bab iv a. deskripsi lokasi penelitianeprints.walisongo.ac.id/7515/5/135112002_bab4.pdfsekarang...
Post on 06-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
111
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi data ini memiliki tujuan untuk memaparkan secara sistematis,
faktual dan akurat tentang manajemen kegiatan keagamaan di masjid sebagai
sarana internalisasi nilai-nilai keislaman di SMP N 1 Semarang. Yang menjadi
manajer dalam pengelolaan kegiatan keagamaan di masjid di sini adalah guru PAI.
Guru PAI secara khusus memang tidak mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk mengelola masjid di sekolah. Mengelola masjid adalah tugas takmir masjid,
walaupun demikian, guru PAI merangkap tugas sebagai takmir untuk mengelola
masjid di sekolah. Dari data-data tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang
sesuai dengan tujuan secara rasional, melalui pendekatan empirik rasional. Dari
penelitian ini data yang terkumpul adalah sebagai berikut :
1. Sejarah Berdirinya SMP N 1 Semarang
a. Lokasi
SMP Negeri 1 semula berada di Jl. Pemuda 34 Semarang Kelurahan Sekayu
Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang.
b. Fungsi Gedung
Secara kronologis fungsi gedung dipergunakan untuk pendidikan dan
pengajaran sebagai berikut:
1) Sebelum tahun 1942 : Europe de Lagere School
2) Tahun 1942 s/d 1945 : Dai Ichi Kokumin Gokho
3) Tahun 1945 s/d 1947 : Sekolah Menengah Tinggi Republik
Indonesia
4) Tahun 1947 s/d 1950 : Sekolah Menengah Federal
5) Tahun 1950 s/d 1997 : SMP Negeri 1
6) Tahun 1997 s/d 2002 : SLTP Negeri 1
7) Tahun 2002 s/d Sekarang : SMP Negeri 1 Semarang
112
c. Kondisi Gedung
1) Situasi gedung yang lama di Jl. Pemuda 134 Semarang terdiri dari 6
ruang kelas, ruang guru dan ruang kantor cukup luas, ditambah gedung di
depan 4 ruang dan belakang 4 ruang serta fasilitas lapangan olahraga
yang cukup luas.
Pembagian ruang kelas : 4 ruang kelas I
4 ruang kelas II
4 ruang kelas III
Keberadaan SMP N 1 Semarang berada di tempat yang strategis,
maka SMP Negeri 1 Semarang menjadi dambaan warga kota Semarang
pada waktu itu, sehingga sekolah dapat memilih siswa-siswa yang
prestasinya lebih baik. Siswa yang sudah baik prestasinya didukung kera
keras Bapak/Ibu Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Semarang mampu
mengantarkan menjadi sekolah yang favorit.
2) Situasi gedung SMP Negeri 1 Semarang sejak tahun 1978 secara
berangsur-angsur dipindahkan dari jalan pemuda 134 Semarang ke Jalan
Ronggolawe Kecamatan Semarang Barat.
Kemudian pada tahun pelajaran 1980, SMP N 1 seluruhnya
pindah ke Jalan Ronggolawe, karena SMP N 1 di Jalan Pemuda akan
dibongkar dan dibangun untuk Kantor Wilayah Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Sejak kepindahannya di Jalan
Ronggolawe Semarang kondisi gedungnya terdiri dari 18 ruang kelas,
ditambah ruang guru dan ruang kantor. Kemudian pada tahun 1991/1992
ditambah 3 lokal sehingga menjadi 21 lokal dan secara bertahap ada
beberapa tambahan gedung “Sasana Ulah Krida”, Rehabilitasi Hall,
Perpustakaan, Ruang Guru, Kantor Kecil, pemasangan keramik dan
membangun gedung lantai II untuk kegiatan kesenian.
Pembangunan dan rehabilitasi itu menjadi program utama
sekolah karena sejak awal kepindahannya sangat menyedihkan.
Berhubung halaman gedung sekolah lebih rendah daripada jalan,
akibatnya setiap musim hujan menjadi banjir. Karena banjir, jalan dan
halam sekolah menjadi becek, bahkan ruang kelas, ruang guru
113
kemasukan air kurang lebih 30 cm sampai 50 cm, sehingga terpaksa
murid diliburkan.
Namun atas berkat rahmat Allah SWT dan kerja keras dari
Bapak Kepala Sekolah dan pengurus BP3 serta dukungan dari orang tua
murid maupun Bapak/Ibu Guru serta Karyawan secara berangsur-angsur
SMP N 1 dapat menjadi lebih baik dan mampu meraih prestasi disegala
bidang, baik dibidang intra kurikuler maupun ekstra kurikuler. Hal ini
dibuktikan dengan adanya piagam dan piala yang diraihnya. Juga berkat
dukungan dan kerja keras Bapak/Ibu Guru dan Karyawan, SMP N 1
mampu mengantarkan menjadi sekolah yang favorit. Pada bulan April
1999 diraihlah sebanyak 280 buah piala.
Jumlah siswa SMP Negeri 1 Semarang pada tahun pelajaran
1998/1999 ada 980 siswa yang terdiri dari kelas I, kelas II, kelas III
masing-masing 7 kelas. Sekarang jumlah siswa SMP Negeri 1 Semarang
tahun pelajaran 2014/2015 862 siswa terdiri dari kelas I, kelas II, kelas
III, masing-masing 9 kelas.
d. Kepala-kepala SMP Negeri 1 Semarang
Jabatan kepala sekolah SMP N 1 sejak lahir sampai sekarang adalah:
1) Mansyur Sofyan : 1-3-1948 s/d 1-8-1948
2) Soekarjo Darman Atmojo : 1-8-1948 s/d 29-3-1949
3) S. Soesmana, SH : 29-3-1049 s/d 8-8-1976
4) Drs. J. Ilyas Soeksmantoro : 8-8-1976 s/d 2-1-1984
5) Drs. Kuntari Sri Bagaswara : 2-1-1984 s/d 9-7-1985
6) R. Pins S. Dirdjowinoto : 9-7-1985 s/d 31-10-1992
7) Drs. Basuki : 31-10-1992 s/d 14-7-1999
8) Drs. Mulriadi, M.Si : 14-7-1999 s/d 12-9-2002
9) Drs. Andreas Djumadi, SH, MM : 12-9-2002 s/d 16-11-2005
10) Drs. Subagyo : 16-11-2005 s/d 2009
11) Drs. H. Nusantara, MM : 2009 s/d Sekarang
2. Visi dan Misi SMP N 1 Semarang
a. Visi SMP Negeri 1 Semarang
Luhur, Budi, Cerdas, Berprestasi
114
b. Misi SMP Negeri 1 Semarang
1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budi
pekerti, sehingga siswa mampu menghayati dalam kehidupan sehari-hari.
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengejar yang efektif serta memberikan
bimbingan yang maksimal kepada siswa sehingga siswa mampu
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilki.
3) Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler secara terprogram, terencana,
terpadu sehingga dapat memupuk bakat dan minat yang dimilki.
4) Melaksanakan kegiatan-kegiatan lain yang erat hubungannya dengan
kegiatan sekolah secara transparan, akuntabel dan demokratis.
3. Profil Sekolah SMP Negeri 1 Semarang
a. Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Semarang
b. NPSN : 20328861
c. Alamat : Jalan Ronggolawe, Kecamatan Semarang
Barat
Kota Semarang
d. No. Telp : 024. 7606340
e. Koordinat : 110,388633
f. Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Nusantara, MM.
Nomor Telpon/HP : 081 225 223 255
g. Kategori Sekolah : SSN
h. Tahun beroperasi : 1948
i. Kepemilikan Tanah/Bangunan : Milik Pemerintah
1) Luas tanah/Status : 7502 m2/Hak Pakai
2) Luas Bangunan : 5061 m2
j. No Rekening Rutin Sekolah : 3-034-23483-5 BPD Jateng Cabang
Utama
1) Pemegang Rekening : SMP Negeri 1 Semarang
2) Nama Bank : BPD Jateng
3) Cabang : Utama
115
4. Data siswa dalam 3 (tiga) tahun terakhir:
Tabel 4.1
Data siswa tiga tahun terakhir
Tahun Ajaran Jumlah
pendaftar
(calon
siswa baru)
Kelas VII
Jumlah
siswa
Jumlah
romb.
Belajar
Jumlah
siswa
Jumlah
romb.
Belajar
Jumlah
siswa
Jumlah
romb.
Belajar
Siswa Jumlah
romb.
Belajar
Th 2012/2013 441 323 9 323 9 321 9 932 27
Th 2013/2014 383 288 9 288 9 323 9 898 27
Th 2014/2015 407 288 9 287 9 287 9 862 27
5. Data Guru dan Kualifikasi Pendidikan SMP Negeri 1 Semarang
a. Data Guru
Tabel 4.2
Data guru SMP Negeri 1 Semarang
No Tingkat Pendidikan Jumlah PNS Jumlah GTT Jumlah Keseluruhan
1 S2 7 7
2 S1 30 2 32
3 D3 4 4
4 D2 1 1
5 D1 1 1[
b. Latar Belakang Pendidkan
Tabel 4.3
Latar belakang pendidikan guru SMP Negeri 1 Semarang
Guru Mata PelajaranJml. Guru Sesuai Jenjang
Pendidikan dan TugasJml. Guru Sesuai Jenjang
Pendidikan dan Tugas Jumlah
S2 S1 D3 D2 D1 S2 S1 D3 D2 D1
P. Agama 5 5
PKn 2 2
Bahasa Indonesia 2 3 5
Bahasa Inggris 2 3 5
116
Matematika 3 1 1 5
IPA 3 3 6
IPS 3 3
Penjaskes 3 3
Seni Budaya 1 1 2
TIK 2 2
Bahasa Jawa 1 1 3
BK 2 2 4
Jumlah 7 31 4 1 1 44
c. Tenaga Kependidikan
Tabel 4.4
Latar belakang pendidikan tenaga kependidikan SMP Negeri 1 Semarang
NO JENIS TUGASLls-an
SMP
Lls-an
SMA
Lls-an
D1
Lls-an
D2
Lls-an
D3
Lls-an
S1
1 Tata Usaha 4 4 1 2
2 Perpustakaan 1
3 Laboran 1
4 Caraka/Kebersihan 1 3
5 Keamanan 1 1
Jumlah 6 9 1 3
6. Data Ruang Kelas
Tabel 4.5
Data ruang kelas SMP Negeri 1 Semarang
Jumlah ruang kelas asli (d) Jumlah ruang
lainnya yang
digunakan
untuk ruang
kelas (e)
Jumlah ruang
lainnya yang
digunakan
untuk ruang
kelas f=(d+e)
Ukuran
7x9 m2 (a)
Ukuran >63
m2 (b)
Ukuran
<63 m2
(c)
Jumlah
d=(a+b+c)
Ruang
kelas
- 19 7 26 Jumlah: 1 ruang
Yaitu: R. Multi
Media
27 ruang
117
7. Data ruang lainnya
Tabel 4.6
Data ruang lainnya SMP Negeri 1 Semarang
Jenis Ruangan JumlahUkuran (M2) Kondisi
Perpustakaan 1 8 x 13 Baik
Lab IPA 2 8 x 15 Baik
Lab Bahasa 2 8 x 9 Baik
Lab TIK 1 8 x 9 Baik
Kesenian 1 7 x 8 Baik
Ruang Agama 1 3 x 8 Baik
Studio musik 1 8 x 8 Baik
Masjid 1 8 x 9 Baik
8. Data Ruang Penunjang
Tabel 4.7
Data ruang penunjang SMP Negeri 1 Semarang
Jenis Ruangan JmlUkuran (M2)
Kondisi
Gudang 1 3 x 8 Baik
Dapur 1 2 x 8 Cukup
Ruang Guru 1 16 x 18 Baik
Ruang Kasek 1 8 x 9 Baik
Ruang TU 1 8 x 9 Baik
Kamar mandi Guru 2 1.5 x 2 Baik
Kamar mandi siswa 14 1.5 x 2 Baik
BK 1 5 x 8 Baik
UKS 1 3 x 8 Baik
Pramuka 1 3 x 8 Baik
OSIS 1 3 x 8 Baik
118
9. Lapangan Upacara dan Olahraga
Tabel 4.8
Lapangan upacara dan olahraga
Jenis Ruangan JmlUkuran (M2)
Kondisi
Lapangan Olah Raga 3 Baik
Lapangan Basket 1 28 x 15 Baik
Lapangan Volley 2 18 x 9 Baik
Lapangan Upacara 1 34 x 21 Baik
10. Koleksi Buku Perpustakaan
Tabel 4.9
Koleksi buku perpustakaan
Jenis Jml. Kondisi
Baik Rusak
Buku Mata pelajaran 12075 Baik
Buku Referensi 2600 Baik
Buku Bacaan (Fiksi,
Majalah) 10530 Baik
11. Prestasi Nilai Ujian Nasional
Tabel 4.10
Prestasi nilai ujian nasional
TAHUNPELAJARAN
RATA-RATA MATA PELAJARAN RATA-RATABhs.
IndonesiaBhs. Inggris Matematika IPA
2011/2012 8,47 8,66 8,55 8,92 8,652012/2013 9,30 8,11 9,11 8,60 8,782013/2014 8,78 7,83 8,47 7,91 8,25
119
12. Prestasi Akademik dan Non Akademik
Tabel 4.11
Prestasi akademik dan non akademik
TAHUN JENIS KEJUARAAN YANG DIIKUTI
2012 Juara II Qiro’ah Tingkat Kota
2012 Juara I Tingkat Propinsi Lomba Paskibra
2013 Juara I Tingkat Propinsi Lomba Festival Band Se-Jawa Tengah
2013Finalis Olimpiade Sains Nasional Bidang Biologi di Batam a.n
Habib Al Azis
2013 Medali Perak Festival Paduan Suara Tingkat Nasional
2013 Juara II Pidato Tingkat Kota
2013 Juara III Tingkat Kota Lomba Tari Semarangan
2013 Juara I dan Umum Olimpiade IPA tingkat Karesidenan
2013 Juara II Pertandingan Karate Tingkat Nasional
2013 50 Peserta Terbaik Speedy Einstein
2013 Juara I Se-Jawa Bali Olimpiade Biologi
2013 Juara II Tingkat Kota Olimpiade Pancasila
2013 Juara I Pidato Tingkat Kota
2013 Juara I Olimpiade IPA Tingkat kota
2013 Juara II Tingkat Propinsi Jawa tengah Lomba Modelling
2013 Juara II Tingkat Kota Pramuka
2013 Juara II Adzan Tingkat Kota
2013 Peringkat 5 Tingkat Nasional Olimpiade On Line
2013 Juara II Siswa (Putra) Berprestasi Tingkat Kota
2013 Juara III Siswa ( Putri) Berprestasi Tingkat Kota
2013 Juara I Festival Band Se-Jawa Tengah
2013 Juara III Pidato Tingkat Kota
2014 Juara I Tingkat Kota Lomba Perpustakaan Sekolah
2014 Juara III Tartil Tingkat Kota
2014 Juara I Lomba Paskibra Galaksi Se- Jawa Tengah
2014 Finalis NYIA LIPI
120
2014 Juara I Se-Karesidenan Lomba Paskibra
2014 Finalis ISPO Jakarta
2014 Juara II Lomba Rebana Tingkat Kota
2014 Juara I Lomba Pidato Tingkat Kota
2014 Juara II Tingkat Kota Lomba Paduan Suara Tingkat Kota
2014 Juara III Tingkat Propinsi Lomba Festival Band Se-Jawa Tengah
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Pembahasan utama yang dibahas pada penelitian ini adalah manajemen
kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman.
Manajemen dapat diartikan pengelolaan, maksud manajemen disini adalah guru
PAI dalam mengelola masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman di
SMP N 1 Semarang. Masjid dikelola dengan baik supaya bisa mencapai tujuan
yang efektif dan efesien. Masjid diisi dengan berbagai kegiatan yang sifatnya
keagamaan yang mana dari kegiatan-kegiatan tersebut siswa dapat memperoleh
manfaat yaitu berupa nilai-nilai keislaman.
Dalam sub bab ini dipaparkan beberapa kegiatan, baik kegiatan harian,
kegiatan mingguan, kegatan tahunan, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
lainnya. Manajemen kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi
nilai-nilai keislaman meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi:
1. Perencanaan Kegiatan Keagamaan di Masjid sebagai Sarana Internalisasi
Nilai-Nilai Keislaman Siswa
Perencanaan kegiatan keagamaan di masjid SMP N 1 Semarang
disusun oleh guru PAI. Guru PAI sebenarnya tidak mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk mengelola masjid, karena mengelola masjid adalah tugas
takmir masjid. Masjid di sekolah tidak ada takmir yang secara khusus mengelola
masjid, sehingga pengelolaan masjid dirangkap oleh guru PAI. Guru PAI di
SMP Negeri 1 Semarang ada dua orang, yaitu Bapak Arif Saifudin, S.Ag, dan
Ibu Palupi Rahayuninsih, S.Ag. sebelum kegiatan pembelajaran dimulai diawal
tahun, guru PAI berusaha untuk menyusun program kegiatan-kegiatan
keagamaan yang berlangsung di SMP Negeri 1 Semarang dan program-program
yang berlangsung di masjid, setelah itu berkordinasi dengan waka kurikulum dan
121
waka kesiswaan. Waka kurikulum selaku pembantu kepala sekolah yang
bertugas menyusun program pengajaran, waka kesiswaan selaku guru yang
membidangi kegiatan OSIS atau pembinaan kesiswaan. Kemudian setelah itu
hasil kordinasi disampaikan kepada kepala sekolah. Sebagaimana yang telah
disampaikan oleh bapak Arif Saifudin, S.Ag selaku guru PAI:1
“Kami selaku guru PAI selalu berkordinasi dengan ibu Palupi, wakakurikulum, dan waka kesiswaan mengenai kegiatan-kegiatankeagamaan yang akan berlangsung di SMP Negeri Semarang dankegiatan-kegiatan yang berlangsung di masjid, baik itu mengenaikegiatan harian, mingguan, bulanan ataupun bahkan tahunan, kemudiankami ajukan program-program tersebut ke bapak kepala sekolah untukpersetujuan”
Perencanaan ini penting sebagai penetapan fokus dan sebagai jalan
yang akan ditempuh sehingga semua resources dapat dipergunakan sebesar-
besarnya untuk mencapai tujuan dan fokus yang sudah ditetapkan. Tanpa
perencanaan maka pekerjaan akan centang perenang, tidak menentu, dan tidak
terfokus sehingga terjadi penghamburan sumber-sumber kekayaan yang dimilki
yang justru tidak disukai oleh Allah (Harahap, 1993: 30).
Tujuan manajemen kegiatan masjid ini adalah untuk menanamkan nilai-
nilai keislaman pada diri siswa di SMP N 1 Semarang. Bangsa Indonesia
khususnya anak muda sedang mengalami kemrosotan moral, hal ini bisa dilihat
dari banyaknya tawuran antar pelajar, minum-minuman keras, hamil di luar
nikah, dan tindakan-tindakan negatif yang lainnya. SMP N 1 Semarang
mempunyai masjid terbesar tingkat SLTP se Kota Semarang dan fasilitas masjid
yang cukup lengkap. Masjid yang ada di SMP N 1 Semarang kalau dikelola
dengan baik melalui berbagai kegiatan keagamaan, dan pembinaan-pembinaan
moral kepada siswa maka siswa akan tertanam nilai-nilai keislaman pada
dirinya.
Guru PAI di SMP N 1 Semarang berupaya untuk mengelola masjid
semaksimal mungkin. Dimulai dari kordinasi antar guru PAI, waka kurikulum,
waka kesiswaan, dan bapak kepala sekolah. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan
yang diagendakan oleh guru PAI di masjid meliputi kegiatan harian, kegiatan
1 Hasil wawancara dengan Bapak Arief Saifudin, S.Ag. selaku guru PAI tanggal 14 April 2015
122
mingguan, kegiatan bulanan, kegiatan tahunan, dan kegiatan pembelajaran
keagamaan.
Berbicara tentang manajemen masjid berarti berbicara mengenai tujuan
Islam (masjid) yaitu mewujudkan masyarakat, umat, yang diridhoi oleh Allah
SWT melalui fungsi yang dapat disumbangkan lembaga masjid dengan segala
pendukungnya. Masjid kalau dikelola dengan baik dan benar akan menjadikan
jama’ahnya baik, sejahtera, rukun, damai, berkah dan ridho Allah SWT
sebagaimana digambarkan dalam al qur’an baldatun thayyibatun warabbun
ghafur.
Masjid dijadikan sarana belajar untuk guru PAI, merupakan terobosan
atau langkah kretif guru PAI, supaya belajar tidak monoton di dalam kelas saja,
siswa tidak hanya dipandang sebagai obyek dan pembelajaran dilaksanakan
dengan pola satu arah. Belajar di dalam kelas akan menjadikan siswa merasa
jenuh, bosan dan tidak ada inovasi dalam pembelajaran. Sebagaimana dituturkan
oleh saudara Adam siswa kelas VII mengenai pembelajaran di masjid:2
“Belajar di kelas terus menerus terasa menjenuhkan dan membosankan,monoton begitu-begitu saja tidak ada inovasi. Kalau belajar sudahterasa bosan dan jenuh maka pelajaran juga akan sulit untuk diterima.Maka, langkah guru PAI untuk menjadikan masjid sebagai mediabelajar merupakan langkah yang tepat dan relevan, karena suasanamenjadi enak, nyaman dan bebas tapi terarah, lagi pula pembelajaran dimasjid mengedepankan praktik-praktik ibadah sehingga belajar tidakhanya sekedar teori saja melainkan ada aplikasi langsung dan mudahuntuk diingat”
Dalam proses belajar mengajar, salah satu faktor yang sangat
mendukung keberhasilan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran adalah
keterampilan pendidik dalam memilih metode, media dan sumber yang tepat
untuk menyampaikan materi pelajaran yang disampaikan dan menjadikan media
pembelajaran yang tepat dan efektif. Pemilihan media pembelajaran harus
disesuaikan dengan materi yang akan disampaiakan, pendidik harus memberikan
pengalaman yang bervariasi dengan memperhatikan minat dan kemampuan
peserta didik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan
efisien.
2 Hasil wawancara dengan saudara Adam Surya Ma’arif selaku ketua Rohis tanggal 14 April2015
123
Dari hasil interview dengan kepala sekolah SMP Negeri 1 Semarang,
peneliti mendapatkan gambaran seputar kegiatan belajar mengajar PAI yang
berjalan di sekolah tersebut, menurut kepala sekolah:3
“Untuk motivasi belajar siswa terutama soal mata pelajaran PAI, sayanilai cukup baik walaupun di sana sini masih banyak kekurangan. Dansaya sebagai kepala madrasah selalu memberikan dorongan terutamakepada para guru untuk selalu memberikan motivasi kepada siswa agarmenanamkan nilai-nilai keislaman pada setiap individu siswa. Apalagiuntuk kurikulum 2013 yang akan datang penilaian tidak hanya dilihatdari aspek kognitif saja, melainkan dari semua aspek afektif, kognitifdan psikomotorik, maka penanaman nilai-nilai keislaman harusdigalakkan”
Keterangan di atas dapat dilihat dari sikap ataupun antusias siswa
terhadap kegiatan belajar mengajar di masjid. Siswa datang tepat waktu ketika
jam pelajaran dimulai dan khususnya untuk jam pelajaran PAI yang dipusatkan
di masjid, siswa diwajibkan sholat dhuha terlebih dahulu kemudian baru
mengikuti mata pelajaran. Sebenarnya Tujuan penanaman nilai-nilai keislaman
pada siswa adalah agar tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dengan
sesama makhluk (Supriyanto, 2000: 153).
Salah satu perwujudan dari program guru PAI di SMP Negeri 1
Semarang adalah pengelolaan masjid, mata pelajaran pendidikan agama Islam
merupakan salah satu mata pelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum.
Maka sebagaimana mata pelajaran yang lain harus dioptimalkan dalam
pelaksanaan pembelajarannya. Masjid sebagai ciri khas Islam maka tidak bisa
dilepaskan dari pembelajaran PAI di SMP N 1 Semarang. Karena banyak sekali
manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kegiatan keagamaan di masjid terutama
untuk penanaman nilai-nilai keislaman pada siswa.
Menurut informasi yang diperoleh dari guru PAI di SMP Negeri 1
Semarang Ibu Palupi:4
“Mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran yang telah ditentukanoleh kurikulum, maka tidak ada pandangan sebelah mata mengenaimata pelajaran PAI di SMP N 1 Semarang. Begitu pula pihak sekolahjuga tidak pernah memandang sebelah mata mengenai mata pelajaranPAI, dan justru malah mendapatkan apresiasi dari bapak kepala sekolah
3 Hasil wawancara dengan Bapak Drs. H. Nusantara, MM. selaku kepala sekolah tanggal 15April 2015
4 Hasil wawancara dengan Ibu Palupi, S.Ag. selaku guru PAI tanggal 14 April 2015
124
dan guru-guru yang lain tentang mata pelajaran PAI, karena guru PAIdianggap orang yang bisa mebenahi dan menanamkan nilai-nilaikarakter peserta didik sehingga siswa selain cerdas dalam halpengetahuan/berilmu juga mempunyai akhlak yang baik, mengormatiorang tua, bapak dan ibu guru, menghargai dan menyayangi antarsiswa yang satu dengan yang lainnya”
Setiap usaha untuk mewujudkan tercapainya tujuan secara optimal
diperlukan perencanaan yang baik. Begitu juga dalam pelaksanaan
pembelajaran, perencanaan yang sistematis harus disusun secara matang
sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif. Berikut akan
dikemukakan salah satu rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun oleh Ibu Nur Palupi sebelum melaksanakan pembelajaran di Masjid
kelas VII semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Adapun RPP sebagaimana
terlampir di lampiran 1.
Namun dalam hal ini tidak terlepas pula peranan Guru dan orang tua
yang memantau agar siswa tersebut masih dapat terkontrol. Dengan pengelolaan
kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman
harus bekerjasama dengan semua pihak tidak hanya guru PAI saja, guru-guru
yang lain juga ikut andil dalam penanaman nilai-nilai keislaman. Begitu pula
orang tua di rumah yang bersentuhan secara langsung dan berinteraksi lebih
lama maka harus mengingatkan dan bisa memberi teladan yang baik demi
tertanamnya nilai-nilai keislaman pada diri siswa.
Supaya ada kesamaan tujuan maka guru PAI sebelum melaksanakan
program keagamaan selalu berkordinasi dengan waka kurikulum dengan waka
kesiswaan. Setiap program yang diprogramkan oleh guru PAI waka kurikulum
dan waka kesiswaan selalu mendukung dan berupaya untuk membantunya
karena tujuannya adalah untuk mendidik anak menjadi lebih baik. Begitu pula
mengenai pengelolaan masjid sebagaimana diungkapkan oleh bapak Bambang
selaku waka kurikulum.:5
“Guru PAI selalu berkordinasi dengan waka Kurikulum terkaitpembelajaran keagamaan yang akan berlangsung di SMP N 1Semarang. Begitu pula kegiatan-kegiatan keagamaan yang dipusatkandi masjid, hal ini dilakukan supaya tidak ada miss komunikasi antarguru PAI dan waka kurikulum dan dengan guru-guru yang lain.”
5 Hasil wawancara dengan Bapak Bambang selaku waka kurikulum tanggal 14 April 2015
125
Tanggapan waka kurikulum SMP N 1 Semarang sebagaimana
dikemukakan di atas ternyata relevan dengan pandangan Waka Kesiswaan SMP
N 1 Semarang bapak Agus. Menurut Bapak Agus:6
“Saya sangat mendukung sekali program-program keagamaan yangdipusatkan di masjid, karena bisa menanamkan nilai-nilai karakter padasiswa, mengingat pembinaan remaja pada saat ini jauh lebih sulitdibandingkan dengan remaja pada masa lalu. Dengan adanyapengelolaan masjid siswa menjadi lebih baik dan bisa menyalurkanbakat dan minat nya pula dibidang keagamaan,termasuk diantaranyaadzan, qiro’ah, tartil, kaligrafi, rebana, dan lain sebagainya. .”
Pembinaan nilai moral keagamaan hendaknya menjadi bagian integral
dari bangunan sistem Pendidikan Nasional yang secara eksplisit tertuang dalam
kurikulum nasional yang diajarkan di sekolah dari jenjang dasar sampai
perguruan tinggi sebagai mata pelajaran wajib. Agama hendaknya masuk dalam
pembinaan kepribadian seseorang sebagai penuntun dan pengendali moralnya.
Jika agama dipisahkan dari pembinaan kepribadian anak didik, maka
pengetahuan agama yang dimilkinya hanya akan menjadi ilmu pengetahuan
(sciense) belaka yang tidak mampu mengontrol dan mengendalikan sikap dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari (Untung, 2011: 26).
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pemanfaatan masjid
sebagai sarana pembelajaran pada hakikatnya sangat positif yang perlu
diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran PAI khususnya, dengan harapan
berbagai hambatan yang dirasakan oleh guru yang berkaitan dengan kurangnya
media pembelajaran, minimnya kegiatan masjid, kurangnya minat belajar siswa
dan sebagainya dapat teratasi secara efektif. Guru diharapkan meninggalkan
model pembelajaran konvensional yang mengajarkan pengetahuan hanya
sekedar teori saja di kelas. Karena cara seperti itu justru akan memperlemah
motivasi belajar siswa, membuat siswa bosan, jenuh dan lain sebagainya.
Selain kordinasi internal antara guru PAI, program pengelolaan
kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman
di SMP Negeri 1 Semarang untuk program yang besar seperti PHBI maka guru
PAI membuat kepanitiaan tersendiri yang dirangkai dalam bentuk proposal. Hal
6 Hasil wawancara dengan Bapak Agus selaku waka kesiswaan tanggal 14 April 2015
126
ini dilakukan karena kegiatannya membutuhkan dana besar dan supaya ada
panitia khusus yang menangani kegiatan tersebut. Berbeda dengan program
kegiatan yang sifatnya harian seperti pembelajaran PAI maka cukup membuat
RPP, untuk adzan dhuhur, pembacaan ta’lim maka cukup menjadwal dan
mengingatkan bagi yang bertugas.
Perencanaan kegiatan keagamaan di masjid meliputi kegiatan harian,
kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, kegiatan tahunan, dan pembelajaran
keagamaan.
a. Perencanaan kegiatan harian
Dalam menyusun kegiatan harian guru PAI mengadakan
musyawarah dengan pengurus Rohis untuk memastikan petugas yang yang
akan bertugas. Siapa yang bertugas memimpin membaca asma’ul husna, siapa
yang bertugas membaca ta’lim dan siapa yang bertugas adzan dhuhur. Hal ini
dilakukan supaya dalam pelaksanaan kegiatan harian tidak terjadi kekosongan
petugas dengan berbagai alasan. Perencanaan kegiatan harian meliputi:
1) Shalat dhuhur berjama’ah
2) Membaca asma’ul husna semua siswa
3) Membaca ta’lim (Fadhilah Amal) sebelum dhuhur
4) Adzan dhuhur secara bergilir
5) Shalat dhuha sifatnya masih infirodi
b. Perencanaan kegiatan mingguan
Perencanaan kegiatan mingguan guru PAI terlebih dahulu melatih
petugas adzan jum’at dan bilal agar dalak pelaksanaan lebih maksimal,
sedangkan untuk kajian keislaman bagi perempuan guru PAI berkordinasi
dengan LSM Krend yaitu LSM yang membidangi pendidikan dibidang
keagamaan. Begitu pula untuk kegiatan mingguan yang lain guru PAI
berkordinasi dengan pengurus OSIS dan Rohis agar dalam pelaksanaan bisa
maksimal. Perencanaan kegiatan mingguan meliputi:
1) Shalat jum’at bagi laki-laki
2) Bilal jum’at dan mu’adzin
3) Kajian keislaman bagi perempuan bekerjasama dengan LSM Krend
4) Menerbitkan artikel religi setiap 1 minggu
127
5) Infak/sodaqoh setiap hari jum’at pukul 09.15 (istirahat pertama)
6) Bersih-bersih masjid
7) Kegiatan IMTAQ ketika sabtu minggu kedua.
8) Kuliah pagi setiap hari minggu.
9) BTQ untuk semua guru dan siswa.
c. Perencanaan kegiatan bulanan
Untuk perencanaan kegiatan bulanan guru PAI memilih kegiatan-
kegiatan yang sekiranya bermanfaat langsung ditengah-tengah masyarakat.
Rebana, kaligrafi, tartil ini adalah kegiatan yang akan berguna langsung di
tengah-tengah masyarakat. Perencanaan kegiatan bulanan ini tidak terlepas
dari kordinasi dengan bapak waka kesiswaan selaku guru yang membidangi
pembinaan kesiswaan. Perencanaan kegiatan bulanan meliputi:
1) Santapan rohani bapak/ibu guru
2) Latihan rebana
3) Menulis kaligrafi
4) Tartil/tilawah
d. Perencanaan kegiatan tahunan
Untuk perencanaan kegiatan tahunan ini berbeda dengan
perencanaan kegiatan harian, mingguan, dan bulanan, karena perencanaan
kegiatan tahunan guru PAI terlebih dahulu membuat proposal kegiatan.
Dalam kegiatan tahunan membutuhkan anggaran cukup banyak dan
melibatkan pihak luar jadi harus dipersiapkan lebih matang. Perencanaan
kegiatan tahunan meliputi:
1) Isro’ mi’roj
2) Pesantren ramadhan di sekolah
3) Pesantren ramadhan di pondok pesantren
4) Maulud Nabi Muhammad SAW
5) Santunan anak yatim
6) Shalat Idul adha dan latihan qurban
7) Zakat fitrah
8) Bhakti sosial ke MI di sekitar SMP N I Semarang
9) Istighosah akbar pra UN
128
10) Kelas IX do’a bersama
e. Perencanaan pembelajaran keagamaan
Untuk perencanaan pembelajaran keagamaan guru PAI cukup
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), selain itu guru PAI
mempersiapkan bahan dan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan
pembelajaran. Misalnya LCD, proyektor, debu untuk tayamum. Perencanaan
pembelajaran keagamaan meliputi:
1) Praktik shalat fardhu
2) Praktik shalat jama’ qoshor
3) Praktik wudhu—tayamum.
4) Praktik shalat trawih
5) Praktik shalat istikhoroh
6) Praktik shalat khusuf dan kusuf
2. Pelaksanaan Program Kegiatan Keagamaan di Masjid sebagai Sarana
Internalisasi Nilai-Nilai Keislaman Siswa
Pelaksanaan program pengelolaan masjid oleh guru PAI sebagai sarana
internalisasi nilai-nilai keislaman siswa di SMP N 1 Semarang meliputi kegiatan
harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan pembelajaran keagamaan. Adapun
uraiannya sebagai berikut:
a. Program Harian
1) Shalat dhuhur berjama’ah
Shalat dhuhur berjama’ah di SMP N 1 Semarang dilaksanakan
pukul 12.00 WIB. Yang dipimpin/menjadi imam bapak Arief Saifudin,
S.Ag. selaku guru PAI. Semua siswa diwajibkan untuk mengikuti shalat
berjama’ah baik laki-laki ataupun perempuan kecuali yang
haid/menstruasi. Sebelum shalat berjama’ah siswa-siswi melakukan shalat
sunnah qabliyah dhuhur dua rakaat sambil menunggu iqomah dan teman-
teman yang lain yang sedang berwudhu. Jama’ah laki-laki diawasi
langsung oleh bapak Arief Saifudin dan guru-guru laki-laki yang lain,
sedangkan jama’ah perempuan diawasi langsung oleh ibu palupi dan ibu
guru yang lain. Jama’ah laki-laki shalat di lantai satu sedangkan jama’ah
perempuan shalat di lantai dua. Kesemangatan siswa untuk shalat
129
berjama’ah dhuhur luar biasa karena waktu istirahat kedua sangat panjang
dan lebih panjang daripada istirahat yang kedua. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh bapak Arief Saifudin selaku guru Agama:7
“Siswa-siswi untuk melaksanakan shalat berjama’ah sangatantusias sekali, karena waktu istirahat kedua sangat panjang danlebih panjang daripada istirahat yang pertama. Istirahat pertamahanya 15 menit, sementara istirahat kedua hampir satu jam (55menit). Hal ini dimaksudkan supaya siswa-siswi ada kesempatanuntuk jajan dan semuanya untuk bisa mengikuti shalat dhuhursecara berjama’ah. Program ini merupakan program yangberbeda dengan sekolah-sekolah lain, tidak ada SMP disemarang yang istirahat kedua panjang dan pulang sekolahnyapukul 14.00 WIB”
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari shalat dhuhur
berjama’ah adalah sebagai berikut:
a) Disiplin
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan
waktunya telah ditentukan. Waktu dhuhur kurang lebih pukul 12. 00-
14.30 WIB, waktu ashar 15.00 s/d 17.00 WIB. dan seterusnya. Hal ini
siswa bisa memperoleh nilai-nilai keislaman berupa disiplin karena
waktu dhuhur tidak boleh melebihi pukul 15.00, waktu ashar tidak
boleh melebihi pukul 18.00 bagitu pula untuk shalat-shalat yang
lainnya.
b) Persatuan
Shalat berjama’ah tidak memandang latar belakang ekonomi,
shalat berjama’ah tidak memandang pangkat atau kedudukan. Ketika
shalat berjama’ah semua berkumpul menjadi satu di masjid atau
mushalla membetuk shaf di belakang imam.
c) Kebersamaan
Kebersamaan shalat berjama’ah terletak pada gerakan-
gerakan dalam shalat. Ketika imam takbir maka semua makmum
mengikuti takbir, ketika imam ruku’ dan sujud semua makmum
mengikunya. Begitu pula gerakan-gerakan shalat lainnya.
7 Hasil wawancara dengan Bapak Arief Saifudi selaku guru PAI tanggal 14 April 2015
130
d) Kerapian
Semua ma’mum baris di belakang imam dengan ber shaf-
shaf lurus mulai dari kanan sampai kiri dengan berjajar rapi kira-kira
kurang lebih jarak satu meter di belakangnya bersambung shaf lagi.
Maka dari itu shalat berjama’ah ada nilai-nilai keislaman berupa
kerapian yaitu ma’mum berjajar rapi pada shaf-shaf di belakang
imam.
2) Membaca asma’ul husna semua siswa
Sebelum jam belajar dimulai yakni pukul 07.00 siswa-siswi
diwajibkan untuk melantunkan nadzam asma’ul husna yang dipandu oleh
rohis yang dipusatkan di masjid. Kemudian setelah membaca asma’ul
husna dilanjutkan membaca do’a sebelum belajar “rodiitu billahi robba
wabil islaamidiina wabi muhammadin nabiyyau warosula, robbii zidni
ilma warzuqni fahma. Amin.”. sebagai bentuk penghormatan kepada
siswa yang beragama non Islam maka siswa-siswi diberi kegiatan untuk
membaca buku di perpustakaan dan hal ini sebagai bentuk toleransi antar
umat beragama. Memimpin do’a asma’ul husna bergantian antara rohis
dan pengurus OSIS yang lain dan melibatkan pula siswa yang kelas VII
dan VII sebagai bentuk pengkaderan. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Ibu Palupi selaku guru Agama:8
“Program pembacaan nadzam asma’ul husna ini merupakanterobosan baru bagi SMP Negeri Semarang, tidak ada sekolahSMP Negeri se Kota Semarang yang mempunyai programpembacaan asma’ul husna, walaupun awalnya banyak para guruyang tidak mendukung dengan alasan memakan jam pelajaran,akan tetapi justru program tersebut mendapatkan apresiasi darikepala sekolah, yang semula sepeaker di dalam kelas belum ada,semenjak diberlakukannya program pembacaan asma’ul husnamanjadi ada sepeaker semua di masing-masing kelas. TermasukSMA Negeri 6 Semarang yang bersebalahan dengan SMPNegeri 1 Semarang merasa terganggu, tapi pada akhirnya justrumalah meniru program pembacaan asmaul husna diberlakukandi SMA Negeri 6 Semarang ”
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari membaca
asma’ul husna adalah sebagai berikut:
8 Hasil wawancara dengan Ibu Palupi selaku guru PAI tanggal 16 April 2015
131
a) Kebersamaan
Nadzam asma’ul husna dibaca bersama-sama mulai dari
kelas VII sampai dengan kelas IX. Sehingga dari kebersamaan baca
nadzam asma’ul husna tersebut siswa memperoleh nilai-nilai
keislaman berupa kebersamaan.
b) Kedisiplinan
Pembacaan nadzam asma’ul husna dimulai pukul 07.00
maka semua siswa ketika pukul 07.00 sudah berada di dalam kelas
untuk bersiap-siap membaca asma’ul husna. Dari penjadwalan
membaca asma’ul husna tersebut siswa memperoleh nilai-nilai
keislaman berupa kedisiplinan.
c) Percaya diri
Ketika asma’ul husna dibaca bersama-sama maka tidak akan
ketahuan siswa yang belum lancar dan siswa yang sudah lancar.
Siswa yang tidak berani membaca keras karena belum lancar, dengan
bersama-sama maka siswa berani membaca dengankeras. Dari
membaca bersama-sama tersebut siswa memperoleh nilai-nilai
keislaman berupa percara diri.
d) Religius
Nilai religius dapat diperoleh siswa karena membaca
asma’ul husna penuh dengan suasana keagamaan. Lantunan lagu-lagu
yang dibaca mampu menyejukkan hati bagi yang mendengarkan.
3) Membaca ta’lim (Fadhilah Amal) sebelum dhuhur
Membaca ta’lim kitab Fadilah Amal merupakan program yang
baru terealisasi sekitar 4 bulan belakangan ini. Membaca ta’lim fadilah
amal dibaca oleh seksi keagamaan dan pengurus OSIS yang lain dan
dibentuk jadwal yang tersusun rapi agar siswa yang akan membaca bisa
persiapan sebelumnya. Ta’lim yang dibaca adalah seputar hadits-hadits
Nabi Muhammad SAW mengenail cerita para sahabat, shalat, dzikir,
puasa, membaca al qur’an dan lain sebagainya. Kegiatan ini dilaksanakan
5 menit sebelum iqomah dan sambil menunggu siswa-siswa yang lain
yang sedang wudhu. Kebanyakan siswa sebelum iqomah ngobrol sendiri,
132
maka sebelum iqomah agar ada kegiatan dan perhatian siswa bisa
terpusatkan untuk mendengarkan ta’lim fadhilah amal. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh bapak arief saifudin:9
“Setelah saya kaji dan tela’ah secara mendalam usulan programdari rohis tentang pe’mbacaan ta’lim fadilah amal sangat bagussekalai. Isi dari kitab tersebut adalah mengenai pentingnyashalat, puasa, zakat haji, menuntut ilmu, cerita-cerita parasahabat dan materi keagamaan yang lainnya. Walaupun banyakhadits yang dhoif akan tetapi untuk kesemangatan amal parasiswa saya kira tidak maslah”
Jadwal pembacaan ta’lim tersusun dan terjadwal sifatnya tidak
patent. Artinya jadwal pembacaan ta’lim fadilah amal tersebut selalu
dibuat setiap hari, karena para siswa khususnya pengurus OSIS dan rohis
setiap hari musyawarah untuk menjadwal siapa yang siap untuk membaca
ta’lim fadilah amal sebelum dhuhur.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari membaca ta’lim
ini adalah sebagai berikut:
a) Percaya diri
Membaca ta’lim sambil berdiri di depan teman-teman yang
lain dan menggunakan pengeras suara maka akan menjadikan siswa
percaya diri walaupun pada awalnya merasa malu dan takut. Akan
tetapi karena sudah terbiasa dan terjadwal maka siswa yang
sebenarnya takut dan tidak percaya diri menjadi percaya diri karena
terbiasa.
b) Semangat menuntut ilmu
Nilai semangat menuntut ilmu ini diperoleh siswa karena
katika siswa yang mendapatkan tugas membaca yang lain dengan
khusu’ mendengarkan hadits-hadits yang dibaca. Dengan kekhusyu’an
itu maka siswa akan mendapatkan pengetahuan tentang agama.
4) Adzan dhuhur secara bergilir (terjadwal)
Banyak siswa yang hafal lafadz adzan, akan tetapi tidak mau atau
bahkan malu kalau disuruh adzan. Persoalan semacam ini apabila tidak
diperhatikan dan dilatih maka selamanya anak tersebut tidak berani adzan
9 Hasil wawancara dengan Bapak Arief Saifudi selaku guru PAI tanggal 16 April 2015
133
walaupun sebenarnya mempunyai potensi yang bagus. Maka dari itu,
salah satu program keagamaan yang dipusatkan di masjid adalah latihan
adzan secara bergilir ketika menjelang shalat dhuhur secara berjama’ah.
Jadwal adzan dibagi satu hari untuk siswa kelas VII, satu hari
untuk siswa kelas VIII, dan satu hari lagi untuk siswa kelas IX. Jadi
dibagi rata supaya ada sistem pengkadean ketika siswa-siswa kelas IX
lulus maka ada generasi penerusnya yaitu para siswa kelas VII dan VIII.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari penjadwalan
adzan dhuhur adalah sebagai berikut:
a) Taat kepada aturan
Adzan dhuhur di SMP Negeri 1 Semarang dijadwal secara
tertib. Maka siswa yang mendapatkan jadwal adzan akan mengikuti
dan mematuhi peraturan, sehingga dengan terbiasa patuh kepada
aturan melalui adzan, nanti dalam kehidupan sehari-sehari juga akan
patuh kepada aturan yang ada di masyarakat.
b) Religius
Adzan bisa menyejukkan suasana, merubah suasana yang
seakan-akan berbau dunia dengan dikumandangkannya adzan maka
akan berganti menjadi suasana akhirat. Dengan dikumandangkannya
adzan siswa yang masih sibuk di kantin akan segera bergegas ke
masjid, siswa yang bermain akan segera ke masjid untuk mengukuti
rangkaian shalat dhuhur berjama’ah.
c) Disiplin
Siswa yang mendapatkan jadwal adzan maka secara otomatis
akan datang ke masjid 5 menit sebelum waktu shalat dhuhur masuk.
Dengan diadakannya penjadwalan adzan seperti ini maka siswa akan
mendapatkan nilai keislaman berupa disiplin.
d) Percaya diri
Adzan dilakukan hanya satu orang dan menggunakan
pengeras suara, terdengar oleh orang banyak. Maka dengan lantunan
adzan yang dikumandangkan melalui pengeras suara dan sendirian
maka akan melatih siswa untuk menjadi percaya diri.
134
5) Shalat dhuha
Shalat dhuha di SMP N 1 Semarang masih bersifat infirodi atau
hanya dianjurkan belum diwajibkan, karena mengingat istirahat waktu
pertama yang singkat dan waktu habis untuk membeli jajan para siswa.
Walaupun demikian kebanyakan siswa-siswa menunaikan shalat dhuha
dengan kesadaran sendiri tanpa ada absensi atau perintah wajib untuk
shalat dhuha.
Hal ini menunjukkan kesadaran siswa SMP Negeri 1 Semarang
akan semangat beribadah sangat luar biasa. Walaupun basisnya sekolah
umum akan tetapi semangat ibadah tidak mau kalah dengan sekolah yang
basisnya agama/madrasah.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari shalat dhuha
adalah sebagai berikut:
a) Kedisiplinan
Nilai keislaman yang didapat dari shalat dhuha adalah
kedisiplinan, karena waktu dhuha terbatas. Kira-kira mulai pukul
07.00 s/d 11.00 WIB. Sedangkan waktu dhuha untuk siswa hanya
terbatas sekali ketika istirahat pertama kira-kira hanya lima belas
menit. Maka siswa yang shalat dhuha akan terdidik untuk disiplin
dengan memanfaatkan waktu yang sedikit digunakan dengan sebaik
mungkin yaitu untuk shalat dhuha.
b) Ketaatan
Shalat dhuha yang dilakukan oleh siswa pada saat istirahat
pertama adalah bukti ketaatan siswa kepada Allah. Karena sebagian
siswa yang lain sibuk dengan bermain siswa yang shalat dhuha
menyempatkan diri untuk bertaqarrub kepada Allah melalui shalat
dhuha di masjid.
c) Religius
Shalat dhuha ada nilai religius untuk siswa karena shalat
dhuha merupakan shalat sunnah yang dikerjakan di masjid
sebagaimana syarat-syarat shalat yang lain shalat dhuha harus suci
baik badan, tempat ataupun pakaian. Wudhu terlebih dahulu sebelum
135
menunaikannya. Kemudian setelah shalat shalat ada do’a khusus
untuk shalat dhuha.
b. Program mingguan
1) Shalat jum’at bagi laki-laki
Semua siswa bagi yang laki-laki diwajibkan untuk mengikuti
shalat jum’at di masjid SMP Negeri 1 Semarang. Sebelum shalat jum’at
dimulai siswa terlebih dahulu memberi pengumaan kepada jama’ah shalat
jum’at tentang khas masjid SMP Negeri 1 Semarang. Kemudian setelah
itu, pukul 12.00 WIB shalat adzan jum’at dikumandangkan oleh salah
satu siswa. Adzan jum’at digilir secara terjadwal oleh rohis SMP N 1
Semarang dengan seleksi terlebih dahulu ketika lomba adzan. Setelah
adzan dikumandangkan dilanjutkan bilal untuk memberikan pembukaan
dan pengumuman untuk berdiam ketika khotib sedang berkhutbah, yang
menjadi bilal ini juga siswa SMP N 1 Semarang terjadwal secara bergilir
oleh rohis SMP N 1 Semarang.
Shalat jum’at ini di absen oleh rohis kelas kemudian hasilnya
diserahkan kepada guru agama untuk dijadikan tambahan bahan penilaian.
Kemudian yang bertugas menjadi khotib dan imam adalah guru PAI
dijadwal dengan guru yang lain dan ditambah khotib dari ulama’
setempat.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari shalat jum’at
adalah sebagai berikut:
a) Religius
Shalat jum’at sangat banyak sekali nilai religiusnya karena
shalat jum’at sangat bernuansa sekali suasana keagamannya. Sebelum
shalat jum’at dimulai terlebih dahulu diputar murottal ayat-ayat al
qur’an sehingga suasana terasa nyaman, sejuk, dan tenang di hati.
b) Disiplin
Pelaksanaan shalat jum’at dimulai pukul 12.00 WIB dan
waktunya terbatas. Sebagaimana shalat yang lain waktu shalat sudah
terjadwal sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Siswa
mendapatkan nilai kedisplinan ddalam shalat jum’at karena sebelum
136
shalat jum’at dimulai siswa terlebih dahulu sudah I’tikaf di dalam
masjid sambil membaca al qur’an, berdzikir, dan lain sebagainya.
c) Ketaatan
Shalat jum’at yang dilakukan oleh siswa merupakan bentuk
ketaatan kepada Allah SWT. Melalui shalat jum’at siswa dapat
mendekatkan diri kepada Allah dan sebaai bentuk rasa patuh dan
tunduk atas perintah Allah.
d) Persatuan
Semua umat muslim ketika sudah masuk waktu shalat jum’at
maka semuanya masuk ke dalam masjid tidak mebedakan latar
belakang ekonomi, golongan, pangkat semua bersatu berkumpul
menjadi satu di masjid dengan membentuk shaf-shaf yang rapi. Begitu
pula siswa ketika sudah masuk waktu shalat jum’at kegiatan apapun
ditinggalkan untuk segera berkumpul ke masjid mengikuti rangakaian
shalat jum’at.
e) Kebersamaan
Nilai kebersamaan siswa pada shalat jum’at diperoleh karena
ketika shalat jum’at semua siswa bersama-sama mendengarkan khotib
yang sedang berkhutbah, kemudian dilanjutkan shalat jum’at
berjama’ah.
2) Bilal jum’at dan mu’adzin
Petugas bilal jum’at dan mu’adzin di masjid SMP Negeri 1
Semarang adalah para siswa. Sebelum khutbah jum’at dimulai terlebih
dahulu petugas yang menjadi bilal mengumumkan hasil uang khas masjid
dan penggunaannya. Khusus untuk bilal jum’at dan mu’adzin hari jum’at
petugasnya diseleksi terlebih dahulu. Beebeda dengan hari-hari biasa
semua siswa bisa terjadwal untuk mendapatkan giliran adzan dhuhur. Hal
ini dilakukan karena menjadi bilal dan adzan jum’at butuh persiapan
khusus dan harus menghafal bacaan sebagai bilal.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari penjadwalan bilal
dan adzan jum’at adalah sebagai berikut:
137
a) Keberanian
Menjadi bilal jum’at tidak semua siswa mampu untuk
melakukannya. Walaupun banyak yang hafal tetapi tidak punya
mental maka tidak akan berani tampil di depan. Siswa yang menjadi
bilal jum’at terdapat nilai keberanian karena keberanian ini penting
ketika nanti siswa terjun di masyarakat dituntut harus berani untuk
melakukan hal-hal yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Dengan
latihan menjadi bilal jum’at di sekolah siswa nantinya juga akan siap
kalau di masyarakat sewaktu-waktu dibutuhkan.
b) Religius
Religius disini maksudnya adalah ada suasana agama di
dalamnya. Karena bilal jum’at, mu’adzin bagian dari rangkaian shalat
jum’at yang penuh dengan nilai dan suasana keagamannya.
3) Kajian keislaman bagi perempuan pada hari jum’at
Agar sama-sama ada program, untuk yang laki-laki shalat jum’at
maka yang perempuan diadakan program kajian keislaman wanita bekerja
sama dengan LSM Krend Semarang. Kegiatan kajian keislaman ini di
absen oleh rohis kelas kemudian hasilnya diserahkan kepada guru agama
untuk dijadikan tambahan bahan penilaian. Adapun materi yang dibahas
seputar taharah, akhlak, shalat, puasa dan materi-materi yang sifatnya
prinsipal.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari kajian keislaman
adalah sebagai berikut:
a) Semangat menuntut ilmu
Agar ada keseimbangan antara program laki-laki dan
perempuan, laki-laki ketika hari jum’at mengikuti shalat jum’at
sedangkan perempuan diadakan kegiatan kajian keislaman. Melalui
kajian keislaman ini siswa mendapatkan nilai-nilai keislaman berupa
semangat menuntut ilmu. Kajian keislaman ini bekerjasama dengan
LSM Krend dan materi-materi seputar akhlak/cara bergaul dengan
sesama.
138
b) Kebersamaan
Kajian keislaman setiap hari jum’at ini diikuti oleh semua
siswi. Melalui kegiatan ini para siswi mendapatkan nilai-nilai
keislaman berupa kebersamaan dan lebih akrab dengan teman-teman
lain kelas dan beda angkatan baik kakak kelas maupun adik kelas.
c) Patuh pada aturan
Program kajian keislaman yang bekerjasama dengan LSM
Krend ini program yang diadakan untuk membekali para siswi agar
tidak terjebak dengan pergaulan bebas, mengikuti budaya barat yang
tidak islami. Maka dengan mengikuti kegiatan kajian keislaman ini
siswa memperoleh nilai-nilai keislaman berupa patuh kepada aturang
sekolah.
4) Menerbitkan artikel religi setiap 1 minggu sekali
Artikel religi ini diterbitkan setiap satu minggu sekali oleh rohis
SMP N 1 Semarang yang dipasang di majalah dinding (MADING)
sekolah. Isi dari artikel ini diisi oleh pengurus OSIS secara bergantian,
kemudian nanti diseleksi mana yang baik untuk dipasang di Majalah
Dinding (MADING). Alamat artikel jurnal bisa diunduh di:
artikelreligismpn1semarang.blogspot.com.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari kegiatan
penerbitan artikel adalah sebagai berikut:
a) Kreatifitas
Budaya menulis perlu ditananamkan kepada siswa sejak dini.
Karena pada masa saat ini dimana-mana banyak plagiasi tulisan.
Maka dengan program OSIS menerbikatan artikel setiap hari jum’at
ini siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya melalui menulis dalam
bentuk artikel.
b) Kebersamaan
Kebersamaan disini maksudnya adalah siswa bersama-sama
membuat artikel tentang agama. Kemudian hasil tulisan tersebut
dikumpulkan dan di seleksi untuk diterbitkan.
139
5) Infak/sodaqoh
Infak/sadaqah ini dilaksanakan setiap hari jum’at pukul 09.15
(istirahat pertama), kotak amal memutar disetiap kelas yang dikoordinir
oleh rohis kelas masing-masing kemudian diserahkan ke pengurus OSIS
untuk direkap dan dihitung. Hasil dari infak sebagain untuk keperluan
kegiatan rohis, seperti membeli kitab fadilah amal dan buku-buku agama
ang lain, santunan ketika ada wali murid yang meninggal dunia.
Sebagaian yang lain untuk membeli perlengkapan masjid, seperti sapu,
sulak, alat pembersih kamar mandi, kaligrafi masjid, lampu dan
perlengkapan-perlangkapan yang lain. Selain itu hasil dari khas juga
untuk kegiatan sosial (membantu siswa miskin, membeli kaca mata, buku,
dan lain sebagainya. Sebenarnya rencana bapak kepala sekolah uang
kotak amal atau uang khas itu mau dipakai sarapan bersama akan tetapi
karena masih banyak keperluan yang belum terpenuhi sehingga dipakai
untuk kegiatan yang lain dulu. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari bapak
kepala sekolah:10
“Saya mempunyai inisiatif, ketika hari jum’at siswa dilatih untukinfak/sadaqah seikhlasnya, yang mana hasilnya kembalinyakepada siswa itu sendiri. Yaitu untuk sarapan pagi geratis yangbekerjasama dengan pihak kantin, akan tetapi karena masihbanyak hal yang harus dilengkapi dan membutuhkan dana dariinfak/sadaqah tersebut. Jadi untuk sementara program tersebutsaya pending terlebih dahulu, tapi saya ingin program sarapanpagi secara geratis segera direalisasikan.”
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari infak/sadaqah
adalah sebagai berikut:
a) Dermawan
Sedekah yang dilakukan oleh siswa-siswi SMP Negeri 1
Semarang setiap hari jum’at mempunyai nilai-nilai keislaman berupa
dermawan. Karena tidak dipatok harus bersedekah sekian ribu
melainkan berdasarkan keikhlasan para siswa. Dengan demikian maka
akan tertanam di dalam jiwa peserta didik sifat dermawan sebagai
bekal untuk kehidupan akhirat.
10 Hasil wawancara dengan Bapak Drs. H. Nusantara, MM. selaku kepala sekolah tanggal 14April 2015
140
b) Ketaatan
Sedekah ini adalah perintah Allah, Nabi dan para Sahabat
selalu berkorban dan bersedekah untuk keperluan agama dan sebagai
aset kehidupan akhirat. Maka siswa-siswi yang rajin infaq dan
sadaqah, kegiatannya itu sebagai bentuk ketaatannya kepada perintah
Allah dan Rasulnya.
6) Kebersihan masjid
Kebersihan adalah bagian dari iman, ungkapan seperti itulah
yang dipakai patokan siswa-siswi SMP N 1 Semarang untuk mengawali
kesemangatan dalam bersih-bersih masjid. walaupun belum dijadwalkan
dan tanpa diperintah karena sudah menjadi kebiasaan setiap jum’at pagi
untuk bersih-bersih masjid secara bersama-bersama. Walaupun demikian
kedepan kegiatan bersih-bersih akan dijadalkan oleh pengurus OSIS agar
terlaksana secara tertib dan terorganisir.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari kebersihan
masjid adalah sebagai berikut:
a) Cinta kebersihan
Sebagaimana hadits Nabi “Kebersihan itu adalah bagian dari
pada iman” maka dalam rangka mengamalkan hadits tersebut siswa-
siswi dididik untuk mencintai kebersihan dengan diprogramkan
bersih-bersih setiap jum’at pagi dilingkungan sekolah terutama di
sekitar masjid.
b) Kebersamaan
Program bersih-bersih setiap hari jum’at ini diikuti oleh
semua siswa, tidak ada satu pun siswa yang bermain, jajan atau sibuk
dengan kegiatan lain. Maka melalui program kebersihan jum’at pagi
ini siswa mendapatkan nilai-nilai keislaman berupa kebersamaan,
dengan kebersamaan maka semuanya akan menjadi mudah dan
ringan.
7) Kegiatan pembekalan Iman dan Taqwa (IMTAQ)
Kegiatan IMTAQ (Iman dan Taqwa) ini dilaksanakan setiap satu
minggu sekali pada hari sabtu. Pelaksannayya dilaksanakan pada siang
141
hari pukul 11.00-12.00 dikelas masing-masing yang diisi oleh guru PAI
dibantu guru-guru yang lain. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan siswa sebagai bekal untuk kehidupan yang akan
datang di masyarakat. Mengingat zaman sudah akhir akhlak remaja sudah
tidak tertata lagi maka guru PAI merasa terpanggil untuk mendidik para
siswa untuk membekali pentingnya iman dan taqwa yang berimplikasi
pada akhlakul karimah.
Pembentukan kepribadian manusia yang utuh harus diawali
dengan pendidikan Iman dan Takwa, lalu akhlak (budi pekerti). Setelah
itu ia dipersilahkan mempelajari dan menguasai pengetahuan apa saja
sejauh tidak bertentangan atau tidak menurunkan derajat keimanan dan
ketakwaannya (Raharjo,2000: 137). Akhlak, iman dan taqwa, tidak bisa
dipisahkan dari ajaran Islam. Ketiganya merupakan fondasi etika Islam
(Tafsir, 2000: 34). Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari
kegiatan IMTAQ adalah sebagai berikut:
a) Iman
Dengan diadakannya pembekalan dan kajian tentang iman
dan taqwa maka siswa akan semakin kuat iman dan yakinnya kepada
Allah.
b) Taqwa
Melalui kegiatan pembekalan dan kajian tentang iman dan
taqwa maka siswa akan takut untuk melanggar larangan-larangan
Allah dan akan semakin dekat dengan Allah.
c) Patuh pada aturan
Kegiatan pembekalan dan kajian iman dan taqwa di SMP
Negeri 1 Semarang adalah program rutinitas yang diprogramkan oleh
bapak dan ibu guru. Maka siswa yang mengikuti kegiatan tersebut
akan mendapatkan nilai-nilai keislaman berupa kepatuhan kepada
aturan yaitu program yang telah di agendakan oleh bapak dan ibu
guru.
142
d) Kebersamaan dan Persatuan
Tempat kegiatan pembekalan dan kajian IMTAQ dipusatkan
di masjid. Maka siswa mengikutinya secara bersama-sama baik putra
maupun putri dan bersatu menjadi satu.
c. Program bulanan
1) Santapan rohani
Tidak hanya siswa saja yang terprogramkan kegiatannya di
masjid, akan tetapi guru-guru pun juga mengikuti kegiatan yang
terprogram di masjid. kegiatan yang di masjid untuk para guru adalah
diberi nama “santapan rohani” dilaksanakan setiap satu bulan sekali hari
sabtu, minggu pertama pukul 07.00-08.00 yang disi oleh para ulama’
setempat, pengawas PAI kecamatan Semarang barat, dan juga
mendatangkan dosen dari UIN Walisongo Semarang. Kegiatan ini juga
dimaksudkan guru supaya bisa menjadi suri tauladan yang baik.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari kegiatan ini
adalah sebagai berikut:
a) Iman
Dengan diadakannya kegiatan santapan rohani satu bulan
sekali bapak dan ibu guru semakin kuat imannya dan bertambah
keyikanannya kepada Allah SWT dan semakin besungguh-sungguh
dalam mengajar anak didik.
b) Taqwa
Melalui kegitan santapan rohani satu bulan sekali bapak dan
ibu guru mendapatkan bimbingan tentang ketaqwaan, maka melalui
kegiatan ini bapak dan ibu guru semakin takut dan meningkat kadar
ketaqwaannya kepada Allah SWT dan semakin ikhlas dalam mengajar
anak didik.
c) Budi pekerti
Pentingnya kegiatan santapan rohani untuk bapak dan ibu
guru karena menjadi guru tidak hanya menyampaikan materi yang
sifatnya kogniitf begitu saja. Melainkan menjadi guru harus bisa
menjadi suri tauladan yang baik kepada anak didik. Melalui kegiatan
143
ini bapak dan ibu guru akan semakin berbudi bekerti untuk menjadi
tauladan yang baik bagi peserta didik.
2) Kegiatan Ekstra Rebana
Rebana ini merupakan kegiatan ekstra, yang mengikuti kegiatan
ini adalah para siswa yang mempunyai bakat dibidang seni yaitu hadrah.
Rebana ini para siswa dilatih oleh para pelatih profesional yang
didatangkan pihak sekolah untuk melatih para siswa agar mahir dalam
bidang rebana. Melestarikan kegiatan rebana berarti termasuk juga
melestarika budaya dan seni. Karena rebana pada akhir-akhir ini sudah
semakin punah di tengah-tengah masyaraka terkikisoleh budaya barat
dengan menggunakan alat musik modern. Maka kegiatan ekstra rebana ini
merupakan langkah konstruktif untuk melestarikan seni dalam Islam.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari kegiatan ekstra
rebana adalah sebagai berikut:
a) Mencintai seni
Semakin lama kegiatan rebana semakin pudar kalah dengan
budaya-budaya atau musik yang tidak bernuansa islami, selain itu seni
hadrah semakin tidak diminati oleh para kawula muda. Maka melalui
kegiatan rebana ini siswa memeproleh nilai-nilai keislaman berupa
mencinai dan melestarikan seni yang semakin lama semakin pudar
dan bahkan hilang ditelan masa.
b) Kretifitas
Melalui kegiatan rebana siswa dapat mengembangkan
kreatifitasnya. Banyak orang yang tidak bisa memainkan rebana atau
bisa tapi potensinya tidak tersalurkan. Maka dengan kegiatan
pelatihan rebana ini siswa dapat memperoleh nilai-nilai keislaman
berupa kreatifitas dalam bidang seni.
d. Program tahunan
1) Isra’ mi’raj
Isra’ mi’raj di SMP Negeri 1 Semarang dilaksanakan satu tahun
sekali tepatnya di bulan Rajab. Kegiatan ini berlangsung sangat meriah
karena sebelum kegiatan isra’ mi’raj diadakan lomba membuat puisi dan
144
cerpen mngenai perjalan Nabi Muhammad SAW dari masjidil Haram ke
Sidratul Muntaha sampai kelangit saff tujuh, yang kemudian menghasilkan
keputusan shalat lima waktu. Kemudian puisi dan cerpen terbaik
dipresentasikan di dalam acara pengajian isra’ mi’raj.
Kegiatan isra’ mi’raj di SMP Negeri 1 Semarang dilaksanakan di
Masjid dengan dihadiri oleh semua guru, karyawan dan siswa. Kemudian
yang menjadi pembicara atau mauidhah hasnah adalah ulma’/kyai
setempat. Selain lomba puisi dan cerpen, kegiatan pengajian isra’ mi’raj
dimeriahkan oleh group rebana dari siswa-siswi SMP Negeri 1 Semarang.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari kegiatan isra’
mi’raj adalah sebagai berikut:
a) Keteguhan
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari kegiatan isro’
mi’roj ini adalah keteguhan dimana Isra’ mi’raj ini merupakan
peristiwa dimana Nabi Muhammad SAW, dalam suatu malam
melaksanakan perjalanan dari masjidil haram ke masjidil aqsa dengan
bimbingan malaikat jibril, beliau mendapatkan gambaran tentang
tanda-tanda kebesaran Allah SWT peristiwa itu tentu tidak akan
dilupakan pleh kaum muslimin, karena perintah shalat lima waktu
sehari semalam diberikan oleh Allah SWT saat isra’ dan mi’raj. Pada
waktu itu Nabi Muhammad baru saja ditinggal wafat istrinya siti
khadijah dan pamannya abu thalib, namun keprihatinan tersebut
menjadikan Nabi Muhammad semakin dekat dengan Allah SWT.
b) Kesabaran
Selain keteguhan siswa dapat memperoleh nilai-nilai
keislaman berupa kesabaran. Disatu sisi Nabi Muhammad
mendapatkan wahyu mengenai shalat lima waktu. Disatu sisi lainnya
Nabi kehilangan orang-orang tercintanya yaitu istri dan pamannya.
Walaupun demikian Nabi tetap sabar menghadapi kejadian ini.
2) Pesantren Ramadhan
Setiap satu tahun sekali tepatnya di bulan Ramadhan SMPN 1
Semarang mengadakan pesantren kilat atau pesantren ramadhan. Pesantren
145
kilat adalah pengajian yang mengkaji materi-materi keagamaan dengan
menghadirkan nara sumber/ulama’ setempat yang dilaksanakan pada bulan
Ramadhan. Kegiatan pesantren Ramadhan di SMP N 1 Semarang
dilaksanakan pada minggu kedua dengan pembukaan di masjid oleh semua
siswa. Kemudian dilanjutkan di kelas masing-masing.
Pesantren Ramadhan di SMP Negeri 1 Semarang yang diisi oleh
guru PAI dan dibantu guru-guru yang lain, Yayasan Darul Qur’an, UIN
Walisongo dan Ulama’ setempat. Ketika pelaksanaan pesantren Ramadhan
siswa wajib menggunakan kopyah/songkok dan berbaju muslim,
sedangkan untuk siswi diwajibkan untuk berjilbab. Dan semuanya
diwajibkan pula membawa Al Qur’an. Sebelum pesantren Ramadhan para
siswa diprogramkan untuk membaca yasin dan membaca al qur’an satu
juz, dengan harapan selama satu bulan Ramadhan para siswa bisa
mengkhatamkan Al Qur’an.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari pesantren
ramadhan adalah sebagai berikut:
a) Semangat menuntut ilmu
Kegiatan yang diselenggarakan satu tahun sekali ini dapat
membangkitkan siswa untuk menuntut ilmu. Karena ada nuansa
tersendiri pembelajaran keagamaan daripada hari-hari biasa. Khusus
materi yang disampaikan oleh tutor adalah materi agama dan tutor
pesantren ramadhan berasal dari luar sekolah. maka dengan adanya
program pesantren ramadhan siswa akan memperoleh nilai-nilai
keislaman berupa semangat untuk menuntut ilmu.
b) Disiplin
Khusus untuk bulan ramadhan siswa masuk mulai pukul
08.00. sebagaimana biasa sebelum pembelajaran dimulai siswa
melantunkan nadzam asma’ul husna. Akan tetapi khusus untuk bulan
ramadhan siswa diwajibkan untuk shalat dhuha terlebih dahulu
sebelum pembelajaran dimulai. Dengan penjadwalan shalat dhuha dan
do’a bersama maka siswa akan mendapatkan nilai-nilai keislaman
berupa kedisiplinan.
146
c) Kebersamaan
Pesantren ramadhan ada nilai kebersamaan karena semua
siswa laki-laki diwajibkan untuk pakai songkok sedangkan perempuan
diwajibkan untuk pakai jilbab. Maka dari dari kegiatan pesantren
ramadhan siswa memperoleh nilai-nilai keislaman berupa
kebersamaan.
3) Maulud Nabi Muhammad SAW
Kegiatan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW di SMP
Negeri 1 Semarang diselenggarakan pada bulan Maulud (Kalender
Hijriyah). Sebelum kegiatan pengajian dimulai terlebih dahulu para siswa
membacakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang diiringi group
hadroh siswa-siswi SMP Negeri 1 Semarang, kemudian dilanjutkan bacaan
barzanji, diba’an baru pengajian.
Kegiatan pengajian peringatan maulud Nabi Muhammad SAW ini
diikuti oleh semua guru, karyawan, dan siswa. Mauidhah hasanah biasanya
diisi oleh ulama’ setempat dan kadang-kadang mengundang dosen dari
UIN Walisongo Semarang.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari peringatan
maulud Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut:
a) Meneladani akhlak Nabi
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh dari peringatan maulud
Nabi adalah akhlakul karimah. Dari peringatan maulud Nabi siswa
diharapkan bisa meneladani sifat-sifat dan akhlak Nabi Muhammad
SAW.
b) Religius
Peringatan maulud Nabi memberikan nilai religius karena
pelaksanaannya di masjid yang dimeriahkan dengan group rebana dan
lantunan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Maka suasana akan
terasa religus.
4) Santunan anak yatim
Selain acara seremoni dalam bentuk pengajian, SMP N 1
Semarang ketika memperingati Maulud Nabi juga memberikan santunan
147
kepada anak yatim di panti asuhan, diantara panti asuhan yang pernah
disantuni adalah panti asuhan Al Hidayah, Panti Asuhan Darun Najah,
panti Asuhan Bina Amal dan lain sebagainya. Bentuk santinan tersebut
berupa uang, setrika, kipas angin, kompor, lampu, beras dan lain
sebagainya.
Kegiatan santunan anak yatim ini dana diperoleh dari iuran para
siswa seikhlasnya, kemudian dana dikumpulkan menjadi satu setelah itu
dibelikan keperluan-keperluan yang akan di santunkan ke panti asuhan.
Untuk penyaluran santunan anak yatim tersebut diberikan langsung oleh
guru PAI dan didampingi perwakilan pengurus OSIS.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa adalah kedermawanan
dan peduli dengan sesama. Kedermawanan harus dilatih sejak dini karena
kalau dibiarkan maka akan menjadi siswa yang pelit dan dijauhi oleh
teman-teman dan jauh pula dari Allah. Peduli dengan sesama juga harus
ditanamkan sejak dini karena mengingat hidup bermasyarakat ada yang
miskin dan ada yang kaya. Maka sudah seyogyanya orang yang kaya
membantu yang miskin dan orang yang kuat membantu yang lemah.
5) Shalat Idul adha dan latihan qurban
Ketika bulan Dzulqa’dah SMP Negeri 1 Semarang
menyelenggarakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari shalat ‘Id secara
berjama’ah kemudian dilanjutkan menyembelih qurban berupa sapi dan
kambing. Sebelumnya panitia Idul Qurban memberikan arahan kepada
para siswa untuk latihan qurban dengan membayar iuran uang sebesar Rp.
50.000 kemudian uang tersebut dibelikan sapi dan kambing. Walaupun
demikian karena rata-rata wali murid SMP Negeri 1 Semarang golongan
menengah keatas sehingga mereka ada yang berkorban langsung satu
kambing dan bahkan ada yang berkorban satu sapi.
Daging kurban dibagikan kepada para fakir dan miskin di sekitar
SMP Negeri 1 Semarang dengan cara membagikan kupon agar
pengambilan bisa berjalan secara tertib dan tidak rebutan. Selain itu daging
kurban diberikan para tukang becak, dan sebagain lagi diberikan ke panti
asuhan di Semarang. Shalat ‘Id diwajibkan bagi semua siswa dan siswi
148
yang bertindak menjadi khotib dan imam shalat Idul Adha adalah guru
PAI. Dari rangkaian idul adha tersebut siswa memperoleh nilai-nilai
keislaman berupa latihan berkorban dan berbagi dengan sesama.
6) Zakat fitrah
Di bulan ramadhan para siswa SMP N 1 Semarang diwajibkan
zakat fitrah di sekolah dengan membawa 2,5 KG beras. Kemudian setelah
beras terkumpul SMP N 1 Semarang bekerjasama dengan rumah zakat
untuk menyalurkan zakat tersebut. Selain itu zakat juga dibagikan kepada
tukang becak dan para fakir miskin di sekitar SMP N 1 Semarang dengan
membagikan kupon biar tertib dalam pengambilannya.
Zakat fitrah di SMP Negeri 1 Semarang ini dibentuk panitia
tersendiri yang di ketuai oleh salah satu guru dan melibatkan pengurus
OSIS. Zakat fitrah biasanya dipusatkan di Masjid yang dijaga oleh dua
siswa yang dijadwal secara bergilir. Dari kegiatan zakat fitrah tersebut
siswa tertanam nilai-nilai keislaman berupa taat kepada perintah Allah
SWT. Karena zakat fitrah adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh
semua umat Islam. Selain ketaatan kegiatan zakat fitrah dapat
menanamkan nilai-nilai keislaman berupa peduli dengan sesama. Karena
hasil dari zakat fitra dikumpulkan menjadi satu untuk dibagikan kepada
fakir miskin.
7) Istighosah Akbar
Kelas IX SMP N 1 Semarang selain mengglembeng siswa
siswinya bapak dan ibu guru juga berusha untuk mengglembeng siswa-
siswi dalam bentuk kerohanian dengan mengadakan istighosah bersama.
Istighosah bersma menjelang Ujian Nasional diadakan di masjid SMP N 1
Semarang dengan menghadirkan orang tua siswa dan dipimpin oleh ulama’
setempat.
Nilai-nilai keislaman yang diperoleh siswa dari istighosah akbar
adalah sebagai berikut:
a) Religius
Sudah barang tentu kegiatan istighosah yang bernuansa
keagamaan pasti mempunyai nilai-nilai keislaman berupa religius.
149
Tempat istighosah di masjid dan yang dibaca adalah ayat-ayat qur’an,
dzikir dan do’a-do’a tertentu.
b) Kebersamaan
Acara istighosah akbar ini menghadirkan semua wali murid
kelas IX dan dipimpin oleh ulama’ setempat. Acara ini diikuti oleh
semua siswa kelas IX, bapak dan ibu guru dan wali murid. Maka acara
istighosah akbar ini siswa memperoleh nilai-nilai keislaman berupa
kebersamaan.
e. Pembelajaran yang dipusatkan di masjid
1) Praktik shalat fardhu
Yang menjadi tujuan utama dalam praktek shalat fardhu adalah
kebenaran dan kefasihan siswa dalam melafadzkan niat dan bacaan-
bacaan dalam shalat. Selain itu, gerakan-gerakan dalam shalat juga
menjadi point utama guru PAI dalam mengajaran praktek shalat
berjama’ah. Sebelum praktek shalat fardhu dilaksanakan guru PAI
menjelaskan mengenai pentingnya shalat dan ancaman orang yang
meninggalkan shalat. Guru PAI juga memberikan contoh secara langsung
kepada para siswa mengenai bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan dalam
shalat.
2) Praktik shalat jama’ dan qashar
Shalat jama’ dan qashar adalah shalat yang dilakukan oleh orang
yang bepergian jauh, shalat ini dilakukan sebagai rukhsoh/keringanan
bagi seorang muslim yang pergi jauh dengan niat yang baik bukan untuk
maksiat. Shalat jama’ adalah shalat yang menggabungkan antara shalat
dhuhur dan ashar, shalat maghrib dan shalat isya’, sementara shalat subuh
tidak bisa dijama’. Sedangkan shalat qashar adalah shalat yang dilakukan
oleh orang muslim yang bepergian dengan meringkas shalat dari shalat
dhuhur empat rakaat menjadi dua rakaat, shalat ashar empat rakaat
menjadi dua rakaat, shalat isya’ empat rakaat menjadi dua rakaat dan
shalat maghrib serta subuh sama, yakni maghrib tiga rakaat dan subuh dua
rakaat.
150
Praktik shalat jama’ dan qasahar ini dilakukan oleh siswa yang
mana sebelumnya guru memberikan penjelasan tentang shalat jama’ dan
qashar serta memberikan contoh shalat jama’ dan qashar. Guru
memberikan contoh secara sempurna mulai dari niat, takbiratul ihram
sampai salam serta gerakan-gerakan dalam shalat.
3) Praktik wudhu dan tayamum
Wudhu kelihatannya urusan sepele tetapi untuk anak-anak kalau
tidak diperhatikan secara serius maka akan seenaknya saja dalam
melkukan wudhu’. Walaupun wudhu hukum asalnya mubah, akan tetapi
kalau menjalankan shalat wudhu yang semula mubah menjadi wajib.
Kalau wudhunya tidak benar maka wudhunya tidak sah, kalau wudhunya
tidak sah maka shalat-nya pun juga menjadi tidak sah.
Praktik wudhu dilakukan satu-persatu siswa mempraktikkan
wudhu, sebelum praktik dilakukan guur terlebih dahulu memberi
penjelasan menganai wudhu, kemudian melafadzkan niat bersama-sam
setelah itu diajarkan pula do’a setelah wudhu.
4) Praktik shalat trawih
Shalat trawih merupakan ibadah shalat sunnah yang dilakukan
oleh setiap muslim satu tahun sekali. Pelaksanaan shalat trawih dilakukan
satu bulan penuh di bulan puasa. Biasanya ramai di masjid-masjid atau
mushola-mushola umat muslim menjalankan shalat trawih ketika bulan
ramadahan. Walaupun ibadah sunnah akan tetapi umat muslim merasa
berat untuk meninggalkan karena shalat trawih dilaksanakan satu tahun
sekali.
Tujuan dilakukan praktek shalat trawih adalah agar para siswa
bisa melkukan shlat trawih dengan baik dan benar sesuai dengan syariat
islam. Serta mengetahui lebih dalam mengenai shalat trawih, mulai dari
waktunya, jumlah rakaatnya dan persoalan teknis shalat trawih yaitu
dilakukan dua rakaat salam-dua rakaat salam sebanyak dua puluh rakaat.
Selain itu guru juga menjelaskan mengenai perbedaan jumlah rakaat
shalat trawih yang berjumlah delapan rakaat dengan empat rakaat salam-
empat rakaat salam, supaya siswa dimasyarakat tidak merasa asing dan
151
aneh terhadap perbedaan-perbedaan tersebut. Kemudian setelah shalat
trawih dalukukan shalat witir sebnya tiga rakaat dengan dua rakaat salam
dan satu rakaat salam.
5) Praktik shalat istikharah
Shalat istikharah adalah shalat untuk memilih antara dua perkara
atau lebih ketika seorang muslim mengalami kebimbangan. Shalat
istikharan berjumlah dua rakaat dan yang lebih afdhal/utama dilaksanakan
pada malam hari. Setelah shalat istikharah disunnahkan membaca do’a-
do’a tertentu dan berdo’a kepada Allah untuk diberikan salah satu pilihan
yang terbaik.
Praktik shalat istikharah dilakukan satu persatu oleh siswa yang
dinilai langsung oleh guru PAI, sebelumnya guru PAI memberikan
penjelasan mengenai tata cara shalat istikharah dan kegunaan/manfaat
shalat istikharah. Kemudian memberikan contoh gerakan dan bacaan-
bacaan dalam shalat istikharah.
6) Praktik shalat khusuf dan kusuf
Shalat khusuf adalah shalat yang dilakukan ketika terjadi gerhana
matahari, sedangkan shalat kusuf adalah shalat yang dilaksanakan ketika
terjadi gerhana bulan. Shalat khusuf dan kusuf ini dilakukan sebanyak dua
rakaat. Adapaun tatacara pelaksanaan shalat khusuf adalah diawali dengan
niat kemudian takbir setelah itu membaca fatihah dan surat-surat yang
disunnahkan. Shalat khusuf dan kusuf terdiri dari dua rakaat, dimana
setiap satu rakaat terdiri dari dua rukuk dan dua sejud, begitu pula
dirakaat kedua sama sebagaimana rakaat pertama.
Praktik shalat khusuf dan kusuf ini di tempatkan di masjid, yang
mana sebelumnya guru PAI memberikan penjelsan mengenai tata cara
shalat khusuf dan kusuf. Baik gerakan maupun bacaan-bacaan dalam
shalat tesebut. Kemudian memberikan contoh dan semua siswa praktik
satu per satu untuk melaksanakan shalat khusuf dan kusuf.
Kegiatan pembelajaran yang dipusatkan di masjid sangat banyak
sekali terutama kegiatan-kegiatan yang kaitannya dengan praktik. Kegiatan-
kegiatan tersebut adalah praktik shalat fardhu, praktik shalat jama’ dan
152
qashar, praktik tayamum dan wudhu’, praktik shalat trawih, praktik shalat
istikharah, praktik shalat khusuf dan kusuf.
Manfaat yang diperoleh siswa dari praktik-praktik keagamaan tersebut
yang dipusatkan di masjid adalah siswa akan lebih tahu dengan baik dan
benar mengenai bacaan dan gerakan-gerakan dalam shalat ataupun dalam
wudhu dan tayamum, karena diawasi langsung oleh guru PAI. Nilai-nilai
keislaman yang diperoleh siswa dari praktik kegiatan keagamaan tersebut
adalah kepatuhan kepada bapak/ibu guru karena siswa mengikuti dengan
seksama aturan yang telah dibuat oleh bapak/ibu guru. Selain itu siswa
memperoleh nilai-nilai keislaman berupa kebersamaan karena semua siswa
secara bersama-sama mengikuti pembelajaran PAI di masjid.
Banyak sekali kegiatan keagamaan yang di Masjid yang berlangsung
di SMP Negeri 1 Semarang. Hal ini dimaksudkan supaya masjid tidak hanya
besar bangunannaya akan tetapi usaha untuk memakmurkan masjid sangat
minim. Maka dari itu guru PAI tergugah untuk memberdayakan masjid,
masjid supaya bisa ramai dan berfungsi sebagaimana zaman Nabi, yaitu tidak
hanya untuk shalat lima waktu saja melainkan untuk kegiatan musyawarah,
ta’lim, seni, dan kegiatan-kegiatan yang lain.
Mengingat merosotnya moral di akhir zaman maka masjid-lah tempat
yang cocok untuk membenahi akhlak para remaja, dengan kembalinya ke
masjid para remaja dibina dan dibimbing kearah yang positif sehingga
terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela. Begitu pula di SMP Negeri 1
Semarang guru PAI berupaya untuk memberdayakan masjid dengan berbagai
kegiatan sehinnga para siswa hatinya terpaut dengan masjid, dan dengan
kegiatan-kegiatan yang ada akan tertanam nilai-nilai keislaman pada diri
peserta anak didik.
Sejak tiga tahun terakhir mulai tahun 2012-2015 SMP Negeri 1
Semarang telah memperoleh 30 kejuaraan dibidang keagamaan seperti
tilawah, tartil, pidato, kaligrafi, rebana, dan lain sebagainya. Hal ini terealisasi
berkat kerjasama antara guru PAI, kepala sekolah, semua guru dan karyawan
serta orang tua siswa. Komitmen yang kuat dari semua elemen sehingga SMP
Negeri 1 Semarang mampu menngantarkan siswa menjadi siswa yang cerdas
153
dan berakhlak, terutama keberhasilan program yang dilakukan oleh guru PAI
dalam mengelola kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi
nilai-nilai keislaman di SMP Negeri 1 Semarang.
3. Evaluasi Kegiatan Keagamaan di Masjid sebagai Sarana Internalisasi Nilai-
Nilai Keislaman siswa
Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa hal yang terkait dengan
evaluasi dari kegiatan pemberdayaan masjid yang selama ini dilakukan oleh
guru PAI di SMP Negeri 1 Semarang. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana program perencanaan pemberdayaan masjid yang telah
terealisasi di SMP Negeri 1 Semarang. Hasil dari evaluasi ini dapat dijadikan
pedoman untuk program pemberdayaan masjid yang akan datang.
Evaluasi yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengelola kegiatan
keagamaan masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman di SMP
Negeri 1 Semarang adalah dengan Absensi. Semua kegiatan yang dilakukan di
masjid, baik kegiatan harian, mingguan, tahunan, ataupun kegiatan-kegiatan
keagamaan lainnya pelaksanaannya selalu ada absensi. Dari absensi maka akan
terlihat jelas, siswa yang mengikuti kegiatan dan siswa yang tidak mengikuti
kegiatan. Penanganan yang dilakukan oleh guru PAI bagi siswa yang tidak
mengikuti kegiatan adalah berupa teguran dan nasihat, dan tentunya berdampak
pada penilaian hasil pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pemaparan oleh ibu Palupi:11
“Kami selalu memberikan absensi kepada semua siswa yang diabsenlangsung oleh rohis kelas masing-masing. Absensi yang telah dilakukanoleh rohis kelas, kemudian kami chek setiap satu minggu sekali setiaphari jum’at. Bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan maka akan kamiadakan pembinaan-pembinaan dan bimbingan khusus agar siswa bisamengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan sebagaimana siswa-siswa yanglain. Walaupun demikian dapat dipastikan hampir semua siswa selalumengikuti kegiatan yang telah diprogramkan.”
Selain absensi sebagai bentuk evaluasi yang dilakukan oleh guru PAI
dalam mengelola kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi
nilai-nilai keislaman di SMP Negeri 1 Semarang adalah dengan pemantauan
secara langsung. Guru PAI setiap hari memperhatikan para siswa baik di dalam
11 Hasil wawancara dengan Ibu Palupi, S.Ag selaku guru Agama tanggal 21 April 2015
154
kelas maupun di luar kelas, bagaimana interaksi antara siswa dengan siswa, dan
siswa dengan guru. Cara bicara, cara bergaul dan bersikap menjadi acuan utama
guru dalam mengevaluasi siswa.
Absensi untuk mengetahui siswa yang ikut kegiatan dengan siswa yang
tidak mengikuti kegiatan, sedangkan pantauan secara langsung dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana nilai-nilai keislaman diimplemantasikan siswa dalam
kehidupan terutama di sekolah. Walaupun demikian guru PAI selalu berupaya
untuk menanamkan nilai-nilai keilaman siswa. Guru PAI bekerjasama dengan
wali murid untuk memantau dan membina siswa agar nilai-nilai keislaman bisa
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kerjasama dengan orang tua untuk menginternalisasikan nilai-nilai
keislaman ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Arief Saifudin:12
“Guru PAI bekerjasama dengan orang tua untuk menginternalisasikannilai-nilai keislaman, setiap ada pertemuan wali murid kami selalumenghimbau dan meminta kepada semua wali murid untuk selalumemantau dan membina para siswa agar nilai-nilai keislamandiimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, cheking isi HP, carabebicara, adab bergaul, cara memilih teman, dan waktu bermain. Selainitu kami juga mengunjungi rumah wali murid secara bergilir untukmengetahui sejauhmana nilai-nilai keislaman diimplementasikan dalamkehidupan sehari-hari oleh siswa.”
Proses penanaman nilai-nilai keislaman pada anak didik sesungguhnya
tidak bisa diajarkan secara teoritis, seperti hafalan definisi atau pendapat para
ahli. Penanaman nilai-nilai keislaman membuthkan keteladanan dari bapak/ibu
guru dan orang tua. Keteladanan yang baik akan mengantarkan anak didik untuk
mendapatkan modelling yang tepat untuk dijadikan cermin kepribadian dalam
kehidupannya. Tanpa menyertakan keteladanan pada pribadi orang tua dan guru,
boleh jadi anak didik akan kehilangan public figure yang bisa membawa anak
didik menjadi manusia seutuhnya dan berkarakter (Emosda, 2011: 55).
Keteladanan atau Uswatun Hasanah merupakan salah satu metode
pendidikan yang sangat efektif dan efesien dalam proses pendidikan. Metode
Uswatun Hasanah besar pengaruhnya dalam misi Pendidikan Agama Islam.
Bahkan menjadi faktor penentu, sebab apa yang dilihat dan didengar oleh anak
12 Hasil wawancara dengan Bapak Arif Saifudin, S.Ag selaku guru PAI tanggal 21 April 2015
155
didik dari tingkah laku guru agama, hal tersebut bisa menambah kekuatan daya
anak didiknya, tetapi sebaliknya bisa melumpuhkan daya didiknya, apabila
ternyata yang tampak itu bertentangan dengan yang telah didengarnya.
Keteladanan yang paling nampak adalah karakter yang dimainkan oleh
si guru dan institusinya. Sebaik apapun konsep pendidikan (termasuk karakter),
jika institusi penyelenggaranya tidak berkarakter, pastilah hasilnya tidak
maksimal. Karakter pendidikan merupakan suatu kualitas atau sifat yang secara
kontinue dilakukan sehingga dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi suatu
objek atau suatu kejadian (Jalil, 2012: 24)
Selain absensi dan pantauan secara langsung kepada siswa, evaluasi
yang dilakukan adalah musyawarah bersama dengan semua guru dan kepala
sekolah untuk mengevaluasi program-program pengelolaan kegiatan keagamaan
di masjid. Program apa yang perlu diperbaiki, program yang sudah baik supaya
untuk ditingkatkan agar lebih baik, program yang kurang baik supaya ditangani
secara sungguh-sungguh supaya bisa lebih baik.
C. Analisis Hasil Penelitian
Sebagaimana dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
diskriptif kualitatif yang mana berusaha memberikan gambaran dari hasil yang
dilakukan selama melakukan penelitian melalui observasi, interview maupun dari
dokumentasi, peneliti sedikit memberikan gambaran mengenai tentang lokasi
maupun yang menjadi objek utama dalam penelitian ini, setelah memberi gambaran
tersebut peneliti akan mengecek dari hasil temuan yang ditemukan selama
melakukan penelitian, pengamatan, interview dengan nara sumber maupun yang
diperoleh dari bentuk dokumentasi maupun data secara pribadi dengan teori-teori
yang ada pada kajian teori yang sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
SMP N 1 Semarang merupakan SMP Negeri yang berprestasi, selain
mempunyai prestasi dibidang akademik SMP Negeri 1 Semarang juga berprestasi
dibidang keagamaan. SMP Negeri 1 Semarang terletak di Jalan Ronggolawe
Kecamatan Semarang Barat. Adapun obyek utama dalam penelitian ini adalah Guru
PAI SMP Negeri 1 Semarang. Sebagaimana dalam fokus penelitian ini ada
beberapa hal yang ingin diketahui yaitu tentang perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi manajemen kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi
156
nilai-nilai keislaman di SMP Negeri 1 Semarang. Adapun analisis dari ketiga
pokok bahasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tujuan manajemen kegiatan masjid ini adalah untuk menanamkan nilai-
nilai keislaman pada diri siswa di SMP N 1 Semarang. Bangsa Indonesia
khususnya anak muda sedang mengalami kemrosotan moral, hal ini bisa dilihat
dari banyaknya tawuran antar pelajar, minum-minuman keras, hamil di luar
nikah, dan tindakan-tindakan negatif yang lainnya. SMP N 1 Semarang
mempunyai masjid terbesar tingkat SLTP se Kota Semarang dan fasilitas masjid
yang cukup lengkap. Masjid yang ada di SMP N 1 Semarang kalau dikelola
dengan baik melalui berbagai kegiatan keagamaan, dan pembinaan-pembinaan
moral kepada siswa maka siswa akan tertanam nilai-nilai keislaman pada
dirinya.
Guru PAI di SMP N 1 Semarang berupaya untuk mengelola masjid
semaksimal mungkin. Dimulai dari kordinasi antar guru PAI, waka kurikulum,
waka kesiswaan, dan bapak kepala sekolah. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan
yang diagendakan oleh guru PAI di masjid meliputi kegiatan harian, kegiatan
mingguan, kegiatan bulanan, kegiatan tahunan, dan kegiatan pembelajaran
keagamaan.
Perencanaan kegiatan masjid di SMP N 1 Semarang sebagai sarana
internalisasi nilai-nilai keislaman sudah teratur dan terkonsep matang. Hal ini
dilakukan oleh guru PAI yang sungguh-sungguh dan serius dalam menyusun
program kegiatan masjid. Penyusunan perencanaan kegiatan dimulai dari
penyesuaian visi dan misi masjid, tujuan kegiatan dan kordinasi dengan waka
kurikulum, waka kesiswaan dan bapak kepala sekolah. Dalam menyusun
perencanaan guru PAI menggunakan pendekatan otokratis, dimana kebijakan,
program-program yang terencana ditentukan oleh pihak atasan yaitu guru PAI
dan pihak sekolah. Karena masjid sekolah bukan masjid untuk umum yang
dikelola oleh masyarakat sehingga siswa sebagai jamaah mengikuti program
yang telah disusun oleh pihak sekolah.
Substansi perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah pengambilan
keputusan dengan memilih dan memilah kegiatan yang akan atau tidak
157
dilaksanakan, bagaimana pengerjaannya, apa yang harus dikerjakan, dan siapa
yang mengerjakannya. Tanpa perencanaan yang matang dan terarah, suatu
kegiatan tidak akan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Masjid merupakan salah satu sarana pembelajaran yang ada di satuan
pendidikan. Selain sebagai tempat shalat masjid juga bisa difungsikan untuk
kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain, seperti peringatan Hari Besar Islam
(PHBI), pembelajaran praktik keagamaan, pembinaan iman dan taqwa untuk
siswa, bapak dan ibu guru, latihan ketrampilan siswa: kaligrafi, qora’ah, tartil,
dan lain sebagainya. Untuk mewujudkan itu semua, agar masjid bisa berfungsi
dengan baik dan efektif maka perlu sebuah perencanaan yang matang. Guru PAI
selaku orang yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola masjid maka guru
PAI berusaha dengan sungguh-sunggguh untuk menjadikan masjid sebagai pusat
kegiatan siswa.
Perencanaan merupakan landasan bagi manajemen. Ia adalah penentuan
sasaran yang ingin dicapai, tindakan yang seharusnya dilaksanakan, bentuk
organisasi yang tepat untuk mencapainya dan orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan
mempunyai beberapa tujuan penting yaitu:
1) Mengurangi atau mengimbangi ketidakpastian dan perubahan-perubahan
pada waktu yang akan datang.
2) Memusatkan perhatian pada sasaran
3) Mendapatkan proses pencapaian tujuan secara ekonomis
4) Memudahkan dalam pengendalian.
Perencanaan pengelolaan kegiatan keagamaan di masjid harus dikonsep
sedemikian rupa, baik perencanaan kegiatan harian, mingguan, bulanan, tahunan
dan pembelajaran keagamaan. Karena dengan perencanaan yang baik akan
menghasilkan out put yang baik pula. Perencanaan pengelolaan kegiatan
keagamaan di masjid harus memberikan kontribusi positif bagi warga sekolah,
baik itu siswa, karyawan maupun guru di SMP Negeri 1 Semarang. Kegiatan
yang sudah dikonsep matang saja kadang-kadang pelaksanaan masih melenceng
dari perencanaan apalagi kegiatan tanpa perencanaan.
158
Di dalam penelitian ini, peneliti mengkhususkan perencanaan
pengelolaan kegiatan masjid oleh guru PAI yang bisa memberikan kontribusi
positif kepada siswa berupa nilai-nilai keislaman. Karena membahas tentang
masjid dan guru PAI tentu yang berhubungan dengan akhlak, sedangkan akhlak
dapat juga diistilahkan dengan nilai-nilai keislaman. Nilai-nilai keislaman suatu
hal yang penting yang harus ditanamkan kepada peserta didik karena visi SMP
Negeri Semarang adalah luhur, budi, cerdas, berprestasi. Harapan dari bapak
kepala sekolah adalah sesuai dengan visi tersebut adalah ingin mendidik siswa
agar menjadi siswa yang cerdas dan berprestasi dalam bidang akademik yang
diimbangin dengan budi pekerti yang baik.
Disamping itu perencanaan juga mempunyai sifat hirarki yang memilki
empat prinsip utama yaitu:
1) Kontribusi pada tujuan dan sasaran
2) Aspek primer dari perencanaan
3) Aspek daya serap perencanaan
4) Efisiensi biaya.
Perencanaan pengelolaan kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana
internalisasi nilai-nilai keislaman merupakan program yang sangat bagus sekali.
Hal ini sesuai dengan visi dan misi SMP Negeri 1 Semarang yaitu luhur, budi,
cerdas, berprestasi. Megajar anak untuk menjadi pintar saja mudah akan tetapi
menjadikannya siswa yang cerdas dan berakhlak menjadi perhatian sendiri oleh
bapak dan ibu guru. Tugas pendidik dalam konteks ini adalah guru PAI adalah
mendidik dengan cara mengajar di samping memberi dorongan, memberi
teladan, memuji maupun membiasakan. Maka langkah guru PAI dalam
mengelola kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai
keislaman sudah sangat cocok sekali.
Sebagaimana hasil wawanara dengan bapak Arief saifudin, S.Ag.
selaku guru PAI pada tanggal 14 April 2015, maka dapat disimpulkan bahwa
perencanaan yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengelola kegiatan
keagamaan di masjid sudah semaksimal mungkin, mulai dari kordinasi dengan
guru PAI sendiri, kordinasi dengan waka kurikulum dan waka kesiswaan dan
pengajuan kepada kepala sekolah. Dari kordinasi-kordinasi tersebut semua pihak
159
mendukung sepenuhnya untuk mengelola kegiatan keagamaan di masjid sebagai
sarana internalisasi nilai-nilai keislaman.
Perencanaan program kegiatan masjid harian seperti, adzan dhuhur,
pembacaan ta’lim fadhilah amal, membaca asma’ul husna, terjadwal dengan rapi
yang melibatkan semua siswa terlebih siswa kelas VII dan VIII hal ini dalam
rangka pengakaderan. Kalau kelas IX lulus maka ada generasi penerusnya.
Perencanaan program harian selain terjadwal rapi, guru PAI membentuk
program musyawarah harian setelah shalat dhuhur dengan personil pengurus
OSIS terutama Rohis. Di dalam musyawarah tersebut membahas dan menjadwal
ulang untuk memastikan petugas adzan dan ta’lim serta pembacaan asma’ul
husna. Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi kekosongan personil ketika
pelaksanaan.
Untuk perencanaan program mingguan seperti adzan jum’at dan bilal,
sebagaimana perencanaan program harian, guru PAI membentuk musyawarah
kecil dengan pengurus OSIS dan Rohis untuk memastikan siapa yang bertugas
menjadi bilal dan adzan jum’at. Sedangkan untuk kajian keislaman siswi guru
PAI terlebih dahulu berkordinasi dengan pengurus LSM Krend untuk memilih
tema yang cocok dan terkini. Begitu pula untuk kegiatan bulanan seperti
santapan rohani untuk bapak dan ibu guru, guru PAI berkordinasi atau rapat
kecil-kecilan untuk memastikan siapa yang mengisi dan mengingatkan melalui
SMS kepada bapak dan ibu guru supaya acara maksimal bisa ikut semua tidak
ada alasan lupa.
Program kegiatan masjid yang besar seperti Peringatan Hari Besar
Islam (PHBI) maka guru PAI menyusun kepanitiaan tersendiri yang dikemas
dalam bentuk proposal agar bisa maksimal dalam pelaksanaannya. Selain itu
kegiatan yang besar seperti PHBI membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit
sehingga perlu pengajuan dan persetujuan dari kepala sekolah. Kegiatan PHBI
ini tidak bekerjasama dengan pihak luar karena dari segi pendanaan SMP Negeri
1 Semarang sudah cukup.
b. Pelaksanaan
Perencanaan harus direalisasikan melalui tindakan-tindakan pergerakan
(actuating), sebab sebaik apapun perencanaan tanpa pergerakan tidak akan
160
berarti atau apa yang diharapkan tidak terealisasi, sebab pergerakan merupakan
fungsi manajemen untuk mewujudkan sesuatu yang yang direncanakan menjadi
sesuatu yang kenyataan. Orang yang menggerakkan roda sebuah organisasi
disebut dengan manajer. Manajer diartikan sebagai orang yang bertanggung
jawab dalam proses pelaksanaan pekerjaan dalam pengerahan seluruh usaha
untuk membantu sebuah perusahaan dengan meraih tujuan. Dengan demikian
guru PAI berarti orang yang paling bertangung jawab atas pemberdayaan masjid
di SMP Negeri 1 Semarang.
Dalam pelaksanaan suatu program tidak akan berhasil jika tidak
mendapatkan dukungan dari semua pihak. SMP Negeri 1 Semarang menjadi
seekolah yang unggul dalam bidang akademik dan keagamaan, selain itu juga
berbudi pekerti yang baik. Hal ini karena masjid yang ada di SMP Negeri 1
Semarang difungsikan secara maksimal untuk menanamkan nilai-nilai keislaman
pada siswa. Nilai-nilai keislaman sejalan dengan nilai-nilai karakter atau yang
mana pada akhir-akhir ini menjadi perhatian serius di dunia pendidikan.
Mengingat merosotnya moral remaja, banyaknya tindakan asusila, pencurian,
tawuran antar pelajar, pemerkosaan, minum minuman keras, narkoba, dan lain
sebagainya. Maka untuk mengatasi semua masjid lah menjadi satu-satu nya
tempat untuk membina dan membimbing anak ke arah yang positif.
Pelaksanaan kegiatan keagamaan masjid di SMP Negeri 1 Semarang
berjalan dengan baik dan lancar, karena mendapatkan dukungan dari semua
stakeholder yang ada di SMP Negeri 1 Semarang. Tidak hanya bapak dan ibu
guru yang mendukung, bahkan wali murid dan orang tua pun mendukung
sepenuhnya dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan keagamaan di masjid
sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman siswa.
Dalam pengelolaan kegiatan keagamaan di masjid SMP Negeri 1
Semarang sangat tinggi sekali partisipasi oarng tua. Tingginya tingkat partisipasi
orang tua siswa untuk memberdayakan masjid dalam bentuk finansial barang,
dan jasa. Partisipasi orang tua siswa dalam bentuk ini dibagi dalam berbagai
bentuk diantaranya sumbangan material barang, tenaga, uang, dan dalam bentuk
konsumsi. Hasilnya adalah pembanguan masjid lantai 2 dengan lantai kramik
yang sebelumnya lantai biasa. Selain itu bantuan berupa paving depan masjid,
161
speaker, perlengkapan masjid (kaligrafi, asma’ul husna, al qur’an, sanyu, dan
lain sebagainya). Partisipasi dalam bentuk finansial barang atau jasa dari wali
murid merupakan bentuk kesadaran wali murid mengenai pentingnya
pengelolaan kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai
keislaman.
Pelaksanaan pemberdayaan masjid kegiatan harian seperti shalat
berjama’ah, ta’lim sebelum dhuhur, adzan, berjalan dengan baik dan lancar
sesuai dengan perencanaan. Shalat berjama’ah diikuti oleh semua siswa-siswi,
ta’lim sebelum dhuhur petugasnya pasti dan yang dibaca juga pasti, karena
sebelumnya sudah disiapkan dan diadakan pembinaan terlebih dahulu oleh seksi
kerohisan. Walaupun sudah terjadwal tetapi tidak ada pembinaan dan persiapan
maka hasilnya akan kurang maksimal. Begitu pula yang bertugas adzan dhuhur
juga diadakan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu karena tidak semua
siswa bisa dan berani adzan.
Pelaksanaan kegiatan mingguan pemberdayaan masjid yang dilakukan
oleh guru PAI sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman seperti shalat
jum’at, infak/sadaqah, bersih-bersih masjid sudah berjalan dengan baik dan
lancar, walaupun demikian masih harus terus diadakan perbaikan-perbaiakan.
Untuk shalat jum’at pelaksanaan sudah maksimal karena persiapan satu hari
sebelumnya sudah dipastikan siapa yang bertugas menjadimu’adzin dan bilal
serta salah satu guru yang menjadi khotib. Untuk kegiatan infaq/sadaqah karena
sudah rutin setiap hari jum’at maka sudah bisa dikatakan berjalan dengan baik
dan lancar. Yang bertugas mengkoordinir adalah rohis kelas masing-masing.
Sedangkan untuk kegiatan bersih-bersih masjid walaupun sudah berjalan lancar
maka harus terjadwal biar lebih praktis dan maksimal dalam pelaksanaan. Dibagi
sebagaian ada yang membersihkan kamar mandi, sebagaian ada yang
membersihkan masjid, sebagaian ada yang membersihkan halaman masjid, dan
lain sebagainya.
Pelaksanaan kegiatan bulanan dan tahunan pemberdayaan masjid
sebagai saranan internalisasi nilai-nilai keislaman di SMP Negeri Semarang
khususnya PHBI dalam pelaksanaannya lebih maksimal daripada kegiatan
harian, karena PHBI dalam perencanaan melibatkan banyak pihak termasuk
162
bapak dan ibu guru yang dirangkai dalam bentuk panitia. Kegiatan PHBI seperti
mauludan, isro’ mi’raj sebelumnya diadakan lomba-lomba keagamaan sehingga
lebih meriah dan para siswa antusias dalam mengikutinya. PHBI ini
mendatangkan pembicara ulama’ setempat dan siswa lebih khusyu’ dalam
mendengarkannya.
Pembelajaran keagamaan di masjid tidak hanya sekedar teori saja
melainkan bisa praktik mengenai teori yang telah diajarkan. Shalat berjama’ah,
shalat jum’at dan peringatan-peringatan hari besar sangat banyak sekali
manfaatnya terutama nilai-nilai keislaman yang bisa diperoleh oleh siswa. Serta
siswa tidak merasa jenuh dan tidak bosan dengan pembelajaran dimasjid karena
tempat luas, suasana enak, dan bisa mempraktikan langsung mengenai teori yang
diajarkan oleh bapak/ibu guru Agama.
Pelaksanaan pemberdayaan masjid yang dilakukan oleh guru PAI
sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman sudah berjalan dengan baik dan
maksimal atau berhasil. Hal ini bisa dilihat dari semua program yang
direncanakan sudah terealisasi hanya tiga program yang belum yaitu: pesantren
Ramadhan di pondok pesantren, kuliah minggu pagi, kegiatan BTQ untuk bapak
dan ibu guru.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan alat untuk menilai berhasil atau tidaknya sebuah
tujuan yang telah direncanakan. Evaluasi harus dilakukan oleh guru PAI
terhadap pelaksanaan kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi
nilai-nilai keislaman di SMP Negeri 1 Semarang. Fungsi evaluasi di SMP Negeri
1 Semarang bukanlah evaluasi untuk mencari keslahan tetapi melengkapi dan
mendorong menuju sukses program yang telah terlaksana.
Untuk mengetahui keberhasilan guru PAI dalam mengelola kegiatan
keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman maka
diadakan evaluasi. Secara garis besar evaluasi yang dilakukan oleh guru PAI
dalam mengelola kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi
nilai-nilai keislaman di SMP Negeri 1 Semarang ada tiga macam, absensi,
pemantauan secara langsung dan musyawarah evaluasi.
163
1) Absensi
Setiap kegiatan keagamaan di masjid baik harian, mingguan,
bulanan, tahunan, dan kegiatan pembelajaran keagamaan di masjid selalu
diabsensi. Yang bertugas mengabsensi adalah masing-masing rohis kelas
kemudian dilaporkan kepada guru PAI. Evaluasi berupa absensi ini
merupakan langkan yang efektif karena dapat menjadikan siswa untuk selalu
mengikuti kegiatan keagamaan di masjid. Walaupun pertama satu atau dua
kali merasa terpaksa untuk mengikuti kegiatan keagamaan di masjid. Akan
tetapi lama-lama siswa semakin antusias dan merasa nyaman untuk mengikuti
kegiatan. Karena sudah muncul rasa kesadaran mengenai pentingnya nilai-
nilai keislaman di tanamkan dalam diri mereka.
Absensi ini dilaporkan oleh rohis kelas kepada guru PAI setiap satu
minggu sekali tepatnya hari kamis siang, kemudian jum’at pagi siswa yang
yang alfa di panggil untuk diberikan pembinaan oleh guru PAI. Absensi
dilakukan untuk mengetahui siswa yang mengikuti kegiatan dan tidak
mengikuti kegiatan, siswa yang tidak mengikuti kegiatan atau alfa maka akan
ada pembinaan dari guru PAI dan berimplikasi pada penilaian. Dengan
adanya evaluasi absensi maka siswa menjadi rajin dan mengikuti semua
kegiatan keagamaan di masjid kecuali yang berhalangan atau ada keperluan
maka izin kepada guru PAI.
2) Pemantauan secara langsung
Pemantauan secara langsung dilakukan oleh guru PAI baik ketika
pelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Pemantauan secara langsung
ini guru PAI bekerjasama dengan semua guru untuk mengenternalisasikan
nilai-nilai keislaman. Pemantauan secara langsung kepada siswa dilakukan
untuk mengetahui sejauhmana siswa mengimplementasikan nilai-nilai
keislaman dalam kehiudpan sehari-hari terutama disekolah.
Guru yang mengetahui siswa yang berbuat tidak sopan atau negatif
maka langsung menegurnya. Pemantauan secara langsung ini juga
berimplikasi pada penilaian, karena penilaian akhir mengabungkan antara
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pemantauan secara langsung ini
164
lebih efektif daripada absensi, karena siswa merasa diawasi langsung oleh
bapak/ibu guru.
Selain evaluasi absensi dan pemantauan secara langsung, guru PAI
bekerjasama dengan wali murid untuk mengimplementasikan nilai-nilai
keislaman dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Karena
mengimplementasikan nilai-nilai keislaman tidak hanya di sekolah saja,
mengimplementasikan nilai-nilai keislaman tidak tugas guru di sekolah saja
melainkan tugas bersama anatara guru dan wali murid.
3) Musyawarah evaluasi bersama
Untuk mengevaluasi program masjid secara keseluruhan pihak
sekolah menggelar rapat bersama dengan bapak dan ibu guru untuk
mendapatkan masukan-masukan, program pemberdayaan masjid apa yang
perlu ditingkatkan. Program yang sudah berjalan dengan baik supaya bisa
lebih baik dan program yang kurang baik supaya mendapatkan masukan dari
bapak/ibu guru agar menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil analisis evalusai sebanarnya sudah baik. Karena
program pengelolaan kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana
internalisasi nilai-nilai keislaman melibatkan semua komponen tidak hanya
guru PAI saja melainkan kerjasama dengan bapak dan ibu guru dan wali
murid. Dari hasil evaluasi tersebut harus dijadikan feedback. Dari sisi
kelebihan harus dipertahankan dan dikembangkan, sedangkan dari sisi
kekurangan perlu dicarikan alternatif solusinya melalu kerjasama yang
efektif, agar setiap pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masjid di masa depan
semakin mampu mewujudkan siswa yang tertanam nilai-nilai keislaman pada
dirinya.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kegiatan Masjid sebagai
Sarana Internalisasi Nilai-Nilai Keislaman
1. Faktor pendukung
SMP Negeri Semarang mempunyai beberapa kekuatan sebagai faktor
pendukung guru PAI dalam mengelola kegiatan keagamaan di masjid sebagai
sarana internalisasi nilai-nilai keislaman. Pengelolaan kegiatan keagamaan di
masjid SMP Negeri 1 Semarang dapat dikatakan cukup berhasil dan lancar
165
(efektif dan efisien) meskipun terdapat sedikit kendala teknis dalam pelaksanaan
kegiatan, tetapi hal tersebut tidak berpengaruh secara mendasar. Hal ini dapat
dilihat dari semua program kegiatan hanya tiga program yang belum terealisasi
yaitu: BTQ untuk semua guru, kuliah pagi setiap hari minggu, dan pesantren
Ramadhan di pondok pesantren.
Beberapa faktor pendukung guru PAI dalam mengelola kegiatan
keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman siswa di
SMP Negeri 1 Semarang agar pelaksanaan bisa berjalan dengan baik, efektif dan
efisien, maka guru PAI SMP N 1 Semarang telah melakukan beberapa alternatif
cara. Adapun faktor yang menjadi pendukung dalam pengelolaan kegiatan
keagamaan di masjid adalah sebagai berikut:
a) Kesungguhan dan kesemangatan guru PAI dengan menjalin hubungan yang
baik antara guru yang satu dengan guru yang lainnya sehingga tidak ada miss
komunikasi tentang program-program keagamaan khusunya yang dipusatkan
di masjid.
b) Lengkapnya sarana dan prasarana masjid sehingga mempermudah dalam
pembelajaran diantaranya dilengkapi dengan papan tulis dan LCD.
c) Dukungan sepenuhnya dari bapak sekolah, baik mengenai persetujuan
program keagamaan ataupun dukungan pendanaan termasuk pembangunan
dalam bentuk fisik.
d) Kesadaran dan antusias siswa akan pentingnya nilai-nilai keislaman sehingga
tanpa disuruh pun para siswa melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan di
masjid dengan sungguh-sungguh.
e) Dukungan dari orang tua terhadap program masjid, sehingga para wali siswa
banyak yang menyumbangkan ide-ide terbaiknya untuk kemakmuran masjid
dan dukungan berupa sokongan dana untuk pembangunan masjid, seperti
bantuan paving, speaker, kramik, sajadah, dan lain sebagainya.
f) Peran alumni yang sangat besar yang diwujudkan dengan berbagai jenis
partisipasi menurut kemampuan mereka. Mereka merasa ikut memiliki (sense
of belonging) , sehingga menimbulkan rasa ikut bertanggung jawab (sense
responbility) pada eksistensi sekolah sebagai kekuatan untuk semakin maju
menjadi sekolah yang sehat (good school).
166
2. Faktor penghambat
Guru PAI dalam mengelola kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana
internalisasi nilai-nilai keislaman siswa di SMP Negeri 1 Semarang, selain faktor
pendukung juga ada faktor penghambat yang menyebabkan kurang efektifnya
guru PAI dalam mengelola kegiatan keagamaan di masjid, antara lain:
a) Latar belakang guru berbeda, sehingga menjadi kesulitan guru PAI untuk
menjelaskan mengenai pentingnya pengelolaan kegiatan keagamaan di masjid
sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman siswa. Selain itu sebagain
guru juga berlatarbelakang agama yang berbeda akan tetapi toleransi dan
saling hormat bisa terjaga, dan justru dari guru yang Islam sendiri yang
kadang-kadang berseberangan.
b) Latar belakang siswa yang berbeda, sehingga menjadi kendala bagi guru PAI
ketika menyampaikan materi yang berbahasa arab ketika pelaksanaan
pembelajaran keagamaan di masjid, apalagi kaitannya dengan praktik-praktik,
niat semuanya berbahasa arab.
c) Minimya waktu yang disediakan sehingga belajar mengajar menjadi kurang
maksimal.
d) Kurang lengkapnya sarana dan prasarana sehingga menjadi kendala dalam
pelaksanaan pembelajaran, karena dalam proses belajar mengajar sarana dan
prasarana sangat menunjang tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran pada
suatu lembaga.
e) Kurang percaya dirinya guru PAI dalam memberdayakan majid, karena
satuan pendidikan yang dikelola adalah sekolah umum, sehingga kalau terlalu
diberdayakan masjidnya seakan-seakan seperti sekolah agama atau madrasah.
f) Bangunan masjid yang kurang besar sehingga jama’ah shalat dhuhur sampai
dua kloter. Walaupun sebenarnya masjid SMP N 1 Semarang sudah terbesar
dan dua lantai.
Apapun kegiatannya tentunya tidak lepas dari faktor-faktor yang
mendukung dan faktor-faktor yang menghambat. Begitu pula dalam pelaksanaan
167
program kegiatan keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai
keislaman di SMP Negeri 1 Semarang ada beberapa faktor yang mendukung dan
yang menghambat. Akan tetapi beberapa kendala sudah bisa diatasi oleh guru
PAI dengan kesungguhan dan kesabaran dalam menjalankannya serta
profesionalitas guru PAI.
Pendukung utama dalam pemberdayaan masjid sebagai sarana
internalisasi nilai-nilai keislaman adalah dukungan sepenuhnya dari kepala
sekolah, karena kepala sekolah orang yang mempunyai pangkat tertinggi
disatuan pendidikan, kalau kepala sekolah sudah menyetujui kegiatan maka
semuanya akan menghormati dan mengikuti dukungan tersebut. Sedangkan yang
menjadi penghambat utama dalam pelaksanaan pemberdayaan masjid adalah
kurang maksimalnya guru-guru yang lain dalam membantu pelaksanaan
program. Para guru menganggap tugas mendidik anak untuk
menginternalisasikan nilai-nilai kkeislaman hanya tugas guru PAI semata,
padahal kalau semua guru bersama-sama mendukung dan membantu dalam
pelaksanaanya maka akan menjadi ringan dan mudah untuk merealisasikan
semua program.
Secara garis besar kendala guru PAI dalam mengelola kegiatan
keagamaan di masjid sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislaman siswa di
SMP Negeri 1 Semarang tidak ada. Semua elemen mulai dari kepala sekolah,
guru, karyawan, wali murid, alumni, komite sekolah semua mendukung terhadap
program kegiatan keagamaan di masjid. Beberapa kendala mengenai latar
belakang guru sudah bisa teratasi dengan beberapa pendekatan yang telah
dilakukan oleh guru PAI, kemudian latar belakang siswa yang masih minim
tentang bahasa arab juga sudah teratasi dengan pelayanan khusus serta kesabaran
dan kegigihan guru PAI. Kuncinya adalah persetujuan kepala sekolah, apabila
kepala sekolah sudah memberi lampu hijau/persetujuan maka semua kegiatan
akan didukung oleh semua pihak.
E. Upaya Pengembangan Kegiatan Keagamaan di Masjid Sebagai Sarana
Internalisasi Nilai-Nilai Keislaman
Guru PAI terus berupaya untuk mengelola kegiatan keagamaan di masjid
sebagai sarana internalisasi nilai-nilai keislalaman di SMP Negeri Semarang. Upaya
168
tersebut terbagi menjadi dua bentuk, bentuk fisik maupun non fisik. Upaya dalam
bentuk fisik yang diupayakan guru PAI dalam memeberdayakan masjid adalah
perbaikan masjid secara berkala. Adapun uraiannya sebagai berikut:
1. Penambahan kamar mandi/WC
Upaya yang akan dilakukan oleh guru PAI adalah menambah 4 kamar
mandi/WC supaya siswa ketika buang air kecil/besar tidak mengantri terlalu
lama sehingga kegiatan rangkaian shalat dhuhur berjama’ah berjalan lebih
maksimal.
2. Penambahan kran/tempat wudhu
Penambahan kran/tempat wudhu ini dimaksudkan supaya para siswa lebih tertib
dalam mengambil air wudhu, tidak berdesak-desakan dan tidak mengantri terlalu
lama.
3. Menghias dinding masjid dengan kaligrafi
Selama ini tembok masjid masih terhias dengan cat saja. Guru PAI
mengupayakan tembok terhiasi oleh kaligrafi/tulisan-tulisan arab ataupun
asma’ul husna. Sehinggan dipandang enak dan membuat orang tertarik ketika
melihatnya.
4. Mengecat masjid setiap enam bulan sekali
Kegiatan mengecat masjid yang sudah berjalan dilaksanakan satu tahun sekali,
namun kedepan guru PAI akan mengupayakan masjid untuk dicat satu semester
satu kali karena angaran sudah disediakan dan supaya masjid terlihat bagus.
5. Melengkapi masjid dengan perpustakaan masjid
Rencana memberdayakan masjid oleh guru PAI adalah mendirikan perpustakaan
masjid yang berisi buku-buku khusu agama. Kalau perpustakaan sekolah berisi
buku-buku umum maka perpustakaan masjid khusus buku-buku agama sehingga
akan memudahkan siswa yang akan belajar dan mencari referensi tentang
agama.
6. Menyediakan tempat sepatu dan sandal
Sebenarnya tanpa disediakan tempat sandal dan sepatu para siswa sudah
merapikan sepatunya masing-masing. Kesadaran akan kerapian para siswa sudah
tumbuh pada pribadi siswa. Walaupun demikian supaya lebih tertib dan tertata
169
rapi biar tidak terinjak-injak oleh siwa yang lain maka guru PAI akan
mengupayakan rak/tempat khusus sandal dan sepatu.
7. Melengkapi masjid dengan kipas angin/AC
Ketika shalat dhuhur/jum’atan banyak siswa/guru yang merasa kepanasan di
dalam masjid. Sehingga rangkaian mereka tidak khusu’ dalam mengikuti
rangkaian kegiatan masjid. Supaya di dalam masjid terasa nyaman dan sejuk
maka guru PAI akan mengupayakan masjid di SMP Negeri 1 Semarang dengan
melengkapi AC.
8. Menyediakan sarung dan mukena
Guru dan siswa kadang-kadang ketika akan shalat baju atau celana ada yang
kotor sehingga menjadi kendala untuk melaksanakan shalat di masjid. Begitu
pula bagi para siswi mukena masih dibawa pulang setiap hari. Agar lebih rapi
dan lengkap perlengkapan sahalat untuk mengantisipasi bapak guru/siswa yang
pakaiannya kotor dan para siswi tidak repot membawa mukena pulang. Guru
PAI akan mengupayakan memyediakan sarung dan mukena beserta tempat.
9. Melengkapi alat rebana
Untuk saat ini alat rebana hanya apa adanya, hanya bas dan terbangan,
mengingat kemajuan ilmu dan teknologi serta zaman modern, maka guru PAI
mengupayakan alat rebana secara lengkap mulai dari organ, drumb, piano, dan
lain sebagainya.
10. Menyediakan Al qur’an
Program kedepan yang akan dilakukan oleh guru PAI untuk memberdayakan
kegiatan masjid adalam membaca surat-surat pendek sebelum shalat dhuhur.
Supaya semua siswa bisa membaca Al Qur’an bersama-sama secara serentak,
maka guru PAI akan mengupayakan perlengkapan Al Qur’an di Masjid SMP
Negeri 1 Semarang.
11. Penambahan Karpet/sajadah
Karpet yang ada di Masjid SMP Negeri 1 Semarang baru 50% karena dibagi
untuk laki-laki dan perempuan. Guru PAI akan menjalin kerjasama dengan wali
murid dan alumni untuk memenuhi karpet sehingga samua lantai baik laki-laki
ataupun perempuan ada karpetnya.
170
Adapaun upaya peningkatan pemberdayakan masjid sebagai sarana
internalisasi nilai-nilai keislaman siswa di SMP Negeri Semarang dalam bentuk non
fisik adalah sebagai berikut:
1. Penataan organisasi masjid
Penataan organisasi masjid ini dimaksudkan supaya organisasi masjid bisa
berjalan lebih maksimal sesuai dengan tugas masing-masing pengurus sehingga
pemberdayaan masjid akan lebih maksimal.
2. Kuliah minggu pagi
Kuliah minggu pagi sebenarnya program yang sudah terencana agak lama
namun belum terelisasi. Persoalannya adalah terletak pada petugas/guru yang
mengisi, karena banyak kegiatan di rumah. Maka kedepan guru PAI akan
mengupayakan kuliah minggu pagi dengan mendatangkan pembicara dari LSM
Krend Semarang.
3. Praktik-praktik keagamaan dan kajian-kajian keislaman.
Praktik keagamaan ini guru PAI akan memberikan pelatihan khusus kepada
semua siswa mengenai praktik pembelajaran keagamaan yang waktunya
terbatas. Sehingga dengan waktu tambahan di luar jam sekolah para siswa akan
lebih faham dan menguasasi materi yang diberikan oelh guru PAI. Sedangkan
kajian-kajian keislaman yaitu mengenai gerakan-gerakan Islam radikal yang
membahayakan ideologi umat Islam terutama para peserta didik.
top related