daftar isi - rozitour.com · syarat, rukun serta wajib ... di akhirat, dia akan mendapat ganjaran...
Post on 14-Jun-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
2
Daftar isi :
1. Prakata...................................................................................................................3
2. Definisi dan dasar hukum umroh................................................................5
3. Hikmah Umroh dan keutamaan ibadah umroh....................................5
4. Keutamaan Ibadah Umroh............................................................................6
5. Pesan dan Wasiat Penting untuk Jamaah Haji dan Umrah .........8
6. Tips Mendapatkan keutamaan/pahala umroh.................................10
7. Perlengkapan yang dibawa selama perjalanan Umroh..................15
8. Adab-Adab Safar………………………………………………………………………….16
9. Cara Shalat di Pesawat dan Tayammum…………………………………..23
10. Tata Cara Sholat Jenazah…………………………………………………..26
11. Ziarah Madinah dan masjid nabawi...........................................29
TATA CARA UMROH
12. Syarat, Rukun serta wajib umrah..............................................31
13. Miqot........................................................................................................31
14. Larangan ketika Ikhram..................................................................31
15. Thawaf....................................................................................................34
16. Peringatan ketika thowaf...............................................................36
17. Sai dan Tahallul..................................................................................38
18. Ringkasan tata cara umroh...........................................................43
19. Kesalahan dan peringatan..............................................................44
20. Doa doa umroh...................................................................................50
21. Doa tambahan.....................................................................................55
22. Tanya jawab seputar umroh …………………………………………..…61
23. Sebelas Alasan Tidak Melakukan Umrah Berulang Kali Di Saat
Berada Di Mekkah……………………………………………………………………..…71
24. Penutup...................................................................................................80
3
PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Dalam hati setiap Muslim yang beriman dan taat sudah dapat di pastikan
akan muncul getaran iman di dalam hatinya atas kerinduan yang sangat
mendalam terhadap tanah suci, Mekkah dan Madinah.
Berjuta kerinduan... keinginan dengan apa yang akan di lakukan di tanah
kelahiran nabi , kota Mekkah yang mulia . Serta kerinduan terhadap tanah
perjuangan beliau Madinah an nabawiyah.
Sungguh, Kerinduan untuk bermesra diri dengan tanah yang telah di cintai
oleh Allah dan RasulNya.
Kerinduan untuk menjalankan kataatan kepada sang Penciptanya
Kerinduan untuk bermunajat dan menambah keimanan kepada Allah ta`ala.
Kerinduan untuk menumpahkah segala keluh kesahnya dalam menjalani
kehidupan
Kerinduan untuk menangis dan meminta ampun dengan segala dosa dan
kesalahan yang telah di lakukannya...
Kerinduan untuk membuktikan sedikit pengorbanan dengan apa yang telah
Allah anugrahkan dengan kenikmatan dan rizki yang ada di tangannya...
Ini adalah peristiwa yang tentunya tidak akan di sia siakakan oleh seorang
muslim yang telah memendam sejuta kerinduan dan keinginan dalam usaha
mendekatkan diri kepada sang Robbi, Allah azza wa jalla.
Tentunya, didalam memaksimalkan dan memanfaatkan peristiwa penting
dalam ibadah umroh ini dibutuhkan persiapan yang matang, bukan
sekedar keberangakatan dari satu perjalanan yang hanya bernuansa
rekreasi duniawi belaka, sehingga semua berharap didalam pelaksanaan
4
umroh ini mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diinginkan, serta
mendapatkan kebahagian dan ketenangan hidup, baik di dunia dan di
akhirat.
Berharap, sedikit rangkuman dan tulisan di dalam buku ini bisa bermanfaat
bagi semua.
Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan, kemudahan dan keberkahan
dengan setiap langkah untuk menggapai kebahagian yang hakiki dan di
ridhoi oleh Allah..aamiin.
Tidak ada salahnya kita meminta dan berdoa kepada Allah supaya Allah
menghantarkan kita di dua kota suci yang di cintai...
رور عمرة اوارزق نا الي نة المد و أللهم ب ل غنا مكة وارض عنا واغفرلنا وارحنا انت مولنا ةالمب القوم الكفرين * فانصرن على
Artinya: “Ya Allah hantarkanlah kami ke Mekah dan Madinah. Dan berilah
kepada kami umbroh yang diterima, serta berilah kami ridho, ampunan dan
kasih sayang-Mu. Engkau adalah kekasih kami. Maka tolonglah kami
mengalahkan orang-orang yang kufur”.
Akhir kata semoga buku ini dapat bermanfaat dalam menambah
wawasan dan bekal bagi para jamaah serta mendapat barokah dari Allah
subahanahu wata`alaa.
5
PENGERTIAN UMUM
A. DEFINISI UMRAH
ibadah umrah adalah:
“ibadah/amalan seorang yang dengan sengaja mendatangi Ka’bah untuk
melaksanakan amalan tertentu yang terdiri atas tawaf, sai dan bercukur.
B. DASAR HUKUM HAJI DAN UMRAH
Sebagian para ulama fiqih berpendapat bahwa ibadah umrah sama seperti
ibadah haji yang wajib hukumnya bagi setiap muslim yang mempunyai
kemampuan biaya, fisik dan waktu, sesuai dengan nash Al-Qur’an:
ج الب يت من استطاع اليه سبيال * ولل على الناس ح
Artinya : “Dan Allah mewajibkan atas manusia haji ke Baitullah bagi orang
yang mampu mengerjakannya” . (QS.3:97).
Firman Allah :
هلل* واتواالج والعمرة
Artinya : “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah”. (QS.
2:196).
C. Hikmah dan Keutamaan Umroh
Banyak hikmah yang dapat dipetik setelah melaksanakan umroh jika
dilaksanakan dengann baik dan benar. Di dunia, akan hidup lebih religius, lebih
peduli kepada sesama dan dermawan. Rejeki yang diberikan Allah Swt padanya
akan dimanfaatkan dengan baik dan digunakan untuk kepentingan sosial yang
terarah dengan baik dan benar. Di akhirat, dia akan mendapat ganjaran surga
dari Allah SWT.
Diantara hikmah yang akan diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Merupakan rihlah muqaddasah (perjalanan suci) sehingga seluruh kegiatan
yang dilaksanakan dalam umroh merupakan ibadah yang akan mendapat
pahala dan ridho Allah SWT.
b. Sebagai syi'ar untuk menyucikan dan membesarkan nama Allah seperti
yang tercantum dalam kalimat talbiyyah.
c. Sebagai sarana agar manusia lebih mengintrospeksi dirinya sendiri.
d. Mencitrakan diri sebagai hamba Allah SWT yang patuh dan taat pada
segala perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
6
Terdapat juga hikmah-hikmah yang lain, diantara nya yaitu:
a. Hikmah pakaian ihram: lebih menonjolkan kesederhanaan diri, kesucian
hati dan jiwa (dimana warna putih sangat dianjurkan bagi laki laki),
rendah hati, dan tidak ada unsur sombong serta berlebihan.
b. Hikmah Talbiyah, seorang diharap benar benar dapat membiasakan
dirinya untuk senantiasa tunduk dan bersegera menyambut setiap seruan
Allah dan rasulNya. Juga dapat lebih bersyukur dengan segala kenikmatan
yang telah Allah berikan, bahwa pujian, sanjungan, kenikmatan adalah
semua milik Allah yang tidak boleh ada sekutu di dalamnya.
c. Hikmah thawaf: dalam thawaf kegiatan berputar yang melambangkan
perputaran alam semesta, juga jumlah putaran sebanyak 'tujuh' yang
melambangkan bilangan 7 hari, 7 lapis langit dan bumi, dan 7 lapis surga
dan neraka.
d. Hikmah sa'i: lambang kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Jama'ah
haji/umroh diingatkan perjuangan Siti Hajar (istri nabi Ibrahim as) ketika
mencari air dengan berlari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7
kali.
D. Keutamaan Ibadah Umroh 1
Berikut adalah keutamaan-keutamaan Ibadah Umrah , diantaranya adalah :
1. Umrah adalah jihad sebagaimana ibadah haji
‘Aisyah berkata,
هاد قال ق لت ي رسول هاد ال قتال فيه الج والعمرة » الل على الن ساء ج ن ج «.ن عم عليه“Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di
dalamnya, yaitu dengan haji dan ‘umroh.” (HR. Ibnu Majah no. 2901, hadits ini
shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani).
1 *Referensi: Shahih Fiqh Sunnah, Abu Malik, terbitan Maktabah Taufiqiyah, 2/276.Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal. Artikel Muslim.Or.Id
7
2. Menghapus dosa di antara dua umrah
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
رور ليس له جزاء إال النة ن هما ، والج المب العمرة إل العمرة كفارة لما ب ي “Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di
antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR.
Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349)
3. Umrah menghilangkan kefakiran dan menghapus dosa
Dari Abdullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ر والذنوب كما ي نفى الكري خبث الديد والذهب تبعوا ب ي الج والعمرة فإن هما ي نفيان الفق رورة ث واب إال النة والفضة وليس للحجة المب
“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan
dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas,
dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.”
(HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih)
Ibadah mulia ini pun dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabat baik tatkala beliau shallallahu ‘alaihi wa sallammasih hidup atau
pun ketika sudah tiada. Ini pun menunjukkan kemuliaan ibadah tersebut.
4. Doa yang terkabulkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
الجاج والعمار وفد هللا ، إن دعوه أجاهبم ، وإن استغفروه غفر هلم “Jamaah haji dan umrah adalah utusan Allah, apabila mereka berdo’a, Allah
akan mengabulkannya, dan apabila mereka beristighfar/minta ampun Allah
akan mengampuninya.”(HR.an-Nasaai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu
Khuzaimah dalam kitab shahih mereka berdua).
5. Umroh di bulan Ramadhan seperti ibadah Haji
8
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma,bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: “Umrah pada bulan Ramadhan seperti ibadah haji”(HSR.
Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah mudahkan kita melakukan ibadah yang mulia ini. Wallahu
waliyyut taufiq.
E. Pesan dan Wasiat Penting untuk Jamaah Haji dan Umrah 2
Jama'ah haji dan umroh yang budiman.
Kami panjatkan puji kepada Allah, yang telah melimpahkan taufiq kepada
anda sekalian untuk dapat menunaikan ibadah haji dan ziarah ke Masjid
Haram, semoga Allah menerima kebaikan amal kita semua dan
membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
Kami sampaikan berikut ini pesan dan wasiat, dengan harapan agar ibadah
(umroh dan) haji kita diterima oleh Allah sebagai haji yang mabrur dan
usaha yang terpuji.
[1] Ingatlah, bahwa anda sekalian sedang dalam perjalanan yang penuh
berkah, perjalanan menuju Ilahi dengan berpijakkan Tauhid dan ikhlas
kepada-Nya, serta memenuhi seruan-Nya dan ta'at akan perintah-Nya.
Karena tiada amal yang paling besar pahalanya selain dari amal-amal yang
dilaksanakan atas dasar tersebut. Dan haji yang mabrur itu balasannya
adalah sorga.
[2] Waspadalah anda sekalian dari tipu daya syetan, karena ia adalah musuh
yang selalu mengintai anda. Maka dari itu hendaknya anda saling mencintai
dalam naungan rahmat Ilahi dan menghindari pertikaian dan kedurhakaan
kepada-Nya. Ingatlah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
bersabda : "Artinya : Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu,
sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri".
[3] Bertanyalah kepada orang yang berilmu tentang masalah-masalah
agama dan ibadah haji yang kurang jelas bagi anda, sehingga anda
2 [Disalin dari buku Petunjuk Jamaah Haji dan Umrah Serta Penziarah Masjid Rasul Shallallahu 'Alaihi wa sallam, pengarang
Kumpulan Ulama, hal 4 - 7 dengan sub judul Pesan dan Wasiat Penting, diterbitkan dan di edarkan oleh Departement Agama,
Waqaf, Dakwah dan Bimbingan Islam, Saudi Arabia]
9
mengerti. Karena Allah telah berfirman : "Artinya : Maka bertanyalah
kamu kepada orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui".
Dan Rasul pun telah bersabda : "Artinya : Barangsiapa yang dikehendaki
Allah untuk di karuniai kebaikan, maka ia niscaya memberinya kefahaman
dalam agama".
[4] Ketahuilah, bahwa Allah telah menetapkan kepada kita beberapa
kewajiban dan menganjurkan kita untuk melakukan amalan-amalan yang
sunnah. Akan tetapi tidaklah diterima amalan sunnah ini apabila amalan-
amalan yang wajib tadi disia-siakan.
Hal ini sering kurang disadari oleh sebagian jama'ah haji, sehingga
terjadilah perbuatan yang menggangu dan menyakiti sesama mu'min.
Sebagai contoh ; ketika mereka berusaha untuk mencium Hajar Aswad,
ketika melakukan ramal (berlari kecil pada tiga putaran pertama) dalam
tawaf qudum, ketika shalat dibelakang Maqam Ibrahim, dan ketika minum
air Zamzam.
Amalan-amalan tersebut hukumnya hanyalah sunnah, sedangkan
mengganggu dan menyakiti sesama mu'min adalah haram. Patutkah kita
mengerjakan suatu perbuatan yang haram hanya semata-mata untuk
mencapai amalan yang sunnah ..? Maka dari itu hindarilah perbuatan yang
dapat mengganggu dan meyakiti satu sama lain, mudah-mudahan dengan
demikian Allah memberikan pahala yang berlipat ganda bagi anda sekalian.
Kemudian kami tambahkan beberapa penjelasan sebagai berikut:
[a] Tak layak bagi seorang muslim melakukan shalat ( wajib dan berjamaah
) disamping wanita atau dibelakangnya, baik di Masjid Haram ataupun di
tempat lain dengan sebab apapun, selama ia dapat menghindari hal itu. Dan
bagi wanita hendaklah melakukan shalat dibelakang kaum pria.
[b] Pintu-pintu dan jalan masuk ke Masjid Haram adalah tempat lewat yang
tak boleh di tutup dengan melakukan shalat di tempat tersebut walaupun
untuk mengejar shalat jama'ah.
10
[c] Tidak boleh duduk atau shalat didekat Ka'bah atau berdiam diri di Hijir
Ismail atau di Maqam Ibrahim, sebab hal itu dapat mengganggu orang-
orang yang sedang melakukan tawaf. Lebih-lebih disaat penuh sesak, karena
yang sedemikian itu dapat membahayakan dan mengganggu orang lain.
[b] Mencium Hajar Aswad hukumnya adalah sunnat, sedangkan
menghormati sesama muslim adalah wajib. Maka janganlah menghilangkan
yang wajib hanya semata-mata untuk mengerjakan yang sunnat. Dan dikala
penuh sesak cukuplah anda berisyarat (mengacungkan tangan) kearah
Hajar Aswad sambil bertakbir, dan terus berlalu bersama orang-orang yang
melakukan tawaf. Seusai anda melakukan tawaf janganlah keluar dengan
menerobos barisan, tetapi ikutilah arus barisan tersebut sehingga anda
dapat keluar dari tempat tawaf dengan tenang.
[c] Mencium rukun Yamani tidak termasuk sunnat, cukuplah anda
menjamahnya dengan tangan kanan apabila tidak penuh sesak, seraya
mengucapkan "Bismillah wallahu Akbar".
Akhirnya, kami berpesan kepada segenap kaum muslimin agar selalu
berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan Al-Sunnah. "Dan ta'atlah kamu
sekalian kepada Allah dan Rasu-Nya supaya kamu dikaruniai rahmat".
F. Tips sukses meraih keutamaan umroh
Setiap orang tentunya ingin berhasil sesuai dengan harapannya, begitupula
jamaah haji/umroh berharap bisa mendapatkan keutamaan sebagaimana yang
telah di janjukan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wassalaam. Namun begitu
hal itu tidaklah mudah, walau berharap besar dan optimis bisa meraihnya.
Karenanya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk bisa mendapatkan
hasil maksimal. Diantara lain adalah :
1. Melihat keihlasan selalu, baik di awal seorang melangkah,ditengah
beribadah dan setelah ibadah itu selesai. Hendaknya tiada henti
menanyakan dan mengevaluasi diri, untuk apa dan untuk siapa dia
melakukan ibadah haji atau umroh?
11
2. Berdoa, berdoa dan berdoa., karena hidayah dan keuatamaan hanya
dari Allah.
3. Melihat kembali modal yang di keluarkan untuk ibadah
haji/umroh..apakah uang tersebut dari uang yang halal dan baik?.
Karena Allah baik dan tidak menyukai kecuali sesuatu yang baik.
4. Berilmu sebelum melakukan sesuatu, sehingga dapat meminimalkan
kesalahan di dalam melakukan ibadah dan memaksimalkan tatacara
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah yang telah mengatur
segala tatacara peribadatan. Hal ini bisa dengan cara menghadiri
manasik yang di jadwalkan oleh pihak travel/kbih atau dengan cara
membaca buku terkait manasik atau mendengar/melihat nya.
5. Melatih perubahan diri didalam beribadah dan berperilaku sebelum
berangkat haji/umroh. Karena seorang yang berangkat haji/umroh
tentunya ingin mendapatkan perubahan mental,jiwa,ibadah,akhlak,
rasa sosial, kesetiakawanan / kebersamaan, menolong sesama dan
sebagainya. Haji/umroh ibarat sekolah/lembaga pendidikan yang
membutuhkan waktu untuk proses pendidikan tersebut. Perubahan
perilaku sangat sulit sekali didapat bila pembiasaan diri tidak
dilakukan secepatnya dan dari saat ini.
Dari sekarang, hendaknya kita mencoba berubah dan meningkatkatkan
kuwalitas ibadah kita, dengan itu kenikmatan dalam beribadah selama
berhaji/umroh bisa kita rasakan.
Latihlah diri anda untuk banyak berdoa,mulai membaguskan sholat
anda, melatih kesabaran dan keikhlasan, berlatih untuk memahami orang
lain, berlatih membaca alquran setiap hari, berdzikir setiap saat, sholat
sholat sunnah banyak besedekah, berbuat baik, dll. Dengan begitu,
berharap Allah dapat membaguskan keimanan dan ibadah kita,
memberikan rasa nikmat dalam setiap ibadah kita, memberikan
perubahan yang signifikan setelah kepulangan kita. Perubahan sikap dan
perilaku inilah buah tangan yang terbesar yang bisa kita bawa untuk
sanak suadara dan masyarakat kita, tidak hanya kurma,makanan dan
barang barang yang kita masukkan dalam koper kita.
12
6. Karena haji/umroh adalah juga ibadah fisik yang memerlukan
stamina dan kekuatan jasmani, maka jauh jauh hari untuk melatih
fisik kita dengan berolah raga.
7. Pilihlah teman yang baik selama melakukan perjalanan, teman yang
rajin beribadah dan memberikan support yang baik untuk
beribadah, bukan teman perjalanan yang suka untuk keliling setiap
hari dari toko ke toko . Ingatlah kembali niat dan maksud kita untuk
melaksanakan ibadah haji/umroh ini.
8. Tuliskan target dan perubahan diri apa yang kita ingin rubah,
bisikkan ketelinga orang orang yang kita cintai di sekeliling kita.
Dengan begitu diharapkan dapat menjadi motivasi tersendiri untuk
keberhasilan kita.
9. Tuliskan /kabarkan wasiat yang diperlukan, baik terkait masalah
akhirat, dunia, bisnis, dll, misal: masalah utang piutang, jaminan,dll
atau masalah lainnya dalam agama ini, misalnya keinginan diri
untuk mewakafkan/menginfakkan sesuatu, berpesan kepada
keluarga untuk menjaga sholat dan agamanya, dll.Karena safar
haji/umroh tidaklah dekat dan singkat , semua kemungkinan yang
tidak kita inginkan bisa saja terjadi setiap saat.
10. Selesaikan permasalahan sebelum berangkat , yang terkait dengan
hak orang lain dan kewajiban kita.misal: masalah hutang piutang,
janji, pekerjaan dll.
11. Mintalah doa orang orang terdekat untuk ikut mendoakan
perubahan dan keselamatan kita, juga mintalah maaf mereka,
berharap Allah akan memafkan kesalahan dan dosa dosa kita.
12. Manfaat waktu kita selama berada ditanah suci, fokuslah tuk
beribadah, tidak ada salahnya kita melupakan dunia/pekerjaan
sesaat, tuk menikmati perjalan menuju perubahan di balik umroh
yang di ridhoi. Karenanya, di coba untuk selama mungkin
membetahkan diri untuk tinggal di masjidil haram atau masjid
nabawi karena pahala yang ditawarkan oleh Allah dan rasulNya
tidaklah sama dengan masjid lainnya.
13
13. Minimalkan belanja, disamping timbangan barang di pesawat
memang dibatasi, juga tujuan kita beribadah haji/umroh tidaklah
hanya sekedar jalan jalan dan mengoleksi barang barang yang kita
inginkan. Pahamkan kepada keluarga dan kerabat, kalau bisa jadi
tidak banyak buah tangan yang akan dibawa dari beribadah ,
sehingga tidak menjadi beban kita yang akan menyita waktu kita
untuk beribadah.
14. Siapkan teman bacaan kita selama di perjalan. Karena proses
menunggu dari bandara ke bandara atau selama perjalanan darat
cukup panjang dan membosankan, tidak ada salahnya kita dapat
memanfaatkan waktu yang ada untuk membaca, baik membaca
alquran, bacaan dzikir atau buku buku yang bermanfaat atau
mendengarkan ceramah/motivasi yang telah kita siapkan di hp atau
tablet kita.
15. Berusaha mengambil ibroh/renungan faidah dalam setiap
perjalan dan kejadian yang kita alami/lihat. Pastinya banyak
manfaat yang bisa kita jadikan bahan perenungan untuk kita
kaitkan dengan kehidupan kita.
16. Mintalah nasihat atau masukan dari orang orang yang
berpengalaman atau yang pernah ke sana, ambil pengalaman
mereka. Karena terkadang berbeda antara pengalaman satu dengan
yang lain, yang bisa jadi terlalu banyak bumbu di dalamnya, maka
saring dan pilihlah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita
dari cerita/pengalaman tersebut.
17. Yakinlah Allah akan menggantikan biaya yang kita keluarkan
karena Allah dengan ganti yang besar, digantikan dengan
kebahagian yang hakiki, dihapuskan dari dosa dan kesalahan
selama ini. Sehingga dapat berlatih menjadi pribadi yang siap
mengerahkan seluruh apa yang kita punya untuk berjuang di jalan
Allah.
18. Setelah sebab dan usaha maksimal telah kita lakukan, semua kita
serahkan semua kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha
14
melakukan segala sesuatu. Semoga Allah mengkabulan setiap doa
kita, memilihkan yang terbaik buat kehidupan kita, menerima segala
amal ibadah kita dan membahagiakan kita di dunia dan di akhirat.
G. Perlengkapan yang dibawa selama perjalanan Umroh
Berikut adalah barang yang sekiranya dapat di jadikan bahan/barang yang
dibawa selama melaksanakan ibadah umroh. Masing masing orang
menyesuaikan dengan kondisi dan keadaannya.
1. Peralatan umum:
Gunting kuku, gembok ekstra (jika perlu membeli koper kecil di sana), spidol,
kantung plastik untuk sampah/membungkus sandal di mesjid dll, kertas
kosong, karet gelang, sabun deterjen sachet, botol kecil untuk minum zamzam
di mesjid, tissue basah dan tissue kering, obat-obatan (bawa seperlunya untuk
di pesawat), masker, sun glasses, hanger kecil (secukupnya), adaptor untuk
stop kontak listrik yang ujungnya tiga, steker cabang dua digunakan supaya
kita bisa sharing dengan teman sekamar jika plug listrik di kamar hotel
terbatas.
Madu dan pelembab (hand and body lotion) dibeli di tujuan karena
formulanya khusus. Krem yang disarankan adalah Creme21 dengan kemasan
warna oranye atau yang lainnya dengan menyesuaikan kondisi kulit kita.
Sandal untuk pergi ke masjid haram atau bisa dibeli di tujuan .
2. Baju
a. Baju hangat ( untuk di pesawat atau ketika musim dingan tiba)
Jaket/mantel/sweater, sarung tangan tebal, shawl/pashmina, disuaikan dengan
musimnya .
b. Untuk laki-laki
Membawa kaos tangan dan topi kupluk tebal untuk di pesawat.
15
c. Untuk wanita
Satu/dua stel baju komplit untuk umroh, , tiga stel baju warna bebas, dua
mukenah, legging, kaos kaki, bergo, satu daster. - , bergo dan ciputnya , dll.
Jika perlu baju tambahan sehari-hari bisa dibeli di tujuan.
3. Lain-lain
Boleh bawa cemilan, bawa rupiah atau USD bisa ditukar di tujuan atau ambil
langsung dari mesin ATM dengan kartu ATM yang berlogo Visa,link,dll.
- Peralatan mandi, perawatan muka dan make up.
- Balsem, minyak kayu putih untuk masuk angin atau pegal-pegal
- Dan perbekalan lain yang dirasa diperlukan ketika ibadah atau ketika
menikmati perjalanan.
H. Peralatan dalam tas tangan atau tas Rangsel saat diperjalan
Berikut peralatan yang mungkin menjadi bahan pertimbangan dan dibawa
saat berangkat Umroh , antara lain adalah :
▪ Obat-obatan (tidak ada cairan yang melebihi 100 cc ),
▪ tissue basah dan tissue kering,
▪ tas make up (pelembab, bedak compact, lip balm, sikat gigi dan pasta gigi
kecil),
▪ underwear satu /dua untuk ganti,
▪ handuk tangan kecil,
▪ passport dan itinerary/agenda perjalanan/kegiatan.
▪ Tas tangan yang berukuran sedang berupa tas selempang.
▪ Semprotan/botol /spray air , untuk diisi dengan air untuk /ketika di dalam
masjid/ dipesawat atau semprot wajah bila cuaca sangat panas.
Silahkan untuk membawa rangsel atau koper kecil yang bisa dibawa ke kabin.
Ini cadangan untuk oleh-oleh atau baju atau perbekalan lain yang kita
butuhkan saat perjalanan .
16
ADAB-ADAB SAFAR 3
A. Adab-Adab Sebelum Safar
1. Melakukan shalat Istikharah sebelum bepergian, yaitu shalat sunnah dua
raka’at kemudian berdo’a dengan do’a Istikharah.
Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kami shalat Istikharah
untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan al-Qur-an. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‘Apabila seseorang di antara kalian mempunyai rencana untuk mengerjakan
sesuatu, hendaklah melakukan shalat sunnat (Istikharah) dua raka’at
kemudian membaca do’a:
، فإنك “ ن فضلك العظيم قدرك بقدرتك، وأسألك م ك، وأست رك بعلم ي ت قدر اللهم إن أستخ، اللهم إن ويسم ى -كنت ت علم أن هذا األمر وال أقدر، وت علم وال أعلم، وأنت عالم الغي وب
ي وعاقبة أمري -حاجته دين ومعاش ف ر ل ث -خي ره ل ويس له فاقدره ل له وآج أو قال: عاجي ومعاش دين ف فيه، وإن كنت ت علم أن هذا األمر شر ل أو قال: -وعاقبة أمري برك ل
له له وآج به -عاج ن ر حيث كان ث أرض الي عنه واقدر ل ”.فاصرفه عن واصرفن“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan
ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk mengatasi
persoalanku) dengan ke-Mahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu sesuatu
dari anugerah-Mu Yang Mahaagung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa
sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahui dan
Engkau-lah Yang Mahamengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau
mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendak-nya
menyebutkan persoalannya) lebih baik dalam agamaku, penghidupanku, dan
akibatnya ter-hadap diriku -atau Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‘…Di dunia atau Akhirat’- sukseskanlah untukku, mudahkanlah jalannya,
kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa
3 Disarikan dari kitab yang ditulis oleh Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani
https://almanhaj.or.id/4007-adab-adab-safar.html
17
persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agamaku, penghidupanku, dan
akibatnya terhadap diriku, atau -Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‘…Di dunia atau akhirat,’- maka singkirkanlah persoalan tersebut, dan
jauhkanlah aku dari padanya, takdirkan kebaikan untukku dimana saja
kebaikan itu berada, kemudian berikanlah keridhaan-Mu kepadaku.” [HR. Al-
Bukhari no. 1162, 6382 dan 7390]
2. Hendaknya bertaubat kepada Allah dari segala macam kemaksiatan yang
telah diperbuatnya dan beristighfar dari setiap dosa yang dilakukannya,
karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah ia melakukan safar
dan tidak mengetahui pula takdir yang menimpanya.
Bagi seorang yang hendak safar hendaknya mengembalikan barang-barang
yang pernah dirampasnya kepada pemiliknya, membayar hutang-hutang,
menyiapkan nafkah (uang belanja) kepada yang wajib diberikan nafkah,
segera menyelesaikan perjanjian-perjanjian yang diulur-ulur dan menulis
wasiat kepada ahli warisnya dengan dihadiri para saksi, dan meninggalkan
uang belanja kepada keluarganya (isteri, anak dan orang tua) dan
meninggalkan kebutuhan pokok yang dapat mencukupinya.[1]
Hendaknya seorang yang hendak safar tidak membawa perbekalan kecuali
dari sumber yang halal lagi baik.
3. Hendaknya melakukan safar (perjalanan) bersama dengan dua orang atau
lebih. Sebagaimana hadits:
.والراكبان شيطانن والثالثة ركب الراكب شيطان “Satu pengendara (musafir) adalah syaitan, dua pengendara (musafir) adalah
dua syaitan, dan tiga pengendara (musafir) ialah rombongan musafir.”[2]
4. Seorang musafir hendaknya memilih teman perjalanan yang shalih, yaitu
orang yang dapat membantu menjaga agamanya, menegurnya apabila lupa,
membantunya jika dibutuhkan dan mengajarinya apabila ia tidak tahu.
5. Mengangkat pemimpin, yaitu hendaknya menunjuk seorang ketua
rombongan dalam safar, sebagaimana hadits:
سفر ف لي ؤم روا أحدكم إ .ذا كان ثالثة ف
18
“Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka
mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.”[3]
Dan yang dipilih sebagai ketua rombongan adalah orang yang mempunyai
akhlak yang paling baik, paling dekat dengan teman-temannya, paling dapat
mengutamakan kepentingan orang lain (tidak egois) dan senantiasa mencari
kesepakatan rombongan (ketika ada perbedaan pendapat)
6. Disunnahkan untuk melakukan safar (perjalanan) pada hari Kamis dan
berangkat pagi-pagi ketika akan melakukan perjalanan. Hal ini berdasarkan
hadits shahih dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu anhu :
غزوة ت ب وك، و صلى هللا عليه وسلم خرج ي وم الميس ف .كان يب أن يرج ي وم الميس أن النب“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju perang Tabuk
pada hari Kamis dan telah menjadi kebiasaan beliau untuk keluar (bepergian)
pada hari Kamis.”[4]
Di dalam riwayat yang lain,
ميس لقلما كان رسول هللا صلى هللا عليه و سفر إال ي وم ال .سلم يرج إذا خرج ف“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bepergian senantiasa
melakukannya pada hari Kamis.” [HR. Al-Bukhari no. 2949][5]
Sedangkan dalil tentang disunnahkannya untuk berangkat pagi-pagi ketika
hendak melakukan perjalanan adalah:
بكورها ف مت اللهم برك أل“Ya Allah, berkahilah ummatku pada pagi harinya.” [HR. Abu Dawud no. 2606,
at-Tirmidzi no. 1212, ia berkata: “Hadits ini hasan.”]
Dan sangat disukai untuk memulai bepergian pada waktu ad-Dulajah, yaitu
awal malam atau sepanjang malam, sebagaimana hadits dari Anas bin Malik
Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لليل “ لة فإن األرض تطوى ب لد ”.عليكم ب“Hendaklah kalian bepergian pada waktu malam, karena seolah-olah bumi itu
terlipat pada waktu malam.” [HR. Abu Dawud no. 2571, al-Hakim II/114, I/445, hasan]
19
7.Berpamitan kepada keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpamitan kepada para
Sahabatnya ketika akan safar (bepergian), beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengucapkan do’a kepada salah seorang di antara mereka, dengan do’a:
ي نك وأمان تك وخواتيم .عملك أست ودع هللا د“Aku menitipkan agamamu, amanahmu dan perbuatanmu yang terakhir
kepada Allah.” [HR. Ahmad II/7, 25, 38, at-Tirmidzi no. 3443, Ibnu Hibban no. 2376, al-Hakim II/97,
dishahihkan dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 14]
B. Adab-Adab Ketika Safar
1. Menaiki kendaraan dan mengucapkan do’a safar (bepergian).
Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki kendaraannya, beliau
mengucapkan takbir sebanyak tiga kali: “ أكب ر, هللا أكب ر هللا أكب ر, هللا ,” kemudian
berdo’a:
قلب ون، اللهم “ ر لنا هذا وما كنا له مقرني، وإن إل رب نا لمن إن نسألك ف سبحان الذي سخن العمل ما ت ر والت قوى، وم نا سفرن هذا واطو عنا ب عده، سفرن هذا الب ضى، اللهم هو ن علي
ن وعثاء ا ، اللهم إن أعوذبك م األهل فة ف ب ف السفر واللي لسفر وكآبة اللهم أنت الصاحقلب ”.ف المال واألهل المنظر وسوء المن
“Mahasuci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedangkan
sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada
Rabb kami (di hari Kiamat). Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan
dan taqwa dalam perjalanan ini, kami memohon perbuatan yang membuat-Mu
ridha. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya
bagi kami. Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan yang mengurus
keluarga(ku). Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan
yang jelek dalam harta dan keluarga.”[6]
2. Bertakbir (mengucapkan هللا أكب ر (Allahu Akbar)) ketika sedang jalan
mendaki dan bertasbih (mengucapakan سبحان هللا (Subhanallaah) ketika jalan
menurun.
Sebagaimana hadits Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, ia berkata:
“Kami apabila berjalan menanjak mengucapkan takbir (Allahu Akbar) dan
apabila jalan menurun membaca tasbih (Subhanallaah).” [HR. Al-Bukhari no. 2993-
2994 )
3. Memperbanyak mengucapkan do’a, berdasarkan hadits:
20
هري رة قال: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: ثالث دعوات مستجابت ال شك عن أب، ودعوة المسافر، ودعوة الوالد على ولده .فيهن دعوة المظلوم
Dari Abu Hurairah Radhyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tiga do’a yang pasti dikabulkan (mustajab) dan
tidak ada keraguan lagi tentang-nya, do’anya seorang yang dizhalimi, do’anya
musafir (orang yang melakukan perjalanan), do’a buruk orang tua terhadap
anaknya.’”
[HR. Ah-mad II/434, Abu Dawud no. 1536, At-Tirmidzi no. 2741. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-
Shahiihah oleh Imam al-Albani no. 596]
4. Melantunkan sya’ir dan puisi, sebagaimana hadits Salamah bin al-Akwa’
Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Kami bepergian bersama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju Khaibar, kemudian kami terus bergerak
ketika malam, lalu berkatalah seseorang kepada Amir bin Akwa’, ‘Tidakkah
engkau perdengarkan kepada kami sya’ir-sya’ir kegembiraanmu?’ Hal ini
dikarenakan Amir adalah seorang penyair, kemudian beliau (Amir) turun dari
tunggangannya dan memberikan semangat kepada orang-orang, seraya
berkata: ‘Ya Allah, jika tidak karena Engkau pasti kami tidak akan pernah
mendapatkan petunjuk, tidak pula kami bershadaqah dan tidak pula kami
shalat (hingga akhir do’a).’ Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya: ‘Siapakah yang bersenandung itu?’ Mereka menjawab: ‘Amir bin al-
Akwa’.’ Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘Semoga
Allah memberikan rahmat kepadanya…’” [HR. Al-Bukhari no. 2477 dan Muslim no. 1802 (124)]
5. Beristirahat ketika sedang melakukan perjalanan.
C. Adab-Adab Setelah Safar (Bepergian)
1. Mengucapkan do’a Safar (bepergian), Kemudian menambahkannya dengan
lafazh do’a: دون آي ب ون تئب ون عابدون لرب نا حام .
“Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada
Rabb kami.” [HR. Muslim no. 1345]
Apabila kembali dari bepergian dan melalui bukit atau melalui tempat yang
luas lagi tinggi, bertakbir tiga kali kemudian berdo’a:
21
ي ر آيب و ن، ال إله إال هللا وحده ال شريك له، له الملك وله المد وهو على كل شيء قددون، صدق هللا وعده و دون، لرب نا حام .نصر عبده وهزم األحزاب وحده تئب ون، عابدون، ساج
“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah Yang Mahaesa tiada
sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah Yang
Mahakuasa atas segala sesuatu, kami kembali dengan bertaubat, tetap
beribadah dan bersujud, serta selalu memuji Rabb kami. Dialah Yang
membenarkan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan menghancurkan segala
musuh dengan ke-Maha-esaan-Nya.” [HR. Al-Bukhari no. 1797, Muslim no. 1344 (428)]
Dan sangat disukai (dianjurkan) untuk mengulang do’a tersebut:
دون .آيب ون تئب ون عابدون لرب نا حام“Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada
Rabb kami.” [HR. Muslim no. 1345]
Hal ini berdasarkan perkataan Anas Radhiyallahu anhu bahwa beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengucapkan hal tersebut hingga kami tiba
di Madinah. [HR. Muslim no. 1345 (429)]
2. Memberitahukan terlebih dahulu kedatangannya kepada keluarganya dan
tidak disukai untuk datang kembali dari bepergian pada malam hari tanpa
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarganya. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah melarang seseorang mengetuk pintu rumah keluarganya
di waktu malam. Hal ini berdasarkan hadits berikut, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah melarang seseorang untuk mengetuk (pintu rumah)
keluarganya pada waktu malam hari.”
[HR. Al-Bukhari no. 1801, Muslim no. 715 (184)
Dan di dalam hadits lainnya disebutkan:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengetuk pintu
(rumah keluarganya), tidak pula masuk (ke rumah, setelah pulang dari
bepergian) kecuali pada pagi hari atau sore hari.” [HR. Al-Bukhari no. 1800 dan Muslim
no. 1928 (180]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan hikmah, di balik dari
pelarangan tersebut, dimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
22
“Agar keluarganya mempunyai waktu terlebih dahulu untuk merapikan diri,
berhias, menyisir rambut yang kusut dan dapat bersolek setelah ditinggal
pergi.” [HR. Muslim no. 715 (181)]
3. Shalat dua raka’at di masjid ketika tiba dari safar (perjalanan),
sebagaimana hadits berikut: “Sesungguhnya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah tiba dari bepergian pada saat Dhuha, beliau masuk ke dalam
masjid dan kemudian shalat dua raka’at sebelum duduk.” [HR. Al-Bukhari no. 3088
dan Muslim no. 2769]
Sedangkan dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu ia berkata:
“Aku pernah bepergian bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika kami telah tiba di kota Madinah, beliau berkata kepadaku:
“Masuklah masjid dan shalatlah dua raka’at.” [HR. Al-Bukhari no. 3087]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul
dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka
Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret 2006M]
_______
[1]. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ته مكت وبة عنده ما حق امرئ م ي لت ي إال ووص ي فيه يبيت لي .سلم له شيء ي وص“Tiada hak bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu yang di dalamnya (harus) diwasiatkan, lantas ia
bermalam sampai dua malam melainkan wasiat itu harus (sudah) ditulis olehnya.” ]HR. Al-Bukhari no.
2738, Muslim no. 1627, Abu Dawud no. 2862, Ibnu Majah no. 2702, lihat Irwaa-ul Ghaliil no. 1652]-penj.
[2]. Hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad (II/186), Abu Dawud (no. 2607), Imam Malik dalam al-Muwaththa’
(II/978) dan at-Tirmidzi (no. 1674), ia berkata: “Hadits ini hasan shahih.” Hadits ini dihasankan oleh
Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Sil-silah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 62) dan Shahiih Sunan Abi
Dawud (II/494).
[3]. Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2609). Disha-hihkan oleh Syaikh al-Albani t dalam
Shahiihul Jaami’ (no. 763) dan Shahiih Sunan Abi Dawud (II/495).
[4]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 2950) dan Abu Dawud (no. 2605). Lihat Silsilah al-
Ahaadiits ash-Shahiihah (V/162) karya Syaikh al-Albani rahimahullah.
[5]. Dalam teks aslinya tertulis muttafaqun ‘alahi namun kami tidak mendapatkannya di Shahih Muslim.-
penj.
[6]. HR. Muslim no. 1342 dari Sahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, at-Tirmidzi no. 3444, Abu
Dawud no. 2599, Ahmad II/144 dan 150 dan an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 548.
23
Cara Shalat di Pesawat dan Tayammum4
Bagaimanakah cara shalat di pesawat, di bis, kapal dan kendaraan lainnya?
Berikut penjelasannya
1- Dilakukan dengan berdiri jika mampu
Berdiri bagi yang mampu merupakan rukun dalam shalat fardhu. Dalilnya
adalah hadits dari ‘Imron bin Hushoin yang punya penyakit bawasir. Ia
menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai shalatnya.
Beliau pun bersabda,
قائ ما ، فإ ن ع فعلى جنب صل دا ، فإ ن لم تستط ع فقاع لم تستط
“Shalatlah sambil berdiri. Jika tidak mampu, maka sambil duduk. Jika tidak
mampu, maka sambil berbaring (ke samping).” (HR. Bukhari no. 1117). Jika
ketika shalat di pesawat atau kapal berdiri saat itu tidak mampu, maka shalat
sambil duduk sebagai gantinya. (Lihat Kifayatul Akhyar, hal. 144)
2- Menghadap kiblat saat shalat wajib
Menghadap kiblat saat shalat fardhu termasuk syarat shalat. Adapun dalam
shalat sunnah di atas kendaraan bisa jadi gugur menghadap kiblat. Namun
tetap disunnahkan ketika takbiratul ihram menghadap kiblat sebagaimana
dalam hadits Anas bin Malik, ia berkata,
لة كان إذا ساف ر فأراد أن ي تطوع است قبل بناقته -صلى هللا عليه وسلم-أن رسول الل القب فكب ر ث صلى حيث وجهه ركابه
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersafar dan ingin
melaksanakan shalat sunnah lantas beliau mengarahkan kendaraannya ke arah
kiblat. Kemudian beliau bertakbir, lalu beliau shalat sesuai arah kendaraannya.”
(HR. Abu Daud no. 1225. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan).
4 Dirangkum dari tulisan Muhammad Abduh Tuasikal
24
3- Shalatnya diqashar sebagaimana shalat bagi musafir.
4- Tetap bersuci dengan berwudhu. Jika tidak ada air, baru beralih pada tayamum.5
Penulis Kifayatul Akhyar di halaman 96 menyatakan bahwa kita diperintahkan
untuk tayamum ketika tidak ada air. Tidak adanya air adalah setelah mencari.
Disyaratkan untuk mencari jika sudah masuk waktu shalat karena waktu
tersebut waktu darurat.
Tata cara tayamum
Tata cara tayamum yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah:
1. Menetup telapak tangan ke sho’id (contoh: debu) sekali tepukan.
2. Meniup kedua tangan tersebut.
3. Mengusap wajah sekali.
4. Mengusap punggung telapak tangan sekali.
Dalil pendukung dari tata cara di atas dapat dilihat dalam hadits ‘Ammar bin
Yasir berikut ini. ر ل ار بن يس بت ف لم أصب الماء . ف قال عم طاب ف قال إن أجن عمر جاء رجل إل عمر بن ال
طاب أما تذكر أ ن كنا ف سفر أن وأنت فأما أنت ف لم تصل ، وأما أن ف تمعكت فصليت بن ال –صلى هللا عليه وسلم –، فذكرت للنب ا كان » –صلى هللا عليه وسلم –ف قال النب إن فضرب الن « . يكفيك هكذا ما ث –صلى هللا عليه وسلم –ب بكفيه األرض ، ون فخ فيه
مسح هبما وجهه وكفيه
5 Berwudhu di pesawat bila t tidak memungkinkan di lakukan di toilet pesawat, bisa dengan cara
menggunakan semprotan atau seprey air. Praktis dan bisa digunakan di pesawat dan lainnya.
Tayamum adalah dengan menggunakan debu atau pasir yang ditemui di pesawat, tidak cukup mengusap
pada jok atau tempat duduk pesawat padahal mulus, tidak ada debu.
Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan, “Sho’id adalah sesuatu yang muncul pada permukaan bumi.
Ini umum mencakup apa saja yang berada di permukaan. Hal ini berdasarkan dalil firman Allah Ta’ala,
يدا جرزا لون ما عليها صع وإ نا لجاع
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi sho’id yang
rata lagi tandus.” (QS. Al Kahfi: 8)” (Majmu’ah Al Fatawa, 21: 365)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa bertayamum dengan tanah
tempat beliau shalat, baik itu debu, tanah berair (lembab) atau pasir.” (Mukhtashor Zaadil Ma’ad, hal. 12)
25
Ada seseorang mendatangi ‘Umar bin Al Khottob, ia berkata, “Aku junub dan
tidak bisa menggunakan air.” ‘Ammar bin Yasir lalu berkata pada ‘Umar bin
Khottob mengenai kejadian ia dahulu, “Aku dahulu berada dalam safar. Aku
dan engkau sama-sama tidak boleh shalat. Adapun aku kala itu mengguling-
gulingkan badanku ke tanah, lalu aku shalat. Aku pun menyebutkan
tindakanku tadi pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau
bersabda, “Cukup bagimu melakukan seperti ini.” Lantas beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mencontohkan dengan menepuk kedua telapak tangannya ke
tanah, lalu beliau tiup kedua telapak tersebut, kemudian beliau mengusap
wajah dan kedua telapak tangannya. (HR. Bukhari no. 338 dan Muslim no.
368)
TATA CARA SHOLAT JENAZAH
26
Hampir di dapati setiap sholat, baik di masjdil haram ataupun di masjid
nabawi, setelah sholat fardhu imam berdiri kembali untuk melaksanakan
sholat mayit. Sehingga jamaah harus lebih perhatian bila ada suara dari
seseorang dengan mikrofon dengan mengatakan,:” assholaatul `alal
mayyiti/amwaati....rohimakumullahu...tergantung dari mayat yang akan di
sholati oleh imam.
kemudian bersiaplah untuk mengikuti imam melakukan sholat jenazah.
Tatacara dalam sholat jenazah adalah sebagai berikut:
Niat didalam hati untuk melakukan sholat jenazah.
1.Takbir yang pertama
Takbiratul ihram tanpa membaca do’a iftitah, lalu mengucapkan ta’awudz dan
basmalah kemudian membaca Surat Al-Fatihah.
2. Takbir ke dua
Membaca shalawat sebagaimana bacaan shalawat ketika Tahiyat. Yaitu
mengucapkan shalawat atas Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
د د وعلى آل محم على محم ك اللهم صل يد، اللهم بار يد مج يم إ نك حم يم وعلى آل إ براه كما صليت على إ براه
يد يد مج يم إ نك حم يم وعلى آل إ براه د كما باركت على إ براه د وعلى آل محم على محم
“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan kepada
keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan
kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia, dan berikanlah berkah kepada Muhammad dan
kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan berkah
kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
lagi Maha Mulia.”
3. Takbir ke tiga
Pada takbir yang ketiga ini membaca do’a untuk jenazah, diantara lafaznya
yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah
hadits :
27
لماء له ب ع مدخله واغس والث لج والب رد ون ق ه من اللهم اغفر له وارحه وعافه واعف عنه وأكرم ن زله ووس را من أهله الطاي را من داره وأهال خي له دارا خي را كما ن قيت الث وب األب يض من الدنس وأبد وزوجا خي
له النة وأعذه من عذاب القب أو من عذاب النار ه وأدخ من زوجAlloohummaghfir lahu Warhamhu Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘ahu, Wa Akrim
Nuzulahu, Wa Wassi’ Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal
Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho
Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron
Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A’idhu
Min ‘Adzaabil Qabri
"Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah
dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya,
mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan,
sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah
rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di
Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang
lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga,
jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)
Atau boleh juga :
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa
wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi.
"Ya Allah, Ampunilah dia, maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia
(Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es".
Atau boleh juga :
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu.
"Ya Allah, Ampunilah dia, rahmati dia dan maafkanlah dia"
4. Takbir ke empat
Setelah takbir yang ke empat, diam sejenak atau membaca doa yang berbunyi :
Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa
lahu
28
5. Membaca Salam
Salam seperti biasa dilakukan dalam sholat-sholat yang lain dengan
mengucapkan :
ألسالم عليكم ورحمة هللا
Assalamualaikum Warahmatullah
Ada perbedaan dalam penyebutan mayit dalam do'a pada shalat jenazah.
• Doa di atas untuk mayit lelaki satu orang.
• Kalau dua orang laki-laki atau perempuan, diganti dengan : HUMA.
• Kalau perempuan satu orang, diganti dengan: HA.
• Kalau banyak mayit lelaki: HUM.
• Kalau banyak mayit wanita: HUNNA.
• Kalau gabung banyak mayat lelaki dan wanita, bisa pakai: HUM.
Contoh : Allahummaghfir lahum warhamhum, wa’aafihi wa’fu ‘anhum
Sebagian ulama berpendapat diam tanpa membaca apapun setelah takbir ke
empat sedangkan sebagian lain mengisinya dengan bacaan di atas. Yang
berpendapat diam berdasarkan pada hadits Abu Umamah Sahl bin Hunaif
radhiallahu anhu dimana beliau berkata :
السنة ف الصالة على النازة أن يكب ث يقرأ أبم القرآن ث يصلي على النب صلى هللا عليه وسلم ث يلص الدعاء للميت وال يقرأ إال ف األول
“Yang menjadi sunnah dalam shalat jenazah adalah bertakbir (yang pertama)
lalu membaca Al-Fatihah, kemudian (pada takbir kedua) bershalawat kepada
Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian (pada takbir ketiga) mendoakan
jenazah. Tidak boleh membaca Al-Qur`an kecuali pada takbir yang
pertama.” (HR. Al-Hakim: 1/360, Al-Baihaqi: 4/39, dan dinyatakan shahih oleh
Al-Albani dalam Ahkam Al-Jana`iz hal. 121)
ZIARAH MASJID NABAWI
DI MADINAH MUNAWWARAH
29
1. Pergilah ke Madinah sebelum ibadah haji atau sesudahnya dengan
niat ziarah Masjid Nabawi dan melakukan shalat di dalamnya, karena
shalat di Masjid Nabawi lebih baik seribu kali dari shalat di tempat
lain kecuali di Masjidil Haram.
2. Jika sudah sampai di Masjid Nabawi, lakukanlah shalat Tahiyyatul
masjid dua rakaat atau shalat fardhu jika sudah qamat.
3. Lalu pergilah ke kuburan Nabi –shalalllahu alaihi wasallam- bagi laki
laki, berdirilah di depan kuburan beliau dan sampaikanlah salam
dengan mengucapkan :
ورحة هللا را ى هللا ل ، ص وب ركاته السالم عليك أي ها النب عليك ، وجزاك عن أمتك خي
“Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan
kepadamu, wahai Nabi. Semoga Allah selalu melimpahkan shalawat dan
memberikan pahala kebaikan kepadamu.”
Lalu melangkahlah ke sebelah kanan selangkah atau dua langkah
untuk berdiri di depan kuburan Abu Bakar dan sampaikanlah salam
kepadanya dengan mengucapkan :
فة رسول هللا ورحة هللا را.السالم عليك ي أب بكر خلي ي هللا عنك وجزاك عن أمة ممد خي وب ركاته، رض “Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan
kepadamu, wahai Abu Bakar Khalifah Rasulullah. Semogga Allah
memberi keridhaan dan pahala kebaikan kepadamu.”
Kemudian melangkahlah ke sebelah kanan lagi selangkah atau dua
langkah untuk berdiri di depan kuburan Umar dan sampaikanlah salam
kepadanya dengan mengucapkan :
ي هللا عنك وجزاك عن أم وب ركاته، رض ني ورحة هللا ر المؤم ي را السالم عليك ي عمر أم ة ممد خي
“Semoga salam sejahterra, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan
kepadamu, wahai Umar Amirul mukminin. Semoga Allah memberi
keridhaan dan pahala kebaikan kepadamu.”
30
4. Pergilah ke Masjid Quba’ dalam keadaan suci dan lakukanlah shalat
di dalamnya.
5. Pergilah ke Baqi’ dan ziarahlah ke kuburan Ustman , berdirilah di
depan kuburan beliau dan sampaikanlah salam kepadanya dengan
mengucapkan:
ي هللا عنك وجزاك عن أم وب ركاته، رض ني ورحة هللا ر المؤم ي .را ة ممد خي السالم عليك يعثمان أم
6. “Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu
dilimpahkan kepadamu, wahai Ustman Amirul mukminin. Semoga
Allah selalu memberi keridhaan dan pahala kebaikan kepadamu.”
Juga sampaikanlah salam kepada Muslimin lainnya yang dikuburkan di
Baqi’.
7. Pergilah ke Uhud dan ziarahlah ke kuburan Hmzah dan kuburan
para syuhada’ yang lain, serta sampaikanlah salam kepada mereka
dan berdo’alah kepada Allah untuk selalu memberikan ampunan,
rahmat dan keridhaan kepada mereka.
TATA CARA UMROH
+ Syarat, Rukun serta wajib Umrah
✓ Syarat Umroh : Islam, Baligh/dewasa , Aqil/berakal sehat, Merdeka
/bebas, Istitho'ah
✓ Rukun Umroh : Ihrom, Thawaf umroh, Sa'I, Bercukur
✓ Wajib Umroh : Niat ihrom dari miqot, Mentaati Larangan Ihrom
31
+ MIQOT
Artinya batasan untuk memulai niat ihram.
Ada dua macam Miqot yaitu :
Miqot Zamani
Batasan waktu melaksanakan haji/niat haji, yang dimulai pada bulan
Syawal sampai dengan bulan Dzulhijjah.
Miqot Makani
Batas tempat memulai niat ihrom untuk haji maupun umroh. Seseorang
yang sudah berniat haji / umroh tidak boleh melewatinya tanpa berniat
ihrom lebih dahulu. Bila lupa tidak niat ihrom maka harus kembali ke
Miqot lagi atau membayar dam.
Untuk ibadah umroh kebanyakan di lakukan dari Madinah (
Dzulkhulaifah/Bir Ali) karena biasanya rangkaian perjalanan umroh
anyak yang langsung ke kota Madinah sebelum ke Mekkah.
+ Larangan ketika ikhram
Jika seorang muslim melakukan ihram haji atau umrah maka dilarang untuk
melakukan beberapa perkara berikut:
1. Mencabut rambut.
2. Menggunting kuku.
3. Memakai wangi-wangian.
4. Membunuh binatang buruan (darat, adapun binatang laut maka
dibolehkan).
5. Mengenakan pakaian berjahit (bagi laki-laki dan tidak mengapa bagi
wanita). Pakaian berjahit adalah pakaian yang membentuk badan, seperti
baju, kaos, celana pendek, gamis, celana panjang, kaos tangan dan kaos
kaki. Adapun sesuatu yang ada jahitannya tetapi tidak membentuk badan
maka hal itu tidak membahayakan muhrim (orang yang sedang ihram),
seperti sabuk, jam tangan, sepatu yang ada jahitan-nya dsb.
32
6. Menutupi kepala atau wajah dengan sesuatu yang menempel (bagi laki-
laki), seperti peci, penutup kepala, surban, topi dan yang sejenisnya. Tetapi
dibolehkan berteduh di bawah payung, di dalam kemah dan mobil. Juga
dibolehkan membawa barang di atas kepala jika tidak dimaksudkan untuk
menutupinya.
7. Memakai tutup muka dan kaos tangan (bagi wanita).
8. Melangsungkan pernikahan.
9. Bersetubuh.
10. Bercumbu (bermesraan) dengan syahwat, juga mengeluarkan mani
dengan onani atau bercumbu.
11. Mendekati perbuatan maksiat.
12. Permusuhan dan berbantah-bantahan dalam sesuatu yang
tidak ada faedahnya, mengandung unsur kebatilan atau berkata-
kata keji dan mungkar.
Orang Yang Melakukan Hal-hal Yang Dilarang Memiliki Tiga Keadaan:
1. Ia melakukannya tanpa udzur (alasan), maka ia berdosa dan wajib
membayar fidyah (tebusan).
2. Ia melakukannya untuk suatu keperluan, seperti memotong rambut karena
sakit. Perbuatannya tersebut dibolehkan, tetapi ia wajib membayar fidyah.
3. Ia melakukannya dalam keadaan tidur, lupa, tidak tahu atau dipaksa.
Dalam keadaan seperti itu ia tidak berdosa dan tidak wajib membayar
fidyah.
Jika yang dilanggar itu berupa mencabut rambut, menggunting kuku, memakai
wangi-wangian, bercumbu karena syahwat, laki-laki mengenakan kain yang
berjahit atau menutupi kepalanya, atau wanita memakai tutup muka (cadar)
atau kaos tangan maka fidyah-nya antara tiga hal. Orang yang melakukan
pelanggaran itu boleh memilih salah satu daripadanya:
33
1. Menyembelih kambing (untuk dibagikan kepada orang-orang fakir miskin
dan ia tidak boleh memakan sesuatu pun daripadanya).
2. Memberi makan enam orang miskin, masing-masing setengah sha'
makanan. (setengah sha' lebih kurang sama dengan 1,25 kg.).
3. Berpuasa selama tiga hari.
Dari larangan-larangan di atas, dikecualikan hal-hal berikut ini:
1. Melangsungkan pernikahan, sebab ia hukumnya haram, maka tidak ada
fidyah karenanya.
2. Membunuh binatang buruan (darat), sebab ia hukumnya haram, dan
terdapat denda jika ia membunuhnya secara sengaja.
3. Bersetubuh (dan ia adalah larangan yang paling besar). Jika ia
melakukannya secara sengaja sebelum tahallul pertama, maka ada lima
konsekuensi:
a. Berdosa
b. Hajinya batal.
c. Ia wajib menyempurnakan hajinya.
d. Ia wajib mengulangi (men-qadha') hajinya pada tahun depan.
e. Ia wajib membayar fidyah berupa seekor unta yang disembelih ketika
melakukan haji qadha'.
+ DAM ketika umroh / Menyembelih hewan kurban karena :Tidak niat ihrom
dari miqot .
+ THAWAF
Mengelilingi Ka’bah 7 kali, dimulai dan diakhiri di sudut Hajar Aswad (tanda
start thawaf adalah dengan menarik garis lurus dari sudut Hajar Aswad ke
neon hijau di seberang Hajar Aswad karena garis coklat sudah tidak ada).
Ka’bah harus berada disebelah kiri orang yang thowaf.
34
Ada 4 macam thawaf, yaitu :
a Thawaf Qudum/umroh : thawaf ketika baru datang (bagi yang berhaji
tamattu’ dinamakan thawaf umroh atau thawaf rukun), masih dengan
berpakaian ihrom.
b Thawaf Ifadlah : thawaf haji (thowaf rukun). Ada yang masih dengan
berpakaian ihrom karena belum tahallul awal dan ada pula yang sudah
dengan berpakaian biasa karena sudah tahallul awal.
c. Thawaf Sunnah : thawaf yang dilakukan pada setiap waktu. Dilakukan
dengan berpakaian muslim yang tertib.
d. Thawaf Wada’ : thawaf yang dikerjakan ketika akan meninggalkan
Makkah menuju Madinah, Indonesia atau kemanapun. Hukumnya wajib.
Dikerjakan dengan berpakaian muslim yang tertib.
+ Sebelum Tawaf
1. Disunnahkan bagi setiap orang yang ingin melaksanakan ibadah umrah
atau haji untuk mandi (seperti mandi junub), memotong kuku,
membersihkan bulu ketiak dan kemaluan, mencukur kumis , memakai
wangi-wangian dibadannya, bukan di pakaiannya dan berihram dengan
mengenakan dua lembar kain ihram yang berwarna putih ( buat pria).
2. Sholat dua rakaat ketika mampir di miqat Madinah ( Bir Ali) karena
tempat nya yang barokah, mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah .
Adapun sholat khusus untuk ikhram tidak ada dalilnya
3. Membaca : Labbaikallahumma Umrotan ( اللهم عمرة لب يك ) ketika di miqot.
4. Memperbanyak Talbiyah , dzikir dan amalan baik lainnya dalam
perjalanan menuju Mekkah. Bacaan talbiyah yaitu :
لب يك اللهم لب يك، لب يك ال شريك لك لب يك والملك ال شريك لك إن المد والن عمة لك
LABBAIK ALLAAHUMMA LABBAIK, LABBAIK LAA SYARIIKA LAKA
LABBAIK, INNAL-HAMDA WAN-NI’MATA LAKA WAL MULK, LAA SYARIIKA
LAK.
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang memenuhi
panggilan-Mu. Aku ta’at memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.
Aku datang memenuhi panggilan Mu. Sesungguhnya segala puji dan
35
kenikmatan adalah milik-Mu semata, juga segala kekuasaan / kerajaan
adalah milik-Mu, tiada sekutu bagiMu”.
5. Setelah sampai di Mekkah dan bersiap untuk umrah hendaknya
berwudhu terlebih dahulu .
6. Tatkala melihat Ka`bah, diperbolehkan mengangkat tangannya dan
membaca doa yang pernah dibaca oleh Ibnu Umar :
لسالم رب نا ب نك السالم فحي نا () اللهم أنت السالم ، وم
+ Amalan Thawaf:
1. Bagi pria, untuk melakukakan Ithiba` ( membuka pundak kanannya
dengan menyelempangkan kain ikhram bagian atas dibawah ketiaknya)
sebelum memulai tawaf.
2. Dalam keadaan suci , menuju hajar aswad untuk memulai tawaf dari
Hajar Aswad dengan mengusapnya, mencium dan bersujud diatasnya,
atau dengan menggunakan tongkat kemudian menciumnya atau dengan
memberikan isyarat tangan ( 1 x saja dan tanpa menciumnya) seraya
membaca : Bismillahi Allahu Akbar.
3. Mulai melakukan thawaf dengan membaca dzikir, doa, membaca ayat Al-
Quran dan sebagainya, dengan khusuk. Tidak ada zikir khusus ketika
tawaf terkecuali bacaan ketika berada diantara Rukun Zamani dan hajar
Aswad.
4. Ketika sampai di Rukun Zamani bila memungkinkan untuk mengusapnya
dengan membaca : Allahu Akbar.. Bila tidak mungkin menyentuhnya
karena terlalu padat maka tidak perlu memberikan isyarat/ lambaian
tangan.
5. Ketika berada diantara Rukun Yamani dan Hajar Aswad memperbanyak
bacaan : Robbanaa Aatina Fiddunyaaa Hasanah wafil Aakhioti Hasanah
Wa Qinaa `Adzaabannaar.
6. Ketika sampai lagi di Hajar Aswad , cium hajar Aswad atau mengusap
dengan tangannya bila bisa. Bila tidak maka cukup dengan memberikan
isyarat dengan tangan kanannya seraya membaca : Bismillahi Allhu
Akbar.
36
7. Lakukan amalan seperti ini pada setiap putaran Tawaf sampai tujuh kali
putaran.
8. Pada putaran ketiga yang pertama, bagi laki-laki disunnahkan untuk
melakukan Raml (berlari-lari kecil).
9. Jika saudara selesai dari putaran ketujuh, tutuplah pundak yang
kanan, kemudian pergilah menuju maqam Ibrahim, jika hal itu
memungkinkan, lalu ucapkanlah firman Allah:
واتذوا من مقام إب راهيم مصل ى 10. Jadikanlah posisi maqam itu antara dirimu dengan Ka'bah, jika
memungkinkan. Lalu shalatlah dua rakaat. Pada raka'at pertama (setelah
Al-Fatihah) dengan membaca surat Al-Kafirun )قل يا أيها الكافرون( dan pada
raka'at kedua surat Al-Ikhlash ()قل هو هللا أحد .
11. Selanjutnya pergilah ke zam-zam dan minumlah airnya. Lalu
berdo'alah kepada Allah dan tuangkan air zam-zam di atas kepalamu..
12. Bila keadaan memungkinkan, menuju ke hajarAswad lagi untuk
mencium atau mengusapnya.
Peringatan:
a. Bersuci adalah syarat sahnya thawaf. Jika wudhu Anda batal di tengah-
tengah melakukan thawaf, maka keluar dan berwudhulah.
b. Jika di tengah-tengah Anda melakukan thawaf didirikan shalat, atau
Anda ingin mengikuti shalat jenazah, maka shalatlah bersama
mereka lalu sempurnakanlah thawaf Anda dari tempat mana Anda
berhenti. Jangan lupa menutupi kedua pundak Anda, sebab menutupi
keduanya dalam shalat adalah wajib.
c. Jika perlu duduk sebentar, atau minum air atau berpindah dari lantai
bawah ke lantai atas atau sebaliknya di tengah-tengah thawaf, maka
hal itu tidak mengapa.
d. Jika ragu-ragu tentang bilangan putaran, maka pakailah bilangan
yang Anda yakini; yaitu yang lebih sedikit. Jika Anda ragu-ragu
apakah Anda telah melakukan thawaf tiga atau empat kali maka
37
tetapkan-lah tiga kali, tetapi jika Anda lebih mengira bilangan
tertentu maka tetapkanlah bilangan tersebut.
e. Sebagian Haji melakukan idhthiba' sejak awal memakai pakaian
ihram dan tetap seperti itu dalam seluruh manasik haji. Ini adalah
keliru. Yang disyari'atkan adalah hendaknya ia menutupi kedua
pundaknya, dan tidak melakukan idhthiba' kecuali ketika thawaf
qudum.
f. Shalat dua raka'at thawaf hukumnya sunnah dikerjakan di belakang
maqam Ibrahim, tetapi melakukannya di mana saja dari Masjidil
Haram juga dibolehkan.
g. Termasuk kesalahan yang dilakukan oleh sebagian jamaah haji
adalah shalat di belakang maqam Ibrahim pada saat orang penuh
sesak, sehingga dengan demikian menyakiti orang lain yang sedang
thawaf. Yang benar, hendaknya ia mundur ke belakang sehingga
jauh dari orang-orang yang thawaf.
Gb. Denah Ka`bah
+ SA’I
1. Menuju bukit shofa untuk memulai amalan Sa`i dengan membaca ayat :
اعتمر فال جناح عليه أن يطوف هبما ومن تطوع إن الصفا والمروة من شعآئر الل فمن حج الب يت أو خريا فإن الل شاكر عليم
38
“ Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada
dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah
Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui” [QS:Al-Baqarah: 125]
Kemudian membaca : ا بدأ هللا به أبدأ ب”Aku memulai dengan apa yang Allah memulai darinya”
2. Kemudian naiklah ke (bukit) Shafa dan menghadaplah ke Ka'bah lalu
bertakbirlah tiga kali ( Allahu Akbar 3X) dan ucapkan:
، له امللك وله المد وهو على كل شيء قدير،ال إله إال هللا وحده ال شريك له ال إله إال هللا وحده، أجنز وعده ونصر عبده وهزم األحزاب وحده.
“Tiada tuhan (yang haq untuk disembah) kecuali Allah semata, yang tiada
sekutu bagi-Nya. Hanya bagi-Nya segala kerajaan, dan hanya bagi-Nya
segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan (yang
haq untuk disembah) selain Allah semata, yang menepati janji-Nya, dan
memenangkan hamba-Nya serta menghancurkan golongan kafir, dengan
tanpa dibantu siapapun.”
Ulangilah dzikir tersebut sebanyak tiga kali dan berdo'alah pada tiap-tiap selesai
membacanya dengan do'a-do'a yang Anda kehendaki.
3. Mulai berjalan menuju Marwa, dengan memperbanyak zikir, doa, ayat
Al-Quran atau yang lainnya. Tidak ada bacaan khusus ketika melakukan
amalan Sa`I kecuali ketika berada di bukit Shofa atau Marwa saja.
4. Diperbolehkan untuk membaca salah satu doa yang di panjatkan ketika
sai sebagaimana yang telah di lakukan oleh sebagian para sahabat ,
diantaranya dengan doa berikut :
كرم األ عز األ أنت إنك ، وارحم اغفر رب
”Ya Rabb, Ampunilah dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha
Perkasa lagi Maha Mulia”6
6 Diriwayatkan secara shahih dari amalan Ibnu Mas’ud رضي هللا عنه, Ibnu Umar رضي هللا عنهما dan kalangan sahabat
lainnya.
39
450 M
5. Disunnahkan bagi laki-laki untuk berlari cepat diantara dua pilar hijau
yang berada didekat bukit Shofa.
6. Ketika sampai di Marwa, lakukan apa yang dilakukan di Bukit Shofa
tadi. (lihat bacaan ketika berada di Shofa).
7. Lakukan dengan khusuk dan tenang, tanpa harus mengganggu jamaah
yang lainnya. Lakukakan tujuh kali putaran. Di mulai dari bukit Shofa
dan di akhiri pada bukit Marwa.
8. Setelah selesai putaran Sa`i( berada di bukit Marwa), lakukanlah
Tahallul, dengan mencukur rambut. Untuk wanita cara memotongnya
cukup mengambil sepanjang satu ruas jari dari rambut kepalanya di
beberapa bagian. Bagi laki-laki disunnahkan untuk menggundulnya bila
waktu haji masih cukup panjang..
9. Dengan ini, maka halal baginya setiap apa yang dilarang sebelumnya
ketika berikhram. Dan telah sempurnalah Umrahnya.
DENAH SA’i
.
Peringatan: Ada dua caatatan saat thawaf dan sa'i yang tersebar di sebagian
jamaah : 1. Terpaku dengan do'a-do'a tertentu pada setiap putaran. 2. Jama'ah
40
haji berdo'a bersama-sama dengan dikomando oleh seorang pemimpin
(rombongan) dengan koor (satu suara) dan keras.
Para Haji hendaknya mewaspadai kedua catatan di atas, sebab tidak ada
tuntunannya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, juga tidak dari salah
seorang sahabatnya .
RINGKASAN TATA CARA UMROH:
1. Amalan ketika persiapan umroh yang di lakukan ketika di miqot atau
dihotel:
41
✓ Dilakukan ketika di hotel :
1) Mandi
2) Cukur rambut/bulu badan
3) Potong kuku
4) Memakai minyak wangi di badan ( bagi pria dan tidak diberikan di baju
ikhrom)
5) Memakai baju ikhram berwarna putih
✓ Dilakukan ketika berada di Miqot
6) Sholat fardhu / dua rokaat di miqot madinah/bir Ali
7) Membaca : “Labbaika Umroh”
Bisa dilakukan setelah sholat atau ketika sudah berada di dalam bis yang
akan bergerak keluar area masjid.
8) Memperbanyak Talbiyah
✓ Berhati-hati terhadapa larangan berikhram setelah niat :
1. Mencabut rambut.
2. Menggunting kuku.
3. Memakai wangi-wangian setelah niat.
4. Membunuh binatang buruan darat
5. Mengenakan pakaian berjahit bagi laki-lak
6. Menutupi kepala atau wajah dengan sesuatu yang menempel (bagi
laki-laki)
7. Memakai tutup muka dan kaos tangan (bagi wanita).
8. Melangsungkan pernikahan.
9. Bercumbu atau bersetubuh. .
10. Berbantah-bantahan
11. Mendekati dan melakukan setiap perbuatan maksiat
2. Amalan Thowaf
1) Berwudhu sebelum masuk masjid
2) Melakukan Ithdiba` (pundak kanan terbuka)
3) Masuk masjid dengan kaki kanan dan berdo`a
4) Membaca doa melihat ka`bah
42
5) Mulai thowaf dari hajar aswad dengan melambaikan tangan, bertakbir dan
membaca doa ketika memulai thowaf
6) Lari-lari kecil bagi pria pada tiga putaran pertama
7) Berzikir dan berdoa selama thowaf
8) Mengusap rukun Yamani dengan membaca Allahu Akbar, bila tidak
memungkinkan mengusap rukun yamani maka di lewati tanpa
melambaikan tangan dan tanpa membaca takbir.
9) Membaca doa antara rukun Yamani dan Hajar Aswad setiap berada
diantara keduanya.
10) Menutup kembali pundak kanan setelah selesai tujuh putaran
11) Menuju maqom ibrohim dan berdoa
12) Sholat dua rokaat setelah thowaf
13) Minum air zam zam dan berdoa ketika meminumnya.
3. Amalan Sa`i
1) Membaca doa & zikir mendekati shofa
2) Membaca Zikir dan doa di Shofa dengan menghadap kiblat/kabah
3) Berzikir dan berdoa selama sa`i
4) Meminimalkan percakapan yang tidak perlu
5) Lari/jalan cepat diantara dua lampu hijau
6) Berzikir dan berdoa ketika di Marwa
7) Sa`i sebanyak 7 putaran
8) Diawali di Shofa dan diakhiri di Marwa
4. Tahallul
1) Mencukur rambut kepala, dengan meratakan pada seluruh bagian kepala
bagi pria
2) Wanita dengan memotong rambut seujung ruas jari pada beberapa
bagian dengan tetap menjaga aurat.
3) Larangan Ikhrom sudah selesai
BEBERAPA KESALAHAN
43
YANG DILAKUKAN OLEH SEBAGIAN JAMAAH HAJI/UMROH 7
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad (Nabi terakhir), para keluarga dan
sahabat beliau, serta kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau
sampai hari pembalasan (hari kiamat).
Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman :
وذكر هللا كثيرا لقد كان لكم في رسول هللا أسوة حسنة لمن كان يرجوا هللا واليوم اآلخر.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21)
فآمنوا باهلل ورسوله النبي األمي الذي يؤمن باهلل وكلماته واتبعوه لعلكم تهتدون
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi,
yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-
Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Al-A’raf : 158)
قل إن كنتم تحبون هللا فاتبعوني يحببكم هللا ويغفر لكم ذنوبكم وهللا غفور رحيم
“Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran : 31)
Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan, bahwa segala sesuatu yang
menyimpang dari petunjuk dan cara Nabi adalah batal, sesat dan ditolak.
Sebagaimana sabda Nabi :] من عمل عمال ليس عليه أمرنا فهو رد[ .
“Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak ada pada urusan kami
maka ia ditolak.” (Hadist muttafaq alaih)
Dan kesalahan yang sering dilakukan oleh sebagian jamaah haji
adalah karena hal tersebut di atas, yaitu akibat fatwa tanpa ilmu pengetahuan
dan ikut-ikutan di antara mereka tanpa dalil dan dasar.
IHRAM DAN BEBERAPA KESALAHAN YANG TERJADI
7 Manasik haji dan Umroh dan beberapa kesalahan yang di lakukan sebagian jamaah oleh Syaikh Muhammad Shalih Al ‘Utsaimin
44
Kesalahan yang biasa dilakukan oleh sebagian jamaah haji adalah,
bahwa mereka tidak ihram ketika kendaraan mereka lewat di atas miqat atau
pesawat mereka lewat di atas tempat yang sejajar dengan miqat, dan baru
melaksanakan ihram saat sudah turun di Airport Jeddah. Hal ini bertentangan
dengan perintah Nabi dan melanggar hukum-hukum Allah –subhanahu
wata’ala.
Di dalam Shahih Bukhari dari Abdullah bin Umar , berkata : ketika dua
kota ini di buka, yakni bashrah dan kufah, orang-orang datang kepada Umar
sambil berkata : “Wahai Amirul mukminin, sesunguhnya Nabi telah
menentukan batas miqat bagi penduduk Najed dan Qarn, tapi tempat itu di luar
jalan yang kita lalui, dan kalau kita ingin datang ke tempat tersebut sangat sulit
bagi kita.” Umar memjawab : “Maka carilah tempat yang sejajar dengan tempat
tersebut dari jalan yang kalian lewati.” Dengan demikian Amirul mukminin,
salah seorang khulafaurrasyidin, telah menentukan miqat untuk orang yang
tidak melewati miqat-miqat yang telah ditentukan di tempat yang sejajar dengan
miqat-miqat tersebut. Maka barangsiapa melewati tempat yang sejajar dengan
miqat (di atas udara) sama hukumya dengan orang yang melewati tempat yang
sejajar dengan miqat tersebut lewat darat, keduanya tidak ada bedanya.
Jika seseorang melakukan kesalahan ini lalu turun di Jeddah tanpa ihram,
maka dia wajib kembali ke miqat yang di lewatinya di atas udara lalu melakukan
ihram dari tempat tersebut. Jika tidak kembali dan hanya melakukan ihram dari
Jeddah, maka menurut kebanyakan ulama wajib baginya membayar fidyah
dengan binatang yang di sembelih di Makkah, dan seluruh dagingnya dibagikan
kepada fuqara’ Makkah, tidak boleh makan darinya atau menghadiahkan
sebagian kepada orang kaya, karena fidyah (binatang tersebut) berfungsi
sebagai kaffarah (penghapus dosa).
THAWAF
DAN BEBERAPA KESALAHAN FI’LIYAH YANG TERJADI
45
Telah tersebut dalam hadits shahih dari Nabi bahwa beliau memulai
thawaf dari Hajar Aswad pada rukun Yamani sebelah timur Ka’bah,
mengelilingi seluruh Ka’bah di luar Hijr Isma’il. Beliau melakukan thawaf
dengan raml (jalan cepat) hanya pada tiga putaran pertama saat thawaf qudum
(thaawaf pertama kali sampai di Makkah). Dalam thawaf, beliau pernah
memegang Hajar Aswad dan menciumnya, pernah pula memegang Hajar Aswad
dengan tangannya lalu mencium tangannya, pernah pula memegang Hajar
Aswad dengan tongkatnya, kemudian mencium tongkat tersebut sedang beliau
di atas ontanya. Beliau melakukan thawaf di atas ontanya dan memberi isyarat
pada Hajar aswad setiap kali melewatinya. Juga telah tersebut dalam hadis
shahih dari beliau, bahwa beliau pernah memegang Rukun Yamani.
Perbedaan cara memegang Hajar Aswad tersebut di atas dilakukan –
walahu a’lam- sesuai dengan kemungkinan dan kemudahan yang ada, jika
mudah dan mungkin, beliau memegangnya, dan jika tidak mungkin, beliau tidak
memegangnya. Dan pekerjaan memegang, mencium dan memberi isyarat
tersebut hanya merupakan bentuk ibadah dan bukan keyakinan bahwa Hajar
Aswad itu sendiri dapat memberi mamfaat atau mudharat. Disebutkan dalam
shahih Bukhari-Muslim bahwa Umar pernah berkata : “sesunguhnya aku tahu
pasti bahwa engkau hanya sekedar batu biasa, yang tidak bisa mendatangkan
madharat dan manfaat. Seandainya saja aku tidak pernah melihat Nabi
menciummu, tentu aku tak akan menciummu.”
Beberapa kesalahan yang biasa dilakukan sebagian jamaah haji :
1. Memulai thawaf dari sebelum Hajar Aswad dan Rukun Yamani.
2. Thawaf dengan raml (jalan cepat) pada seluruh putaran.
3. Berdesak-desakan untuk mencapai Hajar Aswad agar dapat
menciumya, sehingga kadang-kadang bisa menyebabkan saling
bunuh, saling caci-maki, dan terjadilah pukul-memukul dan ucapan-
ucapan mungkar yang tak layak dilakukan, juga tak layak dilakukan
di tempat yang suci ini, Masjidil Haram, di bawah Berdesak-
desakan ini bisa menghilangkan kekhusyu’an dan melupakan zikir
46
pada Allah, padahal keduanya merupakan tujuan yang paling agung
dari ibadah thawaf ini.
4. Keyakinan sebagian jamaah, bahwa Hajar Aswad itu memberikan
manfaat. Maka bisa anda lihat, setelah mereka memegangnya, ada
yang mengusapkan tangannya ke seluruh anggota badannya atau
mengusapkan tangannya kepada anak-anaknya yang bersama
mereka.
5. Sebagian jamaah haji memegang seluruh rukun Ka’bah,
bahkan mungkin memegang seluruh tembok Ka’bah dan
mengusapnya.
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dari Mujahid dari Ibnu Abbas .
bahwa dia pernah melakukan thawaf bersama Muawiyah . dan Muawiyah
memegang seluruh Rukun Ka’bah, maka Ibnu Abbas . bertanya :
“Kenapa anda memegang dua rukun ini (selain rukun yamani) padahal
Rasulullah tidak pernah memegangnya” Muawiyah menjawab: “tidak
ada sesuatupun dari Ka’bah ini yang harus dijauhi.” Kemudian Ibnu
Abbas menimpali dengan menyebut firman Alah subhanahu wataala yang
artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu.”
Jawab Mu’awiyah : engkau benar.”
THAWAF DAN BEBERAPA KESALAHAN
47
QAULIYAH YANG TERJADI
Tersebut dalam hadits shahih dari Nabi bahwa beliau bertakbir setiap
kali sampai pada Hajar Aswad. dan antara rukun Yamanai dan Hajar Aswad
beliau membaca do’a :
سنة وقنا عذاب النارربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اآلخرة ح.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat,
dan jauhkan kami dari siksaan api neraka.”
Dan beliau bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya thawaf di Ka’bah, di Shafa dan Marwa, dan melempar
Jumrah ditetapkan untuk mendirikan zikir kepada Allah.”
Kesalahan yang dilakukan oleh sebagian jamaah haji dalam hal ini
adalah :
Menghususkan do’a-do’a tertentu pada setiap putaran dan tidak membaca do’a
yang lain. Sehingga sering terjadi pemenggalan atau pemotongan do’a meskipun
tinggal satu kata karena satu putaran telah sempurna sebelum do’anya selesai
lalu berpindah kepada bacaan do’a lain yang khusus untuk putaran berikutnya.
Begitu juga jika bacaan do’anya selesai sebelum putaran habis, ia hanya diam
saja dan tidak membaca apa-apa.
Untuk itu, seorang yang sedang thawaf hendaknya berdo’a dengan
do’a apa saja yang disenanginya dari kebaikan dunia dan akhirat, dan menyebut
Allah dengan zikir-zikir yang masyru’ berupa : tasbih, tahmid, tahlil, takbir,
atau membaca Al-Qur’an.
Diantara kesalahan yang dilakukan sebagian jamaah adalah mengambil
do’a dari kumpulan do’a-do’a (yang sudah terbukukan), kemudian berdo’a
dengan do’a-do’a tersebut tanpa tahu maknanya. padahal do’a-do’a tersebut
mungkin saja ada yang salah cetak atau salah tulis yang mengakibatkan
maknanya bertolak belakang, sehingga do’a tersebut bukan untuk kebaikan
dirinya tapi justru untuk kejelekan dirinya tanpa disadari. Kami pernah
menyaksikan keanehan yang unik ini.
48
Andaikata orang yang sedang thawaf tersebut berdo’a kepada Tuhannya
dengan do’a-do’a yang ia kehendaki, yang ia ketahui, dan ia harapkan maksud
do’a tersebut terlaksana, tentu lebih baik dan tentu lebih bermanfaat baginya,
dan berarti lebih mengikuti Rasulullah .
Di antara kesalahan yang dilakukan oleh sebagian jamaah haji adalah
thawaf berombongan dibawah pimpinan seorang komando yang membacakan
do’a untuk mereka dengan suara keras dan diikuti oleh rombongannya dengan
satu suara, sehinga suara-suara keras bermunculan dan terjadilah suara ribut,
orang lain yang sedang thawaf terganggu, dan tidak tahu apa yang sedang
dibaca. Hal ini bisa menghilangkan kekhusyu’an dan mengganggu saudara-
saudara kita hamba-hamba Allah Ta’ala di tempat yang aman ini. Padahal
Rasulullah pernah mendatangi orang-orang yang shalat dan bersuara keras
dalam bacaan mereka, dan beliau bersabda :
]كلكم يناجي ربه، فال يجهر بعضكم على بعض في القرآن[.
“Masing-masing anda sedang bermunajat kepada Tuhannya, maka
hendaknya masing-masing jangan saling bersuara keras dalam bacaan Al-
Qur’an.” (Riwayat Malik dalam Muwatta’, dan Ibnu Abdil Barr mengatakan:
hadits tersebut shahih).
Alangkah baiknya, jika sang komando ketika sampai di Ka’bah bersama
rombongannya berhenti terlebih dahulu dan meminta kepada mereka untuk
melakukan ini dan itu, dan berdo’a dengan do’a apa saja yang mereka sukai,
sehingga dia dapat thawaf dengan mereka tanpa terjadi kesalahan dan dapat
thawaf dengan khusyu’ dan thuma’ninah (tenang), sambil berdo’a kepada
Tuhan mereka (dengan penuh harap dan rasa takut) dengan do’a-do’a yang
mereka sukai, mereka ketahui maknanya, mereka inginkan terkabulkan
maknanya, dan orang lain dapat terselamatkan.
49
SHALAT SUNNAH THAWAF DAN KESALAHAN YANG TERJADI
Kesalahan yang dilakukan oleh sebagian jamaah haji di sini adalah
anggapan mereka, bahwa shalat dua rakaat harus dilakukan dekat dengan
Maqam Ibrahim, sehingga terjadilah desak-desakan, menyakiti orang lain yang
sedang thawaaf, dan mengganggu jalannya thawaf mereka.
Kesalahan yang lain; bahwa sebagian jamaah, setelah selesai melakukan
shalat dua rakaat, berdiri dan berdo’a bersama-sama dengan suara keras di
bawah pimpinan komando mereka, sehinga menggangu orang lain yang sedang
shalat di belakang Maqam. Padahal Allah Ta’ala telah berfirman:
ادعوا ربكم تضرعا وخفية إنه ال يحب المعتدين
“Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara lembut,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(Al-A’raf:55)
DOA – DOA UMROH
50
1. Doa keluar Rumah
هلل. ة إال ب بسم هللا، ت وكلت على هللا، وال حول وال ق و
Bismillaahi tawakkaltu `Alallaahi walaa khaula wa laa quwwata illa billah
“Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakkal kepadaNya, dan tiada
daya dan upaya kecuali karena pertolongan Allah”.
2. Doa Musafir kepada orang yang ditinggal
يع ودائعه أست ودعكم هللا الذي ال تض
“Aku menitipkan kamu kepada Allah yang tidak akan hilang titipan-Nya.”
3. Doa Naik Kendaraan
قلب ون هللا، المد لل بسم المد سبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرني. وإن إل رب نا لمن ي لل، المد لل، المد لل، هللا أكب ر، هللا أكب ر، هللا أكب ر، سبحانك ال ظلمت ن فس لهم إن
نه ال ي غفر الذن وب إال أنت. ، فإ فاغفر ل“Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang
menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya. Dan sesung-guhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di
hari Kiamat). Segala puji bagi Allah (3x), Maha Suci Engkau, ya Allah!
Sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesung-guhnya
tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau."
4. Doa safar
إل رب نا هللا أكب ر، هللا أكب ر، هللا أكب ر، سبحان الذي سخر لنا هذا وما كنا له مقرني. وإن
قلب ون ن العمل ما ت رضى، اللهم هو ن عل .لمن والت قوى، وم سفرن هذا الب نا اللهم إن نسألك ف ي
، اللهم فة ف األهل ب ف السفر واللي أعوذ سفرن هذا واطو عنا ب عده، اللهم أنت الصاح إن
. قلب ف المال واألهل ن وعثاء السفر وكآبة المنظر وسوء المن بك م
“Allah Maha Besar (3x). Maha Suci Tuhan yang menundukkan kenda-raan ini
untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami
51
akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat). Ya Allah! Sesungguh-nya
kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon per-
buatan yang meridhakanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan
dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkau-lah teman dalam bepergian
dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan
dan perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga.”
5. Niat umrah
عمرة هم لب يك الل
LABBAIK ALLAAHUMMA ‘UMROTAN
“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk umroh”.
6. Bacaan Talbiyah
لب يك اللهم لب يك، لب يك ال شريك لك لب يك إن المد والن عمة لك والملك ال شريك لك
“Aku datang memenuhi panggilanMu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan
Mu. Aku ta’at memenuhi panggilanMu. Tiada sekutu bagiMu. Aku datang
memenuhi panggilan Mu. Sesungguhnya segala puji dan kenikmatan adalah
milikMu semata, juga segala kekuasaan / kerajaan adalah milikMu, tiada sekutu
bagiMu”.
7. Doa Masuk Masjid
أب واب رحتك ا للهم اف تح ل . " Ya Allah bukakanlah pintu-pintu rahmatMu untukku .."
8. Doa keluar dari Masjid
ن فضلك أسألك م اللهم إن "Ya Allah, sesungguhnya aku minta kepadaMu dari karuniaMu."
9. Doa ketika melihat kabah
بلسالم اللهم نك السالم فحينا رب نا أنت ال سالم ، وم“ Ya Allah, Engkaulah Maha Pemberi Kesejahteraan, dari Engkaulah
kesejahteraan itu, maka sambutlah kami dengan penuh kesejahteraan.”
10. Bacaan ketika mengusap Hajar Aswad /memulai thawaf
52
لسنة نبي ك و بسم هللا يقا بكتابك، ووفاء بعهدك، واتباعا هللا أكب ر ، اللهم إيان بك، وتصد السالم عليه و ى هللا ل ممد ص
11. Doa diantara rukun Yamani dan Hajar Aswad
رة حسنة وقنا عذاب النار ن يا حسنة وف الخ رب نا آتنا ف الد “ Wahai Rabb kami, berikanlahkepada kami kebaikan didunia dan di akhirat,
dan lindungilah kami dari adzab neraka”
12. Bacaan di Maqom Ibrahim (setelah Thawaf)
يم مصل ى ن مقام إب راه واتذوا م"Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat."
13. Diantara Doa Minum Air Zamzam:8
اللهم لما أسألك إن فعا،ورزقا ع ن كل داء ن فاء م عا، وش واس“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki
yang luas dan kesembuhan dari segala penyakit.”9
14. Bacaan ketika menuju Shofa
يت أو اعتمر فال جناح عليه أن يطوف ن الصفا والمروة من شعائر الل ف إ من حج الب هبما ومن تطوع خريا فإن الل شاكر عليم
" Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada
dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah
Maha mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui..”
kemudian membaca :
ا بدأ هللا به أبدأ ب”Aku memulai dengan apa yang Allah memulai darinya”
15. Bacaan di Sofa dan Marwa
8 Setelah sholat di belakang Maqam Ibrahim, dianjurkan minum Air Zamzam dan menuangkannya diatas
kepala. 9 HR. Ad-Daraquthni
53
(3X) هللا أكب ر الإله إال هللا هللا وحده ال شريك له، له امللك وله المد وهو على كل شيء قدير،الإله إال
، أجنز وعده ونصر عبده وهزم األحزاب وحده.وحده “Tiada tuhan (yang haq untuk disembah) kecuali Allah semata, yang tiada
sekutu bagi-Nya. Hanya bagi-Nya segala kerajaan, dan hanya bagi-Nya
segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan (yang haq
untuk disembah) selain Allah semata, yang menepati janji-Nya, dan
memenangkan hamba-Nya serta menghancurkan golongan kafir, dengan
tanpa dibantu siapapun.”
16. Diantara doa Sa`i
إنك أنت األعز األكرم رب اغفر و ارحم، “Ya Tuhanku ampunilah aku dan beri rahmatlah aku, sesungguhnya Engkau
Maha Kuat lagi Maha Mulia.”
17. Bacaan Salam kepada Rasulullah sallahu `alaihi wassalam
ورحة هللا وب ركاته را ى هللا ل ، ص السالم عليك أي ها النب عليك ، وجزاك عن أمتك خي
“Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan
kepadamu, wahai Nabi. Semoga Allah selalu melimpahkan shalawat dan
memberikan pahala kebaikan kepadamu.”
18. Bacaan salam kepada Sahabat Abu Bakar
ي هللا عنك وب ركاته، رض فة رسول هللا ورحة هللا را. السالم عليك ي أب بكر خلي وجزاك عن أمة ممد خي
“Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan
kepadamu, wahai Abu Bakar Khalifah Rasulullah. Semogga Allah memberi
keridhaan dan pahala kebaikan kepadamu”.
19. Bacaan salam kepada Sahabat Umar bin Khattab
وب ركاته، رضي هللا عنك وجزاك عن أم ر المؤمني ورحة هللا را.السالم عليك ي عمر أمي ة ممد خي
20. Bacaan salam kepada SahabatUstman Bin `Affan
ي هللا عنك وجزاك عن أمة ممد خ السالم عليك وب ركاته، رض ر المؤمني ورحة هللا ي را.يعثمان أم ي
21. Doa masuk pemakaman
54
ني والمسلمي وإن إن شاء هللا ن المؤم قون نسأل هللا لنا السالم عليكم أهل الد ير م بكم الح ولكم العافية
“ Semoga salam sejahtera terlimpahkan untuk kamu sekalian, wahai para
penghuni makam yang mu’min dan yang muslim, dan kamipun insya Allah akan
menyusul kamu sekalian, semoga Allah mengaruniakan keselamatan untuk kami
dan kamu sekalian “
55
DO’A YANG DAPAT DIPANJATKAN KETIKA UMROH ATAU
SELAINNYA
Diperintahkan bagi kita untuk senantiasa membiasakan bedoa kepada Allah,
terlebih lagi ketika kita menjalankan ibadah haji/umroh. Berdoa sesuai dengan
kebutuhan. Sebelum berdo’a sebaiknya kita memuji kepada-Nya, dengan
membaca Asmaul Husna dibawah ini:
ن يمهيمن وس يسالم يمؤم يم يمالك يقد يعزي ز ياهلل الذي الاله اال انت يرحن يرح
يخالق يبرئ يمصو ر يغفار يق هار يوهاب يرزاق يف ت اح يعليم يجبار يمتكب
ر يحكم يعدل يلطيف ي يع يبص ط يخافض يرافع يمعز يمذل يس يقابض يبس
ر يحليم ي يخبي ر يحفيظ يمقيت يحس ب يجليل يعظيم يغفور يشكور يعلي يكبي
يد يحق يوكيل ع يحكيم يودود يميد يبعث يشه يقوي يكري يرقيب يميب يواس
ي يمبدئ يمعيد يميي يميت يحي يد يمص يح د يمتي يول د يماج يق ي وم يواج
د يصمد يواح
يب يمت عال ر يبطن يوال ر يظاه ر يأول ياخ ر يت واب يقادر يمقتدر يمقد م يمؤخ
تقم يعفو يرئ وف يمالك الملك يمن يمغن ع يغن ط يجام يذالالل واالكرام يمقس
يد يصب ور * يع يبقي يوارث يرش يمانع يضار ينفع ين ور يهادي يبد
رواه الرتمذى
56
Setelah membaca Asmaul Husna, kemudian membaca do’a pengampunan dan
do’a sesuai dengan keperluannya masing-masing, seperti do’a-do’a dibawah ini
:
أنت أللهم اغفرل ماقدمت وما أسررت وما أعلنت وماأسرفت وماأنت أعلم به من م وأنت المؤ ر المقد الاله اال أنت خ
Artinya : “ Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah lewat maupun yang akan
datang, yang tampak maupun yang tersembunyi, dan apa-apa yang berlebihan dan
yang Engkau mengetahuinya, Engkaulah yang mendahulukan dan mengakhirkan,
tiada Tuhan selain Engkau “. (HR. Muslim).
ن مغفرة من ع ن وب االانت ف غفرل را والي غفر الذ ي ظلما كثي ظلمت ن فس دك أللهم ان انك انت الغفور يم وارحن الرح
Artinya :“Ya Allah, sesungguhnya aku telah mendzalimi diriku sendiri, dan
tidak seorang pun yang dapat mengampuninya selain Engkau, maka ampunilah
dosa-dosaku dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”. (HR. Bukhari & Muslim).
بادتك ألله على ذكرك وشكرك وحسن ع م اعن Artinya : “ Ya Allah, tolonglah aku agar selalu ingat dengan-Mu serta
mensyukuri (nimat-Mu), dan beribada kepada-Mu dengan baik”.
(HR. Abudawud & Nasa’i).
أشهد أنك أنت هللا الاله اال أنت األحد الصمد الذي ل ن اسألك أب يلد ول أللهم ان ي ولد ول يكن له كفوا أحد
Artinya : “Ya Allah sesusungguhnya aku mohon kepada-Mu, bahwa aku bersaksi
sesungguhnya Engkau, Engkau adalah Allah tiada Tuhan kecuali Engkau satu,
tempat bergantung segala sesuatu zat yang tidak beranak dan tidak pula
diperanakan dan tidak ada bagi-Nya yang menyamai seseorang pun”. (HR.
Tirmidzi).
57
Do’a Nabi Adam as dan Hawa
رين ن الاس رب نا ظلمنا أن فسناوان ل ت غفرلنا وت رحنا لكونن م
Artinya : “Ya Tuhan kami, kami telah menganiya diri kami sendiri, jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk
orang-orang yang merugi”. (QS.7:23).
Do’a nabi Nuh as
رالمنزلي زال مباركا وانت خي من انزلن رب
Artinya : “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan
Engkau adalah sebaik-baiknya yang memberi tempat”. (QS.23:29)
Do’a Nabi Dawud as
حبك أللهم اجعل حب اسألك حبك وحب من يبك والعمل الذى ي ب ل غن ك احب ال أللهم ان ن الماء البارد ى واهلى وم ن ن فس م
Artinya : “Ya Allah sesungguhnya aku mohon untuk senang pada-Mu dan senang
kepada orang yang senang pada-Mu, dan senang amalnya orang yang telah
menyampaikan padaku untuk senang kepada-Mu. Ya Allah jadikanlah senang
padamu sebagaimana senang pada saya dari diriku dan keluargaku dan dari air
yang dingin” (HR. Tirmidzi).
Do’a nabi Yunus
ن الظا لمي كنت م الاله اال انت سبحانك ان
Artinya : “Tiada Tuhan kecuali Allah Maha suci Engkau, sesungguhnya aku
tergolong orang yang dzolim”. (HR. Tirmidzi).
Do’a nabi Musa as
رب اشرح امرى واحلل عقدة م ن ل رل ل سان ي فقهوا ق ول صدرى ويس Artinya :“Ya Tuhanku lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah urusanku, dan
lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” .(QS.
20: 25-28).
Do’a Asiyah (Isteri fir’aun)
تا ف ندك ب ي رب ابلى ع ن فرعون وعمله وجن ن ي النة وجن ن م ن القوم الظالم م
Artinya : “ Ya Tuhanku buatkanlah rumah disisi-Mu didalam surga dan
selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari
kaum yang dzalim”. (QS. 67:11).
58
Kumpulan do’a nabi Muhammad saw
نه نبيك ممد صلى - ن خري ما سألك م نسألك م هللا عليه وسلم, ون عوذ بك أللهم اننه نبيك ممد صلى ما من شر عاذ م عان وعليك است هللا عليه وسلم,وانت المست
هلل* ة اال ب البالغ والحول وال ق و
Artinya : “Ya Allah kami mohon kepada-Mu kebaikan sebagaimana permohonan
nabi-MU, Muhammad saw. Dan kami berlindung kepada-Mu dkejelekan
sebagaimana berlindungnya nabi-Mu, Muhammad saw, dan hanya kepada Engkau
tempat pertolongan, dan kepada-Mu temapt sampainya do’a, tiada daya upaya dan
tidak kekuatan melainkan Allah”. (HR. Tirmidzi).
Mohon surga firdaus
نا - اسألك النة الفردوس وما ق رب الي عمل من ق ول او أللهم ان اسألك رضاك و ن قول او عمل, أللهم ان ها م نة واعوذ ال واعوذبك من النار وماق رب الي
اسألك تام الن عمة * ن سخطك والنار, أللهم ان بك م
Artinya : “ Ya Allah, aku mohon padamu surga firdaus, dan ucapan, perbuatan
yang dapat mendekatkan ke surga, dan aku berlindung pada-Mu dari siksa neraka
dari perkataan atau perbuatan yang bisa mendekatkan ke neraka. Ya Allah aku
mohon pada-Mu ridlo dan surga-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari murka-
Mu dan siksa neraka. Ya Allah, aku mohon pada-Mu nikmat yang sempurna”
.(HR. Tirmidzi).
Mohon inspirasi yang benar
ى ن شر ن فس رشدى واعذن م أللهم اهلمن
Artinya: “ Ya Allah, berilah ilham yang benar kepadaku, dan lindungilah padaku
dari kejelekan diriku”. (HR. Tirmidzi).
Mohon pengampunan
مده است غفر هللا وات وب اليه, رب أللهم اغفرل وار - سبحان هللا وب وارزقن وعافن ن ح, يم اغفرل وتب علي انك انت الت واب الرح
59
ليه, اللهم ان ظلمت ن فس ظلما است غفر هللا الذى الاله اال هو الي القيم وات وب ا انك انت الغف ن عندك وارحن مغفرة م ن وب االانت فاغفرل را وال ي غفر الذ يم كثي ور الرح
* Artinya : “Ya Allah, ampunilah, sayangilah, berilah kesehatan dan rizki kepada
saya. Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, aku minta ampun dan bertaubat
kepada-Nya. ampunilah dan terimalah taubatku sesungguhnya Engkau Maha
penerima taubat lagi Maha Penyayang, aku mohon ampun kepada Allah, tiada
Tuhan kecuali Dia yang Maha hidup lagi Maha tegak, dan aku bertaubat kepada-
Nya. Ya Allah bahwasanya aku telah menganiaya diriku sendiri dengan
penganiayaan yang banyak, tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa melainkan
Engkau, maka ampunilah (dosa-dosaku) dengan dari Engkau dan sayangilah aku
bahwasanya Engkau Maha pengampun lagi Maha Penyayang” (HR. Ibnu majah).
لنا النة وجن نا من النار وا - ه صلح لنا شأن نا كل أللهم اغفرلنا وارحنا وارض عنا وت قبل منا وادخ
Artinya :”Ya Allah ampunilah kami, sayangilah kami, ridloilah kami, kabulkanlah
(permohonan) kami, masukanlah kami pada surga, selamatkanlah kami daroi
neraka, dan perbaikilah kesemuanya kelakuan kami”. (HR. Ibnu Majah).
Mohon dijauhkan dari kemusyrikan
اللهم ان ن عوذبك ان نشرك بك شيأ ن علم ونست غفرك لماالن علم
Artinya : “Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu, jika kami
mempersekutukan sesuatu yang kami ketahui dengan-Mu, dan kami mohon ampun
pada-Mu terhadap sesuatu (dosa-dosa) yang kami tidak ketahui”
Mohon rizqi nomplok
ن ب ر اللهم اسألك بسط علي م ى عيشا قارا ورزقا ان ت كاتك ورحتك ورزقك وان تعل عيش وعمال برا دارا
Artinya : “ Ya Allah aku mohon padamu, bentangkan rahmat dan rizki yang
barokah kepadaku, dan jadikanlah penghidupanku yang tentram, dan rizki yang
nomplok dan amalan yang baik”.
60
Mohon Kemaslahatan
نا الذي هو عصمة ي ن ها أمرن واصلح لنا دن يان اللهم أصلح لنا د في معاشنا واصلح الت
ها معادن واجعل الياة زيدة لنا ف الي رت نا الت ن لنااخ كل خري واجعل الموت راحة لنا م
كل شر
Artinya : “Ya Allah perbaikilah urusan agama kami yang merupakan penjaga
urusan kami, perbaikilah urusan dunia kami yang menjadi tumpuan penghidupan
kami, perbaikilah urusan akhirat kami yang merupakan tempat kemabli kami. Dan
jadikanlah hidup ini tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah
kematian sebagai istirahat bagi kami dari setiap kejahatan” .(HR. Muslim).
Mohon Petunjuk dan Kekuatan
يما ولسان صادقا, األمر والعزية على الرشد ونسألك ق لبا سل اللهم ان نسألك الث بات ف ن شر ن خري مات علم ون عوذ بك م مات علم ونست غفرك لما ت علم انك أنت عالم ونسألك م
الغي وب Artinya : “ Ya Allah aku mohon pada-Mu keteguhan dalam segala urusan,
bersungguh-sungguh diatas petunjuk, kami moho kepadamu hati yang bersih dan
perkataan yang jujur, kami mohon kepada-Mu dari kebajikan yang Engkau
ketahui dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang Engkau ketahui dan
kami mohon ampun kepada-Mu
terhadap apa yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perihal yang gaib” (HR. Muslim).
Do’a sapu jagat
ن يا رب نا اتناف - رة حسنة وقنا عذاب النار حسنة وف الد االخArtinya : “Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, dan
jagalah kami dari siksa neraka”. (QS.2:201).
Tanya Jawab Seputar Umroh
61
Mampu Umrah Tapi Belum Mampu Haji
Soal: Ustadz, saya belum mampu berhaji. Andai saya berumrah, umrah saya itu
hukumnya wajib ataukah sunnah?
Jawab:
Sebagian ulama berpendapat bahwa umrah hukumnya wajib sekali dalam
seumur hidup, dilakukan segera, apabila memenuhi syarat-syarat wajibnya,
yaitu Islam, baligh (dewasa), berakal, merdeka (bukan budak), mampu baik fisik
maupun harta.
Aisyah رضي هللا عنها pernah bertanya kepada Rasulullah صلى هللا عليه وسلم, “Wahai
Rasulullah, apakah wanita wajib berjihad?” Maka Rasulullah صلى هللا عليه وسلم
bersabda:
هاد ال ق تال ف يه الـحح و الـعمرة ن ج نعم، عليه
“Iya, wajib bagi mereka berjihad yang tidak ada peperangan di dalamnya; haji
dan umrah.” (HR Ibnu Majah: 2901, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-
Albani رحمه هللا).
TEMPAT NIAT DALAM HATI DAN SUNNAH MENGUCAPKAN KETIKA
DALAM HAJI
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah niat ihram harus
diucapkan dengan lidah ? Dan bagaimana cara niat haji karena mewakili
orang lain ?
Jawaban
Tempat niat di dalam hati, bukan di lisan. Caranya adalah agar sesorang niat
dalam hatinya bahwa dia akan haji atas nama fulan bin fulan. Demikian itulah
niat. Namun untuk itu dia disunnahkan melafazkan seperti dengan
mengatakan : "Labbaik Allahumma Hajjan an Fullan " (Ya Allah, aku penuhi
panggilan-Mu untuk haji atas nama fulan), atau "Labbaik Allahumma
62
'Umratan 'an Fulan " (Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu untuk umrah atas
nama Fulan) hingga apa yang ada dalam hati dikuatkan dengan kata-kata.
Sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melafazkan haji dan juga
melafazkan umrah. Maka demikian ini sebagai dalil disyari'atkannya
melafalkan niat karena mengikuti Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Sebagaimana para sahabat juga melafazkan demikian itu seperti diajarkan
oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mereka mengeraskan suara
mereka. Ini adalah sunnah. Tapi jika seseorang tidak melafazkan dan cukup
niat dalam hati dan melaksanakan semua rukun haji seperti apa yang
dilakukan untuk dirinya sendiri dengan talbiyah secara mutlak dan
mengulang-ngulang talbiyah secara mutlak tanpa menyebutkan fulan dan
fulan sebagaimana dia talbiyah untuk dirinya sendiri, maka seakan dia haji
untuk dirinya sendiri. Tapi jika menentukan nama orang dalam talbiyahnya,
maka demikian itu talbiyah yang utama, kemudian dia melanjutkan talbiyah
sebagaimana dilakukan orang-orang yang haji dan umrah, yaitu:
"Artinya : Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku penuhi panggilan-Mu ya
Allah dan tiada sekutu apapun bagi-Mu. Sesungguhnya puji, nikmat dan
kekuasaan hanya bagi-Mu tanpa sekutu apapun bagi-Mu. Ya Allah aku penuhi
panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, Rabb kebenaran"
Maksudnya, dia membaca talbiyah sebagaimana dia membaca talbiyah untuk
dirinya sendiri dengan tanpa menyebutkan seseorang yang diwakili kecuali
dalam awal ibadah dengan mengatakan : "Labbaik Allahumma Hajjan an
Fulan " (Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu untuk haji atas nama Fulan),
atau : "Labbaik Allahumma 'Umratan 'an Fulan " ( Ya Allah, aku penuhi
panggilan-Mu untuk umrah si Fulan), atau : "Labbaikallahumma hajjan wa
'umratan 'an Fulan " (Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu untuk haji dan
umrah atas nama Fulan). Niat-niat seperti ini yang utama dilakukan pada awal
niatnya ketika ihram.
63
IHRAM DARI JEDDAH
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Sebagaimana ulama
memfatwakan bagi orang yang datang haji lewat udara untuk berihram dari
Jeddah, dan sebagian ulama yang lain menolak pendapat tersebut. Bagaimana
hukum yang benar dalam masalah ini ?
Jawaban
Wajib atas semua jama'ah haji yang lewat udara, laut maupun darat untuk
berihram dari tempat-tempat miqat yang mereka lewati jika lewat darat atau
yang searah dengan tempat miqat bagi yang lewat udara atau laut. Sebab Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika menjelaskan beberapa miqat.
"Artinya : Tempat-tempat (miqat) tersebut bagi mereka yang bertempat
tinggal di sana dan bagi orang yang melewatinya dari mereka yang bukan
penduduknya bagi orang yang ingin haji dan umrah" [Muttafaqun A'laih]
Sedangkan Jeddah bukan miqat bagi orang yang datang lewat sana, tapi miqat
bagi penduduk Jeddah dan orang-orang yang datang ke Jeddah yang tidak
bertujuan haji atau umrah, kemudian mereka mempunyai keinginan haji atau
umrah darinya.
IHRAM DARI JEDDAH KARENA TIDAK TAHU
Oleh Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta
Pertanyaan
Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta ditanya : Seseorang berihram haji dari Jeddah.
Ketika sampai di Madinah setelah haji dikatakan kepadanya bahwa dia salah.
Apakah dia harus membayar dam ataukah tidak ?
64
Jawaban
Bagi orang-orang yang ingin haji dan umrah harus ihram dari miqat yang
dilewati atau yang searah jalannya. Maka jika mereka melewati miqat dan
ihram dari tempat yang lebih dari miqat ke Mekkah, menurut mayoritas
ulama, ia wajib membayar dam. Tidak syak bahwa Jeddah tidak termasuk
miqat. Maka siapa yang mengakhirkan ihramnya sampai ke Jeddah, maka dia
telah melewati miqat menurut syar'i. Karena itu dia terkena dam, yaitu satu
kambing atau sepersepuluh unta atau sepersepuluh sapi yang disembelih di
tanah haram dan dibagikan kepada orang miskin tanah haram. Sebab terdapat
riwayat dari Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhu, ia berkata.
"Artinya : Barangsiapa meninggalkan rukun haji atau lupa darinya, maka dia
harus menyembelih kurban" [Hadits Riwayat Malik]
MEMAKAI CELANA KETIKA IHRAM KARENA TIDAK TAHU
Oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
Pertanyaan
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Tahun lalu saya pergi
umrah dan saya tidak mengetahui sebagian syarat-syaratnya. Ketika saya
ihram dari miqat saya memakai celana pendek dan saya tidak mengetahui
hukum masalah ini. Lalu setelah saya kembali, sebagian orang
memberitahukan kepada saya bahwa yang saya lakukan tersebut tidak boleh.
Dan tahun ini saya umrah lagi ketika saya mengetahui bahwa memakai
pakaian berjahit tidak boleh ketika ihram. Apakah saya wajib membayar
kifarat sebab masalah tersebut ?
Jawaban
Tidak wajib membayar fidyah karena anda tidak mengetahui hukum tersebut.
Sebab seseorang dimaafkan ketika melakukan larangan tersebut karena
ketidaktahuan tentang hukum. Sesungguhnya fidyah hanya wajib atas orang
yang melakukan hal tersebut jika dia mengetahui dan sengaja melakukannya.
Maka anda tidak wajib mengulangi umrah karena tidak melakukan apa yang
merusakkan umrah. Jadi umrah anda yang kedua adalah umrah sunnah.
65
IHRAM DENGAN MEMAKAI CELANA KARENA SENGAJA
Oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
Pertanyaan
Syaikh Abdullah bin Abdurrhman Al-JIbrin ditanya : Ketika di miqat saya
niat ihram umrah tamattu' kepada haji, tapi saya tidak melepas celana dalam
saja. Dan demikian itu disebabkan malu yang menyertai saya pada waktu itu.
Sehingga saya melaksanakan umrah dengan memakai celana. Dan ketika saya
ihram haji, saya mengerti bahwa saya salah ketika memakai celana dalam
ihram. Maka saya melepas celana ketika ihram untuk melaksanakan haji.
Pertanyaannya, apakah saya wajib membayar kifarat karena tidak melepas
celana ketika umrah saja, sebab saya melepasnya ketika melakukan haji ?
Padahal saat itu saya mengetahui bahwa memakai pakaian berjahit
membatalkan ihram, tapi saya melakukan itu karena sangat malu seperti saya
sebutkan. Perlu diketahui bahwa umrah dan haji saya tersebut adalah yang
pertama kali dan telah saya lakukan beberapa tahun lalu. Mohon penjelasan
Jawaban
Anda wajib membayar fidyah apabila sengaja tetap dalam pakaian tersebut.
Sebab anda telah mengetahui bahwa demikian itu termasuk larangan dalam
ihram, bukan yang membatalkannya. Adapun fidyahnya adalah puasa tiga
hari, atau memberi makan enam orang miskin, atau memotong kambing. Mana
saja yang anda lakukan diantara ketiga hal tersebut, maka telah cukup. Tapi
menyembelih atau memberikan makan enam orang miskin tersebut harus di
Mekkah dan untuk orang-orang miskin tanah haram. Sedangkan berpuasa
dapat dilakukan di mana saja. Dan anda tidak berdosa karena terlambat
melaksanakan kifarat, hanya saja anda lengah karena bertanya dalam tempo
yang lama.
66
BATASAN PAKAIAN BERJAHIT DALAM IHRAM
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah batasan pakaian
berjahit dan apa hukum memakai celana yang digunakan sekarang ini ketika
ihram ?
Jawaban
Tidak boleh bagi orang yang sedang ihram haji atau umrah memakai celana
dan lainnya dari pakaian yang berjahit dalam bentuk badan seutuhnya, seperti
qamis, atau bagian atas badan saja, seperti kaos dan lain-lain, atau badan
bagian bawah seperti celana. Sebab ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
ditanya tentang pakaian orang yang sedang berihram maka beliau bersabda.
"Artinya : Ia tidak boleh memakai qamis, surban, celana, tudung kepala dan
khuf, kecuali orang yang tidak mendapatkan sandal, maka dia boleh memakai
khuf (sepatu but). Dan hendaklah dia memotong khuf sampai bawah mata
kaki" [Muttafaqun 'alaih dari hadits Ibnu Umar Radhiallahu 'anhu]
Dengan demikian penanya harus mengetahui pakaian berjahit yang dilarang
bagi orang yang sedang ihram.
Dari hadits tersebut nampak jelas bahwa yang dimaksud pakaian berjahit
adalah setiap pakaian yang dijahit dengan ukuran seluruh badan seperti qamis,
atau setengah badan pada bagian atas seperti kaos, atau setengah badan bagian
bawah seperti celana. Dari hal tersebut dapat disamakan pakaian yang dijahit
atau disulam seukuran tangan seperti kaos tangan, atau seukuran kaki seperti
khuf (sepatu but). Tapi orang ihram diperbolehkan memakai khuf jika tidak
mendapatkan sandal. Sebab terdapat hadits shahih dari Ibnu Abbas
Radhiallahu 'anhu, bahwa ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
menyampaikan khutbah kepada manusia di Arafah beliau bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang tidak mendapatkan kain maka hendaklah dia
memakai celana, dan siapa yang tidak mendapatkan sandal maka hendaklah
dai memakai khuf" [Muttafaqun 'alaih]
67
Dalam hadits ini Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyebutkan
perintah memotong khuf, maka menunjukkan tidak wajib memotong khuf.
Jadi perintah memotong khuf yang terdapat dalam hadits pertama yang juga
diriwayatkan Ibnu Abbas Radhiallahu anhu dihapuskan (mansukh) dengan
hadits tersebut.
Demikian itu berkaitan dengan laki-laki. Sedangkan bagi wanita yang ihram,
baik ihram haji maupun ihram umrah maka dia boleh memakai celana dan
sepatu secara mutlak, tapi dialarang memakai cadar dan kaos tangan. Sebab
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari kedua hal tersebut dalam
hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar Radhiallahu 'anhu. Namun wanita boleh
menutup mukanya dengan selain cadar dan menutup kedua tanganya dengan
selain kaos tangan ketika dia di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya,
seperti dengan kerudung dan lain-lain. Dan Allah adalah Dzat yang
memberikan pertolongan kepada kebenaran.
MENCUKUR RAMBUT SETELAH IHRAM KARENA TIDAK TAHU
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Seseorang telah melakukan
ihram umrah. Setelah itu dia ingat bahwa mencukur rambut ketiak wajib
ketika ihram lalu dia mencukurnya setelah ihram, kemudian pergi umrah.
Mohon penjelasan hukum tentang hal tersebut ?
Jawaban
Mencukur rambut ketiak tidak wajib dalam ihram, demikian pula
mencabutnya. Namun menurut sunnah adalah mencabut atau membersihkan
rambut ketiak dengan sesuatu yang dapat menghilangkan dari bahan yang suci
ketika sebelum ihram. Sebagaimana disunnahkannya memotong kumis,
memotong kuku, dan mencukur rambut kemaluan ketika masing-masing telah
siap untuk itu ketika sebelum ihram, seperti ketika di rumahnya. Dan demikian
itu sudah cukup. Sebab hal-hal tersebut tidak wajib dilakukan ketika ihram,
dan bagi orang yang kamu sebutkan itu tidak wajib membayar fidyah karena
68
mencukur rambut ketiaknya disebabkan dia tidak tahu tentang hukum syar'i.
Seperti itu juga jika seseorang melakukan sesuatu yang telah kami sebutkan
setelah dia ihram karena lupa. Sebab Allah berfirman tentang do'a orang-
orang mukmin.
"Artinya : Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau
kami bersalah" [Al-Baqarah : 286]
Dan dalam hadits hahih disebutkan bahwa Allah mengabulkan do'a tersebut
seraya berfirman : "Sunnguh telah Aku lakukan".
MEMOTONG RAMBUT SEBELUM NIAT IHRAM
Oleh
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
Pertanyaan
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Istri saya berihram
untuk umrah. Dan sebelum keluar dari kamar mandi dan memakai bajunya
dia menggunting rambutnya sedikit. Apa yang wajib dia lakukan ?
Jawaban
Tiada dosa atas dia dalam hal tersebut dan juga tidak wajib membayar fidyah.
Sebab yang dilarang memotong rambut adalah setelah niat ihram sedangkan
dia belum niat dan belum memakai bajunya. Bahkan seandainya dia
melakukan seperti itu ketika dia telah ihram tapi karena tidak tahu atau lupa
maka dia tidak wajib membayar fidyah. Wallahu a'lam.
JENIS PAKAIAN WANITA KETIKA IHRAM
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah wanita boleh ihram
dengan pakaian apa saja yang dia kehendaki ?
69
Jawaban
Ya, wanita berihram dengan pakaian yang dia mau. Sebab bagi wanita tidak
ada pakaian khusus ketika ihram sebagai mana anggapan orang-orang awam.
Tapi yang utama adalah dia ihram dengan pakaian yang tidak menarik
pandangan laki-laki sebab dia bercampur dengan banyak manusia. Maka
seyogianya bila wanita ketika ihram memakai pakaian yang wajar dan tidak
mengundang fitnah. Adapun bagi laki-laki maka yang utama adalah ihram
dengan baju ihram putih, yakni selendang dan kain. Tapi jika tidak ada
berwarna putih maka tidak apa-apa. Sebab terdapat riwayat dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau ihram dengan baju hijau.
Kesimpulannya, tidak mengapa jika laki-laki ihram dengan pakaian yang tidak
berwarna putih.
IHRAM MEMAKAI KAOS KAKI DAN KAOS TANGAN
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa hukum ihram dengan
memakai kaos kaki dan kaos tangan ? Dan apa dalilnya tentang hal tersebut ?
Jawaban
Bagi laki-laki ketika ihram tidak boleh memakai kaos kaki dan khuf (sepatu
slop) kecuali jika tidak mendapatkan sandal berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam.
" Dan barangsiapa yang tidak mendapatkan sandal, maka dia boleh memakai
khuf, dan siapa yang tidak mendapatkan kain, maka dia memakai celana
panjang" [Muttafaqun 'Alaih]
Adapun bagi wanita, maka diperbolehkan memakai kaos kaki dan sepatu khuf,
karena kaki wanita adalah aurat. Dan jika seorang wanita menjulurkan
bajunya hingga menutup kedua kakinya maka cukup baginya dari kaos kaki
dan khuf dalam shalat dan yang lainnya. Adapaun kaos tangan maka bagi laki-
laki mupun perempuan tidak diperbolehkan memakainya ketika sedang ihram.
70
Sebab Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang wanita yang sedang
ihram.
"Artinya : Janganlah wanita bercadar, dan janganlah dia memakai kaos
tangan" [Hadits Riwayat Bukhari dalam shahihnya]
Jika memakai kaos tangan, maka haram bagi perempuan, lebih-lebih lagi bagi
laki-laki. Karena itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang laki-
laki yang meninggal ketika dia sedang ihram.
"Artinya : Mandikanlah dia dengan air dan bidara, kafankan dia dengan dua
baju (ihram)nya, jangan kamu berikan dia parfum, dan jangan kamu tutup
kepala dan mukanya, sebab dia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam
keadaan berihram" [Muttafaqun 'alaih dan redaksinya bagi Muslim]
Adapun sebagai ganti cadar bagi wanita ketika sedang ihram adalah dia dapat
menutup wajahnya dengan kerudung dan yang sepertinya ketika dia
berhadapan laki-laki. Demikian ini berdasarkan riwayat dari Aisyah
Radhiallahu 'anha, ia berkata.
"Artinya : Adalah rombongan laki-laki melewati kami dan kami bersama
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika mereka berpapasan dengan
kami. setiap orang diantara kami mejulurkan jilbabnya dari kepala ke
mukanya, dan jika mereka telah melewati kami, maka kami membukanya"
[Hadits Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah]
CARA MEMAKAI BAJU IHRAM
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah yang utama bagi
orang yang sedang ihram menutup kedua pundaknya ataukah membuka salah
satunya ?
71
Jawaban
Adapun yang sunnah bagi orang yang ihram adalah menjadikan selendang
pada kedua pundak dan kedua ujungnya di dada. Ini adalah yang sunnah dan
yang dilakukan Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam. Maka jika seseorang berihram
ingin thawaf qudum, ia menjadikan tengah selendangnya di bawa ketiak kanan
dan kedua ujung selendang pada pundaknya yang kiri dan membuka
pundaknya yang kanan. Tapi ini khusus dalam thawaf Qudum. Maksudnya
ketika pertama datang ke Mekkah untuk haji atau umrah. Lalu ketika telah
rampung thawaf Qudum memindahkan selendangnya dan dijadikannya pada
kedua pundaknya lalu shalat dua raka'at thawaf. Maka orang yang selalu
membuka salah satu pundaknya adalah menyalahi Sunnah Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam. Demikian pula orang yang membuka dua pundaknya.
Sesungguhnya yang sesuai Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
menutupi kedua pundak dengan selendang ketika sedang ihram kecuali dalam
thawaf qudum seperti telah disebutkan. Dan jika seseorang meletakkan
selendangnya tidak menutup kedua pundaknya pada waktu dia duduk atau
ketika makan atau ketika berbincang-bincang bersama kawan-kawannya maka
tidak mengapa. Tapi yang sesuai sunnah jika dia memakai selendang maka
dengan menutup kedua pundak dan ujung-ujung selendang berada pada
dadanya.
MEMAKAI SABUK KETIKA SEDANG IHRAM
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa hukum memakai ikat
pinggang bagi orang yang sedang berihram karena untuk menjaga uangnya ?
Apakah demikian itu diperbolehkan baginya, ataukah dinilai pakaian yang
berjahit yang tidak boleh dipakai ?
Jawaban
Memakai ikat pinggang dan yang sepertinya tidak dilarang bagi orang yang
sedang ihram. Demikian pula sapu tangan untuk mengikat kainnya atau untuk
72
menjaga uang dan lain-lain.
GANTI PAKAIAN IHRAM
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah boleh berganti baju
ihram karena di cuci ?
Jawaban
Tidak mengapa bila pakaian ihram di cuci, dan tidak mengapa juga bila
berganti pakaian ihram dengan baju ihram yang baru atau baju yang telah di
cuci.
MENGOLESKAN PARFUM KE PAKAIAN IHRAM
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa hukum mengoleskan
parfum kepada baju ihram sebelum niat dan talbiyah ?
Jawaban
Tidak seyogianya mengoleskan parfum pada selendang dan kain ihram, tetapi
yang sunnah adalah mengoleskan parfum ke anggota badan, seperti kepala,
jenggot, ketiak, dan lain-lain. Adapun pakaian maka tidak boleh diberikan
parfum ketika berihram. Sebab Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Janganlah (orang yang ihram) memakai baju yang tersentuh za'faran dan
kasturi".
Jadi menurut sunnah adalah mengoleskan parfum ke badan saja, sedangkan
pakaian ihram tidak boleh diberikan parfum, dan jika diberikan parfum maka
tidak boleh dipakai hingga di cuci atau dibersihkan.
Apakah Tempat Sa’i bagian dari Masjidil Haram ?
Soal: Apakah tempat sa’i merupakan bagian dari Masjidil Haram, dan boleh
didekati oleh wanita haid? Dan apakah orang yang memasuki Masjidil Haram
dari tempat sa’i harus mengerjakan shalat tahiyyatul masjid?
Jawab:
73
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab:
Menurut saya, tempat sa’i tidak termasuk bagian dari Masjidil Haram,
karena itu dibuat dinding pemisah di antara keduanya meski dinding pendek.
Tak disangsikan lagi bahwa hal ini lebih baik bagi orang-orang, karena
andaikata dimasukkan menjadi bagian dari Masjid niscaya kalau wanita
mendaparkan haid diantara thawaf dan sa’i maka tidak boleh baginya
melakukan sa’i. Mereka yang memberikan fatwa bahwa wanita yang
mendaparkan haid setelah thawaf dan sebelum sa’i boleh meneruskan sa’i
karena tempat sa’i tidak termasuk bagian dari Masjid. Adapun shalat tahiyyatul
masjid bisa dikatakan bahwa seseorang jika melakukan sa’i setelah thawaf
kemudian kembali ke Masjid maka dia mengerjakan shalat tahiyyatul masjid;
kalaupun tidak mengerjakannya tidak apa-apa. Yang afdhal dia
memanfaatkan kesempatan ini dan melakukan shalat dua rakaat mengingat
keutamaan shalat di tempat ini.[]
Disalin dari 52 Persoalan Sekitar Haid, Oleh Syaikh ibn Utsaimin, Terjemah
Muhammad Yusuf Harun, Terbitan Yayasan al-Sofwa Jakarta, hal. 41-42
pertanyaan ke-48.
Haid Tapi Mengerjakan Amalan Haji ?!
Soal:
Seorang wanita bertanya: Setelah saya berihram haji datanglah haid, tetapi
saya merasa malu untuk memberitahu orang lain. Ketika masuk Masjidil Haram
saya shalat, thawaf dan sa’i. Apa yang harus saya lakukan, dan perlu diketahul
bahwa haid tersebut datang setelah nifas?
Jawab:
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab:
Wanita yang haid ataupun nifas tidak diperbolehkan shalat, baik di Makkah
atau di negerinya atau di mana saja. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi
wasallam berkenaan dengan wanita:
اليس إ ذا حاضت لم تصل ولم تصم
74
“Bukankah wanita jika haid tidak shalat dan tidak pula puasa?”.
Kaum muslimin juga telah ber-ijma’ (sepakat) bahwa wanita haid tidak
diperbolehkan berpuasa ataupun shalat. Untuk itu, wanita yang telah berbuat
demikian hams bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan atas
kesalahannya. Adapun thawaf yang dikerjakan dalam keadaan haid tidak sah,
sedangkan sa’inya sah, karena pendapat yang kuat membolehkan
didahulukannya sa’i sebelum thawaf dalam haji. Maka wajib baginya
mengulangi thawaf, karena thawaf ifadhah merupakah salah satu rukun haji
dan tidak sempurna tahallul kedua kecuali dengannya. Atas dasar ini, wanita
tadi jika telah bersuami tidak boleh digauli suaminya sebelum thawaf dan jika
belum bersuami tidak boleh dinikahkan sebelum thawaf. Wallahu a’lam.[]
Sumber:
1. 52 Persoalan Sekitar Haid, Oleh Syaikh ibn Utsaimin, Terjemah Muhammad Yusuf Harun, Terbitan
Yayasan al-Sofwa Jakarta, hal. 42-43 pertanyaan ke-49.
2. Majalah al-Furqon no. 147, Ed. 10 Thn. Ke-13, Rubrik Soal-Jawab, hal. 4, diasuh oleh: al-Ustadz
Abdullah Roy, Lc. MA حفظه هللا
3. Buku Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah oleh Ulama-Ulama Besar Saudi Arabia,
Penyusun Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnad, terbitan Pustakan Imam Asy-
Syafi'i hal 80 - 83. Penerjemah H.Asmuni Solihan Zamakhsyari Lc]74
SEBELAS ALASAN TIDAK MELAKUKAN UMRAH BERULANG KALI DI SAAT
BERADA DI MEKKAH
75
Oleh Ustadz Muhammad Ashim bin Musthafa
Ada satu fenomena yang umum disaksikan pada kalangan jamaah haji
Indonesia dan juga negara lainnya. Saat berada di kota suci Mekkah, banyak
yang berbondong-bondong menuju tanah yang halal, yaitu al hillu, Masjid
‘Aisyah di Tan’im atau Ji’ranah. Tujuannya untuk melaksanakan umrah lagi.
Umrah yang mereka kerjakan bisa lebih dari sekali dalam satu hari. Dalih
mereka, mumpung sedang berada di Mekkah, sepantasnya memperbanyak
ibadah umrah, yang belum tentu bisa dikerjakan lagi sesudah sampai di tanah
air. Atau dengan kata lain, untuk memperbanyak pahala. Saking
berlebihannya, Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin penuh keheranan
pernah menyaksikan seorang laki-laki yang sedang mengerjakan sa'i dengan
rambut tersisa separo saja (sisi yang lain gundul). Syaikh 'Utsaimin pun
bertanya kepadanya, dan laki-laki tersebut menjawab : “Bagian yang tak
berambut ini telah dipotong untuk umrah kemarin. Sedangkan rambut yang
tersisa untuk umrah hari ini”. [1]
SELAIN IKHLAS, IBADAH MEMBUTUHKAN MUTABA’AH
Suatu ibadah agar diterima oleh Allah, harus terpenuhi oleh dua syarat. Yaitu
ikhlas dan juga harus dibarengi dengan mutaba’ah. Sehingga tidak cukup
hanya mengandalkan ikhlas semata, tetapi juga harus mengikuti petunjuk
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Disamping itu juga dengan
mengetahui praktek dan pemahaman generasi Salaf dalam menjalakan ibadah
haji yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Sebab, generasi Salaf merupakan generasi terbaik, yang paling semangat
dalam meraih kebaikan.
Umrah termasuk dalam kategori ini. Sebagai ibadah yang disyariatkan, maka
harus bersesuaian dengan rambu-rambu syari'at dan nash-nashnya, petunjuk
Nabi dan para sahabat, serta para pengikut mereka yang ihsan sampai hari
Kiamat. Dan ittiba’ ini merupakan salah satu tonggak diterimanya amalan di
sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
76
Sebagai ibadah yang sudah jelas tuntunannya, pelaksanan umrah tidak lagi
memerlukan ijtihad padanya. Tidak boleh mendekatkan diri kepada Allah
melalui ibadah umrah dengan ketentuan yang tidak pernah digariskan. Kalau
tidak mengikuti petunjuk syariat, berarti ibadah yang dilakukan menunjukkan
sikap i’tida` (melampaui batas) terhadap hak Allah, dalam aspek penetapan
hukum syariat, serta merupakan penentangan terhadap ketentuan Allah dalam
hukumNya. Allah berfirman : "Apakah mereka mempunyai sembahan-
sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah)
tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang
zhalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih" [Asy Syura /42: 21][2]
JUMLAH UMRAH RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA
SALLAM
Sepanjang hidupnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan
umrah sebanyak 4 kali.
عليه وسلم أربع عمر عمرة الحديب ية ن قاب ل عن ابن عباس قال اعتمر رسول الل صلى الل وعمرة القضاء م
ت ه اب عة الت ي مع حج عرانة والر ن الج والثال ثة م
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : "Rasulullah mengerjakan umrah sebanyak
empat kali. (Yaitu) umrah Hudaibiyah, umrah Qadha`, umrah ketiga dari
Ji'ranah, dan keempat (umrah) yang bersamaan dengan pelaksanaan haji
beliau".[3]
Menurut Ibnul Qayyim, dalam masalah ini tidak ada perbedaan pendapat [4].
Setiap umrah tersebut, beliau kerjakan dalam sebuah perjalanan tersendiri.
Tiga umrah secara tersendiri, tanpa disertai haji. Dan sekali bersamaan
dengan haji.
Pertama, umrah Hudhaibiyah tahun 6 H. Beliau dan para sahabat yang
berbaiat di bawah syajarah (pohon), mengambil miqat dari Dzul Hulaifah
Madinah. Pada perjalanan umrah ini, kaum Musyrikin menghalangi kaum
Muslimin untuk memasuki kota Mekkah. Akhirnya, terjadilah pernjanjian
77
Hudhaibiyah. Salah satu pointnya, kaum Muslimin harus kembali ke Madinah,
tanpa bisa melaksanakan umrah yang sudah direncanakan.
Kemudian, kaum Muslimin mengerjakan umrah lagi pada tahun berikutnya.
Dikenal dengan umrah Qadhiyyah atau Qadha`[5] tahun 7 H. Selama tiga hari
beliau n berada di Mekkah. Dan ketiga, umrah Ji’ranah pada tahun 8 H. Yang
terakhir, saat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan haji Wada’.
Semua umrah yang beliau kerjakan terjadi pada bulan Dzul Qa`dah.[6]
SEBELAS ALASAN TIDAK MELAKUKAN UMRAH BERULANG KALI10
Para ulama memandang, melakukan umrah berulang kali sebagai perbuatan
yang makruh. Masalah ini telah dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah dalam Fatawanya. Keterangan beliau tersebut dikutip oleh Syaikh
Muhammad bin Shalih al Utsaimin dalam Syarhul Mumti’. [7]
Berikut ini beberapa aspek yang menjelaskan bahwa umrah berulang-ulang
seperti yang dikerjakan oleh sebagian jamaah haji –sebagaimana fenomena di
atas- tidak disyariatkan.
Pertama : Pelaksanaan empat umrah yang dikerjakan Rasulullah, masing-
masing dikerjakan dengan perjalanan (safar) tersendiri. Bukan satu perjalanan
untuk sekian banyak umrah, seperti yang dilakukan oleh jamaah haji sekarang
ini. Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin menyimpulkan, setiap umrah
mempunyai waktu safar tersendiri. Artinya, satu perjalanan hanya untuk satu
umrah saja [8]. Sedangkan perjalanan menuju Tan’im belum bisa dianggap
safar. Sebab masih berada dalam lingkup kota Mekkah.
Kedua : Para sahabat yang menyertai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam haji Wada’, tidak ada riwayat yang menerangkan salah seorang dari
10 Dalam hal ini, apakah termauk dari sunnah nabi, melakukan umroh berulang kali selama
kita berada di Mekkah, pastinya para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Karenanya,
kita semua mencoba untuk lebih bijak di dalam mensikapi perbedaaan ini, sambil terus
berdoa dan berusaha, supaya Allah memberikan petunjuk dan kebaikan kepada kita semua.
78
mereka yang beranjak keluar menuju tanah yang halal untuk tujuan umrah,
baik sebelum atau setelah pelaksanaan haji. Juga tidak pergi ke Tan’im,
Hudhaibiyah atau Ji’ranah untuk tujuan umrah. Begitu pula, orang-orang
yang tinggal di Mekkah, tidak ada yang keluar menuju tanah halal untuk
tujuan umrah. Ini sebuah perkara yang disepakati dan dimaklumi oleh semua
ulama yang mengerti sunnah dan syariat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.[9]
Ketiga : Umrah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dimulai dari Ji’ranah
tidak bisa dijadikan dalil untuk membolehkan umrah berulang-ulang. Sebab,
pada awalnya beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki kota Mekkah
untuk menaklukannya dalam keadaan halal (bukan muhrim) pada tahun 8 H.
Selama tujuhbelas hari beliau berada di sana. Kemudian sampai kepada beliau
berita, kalau suku Hawazin bermaksud memerangi beliau. Akhirnya beliau
mendatangi dan memerangi mereka. Ghanimah dibagi di daerah Ji’ranah.
Setelah itu, beliau ingin mengerjakan umrah dari Ji’ranah. Beliau tidak keluar
dari Mekkah ke Ji’ranah secara khusus. Namun, ada perkara lain yang
membuat beliau keluar dari Mekkah. Jadi, semata-mata bukan untuk
mengerjakan umrah.[10]
Keempat : Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, juga para sahabat -kecuali
‘Aisyah- tidak pernah mengerjakan satu umrah pun dari Mekkah, meski
setelah Mekkah ditaklukkan. Begitu pula, tidak ada seorang pun yang keluar
dari tanah Haram menuju tanah yang halal untuk mengerjakan umrah dari
sana sebelum Mekkah ditaklukkan dan menjadi Darul Islam. Karena thawaf di
Ka’bah tetap masyru’ sejak Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus. Bahkan
sejak Nabi Ibrahim Alaihissalam. Mengerjakan thawaf tanpa umrah terlebih
dahulu, sudah mengantarkan kepada sebuah ketetapan yang pasti, bahwa
perkara yang disyariatkan bagi penduduk Mekkah (orang yang berada di
Mekkah) adalah thawaf. Itulah yang lebih utama bagi mereka dari pada keluar
dari tanah Haram untuk mengerjakan umrah. Sebab, tidak mungkin
Rasulullah dan para sahabat lebih mengutamakan amalan mafdhul/ (yang
79
nilainya kurang) -dalam hal ini thawaf- dibandingkan amalan yang lebih
afdhal (umrah menurut asumsi sebagian jamaah haji). Padahal Nabi n tidak
memerintahkan umat untuk melakukan umrah berulang-ulang. Ucapan ini
tidak mungkin dikatakan oleh seorang muslim.[11]
Ibnul Qayyim berkata,"Tidak ada umrah beliau dalam keadaan beliau keluar
dari Mekkah sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan orang sekarang ini.
Seluruh umrah beliau, dilangsungkan dari luar kota Mekkah menuju Mekkah
(tidak keluar dahulu baru masuk kota Mekkah). Nabi pernah tinggal di
Mekkah selama 13 tahun. Namun tidak ada riwayat yang menjelaskan beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar kota Mekkah untuk mengerjakan umrah.
Jadi umrah yang beliau kerjakan dan yang disyariatkan adalah, umrah orang
yang memasuki kota Mekkah (berasal dari luar Mekkah), bukan umrah orang
yang berada di dalamnya (Mekkah), dengan menuju daerah yang halal (di luar
batas tanah haram) untuk mengerjakan umrah dari sana. Tidak ada yang
melakukannya di masa beliau, kecuali 'Aisyah semata…[12]
Kelima : Tentang umrah yang dilakukan oleh ‘Aisyah pada haji Wada’
bukanlah berdasarkan perintah Nabi. Beliau mengizinkannya setelah 'Aisyah
memohon dengan sangat.[13]
Kisahnya, pada waktu menunaikan ibadah haji bersama Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, 'Aisyah mendapatkan haidh, maka Rasulullah
memerintahkan saudara ‘Aisyah yang bernama ‘Abdurrahman bin Abu Bakar
mengantar ‘Aisyah ke daerah Tan’im, agar ia memulai ihram untuk umrah
disana. Karena 'Aisyah menyangka, bahwa umrah yang dilakukan bersamaan
dengan haji, akan batal, sehingga ia menangis. Kemudian untuk
menenangkannya, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengijinkan
'Aisyah melakukan umrah lagi.
Umrah yang dilakukan ‘Aisyah ini sebagai pengkhususan baginya. Sebab,
80
belum didapati satu pun dalil dari seorang sahabat laki-laki ataupun
perempuan yang menerangkan bahwa ia pernah melakukan umrah usai
melaksanakan ibadah haji, dengan memulai ihram dari kawasan Tan’im,
sebagaiamana yang telah dilakukan 'Aisyah Radhiyallahu 'anha. Andaikata
para sahabat mengetahui perbuatan ‘Aisyah tersebut disyariatkan juga buat
mereka pasca menunaikan ibadah haji, niscaya banyak riwayat dari mereka
yang menjelaskan hal itu.
Ibnul Qayyim mengatakan, (Umrah ‘Aisyah) menjadi dasar tentang umrah
dari Mekkah. Tidak ada dalil bagi orang yang menilainya (umrah berulang-
ulang) selainnya. Sesungguhnya Nabi dan sahabat yang bersama beliau dalam
haji (Wada’) tidak ada yang keluar dari Mekkah, kecuali ‘Aisyah saja.
Kemudian orang-orang yang mendukung umrah dari Mekkah, menjadikan
riwayat tersebut sebagai dasar pendapat mereka. Tetapi, kandungan riwayat
tersebut tidak ada yang menunjukkan dukungan terhadap pendapat
mereka.[14]
Imam asy Syaukani rahimahullah berkata,"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
tidak pernah berumrah dengan cara keluar dari daerah Mekkah ke tanah
halal, kemudian masuk Mekkah lagi dengan niat umrah, sebagaimana
layaknya yang dilakukan kebanyakan orang sekarang. Padahal, tak satupun
yang sah yang menerangkan ada seorang sahabat melakukan yang demikian
itu”.[15]
Keenam : Kaum Muslimin bersilang pendapat tentang hukum umrah, apakah
wajib ataukah tidak. Para ulama yang memandang umrah itu wajib seperti
layaknya haji, mereka tidak mewajibkannya atas penduduk Mekkah. Imam
Ahmad pernah menukil perkataan Ibnu 'Abbas: “Wahai penduduk Mekkah,
tidak ada kewajiban umrah atas kalian. Umrah kalian adalah thawaf di
Ka’bah”.
‘Atha bin Abi Rabah [16] –ulama yang paling menguasai manasik haji dan
81
panutan penduduk Mekkah– berkata : “Tidak ada manusia ciptaan Allah
kecuali wajib atas dirinya haji dan umrah. Dua kewajiban yang harus
dilaksanakan bagi orang yang mampu, kecuali penghuni Mekkah. Mereka
wajib mengerjakan haji, tetapi tidak wajib umrah, karena mereka sudah
mengerjakan thawaf. Dan itu sudah mencukupi”.
Thawus [17] berkata: “Tidak ada kewajiban umrah bagi orang yang berada di
Mekkah”. (Riwayat Ibnu Abi Syaibah).
Berdasarkan beberapa keterangan para ulama Salaf tersebut, menunjukkan
bahwa bagi penduduk Mekkah, mereka tidak menilai sunnah, apalagi sampai
mewajibkannya. Seandainya wajib, maka sudah pasti Nabi n
memerintahkannya atas diri mereka dan mereka akan mematuhinya. Tetapi,
tidak ada riwayat yang menjelaskan tentang orang yang berumrah dari
Mekkah di masa Nabi masih hidup, kecuali ‘Aisyah saja. Kisah ini sudah
dijelaskan persoalannya di atas.
Karenanya, para ulama hadits, bila ingin menulis tentang umrah dari Mekkah,
mereka hanya menyinggung tentang kejadian ‘Aisyah saja. Tidak ada yang
lain. Seandainya ada, pasti sudah sampai kepada kita.[18]
Ketujuh : Intisari umrah adalah thawaf. Adapun sa’i antara Shafa dan
Marwah bersifat menyertai saja. Bukti yang menunjukkannya sebagai
penyerta adalah, sa'i tidak dikerjakan kecuali setelah thawaf. Dan ibadah
thawaf ini bisa dikerjakan oleh penduduk Mekkah, tanpa harus keluar dari
batas tanah suci Mekkah terlebih dahulu. Barangsiapa yang sudah mampu
mengerjakan perkara yang inti, ia tidak diperintahkan untuk menempuh
wasilah (perantara yang mengantarkan kepada tujuan). [19]
Kedelapan : Berkeliling di Ka’bah adalah ibadah yang dituntut. Adapun
menempuh perjalanan menuju tempat halal untuk berniat umrah dari sana
merupakan sarana menjalankan ibadah yang diminta. Orang yang
82
menyibukkan diri dengan sarana (menuju tempat yang halal untuk berumrah
dari sana) sehingga meninggalkan tujuan inti (thawaf), orang ini telah salah
jalan, tidak paham tentang agama. Lebih buruk dari orang yang berdiam di
dekat masjid pada hari Jum’at, sehingga memungkinkannya bersegera menuju
masjid untuk shalat, tetapi ia justru menuju tempat yang jauh untuk
mengawali perjalanan menuju masjid itu. Akibatnya, ia meninggalkan perkara
yang menjadi tuntutan, yaitu shalat di dalam masjid tersebut.
Kesembilan : Mereka mengetahui dengan yakin, bahwa thawaf di sekeliling
Baitullah jauh lebih utama daripada sa’i. Maka daripada mereka
menyibukkan diri dengan pergi keluar ke daerah Tan’im dan sibuk dengan
amalan-amalan umrah yang baru sebagai tambahan bagi umrah sebelumnya,
lebih baik mereka melakukan thawaf di sekeliling Ka’bah. Dan sudah
dimaklumi, bahwa waktu yang tersita untuk pergi ke Tan’im karena ingin
memulai ihram untuk umrah yang baru, dapat dimanfaatkan untuk
mengerjakan thawaf ratusan kali keliling Ka’bah.
Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menilainya sebagai bid’ah, (sebuah
perkara yang) belum pernah dikerjakan oleh generasi Salaf, tidak
diperintahkan oleh al Kitab dan as Sunnah. Juga tidak ada dalil syar’i yang
menunjukkan status sunnahnya. Apabila demikian adanya, berarti termasuk
bid’ah yang dibenci berdasarkan kesepakatan para ulama[20]. Oleh
karenanya, para generasi Salaf dan para imam melarangnya.
Sa’id bin Manshur meriwayatkan dalam Sunan-nya dari Thawus, salah
seorang murid Ibnu ‘Abbas mengatakan :
ي أيؤجرون علي نه يدع الطواف ب البيت . ويخرج إ لى أر ما أدر بعة ها أم يعذبون. ق يل : فل م يعذبون؟ قال : أل
. وكلما طاف ب الب ائتي طواف ن أربعة أميال قد طاف م يئ م يئ وإ لى أن يج ن أن أميال ويج يت كان أفضل م
ي ف ي غير شيئ يمش
"Aku tidak tahu, orang-orang yang mengerjakan umrah dari kawasan Tan’im,
apakah mereka diberi pahala atau justru disiksa". Ada yang bertanya :
83
“Mengapa mereka disiksa?” Beliau menjawab : “Karena meninggalkan thawaf
di Ka’bah. Untuk keluar menempuh jarak empat mil dan pulang (pun
demikian). Sampai ia pulang menempuh jarak empat mil, ia bisa berkeliling
Ka’bah sebanyak dua ratus kali. Setiap kali ia berthawaf di Ka’bah, itulah
yang utama daripada menempuh perjalanan tanpa tujuan apapun”.[21]
‘Atha` pernah berkata : “Thawaf di Ka’bah lebih aku sukai daripada keluar
(dari Mekkah) untuk umrah”. [22]
Kesepuluh : Setelah memaparkan kejadian orang yang berumrah berulang-
ulang, misalnya melakukannya dua kali dalam sehari, Syaikhul Islam semakin
memantapkan pendapatnya, bahwa umrah yang demikian tersebut makruh,
berdasarkan kesepakatan para imam. Selanjutnya beliau menambahkan,
meskipun ada sejumlah ulama dari kalangan Syafi’iyyah dan ulama Hanabilah
yang menilai umrah berulang kali sebagai amalan yang sunnah, namun pada
dasarnya mereka tidak mempunyai hujjah khusus, kecuali hanya qiyas umum.
Yakni, untuk memperbanyak ibadah atau berpegangan dengan dalil-dalil yang
umum.[23]
Di antara dalil yang umum, hadits Nabi:
العمرة إ لى العمرة كفارة ل ما بينهما
"Antara umrah menuju umrah berikutnya menjadi penghapus )dosa( di antara
keduanya" [24].
Tentang hadits ini, Syaikh al 'Utsaimin mendudukkan bahwa hadits ini, mutlak
harus dikaitkan dengan apa yang diperbuat oleh generasi Salaf ridhwanullah
‘alaihim [25]. Penjelasannya sudah disampaikan pada point-point sebelumnya.
Ringkasnya, tidak ada contoh dari kalangan generasi Salaf dalam
melaksanakan umrah yang berulang-ulang.
Kesebelas : Pada penaklukan kota Mekkah, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
berada di Mekkah selama sembilan belas hari. Tetapi, tidak ada riwayat bahwa
84
beliau keluar ke daerah halal untuk melangsungkan umrah dari sana. Apakah
Nabi tidak tahu bahwa itu masyru’ (disyariatkan)? Tentu saja tidak
mungkin![26]
LEBIH BAIK MEMPERBANYAK THAWAF
Berdasarkan alasan-alasan di atas, menjadi jelas bahwa thawaf lebih utama.
Adapun berumrah dari Mekkah dan meninggalkan thawaf tidak mustahab.
Dan yang disunnahkan adalah thawaf, bukan umrah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menambahkan : “Thawaf mengelilingi Ka’bah
lebih utama daripada umrah bagi orang yang berada di Mekkah, merupakan
perkara yang tidak diragukan lagi oleh orang-orang yang memahami Sunnah
Rasulullah dan Sunnah Khalifah pengganti beliau dan para sahabat, serta
generasi Salaf dan tokoh-tokohnya”.
Alasannya, kata beliau rahimahullah, karena thawaf di Baitullah merupakan
ibadah dan qurbah (cara untuk mendekatkan diri kepada Allah) yang paling
afdhal yang telah Allah tetapkan di dalam KitabNya, berdasarkan keterangan
NabiNya. Thawaf termasuk ibadah paling utama bagi penduduk Mekkah.
Maksudnya, yaitu orang-orang yang berada di Mekkah, baik penduduk asli
maupun pendatang. Thawaf juga termasuk ibadah istimewa yang tidak bisa
dilakukan oleh orang-orang yang berada di kota lainnnya.
Orang-orang yang berada di Mekkah sejak masa Rasulullah dan masa para
khulafa senantiasa menjalankan thawaf setiap saat. Dan lagi, Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam memerintahkan kepada pihak yang bertanggung jawab atas
Baitullah, agar tidak menghalangi siapapun yang ingin mengerjakan thawaf
pada setiap waktu. Beliau bersabda:
ن الليل وال نهار يا بن ي عبد مناف ال تمنعوا أحدا طاف ب هذا البيت وصلى ف ي أي ساعة شاء م
"Wahai Bani Abdi Manaf, janganlah kalian menghalangi seorang pun untuk
melakukan thawaf di Ka'bah dan mengerjakan shalat pada saat kapan pun,
85
baik malam maupun siang" [27]
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
dengan berfirman :
"Dan bersihkanlah rumahKu untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf,
yang ruku', dan yang sujud" [al Baqarah/2:125]
Dalam ayat yang lain:
"Dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang
yang beribadah dan orang-orang yang ruku' dan sujud" [al Hajj/22:26]
Pada dua ayat di atas, Allah menyebutkan tiga ibadah di Baitullah, yaitu :
thawaf, i’tikaf dan ruku’ bersama sujud, dengan mengedepankan yang paling
istimewa terlebih dahulu, yaitu thawaf. Karena sesungguhnya, thawaf tidak
disyariatkan kecuali di Baitil ‘Atiq (rumah tua, Ka’bah) berdasarkan
kesepakatan para ulama. Begitu juga para ulama bersepakat, thawaf tidak
boleh dilakukan di tempat selain Ka'bah. Adapun i’tikaf, bisa dilaksanakan di
masjid-masjid lain. Begitu pula ruku' dan sujud, dapat dikerjakan di mana
saja. Nabi bersabda:"Dijadikan tanah sebagai masjid dan tempat pensuci bagi
diriku" [HR. al-Bukhari - Muslim]
Maksudnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutamakan perkara yang paling
khusus dengan tempat tersebut. Sehingga mendahulukan penyebutan thawaf.
Karena ibadah thawaf hanya berlaku khusus di Masjidil Haram. Baru
kemudian disebutkan i’tikaf. Sebab bisa dikerjakan di Masjidil Haram dan
masjid-masjid lainnya yang dipakai kaum Muslimin untuk mengerjakan shalat
lima waktu. Selanjutnya, disebutkan ibadah shalat. Karena tempat
pelaksanaannya lebih umum.
Selain itu, thawaf merupakan rangkaian manasik yang lebih sering terulang.
Disyariatkan thawaf Qudum bagi orang yang baru sampai di kota Mekkah.
86
Dan disyariatkan thawaf Wada’ bagi orang yang akan meninggalkan kota
Mekkah usai pelaksanaan manasik haji. Disamping keberadaan thawaf ifadhah
yang menjadi salah satu rukun haji.[28]
Secara khusus, tentang keutamaan thawaf di Baitullah, Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda :
دل رقبة من طاف ب هذا البيت سبعا كع
"Barangsiapa mengelilingi rumah ini (Ka’bah) tujuh kali, seperti
membebaskan satu budak belian" [29].
Kesimpulannya : Memperbanyak thawaf merupakan ibadah sunnah, lagi
diperintahkan. Terutama bagi orang yang datang ke Mekkah. Jumhur ulama
berpendapat, thawaf di Ka’bah lebih utama dibandingkan shalat di Masjidil
Haram, meskipun shalat di sana sangat besar keutamaannya.[30]
Pendapat yang mengatakan tidak disyari’atkan melakukan thawaf
berulangkali, inilah yang ditunjukkan oleh Sunnah Nabawiyah yang bersifat
‘amaliyah, dan didukung oleh fi’il (perbuatan) para sahabat Radhiyallahu
'anhum. Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan kita agar
mengikuti Sunnah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah para
khalifahnya sepeninggal beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yaitu beliau
bersabda : Hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan sunnah
para khalifah yang mendapat petunjuk dan terbimbing sepeninggalku.
Hendaklah kalian menggigitnya dengan gigi gerahammu. [Sunan Abu Dawud,
II/398, no. 4607; Ibnu Majah, I/16, no. 42 dan 43; Tirmidzi, V/43, no. 2673;
Ahmad, IV/26.] [31]
Oleh karena itu, ketika berada di Mekkah sebelum atau sesudah pelaksanaan
haji, yang paling baik bagi kita ialah memperbanyak thawaf, daripada
melakukan perbuatan yang tidak ada contohnya. Wallahu a'lam bish-shawab.
Maraji :
- Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitabil ‘Aziz, Dr Abdul 'Azhim Badawi Dar Ibni Rajab, Cet. III, Th. 1421
H – 2001 M.
87
- Fatawa li Ahlil Haram, susunan Dakhil bin Bukhait al Mutharrifi.
- Syarhul Mumti’ ‘ala Zadil Mustaqni’, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, Muassasah A-sam,
Cet. I, Th. 1416 H – 1996 M.
- Majmu al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Cet. I, Th. 1423 H. Tanpa penerbit.
- Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad, Muhammad bin Abi Bakr Ibnul Qayyim. Tahqiq Syu’aib al
Arnauth dan ‘Abdul Qadir al Arnauth, Muassasah ar Risalah, Cet. III, Th. 1421 H – 2001 M.
- Shahih Sunan an Nasaa-i, Muhammad Nashiruddin al Albani, Maktabah Ma'arif, Cet. I, Th. 1419H –
1998M.
- Shahih Sunan at Tirmidzi, Muhammad Nashiruddin al Albani, Maktabah Ma'arif Cet. I, Th. 1419H –
1998M.
- Shahih Sunan Ibni Majah, Muhammad Nashiruddin al Albani, Maktabah Ma'arif, Cet. I, Th. 1419H –
1998M.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun X/1427H/2006. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_________
Footnotes
[1]. Fatawa al 'Utsaimin, 2/668.
[2]. Lihat penjelasan Dr. Muhammad bin Abdir Rahman al Khumayyis dalam adz Dzikril Jama’i Bainal
Ittiba’ wal Ibtida’, halaman 7-8.
[3]. Shahih. Lihat Shahih Sunan at Tirmidzi, no. 816; Shahih Sunan Ibni Majah, no. 2450.
[4]. Zadul Ma’ad, 2/89.
[5]. Umrah ini dikenal dengan nama umrah Qadha` atau Qadhiyah, karena kaum muslimin telah
mengikat perjanjian dengan kaum Quraisy. Bukan untuk mengqadha (menggantikan) umrah tahun
sebelumnya yang dihalangi oleh
kaum Quraisy. Karena umrah tersebut tidak rusak sehingga tidak perlu diganti. Buktinya, Nabi tidak
memerintahkan para sahabat yang ikut serta dalam umrah pertama untuk mengulanginya kembali pada
umrah ini. Oleh sebab itu, para ulama menghitung jumlah umrah Nabi sebanyak empat kali. Demikian
penjelasan as Suhaili. Pendapat inilah yang dirajihkan oleh Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad, 2/86.
[6]. Majmu al Fatawa, 26/253-254; Zadul Ma’ad, 2/86.
[7]. Majmu ‘ al Fatawa, jilid 26. Pembahasan tentang umrah bagi orang-orang yang berada di Mekkah
terdapat di halaman 248-290; asy Syarhul Mumti’, 7/407.
[8]. Fatawa al 'Utsaimin, 2/668, dikutip dari Fatawa li Ahlil Haram.
[9]. Majmu' al Fatawa, 26/252.
[10]. Majmu’ al Fatawa, 26/254.
[11]. Lihat Majmu’ al Fatawa, 26/256. 273.
[12]. Zaadul Ma’ad, 2/89.
[13]. Majmu' al Fatawa, 26/252.
[14]. Zaadul Ma’ad, 2/163.
[15]. Dikutip dari al Wajiz, halaman 268.
[16]. Atha bin Abi Rabah Aslam al-Qurasyi al Fihri, dari kalangan generasi Tabi'in. Berguru kepada
sejumlah sahabat Nabi. Diantara mereka, Jabir bin Abdillah, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abu Sa'id al
Khudri, Abdullah bin Amr bin al Ash, Abdullah bin Zubair. Seorang Mufri Mekkah di zamannya dan
88
dikenal sebagai orang yang paling tahu tentang manasik haji. Wafat tahun 114H
[17]. Thawus bin Kaisan al Yamani, berdarah Persia, dari kalangan generasi Tabi'in, berguru kepada
sejumlah sahabat, mislnya, Ibnu Abbas, Jabir bin Abdillah, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Muad
bin Jabal. Aisyah seorang ahli fiqih di zamannya. Wafat tahun 106H
[18]. Majmu' al Fatawa, 26/256-258.
[19]. Ibid, 26/262.
[20]. Ibid, 2/264.
[21]. Ibid, 26/264.
[22]. Ibid, 26/266.
[23]. Ibid, 26/270.
[24]. HR al Bukhari, no. 1773 dan Muslim, no. 1349.
[25]. Asy Syarhul Mumti’, 7/408.
[26]. Fatawa al 'Utsaimin, 2/668, dikutip dari Fatawa li Ahlil Haram.
[27]. Shahih, hadits riwayat at Tirmidzi, 869; an Nasaa-i, 1/284; Ibnu Majah, 1254
[28]. Majmu’ al Fatawa, 26/250-252 secara ringkas.
[29]. Shahih. Lihat Shahih Sunan an Nasaa-i, no. 2919.
[30]. Majmu' al Fatawa, 26/290.
[31]. Al Wajiz, halaman 268.
PENUTUP
Setelah selesai haji/umroh diperintahkan untuk berdzikir memperbanyak
menyebut asma-Nya, firman Allah :
ككم فاذكر اهللا كذكركم ابءكم اواشد ذكرا تم مناس فاذا قضي
89
Artinya : “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah
(dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut bapak-bapakmu,
atau berdzikirlah lebih banyak dari itu”. (QS.2:200).
Dan ketika pulang/diperjalanan, maka setelah membaca doa safar di sunnahkan
seseorang disetiap safarnya untuk membaca bacaan berikut:
ريك له, له الملك وله ال ر, اهلل اكب ر, الاله االهللا وحده الش ر, اهلل اكب مد وهو اهلل اكب ي ر, ايب ون تئب دون, صدق هللا وعده و على كل شيئ قد نصر عبده, ون عابدون لرب نا حام
حزاب وحده وهزم اال
Artinya : “Allah Maha Besar, “Allah Maha Besar, “Allah Maha Besar. Tiada
Tuhan kecuali Allah, dzat yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-
Nyalah segala kekuasaan dan segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Kami kembali bertaubat serta kami menyembah kepada Tuhan kami ,
seraya kami memuji-Mu. Allah menetapi pada janji-Nya, serta mampu (memporak
porandakan)”. (HR. Tirmidzi).
Semoga Allah berikan ampunan, kebaikan , balasan, dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan keikhlasan dan
pengorbanan untuk menjalankan ibadah umroh ini.
Serta berharap semoga Allah berikan kemudahan untuk membiasakan
ketaatan dan memanfaatkan waktu selama di kota suci, sebagai langkah
awal kita dari perubahan kehidupan dan pembiasaan diri setelah kembali ke
tanah air
Aamiin...
JANGAN SIA - SIAKAN WAKTU ANDA...
selama dalam perjalanan melaksanakan umroh...
bahkan selama hidup di dunia ini..
top related