bab iii deskripsi wilayah a. gambaran umum kota malang 1 ...eprints.umm.ac.id/45766/4/bab...
Post on 27-Oct-2019
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
70 | P a g e
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
A. Gambaran Umum Kota Malang
1. Kondisi Geografis Kota Malang
Kota Malang terletak di Provinsi Jawa Timur, Kota ini terletak 90 km
sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten
Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur. Kekayaan etnis dan
budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisonal
yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng
Malang), namun kini semakin terkikis oleh kesenian modern.Gaya kesenian ini
adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan Tengger).43
Berdasarkan Data tentang kondisi geografis Kota Malang yang diperoleh
dari website resmi Pemerintahan Kota Malang tentang sekilas Malang
menjelaskan bahwa Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara 440 – 667
meter diatas permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa
Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada
ditengah-tengah wilayah Kabupaten Malang secara astronomis terletak 112,06° –
112,07° Bujur Timur dan 7,06° – 8,02° Lintang Selatan.
43 www.malangkota.go.id (diakses 2 agustus 2018, pukul 09.00)
71 | P a g e
PETA POLA RUANG KOTA MALANG
Gambar 3.1 Pola Peta Ruang Kota Malang
Sumber : http://si-petarung.malangkota.go.id/rtrw
72 | P a g e
Batas wilayah yang menjelaskan seperti pada gambar 3.1 sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Kec. Karangploso Kabupaten Malang
2. Sebelah Timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang
4. Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang
Serta dikelilingi gunung-gunung :
1. Gunung Arjuno di sebelah Utara
2. Gunung Semeru di sebelah Timur
3. Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat
4. Gunung Kelud di sebelah Selatan
2. Perda Rencana Tata Ruang Kota Malang No. 4 Tahun 2011
Dalam Perda Kota Malang NO. 4 Tahun 2011 tentang rencana Tata Ruang
Kota Malang Pasal 43 ayat 1 menyebutkan bahwa Kawasan rawan bencana di
Kota Malang yaitu kawasan yang memiliki kecenderungan terjadi bencana banjir
dan tanah longsor. Bencana longsor di Kota Malang umumnya terjadi di tebing
sungai, sedangkan dalam Perda Paragraf 1 Pasal 42 disebutkan sebagai berikut :
1) Kawasan Lindung Setempat meliputi daerah sekitar sungai atau sempadan
sungai dan sempadan irigasi.
2) Pengamanan dan perlindungan sekitar sungai atau sempadan sungai baik
sungai-sungai besar maupun kecil dilarang untuk alih fungsi lindung yang
menyebabkan atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai
serta alirannya.
73 | P a g e
3) Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai atau bangunan di
sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian
atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan.
4) Mencegah dan menangkal pembangunan di sepanjang sempadan sungai
untuk kebutuhan sosial, ekonomi dan pembangunan fisik lainnya, kecuali
pembangunan yang digunakan untuk maksud dan tujuan perlindungan dan
pengelolaan sungai ...
Kemudian pada pasal 48 Perda Tata Ruang Kota Malang menjelaskan
tentang Penataan pemukiman lingkungan di daerah badan air Sungai Brantas,
Sungai Metro, Sungai Amprong, melalui :
a. secara bertahap memindahkan bangunan pada wilayah sempadan sungai
yang dinyatakan sebagai daerah yang rawan bencana, ke sub wilayah
Malang Timur dan Tenggara;
b. mengadakan penataan lingkungan permukiman atau peremajaan
lingkungan permukiman dengan pola membangun tanpa menggusur
terhadap kawasan permukiman yang tidak dinyatakan sebagai kawasan
rawan bencana;
c. meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dengan pola penghijauan
kota terhadap kawasan permukiman yang berada di wilayah luar dari
sempadan sungai.
Dilihat dari peraturan tata ruang Kota Malang bahwa kawasan sempadan
sungai bukan kawasan yang diperuntukkan untuk pemukiman maka sudah jelas
kejadian longsor yang banyak terjadi di daerah pemukiran pinggir sungai ini
disebabkan oleh penataan ruang yang belum sesuai dengan peraturan yang ada.
74 | P a g e
3. Iklim
Kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2008 tercatat rata-rata suhu
udara berkisar antara 22,7°C – 25,1°C. Sedangkan suhu maksimum mencapai
32,7°C dan suhu minimum 18,4°C . Rata kelembaban udara berkisar 79% – 86%.
Dengan kelembaban maksimum 99% dan minimum mencapai 40%. Seperti
umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2
iklim, musim hujan, dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun
Klimatologi Karangploso Curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan
Pebruari, Nopember, Desember. Sedangkan pada bulan Juni dan September Curah
hujan relatif rendah. Kecepatan angin maksimum terjadi di bulan Mei, September,
dan Juli.
4. Keadaan Geografi
Keadaan tanah di wilayah Kota Malang antara lain :
1. Bagian selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas,cocok untuk industri
2. Bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian
3. Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang kurang subur
4. Bagian barat merupakan dataran tinggi yangf amat luas menjadi daerah
pendidikan
Kemudian juga dijelaskan kondisi tanah yang ada di Kota Malang yang
berdasarkan pada website resmi Kota Malang menyebut 4 jenis tanah. Jenis tanah
di wilayah Kota Malang ada 4 macam, antara lain :
1. Alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6,930,267 Ha.
2. Mediteran coklat dengan luas 1.225.160 Ha.
3. Asosiasi latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha.
75 | P a g e
4. Asosiasi andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765,160 Ha
Struktur tanah pada umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu
mendapatkan perhatian adalah penggunaan jenis tanah andosol yang memiliki
sifat peka erosi. Jenis tanah andosol ini terdapat di Kecamatan lowokwaru dengan
relatif kemiringan sekitar 15 %.
5. Visi Misi Kota Malang
Visi
“MENJADIKAN KOTA MALANG SEBAGAI KOTA BERMARTABAT”
Selain Visi tersebut di atas, hal lain yang tak kalah pentingnya adalah
ditentukannya Peduli Wong Cilik sebagai SEMANGAT dari pembangunan Kota
Malang periode 2013-2018. Sebagai semangat, kepedulian terhadap wong cilik
menjadi jiwa dari pencapaian visi. Hal ini berarti bahwa seluruh aktivitas dan
program pembangunan di Kota Malang harus benar-benar membawa
kemaslahatan bagi wong cilik. Dan seluruh hasil pembangunan di Kota Malang
harus dapat dinikmati oleh wong cilik yang notabene adalah rakyat kecil yang
mayoritas jumlahnya di Kota Malang
Istilah MARTABAT adalah istilah yang menunjuk pada harga diri
kemanusiaan, yang memiliki arti kemuliaan. Sehingga, dengan visi „Menjadikan
Kota Malang sebagai Kota BERMARTABAT‟ diharapkan dapat terwujud suatu
kondisi kemuliaan bagi Kota Malang dan seluruh masyarakatnya. Hal ini adalah
penerjemahan langsung dari konsep Islam mengenai baldatun thoyyibatun wa
robbun ghofur (negeri yang makmur yang diridhoi oleh Allah SWT).
Untuk dapat disebut sebagai Kota BERMARTABAT, maka akan
diwujudkan Kota Malang yang aman, tertib, bersih, dan asri, dimana masyarakat
76 | P a g e
Kota Malang adalah masyarakat yang mandiri, makmur, sejahtera, terdidik dan
berbudaya, serta memiliki nilai religiusitas yang tinggi dilandasi dengan sikap
toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat,
dengan Pemerintah Kota Malang yang bersih dari KKN dan sungguh-sungguh
melayani masyarakat. Sehingga, Kota Malang secara umum akan memiliki
keunggulan-keunggulan dan berdaya saing tinggi untuk dapat menempatkan diri
sebagai kota yang terkemuka dengan berbagai prestasi di berbagai bidang.
Selain itu, visi BERMARTABAT dapat menjadi akronim dari beberapa
prioritas pembangunan yang menunjuk pada kondisi-kondisi yang hendak
diwujudkan sepanjang periode 2013-2018, yakni: BERsih, Makmur, Adil,
Religius-toleran, Terkemuka, Aman, Berbudaya, Asri, dan Terdidik.
Masing-masing akronim dari BERMARTABAT tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:
Bersih, Kota Malang yang bersih adalah harapan seluruh warga Kota
Malang. Lingkungan kota yang bebas dari tumpukan sampah dan limbah adalah
kondisi yang diharapkan dalam pembangunan Kota Malang sepanjang periode
2013-2018. Selain itu, bersih juga harus menjadi ciri dari penyelenggaraan
pemerintahan. Pemerintahan yang bersih (clean governance) harus diciptakan agar
kepentingan masyarakat dapat terlayani dengan sebaik-baiknya.
Makmur, Masyarakat yang makmur adalah cita-cita yang dipercayakan
kepada pemerintah untuk diwujudkan melalui serangkaian kewenangan yang
dipunyai pemerintah. Kondisi makmur di Kota Malang tercapai jika seluruh
masyarakat Malang dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka secara layak sesuai
dengan strata sosial masing-masing. Dalam kaitannya dengan upaya mencapai
77 | P a g e
kemakmuran, kemandirian adalah hal penting. Masyarakat makmur yang
dibangun di atas pondasi kemandirian merupakan kondisi yang hendak
diwujudkan dalam periode pembangunan Kota Malang 2013 – 2018.
Adil, Terciptanya kondisi yang adil di segala bidang kehidupan adalah
harapan seluruh masyarakat Kota Malang. Adil diartikan sebagai diberikannya
hak bagi siapapun yang telah melaksanakan kewajiban mereka. Selain itu, adil
juga berarti kesetaraan posisi semua warga masyarakat dalam hukum dan
penyelenggaraan pemerintahan. Adil juga dimaksudkan sebagai pemerataan
distribusi hasil pembangunan daerah. Untuk mewujudkan keadilan di tengah-
tengah masyarakat, Pemerintah Kota Malang juga akan menjalankan tugas dan
fungsinya dengan mengedepankan prinsip-prinsip keadilan.
Religius-toleran, Terwujudnya masyarakat yang religius dan toleran
adalah kondisi yang harus terwujudkan sepanjang 2013-2018. Dalam masyarakat
yang religius dan toleran, semua warga masyarakat mengamalkan ajaran agama
masing-masing ke dalam bentuk cara berpikir, bersikap, dan berbuat. Apapun
bentuk perbedaan di kalangan masyarakat dihargai dan dijadikan sebagai faktor
pendukung pembangunan daerah. Sehingga, dengan pemahaman religius yang
toleran, tidak akan ada konflik dan pertikaian antar masyarakat yang berlandaskan
perbedaan SARA di Kota Malang.
Terkemuka, Kota Malang yang terkemuka dibandingkan dengan kota-kota
lain di Indonesia merupakan kondisi yang hendak diwujudkan. Terkemuka dalam
hal ini diartikan sebagai pencapaian prestasi yang diperoleh melalui kerja keras
sehingga diakui oleh dunia luas. Kota Malang selama lima tahun ke depan
diharapkan memiliki banyak prestasi, baik di tingkat regional, nasional, maupun
78 | P a g e
internasional. Terkemuka juga dapat juga berarti kepeloporan. Sehingga, seluruh
masyarakat Kota Malang diharapkan tampil menjadi pelopor pembangunan di
lingkup wilayah masing-masing.
Aman, Situasi kota yang aman dan tertib merupakan kondisi yang mutlak
diperlukan oleh masyarakat. Situasi aman berarti bahwa masyarakat Kota Malang
terbebas dari segala gangguan, baik berupa fisik maupun non-fisik, yang
mengancam ketentraman kehidupan dan aktivitas masyarakat. Sehingga situasi
masyarakat akan kondusif untuk turut serta mendukung jalannya pembangunan.
Untuk menjamin situasi aman bagi masyarakat ini, Pemerintah Kota Malang akan
mewujudkan ketertiban masyarakat. Untuk itu, kondisi pemerintahan yang aman
dan stabil juga akan diwujudkan demi suksesnya pembangunan di Kota Malang.
79 | P a g e
Berbudaya, Masyarakat Kota Malang yang berbudaya merupakan kondisi
dimana nilai-nilai adiluhung dipertunjukkan dalam sifat, sikap, tindakan
masyarakat dalam aktivitas sehari-hari di semua tempat. Masyarakat menjunjung
tinggi kesantunan, kesopanan, nilai-nilai sosial, dan adat istiadat dalam kehidupan
sehari-hari. Perilaku berbudaya juga ditunjukkan melalui pelestarian tradisi
kebudayaan warisan masa terdahulu dengan merevitalisasi makna-maknanya
untuk diterapkan di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Asri, Kota Malang yang asri adalah dambaan masyarakat. Keasrian,
keindahan, kesegaran, dan kebersihan lingkungan kota adalah karunia Tuhan bagi
Kota Malang. Namun, keasrian Kota Malang makin lama makin pudar akibat
pembangunan kota yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Maka, Kota
Malang dalam lima tahun ke depan harus kembali asri, bersih, segar, dan indah.
Sehingga, segala pembangunan Kota Malang, baik fisik maupun non-fisik,
diharuskan untuk menjadikan aspek kelestarian lingkungan sebagai pertimbangan
utama. Hal ini harus dapat diwujudkan dengan partisipasi nyata dari seluruh
masyarakat, tanpa kecuali.
Terdidik, Terdidik adalah kondisi dimana semua masyarakat mendapatkan
pendidikan yang layak sesuai dengan peraturan perundangan. Amanat Undang-
Undang nomer 12 tahun 2012 mewajibkan tingkat pendidikan dasar 12 tahun bagi
seluruh warga negara Indonesia. Selain itu, diharapkan masyarakat akan
mendapatkan pendidikan dan ketrampilan yang sesuai dengan pilihan hidup dan
profesi masing-masing. Masyarakat yang terdidik akan senantiasa tergerak untuk
membangun Kota Malang bersama dengan Pemerintah Kota Malang.44
44 RPJMD Kota Malang Tahun 2013-2018
80 | P a g e
Misi
Meningkatkan kualitas, aksesibilitas, dan pemerataan pelayanan pendidikan
dan kesehatan
Tujuan 1: Terwujudnya peningkatan kualitas, aksesibilitas dan pemerataan
pelayanan pendidikan
Tujuan 2: Terwujudnya peningkatan kualitas, aksesibilitas dan pemerataan
pelayanan kesehatan
Meningkatkan produktivitas dan daya saing daerah
Tujuan 1: Terwujudnya peningkatan perekonomian daerah melalui penguatan
sektor koperasi dan usaha kecil menengah, perindustrian dan perdagangan, serta
pariwisata daerah.
Tujuan 2: Terwujudnya perluasan kesempatan kerja
Tujuan 3: Terwujudnya ketersediaan dan akses pangan
Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan terhadap masyarakat
rentan, pengarusutamaan gender, serta kerukunan sosial
Tujuan 1: Terwujudnya peningkatan perlindungan terhadap masyarakat rentan dan
pengentasan kemiskinan
Tujuan 2: Terwujudnya peningkatan kualitas kehidupan dan peran peran
perempuan, serta terjaminnya pengarusutamaan gender
Tujuan 3: Terwujudnya peningkatan kualitas kerukunan sosial masyarakat
Meningkatnya pembangunan infrastruktur dan daya dukung Kota yang
terpadu dan berkelanjutan, tertib penataan ruang serta berwawasan
lingkungan
Tujuan 1: Terwujudnya peningkatan kualitas infrastruktur dan daya dukung kota
81 | P a g e
Tujuan 2: Terwujudnya peningkatan tertib pemanfaatan ruang kota sesuai
peruntukannya
Mewujudkan pelaksanaan reformasi birokrasi dan kualitas pelayanan
publik yang profesional, akuntabel dan berorientasi pada kepuasan
masyarakat
Tujuan 1: Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
Tujuan 2: Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik yang profesional,
akuntabel, dan berorientasi pada kepuasan masyarakat
6. Ancaman Bencana Tanah Longsor Kota Malang
Berdasarkan pengertian dari BNPB, bencana tanah longsor adalah bencana
yang disebabkan oleh salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
pencampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Kawasan rawan bencana longsor
mencakup seluruh wilayah Kota Malang, namun kerawanan bencana longsor di
Kota Malang hanya KRB rendah dan sedang, tidak terdapat KRB tinggi. Sama
seperti peta KRB Gempa, BPBD Kota Malang telah melakukan rekam historical
terkait kejadian tanah longsor di Kota Malang sehingga data frekuensi dan
intensitas kejadiannya dapat djadikan bahan komparasi untuk mempertajam peta
kerawanan.
Berdasarkan hasil analisis, kelurahan bandulan, mulyorejo dan merjosari
merupakan kelurahan yang memiliki tingkat risiko bencana tanah longsor yang
tinggi. Kerugian yang dapat ditimbulkan dengan adanya bencana longsor pada
kelurahan ini diprediksi memiliki jumlah yang besar baik dari aspek sosial,
ekonomi, fisik dan lingkungan. Berikut ini adalah data kejadian bencana longsor
82 | P a g e
yang pernah terjadi di Kota Malang dari tahun 2015 hingga 2016 sebagai
pembanding frekuensi dan intensitas guna meningkatkan akurasi tingkat risiko
bencana tanah longsor.45
Tabel 3.1 Frekuensi dan Intensitas Bencana Longsor Kota Malang
2015-2016
Lokasi
Kejadian
Frekuensi
Kerugian
Tingkat Risiko
Kejadian
Awal
Kel Kedung
Kandang 7 Rendah
Kel Polehan 5 Rendah
Kel Jodipan 3
15
KK
Terdampak Rendah
Kel
BakalanKrajan 3 Rendah
45 Laporan Akhir, Roadmap Malang Kota Berketahanan Bencana dan Perubahan Iklim, 2016
83 | P a g e
Kel Kasin 3 Rendah
Kel
Mulyorejo 2 Tinggi
Kel
Kotalama 2 Rendah
Kel
Tanjungrejo 2 Rendah
Kel
Tulusrejo 1 Rendah
Kel Kauman 1 Rendah
Kel
Bunulrejo 1 Rendah
Kel Samaan 1 Rendah
Kel
Pisangcandi 1 Rendah
84 | P a g e
Kel Buiayu 1
15
KK
Terdampak Rendah
Kel
Mergosono 1 Rendah
Kel
Bunulrejo 1 Rendah
Kel
Tlogomas 1 Rendah
Kel
Pandanwangi 1 Rendah
Kel
Bandungrejo 1 Sedang dan Tinggi
Kel Kidul
Dalam 1 Rendah
Sumber : Laporan Akhir Roadmap Kota Malang Berketahanan Bencana
Kelurahan kedungkandang merupakan kelurahan dengan frekuensi
kejadian longsor yang paling banyak dalam kurun waktu 2015-2016, hal ini
85 | P a g e
bertolak belakang dengan hasil kajian risiko dimana tingkat risiko yang dimiliki
oleh kelurahan kendung kandang pada dasarnya pada kategori rendah. Selain itu
kerugian yang ditimbulkan juga apabila ditelusuri pada data awal, setiap kejadian
berupa kerugian tempat tinggal yang biasanya 1 unit rumah atau bangunan dengan
1 – 2 KK yang harus mengungsi.
Maka berdasarkan hasil analisis tingkat risiko dan komparasi data diatas,
Kelurahan Mulyorejo dan Bandungrejosari adalah kelurahan yang diprioritaskan
untuk program-program mitigasi bencana khususnya bencana tanah longsor.
Sementara Kelurahan merjosari dan bandulan menjadi prioritas selanjutnya
dengan potensi risiko yang tinggi walaupun dalam dua tahun terakhir kejadian
longsor tidak terdapat. Sementara kelurahan Kedungkandang, Polehan, Jodipan,
Tanjungrejo, Kasin, Bakalankrajan, dan kotalama dapat menjadi prioritas ketiga.
87 | P a g e
penyusunan Peraturan Daerah nomor 11 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang diundangkan pada tanggal 17
Oktober 2014. Peraturan Daerah ini kemudian disusul dengan dikeluarkannya
Peraturan Walikota Malang Nomor 44 tahun 2014 Tentang Uraian Tugas Pokok,
Fungsi, dan Tata Kerja Badan Penggulangan Bencana Daerah yang diundangkan
pada tanggal 6 Nopember 2014. Kemudian pengisian personil dalam struktur
BPBD dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015. Sebelum terbentuknya BPBD
untuk urusan penanggulangan bencana di Kota Malang dilaksanakan oleh Bidang
Penanggulangan Bencana yang berada dibawah struktur Badan Keselamatan
Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) dimana operasional penanggulangan bencana
dikendalikan oleh Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana
(Satkorlak PB)
2. Tujuan dan Sasaran BPBD Kota Malang
Tujuan dimaksudkan untuk mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan,
program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Berikut ditetapkan
tujuan dan sasaran dari BPBD Kota Malang untuk rencana penanggulangan
bencana dalam kurun waktu 2015 – 2018 terkait dengan mitigasi bencana :
Misi 1 : Melindungi masyarakat Kota Malang dari risiko bencana melalui
mitigasi bencana
Sasaran : Menurunkan risiko bencana melalui pencegahan dan peningkatan
kesiapsiagaan bencana bagi seluruh pemangku kepentingan di Kota Malang
88 | P a g e
Tujuan : Peningkatan kerjasama lintas sektor dalam pencegahan bencana
dan terwujudnya masyarakat siaga bencana melalui peningkatan kesiapsiagaan
unsur – unsur penanggulangan bencana46
3. Sruktur Organisasi, Tugas Dan Fungsi BPBD
Gambar 3.3 Struktur Organisasi BPBD Kota Malang
Sumber : Sekertariat BPBD Kota Malang
BPBD kota Malang merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang
dipimpin oleh kepala badan yang secara ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. BPBD
Kota Malang mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan
daerah di bidang penanggulangan bencana. Adapun rincian tugas BPBD Kota
Malang adalah sebagai berikut:
46 Dokumen Rencana Strategis BPBD Kota Malanag Tahun 2015-2018
89 | P a g e
a. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana
yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi,
rekonstruksi secara adil dan setara;
b. menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana;
d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
e. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Walikota setiap
bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
f. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
g. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
h. pelaksanaan tugas pemerintahan umum lainnya yang diberikan oleh Walikota
sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam penyelenggaraan tugas tersebut, BPBD Kota Malang mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efesien;
b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh;
c. pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan di bidang
penanggulangan bencana;
d. pelaksanaan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan
bencana;
90 | P a g e
e. pengkajian, komunikasi, konsultasi, pengembangan dan bimbingan dalam upaya
kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana;
f. pelaksanaan pencarian dan penyelamatan korban bencana;
g. pelaksanaan koordinasi dengan perangkat daerah/instansi lain dalam rangka
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana;
h. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen Perubahan
Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
i. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP);
j. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
k. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
l. pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM);
m. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan
n. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugasnya.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 11 tahun 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah, struktur
organisasi BPBD Kota Malang terdiri dari:
1. Kepala BPBD
Kepala BPBD secara ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah Kota
Malang. Kepala BPBD mempunyai tugas menyelenggarakan tugas dan fungsi
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan di atas, mengkoordinasikan dan
melakukan pengendalian internal terhadap unit kerja di bawahnya serta
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan
fungsinya.
91 | P a g e
2. Unsur Pengarah
Unsur Pengarah mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada
Kepala BPBD dalam penanggulangan bencana. Unsur Pengarah terdiri dari
sembilan orang yang berasal dari:
a. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan penanggulangan
bencana, sejumlah 5 (lima) orang;
b. Masyarakat profesional, yaitu pakar, profesional, dan tokoh masyarakat di Kota
Malang, sejumlah 4 (empat) orang.
3. Unsur Pelaksana
Unsur Pelaksana dipimpin oleh Kepala Pelaksana yang membantu Kepala
BPBD dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Unsur Pelaksana sehari-hari.
Susunan organisasi Unsur Pelaksana terdiri dari:
a. Kepala Pelaksana
Kepala Pelaksana mempunyai tugas menyelenggarakan tugas dan fungsi
Unsur Pelaksana BPBD, mengkoordinasikan dan melakukan pengendalian
internal terhadap unit kerja di bawahnya serta melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh Kepala BPBD sesuai tugas dan fungsinya.
b. Sekretariat
Sekretariat membawahi Sub Bagian Penyusunan Program, Sub Bagian
Keuangan, dan Sub Bagian Umum. Sekretariat melaksanakan tugas
pengkoordinasian dan pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan
program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, urusan rumah
tangga, perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan serta kerja sama.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Sekretariat mempunyai fungsi:
92 | P a g e
a. pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi program perencanaan, dan
perumusan kebijakan di lingkungan BPBD;
b. fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi Unsur Pengarah;
c. pengumpulan data dan informasi kebencanaan;
d. pelaksanaan kerja sama;
e. pengkoordinasian dalam penyusunan laporan penanggulangan bencana;
f. penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja);
g. penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA);
h. penyusunan dan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan
Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
i. penyusunan Perjanjian Kinerja (PK);
j. pelaksanaan dan pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan;
k. pengelolaan urusan kehumasan, keprotokolan dan kepustakaan;
l. pelaksanaan urusan rumah tangga;
m. pelaksanaan administrasi dan pembinaan kepegawaian;
n. pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;
o. pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang digunakan dalam rangka
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;
p. pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;
q. pengelolaan anggaran;
r. pelaksanaan administrasi keuangan dan pembayaran gaji pegawai;
s. pelaksanaan verifikasi Surat Pertanggungjawaban (SPJ) keuangan;
t. pengkoordinasian pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
93 | P a g e
u. pengkoordinasian penyusunan tindak lanjut hasil pemeriksaan;
v. penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional
Prosedur (SOP);
w. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
x. pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) dan/atau pelaksanaan
pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas layanan;
y. penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Perangkat Daerah;
z. pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang penanggulangan bencana;
aa. penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait layanan
publik secara berkala melalui website Pemerintah Daerah;
bb. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan
cc. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai dengan
tugasnya.
c. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan membawahi Seksi Pencegahan
Bencana dan Seksi Kesiapsiagaan Bencana. Bidang Pencegahan dan
Kesiapsiagaan melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan
kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana
serta pemberdayaan masyarakat.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Pencegahan dan
Kesiapsiagaan mempunyai fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada
prabencana serta pemberdayaan masyarakat;
94 | P a g e
b. pengkoordinasiaan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;
c. pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di bidang
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan
masyarakat;
d. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di
bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta
pemberdayaan masyarakat;
e. penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan;
f. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen Perubahan
Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
g. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP);
h. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
i. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
j. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan
k. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai dengan
tugasnya.
d. Bidang Kedaruratan dan Logistik
Bidang Kedaruratan dan Logistik membawahi Seksi Tanggap Darurat
Penanggulangan Bencana dan Seksi Logistik Penanggulangan Bencana. Bidang
Kedaruratan dan Logistik melaksanakan tugas mengkoordinasi dan melaksanakan
kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan dukungan
logistik.
95 | P a g e
Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Kedaruratan dan Logistik
mempunyai fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana
pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
c. komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat;
d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
e. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di
bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan
pengungsi dan dukungan logistik;
f. penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan;
g. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen Perubahan
Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
h. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP);
i. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
j. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
k. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan
l. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai dengan
tugasnya.
e. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi membawahi Seksi Rehabilitasi
Pascabencana dan Seksi Rekonstruksi Pascabencana. Bidang Rehabilitasi dan
96 | P a g e
Rekonstruksi melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan
kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
mempunyai fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana
pada pasca bencana;
c. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada pasca
bencana;
d. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di
bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana;
e. penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan;
f. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen Perubahan
Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
g. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP);
h. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
i. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
j. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan
k. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai dengan
tugasnya.
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah sesuai dengan keahlian. Jenis dan
jumlah jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan.
top related