kelimpahan diatom di teluk jakarta

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang dalam air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas sehingga organism tersebut selalu terbawa oleh arus (Nontji, 2002). Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan tumbuhan yang berukuran mikroskopis yang bebas melayang dan hanyut di perairan serta dapat melakukan proses fotosintesis, sedangkan zooplankton merupakan hewan–hewan laut yang bersifat planktonik dan berukuran mikroskopis (Nybakken, 1992). Fitoplankton dapat dibagi menjadi dua kelas besar yaitu diatom dan dinoflagelata. Diatom adalah salah satu kelompok besar fitoplankton yang banyak menarik perhatian untuk diteliti karena keberadaannya yang selalu mendominasi di wilayah perairan laut khususnya di wilayah bersuhu dingin dan kaya nutrisi. Diatom merupakan penyusun utama fitoplankton baik di ekosistem perairan tawar maupun laut dengan jumlah spesies terbesar dibandingkan komunitas mikroalga lainnya.

Upload: dinda-dewi

Post on 26-Jun-2015

487 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang dalam air.

Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas sehingga organism tersebut selalu

terbawa oleh arus (Nontji, 2002). Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan tumbuhan yang berukuran

mikroskopis yang bebas melayang dan hanyut di perairan serta dapat melakukan proses

fotosintesis, sedangkan zooplankton merupakan hewan–hewan laut yang bersifat planktonik

dan berukuran mikroskopis (Nybakken, 1992). Fitoplankton dapat dibagi menjadi dua kelas

besar yaitu diatom dan dinoflagelata. Diatom adalah salah satu kelompok besar fitoplankton

yang banyak menarik perhatian untuk diteliti karena keberadaannya yang selalu mendominasi

di wilayah perairan laut khususnya di wilayah bersuhu dingin dan kaya nutrisi. Diatom

merupakan penyusun utama fitoplankton baik di ekosistem perairan tawar maupun laut

dengan jumlah spesies terbesar dibandingkan komunitas mikroalga lainnya.

Teluk Jakarta merupakan suatu perairan estuarin/pantai yang terdapat di wilayah DKI

Jakarta. Mempunyai berbagai macam fungsi, antara lain sebagai pintu gerbang bagi

hubungan laut nasional dan internasional, sebagai sumber perikanan bagi penduduk ibukota,

dan juga sebagai perairan penampung bahan – bahan buangan yang masuk ke dalam teluk

dan berbagai aliran beberapa sungai besar (Cisadane, Ciliwung, dan Citarum). Kegiatan pada

lahan tersebut pada umumnya mengeluarkan limbah dan menghasilkan sampah yang

langsung dibuang ke dalam perairan sungai sehingga masuknya sumber-sumber pencemar

tersebut menyebabkan penurunan kualitas perairan.

Page 2: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Perubahan kualitas perairan erat kaitannya dengan potensi perairan ditinjau dari

kelimpahan fitoplankton, khususnya diatom, pencemaran organic dapat dilihat dari dominansi

suatu marga diatom. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan tentang identifikasi dan

kelimpahan diatom di Teluk Jakarta.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam kerja praktek ini yaitu diatom apa saja yang terdapat di Teluk

Jakarta dan bagaimanakah kelimpahan diatom di Teluk Jakarta.

1.3 Tujuan

Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengidentifikasi diatom Teluk Jakarta dan

mengetahui kelimpahan diatom di Teluk Jakarta.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis diatom apa saja

yang terdapat di Teluk Jakarta dan bagaimana kelimpahannya.

Page 3: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plankton

Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang dalam air.

Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas sehingga organism tersebut selalu

terbawa oleh arus (Nontji, 2002). Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama yaitu

fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton (sering disebut plankton nabati) merupakan

tumbuhan yang amat banyak ditemukan di semua perairan, tetapi karena ukurannya

mikroskopis sukar dilihat kehadirannya. Konsentrasinya bisa ribuan hingga jutaan sel per liter

air. Zooplankton, sering pula disebut plankton hewani, terdiri dari sangat banyak jenis hewan.

Ukurannya lebih besar dari fitoplankton, bahkan ada pula yang bisa mencapai lebih satu

meter seperti pada ubur-ubur (Romimohtanto, 2003). Di dalam kelompok fitoplankton

diantaranya yang utama adalah diatom, dinoflagellata, coccolithophore, dan criptomonads,

sedangkan ke dalam kelompok zooplankton dimasukkan jutaan zooplankton mulai dari filum

Protozoa sampai dengan filum Chordata (Arinardi, 1997).

Untuk memudahkan penggolongan jenis organisme planktonis tersebut dibagi dalam

beberapa kategori berdasarkan:

Habitat

Berdasarkan habitat, plankton dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:

a. Plankton pantai, terdapat di dekat pantai, penyebaran tergantung dalamnya air dan

tipe sirkulasi. Merupakan produsen yang terbanyak di laut karena banyak

mengandung makanan.

b. Plankton laut, merupakan holoplankton yang penyebarannya jauh dari pantai tetapi di

laut terbuka. Hidupnya tergantung pada kondisi pantai (Sediadi, 1986).

Page 4: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Ukuran

Berdasarkan ukuran plankton dapat dibedakan dalam empat ukuran, yaitu:

a. Megaplankton, dapat ditangkap dengan jarring kasar dan dapat dilihat dengan mata,

mempunyai ukuran lebih besar dari 2000 µm.

b. Makroplankton, plankton dengan ukuran antara 200 – 2000 µm.

c. Mikroplankton, plankton dengan ukuran 20 – 200 µm dan dapat ditangkap dengan

jarring plankton. Ada juga nanoplankton dengan ukuran 2 – 20 µm.

d. Ultraplankton, plankton dengan ukuran lebih kecil dari 2 µm dan hanya dapat

disaroing dengan kertas saring yang keras.

(Nontji, 2008)

Lama siklus hidup

Berdasarkan lamanya siklus hidup, plankton dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu:

a. Plankton sementara atau neuroplankton, yaitu telur dan larva planktonis yang banyak

terdapat di perairan pantai (neritic), misalnya nauplius (larva barnacles), valigers

(larva Pelecypoda), lanula (larva coelenterata), dan pluteus (larva Echinodermata).

Plankton jenis ini hidupnya musiman karena jumlah individu tergantung dari habitat

pemijahan induknya.

b. Plankton tetap dimana seluruh hidupnya berupa plankton yang sering disebut

holoplankton dan organism ini meliputi hamper semua plankton binatang.

(Nontji, 2008)

2.2 Fitoplankton

Fitoplankton didefinisikan sebagai organisme-tumbuhan mikroskopik yang hidup

melayang, mengapung di dalam air dan memiliki kemampuan gerak yang terbatas.

Page 5: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Fitoplankton terdiri dari divisi chrysophyta (diatom), chlrorophyta dan cyanophyta. Biasanya

chlorophyta dan cyanophyta mudah ditemukan pada komunitas plankton perairan tawar

sedangkan chrysophyta dapat ditemukan diperairan tawar dan asin. Komunitas fitoplankton

umumnya didominasi oleh jenis fitoplankton yang berukuran lebih kecil dari 10 mm. Dalam

pertumbuhannya setiap jenis fitoplankton mempunyai respon yang berbeda terhadap

perbandingan nutrien yang terlarut dalam badan air. Oleh karena itu perbandingan nutrien,

khususnya nitrogen, fosfor dan silikat terlarut sangat menentukan dominasi suatu jenis

fitoplankton di perairan (Oxborough dan Baker, 1997; Ekwu dan Sikoki, 2006).

Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autrofik, yaitu dapat

menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Fitoplankton mengandung klorofil dan

karenanya mempunyai kemampuan berfotosintesis yakni menyadap energi surya untuk

mengubah bahan inorganic menjadi bahan organic. Karena kemampuannya memproduksi

bahan organic dari bahan inorganic ini, maka fitoplankton juga disebut sebagai produsen

primer (Nontji, 2008).

2.3 Diatom

Diatom merupakan mikroalga uniseluler yang distribusinya sangat universal di semua

tipe perairan. Diatom merupakan penyusun utama fitoplankton baik di ekosistem perairan

tawar maupun laut dengan jumlah spesies terbesar dibandingkan komunitas mikroalga

lainnya. Diatom mempunyai kontribusi 40 - 45% produktivitas laut sehingga lebih produktif

dibandingkan dengan hutan hujan di seluruh dunia (Anonim, 2003). Diatom mempunyai

keunikan dan sangat spesifik, karena arsitektur dan anatomi dinding selnya yang tersusun dari

silika, menyebabkannya dapat tersimpan dalam kurun waktu yang sangat lama di dalam

sedimen. Potensi diatom sebagai bioindikator lebih baik dibandingkan dengan kelompok

organisme yang lainnya. Keunggulan tersebut karena distribusi luas, populasi variatif,

Page 6: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

penting dalam rantai makanan, dijumpai di hampir semua permukaan substrat (mampu

merekam sejarah habitat), siklus hidup pendek dan reproduksi cepat, banyak spesies sensitive

terhadap perubahan lingkungan, mampu merefleksikan perubahan kualitas air dalam jangka

pendek dan panjang, mudah pencuplikan; pengelolaan dan identifikasinya (Soeprobowati,

TR, dan Suewarno Hadisusanto, 2009)

Diatom berarti terdiri dari dua bagian dimana tiap bagiannya tidak dapat dibagi lagi,

yaitu epiteka yang merupakan bagian tutup sedangkan hipoteka merupakan wadahmya.

Diatom juga disebut Bacillariophyceae, yang berarti bentuknya batang, kebanyakan diatom

memang berbentuk seperti batang, tapi banyak juga sel yang sama sekali tidak berbentuk

seperti batang seperti pada Surirella, Biddulphia dan lain sebagainya (Sachlan, 1982).

Atas dasar perbedaan struktur dindingnya, diatom dibagi dalam 2 golongan, yaitu

pennate dan centric. Prinsip perbedaan antara pennate dan centric adalah pada pennate tutup

dan wadahnya terdapat raphe, yaitu lubang yang memanjang dari ujung ke ujung sel, dimana

lender dalam sel dapat keluar.

http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/images/diat/diadiag04.gif

Gambar 1. Pinnate diatom

Page 7: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Sedangkan centric tidak mempunyai raphe dan bentuk wadah serta tutupnya agak

bundar seperti lingkaran dan ada struktur yang sifatnya sentrik. Ukuran diatom berkisar dari <

10 µm sampai mendekati 200µm. Tidak adanya flagel, cilia atau organ pergerakan lain,

spesies planktonik bersifat non motil dan tenggelam pada perairan yang tidak ada turbulensi

(Anonim1, 2010). http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/diatom.html

http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/images/diat/diadiag04.gif

Gambar 2. Centric diatom

Reproduksi diatom dapat terjadi secara seksual dan aseksual, meskipun reproduksi aseksual

(vegetatif) sangat umum. Reproduksi aseksual terjadi dengan pembelahan sitoplasma dalam

frustul dimana epiteka induk akan menghasilkan hipoteka yang baru, sedangkan hipoteka

yang lama akan menjadi epiteka yang menghasilkan hipoteka yang baru pula pada

anakannya, dan seterusnya (Nontji, 2008). Pembelahan mitosis terus berlangsung sampai

terbentuk sel anakan yang berukuran sekitar 30% dari besar sel aslinya. Setelah mencapai

Page 8: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

ukuran minimum tersebut, diatom kemudian bereproduksi secara seksual. Sel diatom

menghasilkan sperma dan telur. Sperma kemudian bergabung dengan telur membentuk zigot.

Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi berukuran normal seperti aslinya. Setelah

diatom mencapai ukuran normal, diatom akan kembali melakukan reproduksi aseksual

melalui pembelahan mitosis (Anonim2, 2010). http://moningkaharvey.wordpress.com/

http://www.szn.it/SZNWeb/cmd/ShowItemImage?BINDATA_ID=15201

Gambar 3. Siklus hidup diatom

2.4 Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

Sejarah Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI bermula pada awal abad ke 20, tepatnya

tahun 1905, ketika Visscherij Station didirikan di Pasar Ikan, Jakarta atas inisiatif dari Dr. J.C

Koningsberger, seorang ahli Zoologi, kepala museum Zoologi Bogor saat itu.

Lembaga ini didirikan dengan tujuan melakukan penelitian kelautan untuk menggali

sumberdaya biota laut yang bernilai ekonomi penting. Dalam perjalanan waktu lembaga telah

beberapa kali berganti nama, tahun 1915 lembaga ini bernama "Visscherij Station te

Page 9: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Batavia", berdasarkan SK Pemerintah Belanda No. 37 Tanggal 31 Juli 1911, lembaga ini

secara resmi masuk dalam struktur "sLands Plantentuin".

Tahun 1922 lembaga ini berganti nama lagi menjadi Laboratorium Voor Het

Onderzoek der Zee (LOZ) dibawah pimpinan: Dr. A.L.J. Sunier. Tahun 1949 berubah lagi

namaya menjadi "Laboratorium Penyelidikan Laut". Tahun 1955 lembaga ini berganti nama

lagi menjadi "Lembaga Penyelidikan Laut", dibawah pimpinan Prof. Klaus Wyrtki. Tahun

1962 namanya berubah menjadi "Lembaga Penelitian Laut" sebagai salah satu bagian dari

Lembaga Biologi Nasional MIPI. Tahun 1970, melalui melalui keputusan presiden No.10

tahun 1970, lembaga ini ditetapkan sebagai lembaga berskala nasional dengan nama

Lembaga Oseanologi Nasional (LON) sebagai bagian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI).

Pada tahun 1986, terjadi reorganisasi di LIPI, berdasarkan Keppres R.I no. 1/1986,

nama LON diubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI (Puslitbang

Oseanologi - LIPI), dibawah kedeputian Ilmu Pengetahuan Alam.  Tahun 2001, berdasarkan

keputusan Kepala LIPI No. 1151/M/2001, Puslitbang Oseanologi - LIPI, diubah lagi

namanya menjadi Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, dibawah naungan Deputi Ilmu

Pengetahuan Kebumian.

2.4.1 Visi dan Misi Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

 Visi P2O-LIPI

Sejalan dengan paradigma baru LIPI sebagai organisasi yang bersifat ‘melihat keluar’,

berbagai perubahan yang direncanakan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI kedepan

difokuskan pada upaya lebih mengenali harapan publik, dan pencapaian kemampuan yang

cerdas, kreatif dan inovatif guna memenuhi harapan publik tersebut. 

Page 10: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Harapan yang semakin besar tersebut merupakan tantangan masa depan yang harus

disikapi secara arif, realistik dan tepat oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, dan harus

tercermin pada visi organisasi yang dipilih.

Rumusan visi Pusat Penelitian Oseanografi yang merupakan panduan untuk

menyikapi tantangan masa depan tersebut di atas adalah:

“Terwujudnya kemampuan Oseanografi yang cerdas dalam akuisisi data dan

penyediaan informasi kelautan bagi publik”  

Misi P2O-LIPI

Dalam upaya menjabarkan visi tersebut, misi utama yang diemban oleh Pusat

Penelitian Oseanografi LIPI adalah:

Meningkatkan pelayanan publik dalam menyediakan data dan informasi

oseanografi yang akurat, tepat waktu dan tepat guna; serta

Menjamin kelangsungan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya dan

lingkungan laut berbasis ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan bangsa.

Kedua misi tersebut akan diupayakan melalui transformasi Pusat Penelitian

Oseanografi LIPI menjadi sebuah organisasi yang memiliki kinerja tinggi.

Untuk mengoperasionalkan Misi tersebut, diperlukan rangkaian kegiatan berikut ini:

Memfasilitasi peningkatan kompetensi sumberdaya manusia agar berdaya saing

tinggi,

Mengembangkan sarana dan prasarana penelitian di bidang oseanografi,

Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkualitas,

Merumuskan dan melaksanakan program penelitian yang kompetitif, serta

mengkaji hasil penelitian untuk menentukan kebijakan bidang oseanografi,

Membangun jejaring kerja dengan berbagai pemangku kepentingan.

Page 11: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Berikut adalah struktur organisasi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI:

Gambar 4. Bagan Organisasi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

(Anonim3, 2010)

Page 12: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Kerja Praktek dilaksanakan di Laboratorium Planktonologi Pusat Penelitian

Oseanografi-LIPI, pada tanggal 28 Juni – 23 Juli 2010.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah Sedgwick Rafter, kaca penutup, gelas ukur 1000 ml,

tisu, mikroskop cahaya Nikon Eclipse (fase kontras), hand counter, pipet volume, buku

identifikasi fitoplankton, dan kamera digital.

Bahan yang digunakan adalah sampel awetan fitoplankton yang telah diawetkan

dengan formalin 4 % selama ± 8 bulan dari perairan Teluk Jakarta yang diambil pada bulan

Agustus 2009 dan bulan Oktober 2009, masing – masing di lima stasiun.

3.3 Cara Kerja

Sampel yang telah diawetkan dipisahkan antara endapan dengan pengawetnya,

endapan dituang ke beker glass 1000 ml kemudian diencerkan sampai 1000 ml dengan air.

Kemudian diambil sebanyak 1 ml dan diteteskan di Sedgwick Rafter. Lalu ditutup dengan

cover glass secara hati-hati dan dicegah agar tidak ada gelembung. Kemudian diamati

dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Pengamatan fitoplankton dilakukan di semua

kolom Sedgwick-Rafter yang terbagi dalam 250 bidang pandang (BD). Selanjutnya genus

fitoplankton dari kelas diatom yang terlihat diidentifikasi kemudian dihitung jumlahnya, lalu

dibuat tabel yang berisikan jenis dan jumlah genus, kemudian dari tabel tersebut dapat

dilakukan perhitungan untuk mendapatkan kelimpahan.

Page 13: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

3.4 Analisis Data

Rumus yang digunakan untuk analisis data adalah sebagai berikut:

Kelimpahan

Kelimpahan diatom dihitung dengan rumus:

N = x n

dimana:

N = kelimpahan diatom (sel/m3)

n = jumlah diatom yang teramati

fraksi = pengeceran yang dilakukan (ml)

V air tersaring dihitung dengan rumus: V = R. a. p, dimana

V = volume air tersaring (m3)

R = jumlah putaran flowmeter

a = luas mulut jaring

p = panjang kolom air yang dibutuhkan untuk membuat satu putaran flowmeter pada

kecepatan penarikan tertentu (antara 0,5 – 2,5 m/detik)

Page 14: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan pada masing – masing 5 stasiun, teridentifikasi 13 genus

pada sample bulan Agustus 2009 dan 15 genus pada sample bulan Oktober 2009. Hasil

identifikasi dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Hasil identifikasi diatom sample bulan Agustus 2009

Genus N (sel/m3) %

Nitzschia 830978.01 58.5023

Chaetoceros 225216.4 15.8556

Skeletonema 305058.31 21.4766

Rhizosolenia 10576.461 0.7446

Pleurosigma 3318.1054 0.2336

Coscinodiscus 5806.6844 0.4088

Thalassiotrix 22811.974 1.606

Bakteriastrum 622.14475 0.0438

Thalassionema 1451.6711 0.1022

Eucampia 11353.677 0.79932

Guinardia 2707.4818 0.19061

Triceratium 232.06987 0.01634

Ditylum 286.67454 0.02018

Jumlah 1420419.67 100

Page 15: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Tabel 2. Hasil identifikasi diatom per stasiun

GenusN (sel/m3) per stasiun

1 2 3 5 6

Nitzschia 830978.0108 742391.51 626782.0374 1077268.331 1753014.836Chaetoceros 225216.4012 633550.74 177610.8063 126246.0087 48734.67246Skeletonema 305058.3114 435363.07 355492.3608 244601.6418 35547.64344Rhizosolenia 10576.46083 6497.9563 7039.452688 9979.00436 13473.70356Pleurosigma 3318.105359 4223.6716 1353.740902 3481.048033 2580.070895Coscinodiscus 5806.684378 974.69345 812.244541 1160.349344 573.3490877Thalassiotrix 22811.97434 43211.41 17057.13536 32721.85151 1720.047263Bakteriastrum 622.1447548 1299.5913 1222.222222 5337.606984 3726.76907Thalassionema 1451.671094 0 0 1392.419213 23220.63805Eucampia 0 4548.5694 2436.733623 928.2794754 3440.094526Guinardia 0 0 2707.481803 0 0Triceratium 0 0 0 232.0698688 1720.047263Ditylum 0 0 0 0 286.6745439Jumlah 1405839.764 1872061.2 1192514.216 1503348.61 1888038.546

Table 3. Presentase kehadiran genus tiap stasiun

Genus%

1 2 3 5 6Nitzschia 59.1090131 39.656369 52.559712 71.6579191 92.8484664Chaetoceros 16.020062 33.842416 14.8938104 8.3976536 2.58123292Skeletonema 21.6993657 23.255814 29.8103248 16.2704538 1.88278166Rhizosolenia 0.75232335 0.3471017 0.59030346 0.66378512 0.71363498Pleurosigma 0.23602301 0.2256161 0.1135199 0.23155295 0.13665351Coscinodiscus 0.41304027 0.0520653 0.06811194 0.07718432 0.03036745Thalassiotrix 1.62265821 2.3082263 1.43035069 2.17659772 0.09110234Bakteriastrum 0.04425431 0.0694203 0.10249121 0.35504785 0.1973884Thalassionema 0.10326007 0 0 0.09262118 1.22988157Eucampia 0 0.2429712 0.20433581 0.06174745 0.18220468Guinardia 0 0 0.22703979 0 0.09110234Triceratium 0 0 0 0.01543686 0Ditylum 0 0 0 0 0.01518372Jumlah 100 100 100 100 100

Table 4. Hasil identifikasi sample bulan Oktober 2009

Page 16: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Genus N (sel/m3) %Skeletonema 3512820.575 33.7885Chaetoceros 6200607.76 59.6414Nitzschia 434182.1191 4.17624Bakteriastrum 154559.3497 1.48665Rhizosolenia 36844.67657 0.3544Thalassionema 8492.348527 0.08168Biddulphia 3413.323363 0.03283Coscinodiscus 26478.94163 0.25469Navicula 758.5163029 0.0073Pleurosigma 1353.951601 0.01302Liemophora 1896.290757 0.01824Thalassiotrix 5093.559315 0.04899Oscillatoria 7017.792834 0.0675Eucampia 2339.264278 0.0225Pediastrum 628.8344833 0.00605Jumlah 10396487.3 100

Table 5. Hasil identifikasi diatom per stasiun

GenusN (sel/m3)

1 2 3 4 5Skeletonema 144173.41 761204.1421 199812.157 853051.707 1554579.163Chaetoceros 393532.4801 1491280.977 2961606.05 704898.302 649289.9552Nitzschia 17463.258 84263.82077 78462.8227 121251.865 132740.353Bakteriastrum 18275.502 50935.59315 66279.1545 3898.7738 15170.32606Rhizosolenia 1624.4891 8803.682767 24367.3362 8577.30235 2275.548909Thalassionema 0 0 0 5458.28332 3034.065211Biddulphia 0 0 0 0 3413.323363Coscinodiscus 3655.1004 11947.85518 4386.12052 1559.50952 4930.355969Navicula 0 0 0 779.754759 758.5163029Pleurosigma 0 0 974.693449 0 379.2581514Liemophora 0 0 0 0 1896.290757Thalassiotrix 0 3144.172417 1949.3869 0 0Oscillatoria 0 0 0 7017.7928 0Eucampia 0 0 0 2339.26428 0Pediastrum 0 628.834483 0 0 0

Jumlah 578724.2354 2412209.078 3337837.717 1708832.56 2368467.156

Table 6. Presentase kehadiran diatom per stasiun

Page 17: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Genus%

1 2 3 4 5Skeletonema 24.9123 31.5563 5.98628 49.92014602 65.63651Chaetoceros 68 61.8222 88.7283 41.25028519 27.41393Nitzschia 3.01754 3.49322 2.35071 7.095596623 5.604484Bakteriastrum 3.15789 2.11157 1.98569 0.228154232 0.640512Rhizosolenia 0.2807 0.36496 0.73003 0.501939311 0.096077Thalassionema 0 0 0 0.319415925 0.128102Biddulphia 0 0 0 0 0.144115Coscinodiscus 0.63158 0.49531 0.13141 0.091261693 0.208167Navicula 0 0 0 0.045630846 0.032026Pleurosigma 0 0 0.0292 0 0.016013Liemophora 0 0 0 0 0.080064Thalassiotrix 0 0.13034 0.0584 0 0Oscillatoria 0 0 0 0.410677618 0Eucampia 0 0 0 0.136892539 0Pediastrum 0 0.02607 0 0 0Jumlah 100 100 100 100 100

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan, sample fitoplankton yang diamati adalah sample bulan

Agustus dan Oktober 2009, dimaksudkan bisa mewakili musim hujan dan musim kemarau.

Fitoplankton cenderung melimpah pada saat musim hujan, terlihat dari lebih banyaknya

genus yang ditemukan pada bulan Oktober. Pada bulan Agustus didapatkan 13 genus diatom,

sedangkan pada bulan Oktober didapatkan 15 genus diatom, hal ini dikarenakan musim hujan

membawa zat hara lebih banyak sehingga banyak diatom yang tumbuh di daerah tersebut

lebih bervariasi.

Pada bulan Agustus genus yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia, yaitu

sebesar 830978.01 sel/m3, pada tiap stasiun pun didominasi oleh Nitzschia. Genus ini

merupakan terbesar dan salah satu yang paling umum dan genus ini mempunyai toleransi di

lingkungan ekstrim seperti air tercemar secara organik (Anonim4, 2010). Genus ini juga

banyak ditemukan blooming di perairan Washington (Horner et al., 1996 dan Sayce &

Page 18: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Horner, 1996), perairan Prancis (LeDoux, et al., 1996), perairan Spanyol (MRguez et al.,

1996), dan di perairan Jepang (Yu et al., 1996 dan Kotaki et al., 1996).

Stasiun pertama bulan Agustus ditemukan 9 genus, antara lain: Nitzschia,

Chaetoceros, Skeletonema, Rhizosolenia, Pleurosigma, Coscinodiscus, Thallassiotrix,

Bakteriastrum, dan Thalassionema. Dengan kelimpahan total sebesar 1405840 sel/m3.

Stasiun kedua juga diperoleh 9 genus, yaitu: Nitzschia, Chaetoceros, Skeletonema,

Rhizosolenia, Pleurosigma, Coscinodiscus, Thallassiotrix, Bakteriastrum, dan Eucampia

dengan kelimpahan total sebesar 1872061.218 sel/m3.

Pada stasiun ketiga diperoleh 10 genus, yaitu: Nitzschia, Chaetoceros, Skeletonema,

Rhizosolenia, Pleurosigma, Coscinodiscus, Thallassiotrix, Bakteriastrum, Eucampia, dan

Melosira dengan kelimpahan total sebesar 1192514.22 sel/m3.

Stasiun kelima ditemukan 11 genus, antara lain Nitzschia, Chaetoceros, Skeletonema,

Rhizosolenia, Pleurosigma, Thalassionema, Thalassiotrix, Bakteriastrum, Triceratium,

Coscinodiscus, dan Eucampia dengan kelimpahan total sebesar 1503348.61 sel/m3.

Pada stasiun keenam ditemukan 12 genus yaitu, Nitzschia, Thalassionema,

Rhizosolenia, Chaetoceros, Skeletonema, Pleurosigma, Bakteriastrum, Eucampia,

Coscinodiscus, Thalassiotrix, dan Ditylum dengan kelimpahan total sebesar 1888038.546

sel/m3.

Pada sample bulan Oktober, genus yang paling banyak ditemukan ialah Chaetoceros.

Sama halnya dengan Nitzschia, Chaetoceros juga mempunyai toleransi tinggi terhadap

perubahan lingkungan. Seperti pada penelitian yang diadakan di Teluk Banten pada tahun

1995, jumlah Chaetoceros juga dominan di daerah tersebut, hal itu dikarenakan adanya

percampuran zat – zat nutrisi dan pencemar, sehingga dapat mengakibatkan blooming suatu

spesies (Adnan dan Yudhi, 2010) . Diatom ini umum dijumpai di perairan sub – tropic

pada suhu rendah. Di perairan pantai Iwate Pref., Jepang, blooming dari jenis ini biasanya

Page 19: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

terjadi pada bulan – bulan Desember dan Januari. Di perairan Bulgaria dan Rumania antara

tahun 1954 – 1972 jenis ini seringkali blooming pada musim semi di perairan teluk atau

estuarine. Blooming terjadi pada perairan yang mengalami eutrofikasi. Perairan Teluk Jakarta

juga diduga telah mengalami eutrofikasi (Praseno dan Sugestiningsih, 2000).

Beberapa jenis diatom mempunyai morfologi khusus, seperti adanya duri. Duri – duri

yang terdapat pada seta beberapa jenis Chaetoceros dapat menyebabkan masalah bagi biota

laut. Duri – duri ini dilaporkan dapat merangsang pembentukan lender pada insang biota laut,

sehingga biota tersebut sukar bernapas (Praseno dan Sugestiningsih, 2000).

Stasiun 1 – 3 didominasi oleh Chaetoceros masing – masing sebanyak 393532 sel/m3,

stasiun 2 sebanyak 1491281 sel/m3, stasiun 3 sebanyak 2961606 sel/m3, sedangkan pada

stasiun 4 dan 5 didominasi oleh Skeletonema dengan kelimpahan masing – masing stasiun

yaitu 853052 sel/m3 dan 1554579 sel/m3. Keberadaan Skeletonema ini dapat menjadi

indicator adanya pencemaran. Sama halnya dengan genus lain dari golongan diatom, tubuh

Skeletonema dapat memanfaatkan secara langsung zat – zat yag terdapat dalam air. Selain

itu, plankton ini dapat bertahan hidup di daerah yang memiliki euritermik dan eurihalin

berbeda. Skeletonema umumnya selalu hadir dalam jumlah yang besar dan kerapkali

mendominasi diantara beberapa marga lainnya (Soedibjo, 2007). Dominasi jenis ini diduga

terkait dengan kandungan nutrisi dan kadar salinitas akibat pasokan material dari darat dan

curah hujan yang tinggi.

Pada stasiun pertama hanya ditemukan 6 genus diatom, yaitu Chaetoceros,

Skeletonema, Nitzschia, Bakteriastrum, Coscinodiscus, dan Rhizosolenia dengan kelimpahan

total sebesar 578724 sel/m3.

Pada stasiun kedua ditemukan 8 genus, yaitu Chaetoceros, Skeletonema, Nitzschia,

Bakteriastrum, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Thalassiotrix, dan Pediastrum dengan

kelimpahan total sebesar 2412209 sel/m3.

Page 20: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Pada stasiun ketiga ditemukan 8 genus, yaitu Chaetoceros, Skeletonema, Nitzschia,

Bakteriastrum, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Thalassiotrix, dan Pleurosigma dengan

kelimpahan total sebesar 3337838 sel/m3.

Stasiun keempat ditemukan 10 genus, antara lain: Chaetoceros, Skeletonema,

Nitzschia, Bakteriastrum, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Thalassionema, Oscillatoria,

Eucampia, Coscinodiscus, dan Navicula dengan kelimpahan total sebesar 1708833 sel/m3.

Jumlah genus terbanyak ditemukan di stasiun kelima yaitu sebanyak 11 genus, antara

lain: Chaetoceros, Skeletonema, Nitzschia, Bakteriastrum, Coscinodiscus, Rhizosolenia,

Thalassionema, Biddulphia, Coscinodiscus, Navicula, Pleurosigma, dan Liemophora dengan

kelimpahan total sebesar 2368467 sel/m3.

Kelimpahan total diatom pada tiap stasiun berbeda – beda besarannya, kelimpahan

total terkecil terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 578724 sel/m3, sedangkan kelimpahan total

terbesar terdapat pada stasiun 3 sebesar 3337838 sel/m3.

Page 21: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kerja praktek yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan: pada bulan

Agustus didapatkan 13 genus diatom, yaitu: Nitzschia, Chaetoceros, Skeletonema,

Rhizosolenia, Pleurosigma, Coscinodiscus, Thalassiotrix, Bakteriastrum, Thalassionema,

Eucampia, Guinardia, Triceratium, dan Ditylum. Dengan kelimpahan sebesar 1420419.67.

Sedangkan pada bulan Oktober didapatkan 15 genus diatom, yaitu: Skeletonema,

Chaetoceros, Nitzschia, Bakteriastrum, Rhizosolenia, Thalassionema, Biddulphia,

Coscinodiscus, Navicula, Pleurosigma, Liemophora, Thalassiotrix, Oscillatoria, Eucampia,

dan Pediastrum. Dengan kelimpahan total sebesar 10396487.3.

5.2 Saran

Banyak hal yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton pada suatu perairan,

terutama pada perairan Teluk Jakarta. Disarankan pada penelitian yang akan datang tidak

hanya diatom yang diamati, tetapi juga dinoflagelata, agar hasil maksimal, selain itu tidak

hanya dilakukan pada musim hujan dan kemarau, tetapi juga saat musim peralihan.

Page 22: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Quraisyin, dan Yudhi S.G. 1998. Pengamatan Pendahuluan Populasi Fitoplankton

dan Zooplankton Di Perairan Teluk Banten November 1995. Diakses dari

http://www.coremap.or.id/downloads/1952.pdf pada tanggal 21 Juli 2010 pukul

11.24

Anonim. 2003. Teacher’s Guide Diatoms: Life in Glass Houses. Diakses dari

http://www.sinauer.com/pdf/Diatoms_Guide.pdf pada tanggal 13 Juli 2010 pukul

19.06

Anonim1. 2010. Diatoms. Diakses dari http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/diatom.html

pada tanggal 13 Juli 2010 pukul 19.14

Anonim2. 2010. ALGA UNISELLULER/MIKROBIOLOGI. Diakses dari

http://moningkaharvey.wordpress.com/ pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 12.16

Anonim3. 2010. Sejarah P2O LIPI. Diakses dari

http://www.oseanografi.lipi.go.id/id/profil/sejarah.html pada tanggal 13 Juli 2010

pukul 21.03

Anonim4. 2010. Nitzschia. Diakses dari http://www.pae.ugent.be/collection/nitzschia.htm

pada tanggal 14 Juli 2010 pukul 21.10

Page 23: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Arinardi, OH., et al. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di

Perairan Kawasan Timur Indonesia. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Cetakan Kedua.

Diterjemahkan oleh H.M. Eidman, et al. PT Gramedia. Jakarta.

Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. LIPI Press. Jakarta

Romimohtanto, Kasijan dan Sri Juwana. 2003. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang

Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.

Praseno, Djoko Prawoto, & Sugestiningsih. 2000.  Retaid di perairan Indonesia / Djoko P.

Praseno, Sugestiningsih.  Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI.

Jakarta 

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Universitas Diponegoro. Semarang

Sediadi, Agus. 1986. Mengenal Plankton Dalam Majalah Semi Populer Lonawarta. LIPI

Press. Ambon

Soedibjo, Bambang S. 2007. Fenomena Kehadiran Skeletonema sp. Di Perairan Teluk

Jakarta. Diakses dari http://www.lingkungan-tropis.org/fenomena-kehadiran-

skeletonema-sp-bambang-s-soedibjo pada tanggal 14 Juli 2010 pukul 21.10

Page 24: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Soeprobowati, TR, dan Suewarno Hadisusanto. 2009. Diatom dan Paleolimnologi: Studi

Komparasi Perjalanan Sejarah Danau Lac Saint-Augustine Quebeq-City, Canada

dan Danau Rawa Pening Indonesia. Diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/1880/1/artikel1_naning.pdf pada tanggal 13 Juli 2010

pukul 19.14

Page 25: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Gambar genus diatom

Page 26: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta

Guinardia

Eucampia

Thalassionema

Bakteriastrum

Triceratium

Pleurosigma

Ditylum

Page 27: Kelimpahan Diatom di Teluk Jakarta