diatom sebagai bioindikator kualitas air
Post on 01-Dec-2015
1.564 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM
PROTISTA
DIATOM SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR
DI SUSUN OLEH :
Nama : Inggrit Amedia
NIM : 24020111130018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan
air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.
Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi juga
mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap
sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah
pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri
membuang berbagai macam polutan ke dalam air.
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah
industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat
dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Pencemaran sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan
asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000
zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang
ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated
phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di pertanian, kehutanan dan
rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih terdapat di
alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP dapat ditemukan sebagai pengawet kayu,
dan deterjen digunakan secara luas sebagai zat pembersih di rumah tangga.
Contoh gambar sungai yang sudah tercemar
Penyebab Pencemaran Sungai antara lain : A. Sumber polusi air sungai antara
lain limbah industri, pertanian dan rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat
masuk perairan yaitu : bahan-bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang
banyak membutuhkan oksigen untuk pengurainya, bahan-bahan kimia organic dari
industri atau limbah pupuk pertanian, bahan-bahan yang tidak sedimen (endapan), dan
bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan panas. B. Penggunaan insektisida seperti
DDT (Dichloro Diphenil Trichonethan) oleh para petani, untuk memberantas hama
tanaman dan serangga penyebar penyakit lain secara berlabihan dapat mengakibatkan
pencemaran air. Terjadinya pembusukan yang berlebihan diperairan dapat pula
menyebabkan pencemeran. Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut
dalam air semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri
pembusuk. C. Pembuangan sampah organic maupun yang anorganic yang dibuang
kesungai terus-menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan ini akan
menimbulkan banjir. Belakangan ini musibah karena polusi air datang seakan tidak
terbendung lagi disetip musim hujan. Sebenarnya air hujan adalah rahmat. Akan tetapi
rahmat dapat menjadi ujian apabila kita tidak mengelolanya dengan benar.
1.2. Tujuan
2.1 Mampu mengidentifikasi beberapa jenis protisa dengan aplikasi simriver
2.2 Mampu menentukan kualitas air sungai dengan menggunakan aplikasi simriver
berdasarkan keanekaragaman protista
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Prorista
Protista merupakan organisme yang paling beraneka ragam dalam hal nutrisidi
antara seluruh eukariota. Sebagian besar protista memiliki metabolisme yangbersifat
aerobik, yang menggunakan mitokondria untuk respirasi selulernya.Beberapa protista
adalah fotoautotrof dengan kloroplas, beberapa lagi adalahheterotrof yang menyerap
molekul organik atau menelan partikel makanan yanglebih besar, dan yang lainnya
adalh miksotrof, dapat melakukan fotosintesis dannutrisi heterotrofik. Sangat
bermanfaat dalam konteks ekologis untuk mengelompokkan keanekaragaman nutrisi
tersebut ke dalam tiga kelompok :protista yang menelan makanannya (seperti hewan),
atau protozoa (tunggal protozoan); protista yang melakukan absorpsi (seperti fungi)
dan protistafotosintetik (seperti tumbuhan) yaitu algae (Campbell 2003: 126).
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang paling
sederhanasekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota. Eukariota
pertamayang berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan bersifat
uniselulerdan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang
sangat tua (bahasa Yunani, protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja
merupakan pendahulu protista modern yang sangar beranekaragam, tetapi juganenek
moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di antarabagian-bagian yang
paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula seleukariotik dan kemunculan
eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusiprotista (Campbell 2003: 125).
Kingdom Protista terdiri dari organisme eukariotik bersel tunggal. Protista
dapat dijumpai di mana saja, di air (air tawar dan air laut), daerah lembap,
ataupunhidup bersimbioisis dengan organism lain. Protista umumnya bersifat aerobik
danmenggunakan mitokondria untuk respirasi. Nutrisi yang diperoleh dapat
bersifatfotoautotropik, heterotropik, atau keduanya. Protista mempunyai flagella atau
siliadalam hidupnya. Perkembangbiakannya dapat secara seksual maupun aseksual.Pada kondisi
buruk, protista akan membentuk kistae. Secara taksonomis, protistadikelompokkan
menjadi tiga genera, yaitu protozoa (protista seperti hewan),protista algae (protista
seperti tumbuhan), dan protista seperti jamur (Nugroho 2004: 124).
Protista yang menelan makanannya secara informal dikelompokkan sebagai
protozoa. Protozoa dibagi menjadi enam filum sebagai berkut yaitu (a) Rhizopodayaitu
merupakan protozoa sederhana yang bergerak dengan pseudopodia. Contohnya yaitu
Amoeba sp (b) Actinopoda, contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria (c)
Foraminifera, merupakan protozoa yang hidup di laut (d)Apicomplexa, merupakan
parasit pada hewan, contohnya yaitu Plasmodium (e)Zoonastigina dcirikan adanya
flagel, bersifat heterotrof, dan hidup bersimbiosis,contohnya yaitu Tripanosoma (f)
Ciliapora, dicirikan adanya silia dan mempunyaidua nuklei, yaitu makronuklei yang
mengontrol metabolisme dan mikronuklei yangberfungsi dalam konjugasi (Nugroho
2004: 127).
Protista ditemukan hampir di setiap tempat di mana terdapat air. Protista
padaumumnya menempati tanah yang basah, sampah, dedaunan, dan habitat
daratlainnya yang cukup lembab. Di lautan, kolam, dan danau, banyak
protistamenempati bagian dasar, menempelkan ditinya pada batu dan tempat
bersaihlainnya, atau merayap melalui pasir dan endapan lumpur. Protista juga
merupakanbahan penyusun penting plankton yaitu komunitas organisme yang
sebagian besarbersifat mikroskropis, yang mengapung secara masif atau berenang
secara lemahsekitar permukaan air. Sebagai suatu kelompok besar autotrof, alga
eukariotik secara ekologis sangat penting (Campbell 2003: 126).
Alga adalah tumbuhan nonvascular yang memilika benruk thalli yang
beragam, uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik
(makroalga) dapat hiduup di perairan tawar dan laut (bold & wynne 1978:1; dawea
1981:59). Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada
subtract didasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang daun, bunga,
buah, dan biji ssejati (sumich 1979:99; mnConnaughey &zottoli 1983: 114 lerman
1986:39). Makroalga terbesar didaerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih
dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis dapat
berlangsung (dawes 1981:13). Makraoalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan
nitrogen dari lingkungan sekitar perairan (leviton 2001: 270).
Mikroalga secara sistematis dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
prokatiot dan eukatiot, dimana eukariot terdiri dari alga biru – hijau (cyanobacteria)
sedangkan eukariot ter Iri dari alga hijau (Chlorophyta) alga merah (Rhodophyta) dan
diatom (Bacillariiophyta) (De La Noue dan De Pauw, 1988).
2.2 Diatom
Kelas Bacillariophyta atau Bacillariopyceae umunya lebih dikenal degan
sebutan diatom. Ganggang ini disebut Golden-brown algae karena kandungan pigmen
berwarna kuning lebih banyak daripada pigmen berwarna hijau. Diatom termasuk
dalam algae klas Bacillariophyceae dengan penyusun utama dinding sel dari silica.
Disebut diatom karena selnya terdiri dari dua valva (dua atom), dimana yang satu
menutupi yang lainnya seperti layaknya kaleng pastiles. Diatom umumnya uniseluler
(soliter), namun pada beberapa spesies ada yang hidup berkoloni dan saling
bergandengan satu sama lainnya. Diatom dibagi menjadi dua ordo berdasarkan
bentuknya, yaitu Centrales dan Pennales. Ordo Centrales bila dilihat dari atas atau
bawah berbentuk radial simetris dan lingkaran, sedangkan Ordo Pennales valvanya
berbentuk memanjang. Karena dinding sel diatom terbentuk dari silikat, apabila mati
dinding sel tersebut masih utuh dan mengendap di dasar perairan sebagai sedimen.
Diatom sangat berguna dalam studi lingkungan karena distribusi spesiesnya
dipengaruhi oleh kualitas air dan kandungan nutrien serta keberadaannya sangat
melimpah di sedimen perairan seperti di laut, estuari, danau, kolam, maupun sungai,
demikian juga dengan fosil diatom yangdapat digunakan sebagai indikator kesuburan
suatu perairan. Penggunaan diatom sebagai indikator kualitas perairan lebih
baikdibandingkan dengan indeks saprobitas karena diatom lebih sensitif terutamayang
berkaitan dengan parameter konduktivitas, dan kandungan organik (Basmi, 1999).
Diatom (ganggang kersik) atau bacillariophyta merupakan salah satu dari 7
kelas dalam anak divisi algae (tumbuhan ganggang) dalam divisi Thallophyta
(tumbuhan talus). Diatom ini merupakan jasad renik bersel satu yang memiliki bentuk
sel bermacam-macam, namun secara umum dia mempunyai dua bentuk dasar yaitu
bilateral dan sentrik (Tjitrosoepomo, 1998: 32, 48).
Diatom merupakan salah satu jenis alga yang juga membentuk sejumlah besar
biomassa laut. Umumnya dinamakan juga alga cokelat emas karena warnanya.
Diatom mempunyai ukuran yang beraneka ragam mulai dari beberapa mikron sampai
beberapa milimeter. Kerangka silikonnya menunjukkan bentuk-bentuk dan pola-pola
rumit dan halus (Romimohtarto dan juwana, 2007: 39). Mann, (1999) dalam
Soeprobowati dan Hadisusanto (2009) Diatom merupakan mikroalga uniseluler yang
distribusinya sangat universal di semua tipe perairan. Diatom merupakan penyusun
utama fitoplankton baik di ekosistem perairan tawar maupun laut dengan jumlah
spesies terbesar dibandingkan komunitas mikroalga lainnya. Diatom mempunyai
kontribusi 40 - 45% produktivitas laut sehingga lebih produktif dibandingkan dengan
hutan hujan di seluruh dunia. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila diatom
mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus silika dan karbon di alam
sehingga kesinambungan perikanan terjaga.
Ukuran diatom berkisar antara 0.01-1.00 mm dan berdasarkan bentuk
cangkangna (frustule) dibedakan atas diatom bundar (centric diatom) dan giatom
ujung runcing (pennate diatom) (Arinardi dkk, 1997).
Dinding sel diatom menjadi pusat perhatian para ahli taksonomi karena
struktur dan ornamentasi pada dinding sel tersebut. Dinding )maupun bersama isinya)
disebut frustula. Dinding terdiri atas dua bagian, yaitu katup atas yang menangkupi
katup bawah seperti cawan petri. Dinidng bagian atas (tutup) disebut epitheca dan
bagian bawah disebut hypotheca. Di dalam sel diatome terdapat satu sampai banyak
kromatofora yang berwarna kekuningan sampai kecokelatan dengan bentuk
bermacam-macam, mempunyai klorofil a, klorofil c, β karoten dan bermacam-macam
xanthofil yang kebanyakan hanya dijumpai pada diatom . reproduksi biasanya
dilakukan dengan cara pembelahan sela dari satu menjadi dua sel anakan yang
ukurannya berbeda, sehingga akhirnya terbentuk sel muda tertentu (auxospora) yang
ukurannya lebih besar dari sel-sel yang menghasilkannya. Auxospora mempunyai
sifat zigot dan dibentuk karena adanya persatuan jamet-gamet (autogami). Beberapa
jenis diatom bersifat planktonik (bebas bergerak), tetapi ada juga yang bersifat bentik
(menempel) pada subsrat batu, pasir, lumpur, atau sebagai epifit pada tanaman dan
hewan lain (Bold & Wynne, 1985).
Diatom mempunyaikeunikan dan sangat spesifik, karena arsitektur dan
anatomi dinding selnya yang tersusun darisilika, menyebabkannya dapat tersimpan
dalam kurun waktu yang sangat lama di dalam sedimen.
Potensi diatom sebagai bioindikator lebih
baik dibandingkan dengan kelompok organisme yang lainnya. Keunggulan tersebut ka
rena distribusi luas, populasi variatif,penting dalam rantai makanan, dijumpai di hamp
ir semua permukaan substrat (mampu merekam sejarah habitat), siklus hidup pendek
dan reproduksi cepat, banyak spesies sensitive terhadap perubahan lingkungan,
mampu merefleksikan perubahan kualitas air dalam jangka pendek dan panjang,
mudah pencuplikan; pengelolaan dan identifikasinya (Soeprobowati, TR, dan
Suewarno Hadisusanto, 2009).
Diatom berarti terdiri dari dua bagian dimana tiap bagiannya tidak dapat
dibagilagi,yaitu epiteka yang merupakan bagian tutup sedangkan hipoteka merupakan
wadahmya.Diatom juga disebut Bacillariophyceae, yang berarti
bentuknya batang, kebanyakan diatom memang berbentuk seperti batang, tapi banyak
juga sel yang sama sekali tidak berbentuk seperti batang seperti pada Surirella,
Biddulphia dan lain sebagainya (Sachlan, 1982).
(Dahuri, 1995) menyatakan bahwa berdasarkan tempat hidupnya, diatom dibagi
dua, yaitu planktic diatom dan benthic diatom. Planktic diatom hidup di kolom air dan
sangat dipengaruhi oleh arus air, sedangkan benthic diatom hidup menempel pada
substrat tertentu.Dinding sel benthic diatom lebih tebal (berat) dibanding planktic
diatom besar planktic diatom didominasi oleh ordo Centrales, sedangkan ordo
Pennales mendominasi benthic algae. Berdasarkan substrat yang ditempeli, benthic
diatom dibagi menjadi :
1. Epiphytic, yaitu benthic diatom yang hidup menempel pada tanaman lain
2. Epipsammic: yaitu benthic diatom yang hidup menempel pada pasir
3. Epipelic: yaitu benthic diatom yang hidup menempel pada sedimen
4. Endopelic: yaitu benthic diatom yang hidup menempel dalam sedimen
5. Epilithic: yaitu benthic diatom yang hidup menempel pada permukaan batu
6. Epizoic: yaitu benthic diatom yang hidup menempel pada hewan
7.Fouling: yaitu benthic diatom yang hidup menempel pada obyek yang
ditempatkan dalam air
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikro Algae
a. pH
Derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen.
Variasi pH dapat mempengaruhi metabiolisme dan pertumbuhan kultur mikroalga
antara lain mengubah keseimbangan karbon anorganik, mengubah ketersediaan
nutrien dan mempengaruhi fisiologi sel. Variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme
dan pertumbuhan fitoplankton dalam beberapa hal, antara lain mengubah
keseimbangan dari karbon organic, mengubah ketersediaan nutrient, dan dapat
mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran pH untuk kultur alga biasanya antara 7-9,
kisaran optimum untuk alga laut antara 7.5-8.5 sedangkan untuk Tetraselmis chuii
optimal pada 7-8 (Cotteau, 1996; Taw, 1990).
b. Salinitas
Kisaran salinitas yang berubah-ubah dapat mempengaruhi dan menghadap
pertumbuhan dari mikroalga. Beberapa mikroalga dapat tumbuh dalam kisaran
salinitas yang tinggi tetapi ada juga mikroalga yang dapat tumbuh dalam kisaran
salinitas yang rendah. Pengaturan salinitas pada medium yang diperkaya dapat
dilakukan dengan pengenceran dengan menggunakan air tawar. Hampir semua jenis
fitoplankton yang berasal dari air laut dapt tumbuh optimal pada salinitas sedikit di
bawah habitat asalnya. Tetraselmis chuii memiliki kisaran salinitas yang cukup lebar,
yaitu 15-36 ppt sedangkan salinitas optimal untuk pertumbuhannya adalah 27-30 ppt
(Cotteau,1996;Taw,1990).
c. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroalga. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, biologi dan fisika,
peningkatan suhu dapat menurunkan suatu kelarutan bahan dan dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi mikroalga perairan. Suhu optimal
kultur fitoplankton secara umum antara 20-24 °C. hampir semua fitoplankton toleran
terhadap suhu antara 16-36 °C. Suhu di bawah 16 °C dapat menyebabkan kecepatan
pertumbuhan turun, sedangkan suhu di atas 36 °C dapat menyebabkan kematian pada
jenis tertentu (Cotteau,1996;Taw,1990).
d. Cahaya
Intensitas cahaya sangat menentukan pertumbuhan mikroalga yaitu dilihat dari
lama penyinaran dan panjang gelombang yang digunakan untuk fotosintesis. Cahaya
berperan penting dalam pertumbuhan mikroalga, tetapi kebutuhannya bervariasi yang
disesuaikan dengan kedalaman kultur dan kepadatannya. Cahaya merupakan sumber
energi dalam proses fotosintetis yang berguna untuk pembentukan senyawa karbon
organic. Kebutuhan akan cahaya bervariasi tergantung kedalaman kultur dan
kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinbihisi
dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok untuk kultur dalam Erlenmeyer,
sedangkan intensitas 5000-10000 lux untuk volume yang lebih besar (Mujiman,
1984).
e. Karbondioksida
Karbondioksida diperlukan fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis.
Karbondioksida dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup untuk kultur fitoplankton
dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat
menyebabkan ph kurang dari batas optimum (Cotteau, 1996; Taw, 1990).
f. Nutrient
Mikroalga mendapatkan nutrien dari air laut yang sudah mengandung nutrien
yang cukup lengkap. Namun pertumbuhan mikroalga dengan kultur dapat mencapai
optimum dengan mencapurkan air laut dengan nutrien yang tidak terkandung dalam
air laut tersenut. Nutrien tersebut dibagi menjadi makronutrien dan mikronutrien,
makronutrien meliputi nitrat dan fosfat. Makronutrien merupakan pupuk dasar yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroalga. Mikronutrien organik merupakan kombinasi
dari beberapa vitamin yang berbeda-beda. Vitamin tersebut antara lain B12, B1 dan
Biotin. Mikronutrien tersebut digunakan mikroalga untuk berfotosintesis.(taw, 1996)
Nutrient dibagi menjadi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat
tergolong makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi
fitoplankton baik di air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen
seperti ammonia, nitrit, dan senyawa organik dapat digunakan apabila kekurangan
nitrat (Cotteau, 1996; Taw, 1990).
2.4 Simriver
SimRiver merupakan suatu paket perangkat lunak pendidikan yang
mempromosikan pemahaman tentang hubungan antara aktivitas manusia, kualitas air
sungai, dan diatom. Pengguna dapat dengan mudah belajar bahwa keragaman
spesies diatom dan pengaruh masyarakat dalam mengubah keadaan lingkungan, dan
bahwa perubahan ini berhubungan langsung dengan kualitas air, dan analisanya
dapat dilakukan dengan menggunakan simulasi di SimRiver. Pengguna juga dapat
menghitung indeks saprofik. Indeks ini merupakan nilai numerik untuk mengukur
kualitas air pada contoh yang spesifik. Pembangunan daerah pemukiman dalam
simulasi SimRiver memperlihatkan gambaran realistis populasi kualitas air dan
diatom. Parameter simulasi dibatasi oleh faktor di bawah ini. Software digunakan
harus dilakukan dengan memahami beberapa tersebut (Anonim, 2011)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Laptop
2. Aplikasi SimRiver
3.1.2 Bahan
1. Data diatom pada lokasi yang berbeda
3.2 Cara Kerja
I. Pertama, bekerja dengan "slide" disiapkan (gambar diatom disiapkan di
simulasi) dan panduan gambar dipahami.
1. Klik pada setiap diatom dalam slide.
2. Sebuah panduan gambar berisi diatom yang sesuai akan muncul di sebelah kanan.
3.Mouse di atas diatom dalam panduan gambar untuk menemukan nama masing-
masing diatom. Nama ilmiah akan muncul di layar.
4. Klik pada diatom di gambar kemudian klik pada diatom dalam panduan gambar
dengan benar mengidentifikasi.
5. Sebuah kotak dialog akan muncul memberitahu Anda apakah pilihan Anda sudah
benar atau salah.
6. Anda dapat mengidentifikasi beberapa diatom diyakini identik. Untuk melakukan
ini, klik pada dua atau lebih diatom dalam slide, lalu pilih diatom yang cocok dari
panduan gambar ke kanan.
7. Seperti pada langkah 5, kotak dialog akan muncul memberitahu anda apakah
pilihan Anda sudah benar atau salah.
8. Anda dapat menggulir melalui halaman panduan berbagai gambar dengan mengklik
tab yang terletak di bagian atas panduan. Prosedur di atas harus diterapkan ke
II. Setelah semua diatom diidentifikasi dengan benar selanjutnya mengamati
spesies tabel dan grafik untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan di
bawah ini.
1. Berapa jumlah total spesies yang ditemukan?
2. Apa jenis spesies ditemukan (nama semua)?
3. Apakah rasio antara tiga kategori diatom polusi toleransi dalam grafik?
4. Selain itu anda dapat menghitung indeks saprobik untuk menunjukkan tingkat
saprobik (tingkat pencemaran) dengan nilai numerik.
5. Anda juga dapat menaruh nama Anda pada tabel spesies dan mencetaknya.
III. Ulangi prosedur yang sama untuk situs pengambilan sampel lainnya,
membandingkan hasil antara situs-situs ini, dan membahas hubungan
antara aktivitas manusia, kualitas air sungai, dan komunitas diatom.
Menggunakan worksheet, Anda dapat dengan mudah membandingkan
perbedaan antara hasil dari berbagai situs.
Lembar Instruksi
[Individual]
1. Klik 'Simpan data ke dalam Lembar Kerja A'. Sebuah lembar kerja yang
menunjukkan jumlah spesies dan rasio diatom dari tiga kategori, yang Anda
baru saja dihitung, akan disajikan.
2. Masukkan Indeks saprobik Anda dihitung ke dalam kotak di worksheet .
3. Klik 'Kumpulkan sampel di situs lain'. Kemudian, jumlah diatom dan
menghitung Indeks saprobik. Data yang Anda masukkan di worksheet akan
disimpan.
4. Klik 'Tambahkan data ke dalam Worksheet A', dan Anda akan kembali ke A.
Lembar Kerja
5. Ulangi proses ini pada situs lain sampai Anda telah menyelesaikan semua 5
putaran.
3.2.1 Tahapan Identifikasi Jenis Diatom Menggunakan Aplikasi SimRiver 5.83
SimRiver sangat mudah digunakan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
Tahap awal dalam penggunaaan aplikasi ini, kita
dapat memilih bahasa yang akan digunakan.
Misalnya, B. Inggris, B. Jepang, Portugis dan
lain-lain.
Tahap selanjutnya kita dapat memilih level
simulasinya. Dalam hal ini, kita pilih level 3.
Lalu klik mulai.
Area Tataguna
lahan
Limbah
pabrik
Populasi
Hulu Hutan Tidak ada 10
Setelah
Hulu Permukiman Ada 20
Bagian
tengah antara
hulu dan
hilir
Perkebunan Tidak ada 50
Sebelum
hilir Permukiman Tidak ada 200
Langkah selanjutnya adalah
merancang lingkungan sungai yang
kita inginkan.dalam hal ini ada 5 area yang
harus kita isi yaitu hulu, setelah hulu,
bagian tengah antara hulu dan hilir,
sebelum hilir, hilir. Lingkungan darat yang
tersedia adalah hutan, perkebunan, dan
permukiman.
Kali ini saya mengatur lingkungan seperti pada tabel disamping. Setelah itu kita
pilih musim yang diinginkan. Dalam hal ini saya memilihi musim panas. Setelah itu
kita dapat menentukan sisi sampling yang akan kita gunakan.
Untuk satu kali pengambilan sampel
dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu hulu, setelah
hulu, bagian tengah antara hulu dan hilir,
sebelum hilir, hilir
Langkah selanjutnya akan muncul gambar
seperti disamping. Gambar ini
menunujukkan spesies diatom pada area
sampling yang kita gunakan. Pada area
Hulu, terdapat 34 spesies diatom.
Hilir Hutan ada 500
Spesies Diatom yang Berhasil Diidentifikasi dalam Aplikasi SimRiver versi 5.83
Spesies Diatom yang Salah
Diidentifikasi dalam Aplikasi SimRiver
versi 5.83
Spesies Diatom yang Telah Selesai
Diidentifikasi dalam Aplikasi SimRiver
versi 5.83
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
SimRiver merupakan suatu software yang diciptakan oleh Dr. Shigeki Mayama
dari universitas Tokyo Gakugei beserta rekan-rekannya. Pengguna dapat mempelajari
dan memahami hubungan di antara aktivitas manusia, lingkungan sungai dan diatom
dengan mudah. Ketiga hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan,
mengingat ketiganya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Melalui aplikasi ini, pengguna dapat melihat indeks saprobik yang yang dimiliki oleh
suatu perairan berdasarkan keberadaan diatomnya. Saat ini, SimRiver bukan hanya
digunakan oleh para pelajar-pelajar di Jepang, tetapi juga hampir semua pelajar
diseluruh dunia telah mengguanakan aplikasi ini.
Sesuai dengan kenyataan yang ada, sungai Indonesia semakin tercemar oleh
berbagai bahan pencemar. Bahan pencemaran bisa masuk ke sungai pada umumnya
disebabkan oleh perilaku manusia. Dampak negatif yang disebabkan karena
pencemaran air sungai sangat banyak dan memebahayakan mahluk hidup sehingga kita
perlu melakukan berbagai langkah untuk menanggulangi terjadinya pencemaran air
sungai di Indonesia. Menjaga dan melestarikan air sungai bertujuan untuk mencegah
dampak-dampak buruk yang timbul akibat tercemarnya air sungai, serta agar kita dapat
memanfaatkan aliran sungai tersebut untuk mensejahterakan kehidupan secara luas.
Perkembangan zaman yang semakin modern ini sangat berdampak pada pencemaran air
sungai,sehingga kita dituntut untuk terus menjaga dan merawat sungai dengan giat dan
penuh kesadaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekarang ini air sungai
di Indonesia sudah semakin tercemar, sehingga kita harus menjaga, merawat, dan
melestarikannya dengan penuh kesadaran supaya beban pencemarannya tidak terus
berkelanjutan sehingga jika air kita bersih dan tidak tercemar, kita dapat
memanfaatkannya untuk mensejahterakan kehidupan secara luas.
Pada saat ini kesadaran akan lingkungan yang bersih dan aman sudah
meningkat. Masalah pencemaran sudah menarik banyak kalangan, mulai lapisan
bawah sampai pejabat tinggi pemerintah.
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mulai terasa pengaruhya pada
usaha memperluas kegiatan pertanian dan industri di berbagai tempat di dunia, secara
alamiah sumber-sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat di perbaharui dan
yang mempunyai daya generasi yang selalu dalam sirkulasi. Air sebagai sumber daya
kini lebih di dasari merupakan salah satu unsur penentu didalam ikut mencapai
keberhasilan pembangunan termasuk pula terhadap keberhasilanpembangunan
kesehatan lingkungan.Pada masa sekarang ini, nampaknya sulit untuk memperoleh air
yang betul-betul murni, aliran air dari gunung yang di perkirakan paling bersih pun
akan membawa mineral-mineral, gas-gas berlarut dan zat-zat organik dari tumbuhan
atau binatang yang hidup di dalam atau dekat aliran tersebut, selain itu aktifitas
manusia merupakan salah satu yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah
pencemaranair di dalam ekosistem air.
Menurut SK menteri Kependudukan Lingkungan Hidup no. 02/MENKLH/1988.
“Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan /
atau berubahnya tatanan (komposisi air) oleh kegiatan manusia dan proses alam
sehingga kualitas air menjadi kurang atautidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukanya. ”Pencemaran air sungai terjadi apabila dalam sungai tersebut terdapat
bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak di harapkan baik yang
bersifat fisik, kimiawi, maupun biologis sehingga air sungai tersebut kualitasnya
menurun dan berkurang nilai gunanya yang dapat mempengaruhi kehidupan makhluk
hidup di sekitarnya.
Dewasa ini beberapa negara maju seperti Perancis, Inggris dan Belgia melirik
indikator biologis untuk mementau pencemaran air. Bahkan sudah dikembangkan
hukum mutu air biotik. Di Indonesia belum mempunyai baku mutu air indeks biotik,
yang ada hanya baku mutu air untuk parameter fisika dan kimia.
Indikator biologis pencemaran sungai dapat diamati dari keanekaragaman
spesies, laju Indikator Biologis digunakan untuk menilai secara makro perubahan
keseimbangan ekologi, khususnya ekosistem, akibat pengaruh limbah. Menurut
Verheyen (1990), spesies yang tahan hidup pada suatu lingkungan terpopulasi, akan
menderita stress fisiologis yang dapat digunakan sebagai indikator biologis.
Dibandingkan dengan menggunakan parameter fisika dan kimia, indikator biologis
dapat memantau secara kontinyu. Hal ini karena komunitas biota perairan (flora/fauna)
menghabiskan seluruh hidupnya di lingkungan tersebut, sehingga bila terjadi
pencemaran akan bersifat akumulasi atau penimbunan. Di samping itu, indikator
biologis merupakan petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya pencemaran.
Adanya pencemaran lingkungan, maka keanekaragaman spesies akan menurun dan
mata rantai makanannya menjadi lebih sderhana, kecuali bila terjadi penyuburan. Flora
dan fauna yang dapat dijadikan pertumbuhan struktur dan seks ratio. Keanekaragaman
flora dan fauna ekosistem sungai tinggi menandakan kualitas air sungai tersebut
baik/belum tercemar. Tetapi sebaliknya bila keanekaragamannya kecil, sungai tersebut
tercemar.
Indikator biologis pencemaran sungai harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Mudah diidentifikasi
b. Mudah dijadikan sampel, artinya tidak perlu bantuan operator khusus, maupun
peralatan yang mahal dan dapat dilakukan secara kuantitatif.
c. Mempunyai distribusi yang kosmopolit.
d. Kelimpahan suatu spesies dapat digunakan untuk menganalisa indeks
keanekaragaman.
e. Mempunyai arti ekonomi sebagai sumber penghasilan (seperti ikan), atau
hama/organisme penggangu (contoh : algae)
f. Mudah menghimpun/menimbun bahan pencemar.
g. Mudah dibudidayakan di laboratorium. Mempunyai keragaman jenis yang
sedikit. Yang perlu diperhatikan dalam memilih indikator biologi adalah tiap
spesies mempunyai respon terhadap pencemaran yang spesifik. Ikan sulit
digunakan
h. Sebagai indikator populasi. Lebih mudah menggunakan spesies air lain yang
tidak lincah geraknya.
Diatom hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk
kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke
habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya
perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan diatom
terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Keberadaan
diatom pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan,
baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah
produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan. Adapun faktor abiotik
adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO),
kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen
(N), kedalaman air, dan substrat dasar.
Organisme yang termasuk diatom diantaranya adalah Cocconeis
placentula,Nitzhia hantzchiana,Staurosira construens.Taksa-taksa tersebut
mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam komunitas perairan karena
sebagian dari padanya menempati tingkatan trofik kedua ataupun ketiga.
Sedangkan sebagian yang lain mempunyai peranan yang penting di dalam proses
mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik, baik yang berasal dari
perairan maupun dari daratan. Penggunaan diatom sebagai indikator kualitas
perairan dinyatakan dalam bentuk indeks biologi. Cara ini telah dikenal sejak
abad ke 19 dengan pemikiran bahwa terdapat kelompok organisme tertentu yang
hidup di perairan tercemar. Jenis-jenis organisme ini berbeda dengan jenis-jenis
organisme yang hidup di perairan tidak tercemar. Kemudian oleh para ahli biologi
perairan, pengetahuan ini dikembangkan, sehingga perubahan struktur dan
komposisi organisme perairan karena berubahnya kondisi habitat dapat dijadikan
indikator kualitas perairan.
4.1 Simulasi Lingkungan di Sekitar Sungai
Setelah langkah demi langkah dilakukan secara berututan. Hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
4.1 Area Sampling Daerah Hulu
4.1.1. Spesies yang Tampak di Daerah Hulu
4.1.4 Indeks Saprobik
Indeks saprobik yang diperoleh adalah 1.27, menandakan bahwa perairan di
daerah hulu (hutan) dengan populasi manusia sebanyak 10 orang adalah bersih.
4.2 Area Sampling setelah Hulu
4.2.1Spesies yang Tampak di Daerah Setelah Hulu
Pada daerah ini, ditemukan 17 spesies diatom.
4.2.3. Indeks Saprobik
Indeks saprobik yang diperoleh di area sampling setelah hulu adalah 1.51. hal itu
membuktikan bahwa kualitas perairan di daerah setelah hulu dengan populasi sebanyak 20
spesies pada musim panas adalah agak tercemar.
4.3 Antara Hulu dan Hilir
4.3.1. Spesies yang Tampak di Daerah Antara Hulu dnb Hilir
Pada daerah ini, ditemukan spesies diatom sebanyak 30 spesies.
4.3.2 Tabel Spesies
4.3.3. Grafik Kategori Diatom
4.3.4. Indeks Saprobik
Indeks saprobik yang diperoleh pada daerah antara hulu dan hilir ini adalah 1.43. hal
ini menunjukan bahwa kualitas perairan di area sampling dengan populasi sebanyak 50
spesies pada musim panas adalah bersih.
4.4 Sebelum Hilir
4.4.1. Spesies yang Tampak di Daerah Sebelum Hilir
Pada area sampling ini, ditemukan 35 spesies diatom.
4.4.2. Tabel Spesies
4.4.3. Grafik Kategori Diatom
4.4.4. Indeks Saprobik
Indeks saprobik yang diperoleh pada daerah sampling sebelum hilir adalah 1.75. hal
ini menunjukkan bahwa kualitas perairan di daerah sebelum hilir dengan kepadatan populasi
200 spesies pada musim panas adalah agak tercemar.
4.5 Hilir
4.5.1. Spesies yang Tampak di Daerah Hilir
BAB V
KESIMPILAN
SimRiver merupakan sebuah software yang menunjukkan hubungan antara diatom-
diatom dengan suatu kualitas perairan pada area tertentu. Melalui Penelitian yang saya
lakukan menggunakan SimRiver, didapati hasil sebagai berikut :
a. Area hulunya merupakan hutan, dengan tidak adanya tempat pembuangan
limbah dan populasinya 10 didominasi oleh diatom-diatom yang sensitif sehingga
kualitas perairannya bersih (Oligosaprobic).
b. Area setelah hulunya merupakan pemukiman dengan adanya limbah dan
populasinya adalah 20. Area ini didominasi oleh jenis-jenis diatom yang paling
toleran sehingga kualitas perairannya tercemar bahan organik dan bahan anorganik,
level kualoitas airnya termasuk dalm level 3 (β meso saprobic).
c. Area bagian tengah antara hulu dan hilir merupakan perkebunan dengan tidak
ada tempat pembuangan limbah dan populasinya 50 didominasi oleh diatom-
diatom yang sensitif sehingga kualitas perairannya masih bersih (Oligosaprobic).
d. Area sebelum hilir merupakan permukiman dengan tidak ada tempat
pembuangan limbah dan populasinya 200 didominasi oleh diatom-diatom yang
sensitif, tetapi persentase diatom yang paling toleran dan cukup toleran hampir
sama sehingga area ini sedikit tercemar (α mesosaprobic)
e. Area hilir merupakan hutan dengan populasi 500 dengan adanya limbah. Area
ini didominasi oleh diatom-diatom yang sensitif sehingga kualitas perairannya
masih bersih (Oligosaprobic).
Indeks saprobik dapat dinilai berdasarkan jenis-jenis diatom yang tumbuh pada suatu
area tertentu. Apabila area tersebut didominasi oleh diatom-diatom yang sensitif, maka
kualitas pearairannya oligotropik atau sungai masih dalam keadaan bersih, tetapi jika
suatu perairan didominasi oleh diatom-diatom yang paling toleran, maka dapat
disimpulkan perairan tersebut tercemar. Oleh arena itu tidak heran bila diatom benar-
benar dapat dijadikan sebagai bioindikator perairan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. SimRiver. http://www.u-gakugei.ac.jp/~diatom/en/simriver/index.html. 30
Mei 2011.
Basmi, J. 1999. Planktonologi : Chrysophyta-Diatom Penuntun Identifikasi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Dahuri. R. 1995. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. IPB. Bogor.
Effendi, H. 2003 . Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sachlan. M. 1980. Planktonologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sastrawijaya,T.A. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta
Tjitrosoepomo, Gembomg.1994. Taksonomi Tumbuhan. Bhatara. Jakarta.
top related