case brain tumor
Post on 11-Jul-2016
17 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 70 tahun
Suku : Jawa
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : (-)
Pendidikan Terakhir : SD
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Ponorogo
No RM : 35 xx xx
Tanggal MRS : 14 Januari 2016
A. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak kanan.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Harjono Ponorogo jam 15.00 tanggal 14
Januari 2016 dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan. Keluhan
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan dirasakan semakin lama semakin
memberat. Keluarga mengatakan pasien makin lama semakin sulit bicara lalu
akhir-akhir ini sama sekali tidak bisa bicara sejak 1 minggu yang lalu. Tidak
pernah ada penurunan kesadaran, akan tetapi pasien semakin sulit diajak
komunikasi dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.
Pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala, mual, dan muntah. Pasien tidak
pernah kejang sebelumnya. Tidak bisa buang air besar selama 7 hari terakhir,
tidak ada keluhan buang air kecil. Nafsu makan turun sejak 1 minggu yang
lalu. Minggu yang lalu pasien sudah datang ke poli saraf dangan keluhan yang
1
sama dan disarankan oleh dokter spesialis saraf untuk melakukan CT-Scan
kepala. Kemudian pasien melakukan CT-Scan kepala pada 11 Januari 2016.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Sakit serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat mondok di RS : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat TBC : diakui (pengobatan terputus)
Kesan : terdapat riwayat TBC yang pengobatannya terputus
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Sakit serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit keluarga
E. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Lemah, apatis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5ºC
RR : 18 x/menit
Kesan: keadaan umum lemah dan pasien apatis
2) Pemeriksaan Kepala
Kepala : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Reflek Cahaya
(+/+), Pupil Isokor (+), Ukuran Pupil ± 3 mm
Kesan: pemeriksaan kepala dalam batas normal
2
3) Pemeriksaan Leher
Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-/-)
Kesan: pemeriksaan leher dalam batas normal
4) PemeriksaanThorax
Pulmo : Inspeksi : Simetris
Palpasi : Ketinggalan Gerak (-/-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Suara Dasar Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Cor: Inspeksi : Ictus Cordis (tidak tampak)
Palpasi : Ictus Cordis (teraba)
Perkusi : Redup (normal)
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, Bising Jantung(-)
Kesan: cor dan pulmo dalam batas normal
5) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Simetris, dinding abdomen sama tinggi dengan dinding
dada.
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri Tekan (-)
Kesan: abdomen dalam batas normal
6) Pemeriksaan Ekstremitas
Edema Ekstremitas - -
- -
Akral H H
H H
Kesan : pemeriksaan ekstremitas dalam batas normal
3
F. Status Neurologis
Kesadaran : compos mentis (GCS E4VxMx )
Kesan: terdapat afasia global
Meningeal Sign:
- Kaku Kuduk : (-)
- Kernig sign : (-) / (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-) / (-)
- Brudzinski III : (-)
Kesan: meningeal sign dalam batas normal
Nervus Cranialis :
N.I (Olfaktorius) :
Pemeriksaan Hidung Kanan Hidung Kiri
Daya Pembauan SDE SDE
N.II (Optikus)
Pemeriksaan Mata kanan Mata kiriVisus SDE SDELapang Pandang SDE SDEFunduskopi
a. Arteri/venab. Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III (Okulomotorius)Pemeriksaan Mata kanan Mata kiriPtosis (-) (-)PupilBentukDiameterReflex CahayaDirekIndirek
Bulat3 mm
(+)(+)
Bulat3 mm
(+)(+)
Akomodasi SDE SDEGerak bola mataAtasBawahMedial
SDESDESDE
SDESDESDE
4
Medial atas SDE SDE
N. IV (Throklearis)Pemeriksaan Mata kanan Mata kiriGerakan bola mataMedial SDE SDE
N.V (Trigeminus)Pemeriksaan Kanan KiriMotorik
Mengunyah SDE SDESensibilitas
Cabang oftalmikusCabang maksilarisCabang mandibularis
SDESDESDE
SDESDESDE
ReflexKornea (+) (+)
N. VI (Abdusens)Pemeriksaan Mata kanan Mata kiriGerakan bola mataLateral SDE SDE
N.VII (Facialis)Pemeriksaan Kanan KiriMotorik
Mengangkat alisMenyeringaiMencucu
SDESDESDE
SDESDESDE
SensorikDaya kecap lidah 2/3 depan SDE SDE
N.VIII (Vestibulokoklearis)Pemeriksaan Kanan KiriPendengaran Tes Bisik
Test RinneTest WeberTest Swabach
SDE
Tidak dilakukan
SDE
Tidak dilakukan
KeseimbanganTest RombergTest Finger to Nose
SDESDE
SDESDE
5
N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)Pemeriksaan HasilArkus faringPasifGerakan aktif
SimetrisSimetris
Reflex muntah (+) / (+)
N. XI (Assesorius)Pemeriksaan Kanan KiriMemalingkan kepala SDE SDE Mengangkat bahu SDE SDE
N.XII (Hypoglosus)Pemeriksaan HasilPosisi lidah NormalPapil lidah NormalAtrofi otot lidah (-)
Kesan: NI, N II, N III, N IV, N V, N VI, NVII, NVIII, N XI sulit
dilakukan evaluasi karena pasien tidak kooperatif.
Motorik
Gerakan T B
T B
Kekuatan Otot SDE SDE
SDE SDE
Tonus dbn dbn
dbn dbn
Atropi : - -
- -
Kesan: terdapat lateralisasi dextra
Klonus
6
Kaki : -/-
Patella : -/-
Kesan: pemeriksaan klonus dalam batas normal
Sensorik
Nyeri : Ekstremitas Atas : SDE
Ekstremitas Bawah : SDE
Raba : Ekstremitas Atas : SDE
Ekstremitas Bawah : SDE
Suhu : Ekstremitas Atas : SDE
Ekstremitas Bawah : SDE
Kesan : pemeriksaan sensorik sulit dievaluasi karena pasien tidak
kooperatif
Refleks Fisiologis
Reflek bisep : (+3/+3)
Reflek trisep : (+3/+3)
Reflek brachioradialis : (+2/+2)
Reflek patella : (+2/+2)
Reflek achilles : (+2/+2)Kesan: pemeriksaan reflek fisiologis dalam batas normal
Refleks Patologis
Hoffman : (-/-)
Trommer : (-/-)
Babinski : (+/-)
Chaddock : (+/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Schaefer : (-/-)
Kesan: reflek patologis Babinski (+/-) dan chaddock (+/-)
7
Provokasi Nyeri
Laseque : SDE
Patrick : SDE
Kontra Patrick : SDE
Kesan: pemeriksaan provokasi nyeri dalam batas normal
Cerebral Sign
Finger to Nose : SDE
Rebound Test : SDE
Heel to Shin : SDE
Kesan: pemeriksaan cerebral sign sulit dievaluasi karena pasien tidak
kooperaif
Fungsi Vegetatif :
Miksi : kuning, jernih
Defekasi : belum BAB 7 hari
Kesan: defekasi tidak lancar
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalWBC 8.1 4.0-10.0 103/UlRBC 4.61 3.50-5.00 103/uLHB 13.0 11.0-15.0 gr/dLHCT 37.8 37.0-47.0 %PLT 376 100-300 103/uLSGOT 27 0 – 38U/LSGPT 6.3 0 – 40 U/LALP 237 98 – 279 U/LLemak
Kolesterol TotalTrigliserid
14697
140 - 200 mg/L36 - 165 mg/L
Fungsi Ginjal
8
UreumKreatininAsam Urat
30.50.95.4
10 – 50 mg%0.7 – 1.4 mg%3.4 – 7 mg%
GDA 115 <126 gr/dlKesan: terdapat peningkatan trombosit
Pemeriksaan CT-Scan
Kesan: Massa isoden pada temporal sinistra, batas tidak tegas, dengan perifocal
edema. Deviasi midline structure : 1 cm, ventricle lateral terdesak. Tidak
dilakukan pemeriksaan dengan kontras. Kesimpulan : brain tumor temporal
sinistra.
H. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Harjono pada tanggal 14 Januari 2016
dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan
yang lalu dan dirasakan semakin lama semakin memberat. Keluarga mengatakan
pasien makin lama semakin sulit bicara lalu akhir-akhir ini sama sekali tidak bisa
bicara sejak 1 minggu yang lalu.
Dari status interna TD: 120/80mmHg, N/S: 80/36,5oC. Status neurologi
kesadaran compos mentis GCS E4 Vx M6 dengan lateralisasi dextra, hasil
laboratorium terdapat peningkatan trombosit dan dari hasil CT scan terdapat
massa isoden pada temporal sinistra, batas tidak tegas, dengan perifocal edema.
Deviasi midline structure : 1 cm, ventricle lateral terdesak.
9
I. Diagnosis kerja
Diagnosis Klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di
temporal sinistra
Diagnosis Topis : temporal sinistra
Diagnosis Etiologi : brain tumor
J. Penatalaksanaan
Farmakologi
Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mg
Non farmakologi
Paliative care
K. Prognosis
Disease : Dubia ad malam
Disability : Dubia ad malam
Disatissfaction : Dubia ad malam
Discomfort : Dubia ad malam
Death : Dubia ad malam
ANALISIS KASUS
10
11
PEMERIKSAAN FISIKANAMNESIS
1. Pasien merasa anggota gerak
kanan lemah. Keluhan
terjadi sejak 1 bulan yang
lalu.
2. Pasien tidak bisa bicara
sejak 1 minggu yang lalu
3. Sakit kepala -, mual -,
muntah - , penurunan
kesadaran -
4. Pasien masuk rumah sakit
untuk yang pertama kali.
5. Pasien memiliki riwayat tbc
6. penyakit hipertensi
.
1. Tekanan Darah
120/80 mmHg
2. N/S: 80/36,5oC
3. Kesadaran: CM GCS:
E4VxMx
Afasia global
4. Gerakan terbatas pada
extremitas superior et
inferior dextra
5. Reflek patologis:
Babinski(+/-) chadock
(+/-)
Diagnosis Banding: Tumor otak CVA
Gold standard:
Head CT Scan
Pemeriksaan Penunjang:
Foto Thorax dan CT Scan
LAB
Darah Lengkap, Faal ginjal
Follow up
1. Tanggal 14 Januari 2016
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa
bicara, pusing (-), mual (-), muntah (–)
Status Interna
TD: 130/90 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2°C
RR: 16x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
Motorik : Gerak Kekuatan
Sensorik nyeri
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (–)
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra
Dx Topis : temporal sinistra
Dx etiologis : brain tumor
12
T B
T B
SDE SDE
SDE SDE
SDE SDE
SDE SDE
Terapi :
2. Tanggal 15 Januari 2016
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa
bicara, pusing (-), mual (-), muntah (–)
Status Interna
TD: 120/80 mmHg
N : 88x/menit
S : 36,2°C
RR: 18x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
Motorik : Gerak Kekuatan
Sensorik nyeri
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (–)
13
Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mgMotivasi rujuk
T B
T B
SDE SDE
SDE SDE
SDE SDE
SDE SDE
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra
Dx Topis : temporal sinistra
Dx etiologis : brain tumor
Terapi
Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mgMotivasi rujuk
3. Tanggal 16 Januari 2016
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa
bicara, pusing (-), mual (-), muntah (–)
Status Interna
TD: 130/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2°C
RR: 18x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
Motorik : Gerak Kekuatan
Sensorik :nyeri
14
T B
T B
SDE SDE
SDE SDE
SDE SDE
SDE SDE
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (+)
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra
Dx Topis : temporal sinistra
Dx etiologis : brain tumor
Terapi
Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mgMotivasi rujuk
4. Tanggal 17 Januari 2016
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa bicara
Status Interna
TD: 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,2°C
RR: 20x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-)
Motorik : Gerak Kekuatan
15
T B
T B
SDE SDE
SDE SDE
Sensorik nyeri
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (–)
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra
Dx Topis : temporal sinistra
Dx etiologis : brain tumor
Terapi
Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mgMotivasi rujuk
5. Tanggal 18 Januari 2016
Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa
bicara
Status Interna
TD: 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5°C
RR: 18x/menit
Status neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx
Meningeal sign : (-)
Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).
16
SDE SDE
SDE SDE
Motorik : Gerak Kekuatan
Sensorik :nyeri
Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)
Provokasi Nyeri : SDE
Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (+)
Diagnosis
Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra
Dx Topis : temporal sinistra
Dx etiologis : brain tumor
Terapi
Citicolin 2x500mg
17
Metil prednisolon 3x4mgRanitidine 2x1Vit B12 3x1
T B
T B
SDE SDE
SDE SDE
SDE SDE
SDE SDE
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Sistem Saraf Pusat
Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater
disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater
kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura
korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil yang
disebut lobus (Sherwood, 2012).
Gambar 1. Bagian-bagian otak
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua
hemisfer. Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh
sebelah kiri dan hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh
sebelah kanan. Masing-masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian
lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai
parit disebut sulkus. Keempat lobus tersebut masing-masing adalah lobus
frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus temporal.
18
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah
serebrum. Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis
dan bagian belakang oleh garis yang ditarik dari sulkus parieto-
oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis (Sylvian). Daerah ini
berfungsi untuk menerima impuls dari serabut saraf sensorik thalamus
yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan mengenali segala
jenis rangsangan somatik.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling
depan dari serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior
sulkus sentral dari Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik
untuk mengontrol gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca
sebagai pusat bicara; dan area prefrontal (area asosiasi) yang
mengontrol aktivitas intelektual.
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus
oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung
atas sulkus lateral. Lobus temporal berperan penting dalam
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal.
Lobus ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan
manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap
oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
19
2. Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.
Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di belakang
batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian
atas. Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol kualitas gerakan.
Serebelum juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi
otot dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti
gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya.
3. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak
bertugas untuk mengontrol tekanan darah, denyut jantung, pernafasan,
kesadaran, serta pola makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang
otak maka gejala yang sering timbul berupa muntah, kelemahan otat wajah
baik satu maupun dua sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala
ketika bangun.
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan
serebelum. Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah.
Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan,
gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara
midbrain dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial
posterior. Saraf Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons.
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang
otak yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata
20
terletak juga di fossa kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan
dengan medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan
dari pons dan medulla (Sherwood, 2012).
B. Tumor Otak
1. Definisi
Tumor otak atau glioma merupakan sekelompok tumor yang
timbul dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat
diferensiasi glia. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain,
disebut tumor otak metastase. (Huff, 2009).
2. Epidemiologi
Meningioma merupakan jenis tumor yang sering dijumpai yaitu
sekitar 33,4% yang diikuti dengan glioblastoma, yaitu sebanyak 17,6%.
Berdasarkan data-data dari Central Brain Tumor Registry of the United
State (CBTRUS) dari tahun 2004-2005 dijumpai 23.62 per 100,000 orang-
tahun ( umur 20+). Kadar mortilitas di Amerika Utara, Western Europe
dan Australia dijumpai 4-7 per 100,000 orang per tahun pada pria dan 3-5
per 100,000 orang per tahun pada wanita
Di Medan data-data lengkap tentang penyakit tumor otak belum
ada, namun dari observasi yang dilakukan tahun 2005 terhadap 48
penderita tumor otak yang dirawat di beberapa rumah sakit;
RSUP.H.Adam Malik, RS Haji medan diperoleh hasil sebagai berikut:
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (72,92 persen)
dibanding perempuan (27,08 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51
sampai ≥60 tahun (29,17 persen); selebihnya terdiri dari berbagai
kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. hanya
43 penderita (89,59 persen) yang dioperasi dan lainnya (10,41 persen)
tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau
tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di cerebellum
(20,83 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus
21
otak, suprasellar, medulla spinalis, brainstem, cerebellopontine angle dan
multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor
terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (25,00 persen), sisanya
terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan
(Hakim. AA, 2005).
3. Klasifikasi
Berdasarkan WHO dibagi menjadi 9 kategori tumor otak primer,
yaitu :
Tipe Sel Asal
Infiltratif astrisitoma
Pilositik astrositoma
Astrosit
Astrosit
Oligodendroglioma Oligodendrosit
Mixed Oligodendroglioma Oligodendrosit, astrosit
Glioblastoma multiforme Astrosit, astroblas, spongioblas
Ependomoma Ependimosit
Meduloblastoma Sel primitif neural
Meningioma Meningen
Other
Berdasarkan lokasi, yaitu :
a. Supratentorial tumor yang terletak diatas tentorium serebelli
b. Infratentorium atau subtentorium tumor yang terletak dibawah
tentorium serebelli dalam fossa cranni posterior
Pembagian tumor otak berdasarkan asal sel, yaitu :
a. Tumor otak primer
Tumor yang berasal dari jaringan otak
i. Glioma
ii. Medulloblastoma
iii. Meningioma
iv. Schwannoma
v. Craniopharingioma
22
vi. Germ cell tumor
vii. Tumor pineal
b. Tumor otak sekunder
- Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke
otak dan menyebabkan tumor otak
- Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena
sel yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal
tumor metastasis tersebut yang abnormal
- Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran
tumor, usia, keadaan umum pasien, respon terhadap pengobatan
sebelumnya.
4. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti,
walaupun genetik dan faktor lingkungan dapat berperan dalam
perkembangannya. Faktor resiko yang perlu ditinjau meliputi :
a. Herediter
Sindrom herediter seperti von Recklinghausen’s Disease, tuberous
sclerosis, retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa
meningkatkan resiko tumor otak. Gen yang terlibat bisa dibahagikan
pada dua kelas iaitu tumor –suppressor genes dan oncogens. Selain
itu, sindroma seperti Turcot dapat menimbulkan kecenderungan
genetik untuk glioma tetapi hanya 2% ( Mehta, 2011)
b. Radiasi
Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor otak
jenis neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors.
Selain itu, paparan therhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko
tumor otak.( Keating, 2001)
c. Substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
23
seperti nitrosamides dan nitrosoureas yang bisa menyebabkan tumor
system saraf pusat ( Petrovich, et al., 2003).
d. Virus
Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak.
Contohnya, virus Epseien-barr. (Kauffman, 2007)
e. Gaya hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan
yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan risiko tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak
menurun ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran.
(Stark-Vance, et al., 2011)
5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif yang
disebabkan oleh 2 faktor : gangguan fokal akibat tumor dan gangguan
fokal akibat kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan
otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang berumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke
jaringan otak. Peningkatan tekanan intakranial dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya
odema sekitar otak dan perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor.
Tumor ganas menimbulkan odema dalam jaringan otak sekitar. Obstruksi
vena dan odema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak
24
menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan meningkatkan tekanan
intrakranial.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
keruang subaraknoid menimbulkan hidrosfalis. Kenaikan tekanan yang
lama mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum. Herniasi menekan
mesensepalan menyebabkan hilangnya kesadaran. Gangguan fokal terjadi
apabila : penekanan pada jaringan otak, infiltrasi/invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Gejala yang
ditimbulkan dari gangguan fokal tergantung lokasi tumor tersebut:
a. Tumor pada lobus oksipital : serengan konvulsi didahului oleh aura,
hemianopsia homonim kontralateral, agnosia visual sulit untuk
memperkirakan jarak cenderung untuk tersesat dalam lingkungan
yang sudah dikenalnya.
b. Tumor pada temporalis, tinitus, halusinasi pendengaran, afasia
sensorik, kelumpuhan wajah, anopsia kuandaran superior,
hemianopsia.
c. Tumor pada lobus periatalis : hilangnya fungsi sensori kortikalis,
gangguan lokalisasi sensorikdeskriminasi dua titik, grafestesia, cacat
visual.
d. Tumor pada serebelum : papil edema dini, nyeri kepala, gangguan
pergerakan, hipotonia, hiperekstensibilitas sendi, memecahkan kata
menjadi suku kata yang terpisah.
e. Tumor ventrikel & hipotalamus samnolensia, diabeets insipindus
obsesites, gangguan pengaturan suhu, nyeri kepala terus-menerus,
papil edema, peningkatan tekanan intra cranial
f. Tumor pada labus frontalis : perubahan mental, hemiparesis, ataksia,
gangguan bicara, depresi, bingung, tingkah laku aneh, gangguan
berjalan tidak mantap, afaksia, apraksia (Brown, 2006)
25
6. Manifestasi Klinis
Secara umum pasien tumor otak bisa memiliki gejala seperti
perubahan perilaku contohnya, pasien mungkin mudah lelah atau kurang
konsentrasi. Selain itu, gejala hipertensi intracranial seperti sakit kepala,
mual, vertigo. Serangan epilepsi juga sering dijumpai pada pasien tumor
otak.
a. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.
Menimbulkan masalah psychiatric.
Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral,
kejang fokal dapat timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan
pada stadium lanjut
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan
inkontinentia.
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.
b. Lobus temporal
Dapat menimbulkan gejala hemianopsia.
Gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan Déjà
vu juga dapat timbul.
Lesi pada lobus yang dominan bisa menyebabkan aphasia.
c. Lobus parietalis
Akan menimbulkan gangguan sensori dan motor yang
kontralateral.
Bila ada lesi pada lobus yang dominant gejala disfasia.
Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosia
dan dressing apraxia.
d. Lobus oksipital
Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral
Gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object agnosia.
26
7. Komplikasi
a. Herniasi
b. Perdarahan pada tumor
c. hidrocepalus
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya kelainan intra kranial, adalah dengan:
a. Rontgen foto (X-ray) kepala; lebih banyak sebagai screening test, jika
ada tanda-tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat
indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Angiografi; suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke
dalam pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran
darah (vaskularisasi) otak
c. Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan
informasi tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan untuk
kebanyakan karena gambaran jaringan lunak yang lebih jelas (Schober,
2010)
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagosa yang
lebih dini dan akurat serta lebih defititif. Gambar otak tersebut
dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi dengan jaringan pasien
itu
9. Penatalaksanaan
Glucocorticoid biasanya diberikan untuk meringankan gejala edema.
a. Whole Brain Radiation Therapi merupakan terapi yang utama untuk
tumor otak yang malignant. Cara diberikan dengan 30-37.5 Gy dalam
10-15 fraction. Selain itu, stereotaxic radiosurgery biasanya
digunakan pada pasien dengan kadar meatastasis yang lebih kurang.
Terapi ini hanya memperlambatkan kambuhnya tumor otak dan tidak
memperpanjangkan survival.
b. Pembedahan juga merupakan pilihan terapi yang hanya dilakukan
pada tumor yang jinak. Pembedahan lebih sukar dilakukan pada tumor
27
otak yang ganas karena adanya metastase ke organ yang lain. Terapi
radiasi juga diberikan selepas pembedahan untuk hasil yang lebih
baik.
c. Kemoterapi merupakan terapi yang diberikan pada tumor otak jenis
metastase dan pada tumor opak yang tidak dapat disembuhkan dangan
pembedahan. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan
astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, kemoterapi
dapat membantu sebagai terapi paliatif.
d. Jika terapi-terapi diatas tidak membantu, terapi piliatif diberikan untuk
memperingankan gejala-gjala yang dialami oleh pasien
10. Prognosis
Prognosa penderita tumor otak didapati bahwa tanpa terapi radiasi,
harapan hidup rata-rata pasien dengan metastase otak adalah 1 bulan.
Selain itu, Resectability Tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi
tumor adalah penentu utama kelangsungan hidup. Pasien dengan kejang
sekunder ke tumor otak umumnya mengalami kerusakan neurologis yang
jelas selama kursus 6 bulan. Kebanyakan pasien dengan metastase otak
mati dari perkembangan keganasan utama mereka bukan dari kerusakan
otak (Huff, 2009).
28
BAB III
KESIMPULAN
Tumor otak atau glioma merupakan sekelompok tumor yang timbul dalam
sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia.Ada dua
macam tumor otak yaitu primer dan sekunder. Penderita tumor otak lebih banyak
pada laki-laki (72,92 persen) dibanding perempuan (27,08 persen) dengan
kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (29,17 persen). Lokasi tumor
terbanyak berada di cerebellum (20,83 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya
tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, brainstem,
cerebellopontine angle dan multiple.
Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti, walaupun
genetik dan faktor lingkungan dapat berperan dalam perkembangannya. Tumor
otak menyebabkan gangguan neurologik progresif yang disebabkan oleh 2 faktor :
gangguan fokal akibat tumor dan gangguan fokal akibat kenaikan tekanan
intracranial. Manifestasi klinis dari brain tumor beragam tergantung dari letak
massa.
Pemeriksaan dengan Head CT- Scan membantu dalam penegakkan
diagnosis dan pentuan lokasi massa dari brain tumor. Penatalaksanaan dari brain
tumor adalah dengan pemberian glucocorticoid untuk meringankan gejala edema,
radioterapi, kemoterapi dan pembedahan, pembedahan hanya dapat dilakukan
pada tumor jinak sedangkan pada tumor ganas tidak dapat dilakukan pembedahan
karena sudah metastasis ke organ lain. Prognosis pasien dengan brain tumor
tergantung dari resectability tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi tumor
adalah penentu utama kelangsungan hidup
29
DAFTAR PUSTAKA
Brown C.T.,2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Price S.
A, Wilson L. M. Edisi VI. Elsevier Science
Edy S., Windarti J., 2013. Clinical Characteristic and Histopathology of Brain
Tumor at Two Hospitals in Bandar Lampung. Universitas Lampung
Hakim, A.A., 2005. Kasus-Kasus Tumor Otak di RSUP H. Adam Malik dan
RSUP H.Medan Tahun 2003 dan 2004, Majalah Kedokteran Nusantara
Vol.38,No3.
http://usupress.usu.ac.id/files/MKN%20Vol_%2038%20No_
%203%20Sept_%202005.pdf
Huff, Ropper, JS., 2009. Neoplasm, Brain. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/779664-overview.
Kauffman, T.L., 2007. Geriatric Rehabilitation Manual. 2nd ed. Philadelphia:
Elsevier
Lubis N., Widowati W., et al., 2006. Secondary Brain Tumor.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/
195708071982112-WIENDARTUN/brain_metastasis.pdf
Mehta, M.P., 2011. Principle And Practice Of Neuro-Oncology. USA: Demos
medical.
Petrovich, Z., Brady, L.W.,Apuzzo, M.L.J., 2003. Combined Modality Therapy of
Central Nervous System Tumor. New York: Springer
Satria A., 2011. Angka Harapan Hidup Dua Tahun Penderita Low Grade dan
High Grade Glioma yang Mendapatkan Terapi Radiasi. Universitas
Diponegoro.
Schober, O., Heindel, W., 2010.W., PET-CT Hybrid Imaging. Texas: Thieme
Sherwood, Lauralee., 2012. Susunan Saraf Pusat, dalam: Fisiologi Kedokteran.
Edisi VI. Jakarta : Penerbit EGC
Stark-Vance, V., Dubay, M.L., 2010. 100 Question & Answer About Brain
Tumor, 2ndEdition.USA: Jones and Bartlett
30
top related