bab iv analisis terhadap kebijakan dakwah dewan...
Post on 30-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV
ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN DAKWAH DEWAN
PENGURUS PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (DPD PITI)
TERHADAP KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA
4.1. Eksistensi DPD PITI di Semarang
Untuk menganalisis eksistensi DPD PITI Semarang dapat dilihat
dari beberapa aspek yang dapat membangun keeksistensian lembaga
tersebut. Diantaranya aspek yang pertama adalah pada tingkat objek
dakwah, dimana objek dakwah ini yang menjadi bidang garapan secara
umum yaitu masyarakat etnis Tionghoa yang berada di Semarang. Sejauh ini
objek dakwah DPD PITI sebagian besar mereka (etnis Tionghoa) yang telah
masuk Islam. Diantara objek dakwah ini merupakan mereka yang telah
terikat dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun yang belum.
Dalam kehidupannya masyarakat Tionghoa dan keturunannya,
memiliki dinamika hidup yang komplek, mereka pada umumnya mereka
merupakan orang-orang terdidik dan tingkat kehidupannya berada pada
tingkat menengah ke atas serta memiliki tingkat kesibukannya tinggi
sehingga menyita banyak waktu, tenaga, harta dan perhatiannya terhadap
agama. Pada kondisi seperti inilah sangat perlu adanya usaha atau
pelaksanaan dakwah guna menjelaskan tentang ajaran agama Islam secara
rasional, santun dan humanis agar dapat diterima oleh mereka. Hal ini sesuai
dengan al-Qur’an dan as-Sunnah yang memuat ajaran untuk menuntun
52
kepada setiap muslim untuk berdakwah, baik dalam arti sempit maupun
luas. Dalam pengertian yang luas dakwah bukan hanya tuntunan agama
semata, tetapi juga tuntunan kemanusiaan dan kebenaran universal. Dalam
pengertian yang luas, dakwah bukan cuma berkaitan dengan persoalan
menambah jumlah pemeluk Islam, akan tetapi yang paling utama adalah
bagaimana dakwah dapat berpihak pada nilai-nilai kebenaran dan
kemanusiaan. (Sulthon Muhammad, 2003: 35).
Karena selama ini Islam dimata mereka (etnis Tionghoa) merupakan
sebuah agama yang keras yang jauh dari nilai-nilai kasih sayang. Serta
banyaknya kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dalam segala
bidang serta kekerasan yang selama ini terjadi membuat Islam dimata
mereka agama yang tidak penuh kedamaian, kesejahteraan bagai
pemeluknya dan umat lain. Anggapan yang salah oleh mereka terhadap
nilai-nilai ajaran Islam seperti itu membuat mereka enggan untuk mengenal
Islam dan masuk Islam karena mereka takut kalau nantinya mereka masuk
Islam akan membuat mereka terjebak dalam situasi yang seperti itu.
Anggapan yang salah itu maka harus adanya penjelasan bahwa Islam
merupakan agama rahmatan lil alamin, agama yang sangat menganjurkan
pemeluknya untuk menjaga kedamaian, memelihara kesejahteraan dan
agama yang mengharuskan untuk saling menyayangi baik terhadap sesama
umat muslim maupun non muslim serta agama yang mengharuskan umatnya
untuk mencari dan memiliki ilmu yang tinggi serta mencari harta sebanyak-
53
banyaknya asalkan dengan jalan yang halal agar dapat menjalankan ibadah
secara benar dan tenang.
Selain untuk menjelaskan tentang agama Islam seperti yang telah
diuraikan diatas. Dakwah terhadap etnis Tionghoa dan keturunannya juga
bertujuan untuk membimbing mereka dalam melakukan dan mengamalkan
ajaran Islam secara benar yang berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, karena
kebanyakan dari mereka adalah merupakan orang-orang mualaf yang masih
sangat membutuhkan adanya perhatian, bimbingan, pembelajaran mengenai
ajaran agama Islam serta dalam menjalankannya. Serta untuk memberi
perlindungan dan pembelaan baik dalam lingkungan keluarganya maupun
lingkungan masyarakat dari rasa dikucilkan maupun dianggap aneh karena
mereka masuk Islam, sehingga mereka dapat menjalankan ajaran Islam
dengan baik dan tenang serta dapat berbaur dan menyatu dalam lingkungan
masayarakat agar mereka tidak dianggap lagi sebagai mahkluk yang aneh
dan eksklusif.
Dalam hal memahami agama Islam, muslim Tionghoa dapat
dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu:
1. muslim Tionghoa yang memiliki kesadaran untuk mempelajari dan
menjalankan ajaran agama dengan mendatangi tokoh-tokoh agama
(ulama).
54
2. mualim Tionghoa masih menunggu peran aktif dari para pelaku
dakwah (ulama) untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
mempelajari dan menjalankan ajaran agama Islam.
Terhadap objek dakwah tersebut DPD PITI mengklasifikasikan
berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap Islam. Bagi
mereka yang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik
maka DPD PITI memberikan materi dakwah dengan uraian-uraian
mendalam dan logis. Bagi mereka yang masih awam dan masih baru
menjadi mualaf maka DPD PITI memberikan materi dasar keislaman yang
mampu dijangkau oleh mereka secara logis dan santun.
Dalam kontek ini DPD PITI memiliki tugas yang mulia yaitu
mensyi’arkan ajaran Islam kepada etnis Tionghoa sebagai pedoman hidup
agar tidak melenceng dari norma-norma ajaran agama Islam. Mengingat
memberikan pemahaman, bimbingan tentang nilai-nilai ajaran Islam serta
pendampingan dan pembelaan kepada mad’u (muslim Tionghoa) menjadi
tugas utama. Hal ini sesuai apa yang terkandung dalam QS Ali Imran. 104
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(Depag RI, 2000: 79). Serta apa yang menjadi kebijakan dan program DPD PITI dalam
melakukan dakwah di masyarakat muslim Tionghoa. Kesesuaian tersebut
dapat dilihat dari kebijakan dan program dengan realisasi yang dijalankan
55
yaitu selalu melibatkan mereka dalam segala kegiatan keagamaan serta
memberikan andil dalam menyelesaikan persoalan.
Aspek yang kedua adalah dari sisi subjek dakwah (pelaku) dakwah,
sejauh ini DPD PITI miliki da’i yang mampu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat muslim Tionghoa dalam memberikan bimbingan dan
pengetahuan tentang ajaran Islam sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah.
Walaupun da’i yang ada masih sedikit, baik da’i itu dari kalangan muslim
Tionghoa maupun dari muslim pribumi namun hal ini tidak menjadi
persoalan karena mereka memiliki semangat yang tinggi untuk memberikan
bimbingan, pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari dan
menjalankan ajaran agama Islam.
Aspek ketiga adalah secara struktural organisasi ini dibentuk oleh
PITI pusat yang memiliki mata rantai dari pusat sampai daerah-daerah,
sedangkan dalam tingkat cabang sejauh ini belum terbentuk. Dalam hal ini
DPD PITI merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam menjalankan
keputusan dan kebijakan amanat Dewan Pimpinan Pusat di Daerah,
melakukan kebijakan dan melaksanakan program-program PITI di Daerah
serta memberikan petunjuk, bimbingan dan pengawasan kepada segenap
anggota dalam pelaksanaan kebijakan dan program-program PITI di tingkat
Daerah. (Dokumen AD ART DPD PITI).
Keberadaan DPD PITI Semarang juga didukung oleh sistem yang
ada di dalam lingkungan organisasi PITI, yaitu Pengurus Pusat dan Wilayah
56
selalu memonitoring aktivitas yang dijalankan. Jadi secara struktural dapat
dikatakan eksis.
Keberadaan DPD PITI Semarang sebagai sebuah organisasi pada
hakekatnya memiliki kesamaan dengan organisasi-organisasi yang sejenis.
Sebagai lembaga Islam, memiliki beberapa fungsi yaitu:
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat (muslim) bagaimana
mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi berbagi
masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat, terutama yang
menyangkut pemenuhan kebutuhan mereka.
b. Memberikan pegangan kepada masyarakat bersangkutan dalam
melakukan pengendalian sosial menurut sistem tertentu yaitu sistem
pengawasan tingkah laku para anggotanya dan menjaga keutuhan
masyarakat. (Ali Muhammad Daud, 1999: 2-3).
Jika dilihat dari beberapa fungsi yang melekat pada Organisasi
tersebut diatas, jelas bahwa kalau seseorang hendak mempelajari dan
memahami masyarakat tertentu, ia harus memperhatikan dengan seksama
lembaga atau organisasi yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan.
Dalam hal ini DPD PITI memiliki nilai yang lebih dalam bidang dakwah
dari pada organisasi yang lain yaitu secara spesifik bergerak dalam bidang
dakwah dalam lingkungan komunitas muslim Tionghoa dan mengelola
persoalan-persoalan dakwah.
Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa DPD PITI
Semarang keberadaannya sangat eksis dan strategis mengingat kebutuhan
57
akan dakwah terhadap muslim etnis Tionghoa di kota Semarang sangat
dibutuhkan. Dakwah akan mudah dilaksanakan dan diterima oleh komunitas
muslim etnis Tionghoa bila yang melakukan itu juga oleh orang-orang
Tionghoa itu sendiri.
4.2. Konsep Kebijakan dakwah DPD PITI Semarang
Dalam kegiatan dakwah jika mengingat akan hasil yang maksimal
dan mengarah pada sasaran yang tepat sesuai dengan tujuan akhir dakwah,
maka harus ditunjang dengan adanya kebijakan yang jelas dan tepat.
Kebijakan dakwah DPD PITI Semarang dalam pembuatannya secara
garis besar dapat dikategorikan ke dalam tiga langkah, yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan dimulai dari konsolidasi
pengurus dengan mengkoordinir, mengendalikan, merumuskan dan
menyebarkan tenaga mubalig serta mempersiapkan materi dakwah dan
metode. Pada tahap pelaksanaan, yaitu berdakwah dengan memperhatikan
kondisi objek dakwah, artinya tahap penerapan materi, metode dan media
tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat
etnis Tionghoa Semarang sehingga kebijakan yang dibuat dapat diterapakan
dan dilaksanakan. Sedang tahap yang ketiga adalah evaluasi, yaitu dengan
menilai subjektif apakah kebijakan dakwah dan pelaksanaan yang dilakukan
mencapai target sasaran dan tujuan atau malah tidak tercapai.
Setiap usaha apapun akan dapat berjalan secara efektif dan efisien,
bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan dengan matang.
58
Demikian pula usaha dakwah DPD PITI Semarang yang mencakup segi-segi
yang luas akan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien apabila
sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengidentifikasian, perencanaan dan
persiapan tindakan-tindakan yang matang.
Dengan adanya perencanaan, maka dapatlah dipersiapkan terlebih
dahulu tenaga-tenaga pelaksana yang diperlukan, alat-alat perlengkapan dan
fasilitas lainnya. Rencana tersebut seyogyanya jangan bersifat kaku
melainkan fleksibel. Pimpinan dapat mengadakan perbaikan, perubahan-
perubahan dan penyesuaian seperlunya terhadap sesuatu rencana, apabila
kejadian-kejadian pada masa yang akan datang tidak sesuai dengan apa yang
diperkirakan sebelumnya.
Pada tahap pelaksanaan kebijakan dakwah harus mengacu pada hal-
hal yang telah dirumuskan. Dan dalam pelaksanaan bimbingan dan
penyampaian pesan dakwah harus disinkronkan dengan permasalahan-
permasalahan dan kebutuhan objek dakwah. Melihat objek dakwah DPD
PITI adalah orang-orang mualaf maka materi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan mereka, dimana kebanyakan diantara merek belum banyak
tahu tentang ajaran Islam. Pada intinya jangan memberikan materi yang
memberatkan kepada mereka melainkan memberikan atau mengajarkan hal-
hal yang ringan agar mereka merasa nyaman dalam mengerjakan dan
mengamalkan ajaran Islam. Dengan hal ini pelaku dakwah harus
mempunyai kemampuan yang tinggi baik dalam melihat situasi,
kesempatan, metode dan materi yang harus diberikan serta dapat
59
memberikan pemahaman yang jelas dan logis terhadap materi yang
disampaikan.
Sedangkan tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan guna untuk mengukur
apakah kebijakan yang diterapkan dalam kegiatan dakwah sudah pas dan
sesuai dengan hasil yang diharapkan atau belum, jika sudah berhasil apa
yang selam ini dilakukan perlu dipertahankan bahkan dikembangkan. Jika
belum berhasil maka langkah selanjutnya menganalisis apa yang menjadikan
ketidak keberhasilan itu, dengan memperhatikan faktor penghambat,
pendukung dan segala faktor baik dari dalam maupun luar dalam
pelaksanaan kebijakan dakwah itu.
Dalam mengembangkan dakwah Islam di etnis Tionghoa muslim,
sebagai kelengkapan unsur dakwah dalam penerapan kebijakan dakwah
yang dilaksanakan oleh DPD PITI, penulis deskripsikan sebagai berikut:
1. Metode dakwah DPD PITI Semarang
Metode merupakan komponen dasar dalam berdakwah, dimana
metode merupakan cara atau cara bekerja. (Shiddiq Syamsuri, 1981: 13).
Sebagai mana yang penulis jelaskan pada bab Tiga bahwa secara
garis besar metode dakwah DPD PITI Semarang diantaranya adalah:
metode hikmah, metode bil-lisan, metode diskusi dan metode bil-hal.
Dalam hal ini DPD PITI tidak mengklasifikasikan beberapa metode
tersebut ke dalam golongan objek dakwah misalkan, metode hikmah
untuk digunakan pada golongan pemikir atau intelektual metode bil-lisan
60
untuk golongan awam dan seterusnya, melainkan menggabungkan dari
beberapa metode yang ada. Hal ini dilakukan mengingat yang menjadi
objek dakwah adalah orang-orang mualaf yang mempunyai latar
belakang yang berbeda-beda, serta harus dengan memberikan penjelasan
secara santun, logis dan pelajaran yang baik. Metode diatas merupakan
metode al-Qur’an. Hal ini mengacu pada Q.S an-Nahl: 125 yang artinya:
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan
petunjuk. (Departemen Agama, 1989: 241).
Bila melihat dari segi cara penyampaiannya dakwah yang
dilakukan DPD PITI Semarang. Maka dakwah yang dilakukan mencoba
untuk memadukan metode dakwah secara tradisional dan modern. Cara
tradisional termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum
(pengajian). Dalam metode ini seperti yang telah kita ketahui bahwa da’i
aktif berbicara dengan mendominasi situasi, dan mad’u hanya pasif,
mendengarkan apa yang disampaikan oleh da’i. cara modern yang
dilakukan adalah dengan mengadakan diskusi, seminar dan sejenisnya.
Dalam hal ini semuanya terlibat aktif didalamnya yaitu adanya tanya
jawab. Metode ini lebih efektif untuk digunakan dibanding dengan
metode ceramah mengingat objek yang dihadapi adalah mereka yang
baru mengenal Islam.
61
Dari segi jumlah audien, sasaran dakwah DPD PITI Semarang
termasuk dalam kategori dakwah perorang dan kelompok. Dakwah
perorangan adalah dakwah yang dilakukan oleh terhadap orang perorang
secara langsung. Dalam hal ini melakukan bimbingan, pendampingan,
melakukan privat keagamaan dan silaturahmi. Sedangkan dakwah
kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu
yang sudah ditentukan sebelumnya. (Muhaimin Slamet, 1994:83).
Dalam hal ini DPD PITI melakukan dakwah dengan kelompok pengajian
dan tabligh akbar.
Jadi secara keseluruhan metode dakwah yang diterapkan oleh
DPD PITI pada dasarnya sudah cukup baik, Namun hendaknya metode-
metode yang digunakan perlu ditingkatkan, dalam melakukan dakwah
hendaknya dikoordinir dengan lebih baik dan rapi mengingat objek
dakwahnya merupakan orang-orang mualaf yang sangat butuh adanya
bimbingan, tuntunan dan pendampingan dalam belajar dan
mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik, serta untuk membantu
menghadapi dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan karena masuk Islam
baik itu yang timbul dari dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat karena sampai saat ini masih adanya anggapan bila orang
Tionghoa masuk Islam dianggap aneh.
2. Media Dakwah DPD PITI
DPD PITI Semarang dalam berdakwah menggunakan media
massa baik elektronik maupun media cetak. Media elektronik seperti
62
TV, Radio, Tape dan sebagainya, sedangkan media cetak seperti koran,
majalah dan buletin dakwah. Selain itu juga melalui organisasi-
organisasi yang ada dimasyarakat dan lingkungan keluarga semua itu
yang dijadikan sebagai media dakwah.
Media dakwah yang diterapkan oleh DPD PITI tersebut relevan
dengan bentuk-bentuk penyampaian dakwah yang ditawarkan oleh
Hamzah Ya’kub yaitu media lisan, tulisan, lukisan audio visual dan
akhlak (keteladanan). ( Ya’kub Hamzah, 1981: 47-48). Sedangkan
Asmuni Syukir membagi media antara lain: lembaga-lembaga
pendidikan formal, lingkungan keluarga, organisasi-organisasi Islam,
hari-hari besar Islam, media massa dan seni budaya.(Syukir Asmuni,
1983: 173).
Menurut penulis pada dasarnya DPD PITI telah menyadari akan
pentingnya media massa dalam melakukan dakwah, karena informasi
menjadi tulang punggung kehidupan artinya informasi sudah menjadi
kebutuhan hidup masyarakat setiap hari baik kebutuhan ekonomi, politik
maupun pesan-pesan agama. Oleh karena itu penggunaan media dalam
dakwah sangat relevan. Begitu pentingnya media dakwah mengingat
hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk
mengikuti (menjalankan) idiologi (pengajak)-nya. Sedangkan pengajak
da’i sudah barang tentu memiliki tujuan yang akan dicapai. Maka dalam
proses dakwah tersebut agar dapat tercapai tujuan yang efektif dan
efisien, para pelaku dakwah harus mengorganisir komponen-komponen
63
(unsur) dakwah secara baik dan tepat, salah satu komponennya adalah
media dakwah.
Dalam penggunaan media dakwah melalui media elektronik
maupun cetak oleh DPD PITI kurang maksimal. Kekurangan tersebut
dapat dilihat dari ketidak keseriusan dan pemaksimalan untuk
menggunakan media elektronik dan media cetak. Dalam hal ini penulis
melihat penggunaan media tersebut sifatnya menyesuaikan dan
menunggu kesempatan dan waktu yang ada. Seperti jika ada permintaan
dakwah di Radio atau Televisi, kemudian dalam penerbitan buletin atau
majalah juga menunggu kalau ada permintaan. apalagi sejauh ini DPD
PITI belum bisa membuat dan menerbitkan namun menunggu kalau ada
yang mengajak dari pihak lain, sehingga untuk penggunaan media massa
kurang maksimal.
Kemudian media dakwah melalui organisasi-organisasi dan
media tatap muka, media ini merupakan langkah tepat digunakan oleh
DPD PITI mengingat masyarakat Tionghoa khususnya dan masayarakat
pada umumnya banyak berdiri organisasi-organisasi baik yang berbasis
Islam maupun yang non Islam. Dengan adanya kerjasama yang baik
antar organisasi maka akan adanya timbul gagasan untuk melakukan
kegiatan, dengan demikian pesan-pesan dakwah dapat disampaikan
dalam kegiatan bersama tersebut dan juga untuk mengarahkan agar
kegiatan yang akan dilaksanakan sedikit banyak menyinggung ukhuwah
Islamiyah. Dalam hal penggunaan dakwah melalui organisasi-organisasi
64
DPD PITI telah melaksanakan kerjasama dengan Ceng ho organiser
dalam acara perayaan Ceng Ho dalam bentuk kebudayaan Islam seperti
khosidah, lomba beduk serta melakukan baktisosil dalam rangka
membantu gempa bumi di Yogyakarta dan Klaten bekerjasama PT
(Perkumpulan Tahlil) dan PKRKS (Pengajian Keliling Remaja Kauman
Semarang).
Media lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan unit
terkecil di masyarakat oleh karenanya sangat efektif bila dijadikan media
dakwah, selain itu keluarga mempunyai ikatan yang kuat. Bila ikatan
keluarga bernada Islam, maka akidah dan amaliyahnya akan semakin
kuat serta dakwah dalam keluarga akan selalu berjalan dengan baik
bahkan dapat mempengaruhi terhadap keluarga yang lain. Ketika
keluarga tentram dan riliguisitasnya tinggi maka bisa dikatakan
masyarakatpun akan baik dan tentram. DPD PITI dalam menggunakan
media keluarga sebagai media dakwah ini melalui seperti privat
keagamaan, bimbingan, pengajian dan silaturrahiim kepada ulama.
3. Materi Dakwah DPD PITI Semarang
Ditengah masyarakat Tionghoa DPD PITI menggunakan materi
sebagai berikut, yaitu tentang akidah (keyakinan), akhlak (sikap atau
tingkah laku) dan syari’ah dalam bidang ini DPD PITI memberikan
pendekatan yang berkisar pada arkanul Islam, yaitu shalat, zakat puasa
dan haji serta ajaran Islam yang linnya..
65
Semua materi yang ditetapkan oleh DPD PITI pada hakekatnya
bersumberkan dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an merupakan
sumber utama yang menjadi sumber pokok yang harus disampaikan
melalui dakwah dengan bahasa yang dimengerti dan dipahami oleh
mad’u. al-Qur’an merupakan suatu pedoman hidup yang harus ditaati
dan dipatuhi oleh umat Islam dalam menuju keselamatan dunia dan
akhirat. al-Qur’an sebagai pedoman hidup didalamnya telah terkandung
secara lengkap petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, pergaulan, akhlak,
politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya.
Sedangkan sumber yang kedua setelah al-Qur’an adalah as-
Sunnah, yaitu segala sesuatu yang menyangkut segala perbuatan nabi
Muhammad baik dalam ucapan tingkah laku atau dalam sikapnya. As-
Sunnah sebagai pedoman hidup setelah al-Qur’an Allah menjelaskan
antara lain dalam surat al-Anfal ayat 13 yang artinya
(ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya
mereka menentang Allah dan Rasul-Nya dan barang siapa yang
menentang Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Allah amat
keras siksanya.(Departemen Agama, 189: 262).
DPD PITI dalam kontek ini materi dakwahnya sudah
mendasarkan pada kedua sumber tersebut. Materi akidah merupakan
nilai-nilai dasar agama yang fundamental, karena materi ini menyangkut
keyakinan seseorang. Aqidah inilah yang merupakan inti dari ajaran
Islam, kemudian akhlak dan syari’ah sebagai bingkai dari akidah.
66
Syari’ah yang merupakan peraturan-peraturan atau sistem-sistem yang
ditentukan oleh Allah SWT untuk umat manusia, baik terperinci maupun
pokok-pokok meliputi beberapa bagian yaitu masalah ibadah, mu’amalat
(perdata) maupun hukum-hukum yang lain. Sedangkan akhlak
mencakup beberapa aspek baik akhlak kepada Allah baik akhlak kepada
manusia.
Menurut hemat penulis rumusan materi dakwah DPD PITI masih
bersifat tekstual dan kontekstual, tinggal bagaimana DPD PITI
mengemas materi tersebut sehingga mampu diterima dan dimengerti
oleh mad’u. dari sini dapat dilihat bahwa DPD PITI telah berusaha
menyampaikan pesan dakwah (materi) yang disesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan objek dakwah yaitu orang-orang muslim Tionghoa
mengingat dakwah kepada kaum mualaf harus bersifat logis dan disertai
dengan argumen-argumen yang masuk akal sehingga mereka mau dan
mampu menerimanya.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa sejauh ini kebijakan
dakwah DPD PITI perihal materi dakwah masih relevan jika diterapkan
pada masyarakat muslim etnis Tionghoa semarang, hanya saja materi
dakwah tersebut perlu disampaikan secara jelas dan rasional mengingat
sasaran dakwah yang dihadapi merupakan orang-orang mualaf yang
benar-benar butuh adanya bimbingan dan penjelasan yang jelas dan
rasional tentang ajaran Islam.
67
4. Evaluasi kegiatan dakwah DPD PITI
Evaluasi kegiatan dakwah ini merupakan rangkaian dari
kebijakan dakwah DPD PITI yang terakhir evaluasi dalam pengertian ini
merupakan penelitian terhadap apa yang telah dilakukan, apa yang
sedang dilakukan dan persiapan perencanaan untuk tindakan yang akan
dilakukan oleh DPD PITI Semarang. Evaluasi harus terus diadakan
untuk menilai apakah materi yang sudah disampaikan telah cocok dan
baik, apakah metode dan medianya sudah tepat serta acara penyajiannya
apakah telah mengena dan juga untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari semua komponen dalam pelaksanaan kegiatan itu.
Tanpa adanya evaluasi sebuah kegiatan tidak akan bisa diketahui
sejauh mana tingkat keberhasilannya apakah sudah sesuai dengan yang
di harapkan atau belum. Hasil dari evaluasi akan digunakan untuk
menentukan langkah selanjutnya. Menurut hemat penulis sejauh ini
DPD PITI Semarang belum dapat secara maksimal dalam melakukan
evaluasi terhadap kegiatan dakwah yang telah dilaksanakan sehingga
belum dapat mengetahui seberapa tingkat keberhasilannya serta
kelemahan dan kelebihannya.
4.3. Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan kebijakan dakwah
DPD PITI
Hampir setiap organisasi memiliki kekurangan dan kelebihan
dalam menjalankan tugas dan fungsinya, demikian juga dengan DPD
68
PITI Semarang sebagai organisasi keagamaan yang secara langsung
bersinggungan dengan masyarakat memiliki faktor penghambat dan
pendukung.
4.3.1. Faktor Penghambat
A. Faktor Penghambat dari dalam Organisasi DPD PITI
1. Kurangnya Konsolidasi dan komunikasi bagi para
pengurus dan anggotanya, mengakibatkan DPD PITI
kesulitan dalam melaksanakan kegiatan dan seringkali
ditemuinya tumpang tindih kegiatan.
2. Lemahnya kualitas manajemen pengorganisasian
pengurus DPD PITI yang mengakibatkan administrasi
dan dokumentasi kurang tertata rapi serta mengakibatkan
miskinnya kreatifitas.
3. Kurang maksimalnya jaringan luar yang berimbas pada
kurang maksimalnya kegiatan di dalam.
4. Kurang pendanaan sehingga berakibat kurangnya
terealisasinya kegiatan yang telah direncanakan.
5. Tingkat kesibukan pengurus yang tinggi mengakibatkan
sulitnya untuk melakukan konsolidasi.
69
B. Faktor Penghambat dari Luar DPD PITI
1. Perbedaan faham dengan masyarakat terutama organisasi
lain, sehingga berimplikasi kegiatan yang kurang lepas,
artinya bersifat dengan penuh kehati-hatian.
2. Dalam hal skill atau ketrampilan dalam menyampaikan
dakwah lebih banyak dengan secara individu.
3. Kurangnya adanya dukungan dari berbagai pihak
terhadap keberadaan DPD PITI Semarang.(Wawancara
dengan Gautma setiadi mantan ketua DPD PITI, 3 Juli
2006)
4.3.2. Faktor Pendukung
a. Masih adanya loyalitas pengurus yang memiliki dedikasi
yang tinggi akan tugas dan fungsinya sebagai pengurus dan
pengemban amanat.
b. Adanya dukungan yang besar oleh para masyarakat muslim
Tionghoa dan simpatisan PITI.
Mengetahui dan mengidentifikasi hal tersebut sangat lah penting
karena dapat menjadikan pijakan langkah organisasi kedepan agar lebih
baik dan lancar. Kelancaran suatu kegiatan ditentukan oleh faktor
tenaga, biaya, fasilitas dan alat perlengkapan yang dibutuhkan. Suatu
usaha akan berjalan lancar bilamana disamping didukung oleh tenaga-
tenaga yang cakap juga tersedia cukup biaya, fasilitas dan alat-alat
perlengkapan yang diperlukan.
70
Sebagai faktor penghambat DPD PITI disini memiliki ialah
faktor dari dalam organisasi dan luar organisasi. Faktor dari dalam
kurang adanya konsolidasi, lemahnya manajemen dan pendanaan
kekurangan tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi terhadap
penerapan dan pelaksanaan sebuah kebijakan. Sehingga apa yang telah
direncanakan dan ditetapkan tidak bisa dijalankan sebagai mana
mestinya. Sedang faktor dari luar adanya perbedaan faham dengan
masyarakat terutama organisasi lain, sehingga berimplikasi kegiatan
yang kurang lepas, artinya bersifat dengan penuh kehati-hatian, dalam
hal skill atau ketrampilan dalam menyampaikan dakwah lebih banyak
dengan secara individu, kurang adanya dukungan dari berbagai pihak
terhadap keberadaan DPD PITI Semarang. Sehingga hal ini menjadikan
tugas berat DPD PITI dalam rangka memberikan dakwah dikalangan
etnis Tionghoa ditengah perbedaan.
Namun hal terpenting DPD PITI memiliki potensi pendorong
dalam menjalankan kebijakan yang diterapkan yaitu masih adanya
loyalitas pengurus terhadap organisasinya, adanya dukungan yang besar
oleh para masyarakat muslim Tionghoa dan simpatisan PITI. Sehingga
meskipun banyaknya faktor penghambat baik dari dalam maupun luar
DPD PITI masih dapat mempertahankan keberadaannya karena
disebabkan akan kebutuhan dakwah terhadap muslim Tionghoa dalam
rangka memberikan bimbingan, pendampingan guna untuk mengetahui
dan mengamalkan ajaran Islam serta untuk memberi pembelaan dan
71
perlindungan terhadap mereka baik dari dalam lingkungan keluarganya
maupun lingkungan masyarakat berkenaan dengan perpindahan
keyakinannya.
3.1.1. Faktor Pendukung
c. Masih adanya loyalitas pengurus yang memiliki dedikasi yang
tinggi akan tugas dan fungsinya sebagai pengurus dan
pengemban amanat.
d. Adanya dukungan yang besar oleh para masyarakat muslim
Tionghoa dan simpatisan PITI.
top related