chapter i
Post on 10-Oct-2015
5 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang
Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti
ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap
beras dan terigu. Sekitar 89% produksi ubi jalar di Indonesia digunakan untuk bahan
pangan, sisanya untuk pakan ternak dan bahan baku industri. Ubi jalar kaya akan
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Khusus ubi jalar orange/merah kaya akan
betakaroten (prekursor vitamin A) dan ubi jalar ungu mengandung senyawa
antosianin (antioksidan). Pemanfaatan ubi jalar masih terbatas pada jenis-jenis
makanan tradisional yang citranya seringkali dianggap lebih rendah dibanding produk
olahan terigu. Diversifikasi, baik pengolahan dari bahan segar maupun produk antara
(setengah jadi) akan memperluas pemanfaatannya, memberi nilai tambah, sekaligus
memacu pengembangan agroindustri berbasis ubi jalar (FAOSTAT, 2003).
Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat keempat di Indonesia, setelah beras
jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun relatif
rendah. Produksi ubi jalar pada tahun 2000 sebesar 1,8 juta ton dengan luas panen
194.000 Ha. Hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 1,9 juta ton pada tahun
2005 dari luas panen 178.336 Ha (BPS, 2006). Hal ini disebabkan oleh masih kurang
maksimalnya pemanfaatan ubi jalar, baik sebagai bahan baku pangan maupun
industri.
Universitas Sumatera Utara
-
Penyajian ubi jalar dapat dilakukan dengan direbus, digoreng, ataupun
dikukus. Ubi jalar juga dapat dimanfaatkan sebagai produk makanan ringan dan
umumnya dikonsumsi dalam bentuk segarnya yang telah direbus, dipanggang,
ataupun dimasak dengan bahan-bahan lainnya. Ubi jalar dapat diolah menjadi
beberapa produk pangan seperti gaplek ubi jalar, tepung ubi jalar, keripik ubi jalar,
french fries ubi jalar, tape ubi jalar, dan kue ubi jalar. Produk-produk ini sudah
banyak dikenal masyarakat yaitu rasanya yang enak dan manis. Penelitian-penelitian
terdahulu mengenai pengolahan ubi jalar menjadi berbagai macam produk antara lain
sirup fruktosa (Sastrodipuro, 1985), manisan kering ubi jalar (Widarsono, 1993),
french fries (Yunus, 1997), mie ubi jalar (Simanjuntak, 2001), selai (Fatonah, 2002),
flakes ubi jalar (Khasanah, 2003), biskuit ubi jalar (Djuanda, 2003), reconstituted
chips (Hadisetiawati, 2005), minuman puree ubi jalar (Ariwibawa, 2005), yogurt ubi
jalar (Kusuma, 2007), dan lain-lain.
Penelitian yang telah berhasil melakukan substitusi tepung terigu oleh tepung
ubi jalar pada pembuatan roti sebesar 30%, cake sebesar 50%, bihun sebesar 40%,
dan cookies sebesar 70% (Djuanda, 2003). Selain itu juga Sulistiyo (2006) telah
berhasil melakukan substitusi tepung terigu oleh 100% tepung ubi jalar untuk
brownies kukus ubi jalar dengan umur simpan tiga hari.
Sebagai bahan baku industri, ubi jalar terutama digunakan untuk saos.
Sementara produk pangan dari ubi jalar masih terbatas pada bentuk makanan
tradisional, seperti ubi rebus, ubi goreng, kolak, getuk, dan kripik, sehingga seringkali
citranya dianggap lebih rendah bila dibandingkan dengan produk-produk makanan
yang berasal dari terigu. Oleh karena itu, untuk mendukung program diversifikasi
pangan, perlu dikenalkan produk-produk olahan ubi jalar yang citranya baik dan
Universitas Sumatera Utara
-
relatif sederhana teknologi pengolahannya agar dapat diadopsi dan dikembangkan
baik oleh industri skala rumah tangga/kecil, menengah, maupun besar.
Pada masyarakat Indonesia, ubi jalar sudah banyak dikenal dan dengan mudah
ditemukan di pasar-pasar tradisional. Ubi jalar yang dikenal di tanah air berupa ubi
merah, ubi orange, ubi kuning, ubi putih dan ubi ungu. Ubi jalar orange merupakan
sumber karbohidrat yang cukup tinggi dan juga mengandung betakaroten, vitamin E,
kalsium, zat besi serta serat. Kombinasi vitamin A (betakaroten) dan vitamin E dalam
ubi jalar orange bekerja sama dalam mencegah stroke dan serangan jantung.
Betakarotennya mencegah stroke, sementara vitamin E ubi jalar orange mencegah
penyumbatan dalam saluran pembuluh darah, sehingga munculnya serangan jantung
dapat dicegah (Apraidji, 2009).
Antioksidan merupakan senyawa penting untuk menjaga kesehatan tubuh
karena berfungsi sebagai penangkal radikal bebas. Salah satu jenis antioksidan ini
adalah betakaroten. Fungsi betakaroten tersebut adalah sebagai prekursor vitamin A
yang secara enzimatis berubah menjadi retinol, zat aktif vitamin A dalam tubuh.
Dilaporkan konsumsi vitamin A yang cukup dalam jangka waktu beberapa tahun, di
dalam hati akan tertimbun cadangan vitamin A yang dapat memenuhi kebutuhan
sampai sekitar tiga bulan tanpa konsumsi vitamin A dari makanan. Salah satu
penghasil antioksidan yang saat ini menjadi primadona adalah ubi jalar. Komoditi ubi
jalar mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan, mempunyai
produktivitas tinggi, potensi penggunaan cukup luas dan cocok untuk progam
diversifikasi pangan. Selain mengandung serat tinggi, ubi jalar mengandung rafinosa
yang berfungsi sebagai prebiotik, mengandung karotenoid, antosianin, senyawa
polifenol yang dapat berfungsi sebagai antioksidan (Usmiati, 2005).
Universitas Sumatera Utara
-
Kekurangan vitamin A merupakan salah satu masalah gizi utama dibanyak
negara berkembang, termasuk Indonesia. Ubi jalar merah memiliki kandungan -
karoten atau provitamin A yang tinggi yaitu 7.700 IU per 100 gr sehingga
memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber -karoten alami (Sutomo,
2007).
Ubi jalar dapat diproses menjadi tepung yang bisa diolah menjadi aneka
produk makanan yang mempunyai nilai tambah tinggi. Proses penepungan dapat
mengkonversi bahan pangan lokal menjadi produk pangan bernilai gizi tinggi,
bernilai tambah, dan bercita rasa sesuai selera masyarakat, serta harganya terjangkau
oleh masyarakat luas. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli pangan bahwa
pemanfaatan bahan pangan berkarbohidrat tinggi dalam bentuk tepung lebih
menguntungkan, karena lebih fleksibel, mudah dicampur (dibuat komposit), dapat
diperkaya gizinya (fortifikasi), ruang tempat lebih efisien, daya tahan simpan lebih
lama, dan sesuai dengan tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Damardjati
et al., 2000).
Pada umumnya, bahan dasar pembuatan mi adalah tepung terigu. Tepung
terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu
berfungsi membentuk struktur mi, sumber protein dan karbohidrat. Kandungan
protein utama tepung terigu yang berperan dalam pembuatan mi adalah gluten.
Gluten dapat dibentuk dari gliadin (prolamin dalam gandum) dan glutenin. Protein
dalam tepung terigu untuk pembuatan mi harus dalam jumlah yang cukup tinggi
supaya mi menjadi elastis dan tahan terhadap penarikan sewaktu proses produksinya.
Tepung terigu merupakan produk import sehingga perlu dilakukan alternatif
lain untuk bahan baku mi antara lain ubi jalar. Karena selain produksinya tinggi juga
Universitas Sumatera Utara
-
dianggap memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap terutama kandungan vitamin A
dan antioksidan. Disamping itu juga menambah penganekaragaman makanan. Dan
secara tidak langsung juga telah mensubtitusi penggunaan beras dan tepung terigu,
apalagi saat ini harga tepung terigu semakin mahal.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka sebagai permusan masalah adalah
bagaimana hasil uji daya terima mi basah yang dimodifikasi dengan tepung ubi jalar
orange.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil uji daya terima mi basah yang dimodifikasi dengan
tepung ubi jalar orange.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk membuat mi basah ditambahkan dengan tepung ubi jalar orange (25%,
50% dan 75%).
2. Mengetahui daya terima mi basah yang terbuat dari tepung terigu dengan
penambahan tepung ubi jalar orange sebanyak 25%, 50% dan 75%
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagai salah satu cara dalam pemanfaatan produk pangan lokal dan
penganekaragaman produk pangan.
Universitas Sumatera Utara
top related