bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. deskripsi data...
Post on 25-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistika yang dilakukan pada
pengukuran atntropometri dan tes lompat jauh. Berturut-turut akan disajikan mengenai
deskripsi data, uji prasyarat analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi data digunakan untuk mengungkapkan variabel peneltian berkaitan
dengan mean, median, Standar deviasi dan tabel frekuensi maupun grafik histogram.
Analisis deskripsi data dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Kekuatan Otot Tungkai (X1)
Diskripsi data untuk variabel kekuatan otot tungkai berdasarkan hasil penelitian
dengan sampel sejumlah 45 mahasiswa permbinaan prestasi atletik diperoleh rata-rata
kekuatan otot tungkai sebesar 219,07 dengan standar deviasi sebesar 5,00 skor tertinggi
231 dan skor terendah 214.
Berdasarkan skor tertinggi dan terendah akan diperoleh rentang data sebesar 231-
214 = 17. Jumlah responden dalam penelitian dapat digunakan untuk menentukan
banyaknya kelas interval dengan menggunakan rumus jumlah kelas = 1+3,3 x log (n)
sehingga diperoleh nilai sebesar 6,49. Untuk distribusi frekuensi tinggi badan digunakan
jumlah kelas pembulatan keatas sebanyak 6 kelas sehingga panjang kelas interval dapat
dihitung dengan membagi rentang data dengan jumlah kelas interval dan diperoleh nilai
2,83 maka digunakan panjang kelas interval 3, maka tabel distribusi frekuensi kekuatan
otot tungkai mahasiswa dapat disusun sebagai berikut :
67
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Tungkai
Kelas Interval Frekuensi fi fiXi
214 – 216
217 – 219
220 – 222
223 – 225
226 – 228
229 – 231
18
12
6
4
0
5
215
218
221
224
227
230
3870
2616
1326
896
0
1150
Jumlah 45 1335 9858
Sumber: Data primer yang diolah (Lampiran hal 134)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dideskripsikan kekuatan otot tungkai mahasiswa dibagi
kedalam 6 kelas interval. Panjang masing-masing kelas interval adalah 3, kelas interval
pertama dimulai dari terendah ke tertinggi responden yaitu 214 sampai dengan tinggi
216 dengan panjang kelas 3. fi merupakan banyaknya frekuensi kelas interval
sedangkan Xi adalah nilai tengah dari kelas interval. Sedangkan fiXi adalah perkalian
dari fi dan Xi yang digunakan untuk mencari rata-rata nilai secara frekuensi.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data kekuatan otot tungkai responden dapat
dilihat dalam grafik histogram kekuatan otot tungkai sebagai berikut :
Gambar 4.1
Grafik Histogram Kekuatan Otot Tungkai
68
Berdasarkan gambar 4.1 grafik histogram kecepatan maksimum lari
menunjukkan kelas interval terendah yaitu antara 214 – 216 terdapat sejumlah 18
mahasiswa, kelas interval 217-219 sejumlah 12 mahasiswa, interval 220 – 222 sejumlah
6 mahasiswa, interval 223-225 sejumlah 4 mahasiswa, interval 226-228 sejumlah tidak
ada mahasiswa, interval 229-231 sejumlah 5 mahasiswa.
Berdasarkan hasil menunjukkan mahasiswa sebagian besar berada antara 214 –
216 Kg sejumlah 18 mahasiswa sedangkan yang paling sedikit adalah mahasiswa
dengan nilai 223 – 225 Kg yang terdapat 4 mahasiswa. Secara grafis dapat dilihat
mahasiswa dengan tinggi rendah dan tinggi hanya terdapat sedikit mahasiswa dan
mahasiswa dengan tinggi yang sedang atau berada pada tengah kelas interval terdapat
banyak mahasiswa, hasil ini memberikan gambaran data tinggi mahasiswa mempunyai
sebaran distribusi yang normal.
Hasil analisis statistik tentang hasil pengukuran variabel kekuatan otot tungkai,
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Statistik Variabel Kekuatan Otot Tungkai
Statistik Nilai
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
N
219,07
5,00
214,00
231,00
45
Berdasarkan tabel 4.2 data yang diperoleh menunjukkan bahwasannya
mean sebesar 219,07, sedangkan untk SD sebesar 5,00. Nilai maksimum dari
hasil pengukuran adalah sebesar 231,00 sedangkan nilai minimum sebesar 214
dengan N sejumlah 45 mahasiswa.
2. Kecepatan Maksimum Lari (X2)
Diskripsi data untuk variabel kecepatan maksimum lari berdasarkan hasil
penelitian dengan sampel sejumlah 45 mahasiswa permbinaan prestasi atletik
diperoleh rata-rata kecepatan maksimum lari sebesar 3,82 dengan standar deviasi
sebesar 0,27 skor tertinggi 3,35 dan skor terendah 4,30.
Berdasarkan skor tertinggi dan terendah akan diperoleh rentang data sebesar
3,35-4,30 = 0,16. Jumlah responden dalam penelitian dapat digunakan untuk
69
menentukan banyaknya kelas interval dengan menggunakan rumus jumlah kelas =
1+3,3 x log (n) sehingga diperoleh nilai sebesar 6. Untuk distribusi frekuensi tinggi
badan digunakan jumlah kelas pembulatan keatas sebanyak 6 kelas sehingga
panjang kelas interval dapat dihitung dengan membagi rentang data dengan jumlah
kelas interval dan diperoleh nilai 0,67 maka digunakan panjang kelas interval 0,67,
maka tabel distribusi frekuensi kecepatan maksimum lari mahasiswa dapat disusun
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kecepatan Maksimum Lari
Kelas Interval Frekuensi Fi fiXi
4,15-4,30
3,99-4,14
3,83-3,98
3,67-3,82
3,51-3,66
3,35-3,50
7
9
4
11
9
5
4,22
4,06
3,9
3,74
3,58
3,42
29,54
36,54
15,6
41,14
32,22
17,1
Jumlah 45 22,92 172,14
Sumber: Data primer yang diolah (Lampiran 136)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dideskripsikan kecepatan maksimum lari
mahasiswa dibagi kedalam 6 kelas interval. Panjang masing-masing kelas
interval adalah 3, kelas interval pertama dimulai dari tertinggi ke terendah
responden yaitu 3,35 sampai dengan 4,30 dengan panjang kelas 0,16. fi
merupakan banyaknya frekuensi kelas interval sedangkan Xi adalah nilai tengah
dari kelas interval. Sedangkan fiXi adalah perkalian dari fi dan Xi yang
digunakan untuk mencari rata-rata nilai secara frekuensi.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data kekuatan otot tungkai
responden dapat dilihat dalam grafik histogram kecepatan maksimum lari
sebagai berikut :
70
Gambar 4.2
Grafik Histogram Kecepatan Maksimum Lari
Berdasarkan gambar 4.2 grafik histogram kecepatan maksimum lari
menunjukkan kelas interval terendah yaitu antara 4,15 - 4,30 terdapat sejumlah 7
mahasiswa, kelas interval 3,99 - 4,14 sejumlah 9 mahasiswa, interval 3,83 - 3,98
sejumlah 11 mahasiswa, interval 3,67 – 3,82 sejumlah 4 mahasiswa, interval
3,51 – 3,66 sejumlah 9 mahasiswa, interval 3,35 – 3,50 sejumlah 7 mahasiswa.
Berdasarkan hasil menunjukkan mahasiswa sebagian besar berada pada
tinggi antara 3,83 – 398 detik sejumlah 11 mahasiswa sedangkan yang paling
sedikit adalah mahasiswa dengan kecepatan 4,15 – 4,30 detik yang terdapat 5
mahasiswa. Secara grafis dapat dilihat mahasiswa dengan tinggi rendah dan
tinggi hanya terdapat sedikit mahasiswa dan mahasiswa dengan tinggi yang
sedang atau berada pada tengah kelas interval terdapat banyak mahasiswa, hasil
ini memberikan gambaran data tinggi mahasiswa mempunyai sebaran distribusi
yang normal.
Hasil analisis statistik tentang hasil pengukuran variabel kecepatan
maksimum lari, sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Statistik Variabel Kecepatan Maksimum
Statistik Nilai
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
N
3,82
0,27
3,35
4,30
45
71
Berdasarkan tabel 4.4 data yang diperoleh menunjukkan bahwasannya mean
sebesar 219,07, sedangkan untk SD sebesar 5,00. Nilai maksimum dari hasil
pengukuran adalah sebesar 231,00 sedangkan nilai minimum sebesar 214 dengan N
sejumlah 45 mahasiswa.
3. Kekuatan Otot Perut (X3)
Diskripsi data untuk variabel kekuatan otot perut berdasarkan hasil
penelitian dengan sampel sejumlah 45 mahasiswa permbinaan prestasi atletik
diperoleh rata-rata kekuatan otot perut sebesar 55 dengan standar deviasi sebesar
3,44 skor tertinggi 57 dan skor terendah 40.
Berdasarkan skor tertinggi dan terendah akan diperoleh rentang data sebesar
55 - 40 = 15. Jumlah responden dalam penelitian dapat digunakan untuk
menentukan banyaknya kelas interval dengan menggunakan rumus jumlah kelas =
1+3,3 x log (n) sehingga diperoleh nilai sebesar 6. Untuk distribusi frekuensi tinggi
badan digunakan jumlah kelas pembulatan keatas sebanyak 6 kelas sehingga
panjang kelas interval dapat dihitung dengan membagi rentang data dengan jumlah
kelas interval dan diperoleh nilai 3 maka digunakan panjang kelas interval 3, maka
tabel distribusi frekuensi kekuatan otot perut mahasiswa dapat disusun sebagai
berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Perut
Sumber: Data primer yang diolah (Lampiran 138)
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dideskripsikan kekuatan otot perut mahasiswa
dibagi kedalam 6 kelas interval. Panjang masing-masing kelas interval adalah 3,
kelas interval pertama dimulai dari terendah ke tertinggi responden yaitu 40 sampai
dengan 57 dengan panjang kelas 3. fi merupakan banyaknya frekuensi kelas interval
sedangkan Xi adalah nilai tengah dari kelas interval. Sedangkan fiXi adalah
Kelas Interval Frekuensi Fi fiXi
40-42
43-45
46-48
49-51
52-54
55-57
4
9
12
13
6
1
41
44
47
50
53
56
164
396
564
650
318
56
Jumlah 45 291 2148
72
perkalian dari fi dan Xi yang digunakan untuk mencari rata-rata nilai secara
frekuensi.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data kekuatan otot perut responden
dapat dilihat dalam grafik histogram kekuatan otot perut sebagai berikut :
Gambar 4.3
Grafik Histogram Kekuatan Otot Perut
Berdasarkan gambar 4.3 grafik histogram kekuatan otot perut menunjukkan
kelas interval terendah yaitu antara 40,00 – 42,00 terdapat sejumlah 4 mahasiswa,
kelas interval 43 - 45 sejumlah 9 mahasiswa, interval 46 - 48 sejumlah 12
mahasiswa, interval 49 – 51 sejumlah 13 mahasiswa, interval 52 – 54 sejumlah 6
mahasiswa, interval 55 – 57 sejumlah 1 mahasiswa.
Berdasarkan hasil menunjukkan mahasiswa sebagian besar berada pada nilai
antara 49 – 51 kali sejumlah 13 mahasiswa sedangkan yang paling sedikit adalah
mahasiswa dengan jumlah 55 – 57 kali yang terdapat 1 mahasiswa. Secara grafis
dapat dilihat mahasiswa dengan tinggi rendah dan tinggi hanya terdapat sedikit
mahasiswa dan mahasiswa dengan tinggi yang sedang atau berada pada tengah kelas
interval terdapat banyak mahasiswa, hasil ini memberikan gambaran data tinggi
mahasiswa mempunyai sebaran distribusi yang normal.
73
Hasil analisis statistik tentang hasil pengukuran variabel kekuatan otot perut,
sebagai berikut:
Tabel 4.6 Data Statistik Variabel Kekuatan Otot Perut
Statistik Nilai
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
N
47,82
3,44
40,00
57,00
45
Berdasarkan tabel 4.6 data yang diperoleh menunjukkan bahwasannya
mean sebesar 47,82, sedangkan untk SD sebesar 3,44. Nilai maksimum dari
hasil pengukuran adalah sebesar 57 sedangkan nilai minimum sebesar 40 dengan
N sejumlah 45 mahasiswa.
4. Flesibilitas Togok (X4)
Diskripsi data untuk variabel fleksibilitas togok berdasarkan hasil penelitian
dengan sampel sejumlah 45 mahasiswa permbinaan prestasi atletik diperoleh rata-
rata fleksibilitas togok sebesar 18,17 cm dengan standar deviasi sebesar 0,90 skor
tertinggi 20,02 dan skor terendah 16,00.
Berdasarkan skor tertinggi dan terendah akan diperoleh rentang data sebesar
20,02 – 16,00 = 3,98 dibulatkan jumlahnya menjadi 4 responden dalam penelitian
dapat digunakan untuk menentukan banyaknya kelas interval dengan menggunakan
rumus jumlah kelas = 1+3,3 x log (n) sehingga diperoleh nilai sebesar 6. Untuk
distribusi frekuensi tinggi badan digunakan jumlah kelas pembulatan keatas
sebanyak 6 kelas sehingga panjang kelas interval dapat dihitung dengan membagi
rentang data dengan jumlah kelas interval dan diperoleh nilai 0,67 maka digunakan
panjang kelas interval 0,67, maka tabel distribusi frekuensi fleksibilitas togok
mahasiswa dapat disusun sebagai berikut :
74
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Fleksibilitas Togok
Sumber: Data primer yang diolah (Lampiran 140)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dideskripsikan fleksibilitas togok mahasiswa
dibagi kedalam 6 kelas interval. Panjang masing-masing kelas interval adalah 0,67,
kelas interval pertama dimulai dari terendah ke tertinggi responden yaitu 16,00
sampai dengan 20,02 dengan panjang kelas 0,67. fi merupakan banyaknya frekuensi
kelas interval sedangkan Xi adalah nilai tengah dari kelas interval. Sedangkan fiXi
adalah perkalian dari fi dan Xi yang digunakan untuk mencari rata-rata nilai secara
frekuensi.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data fleksibilitas togok responden
dapat dilihat dalam grafik histogram fleksibilitas togok sebagai berikut :
Gambar 4.4
Grafik Histogram fleksibilitas togok
Berdasarkan gambar 4.4 grafik histogram fleksibilitas togok menunjukkan
kelas interval terendah yaitu antara 16,00 – 20,02 terdapat sejumlah 1 mahasiswa,
kelas interval 16,67 – 17,33 sejumlah 12 mahasiswa, interval 17,34 – 18,00
Kelas Interval Frekuensi Fi FiXi
16,00-16,66
16,67-17,33
17,34-18,00
18,01-18,67
18,68-19,34
19,35-20,02
1
12
7
8
15
2
16,33
17
17,67
18,34
19,01
19,68
16,33
204
123,69
146,72
285,15
39,36
Jumlah 45 108,03 815,25
75
sejumlah 7 mahasiswa, interval 18,01 – 18,67 sejumlah 8 mahasiswa, interval,
18,68 – 19,34 sejumlah 15 mahasiswa, interval 19,35 – 20,02 sejumlah 2
mahasiswa.
Berdasarkan hasil menunjukkan mahasiswa sebagian besar berada pada nilai
antara 16,68 – 19,34 detik sejumlah 15 mahasiswa sedangkan yang paling sedikit
adalah mahasiswa dengan nilai 19,35 – 20,02 cm yang terdapat 2 mahasiswa. Secara
grafis dapat dilihat mahasiswa dengan tinggi rendah dan tinggi hanya terdapat
sedikit mahasiswa dan mahasiswa dengan tinggi yang sedang atau berada pada
tengah kelas interval terdapat banyak mahasiswa, hasil ini memberikan gambaran
data tinggi mahasiswa mempunyai sebaran distribusi yang normal.
Hasil analisi statistik tentang hasil pengukuran variabel fleksibilitas togok
sebagai berikut :
Tabel 4.8 Data Statistik Variabel Fleksibilitas Togok
Statistik Nilai
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
N
18,17
0,90
16,02
20,03
45
Berdasarkan tabel 4.8 data yang diperoleh menunjukkan bahwasannya
mean sebesar 18,17, sedangkan untk SD sebesar 0,90. Nilai maksimum dari
hasil pengukuran adalah sebesar 20,02 sedangkan nilai minimum sebesar 16,00
dengan N sejumlah 45 mahasiswa.
5. Panjang Tungkai (X5)
Diskripsi data untuk variabel panjang tungkai berdasarkan hasil penelitian
dengan sampel sejumlah 45 mahasiswa permbinaan prestasi atletik diperoleh rata-
rata panjang tungkai sebesar 95,00 cm dengan standar deviasi sebesar 1,96 skor
tertinggi 102,7 cm dan skor terendah 99,6 cm.
Berdasarkan skor tertinggi dan terendah akan diperoleh rentang data sebesar
102,07 – 95,00 = 7,07, dalam penelitian dapat digunakan untuk menentukan
banyaknya kelas interval dengan menggunakan rumus jumlah kelas = 1+3,3 x log
(n) sehingga diperoleh nilai sebesar 6. Untuk distribusi frekuensi tinggi badan
76
digunakan jumlah kelas pembulatan keatas sebanyak 6 kelas sehingga panjang kelas
interval dapat dihitung dengan membagi rentang data dengan jumlah kelas interval
dan diperoleh nilai 1,3 maka digunakan panjang kelas interval 1,3, maka tabel
distribusi frekuensi panjang tungkai mahasiswa dapat disusun sebagai berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Panjang Tungkai
Kelas Interval Frekuensi Xi FiXi
95-96,2
96,3-97,5
97,6-98,8
98,9-100,1
100,2-101,4
101,5-102,7
3
3
11
13
6
9
95,6
96,9
98,2
99,5
100,8
102,1
286,8
290,7
1080,2
1293,5
604,8
918,9
Jumlah 45 593,1 4474,9 Sumber: Data primer yang diolah (Lampiran 142)
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dideskripsikan panjang tungkai mahasiswa
dibagi kedalam 6 kelas interval. Panjang masing-masing kelas interval adalah
1,3, kelas interval pertama dimulai dari terendah ke tertinggi responden yaitu 95
sampai dengan 102,7 dengan panjang kelas 1,3. fi merupakan banyaknya
frekuensi kelas interval sedangkan Xi adalah nilai tengah dari kelas interval.
Sedangkan fiXi adalah perkalian dari fi dan Xi yang digunakan untuk mencari
rata-rata nilai secara frekuensi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data
panjang tungkai responden dapat dilihat dalam grafik histogram panjang tungkai
sebagai berikut :
Gambar 4.5
Grafik Histogram Panjang Tungkai
77
Berdasarkan gambar 4.5 grafik histogram panjang tungkai menunjukkan
kelas interval terendah yaitu antara 95,00 – 96,2 terdapat sejumlah 3 mahasiswa,
kelas interval 96,3 – 97,5 sejumlah 3 mahasiswa, interval 97,6 – 98,8 sejumlah 11
mahasiswa, interval 98,9 – 100,1 sejumlah 13 mahasiswa, interval, 100,2 – 101,4
sejumlah 6 mahasiswa, interval 101,5 – 102,7 sejumlah 9 mahasiswa.
Berdasarkan hasil menunjukkan mahasiswa sebagian besar berada pada nilai
antara 98,9 – 100,1 detik sejumlah 13 mahasiswa sedangkan yang paling sedikit
adalah mahasiswa dengan nilai 95 – 96,2 dan 96,3 – 97,5 yang sama-sama terdapat
3 mahasiswa. Secara grafis dapat dilihat mahasiswa dengan tinggi rendah dan tinggi
hanya terdapat sedikit mahasiswa dan mahasiswa dengan tinggi yang sedang atau
berada pada tengah kelas interval terdapat banyak mahasiswa, hasil ini memberikan
gambaran data tinggi mahasiswa mempunyai sebaran distribusi yang normal.
Hasil analisis statistik tentang hasil pengukuran variabel panjang tungkai,
sebagai berikut:
Tabel 4.10 Data Statistik Variabel Panjang Tungkai
Statistik Nilai
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
N
99,16
1,96
95,00
102,7
45
Berdasarkan tabel 4.10 data yang diperoleh menunjukkan bahwasannya
mean sebesar 99,16, sedangkan untk SD sebesar 1,96. Nilai maksimum dari hasil
pengukuran adalah sebesar 102,7 sedangkan nilai minimum sebesar 95,00 dengan N
sejumlah 45 mahasiswa.
6. Panjang Telapak Kaki (X6)
Diskripsi data untuk variabel panjang telapak kaki berdasarkan hasil
penelitian dengan sampel sejumlah 45 mahasiswa permbinaan prestasi atletik
diperoleh rata-rata panjang telapak kaki sebesar 25,08 cm dengan standar deviasi
sebesar 1,43 skor tertinggi 27,6,7 cm dan skor terendah 22,3 cm.
78
Berdasarkan skor tertinggi dan terendah akan diperoleh rentang data sebesar
27,6 – 22,3 = 5,1, dalam penelitian dapat digunakan untuk menentukan banyaknya
kelas interval dengan menggunakan rumus jumlah kelas = 1+3,3 x log (n) sehingga
diperoleh nilai sebesar 6. Untuk distribusi frekuensi tinggi badan digunakan jumlah
kelas pembulatan keatas sebanyak 6 kelas sehingga panjang kelas interval dapat
dihitung dengan membagi rentang data dengan jumlah kelas interval dan diperoleh
nilai 0,9 maka digunakan panjang kelas interval 0,9, maka tabel distribusi frekuensi
panjang telapak kaki mahasiswa dapat disusun sebagai berikut :
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Panjang Telapak Kaki
Kelas Interval Frekuensi Xi FiXi
22,3-23,1
23,2-24
24,1-24,9
25-25,8
25,9-26,7
26,8-27,6
8
6
5
8
11
7
22,7
23,6
24,5
25,4
26,3
27,2
181,6
141,6
122,5
203,2
289,3
190,4
Jumlah 45 149,7 1128,6 Sumber: Data primer yang diolah (Lampiran 144)
Berdasarkan table 4.11 dapat dideskripsikan panjang telapak kaki mahasiswa
dibagi kedalam 6 kelas interval. Panjang masing-masing kelas interval adalah 0,9,
kelas interval pertama dimulai dari terendah ke tertinggi responden yaitu 23,3
sampai dengan 27,6 dengan panjang kelas 0,9. fi merupakan banyaknya frekuensi
kelas interval sedangkan Xi adalah nilai tengah dari kelas interval. Sedangkan fiXi
adalah perkalian dari fi dan Xi yang digunakan untuk mencari rata-rata nilai secara
frekuensi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data panjang tungkai responden
dapat dilihat dalam grafik histogram panjang tungkai sebagai berikut :
79
Gambar 4.6
Grafik Histogram Panjang Telapak Kaki
Berdasarkan gambar 4.6 grafik histogram panjang telapak kaki
menunjukkan kelas interval terendah yaitu antara 22,3 – 23,1 terdapat sejumlah 8
mahasiswa, kelas interval 23,2 – 24 sejumlah 6 mahasiswa, interval 24,1 – 24,9
sejumlah 5 mahasiswa, interval 25 – 25,8 sejumlah 8 mahasiswa, interval, 25,9 –
26,7 sejumlah 11 mahasiswa, interval 26,8 – 27,6 sejumlah 7 mahasiswa.
Berdasarkan hasil menunjukkan mahasiswa sebagian besar berada pada nilai
antara 25,9 – 26,7 cm sejumlah 11 mahasiswa sedangkan yang paling sedikit adalah
mahasiswa dengan nilai 24,1 – 24,9 yang sama terdapat 5 mahasiswa. Secara grafis
dapat dilihat mahasiswa dengan tinggi rendah dan tinggi hanya terdapat sedikit
mahasiswa dan mahasiswa dengan tinggi yang sedang atau berada pada tengah kelas
interval terdapat banyak mahasiswa, hasil ini memberikan gambaran data tinggi
mahasiswa mempunyai sebaran distribusi yang normal.
Hasil analisis statistik tentang hasil pengukuran variabel panjang telapak
kaki, sebagai berikut
Tabel 4.12 Data Statistik Variabel Panjang Telapak kaki
Statistik Nilai
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
N
25,08
1,43
22,3
27,3
45
Berdasarkan tabel 4.12 data yang diperoleh menunjukkan bahwasannya
mean sebesar 24,95, sedangkan untk SD sebesar 1,43. Nilai maksimum dari
80
hasil pengukuran adalah sebesar 27,6, sedangkan nilai minimum sebesar 22,3
dengan N sejumlah 45 mahasiswa.
7. Lompat Jauh Gaya Jongkok (X7)
Diskripsi data untuk variabel lompat jauh gaya jongkok berdasarkan hasil
penelitian dengan sampel sejumlah 45 mahasiswa permbinaan prestasi atletik
diperoleh rata-rata lompat jauh gaya jongkok sebesar 5,47 cm dengan standar
deviasi sebesar 0,35 skor tertinggi 6,11 cm dan skor terendah 5,02 cm.
Berdasarkan skor tertinggi dan terendah akan diperoleh rentang data sebesar
6,11 – 5,02 = 1,09, dalam penelitian dapat digunakan untuk menentukan banyaknya
kelas interval dengan menggunakan rumus jumlah kelas = 1+3,3 x log (n) sehingga
diperoleh nilai sebesar 6. Untuk distribusi frekuensi tinggi badan digunakan jumlah
kelas pembulatan keatas sebanyak 6 kelas sehingga panjang kelas interval dapat
dihitung dengan membagi rentang data dengan jumlah kelas interval dan diperoleh
nilai 0,18 maka digunakan panjang kelas interval 0,18, maka tabel distribusi
frekuensi lompat jauh gaya jongkok mahasiswa dapat disusun sebagai berikut :
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Lompat Jauh
Kelas Interval Frekuensi Xi FiXi
5,02 – 5,20
5,3 – 5,48
5,49 – 5,67
5,68 – 5,86
5,89 – 6,07
6,08 – 6,26
16
7
2
3
9
8
5,01
5,28
5,46
5,64
5,82
6,05
80,16
36,96
10,92
16,92
52,38
42,35
Jumlah 45 33,26 245,74 Sumber: Data primer yang diolah (Lampiran 132)
Berdasarkan table 4.13 dapat dideskripsikan jauh lompatan mahasiswa
dibagi kedalam 6 kelas interval. Panjang masing-masing kelas interval adalah 0,18,
kelas interval pertama dimulai dari terendah ke tertinggi responden yaitu 5,02
sampai dengan 6,26 dengan panjang kelas 0,18. fi merupakan banyaknya frekuensi
kelas interval sedangkan Xi adalah nilai tengah dari kelas interval. Sedangkan fiXi
adalah perkalian dari fi dan Xi yang digunakan untuk mencari rata-rata nilai secara
frekuensi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data panjang tungkai responden
dapat dilihat dalam grafik histogram panjang tungkai sebagai berikut :
81
Gambar 4.7
Grafik Histogram Lompat Jauh Gaya Jongkok
Berdasarkan gambar 4.7 grafik histogram lompat jauh gaya jongkok
menunjukkan kelas interval terendah yaitu antara 5,02 – 5,20 terdapat sejumlah 16
mahasiswa, kelas interval 5,3 – 5,48 sejumlah 7 mahasiswa, interval 5,49 – 5,67
sejumlah 2 mahasiswa, interval 5,68 – 5,86 sejumlah 3 mahasiswa, interval 5,89 –
6,07 sejumlah 9 mahasiswa, interval 6,08 – 6,26 sejumlah 8 mahasiswa.
Berdasarkan hasil menunjukkan mahasiswa sebagian besar berada pada nilai
antara 5,02 – 5,20 cm sejumlah 16 mahasiswa sedangkan yang paling sedikit adalah
mahasiswa dengan nilai 4,49 – 5,67 yang terdapat 2 mahasiswa. Secara grafis dapat
dilihat mahasiswa dengan tinggi rendah dan tinggi hanya terdapat sedikit mahasiswa
dan mahasiswa dengan tinggi yang sedang atau berada pada tengah kelas interval
terdapat banyak mahasiswa, hasil ini memberikan gambaran data tinggi mahasiswa
mempunyai sebaran distribusi yang normal.Hasil analisis statistik tentang hasil
pengukuran variabel lompat jauh, sebagai berikut:
Tabel 4.14 Data Statistik Variabel Lompat Jauh Gaya Jongkok
Statistik Nilai
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
N
5,47
0,35
5,02
6,11
45
Berdasarkan tabel 4.14 data yang diperoleh menunjukkan bahwasannya
mean sebesar 5,47, sedangkan untk SD sebesar 0,35. Nilai maksimum dari hasil
82
pengukuran adalah sebesar 6,11 sedangkan nilai minimum sebesar 5,02 dengan N
sejumlah 45 mahasiswa.
B. Hasil Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu terdistribusi normal
atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan kolmogorov smirnov maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Data
No Variabel Angka Signifikan Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
Kekuatan otot tungkai
Kecepatan maksimum
Kekuatan otot perut
Fleksibilitas togok
Panjang tungkai
Panjang telapak kaki
Prestasi lompat jauh gaya jongkok
0,140
0,248
0,839
0,152
0,204
0,152
0,173
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan masing-masing variabel dengan nilai
signifikan α > 0,05 sehingga data dinyatakan berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Pemeriksaan asumsi ada tidaknya multikolinieritas antara variabel independen
(bebas) dilakukan dengan pemeriksaan nilai VIF, apabila nilai VIF < 10 maka
dinyatakan tidak ada problem multikolinieritas. Hasil Pemeriksaan asumsi ada tidaknya
multikolinieritas antara variabel independen (bebas) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
83
Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Kekuatan otot tungkai
Kecepatan maksimum
Kekuatan otot perut
Fleksibilitas togok
Panjang tungkai
Panjang telapak kaki
0,785
0,624
0,673
0,615
0,878
0,733
1,274
1,603
1,486
1,626
1,139
1,364
Tidak terjadi multikonieritas
Tidak terjadi multikonieritas
Tidak terjadi multikonieritas
Tidak terjadi multikonieritas
Tidak terjadi multikonieritas
Tidak terjadi multikonieritas
Hasil pada tabel 4.16 di atas menunjukkan semua variabel independen nilai
VIF < 10, sehingga dinyatakan tidak ada problem Tidak terjadi multikolinieritas antar
variabel independen.
3. Auto korelasi
Pengujian asumsi adanya tidaknya auto korelasi pada residual dengan
ditunjukkan dari nilai Durbin-Watson yaitu sebesar 1,424, hasil ini diujikan pada
Durbin-Watson tabel pada n= 45 dan k-1=5, yaitu Du sebesar 1,530 dan Dl sebesar
1,34 oleh karena (4 – 1,424) > Du dan Dl dab maka dinyatakan tidak ada autokorelasi
positif atau negatif.
4. Heteroskedastisitas
Pemeriksaan asumsi heteroskedastisitas dengan menggunakan hasil scatter plot,
jika pencaran data menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu, maka
dinyatakan tidak ada problem heteroskedastisitas. Hasilnya dapat dilihat pada gambar
berikut:
84
Gambar 4.8 Scatter plot
Pada gambar 4.8 menunjukkan pencaran data menyebar secara acak dan tidak
menunjukkkan pola-pola tertentu sehingga dapat disimpulkan tidak ada problem
heteroskedastisitas.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
Analisis regresi linear berganda dengan variabel dependen sumbangan
kekuatan otot tungkai, kecepatan lari, keuatan otot perut, kelentukan togok, panjang
tungkai dan panjang telapak kaki terhadap prestasi lompat jauh gaya jongkok dengan
variabel independen (kekuatan otot tungkai, kecepatan maksimum, kekuatan otot perut,
fleksibilitas togok, panjang tungkai , panjang telapak kaki) dengan hasil sebagai
berikut:
85
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda
Varibel independen Koefisien thitung Signifikansi thitung Keterangan
Konstanta - 4,112
Kekuatan otot tungkai 0,016 2,586 0,014 Signifikan
Kecepatan maksimum - 0,390 3,052 0,004 Signifikan
Kekuatan otot perut 0,022 2,240 0,031 Signifikan
Fleksibilitas togok 0,114 2,939 0,006 Signifikan
Panjang tungkai 0,036 2,391 0,022 Signifikan
Panjang telapak kaki 0,037 1,671 0,103 Tidak
signifikan
Variabel dependen = Prestasi lompat jauh gaya jongkok
F hitung = 21,556
Sig = 0.000
R = 0,879
R2= 0,773
Std error = 0,182a
Uji regresi liner berganda dengan menggunakan bantuan komputasi SPSS
20.00 didapatkan hasil persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Ŷ =-4,112 + 0,016X1 – 0,390X2 + 0,022X3 +0,1114X4 + 0,036X5 + 0,037X6
Keterangan:
Y : Prestasi lompat jauh gaya jongkok
1X : variabel kekuatan otot tungkai
2X : variabel kecepatan maksimum lari
3X : variabel kekuatan otot perut
4X : variabel fleksibilitas togok
5X : variabel panjang tungkai
6X : variabel Panjang telapak kaki
86
Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat dibuat interpretasi sebagai berikut:
α = 4,112 Nilai konstanta positif menunjukkan pengaruh positif variabel
independen (Kekuatan otot tungkai, Kecepatan maksimum, Kekuatan
otot perut, Fleksibilitas togok, Panjang tungkai, Panjang telapak kaki).
Bila variabel independen naik atau berhubungan dalam satu satuan maka
variabel dependen akan naik atau terpenuhi.
1 = 0,016 Merupakan nilai koefisien regresi variabel kekuatan otot tungkai (X1)
terhadap variabel lompat jauh gaya jongkok (Y). Artinya jika kekuatan
otot tungkai (X1) mengalami kenaikan satu satuan, maka kemampuan
lompat jauh (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,016 atau 1,6%
koefisien bernilai positif. Yang berarti bahwa antara kekuatan otot
tungkai (X1) dan kemampuan lompat jauh gaya jongkok (Y) memiliki
hubungan positif. Kenaikan kekuatan otot tungkai (X1) akan
mengakibatkan kenaikan pada kemampuan lompat jauh gaya ongkok (Y).
2 = -0,390 Merupakan nilai koefisien regresi variabel kecepatan maksimum lari (X2)
terhadap variabel lompat jauh gaya jongkok (Y). Artinya jika kecepatan
maksimum lari (X2) mengalami kenaikan satu satuan, maka kemampuan
lompat jauh (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,390 atau 3,9%
koefisien bernilai negatif. Akan tetapi untuk variabel kecepatan
maksimum lari ini nilai negatif diabaikan, karena semakin sedikit waktu
yang diperlukan untuk berlari maka semakin bagus pula nilainya. Yang
berarti bahwa antara kecepatan maksimum lari (X2) dan kemampuan
lompat jauh gaya jongkok (Y) memiliki hubungan positif. Kenaikan nilai
kecepatan maksimum lari (X2) akan mengakibatkan kenaikan pada
kemampuan lompat jauh gaya ongkok (Y).
3 = 0,022 Merupakan nilai koefisien regresi variabel kekuatan otot perut (X3)
terhadap variabel lompat jauh gaya jongkok (Y). Artinya jika kekuatan
otot perut (X3) mengalami kenaikan satu satuan, maka kemampuan
lompat jauh (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,022 atau 2,2%
koefisien bernilai positif. Yang berarti bahwa antara kekuatan otot perut
(X2) dan kemampuan lompat jauh gaya jongkok (Y) memiliki hubungan
87
positif. Kenaikan kekuatan otot perut (X3) akan mengakibatkan kenaikan
pada kemampuan lompat jauh gaya ongkok (Y).
4 = 0,114 Merupakan nilai koefisien regresi variabel fleksibilitas togok (X4)
terhadap variabel lompat jauh gaya jongkok (Y). Artinya jika kekuatan
fleksibilitas togok (X4) mengalami kenaikan satu satuan, maka
kemampuan lompat jauh (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,114
atau 11,4% koefisien bernilai positif. Yang berarti bahwa antara
fleksibilitas togok (X4) dan kemampuan lompat jauh gaya jongkok (Y)
memiliki hubungan positif. Kenaikan fleksibilitas togok (X4) akan
mengakibatkan kenaikan pada kemampuan lompat jauh gaya ongkok (Y).
5 = 0,036 Merupakan nilai koefisien regresi variabel panjang tungkai (X5) terhadap
variabel lompat jauh gaya jongkok (Y). Artinya jika panjang tungkai (X5)
mengalami kenaikan satu satuan, maka kemampuan lompat jauh (Y)
akan mengalami peningkatan sebesar 0,036 atau 3,6% koefisien bernilai
positif. Yang berarti bahwa antara panjang tungkai (X5) dan kemampuan
lompat jauh gaya jongkok (Y) memiliki hubungan positif. Kenaikan
panjang tungkai (X5) akan mengakibatkan kenaikan pada kemampuan
lompat jauh gaya ongkok (Y).
6 = 0,037 Merupakan nilai koefisien regresi variabel panjang telapak kaki (X6)
terhadap variabel lompat jauh gaya jongkok (Y). Artinya jika panjang
telapak kaki (X6) mengalami kenaikan satu satuan, maka kemampuan
lompat jauh (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,037 atau 3,7%
koefisien bernilai positif. Yang berarti bahwa antara panjang telapak kaki
(X6) dan kemampuan lompat jauh gaya jongkok (Y) memiliki hubungan
positif. Kenaikan panjang telapak kaki (X6) akan mengakibatkan
kenaikan pada kemampuan lompat jauh gaya ongkok (Y).
Pada pengujian hipotesis dibawah ini akan diperoleh jawaban dari beberapa
hipotesis yang telah dikemukakan di depan, dengan hasil sebagai berikut :
a. Uji t (Hipotesis Parsial)
Uji t digunakan untuk pengujian pengaruh masing-masing variabel independen
(kekuatan otot tungkai, kecepatan maksimum, kekuatan otot perut, fleksibilitas togok,
88
panjang tungkai, panjang telapak kaki) dengan variabel dependen (prestasi lompat jauh
gaya jongkok) dengan hasil sebagai berikut:
1) Hubungan Variabel X1 (Kekuatan Otot Tungkai) dengan Variabel Y (prestasi
lompat jauh gaya jongkok).
a) Hipotesis
Ho: 1 = 0, artinya variabel kekuatan otot tungkai tidak berhubungan secara
signifikan dengan variabel lompat jauh gaya jongkok
Ha: 1 ≠ 0, artinya variabel kekuatan otot tungkai berhubungan secara
signifikan dengan variabel lompat jauh gaya jongkok Menentukan
level of significant
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individu dengan cara membandingkan hitungt dengan tabelt ,
dengan level of significant, α = 0.05.
b) Hasil perhitungan
Hasil perhitungan didapatkan nilai hitungt sebesar 2,586
c) Kesimpulan
Hasil perhitungan t statistik untuk variabel kekuatan otot tungkai diperoleh
nilai hitungt sebesar 2,586, sedangkan tabelt sebesar 2,021, karena hitungt (2,586)
> tabelt (2,021) maka Ho ditolak, artinya variabel kekuatan otot tungkai
berhubungan secara signifikan dengan variabel lompat jauh gaya jongkok .
2) Hubungan Variabel X2 (Kecepatan Maksimum) dengan Variabel Y (prestasi lompat
jauh gaya jongkok).
a) Hipotesis
Ho: 2 = 0, artinya variabel kecepatatan maksimum tidak berhubungan secara
signifikan dengan variabel lompat jauh gaya jongkok .
Ha: 2 ≠ 0, artinya variabel kecepatatan maksimum berhubungan secara
signifikan dengan variabel lompat jauh gaya jongkok.
b) Menentukan level of significant
89
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individu dengan cara membandingkan hitungt dengan tabelt ,
dengan level of significant, α = 0.05.
c) Hasil perhitungan
Hasil perhitungan didapatkan nilai hitungt sebesar 3,052
d) Kesimpulan
Hasil perhitungan t statistik untuk variabel kecepatatan maksimum diperoleh
nilai hitungt sebesar 3,052, sedangkan tabelt sebesar 2,021, karena hitungt (3,052)
> tabelt (2,021) maka Ho ditolak, artinya variabel kecepatatan maksimum
berhubungan signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
3) Hubungan Variabel X3 (Kekuatan Otot Perut) dengan Variabel Y (prestasi lompat
jauh gaya jongkok).
a) Hipotesis
Ho: 3 = 0, artinya variabel kekuatan otot perut tidak berhubungan secara
signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Ha: 3 ≠ 0, artinya variabel kekuatan otot perut berhubungan secara
signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
b) Menentukan level of significant
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individu dengan cara membandingkan hitungt dengan tabelt ,
dengan level of significant, α = 0.05.
c) Hasil perhitungan
Hasil perhitungan didapatkan nilai hitungt 2,240
d) Kesimpulan
Hasil perhitungan t statistik untuk variabel kekuatan otot perut diperoleh nilai
hitungt sebesar 2,240, sedangkan tabelt sebesar 2,021, karena hitungt (2,240) >
tabelt (2,021) maka Ho ditolak, artinya variabel kekuatan otot perut
berhubungan secara signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya
jongkok.
90
4) Hubungan Variabel X4 (Fleksibilitas Togok) dengan Variabel Y (prestasi lompat
jauh gaya jongkok).
a) Hipotesis
Ho: 4 = 0, artinya variabel fleksibilitas togok tidak behubungan secara
signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Ha: 4 ≠ 0, artinya variabel fleksibilitas togok berhubungan secara signifikan
dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
b) Menentukan level of significant
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individu dengan cara membandingkan hitungt dengan tabelt ,
dengan level of significant, α = 0.05.
c) Hasil perhitungan
Hasil perhitungan didapatkan nilai hitungt 2,939
d) Kesimpulan
Hasil perhitungan t statistik untuk variabel fleksibilitas togok diperoleh nilai
hitungt sebesar 2,939, sedangkan tabelt sebesar 2,021, karena hitungt (2,939) >
tabelt (2,021) maka Ho ditolak, artinya variabel fleksibilitas togok berhubungan
secara signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
5) Hubungan Variabel X5 (Panjang Tungkai) dengan Variabel Y (prestasi lompat jauh
gaya jongkok).
a) Hipotesis
Ho: 5 = 0, artinya variabel panjang tungkai tidak berhubungan secara
signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Ha: 5 ≠ 0, artinya variabel panjang tungkai berhubungan secara signifikan
dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
b) Menentukan level of significant
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individu dengan cara membandingkan hitungt dengan tabelt ,
dengan level of significant, α = 0.05.
c) Hasil perhitungan
91
Hasil perhitungan didapatkan nilai hitungt 2,391
d) Kesimpulan
Hasil perhitungan t statistik untuk variabel panjang tungkai diperoleh nilai
hitungt sebesar 2,391, sedangkan tabelt sebesar 2,021, karena hitungt (2,391) >
tabelt (2,021) maka Ho ditolak, artinya variabel panjang tungkai berhubungan
secara signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
6) Hubungan Variabel X5 (Panjang Telapak Kaki) dengan Variabel Y (prestasi lompat
jauh gaya jongkok).
a) Hipotesis
Ho: 6 = 0, artinya variabel panjang telapak kaki tidak berhubungan secara
signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Ha: 6 ≠ 0, artinya variabel panjang telapak kaki berhubungan secara
signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
b) Menentukan level of significant
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara individu dengan cara membandingkan hitungt dengan tabelt ,
dengan level of significant, α = 0.05.
c) Hasil perhitungan
Hasil perhitungan didapatkan nilai hitungt 1,671
d) Kesimpulan
Hasil perhitungan t statistik untuk variabel panjang telapak kaki diperoleh nilai
hitungt sebesar 6 , sedangkan tabelt sebesar 2,021, karena hitungt < tabelt (2,021)
maka Ha ditolak, artinya variabel panjang telapak kaki tidak berhubungan
secara signifikan dengan variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
b. Uji F (Pengaruh Secara Bersama-sama)
Uji F digunakan untuk menyatakan ada tidaknya pengaruh variabel independen
(kekuatan otot tungkai, kecepatan maksimum, kekuatan otot perut, fleksibilitas togok,
panjang tungkai, panjang telapak kaki) secara bersama-sama (keseluruhan) terhadap
92
variabel dependen (prestasi lompat jauh gaya jongkok). Adapun hasil perhitungan
sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho: 1 = 2 == 0, artinya variabel independen (kekuatan otot tungkai,
kecepatan maksimum, kekuatan otot perut, fleksibilitas
togok, panjang tungkai, panjang telapak kaki) secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap prestasi lompat
jauh gaya jongkok.
Ha: 1 = 2 ≠ 0, artinya variabel independen (kekuatan otot tungkai,
kecepatan maksimum, kekuatan otot perut, fleksibilitas
togok, panjang tungkai, panjang telapak kaki) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi lompat jauh
gaya jongkok.
2) Menentukan level of significant
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen
secara individu dengan cara membandingkan hitungF dengan tabelF , dengan level of
significant, α = 0.05.
3) Hasil perhitungan
Hasil perhitungan didapatkan nilai hitungF sebesar 21,556
4) Kesimpulan
Hasil perhitungan F statistik diperoleh nilai hitungF sebesar 21,556, sedangkan tabelF
sebesar 2,43, karena hitungF (21,556) > tabelF (2,43) maka Ho ditolak, artinya
variabel independen (kekuatan otot tungkai, kecepatan maksimum, kekuatan otot
perut, fleksibilitas togok, panjang tungkai, panjang telapak kaki) secara bersama-
sama (keseluruhan) berpengaruh terhadap variabel dependen (terhadap prestasi
lompat jauh gaya jongkok).
c. Koefisien Determinasi (R square)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil perhitungan koefisien
determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar 0.773. hal berarti variabel bebas (kekuatan otot
93
tungkai, kecepatan maksimum, kekuatan otot perut, fleksibilitas togok, panjang tungkai,
panjang telapak kaki), memberi sumbangan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh
gaya jongkok. Variabel (kekuatan otot tungkai, kecepatan maksimum, kekuatan otot
perut, fleksibilitas togok, panjang tungkai, panjang telapak kaki) memberikan kontribusi
sebesar 77,3% sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
a. Sumbangan Relatif
1) Sumbangan relatif variabel X1 terhadap variabel Y sebesar 11,74%.
2) Sumbangan relatif variabel X2 terhadap variabel Y sebesar 27,15%.
3) Sumbangan relatif variabel X3 terhadap variabel Y sebesar 16,70%.
4) Sumbangan relatif variabel X4 terhadap variabel Y sebesar 24,78%.
5) Sumbangan relatif variabel X5 terhadap variabel Y sebesar 11,47%.
6) Sumbangan relatif variabel X6 terhadap variabel Y sebesar 8,16%.
b. Sumbangan efektif (SE)
1) Sumbangan efektif variabel X1 terhadap variabel Y sebesar 9,07%.
2) Sumbangan efektif variabel X2 terhadap variabel Y sebesar 20,98%.
3) Sumbangan efektif variabel X3 terhadap variabel Y sebesar 12,90%.
4) Sumbangan efektif variabel X4 terhadap variabel Y sebesar 19,15%.
5) Sumbangan efektif variabel X5 terhadap variabel Y sebesar 8,86%.
6) Sumbangan efektif variabel X6 terhadap variabel Y sebesar 6,31%.
D. `Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian
hipotesis menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu: (a) ada hubungan
masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat (b) ada hubungan secara bersama-
sama gabungan semua variabel bebas terharap variabel terikat. Kesimpulan analisis
tersebut dapat dipaparkan lebih anjut sebagai berikut:
1. Hubungan Variabel X1 (Kekuatan Otot Tungkai) dengan Variabel Y (prestasi
lompat jauh gaya jongkok).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan variabel kekuatan otot tungkai
nilai koefisien regresi 0,016 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap
penambahan (tanda +) variabel kekuatan otot tungkai maka prestasi lompat jauh
94
gaya jongkok akan meningkatkan. Pada hasil penelitian menunjukkan variabel
kekuatan otot tungkai memberikan sumbangan efektif sebesar 9,07%. Hal ini
menjelaskan kekuatan otot tungkai mempunyai peran penting terhadap pencapaian
prestasi lompat jauh. Jauh dan tidaknya lompatan yang dilakukan sangat
bergantung pada kemampuan menumpu untuk menolak dengan kuat dan cepat.
Kemampuan menolak dihasilkan dari awalan lari yang cepat dilanjutkan menumpu
dengan kuat yang dirangkaikan dalam satu pola gerakan yang utuh. Ditinjau dari
gerakan lompat jauh gaya jongkok pada teknik menolak yaitu, menolak merupakan
fase perubahan gerak horisontal menjadi gerak vertikal. Pada fase ini kemampuan
melakukan awalan dengan cepat dan menumpu dengan kuat sangat ditentukan oleh
kemampuan dari otot-otot tungkai.
Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel kekuatan otot tungkai
berhubungan secara signifikan terhadap variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Hal ini membuktikn kekuatan otot tungkai berperan penting untuk menghasilkan
tolakan yang setinggi dan sejauh mungkin. Kekuatan otot tungkai berperan pada
gerakan pada saat menumpu untuk menolak secara maksimal. Kemampuan seorang
pelompat memadukan mengerahkan kekuatan otot-otot tungkai secara maksimal
pada teknik.
2. Hubungan Variabel X2 (Kecepatan Maksimum Lari) dengan Variabel Y (prestasi
lompat jauh gaya jongkok).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan variabel kecepatan maksimum
lari dengan koefisein regresi sebesar 0,390 dengan parameter negatif. Hal ini
berarti bahwa setiap semakin pendek waktu tempuh lari (semakin cepat waktu yang
diperlukan) maka prestasi lompat jauh gaya jongkok akan meningkat. Sumbangan
efektif variabel kecepatan maksimum terhadap variabel pretasi lompat jauh sebesar
20,98%. Hal ini membuktikan kecepatan maksimum lari merupakan komponen
penting yang berhubungan terhadap prestasi lompat jauh. Semakin cepat berlari
akan mampu menghasilkan lompatan yang maksimal.
Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel kecepatan maksimum lari
berhubungan secara signifikan terhadap variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Pada lompat jauh tahap awalan berguna untuk mendapatkan kecepatan yang
maksimal sebelum mencapai papan tumpuan. Awalan dilakukan dengan berlari
95
yang semakin lama mendekati kecepatan maksimal, namun masih terkendali
(terkontrol) untuk melakukan tolakan. Sehingga kecepatan dari awalan akan
menghasilkan satu gaya dorong ke depan secara maksimal.
Kecepatan lari awalan dan besarnya sudut tolakan merupakan komponen
unsur-unsur yang menentukan pencapaian jarak lompatan. Lari awalan dalam
lompat jauh merupakan lari dengan percepatan dari start berdiri. Frekuensi serta
panjang langkah makin lama semakin meningkat sampai persiapan untuk
mengadakan tolakan. Awalan lari harus mencapai jarak yang cukup dan
memungkinkan pelari mencapai persiapan yang tepat untuk tindakan akhir, awalan
lari yang jelek/ lambat hanya akan menghasilkan prestasi yang jelek.
3. Hubungan Variabel X3 (Kekuatan Otot Perut) dengan Variabel Y (prestasi lompat
jauh gaya jongkok).
Hasil penelitian menunjukkan variabel kekuatan otot perut dengan
koefisein regresi sebesar 0,022 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa
setiap penambahan (tanda +) variabel kekuatan otot perut maka prestasi lompat
jauh gaya jongkok akan meningkat. Penambahan kekuatan otot perut dapat
meningkat lompatan yang maksimal, variabel ini memberikan sumbangan efektif
sebesar 12,90%. Otot memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan gerak
anggota bawah seperti tungkai. Hal ini secara logika dapat dimengerti karena
anggota gerak bawah dalam melakukan gerakan meloncat memerlukan ayunan
tungkai yang didukung oleh persendian pada panggul. Karena gerakan panggul
memerlukan dukungan dan kinerja otot perut, maka dimungkinkan dengan
memiliki kekuatan otot perut yang baik akan memungkinkan memiliki lecutan yang
kuat saat melakukan lompatan.
Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel kekuatan otot perut berhubungan
secara signifikan terhadap variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok. Hal ini
membuktikan variabel kekuatan otot perut mempunyai korelasi yang signifkan
terhadap maksimal atau tidaknya lompatan. Otot-otot perut yang kuat sangat
membantu gerakan kaki pada lompat jauh gaya jongkok terutama pada saat
menolak pada balok tumpuan dan sikap melayang di udara. Bagian tengah badan
yang berkembang dengan baik selalu dapat menghasilkan gerakan kaki dan lengan
semaksimal mungkin. Hal ini membuktikan otot-otot perut yang baik, maka
96
gerakan kaki pada lompat jauh gaya jongkok terutama menumpu untuk menolak
dan melayang di udara dapat digerakkan menurut kebutuhan, sehingga akan
mendukung pencapaian jarak lompatan lebih maksimal. Keterlibatan otot perut
dapat dilihat dari gerakan saat kedua kaki diangkat dan disertai ayunan kedua
lengan. Pada saat gerakan tersebut otot-otot perut ikut berkontraksi membantu
gerakan kaki, sehingga gerakan melompat dapat dilakukan lebih maksimal.
Keterlibatan kekuatan otot perut harus dikerahkan pada teknik yang benar,
sehingga gerakan menumpu untuk menolak dan melayang di udara dapat dilakukan
sebaik mungkin dan jarak lompatan dapat dicapai lebih maksimal
4. Hubungan Variabel X4 (Fleksibilitas Togok) dengan Variabel Y (prestasi lompat
jauh gaya jongkok).
Hasil penelitian menunjukkan variabel fleksibilitas togok dengan koefisien
regresi sebesar 0,114 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap
penambahan (tanda +) variabel variabel fleksibilitas togok maka prestasi lompat
jauh gaya jongkok akan meningkat. Fleksibilitas togok memberikan sumbangan
efektif terhadap prestasi lompat jauh sebesar 19,15%. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya fleksibilitas togok dalam meningkatkan jarak lompatan yang maksimal.
Fleksibilitas adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala
aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. Fleksibilitas dipengaruhi oleh
elastisitas otot-otot serta dinyatakan dalam satuan derajat (°). Togok/tulang
belakang (Kolumna Vertebralis) terdiri dari empat bagian Vertebra servikalis,
vertebra torakalis, vertebra lumbalis dan vertebra sakralis yang berfungsi sebagai
penopang badan yang kokoh dan memberi fleksibilitas memungkinkan
membengkok tanpa patah. Jika Togok semakin fleksibel makan akan
meningkatkan kekuatan maksimum lompatan.
Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel fleksibilitas togok berhubungan
secara signifikan terhadap variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok. Hal ini
membuktikan variabel ini berhubungan penting terhadap maksimal atau jauh
tidaknya lompatan. Pergerakan di udara atau saat melayang di udara pada gerakan
lompat jauh jarang sekali diperhatikan oleh seorang atlet bahkan pelatih. Ketika
berada di udara, satu-satunya tujuan altet adalah memperhitungkan posisi tubuh
yang optimal untuk mendarat. Atlet hampir pasti mendapatkan forward angular
97
momentum selama lari ancang-ancang dan lepas landas. Forward angular
momentum ini cenderung menyebabkan kaki berada di bawah center of gravity
pada saat altet ingin kaki-kaki itu lurus ke depan. Persoalan utama yang dihadapi
altet adalah meminimalkan pengaruh yang tidak diinginkan dari forward angular
meomentum ini.
Jika atlet dengan sengaja mencondongkan tubuh ke depan selama saat
terakhir pada waktu terbang, kaki-kaki diangkat sebagai reaksi dari gerakan ini dan
pendaratan sedikit bisa ditunda. Meningkatnya lama waktu terbang memungkinkan
atlet untuk melakukan penerbangan parabola yang lebih jauh dibandingkan dengan
yang sebaliknya. Pada sisi lain dari buku besar (ledger), pencondongan tubuh ke
depan mengurangi jarak pendaratan (anggapannya atlet tidak terjengkang) dengan
memindahkan center of gravity menjadi lebih dekat ke kaki dibandingkan yang
akan terjadi jika posisi tubuh lebih tegak. Jika atlet mengambil posisi tubuh yang
tegak, atau sedikit condong ke belakang, berbagai pengaruh ini akan berubah,
waktu terbang menurun sementara jarak pendaratan meningkat. Pada dasarnya
fleksibilitas togok ini juga berpengaruh ketika seseorang melakukan gerakan
diudara. Semakin lentur maka bisa dipastikan daya lecut badan bisa bagus. Selain
itu, fleksibilitas togok dapat membantu atlet supaya tidak terjengkang pada saat
landing. Hal tersebut sangat mambantu seorang atlet saat meluncur di bak pasir.
Sering kali kita tidak mencermati hal ini, akibatnya seorang atlet prestasinya kurang
maksimal padahal masih bisa meraih yang lebih dari apa yang sudah dilakukan.
Kelentukan atau fleksibilitas adalah efektifitas seseorang dalam
menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh pada bidang
sendi yang luas. Kelentukan dipengaruhi oleh elastisitas sendi dan elastisitas otot-
otot serta dinyatakan dalam satuan derajat lentuk tidaknya. Hal imenunjukkn
kelentukan togok ke depan diperlukan untuk melakukan pendaratan yang baik pula
sehingga akan diperoleh hasil lompatan yang jauh. Setelah tumit menyentuh pasir,
kedua lutut segera ditekuk dan biarkan badan condong terus ke depan.
5. Hubungan Variabel X5 (Panjang Tungkai) dengan Variabel Y (prestasi lompat jauh
gaya jongkok).
Hasil penelitian menunjukkan besar koefisien regresi untuk variabel panjang
tungkai adalah 0,114 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap
98
penambahan (tanda +) variabel variabel panjang tungkai maka prestasi lompat jauh
gaya jongkok akan meningkat. Pada variabel ini mampu memberikan sumbangan
efektif sebesar sebesar 8,86%. Panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik
yang benar. Ditinjau dari biomekanika bahwa, tungkai yang panjang memiliki
jangkauan yang jauh atau panjang. Hal ini membuktikan jika atlet mampu
memanfaatkan panjang tungkai akan memaksimalkan jauh tidaknya lompatan.
Hipotesis penelitien menunjukkan variabel panjang tungkai berhubungan
secara signifikan terhadap variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok pada
Mahasiswa Pembinaan Prestasi UNP Kediri. Hal ini membuktikan variabel panjang
tungkai mempunyai korelasi positif terhadap peningkatan kemampuan jauh
tidaknya lompatan. Semakin panjang pengungkit makin besar usaha yang
digunakan untuk mengayun. Tungkai yang panjang memungkinkan memiliki
ayunan kaki yang lebih panjang, sehingga hal ini akan mempengaruhi pencapaian
jarak lompatan. Dengan tungkai yang panjang, maka pelompat dapat menjulurkan
kedua tungkainya jauh ke depan, sehingga dapat mencapai jarak lompatan yang
maksimal. Namun sebaliknya, bagi pelompat yang tungkainya pendek, jangkauan
tungkainya pendek pula, sehingga jarak lompatannya tidak maksimal.
6. Sumbangan Variabel X6 (Panjang Telapak Kaki) dengan Variabel Y (prestasi
lompat jauh gaya jongkok).
Hasil penelitian menunjukkan besar koefisien regresi untuk variabel variabel
panjang telapak kaki adalah 0,114 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa
setiap penambahan (tanda +) variabel variabel Panjang telapak kaki maka prestasi
lompat jauh gaya jongkok akan meningkat. Sumbangan efektif variabel panjang
telapak kaki terhadap variabel Y sebesar 6,31%. Hal ini meunjukkan panjang
tungkai dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh. Salah satu penunjang
prestasi dalam cabang olahraga adalah proporsi tubuh (rasio anthropometrik),
dalam hal ini yang dimaksudkan adalah panjang telapak kaki. Telapak kaki
merupakan salah satu faktor dimana atlet bisa memaksimalkan larinya ketika
bentuk telapak kakinya bagus. Disamping digunakan dalam lari, pada nomor
lompat ini telapak kaki juga mempunyai peranan penting ketika digunakan dalam
momentum ketika take off .
99
Keuntungan memiliki telapak kaki yang panjang bisa menjadi suatu alat
kerja yang bekerja berdasarkan asas-asas momen yaitu sebagai pengungkit anatomi.
Pengungkit ialah suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada titik yang tetap
bila gaya digunakan untuk mengatasi beban. Bila pengungkit bergerak, berarti
pengungkit melakukan dua fungsi penting, yaitu: pengungkit digunakan untuk
mengatasi beban yang lebih besar dari pada gaya, atau untuk memperbesar jarak
bergeraknya beban dengan gaya yang lebih besar dari pada beban. Bila tidak
bergerak, berarti pengaruh putaran (momen) dari gaya sama dengan pengaruh
putaran (momen) dari beban dan pengungkit dalam keadaan seimbang
Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel panjang telapak kaki tidak
berhubungan secara signifikan terhadap variabel prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Telapak kaki merupakan komponen pembentuk ekstrimitas inferior, yang tersusun
dari sekelompok tulang yaitu: calcaneus, talus, navikular, cuboit, cuneiform,
metatarsal, dan palanges. Telapak kaki dapat menyokong berat badan dan
berfungsi sebagai pengungkit yang kaku untuk gerakan kedepan. Gerak maju
seluruhnya akan tergantung pada aktivitas m.gastrocnemius dan m.soleus. Karena
pengungkit ini terdiri atas segmen-segmen dengan banyak sendi. Otot-otot flexor
panjang dan otot-otot kecil kaki dapat menggunakan fungsinya pada tulang-tulang
kaki bagian depan dan jari-jari (sebagai landasan maju kaki) dan sangat membantu
gerakan maju kedepan m. Gastrocnemius dan m. Soleus
Secara elektromiografi bahwa m.Tibialis anterior, m. Peroneus longus, dan
otot-otot kecil kaki tidak berperan penting dalam menyokong arcus dalam keadaan
statis. Umumnya otot-otot itu sama sekali tidak aktif, akan tetapi pada waktu
berjalan dan berlari semua otot-otot ini menjadi aktif. Berdiri dalam waktu yang
lama, terutama pada orang gemuk, akan membebani tulang-tulang dan ligamentum-
ligamentum kaki secara berlebihan dan akan menyebabkan turunnya lengkung kaki
atau kaki ceper
7. Sumbangan Secara Bersama-sama (Kekuatan Otot Tungkai, Kecepatan Maksimum,
Kekuatan Otot Perut, Fleksibilitas Togok, Panjang Tungkai, Panjang Telapak Kaki)
Terhadap Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok .
Hasil penelitian menunukkan gabungan variabel bebas (kekuatan otot
tungkai, kecepatan maksimum, kekuatan otot perut, fleksibilitas togok, panjang
100
tungkai, panjang telapak kaki) memberikan kontribusi sebesar 77,3%. Hasil
penelitian ini menunujukkan jika kombinasi antara faktor antropometri dan faktor
kemampuan kondisi fisik mampu memberikan sumbangan yang besar terhadap
kemampuan lompat jauh. Jika faktor seperti panjang tungkai dan panjang telapak
kaki dan dikombinasikan dengan faktor kondisi fisik dalam hal ini kekuatan otot
perut, fleksibilitas togok, kecepatan lari dan kekuatan otot tungkai akan
memberikan sumbangan yang berarti terhadap prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel independen (kekuatan otot
tungkai, kecepatan maksimum, kekuatan otot perut, fleksibilitas togok, panjang
tungkai, panjang telapak kaki) secara bersama-sama (keseluruhan) berhubungan
dengan variabel dependen (terhadap prestasi lompat jauh gaya jongkok). Hal ini
membuktikan secara teori kombinasi antara faktor antropometri dan faktor
kemampuan kondisi fisik terbukti kebenarnan. Faktor antropometri jika mampu
dimanfaatkan dengan baik dan ditunjang kondisi fisik mampu memberikan hasil
yang maksimal.
Hasil penelitian menunjukkan variabel kecepatan maksimum lari dan
feklibitas togok togok merupakan faktor yang paling berhubungan dengan prestasi
lompat jauh. Urutan besarnya pengaruh berdasarkan nilai sumbangan efektif dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18 Besar Sumbangan Relatif dan Efektif
Variabel Sumbangan
Relatif (SR)
Sumbangan
Efektif (SE)
Variabel kecepatan maksimum lari (X2)
Variabel fleksibilitas togok (X4)
Variabel Kekuatan otot perut (X3)
Variabel kekuatan otot tungkai (X1)
Variabel panjang tungkai (X5)
Variabel panjang telapak kaki (X6)
27,15
24,78
16,70
11,74
11,47
8,16
20,98
19,15
12,90
9,07
8,86
6,31
Tabel di atas menunjukkan variabel kecepatan maksimum lari yang paling
efektif meningkatkan kemampuan lompat jauh, kemudian disusul varibel
top related