· web viewdalam pembahasan makalah ini dijelaskan mengenai teori interaksionisme ... di mana...
Post on 29-Jan-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kelompok
kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah Psikologi Sosial 2 dengan judul “Teori
Interaksionisme Simbolik” ini tepat waktu dan maksimal.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Sosial 2
dan sebagai wujud hasil diskusi kelompok yang berguna untuk referensi kalangan mahasiswa
Universitas Hang Tuah. Dalam pembahasan makalah ini dijelaskan mengenai teori
interaksionisme simbolik beserta contoh kasus yang sekaligus dibahas secara jelas.
Kami mohon maaf jika pada penulisan maupun penjelasan pada makalah ini ada
kurang dan lebih sehingga menimbulkan salah penafsiran. Terimakasih banyak atas
partisipasi teman-teman senagkatan 2012 fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah dan
dosen kami tercinta Bapak Achmad Fauzie, S.Psi, M.Psi yang telah membimbing dan
membantu peyelesaian makalah ini.
Wassalamualaikum.Wr.Wb.
Surabaya, 9 Maret 2014
Penyusun
1
TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK
A. KONSEP UMUM
a. Pengertian interaksi simbolik secara etimologi
Pengertian interaksi dalam kamus bahasa Indonesia adalah saling mempengaruhi,
saling menarik, saling meminta dan memberi. Dalam bahasa inggris disebut interaction yang
dalam kamus ilmiah berarti pengaruh timbal balik, saling mempengaruhi satu sama lain.
Sedangkan simbolik dalam kamus bahasa indonesia berarti perlambangan, dan dalam bahasa
inggris disebut symbolic yang dalam kamus ilmiah berarti perlambangan, gaya bahasa yang
melukiskan suatu benda dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau
pelambang.
b. Pengertian interaksi dan simbolik secara terminologi
Interaksionisme simbolik adalah salah satu model penelitian budaya yang berusaha
mengungkap realitas perilaku manusia. Falsafah dasar interaksionisme simbolik adalah
fenomenologi. Interaksionisme simbolik (IS) adalah nama yang diberikan kepada salah satu
teori tindakan yang paling terkenal. Melalui interaksionisme simboliklah pernyataan-
pernyataan seperti “definisi situasi”, “realitas dimata pemiliknya”, dan “jika orang
mendefinisikan situasi itu nyata, maka nyatalah situasi itu dalam konsekuensinya”, menjadi
paling relevan. Meski agak berlebihan, nama IS itu jelas menunjukkan jenis-jenis aktifitas
manusia yang unsur-unsurnya memandang penting untuk memusatkan perhatian dalam
rangka memahami kehidupan sosial.
Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia,
yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Simbolik interaksionisme
adalah cara kita menginterpretasikan dan memberi makna pada lingkungan disekitar kita
melalui cara kita berinteraksi dengan orang lain.
Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut
pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai
proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan
mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang
mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendiri yang
menentukan perilaku manusia.
2
c. Pandangan Secara Pragmatis
Pragmatisme adalah pemikiran filsafat yang meliputi banyak hal. Ada beberapa aspek
pragmatisme. Pertama, menurut pemikir pragmatisme, realitas sebenarnya tak berada “di
luar” dunia nyata; realitas “diciptakan secara aktif saat kita bertindak di dalam dan terhadap
dunia nyata” (Hewitt, 1984:8; Lihat juga Shalin, 1986). Kedua, manusia mengingat dan
mendasarkan pengetahuan mereka mengenai dunia nyata pada apa yang telah terbukti
berguna bagi mereka. Ketiga, manusia mendefinisikan “objek” sosial dan fisik yang mereka
temui di dunia nyata menurut kegunaannya bagi mereka. Keempat, bila kita ingin memahami
aktor, kita harus mendasarkan pemahaman itu diatas apa-apa yang sebenarnya mereka
kerjakan dalam dunia nyata. Ada 3 hal yang penting bagi interaksionisme simbolik:
1. memusatkan perhatian pada interaksi antara aktor dan dunia nyata.
2. memandang baik aktor maupun dunia nyata sebagai proses dinamis dan bukan
sebagai struktur yang statis.
3. dan arti penting yang dihubungkan kepada kemampuan aktor untuk menafsirkan
kehidupan sosial.
d. Pandangan Behaviorsme
Mead sebenarnya menyebut basis pemikirannya sebagai behaviorisme sosial untuk
membedakannya dengan behaviorisme radikal dari John B, Watson (salah seorang muri
Mead). Behaviorisme radikal Watson (Buckley, 1989) memusatka perhatian kepada perilaku
individual yang dapat diamati. Penganut behaviorisme radikal menyangkal atau tak mau
menghubungkan proses mental tersembunyi yang terjadi diantara saat stimuli dipakai dan
respon dipancarkan. Mead dan behaviorisme radikal juga berbeda pandangan mengenai
hubungan antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kunci perbedaamya adalah bahwa
manusia mempunyai kapasitas mental yang memungkinkannya menggunakan bahasa antara
stimulus dan respon untuk memutuskan bagaimana cara merespon. 3 perbadaan mendasar
antara Mead dan Watson. Pertama, Mead menganggap pemusatan perhatian Watson
terhadap perilaku terlalu disederhanakan. Kedua, Mead menuduh tak berkeinginan
memperluas behavorisme ke proses mental. Ketiga, karena Watson menolak variabel pikiran,
Mead memandangnya citra pasif tentang aktor sebagai boneka.
3
B. TEORI KHUSUS
George Herbert Mead
a. Biografi Tokoh
George Herbert Mead dilahirkan di South Hadley, Massachussetts, Amerika pada 27
Februari 1863, anak dari seorang pendeta (clergyman, minister). Ayahnya, Hiram Mead,
adalah pendeta gereja kongregasional dan juga mengajar di seminari teologi di Oberlin, Ohio.
Sementara itu Ibunya, Elizabeth Storrs Billings, adalah perempuan berpendidikan yang
mengajar di Oberlin College selama dua tahun, kemudian menjadi presiden di Mount holyoke
College selama 10 tahun.
Ketika berumur 7 tahun, George H. Mead masuk Fakultas Teologi di Oberlin College
di Ohio, dan selesai tahun 1883. Ketika menjadi mahasiswa di sini, Mead berteman secara
baik dengan Henry Castle, seorang yang berasal dari keluarga kaya, keluarga yang
berpendidikan baik, yang memiliki tanah luas dan pengaruh politik di Hawai. Selama kuliah,
keduanya banyak berdidkusi tentang filsafat dan agama sehingga menjadi semakin kritis pada
kepercayaan yang bergantung pada konsepsi supranatural. Mereka juga mengembangkan
cukup luas tentang sastra, puisi, dan sejarah.
b. Pembahasan Teori
Dia merupakan pengaruh terpenting bagi Blumer, sosiolog selanjutnya dalam teori
interaksionisme simbolik yang terkenal melalui bukunya, mind, self and society dan beberapa
buku selanjutnya merupakan karya penting Mead. Bagi Mead, individu merupakan makhluk
yang sensitif dan aktif. Keberadaan sosialnya sangat mempengaruhi bentuk lingkungannya
(secara sosial maupun dirinya sendiri) secara efektif, sebagaimana lingkungan
mempengaruhi kondisi sensitivitas dan aktifitasnya. Mead menekankan bahwa individu itu
bukanlah merupakan “budak masyarakat”. Dia membentuk masyarakat sebagaimana
masyarakat membentuknya.
Karya Mead yang paling terkenal ini menggaris bawahi tiga konsep kritis yang
dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme simbolik. Tiga
konsep ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme simbolik. Dari
itu, pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial diri/self dengan yang lain) digunakan untuk
menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society) di mana kita hidup. Makna berasal
4
dari interaksi dan tidak dari cara yang lain. Pada saat yang sama “pikiran” dan “diri” timbul
dalam konteks sosial masyarakat. Pengaruh timbal balik antara masyarakat, pengalaman
individu dan interaksi menjadi bahan bagi penelahaan dalam tradisi interaksionisme simbolik
(Elvinaro, 2007: 136)
a) Tindakan
Mead memandang tindakan sebagai “unit primitif” dalam teorinya (1982:27).
Dalam menganalisis tindakan, pendekatan Mead hampir sama dengan pendekatan
behavioris dan memusatkan perhatian pada rangsangan (stimulus) dan tanggapan
(response). Mead mengidentifikasikan empat basis dan tahap tindakan yang saling
berhubungan (Schmitt dan schmitt, 1996).
Impuls. Tahap pertama adalah dorongan hati/implus (impulse) yang meliputi
“stimulus/rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera” dan reaksi
aktor terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap
rangsangan itu. Rasa lapar adalah contoh yang tepat dari implus.
Persepsi. Tahap kedua adalah reaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan
implus. Manusia memiliki kapasitas untuk merasakan dan memahami stimuli
melalui pendengaran, senyuman, rasa, dan sebagainya. Presepsi melibatkan
rangsangan yang baru masuk maupun citra mental yang ditimbulkannya.
Manipulasi. Tahap ketiga adalah mengambil tindakan berkenaan dengan objek itu.
Tahap manipulasi merupakan tahap jeda yang penting dalam proses tindakan agar
tanggapan tak diwujudkan secara spontan.
Konsumasi. Tahap keempat adalah mengambil tindakan yang memuaskan dorongan
hati yang sebenarnya.
b) Sikap-Isyarat (Gesture)
Menurut Mead, gerak atau sikap isyarat adalah mekanisme dasar dalam tindakan
sosial dan dalam proses sosial yang lebih umum. Menurut pandangan Mead, gesture adalah
gerakan organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan
tanggapan (secara sosial) yang tepat dari organisme kedua (Mead, 1934/1962:14; lihat Mead,
1959: 187).
5
Simbol-simbol signifikan
Simbol signifikan adalah sejenis gerak-isyarat yang hanya dapat diciptakan manusia.
Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu
sama dengan sejenis tanggapan (tetapi tak selalu sama) yang diperoleh dari orang yang
menjadi sasaran isyarat. Ungkapan suaralah yang paling mungkin menjadi simbol yang
signifikan, meski tidak semua ucapan dapat menjadi simbol signifikan. Fungsi bahasa atau
simbol yang signifikan pada umumnya adalah menggerakkan tanggapan yang sama di pihak
individu yang berbicara dan juga di pihak lainnya. Simbol signifikan memungkinkan orang
menjadi stimulator tindakan mereka sendiri. Mead juga melihat fungsi isyarat pada umumnya
dan simbol signifikan pada khususnya. Fungsi isyarat adalah menciptakan peluang diantara
individu yang terlibat dalam tindakan sosial tertentu dengan mengacu pada objek atau objek-
objek yang menjadi sasaran tindakan itu (Mead, 1934/1962:46).
Pikiran (Mind)
Pikiran yang didefinisikan Mead sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya
sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu; pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran
muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses
sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi,
pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substansif. Karakteristik
istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri
tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Mead juga
melihat pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah
pada penyelesaian masalah.
Diri (Self)
Banyak pemikiran Mead pada umumnya, dan khususnya tentang pikiran, melibatkan
gagasannya mengenai konsep diri. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima
diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek
maupun objek. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial.
Diri berhubungan secara diakletis dengan pikiran. Artinya, satu pihak Mead menyatakan
bahwa tubuh bukanlah diri dan baru akan menjadi diri bila pikiran telah berkembang.
Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksivitas atau kemampuan
menempatkan diri secara tak sadar ke dalam tmepat orang lain dan bertindak seperti mereka
bertindak. Diri juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan dengan orang lain.
6
Masyarakat
Pada paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat yang berarti proses sosial
tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan
tanggapan teroganisir yang diambila allih oleh individu dalam bentuk aku. Mead secara lebih
khusus, ia mengatakan bahwa keseluruhan tindakan komunitas tertuju pada individu
berdasarkan keadaan tertemtu menurut dengan cara yang sama, berdasarkan keadaan itu pula,
terdapai respon yang sama di pihak komunitas. Menurut Mead, pranata sosial seharusnya
hanya menetapkan apa yang seharusnya hanya menetapkan apa yang sebaiknya dilakukan
individualitas dan kreativitas.
c) Prisip-prinsip Dasar
Blumer, 1969a; 1962; Snow, 2001 telah mencoba menghitung prinsip dasar teori ini
yang meliputi :
Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk berpikir.
Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.
Mempelajari arti dan simbol
Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan khusus dan
berinteraksi.
Tindakan dan interaksi
Membuat kebijakan modifikasi dan perubahan
Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan
masyarakat.
Dalam konsep teori Herbert Mead tentang interaksionisme simbolis terdapat prinsip-
prinsip dasar yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
Manusia dibekali kemampuan berpikir, tidak seperti binatang
Kemampuan berpikir ditentukan oleh interaksi sosial individu
Dalam berinteraksi sosial, manusia belajar memahami simbol-simbol beserta maknanya
yang memungkinkan manusia untuk memakai kemampuan berpikirnya
Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak (khusus dan sosial) dan
berinteraksi
Manusia dapat mengubah arti dan simbol yang digunakan saat berinteraksi berdasar
penafsiran mereka terhadap situasi
7
Manusia berkesempatan untuk melakukan modifikasi dan perubahan karena
berkemampuan berinteraksi dengan diri yang hasilnya adalah peluang tindakan dan
pilihan tindakan
Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok bahkan
masyarakat.
C. KASUS
a. Kasus I : “Menjamurnya Bahasa Alay di Kalangan Remaja”
Kemajuan perkembangan bahasa dari tahun ke tahun semakin bertambah kompleks,
mengikuti pola kebudayaan yang banyak diminati masyarakat, khususnya anak muda jaman
sekarang. Bahasa yang digunakan beragam sesuai kelas usia maupun kelompok sosial
mereka. Karena peranan penting kelompok (peer grup) juga berpengaruh pada perilaku
maupun tingkah laku individu, misalnya : pola komunikasi; penggunaan bahasa alay bisa
meningkatkan kelas kelompok mereka. Jika kita menggunakan bahasa alay, kita akan merasa
bangga, merasa diakui dan merasa mendapatkan persetujuan atas perilaku nya tersebut.
Bahasa alay tidak hanya berlaku pada pola komunikasi searah atau dua arah, tidak terjadi
pada pola komunikasi strata kelas menengah bawah maupun kelas atas tetapi saat ini hampir
keseluruhan sudah merata. Tidak lagi membedakan strata atas maupun bawah, bahkan anak-
anak muda jaman sekarang seperti “memaksakan diri” untuk mengikuti perkembangan
jaman, salah satunya menggunakan bahasa alay.
b. Kasus II : “Pengaruh Gadget pada masyarakat Indonesia”
Penggunaan tekhnologi khususnya gadget merambah dunia perkembangan komunikasi
maupun dunia pergaulan masyarakat. Kelas sosial tidak lagi menjadi patokan seseorang
dikatakan orang tersebut “pasti” menggunakan jenis gadget apa yang ia gunakan. Bahkan
masyarakat strata bawah maupun atas “sekelas” dalam penggunaan gadget. Motivasi terbesar
mereka hanyalah masalah image dan prestise, bahwa ingin merasa disamakan dan diakui
keberadaannya jika menggunakan gadget tertentu. Contoh kasus yang fenomena saat ini :
para penjual jasa seperti tukang ojek, jika dilihat dari segi pecitraan mereka termasuk
golongan masyarakat menengah kebawah, akan tetapi gadget yang mereka gunakan hamper
8
sama dengan gadget yang digunakan oleh masyarakat golongan strata menengah keatas.
Alasan klasik yaitu memenuhi kebutuhan hidup yag semakin meningkat dan memaksa setiap
individu untuk memenuhi nya.
c. Kasus III : “K-Pop lebih digemari dibandingkan budaya bangsa sendiri”
Fenomena budaya K-Pop mengakar dan memudarkan perlahan-lahan minat masyarakat
Indonesia terhadap budaya bangsanya sendiri. Budaya daerah dianggap kuno dan primitif,
tidak seirama dengan perkembangan dan kemajuan globalisasi. Jika masih melestarikan
budaya bangsa sendiri sangatlah langka, karena anak muda sekarang khususnya lebih merasa
gaul dalam arti mengikuti perkembangan jaman yang semakin hilang arah identitas
bangsanya sendiri. Interaksi yang diperankan oleh beberapa artis Indonesia yang menirukan
gaya Korea membuat masyarakat meniru dan mencoba mengambil peran dengan apa yang
dilihat dari layar televisi.
D. ANALISIS KASUS
a. Kasus I
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal
dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial,
dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah
masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:
(1) Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai
makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui
interaksi dengan individu lain,
(2) Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian
sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu
cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia
luarnya,
(3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan
dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat
9
dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya
mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara
lain:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
2. Pentingnya konsep mengenai diri,
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Teori interaksi simbolik akan lebih mempermudah dalam memahami apa yang anak
muda banggakan dengan memakai bahasa alay. Menurut teori interaksi simbolik
kecenderungan anak muda memakai bahasa alay adalah mereka merasa dihargai dan lebih
menonjol dengan sebutan anak gaul jika mereka memakai bahasa alay. Bahasa yang sering
tidak dimengerti oleh orang lain khususnya orang tua akan lebih membuat mereka mudah
berinteraksi dan mencurahkan isi hati mereka kepada teman sebaya karena orang yang lebih
tua belum tentu akan mengerti. Maka dari itu, mereka akan bangga dengan bahasa mereka
yang menurut mereka sering membuat orang lain terheran-heran akan kelebihan mereka
memakai bahasa alay dan itu akan berdampak bagaimana orang lain menilai mereka sebagai
sosok yang memiliki pergaulan luas sebagai makhluk sosial.
Akan tetapi, sekarang pergeseran tentang penghargaan bahwa anak alay sebagai anak
gaul membuat komunitas anak alay ini menjadi suatu komunitas yang akan memberi dampak
sosial kemasyarakatan bagi masyarakat yang hidup dilingkungannya. Sehingga, sekarang ini
anak alay dimaknai sebagai sosok yang kurang dapat memakai bahasa yang baik dan benar.
Padahal, bahasa alay adalah ciri khas dari anak yang gaul sekarang sudah bergeser pada
perilaku kurang menghargai bahasa indonesia dan cenderung pergaulan yang
berlebihan(bahasa yang hiperbola). Karena bahasa alay adalah bahasa yang hiperbola (lebay)
malah dipandang masyarakat sebagai bahasa yang kurang sopan dan memiliki efek negatif
bagi perilaku anak.
10
b. Kasus II
Dalam masyarakat maju, budaya konsumerisme masal telah memaksa individu dan
masyarakat untuk memperjelas diri dan orang lain dalam kaitan dengan benda yang dimliki.
Banyak orang menggambarkan barang-barang milik sebagai citra diri. Apabila orang itu
kehilangan barang tersebut, ia akan mengalami siksaan pribadi atau penurunan harga diri.
(Lury, 1998:10)
Berkaitan dengan gadget, ada dua hal yang berkaitan dengan kepemilikan benda
tersebut.
1. Mereka baranggapan bahwa dengan memiliki benda tersebut maka pamor dan
gengsinya akan naik. Dan ada kecenderungan ia ingin memperlihatkan miliknya kepada
orang lain baik yang mempunyai gadget ataupun tidak. Dengan cara ini, pemilik gadget ingin
menunjukkan siapa dirinya, status ekonomi ataupun kelasnya.
2. Dengan memiliki gadget merk termahal dan seri terbaru dengan fitur-fitur unggulan,
si pemilik ingin menunjukkan kelas sosialnya karena kepemilikan gadget merk terbaru, seri
terbaru termasuk keluarga yang “the have” atau berada. Dengan demikian ukuran kesuksesan
seseorang seringkali dilihat dari jenis gadget yang dimilikinya.
Menurut teori Mead yang dimana dijelaskan ada 4 tahap tindakan interaksi simbolik:
Impuls. Pada kasus ini subjek memiliki dorongan dalam diri untuk memiliki barang
tersebut agar status sosialnya diakui/dihargai.
Persepsi. Menurut subjek, jika seseorang memiliki gadget terbaru maka orang
tersebut dianggap orang berada, orang modern/keren.
Manipulasi. Pada tahap ini subjek akan melakukan berbaga tindakan agar
mendapatkan gadget yang diharapkan tersebut, baik dengan cara yang benar ataupun
salah.
Konsumasi. Dengan begitu, subjek dapat menunjukkan kepada masyarakat sosial
bahwa subjek itu mampu mengikuti perkembangan zaman.
11
c. Kasus III
Interaksionisme simbolik yang akan diangkat adalah teori menurut George H. Mead
tentang tindakan. Mead menjelaskan bahwa tindakan sebagai “unit primitif” dalam
memusatan perhatian tentang behavioris penekannya pada rangsangan (stimulus) dan
tanggapan (response). Mead mengidentifikasi empat basis dan tahap tindakan yang saling
berhubungan. keempat tahap itu mencerminkan satu kesatuan organik (saling berhubungan
secara dialektis).
Implus yaitu dorongan hati/implus (impulse) yang meliputi “stimulus/rangsangan
spontan yang berhubungan dengan alat indera” dan reaksi aktor terhadap rangsangan,
kebutuhan untuk melakukan sesuatu tehadap rangsangan itu.
Persepsi (perception). Aktor menyelidiki dan bereaksi terhadap rasangan yang
berhubungan dengan implus, dalm hal ini rasa lapar dan juga berbagai alat yang
tersedia untuk memuaskannya. Manusia mempunyai kapasitas untuk merasakan dan
memahami stimulus melalui pendengaran, senyuman, rasa, dan sebagainya.
Manipulasi (Manipulation). Langkah selanjutnya adalah memanipulasi objek atau
mengambil tindakan berkenaan dengan objek. Manusia mempunyai keuntungan lain
ketimbangan binatang, seperti mempunyai otak sebagai menanggapi ilmu
pengetahuan. Tahap manipulasi merupakan tahap jeda yang penting dalam proses
tindakan agar tanggapan tak diwujudkan secara spontan.
Konsumasi/tahap pelaksanaan (Consummation), atau mengambil tindakan yang
memuaskan dorongan hati yang sebenarnya. Baik manusia maupun binatang mungkin
memakan cendawan, tetapi manusia lebih kecil kemungkinana memakan cendarawan
beracun karena kemampuannya untuk memanipulasi cendawan dan memikiran (dan
membaca) mengenai implikasi dari memakannya.
Demam Korea dikalangan remaja dapat kita ambil dari penjelasan Mead di atas,
awalnya dari interaksi yang diperankan oleh beberapa artis Indonesia yang menirukan gaya
Korea membuat masyarakat meniru dan mencoba mengambil peran dengan apa yang dilihat
dari layar televise. Awalnya menyukai drama sinetron kemudian menyukai aliran music K-
Pop dan saat ini meniru style ala korea.
Peniruan kebudayaan yang terjadi di kalangan anak muda masa kini membuat hal
baru bagi banyak hal seperti K-Pop ke-Korean yang membuat perubahan kebudayaan pada
anak muda hingga anak-anak. Ini menjadi jelas, bahwa setiap yang baru mengakibatkan
sebuah proses dorongan hati/implus (impluse) yang meliputi stimulus atau rangsangan
spontan yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor terhadap rangsangan kebutuhn
12
untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan itu . sehingga manusia mempunyai kapasitas
untuk merasakan dan memahami stimulus melalui pendengaran, senyuman, rasa, dan
sebagainya. Hal ini juga berakibat pada manipulasi, langkah selanjutnya adalah memanipulasi
objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek.
E. KESIMPULAN
Interaksionisme simbolik merupakan teori dengan kajian utamanya individu. Teori ini
membahas tentang interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol
yang digunakan adalah simbol signifikan seperti bahasa. Dengan menggunakan simbol-
simbol tersebut akan menghasilkan suatu makna yang akhirnya bisa dimengerti orang lain.
Asumsi dasar dari teori ini adalah pikiran, diri, dan masyarakat. Teori ini juga merupakan
jembatan penghubung antara teori yang berfokus pada individu dan teori yang berfokus pada
kekuatan sosial. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain,
demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita
dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol
yang ditampilkan oleh orang lain.
Dalam pengkajian berkomunikasi menggunakan teori interaksionalisme simbolik yang
berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses dari interaksi yang
membangun, memelihara dan mengubah kebiasaan-kebiasaan.Termasuk di dalamnya
adalah bahasa dan simbol-simbol. komunikasi merupakan penyambung antar anggota
masyarakat, dimana mereka akan menjauhkan dari hal-hal yang menyebabkan kerusakan
dalam masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta.
Kencana Prenada Media Group
2. http://dpict92.blogspot.com/2012/04/teori-interaksionisme-simbolik.html
3. http://maulanakurnia.blogspot.com/2010/01/interaksionisme-simbolis-george- herbert.html
14
top related