draft paper kshp 2
Post on 02-Aug-2015
72 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERMASALAHAN DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM,
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan M.K Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Perairan
Disusun oleh :1. Alfania C240800592. Ginnamaria Azhari S. C240900153. Tyas Dita Pramesthy C240900364. Selvia Oktaviyani C240900505. Cutra Samil C240900606. Nisa Agustina C240900627. Adam Wiradisastra C24090067
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2012
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman
hayati (biodiversity) terbesar. Salah satu ekosistem yang penting dengan potensi
sumberdaya alam yang tinggi adalah ekosistem hamparan banjir (lebak lebung) di
Danau Sentarum. Danau Sentarum merupakan salah satu wakil daerah hamparan
banjir (lebak lebung, floodplain) yang sangat penting, tidak saja bagi bangsa
Indonesia, namun juga bagi dunia.
Pentingnya ekosistem tersebut bagi Indonesia bahkan bagi dunia tidak
diikuti dengan pengelolaan yang baik dari masyarakat. Oleh karena itu, Danau
Sentarum dijadikan sebagai Taman Nasional dengan tujuan untuk melindungi
fungsi dan sumberdaya alam yang berada pada ekosistem tersebut.Taman
Nasional Danau Sentarum merupakan salah satu tipe ekosistem hamparan banjir
paling luas yang masih tersisa dalam kondisi baik di Indonesia, bahkan di Asia
Tenggara.
Adanya potensi yang cukup besar dan banyaknya pemangku kepentingan
di Taman Nasional Danau Sentarum dapat menimbulkan beberapa permasalahan
baik dari segi pemanfaatan ataupun pengelolaannya. Masalah yang muncul ini
menjadi tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan yang tersusun atas
kelompok pemerintah (pusat dan daerah), masyarakat (terutama suku Melayu dan
Dayak Iban), organisasi nir-laba, pihak swasta, dan lembaga-lembaga
internasional, untuk bersama-sama memberikan solusi agar kegiatan pengelolaan
atau konservasi di Taman Nasional Danau Sentarum dapat berjalan dengan baik.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan
dalam pengelolaan yang terjadi pada kawasan koservasi Taman Nasional Danau
Sentarum,sehingga dapat diberikan suatu solusi pengelolaan yang baik.
2. KONDISI UMUM
2.1 Sejarah Berdirinya Taman Nasional Danau Sentarum
Penunjukan kawasan Danau Sentarum sebagai kawasan Suaka Alam untuk
pertama kalinya pada tahun 1981 dengan status sebagai Cagar Alam yaitu
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 2240/DJ/I/1981
tanggal 15 juni 1981 dengan luas 80.000 ha. Daerah Danau Sentarum ditetapkan
menjadi kawasan Suaka Alam pada tahun 1982 dengan Surat Keputusan No.
757/Kpts/Um/10/1982 dengan luas 80.000 ha. Daerah ini dikelola sebagai Suaka
Margasatwa oleh Departemen Kehutanan yang diwakili oleh kantor Sub Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat yang berkantor di Pontianak
(Departemen Kehutanan 2007).
Pada tahun 1994 Suaka Margasatwa Danau Sentarum ditetapkan menjadi
lokasi Ramsar di Indonesia, karena merupakan salah satu wakil daerah hamparan
banjir (lebak lebung, floodplain) yang sangat penting, tidak saja bagi bangsa
Indonesia, namun juga bagi dunia. Taman Nasional Danau Sentarum merupakan
salah satu tipe ekosistem hamparan banjir paling luas yang masih tersisa dalam
kondisi baik di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara (Departemen Kehutanan
2007).
Pada tahun 1999, kawasan Suaka Margasatwa Danau Sentarum berubah
fungsi menjadi kawasan Taman Nasional Danau Sentarum melalui Surat
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 34/KptsII/1999 tanggal 4
Pebruari 1999 dengan luas 132.000 ha. Pada tanggal 1 Februari 2007 melalui
Peraturan Menteri Kehuatanan No P.03/Menhut-II/2007, secara legalitas awal
berdirinya Unit Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional Danau Sentarum yang
berkantor di Kabupaten Sintang (Departemen Kehutanan 2007).
2.2 Profil Danau Sentarum
Taman Nasional Danau Sentarum berada di wilayah Kabupaten Kapuas
Hulu Propinsi Kalimantan Barat. Letaknya kira-kira 700 kilometer dari Pontianak.
Secara administrasi kawasan ini meliputi 7 (tujuh) Kecamatan yaitu Kecamatan
Batang Lupar, Badau, Embau, Bunut Hilir, Suhaid, Selimbau dan Kecamatan
Semitau. Secara Geografis kawasan Taman Nasional terletak di antara 00º45´ -
01º02´ LU dan 111º55´ - 112º26´ BT atau berjarak sekitar 100 km di sebelah
Utara garis Equator (Departemen Kehutanan 2007).
Topografi Danau Sentarum umumnya berbentuk cekungan datar atau
lebak lebung yang merupakan daerah hamparan banjir yang dikelilingi oleh
jajaran pegunungan, yaitu Pegunungan Lanjak di sebelah Utara, Pegunungan
Muller di Timur, Dataran Tinggi Madi di Selatan dan Pegunungan Kelingkang di
sebelah Barat (Departemen Kehutanan 2007).
Gambar 1. Lokasi Danau Sentarum
Sumber : Departemen Kehutanan 2007
Danau Sentarum sebagai danau musiman yang berada di taman nasional
ini terletak pada sebelah cekungan sungai Kapuas, yaitu sekitar 700 km dari
muara yang menuju laut Cina Selatan. Dibatasi oleh bukit-bukit dan dataran tinggi
yang mengelilinginya, Danau Sentarum merupakan daerah tangkapan air dan
sekaligus sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai Kapuas. Dengan
demikian, daerah-daerah yang terletak di hilir Sungai Kapuas sangat tergantung
pada fluktuasi jumlah air yang tertampung di danau tersebut (Departemen
Kehutanan (Departemen Kehutanan 2007).
Sistem perairan dari danau air tawar dan hutan tergenang ini menjadikan
Danau Sentarum tidak seperti danau-danau lainnya. Airnya bewarna hitam
kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di
sekitarnya. Pada saat musim hujan, kedalaman air danau tersebut dapat mencapai
6-8 meter dan menyebabkan tergenangnya hutan sekitarnya. Tetapi, pada saat
musim kemarau, dimana tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air
dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di
sungai tersebut relatif stabil. Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan
Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah yang luas.
Ikan-ikan yang tadinya berada di danau, akan terlihat di kolam-kolam kecil.
Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem lahan basah
danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan (Departemen
Kehutanan 2007).
Tingginya curah hujan sangat mempengaruhi kondisi kawasan Taman
Nasional Danau Sentarum. Dengan letak dan kondisinya yang berada di tengah
tengah jajaran pegunungan menjadikan kawasan ini sebagai daerah tangkapan air.
Pada musim penghujan danau-danau di kawasan Danau Sentarum ini akan
tergenang, akibat adanya aliran air yang berasal dari bukit-bukit di sekitarnya dan
dari luapan Sungai Kapuas yang masuk ke kawasan. Sekitar 9 -10 bulan dalam
setahun kondisi kawasan yang sebagian besar merupakan dataran rendah berupa
cekungan (lebak lebung) akan terendam dengan kedalaman antara 6 – 14 m.
Sedangkan pada musim kemarau panjang sebagian besar danau kering, berupa
alur sungai dan hanya danau permanen yang masih terisi air. Di kawasan Danau
Sentarum terdapat dua buah sungai utama yaitu Sungai Tawang dan Sungai
Leboyan. Sungai Tawang merupakan sungai yang menghubungkan antara Sungai
Kapuas dengan komplek danau di Taman Nasional Danau Sentarum, sedangkan
Sungai Leboyan berhulu ke Sungai Embaloh (Departemen Kehutanan 2007).
2.3 Kondisi Masyarakat Danau Sentarum
Masyarakat yang tinggal disekitar Danau Sentarum adalah masyarakat
melayu dan dayak. Masyarakat melayu di kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum terdapat lebih dari 45 dusun permanen dan 10 dusun musiman yang
letaknya tersebar di dalam kawasan. Dari penggalian sejarah, dusun dusun yang
berada dalam kawasan ada sejak sebelum abad 18 atau sekitar lebih dari dua abad
yang lalu. Yang berarti sangat jauh jarak waktunya dengan penetapan kawasan ini
sebagai kawasan konservasi. Mata pencaharian mayoritas masyarakat melayu
adalah nelayan dengan berbagai kegiatan antara lain menjala, memukat,
memasang sentaban (jebakan ikan), memelihara ikan dalam karamba serta
mengumpulkan ikan-ikan hias (Departemen Kehutanan 2007). Masyarakat Dayak
umumnya tinggal di sekitar batas kawasan dan pada dataran perbukitan yang
mengelilingi kawasan Taman Nasional. Masyarakat Dayak yang ada mayoritas
dari suku Iban dan sebagian dari suku Kantuk dan Embaloh. Umumnya mereka
sebagai petani ladang dan pemburu yang tangguh. Disamping itu mereka juga
berkebun karet dan menanam buah-buahan (Departemen Kehutanan 2007).
2.4 Potensi Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum
Taman Nasional Danau Sentarum dengan luas 132,000 ha memiliki nilai-nilai
ekologis dan ekonomi penting bagi Provinsi Kalimantan Barat. Sistem danau air tawar
musiman Danau Sentarum, yang secara teratur tergenang dalam 9-10 bulan dan musim
kering selama 2-3 bulan dalam setahun, memainkan peranan penting untuk pengaturan air
di wilayah tersebut, terutama untuk sungai Kapuas yang merupakan salah satu sungai
terpanjang di Kalimantan. Daerah ini merupakan ekosistem yang beragam seperti lahan
basah danau, hutan rawa air tawar, dan hutan hujan dataran rendah tropis. Semua daerah
hilir danau sangat tergantung pada ketinggian air yang fluktuatif. Taman nasional dan
daerah sekitarnya juga menjadi pemasok utama ikan air tawar, dimana sampai dengan
70% ikan yang dikonsumsi di provinsi ini berasal dari taman nasional (Forclime 2012).
Taman Nasional Danau Sentarum memiliki keanekaragaman tumbuhan dan
satwa yang kompleks, diantaranya adalah tumbuhan rawa yang sebagian sudah terancam
punah seperti ramin, jelutung, tembesu dan sebagainya. Khusus satwa, taman nasional ini
kaya akan spesies ikan air tawar dan menjadi sumber mata penaharian nelayan sekitar.
Satwa lainnya adalah spesies lokal yang endemik seperti bangau tongtong, buaya, ikan
arwana yang keberadaannya di alam asli sudah mulai langka. Danau yang terbentuk pada
zaman es atau periode pleistosen ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang luar biasa
dan tak dimiliki daerah lain. Tumbuhannya saja ada 510 spesies dan 33 spesies di
antaranya endemik Taman Nasional Danau Sentarum, termasuk 10 spesies di antaranya
merupakan spesies baru (Forclime 2012).
Hewan mamalia di Taman Nasional Danau Sentarum ada 141 spesies. Sekitar 29
spesies di antaranya spesies endemik, dan 64 % hewan mamalia itu endemik Borneo.
Terdapat 266 spesies ikan, sekitar 78 % di antaranya merupakan ikan endemik air tawar
Borneo. Bukan hanya itu keunikan Taman Nasional Danau Sentarum. Di danau ini
terdapat reptil sebanyak 26 spesies dan burung 310 spesies, sekitar 13 spesies di
antaranya merupakan burung endemik. Berdasarkan dengan berbagai keunikan ini Taman
Nasional Danau Sentarum ditetapkan sebagai warisan kekayaan dunia yang tak ternilai
harganya (Forclime 2012).
Menurut Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan, Departemen Kehutanan,
Kalimantan Barat (2002), Taman Nasional Danau Sentarum memiliki Potensi sumber
daya alam, antara lain:
a. Topografi
Keadaan topografi Taman Nasional Danau Sentarum pada umumnya dataran rendah
dengan cekungan yang terendam air. Ketinggian berkisar 50-100 m dpl.
b. Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Taman Nasional Danau Sentarum
termasuk ke dalam klasifikasi type A dengan curah hujan berkisar antara 4.000 mm
sampai 4.727 mm/tahun. Kondisi suhu berkisar antara 22,90°-31,05°C.
c. Flora
Secara umum, di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum terdapat beberapa type
hutan rawa, antara lain : hutan rawa kerdil, hutan rawa terhalang, hutan rawa Kawi -
Kamsia, hutan rawa tegakan, hutan rawa Ramin - Mentangur - Kunyit, selain hutan
rawa terdapat pula hutan tepian yang didominasi jenis rengas Gluta rengas, hutan
perbuktian yang didominasi oleh jenis Dipterocarpacea, dan hutan kerakas.
d. Fauna
Taman Nasional Danau Sentarum memiliki berbagai jenis satwa liar yang sangat
beranekaragam, dan diantaranya adalah : Pongo pygmaeus (Pongo Pygmaeus),
Siamang/ungka (Hylobates muelleri), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis),
Bekantan (Nasalis larvatus), Babi hutan (Sus Barbatus), Beruang madu (Helarctos
malayanus), Bajing (Callosciurus notatus), Layang-layang (Hirundapus giganteus), dan
berbagai jenis ikan seperti : Arowana (Sclerophages formosus), Linut (Sundasalanx cf.
Microps), Seluang (Rasbora spp.), Belida (Notopterus borneensis), Baung (Mystus
nemuzus), Tebirin (Belodontichthys dinema), dan lain sebagainya.
3. PERMASALAHAN
Banyaknya pemangku kepentingan di Taman Nasional Danu Sentarum
menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan yang akhirnya menjadi sangat
kompleks. Pemangku-pemangku kepentingan TNDS tersusun atas kelompok
pemerintah (pusat dan daerah), masyarakat (terutama suku Melayu dan Dayak
Iban), organisasi nir-laba, pihak swasta, dan lembaga-lembaga internasional.
Masyarakat luas, baik nasional dan internasional, memiliki berbagai tingkat
kepedulian atas TNDS (Lihat Tabel 1). Para pemangku kepentingan ini memiliki
minat yang berbeda-beda, dan berbagai masalah dan hambatan dalam
menjalankan perannya (Anshari 2006).
Tabel 1.Kelompok-kelompok pemangku kepentingan dalam pengelolaan TNDS menurut
kepentingan, fungsi dan peran
No PemangkuKepentingan
Sub-kelompok
KepentinganUtama
Fungsi dan Peran
Masalah Utama
1 Masyarakat Masyarakat Melayu
Masyarakat DayakIban
Terutamapemanfaatansumberdayaperairan, danhutan rawa
Terutamapemanfaatansumberdayalahan dan hutanpencaharian
Pemeliharakawasan inti
Pemeliharakawasanpenyangga
- Lemahnya institusi lokal- Peningkatan jumlahpenduduk- Degradasi sumberdaya alamyang mengancam sumbermata
2 Pemerintah DepartemenKehutanan danBKSDA KalimantanBarat
DepartemenKelautan dan
Pemegangotoritas TNDS
Pengembangan
Patroli danpelayanan
Peningkatanproduksi ikan
- Belum berpengalamandengan mekanismekolaborasi- Lebih berorientasi proyek
Perikanan Kalbar
Kabupaten KapuasHulu
Dinas pariwisataKalbar
perikanan
Sumber PAD
Obyek pariwisata
Pembangunanekonomi danpelayananmasyarakat
Pengembanganwisata
daripada pembangunanprogram- Rendahnya kepercayaanmasyarakat- Buruknya birokrasi dalam halpelayanan dan penyebaraninformasi- Kompetisi untukmendapatkan proyek
3 Organisasinirlaba
Lembaga SwadayaMasyarakat
Universitas danlembaga penelitian
Pembangunanmasyarakat(communitydevelopment)
Penelitian danpublikasi
Fasilitator/mediator
Peningkatankesadaran publik
Peningkatankapasitas
Pengembanganilmu danteknologi
- Belum jelas pembagianminat berdasarkan keahlian- Belum mandiri dancenderung tergantungatas bantuan negara ataulembaga donor- Belum ada program yangterpadu- Rendahnya kualitas SDMdalam bidang pemberdayaan,dan penelitian- Kompetisi
untukmendapatkan bantuan darilembaga donor
4 Pihak swasta Pedagang danpengusaha ikanPengusaha/cukongkayuPengusaha jasapariwisata
Peningkatanpendapatan
Pembukaanlapangan kerjaPenyalur/distribusi barangdan jasa
- Terbatas pada perdagangankomoditas ikan dan hasilhutan yang dipungut darialam- Belum ada kegiatan investasi- Buruknya prasarana
5 Lembagainternasional
Lembaga bantuanpembangunanpemerintah negarasahabat
LSM internasional
Peningkatanpendapatandaerah
Pembangunanmasyarakat
Penelitian danPublikasi
Penyandang danaSumber informasiPenyediaantenaga ahliPeningkatanperhatianmasyarakatinternasional
- Minat lembaga yangberbeda-beda dan masihlemahnya koordinasi dankerjasama antara lembaga- Kompetisi untukmendapatkan bantuan darilembaga donor
6 Masyarakatluas
MasyarakatKalimantan BaratMasyarakatnasionalMasyarakatinternasional
Sumber air bakuPerlindungankeanekaragamanhayati
Penikmat jasa-jasa lingkunganKelompokpenekan(Pressure Group)
- Enggan mengeluarkan danakompensasi
4. REKOMENDASI PENGELOLAAN
Pengelolaan kolaboratif terlihat sebagai salah satu solusi yang dapat
memberikan hasil-hasil yang memuaskan bagi pendekatan kolaboratif berpotensi
untuk menyelamatkan Taman Nasional Danau Sentarum. Pengelolaan kolaboratif
diharapkan dapat menciptakan tata kelola mandiri (self governance) yang akan
menciptakan keuntungan bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders)
(Anshari 2006).
Dalam proses pembentukan kolaborasi sangat penting diciptakan
mekanisme partisipasi. Kegiatan sosialisasi rencana proyek atau kebijakan
pemerintah dapat dipandang sebagai awal untuk meningkatkan partisipasi jika
masukan-masukan dari para pemangku kepentingan diperhatikan dan digunakan
untuk merevisi rencana proyek. Proses partisipasi selalu menyediakan kesempatan
bagi para pemangku kepentingan untuk menyampaikan pendapat atas suatu
rencana kegiatan, baik melalui proses konsultasi, dengar pendapat, ataupun
melalui mekanisme lain. Pada kenyataannya, pendekatan ini masih belum dapat
dilakukan dengan baik karena keterbatasan waktu dan kewajiban administrasi
yang mengharuskan proyek cepat-cepat diselesaikan. Pembentukan pengelolaan
kolaboratif dapat dimulai dari proses-proses kooperasi, kemitraan, dan akhirnya
kolaborasi (Anshari 2006).
Tugas pemeliharaan TNDS tidak lagi berdasarkan adanya inisiatif proyek
tetapi dilakukan atas dasar kesadaran dan kemandirian. Pada tahapan ini peranan
pemerintah sebagai otoritas tunggal kawasan taman nasional diharapkan
berkurang, karena kekuasaan dipegang para pemangku kepentingan yang secara
bersama-sama selalu belajar untuk melakukan pengelolaan yang lebih baik.
Memang pengelolaan kolaboratif dicirikan oleh pembagian wewenang secara adil,
akuntabilitas, dan transparan (Anshari 2006).
Pengelolaan taman nasional secara kolaboratif tidak lagi bertumpu pada
satu pemangku kepentingan tetapi menyebar dalam kelompok-kelompok
pemangku kepentingan yang telah dapat mengatur dirinya sendiri menurut
wewenang, peran dan fungsi serta tanggung jawabnya masing-masing. Secara
ideal, para pemangku kepentingan secara sadar menjalankan wewenangnya, peran
dan fungsi, serta bertanggung jawab secara publik atas kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya. Proses-proses belajar dalam pengelolaan kolaboratif akan
membantu para pemangku kepentingan untuk menciptakan rencana-rencana
kegiatan yang adaptif (Anshari 2006).
Upaya-upaya yang paling sering dilakukan adalah proses konsultasi untuk
mendapatkan masukan-masukan dari masyarakat, dan pengembangan kegiatan
ekonomi untuk masyarakat. Bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah
diskusi-diskusi terfokus, konsultasi, lokakarya bersama masyarakat TNDS,
pemerintah kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat, dan Nasional,
penyebaran informasi melalui buku, poster, artikel-artikel di koran, dialog
interaktif di TVRI Pontianak, dan lobi dengan para pengambil keputusan di
Kabupaten Kapuas Hulu (Anshari 2006).
Kondisi Taman Nasional Danau Sentarum sangat kompleks karena
merupakan kawasan transisi antara ekosistem akuatik dan daratan. Untuk
mengurangi biaya transaksi dan komunikasi yang terlalu mahal, kolaborasi dapat
dilaksanakan oleh 2 sampai 3 pemangku kepentingan. Untuk memelihara
hubungan antara pemangku kepentingan, pertemuan berkala penting dilakukan
(Anshari 2006).
Pada tingkat lembaga, antara pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu dengan
Departemen Kehutanan, sangat perlu dirumuskan mekanisme yang saling
menguntungkan, terutama tentang otoritas pengelolaan Taman Nasional Danau
Sentarum. Secara hukum, otoritas (dalam hal ini diartikan sebagai wujud dari
kekuasaan) pengelolaan TNDS berada pada Departemen Kehutanan, dan status ini
sulit diganggu gugat. Yang mungkin dilakukan adalah pembagian wewenang dan
tanggung jawab berdasarkan fungsi-fungsinya. Jika kekuasaan tidak dapat dibagi,
Departemen Kehutanan dapat mendelegasikan sebagian wewenang dan tanggung
jawab dalam pengelolaan Taman Nasional Danau Sentarum. Hal ini masih perlu
dibahas lebih rinci dan diteliti lebih lanjut (Anshari 2006).
Sebagai langkah konkret, dan untuk mewujudkan tercapainya cita-cita
kabupaten konservasi, perlu dibuat percontohan desa atau kecamatan konservasi.
Dalam model ini sangat perlu ditekankan proses-proses belajar yang mengubah
perilaku eksploitatif dan konsumtif menjadi produktif dan konservatif. Perubahan
ini tidak akan menjadi gerakan sosial jika para tokoh-tokoh desa/kecamatan dan
para pengambil keputusan tidak dapat memberikan contoh-contoh pola dan gaya
hidup yang selaras dengan kaidah-kaidah konservasi (Anshari 2006).
3. KESIMPULAN
Taman Nasional Danau Sentarum merupakan salah satu tipe ekosistem
hamparan banjir paling luas yang masih tersisa dalam kondisi baik di Indonesia,
bahkan di Asia Tenggara. Adanya potensi yang cukup besar dan banyaknya
pemangku kepentingan di Taman Nasional Danau Sentarum dapat menimbulkan
beberapa permasalahan baik dari segi pemanfaatan ataupun pengelolaannya.
Pengelolaan kolaboratif terlihat sebagai salah satu solusi yang dapat memberikan
hasil-hasil yang memuaskan bagi pendekatan kolaboratif berpotensi untuk
menyelamatkan Taman Nasional Danau Sentarum. Pengelolaan kolaboratif
diharapkan dapat menciptakan tata kelola mandiri (self governance) yang akan
menciptakan keuntungan bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders).
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Gusti Z. 2006. Dapatkah Pengelolaan Kolaboratif Menyelamatkan Taman Nasional Danau Sentarum? Jakarta: Center for International Forestry Research.
Departemen Kehutanan. 2007. Taman Nasional Danau Sentarum [terhubung berkala] http://www.dephut.go.id/files/D_Sentarum.pdf (18 September 2012)
Dephut. 2002. [terhubung berkala] http://www.dephut.go.id/INFORMASI/INFPROP/Inf-klbr.pdf.
Forclime. 2012. Potensi TN Danau Sentarum [terhubung berkala] http://www.forclime.org/index.php/in/news/8-news/56-mou-signed-between-danau-sentarum-and-its-27-partners
top related