Model gigi tiruan berada di kuvet bawah dan seluruh
elemen gigi tiruan dibiarkan terbuka sehingga setelah boiling
out elemen gigi tiruan akan ikut ke kuvet atas.
9. Boiling Out
Boiling out adalah pembuangan pola malam dengan cara direbus
selama 15 menit setelah itu disiram, Tujuannya untuk menghilangkan
wax dari model yang telah ditanam kedalam kuvet untuk mendapatkan
mould space.
10. Packing
Packing ialah proses pencampuran antara monomer dan polimer
resin akrilik, kemudian dimasukkan kedalam ruangan yang terdapat
pada kuvet. Ada dua metode packing, yaitu dry method dan Wet
method. Dimana pada kasus GTSL biasa digunakan teknik wet
method. Wet method ialah mencampurkan monomer dan polimer di
mixing jar dan bila sudah dough stage baru dimasukkan kedalam
mould space (Itjiningsih, 1991: 155).
11. Curing
Curing adalah proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi
dengan polimer bila dipanaskan atau ditambah suatu zat kimia lain.
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan biasanya sering menggunakan
pemanasan heat curing yang di masukan kedalam air yang belum
mendidih dan ditunggu selama 60 menit (1 jam).
12. Deflasking
Bila curing telah selesai, maka kuvet dibiarkan mendingin sendiri
sampai suhu kamar, baru kuvet boleh dibuka. Apabila kuvet pada
waktu masih panas sudah dibuka maka akan terjadi perubahan bentuk
24
dan sebaliknya bila sangat dingin resin akrilik akan menjadi rapuh.
Deflasking ialah melepaskan geligi tiruan resin akrilik dari kuvet dan
bahan tanamnya dan model dikeluarkan secara utuh (Itjiningsih, 1991).
13. Finishing
Finishing adalah proses membersihkan sisa-sisa bahan tanam dan
merapihkan sisa-sisa akrilik dengan menggunakan bur fissure bur dan
dirapihkan dengan bur fraser lalu dihaluskan dengan amplas.
14. Polishing
proses pemolesan protesa gigi tiruan sebagian lepasan dengan
menggunakan feltcone dengan pumice/abu gosok untuk
menghilangkan guratan setelah halus dan bersih untuk
mengkilapkannya digunakan sikat putih blue angel. Proses ini
merupakan proses akhir dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
(Itjiningsih, 1991).
top related