efektivitas pembelajaran kooperatif tipe think talk write ...digilib.unila.ac.id/28275/3/skripsi...
Post on 09-Aug-2019
238 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKTALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandarlampung
Tahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
Oleh
Anika Yanti
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKTALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandarlampung
Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Anika Yanti
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pem-
belajaran kooperatif tipe Think Talk Write ditinjau dari kemampuan komunikasi
matematis. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20
Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2016/2017 yang terdistribusi
dalam empat belas kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-K dan
VIII-M yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Desain penelitian
yang digunakan adalah pretest–posttest control group design. Data penelitian
diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis. Analisis data penelitian
ini menggunakan uji- . Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write tidak efektif ditinjau dari
kemampuan komunikasi matematis.
Kata Kunci: Efektivitas, Komunikasi Matematis, Think Talk Write
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKTALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandarlampung
Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Anika Yanti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tulang Bawang, pada tanggal 16 Oktober 1995. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Karman dan
Ibu Ilya Rosa.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Al-Hidayah pada
tahun 2001, pendidikan dasar di SD Negeri 2 Sungai Badak pada tahun 2007,
pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Simpang Pematang pada tahun
2010, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 12 Bandarlampung pada
tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN) dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika. Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rama Murti, Kecamatan
Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Selain itu, penulis melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Seputih Raman,
Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah yang terintegrasi
dengan program KKN tersebut.
MOTTO
Ketika orang lain mempunyai seribu alasan untuk membuat kita menangis,tunjukan bahwa kita mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum
Dream, Believe, and Achieve
(Anika Yanti)
PERSEMBAHAN
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha SempurnaSholawat serta Salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah Rasulullah
Muhammad SAW
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangkukepada:
Ayahku tercinta (Karman), dan Ibuku tercinta (Ilya Rosa), yang telahmembesarkan dan mendidik dengan penuh cinta kasih dan pengorbananyang tulus serta selalu mendoakan yang terbaik untuk keberhasilan dan
kebahagiaanku
Adik-adikku tercinta Febri Arya Dinata dan Rani Defika Sari yang telahmemberikan dukungan dan semangatnya padaku
Seluruh keluarga besar Medfu dan Pendidikan Matematika 2013yang terus memberikan do’a
Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuhkesabaran.
Semua sahabat-sahabatku yang begitu tulus menyayangiku dengansegala kekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti ukhuwah.Sesungguhnya ukhwah yang tulus merupakan mata uang yang sangat
langka di zaman sekarang ini.
Almamater Universitas Lampung tercinta
i
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW, nabi yang selalu menjadi suri
teladan bagi kita semua.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write
Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis (Studi pada Siswa Kelas VIII
Semester Genap SMP Negeri 20 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017)”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku Bapak Karman dan Ibu Ilya Rosa, kedua adikku Febri
Arya Dinata dan Rani Defika Sari, serta seluruh keluarga besarku yang selalu
mendoakan, memberikan motivasi, dukungan, dan semangat kepadaku.
2. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan
Pembimbing Akademik (PA) yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberikan perhatian, motivasi, serta juga memberikan
ii
sumbangan pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya
skripsi ini.
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua
Program Studi Pendidikan Matematika yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membimbing, menyumbangkan banyak ilmu, memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan
masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi
ini selesai dan menjadi lebih baik.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah
memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Ibu Dra. Hi. Listadora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandarlampung
yang telah memberikan izin penelitian di SMP Negeri 20 Bandarlampung.
9. Bapak Gatut Gunawan, S.Pd., Selaku waka kurikulum SMP Negeri 20
Bandarlampung yang telah memberikan bantuan dalam penelitian.
10. Ibu Muryati, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dan
memberi bimbingan dalam penelitian.
11. M. Ilham Megantara, selaku pendamping yang selalu mendoakan,
memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis.
iii
12. Sahabatku tercinta Ulul Ma’rifah Harahap yang selalu memberikan perhatian,
dan dukungan kepada penulis.
13. Sahabat-sahabatku tersayang: Yuli, Nike, Annis, Marta, Sensa, Gandis, Rita,
Desi, Lita, Ayu, Aina, Nadia, Andini, Thias, Danang, Prabu, Eko, Bung, Tri,
Rais, Surono.
14. Teman-teman seperjuanganku di Pendidikan Matematika 2013, terimakasih
atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan.
Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah.
15. Kakak-kakakku angkatan 2012, 2011, 2010 serta adik-adikku angkatan 2014,
2015, 2016 terima kasih atas kebersamaanya.
16. Sahabat-sahabat KKN di Rama Murti, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten
Lampung Tengah dan PPL SMA Negeri 1 Seputih Raman: Suci, Kory, Ira,
Alya, Endang, Ratna, Grace, Manda atas kebersamaan selama 40 Hari yang
penuh makna dan kenangan.
17. Murid-murid Penelitian di SMP Negeri 20 Bandarlampung.
18. Almamater tercinta yang telah banyak memberikan pengalaman hidup.
19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini
bermanfaat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Bandarlampung, September 2017Penulis,
Anika YantiNPM. 1313021009
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 9
A. Kajian Teori ............................................................................................ 9
1. Efektivitas Pembelajaran..................................................................... 9
2. Pembelajaran Kooperatif ................................................................... 11
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write ................................ 12
4. Pembelajaran Konvensional................................................................ 14
5. Kemampuan Komunikasi Matematis.................................................. 15
B. Kerangka Pikir.......................................................................................... 19
C. Anggapan Dasar....................................................................................... 21
D. Hipotesis................................................................................................... 22
v
III. METODE PENELITIAN.............................................................................. 23
A. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 23
B. Jenis Penelitian........................................................................................ 24
C. Desain Penelitian..................................................................................... 24
D. Langkah-Langkah Penelitian .................................................................. 25
E. Data Penelitian ........................................................................................ 26
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 26
G. Instrumen Penelitian ............................................................................... 26
H. Analisis Instrumen Tes .......................................................................... 28
1. Validitas Isi ......................................................................................... 28
2. Reliabilitas .......................................................................................... 28
3. Tingkat Kesukaran .............................................................................. 29
4. Daya Pembeda .................................................................................... 30
I. Teknik Analisis Data ............................................................................... 32
1. Uji Normalitas..................................................................................... 33
2. Uji Homogenitas ................................................................................. 35
3. Uji Hipotesis ....................................................................................... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 42
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 42
B. Pembahasan............................................................................................. 47
V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56
LAMPIRAN........................................................................................................ 59
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Distribusi Siswa Dan Rata-Rata Nilai Ujian MID SemesterGanjil Tahun Pelajaran 2015/2016 ......................................................... 23
3.2 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ..................... 24
3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis .................... 27
3.4 Interpretasi Nilai Reliabilitas .................................................................. 29
3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran...................................................... 30
3.6 Interpretasi Daya Pembeda ..................................................................... 31
3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba............................................................. 31
3.8 Kriteria Indeks Gain................................................................................ 32
3.9 Hasil Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Awal KomunikasiMatematis Siswa ..................................................................................... 33
3.10 Hasil Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Akhir KomunikasiMatematis Siswa ..................................................................................... 34
3.11 Hasil Uji Normalitas Data Skor Peningkatan KemampuanKomunikasi Matematis Siswa................................................................. 34
3.12 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Kemampuan Awal KomunikasiMatematis Siswa ..................................................................................... 35
3.13 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Kemampuan Akhir KomunikasiMatematis Siswa ..................................................................................... 36
3.14 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Peningkatan KemampuanKomunikasi Matematis Siswa................................................................. 36
4.1 Data Skor Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Siswa ................ 40
vii
4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Awal KomunikasiMatematis Siswa ..................................................................................... 41
4.3 Data Skor Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis Siswa................ 42
4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Akhir KomunikasiMatematis Siswa .................................................................................... 43
4.5 Data Skor Peningkatan Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa ....................................................................................................... 44
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A.1 Silabus Think Talk Write......................................................................... 59
A.2 Silabus Konvensional.............................................................................. 62
A.3 RPP Think Talk Write ............................................................................. 65
A.4 RPP Konvensional .................................................................................. 89
A.5 Lembar Kerja Siswa................................................................................ 110
B.1 Kisi-Kisi Soal Pretest Dan Postest Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa ..................................................................................... 128
B.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa ....................................................................................................... 129
B.3 Soal Pretest Dan Postest ......................................................................... 130
B.4 Kunci Jawaban Soal Pretest Dan Postest ............................................... 131
B.5 Form Kriteria Validitas Isi Uji Coba Soal Pretest Dan Postest .............. 133
C.1 Analisis Reliabilitas Item Hasil Tes Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Pada Kelas Uji Coba................................................... 134
C.2 Analisis Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda Hasil TesKemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Kelas Ujicoba........... 136
C.3 Interpretasi Indeks Skor Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Kelas Think Talk Write ............................................... 137
C.4 Interpretasi Indeks Skor Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Kelas Konvensional .................................................... 139
ix
C.5 Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Awal KomunikasiMatematis Siswa Kelas Think Talk Write ............................................... 141
C.6 Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Awal KomunikasiMatematis Siswa Kelas Konvensional.................................................... 144
C.7 Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Akhir KomunikasiMatematis Siswa Kelas Think Talk Write ............................................... 147
C.8 Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Akhir KomunikasiMatematis Siswa Kelas Konvensional.................................................... 150
C.9 Uji Normalitas Data Skor Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Kelas Think Talk Write ............................................... 153
C.10 Uji Normalitas Data Skor Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Kelas Konvensional.................................................... 156
C.11 Uji Homogenitas Data Skor Kemampuan Awal KomunikasiMatematis Siswa Kelas Think Talk Write Dan Konvensional ................ 159
C.12 Uji Homogenitas Data Skor Kemampuan Akhir KomunikasiMatematis Siswa Kelas Think Talk Write Dan Konvensional ................ 160
C.13 Uji Homogenitas Data Skor Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Kelas Think Talk Write Dan Konvensional ............... 161
C.14 Uji Hipotesis Penelitian Data Skor Kemampuan Awal KomunikasiMatematis Siswa ..................................................................................... 162
C.15 Uji Hipotesis Penelitian Data Skor Kemampuan Akhir KomunikasiMatematis Siswa ..................................................................................... 164
C.16 Uji Hipotesis Penelitian Data Skor Peningkatan KemampuanKomunikasi Matematis Siswa................................................................. 166
C.17 Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa YangMengikuti Think Talk Write.................................................................... 168
C.18 Analisis Indikator Kemampuan Awal Komunikasi MatematisSiswa Kelas Think Talk Write ................................................................. 170
C.19 Analisis Indikator Kemampuan Awal Komunikasi MatematisSiswa Kelas Konvensional...................................................................... 173
C.20 Analisis Indikator Kemampuan Akhir Komunikasi MatematisSiswa Kelas Think Talk Write ................................................................. 176
x
C.21 Analisis Indikator Kemampuan Akhir Komunikasi MatematisSiswa Kelas Konvensional...................................................................... 179
C.22 Nilai Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis Siswa KelasThink Talk Write ..................................................................................... 182
D.1 Surat Izin Penelitian ................................................................................ 184
D.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian....................................... 185
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia, karena pendidikan mengusahakan suatu lingkungan yang dapat
mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan siswa secara optimal. Seperti
yang tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 yaitu pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Proses pembelajaran merupakan inti dari pendidikan pada tiap jenjang pendidikan.
Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan No 1 Tahun 2008
tentang Standar Proses Satuan Pendidikan, proses pembelajaran untuk setiap mata
pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran
pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
2
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik yang pada akhirnya dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. PP
RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Isi, menyebutkan bahwa untuk tiap jenjang
pendidikan dasar, menengah dan tinggi wajib memuat mata pelajaran matematika.
Hal tersebut menunjukan bahwa matematika menjadi mata pelajaran yang penting
untuk dikuasai siswa.
Tujuan diberikannya mata pelajaran matematika di sekolah menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep danmengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dantepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasimatematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskangagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusiyang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lainuntuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari tujuan di atas beberapa kemampuan yang ingin dikembangkan antara lain
pemahaman konsep, penalaran, representasi, komunikasi, dan pemecahan
masalah. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, seorang siswa harus
dapat memiliki pemahaman matematis yang baik. Pemahaman matematis sangat
erat kaitannya dengan komunikasi matematis. Siswa yang sudah mempunyai
kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk bisa mengkomunikasikan
pemahamannya tersebut, agar pemahamannya dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
3
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kemampuan matematika yang
masih kurang dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini terlihat dari hasil
survey internasional yang dilakukan Programme for International Student
Assessment (PISA) pada tahun 2012, bahwa kemampuan matematika siswa di
Indonesia menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara dengan skor 375 yang
berarti kurang dari 1% siswa Indonesia yang memiliki kemampuan baik di bidang
matematika (OECD, 2012). Demikian pula dengan hasil studi Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 yang
menyatakan skor rata-rata prestasi matematika di Indonesia berada diperingkat 38
dari 42 negara (NCES, 2011). Hasil survey yang dilakukan oleh PISA dan TIMSS
mengindikasikan bahwa kemampuan matematis siswa di Indonesia masih sangat
rendah. Salah satu kemampuan matematis yang masih rendah adalah kemampuan
komunikasi matematis siswa.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan komunikasi
matematis siswa yaitu proses pembelajaran di sekolah masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Hal ini diungkapkan oleh Asmin (2003 : 2), bahwa
pembelajaran matematika di Indonesia masih banyak guru yang melakukan proses
pembelajaran matematika di sekolah dengan pembelajaran konvensional. Pada
umumnya, pembelajaran matematika dilakukan guru kepada siswa adalah dengan
tujuan siswa dapat mengerti dan menjawab soal yang diberikan oleh guru, tetapi
siswa tidak pernah atau jarang dimintai penjelasan asal mula mereka mendapatkan
jawaban tersebut akibatnya siswa jarang berkomunikasi dalam matematika.
Kemampuan komunikasi siswa sulit untuk dilihat baik lisan maupun tulisan
karena siswa identik hanya mendengar penjelasan dari guru tanpa terlibat aktif
4
dalam proses pembelajaran. Apabila siswa terlibat aktif dalam proses belajar,
mereka akan lebih mampu membangun gagasan, ide, dan konsep matematika.
Sehingga siswa akan memiliki konsep atas topik matematika tersebut. Selain itu,
mereka juga dapat mengembangkan pengetahuannya.
Rendahnya kemampuan komunikasi siswa juga terjadi di SMP Negeri 20
Bandarlampung. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada hari rabu, 16
desember 2016 dengan guru bidang studi matematika di sekolah tersebut.
Pembelajaran matematika masih menggunakan pembelajaran konvensional
sehingga kemampuan komunikasi siswa kurang maksimal. Melihat kenyataan di
lapangan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih tergolong
rendah, maka perlu suatu model pembelajaran yang mampu memberikan
rangsangan kepada siswa agar siswa menjadi aktif. Siswa aktif diartikan siswa
mampu dan berani mengemukakan ide, menjelaskan masalah, bertukar pikiran
dengan teman dan mencari alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.
Saat ini ada berbagai model dan tipe pembelajaran yang telah dikembangkan
dalam rangka meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Salah
satu model pembelajaran yang berkembang adalah pembelajaran kooperatif.
Penggunaan pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat meningkatkan komunikasi siswa dalam mempelajari matematika.
Huda (2011: 29) mendefinisikan bahwa kelompok kecil kooperatif sebagai
suasana pembelajaran dimana siswa saling berinteraksi dalam kelompok-
kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik dalam mencapai tujuan
bersama. Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah Think Talk Write.
5
Pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write adalah pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada proses berpikir, berbicara, dan menulis. Pembelajaran
kooperatif tipe Think Talk Write mengarahkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis mereka melalui tiga tahap proses tersebut.
Pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write diawali dengan pembagian teks
bacaan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) oleh guru kepada masing-masing siswa
yang sudah terbagi dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok ini terdiri dari
3-5 orang siswa heterogen. Selanjutnya masuk ke dalam tahap think, yaitu siswa
membaca serta memahami masalah yang disajikan dalam LKS lalu membuat
catatan kecil mengenai hal-hal yang belum dipahami untuk dibawa ke forum
diskusi. Tahap berikutnya yaitu talk, dimana siswa secara berkelompok
membahas apa saja masalah yang mereka temui dari masing-masing anggota
kelompok untuk mencari solusi bersama. Kemudian tahap terakhir yaitu write,
dimana siswa menuliskan apa yang telah ia peroleh dari diskusi kelompok
sehingga siswa berhasil mengonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil
kolaborasi. Dari ketiga aktivitas tersebut pembelajaran kooperatif tipe Think Talk
Write diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Hasil penelitian yang relevan dari Wijaya (2014) menyatakan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
Think Talk Write lebih tinggi dari pada kemampuan komunikasi matematis siswa
yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas pembelajaran kooperatif
tipe Think Talk Write ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa di
SMP Negeri 20 Bandarlampung.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write efektif jika
ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis?”
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian
secara rinci sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran Think
Talk Write lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?
2. Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis
dengan nilai minimum 74 pada kelas dengan pembelajaran Think Talk Write
lebih dari 60%?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Think Talk
Write ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis mampu memberikan sumbangan terhadap
perkembangan pembelajaran matematika, terkait kemampuan komunikasi
matematis dan pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, memberikan pengalaman baru dalam belajar matematika,
menumbuhkan semangat dalam belajar serta menumbuhkan rasa saling
tolong menolong, interaksi dan kerja sama antar siswa dalam kemampuan
komunikasi matematis.
b. Bagi guru, memberikan wawasan dan menjadi model pembelajaran
alternatif yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi matematis.
c. Bagi peneliti, menjadi sarana mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
bidang pendidikan matematika dan sebagai referensi atau acuan untuk
penelitian yang sejenis.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan suatu model
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada
penelitian ini, tingkat keberhasilan yang dimaksud yaitu:
a. kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran Think Talk
Write lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional
b. persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis
dengan nilai minimum 74 lebih dari 60%
2. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan
kelompok-kelompok kecil untuk menciptakan suatu interaksi dan kerja sama
antar siswa sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide, serta memiliki rasa
8
tanggung jawab dalam kelompok, dan mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama.
3. Pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write merupakan pembelajaran yang
menggunakan kelompok–kelompok kecil terdiri dari 3–5 orang. Disini siswa
dituntut untuk aktif dalam berkelompok, berdiskusi, dan berbagi ilmu
pengetahuan. Pembelajaran ini terdiri dari tiga tahap yaitu berpikir (think),
berbicara (talk), dan menulis (write). Pertama tahap think, siswa secara
individu memahami dan memikirkan solusi dari permasalahan yang diberikan
guru kemudian menuliskannya dalam catatan kecil. Kedua tahap talk, siswa
saling menyampaikan idenya dalam kelompok sehingga diperoleh jawaban
dan kesimpulan dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Terakhir tahap
write, siswa menuliskan jawaban dan kesimpulan dari hasil diskusi kelompok
untuk membangun pengetahuan baru.
4. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu
pembelajaran dengan langkah - langkah berikut: diawali dengan penyampaian
materi oleh guru, pemberian contoh soal dan latihan.
5. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam
menyampaikan ide atau gagasan matematika baik secara lisan maupun tulisan
untuk memperoleh informasi, saling berbagi pikiran serta menilai dan
mempertajam ide agar dapat meyakinkan orang lain. Melalui kemampuan
komunikasi matematis ini siswa dapat mengembangkan pemahaman
matematika bila menggunakan bahasa matematika yang benar untuk menulis
tentang matematika, mengklarifikasi ide-ide dan belajar membuat argumen
serta mempresentasikan ide-ide matematika secara lisan, gambar, dan simbol.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari kata efektif yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2008) berarti pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi
efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan
orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Secara umum
pengertian efektivitas menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai, sehingga
kata efektifitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat
dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah efektivitas
pembelajaran.
Hamalik (2004: 171) menyatakan pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan
melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Penyediaan kesempatan belajar ini
diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir siswa dan memberikan peluang
bagi mereka untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide yang mereka miliki.
Oleh karena itu, guru dituntut juga untuk dapat merancang bahan belajar yang
mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar.
10
Mulyasa (2006: 193) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika
mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik,
serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Jadi,
efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran dan erat kaitannya dengan
ketercapaian kompetensi siswa. Menurut Wicaksono (2008), bahwa pembelajaran
dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar
siswa atau secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaaan yang
signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman setelah
pembelajaran. Salah satu kriteria keefektifan menurut wicaksono mengacu pada
ketuntasan belajar. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-
kurangnya 75% dari jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan minimal 60
dalam peningkatan hasil belajar. Dalam pelaksanaannya, penggunaan kriteria
ketuntasan bergantung dari ketetapan tiap sekolah, untuk kriteria ketuntasan
minimal di SMP Negeri 20 Bandarlampung adalah 74.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran
adalah pembelajaran yang membuat siswa lebih berperan aktif dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam
penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila (a) kemampuan komunikasi
matematis siswa dengan pembelajaran Think Talk Write lebih tinggi dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional, dan (b) Persentase siswa yang memiliki
kemampuan komunikasi matematis dengan nilai minimum 74 pada kelas dengan
pembelajaran Think Talk Write lebih dari 60%.
11
2. Pembelajaran Kooperatif
Lie (2003: 19) mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa
diarahkan untuk bisa berkerjasama, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab
secara individu. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk
meningkatkan sikap positif pada matematika. Melalui kerjasama dalam kelompok,
siswa membangun rasa percaya diri untuk dapat menyelesaikan suatu
permasalahan.
Menurut Suherman (2003: 260), bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai
sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar
siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama. Dengan
belajar kelompok, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling membantu, berbagi
tanggungjawab, berinteraksi sesama teman, berbagi pengalaman dan pengetahuan.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya belajar menerima apa yang
disajikan oleh guru, melainkan bisa juga saling belajar dari sesama siswa lainnya.
Pembelajaran kooperatif menekankan kerjasama tim, sehingga jika sekelompok
siswa duduk bersama namun belum terjadi kerja sama dalam meyelesaikan tugas
atau masalah yang diberikan, maka ini bukanlah suatu pembelajaran kooperatif.
Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa terbiasa dengan
kerjasama tim untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan, sehingga
terciptalah suatu ketergantungan positif.
12
Menurut Rusman (2010: 211) terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam
pembelajaran yang menggunakan kooperatif, pembelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan diiringi dengan memberi motivasi agar
siswa lebih tertarik untuk belajar, fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering
kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar, fase ini kemudian diikuti dengan
bimbingan oleh guru pada siswa saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas bersama mereka. Lalu berikutnya adalah presentasi hasil akhir kerja
kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan terakhir
diikuti dengan pemberian penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
individu. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu para
siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika.
Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan kelompok-
kelompok kecil untuk menciptakan suatu interaksi dan kerja sama antar siswa
sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide, serta memiliki rasa tanggung
jawab dalam sebuah tim atau kelompok, mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write
Beberapa tipe pembelajaran kooperatif telah dikembangkan oleh para ahli, salah
satunya adalah tipe Think Talk Write. Menurut Ngalimun (2013: 170), bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write merupakan pembelajaran yang
dimulai dengan berpikir melalui bacaan (menyimak, memahami dan alternative
13
solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan
kemudian buat laporan hasil diskusi.
Yamin dan Basun (2009: 90) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Think Talk Write antara lain (1) guru membagi teks bacaan berupa
lembar kerja siswa yang memuat masalah dan petunjuk beserta prosedur
pengerjaannya, (2) siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan
secara individual, kemudian catatan dibawa ke forum diskusi (think), (3) siswa
berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk).
Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar, dan (4) siswa mengonstruksi
sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).
Pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write memiliki beberapa karakteristik.
Menurut Hasanah (2012: 15), karakteristik pembelajaran kooperatif tipe Think
Talk Write yang membedakan dengan pembelajaran konvensional, yaitu (1)
melibatkan setiap siswa secara aktif dalam melakukan eksplorasi suatu konsep,
(2) mengonstruksi dengan benar pengetahuan awal siswa baik dari pengalaman
maupun informasi yang diterima, (3) pembelajaran Think Talk Write dibangun
oleh kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis. Siswa dikelompokkan secara
heterogen kemudian diberikan permasalahan untuk dipikirkan, didiskusikan dalam
kelompok kemudian dicari solusi, (4) dalam kegiatan pembelajaran siswa
mendapat lembar kerja siswa yang harus dipahami secara individu sebelum
didiskusikan dalam kelompok, (5) termasuk model pembelajaran yang dilakukan
secara kooperatif, dan (6) karena terdapat langkah diskusi maka guru dengan
mudah mengetahui miskonsepsi siswa dan diarahkan dalam pemahaman konsep.
14
Berdasarkan uraian diatas, terdapat tiga tahapan dalam pembelajaran kooperatif
tipe Think Talk Write. Adapun tiga tahapan tersebut yaitu berpikir (think),
berbicara (talk), dan menulis (write). Pertama tahap think, siswa secara individu
memahami dan memikirkan solusi dari permasalahan yang diberikan guru
kemudian menuliskannya dalam catatan kecil. Kedua tahap talk, siswa saling
menyampaikan idenya dalam kelompok sehingga diperoleh jawaban dan
kesimpulan dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Terakhir tahap write,
siswa menuliskan jawaban dan kesimpulan dari hasil diskusi kelompok untuk
membangun pengetahuan baru.
4. Pembelajaran Konvensional
Konvensional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 523) artinya
berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang biasa atau sering dilakukan oleh guru. Menurut Sanjaya (2009:
177), bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan
pada penyampaian materi secara lisan dari guru kepada siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Dalam pembelajaran
konvensional guru yang berperan aktif pada proses pembelajaran. Pembelajaran
didominasi oleh guru sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif
sebagai penerima ilmu. Guru menjelaskan dengan cara berceramah, memberikan
contoh, kemudian siswa diberikan latihan, sehingga mengakibatkan siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Ruseffendi (2005: 17), bahwa pembelajaran konvensional pada
umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan
15
daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan
hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Sedangkan, Djamarah
dan Zain (2006: 148) mengemukakan bahwa model pembelajaran konvensional
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran konvensional
yaitu tidak memerlukan waktu yang lama karena hanya menjelaskan materi dan
dapat diikuti oleh siswa yang banyak sehingga waktu yang diperlukan lebih
efesien, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya, dan guru mudah
menguasai kelas. Sedangkan kelemahan model pembelajaran konvensional yaitu
siswa menjadi pasif, pembelajaran didominasi oleh guru dan tidak banyak
mendapat umpan balik atau cenderung searah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada model pembelajaran
konvensional, guru berperan sebagai pemindah informasi kepada siswa dan siswa
sebagai pendengar yang bersifat pasif selama proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan. Pembelajaran
konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran dengan
langkah - langkah sebagai berikut: diawali dengan penyampaian materi oleh guru,
pemberian contoh soal dan latihan.
5. Kemampuan Komunikasi Matematis
Komunikasi menurut Sanjaya (2012: 81) merupakan proses penyampaian pesan
dari sumber (pembawa pesan) ke penerima pesan dengan maksud untuk
mempengaruhi penerima pesan. Komunikasi dapat secara langsung berupa lisan
maupun secara tidak langsung melalui media dan tulisan. Tujuan dari komunikasi
adalah tersampaikannya makna ucapan dengan baik antara penyampai dan
16
penerima pesan. Oleh karna itu, perlu dipikirkan bagaimana caranya agar pesan
yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain. Hal ini sejalan
dengan pendapat Bistari (2010: 13) yang mengemukakan bahwa komunikasi
adalah proses berbagi makna melalui verbal dan nonverbal. Melalui komunikasi
manusia dapat berhubungan satu sama lain.
Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.
Untuk terjadinya proses komunikasi dapat dikatakan berlangsung bila terdapat
empat aspek komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Alat
utama dalam melakukan komunikasi adalah bahasa. Matematika merupakan salah
satu bahasa yang juga dapat digunakan dalam berkomunikasi selain bahasanya
sendiri. Matematika merupakan bahasa yang universal, dimana untuk satu symbol
dalam matematika dapat dipahami oleh setiap orang dengan bahasa apapun
didunia, misalnya dalam matematika untuk menyatakan jumlah digunakan
lambang Σ, dan semua orang memahami bahwa lambang itu menyatakan jumlah.
Terakhir komunikan yakni pihak yang menerima pesan. Peranan masing-masing
komponen tersebut jelas berbeda dan saling melengkapi satu sama lain. Apabila
salah satu dari komponen tersebut tak berfungsi dengan baik, maka proses
komunikasi yang terjadi tidak akan berjalan efektif.
Menurut The Intended Learning Outcomes (Armiati, 2009), bahwa komunikasi
matematika adalah suatu keterampilan penting dalam matematika yaitu
kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada
teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Melalui keterampilan ini
siswa mengembangkan dan memperdalam pemahaman matematika mereka bila
17
mereka menggunakan bahasa matematika yang benar untuk berbicara dan menulis
tentang apa yang mereka kerjakan. Bila siswa berbicara dan menulis tentang
matematika, mereka mengklarifikasi ide-ide mereka dan belajar bagaimana
membuat argumen yang meyakinkan dan merepresentasikan ide-ide matematika
secara verbal, gambar dan symbol.
Sumarmo (2002: 15) menyatakan bahwa komunikasi matematis meliputi
kemampuan siswa dalam (1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram
ke dalam ide matematika, (2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik,
secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, (3)
Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, (4)
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika, (5) Membaca
dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, (6) Membuat
konjengtur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi, dan (7)
Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari.
Fachrurazi (2011: 81) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis
meliputi kemampuan siswa dalam (1) menulis matematis (written text). Pada
kemampuan menulis matematis, siswa dituntut untuk menuliskan penjelasan dari
jawaban atas permasalahannya secara jelas, logis, dan sistematis; (2) menggambar
secara matematis (drawing). Pada kemampuan menggambar secara matematis,
siswa dituntut untuk melukiskan gambar, diagram dan tabel secara lengkap dan
benar; (3) ekspresi matematis (mathematical expression). Pada kemampuan
ekspresi matematis, siswa diharapkan untuk mengekspresikan konsep matematika
dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
18
dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi dari
permasalahan yang diberikan secara lengkap dan benar.
Terdapat beberapa indikator dalam kemampuan komunikasi matematis. NCTM
(2000) dalam Principles and Standards for School Mathematics menyatakan
bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis meliputi:
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide
matematis baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainnya;
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika
dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dengan model- model situasi.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kemampuan komunikasi
matematis adalah kemampuan penyampaian ide atau gagasan matematika baik
secara lisan maupun tulisan. Kemampuan komunikasi matematis yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis tertulis
dengan indikator sebagai berikut (a) menggambarkan situasi masalah dan
menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, simbol dan model matematika,
(b) menjelaskan ide matematika secara tulisan, dan (c) mengungkapkan kembali
suatu uraian matematika secara tulisan dengan bahasa sendiri secara tepat.
19
B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write
ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis ini merupakan penelitian yang
terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam Penelitian ini yang
menjadi variabel bebas adalah pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write,
sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa mengindikasikan bahwa
pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Selama ini guru masih menggunakan
model pembelajaran konvesional. Proses pembelajaran yang dilakukan didominasi
oleh guru. Dalam proses pembelajaran dikelas siswa terkesan pasif karna
pembelajaran dikelas hanya ada proses transfer pengetahuan searah dari guru
kesiswa tanpa adanya keterlibatan langsung pada siswa. Akibatnya, siswa
cenderung bosan dan belajar dalam kondisi yang tidak menyenangkan sehingga
menyebabkan tidak adanya semangat siswa dan pemahaman yang dimiliki siswa
hanya sebatas yang mereka ketahui saja tanpa ada pemahaman baru yang
dibangun melalui proses komunikasi. Agar kemampuan komunikasi matematis
siswa menjadi lebih baik, maka diperlukan suatu strategi atau cara agar siswa
lebih aktif dan pembelajaran menjadi menyenangkan. Salah satu model
pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam belajar adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
melibatkan kegiatan belajar kelompok yang terstruktur dan bekerja bersama-sama
untuk menyelesaikan masalah dalam mencapai tujuan bersama. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya belajar menerima apa yang disajikan
20
oleh guru, melainkan juga bisa saling belajar dari sesama siswa lainnya sehingga
terjadi komunikasi matematis siswa.
Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah tipe Think Talk Write.
Pembelajaran Think Talk Write merupakan salah satu pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan cara melibatkan
siswa secara aktif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write terdapat
tiga tahapan. Adapun tiga tahapan yang dilalui siswa dalam pembelajaran
kooperatif tipe Think Talk Write yaitu think (berpikir), talk (berdiskusi), dan write
(menulis atau mengkonstruksi hasil diskusi). Pembelajaran kooperatif tipe Think
Talk Write diawali dengan pembagian teks bacaan berupa Lembar Kerja Siswa
(LKS) oleh guru kepada masing–masing siswa yang sudah terbagi dalam
kelompok–kelompok kecil. Kelompok ini terdiri dari 3–5 orang siswa heterogen.
Selanjutnya masuk ke dalam tahapan think, yaitu siswa secara individu membaca
serta memahami masalah yang disajikan dalam LKS lalu membuat catatan kecil
mengenai hal–hal yang dipahami maupun yang belum dipahami untuk dibawa ke
forum diskusi. Hal ini akan mendorong tercapainya indikator kemampuan
komunikasi matematis siswa, yaitu dalam menggambarkan situasi dan solusi
masalah menggunakan gambar, simbol dan model matematika.
Tahap kedua yaitu talk, siswa menyampaikan ide yang diperolehnya pada tahap
think kepada teman sekelompok. Pada tahap ini, siswa berkomunikasi dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Pemahaman dibangun
melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi
atas masalah yang diberikan. Selain itu, pada tahap ini siswa memungkinkan
21
untuk terampil berbicara. Tahap ini juga mendorong tercapainya indikator
kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu siswa akan mampu menjelaskan
ide matematika dan dapat mengungkapkan kembali suatu uraian matematika
dengan bahasa sendiri. Disini guru berperan sebagai fasilitator yang
mengendalikan suasana diskusi agar tetap kondusif. Kemudian tahap terakhir
yaitu write, dimana siswa akan menuliskan apa yang telah mereka peroleh dari
hasil diskusi kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan komunikasi matematis dengan
pembelajaran Think Talk Write menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional dan persentase siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis dengan nilai minimum 74 pada kelas dengan pembelajaran
Think Talk Write memungkinkan lebih dari 60%.
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Semua siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung tahun pelajaran
2015/2016 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang
diterapkan.
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa
selain pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dianggap memberikan
pengaruh yang sama.
22
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
a. Hipotesis Umum
Pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write efektif ditinjau dari
kemampuan komunikasi matematis.
b. Hipotesis Kerja
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran Think
Talk Write lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis
dengan nilai minimum 74 pada kelas dengan pembelajaran Think Talk
Write lebih dari 60%.
23
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung
Tahun Ajaran 2016/2017 yang terdistribusi dalam 14 kelas. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan
mengambil dua kelas dari 7 kelas yang diajar oleh guru bidang studi matematika
yang sama dan memiliki rata-rata nilai ujian MID semester ganjil yang relatif
sama.
Tabel 3.1 Rata-Rata Nilai Ujian MID Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016
Kelas Rata-Rata NilaiVIII (G) 35,00VIII (H) 34,19VIII (I) 29,10VIII (J) 37,16VIII (K) 33,27VIII (L) 30,00VIII (M) 33,22
Rata-Rata Kelas 33,13(Sumber: SMPN 20 Bandarlampung)
Dari Tabel 3.1, diketahui bahwa rata-rata kelas yang relatif sama adalah kelas VIII
K dan kelas VIII M, sehingga terpilihlah kelas VIII K sebagai kelas eksperimen
yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran Think Talk Write dan kelas VIII M
sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
24
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental
research). Hal ini karena tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mengendalikan
dan memanipulasi semua faktor yang relevan. Budiyono (2003: 82-83)
mengemukakan bahwa tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang
relevan.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang terdiri dari satu
variabel bebas yaitu pembelajaran Think Talk Write dan satu variabel terikat yaitu
kemampuan komunikasi matematis. Desain yang digunakan adalah pretest –
posttest control group design. Menurut Furchan (2007: 368) desain pelaksanaan
penelitian sebagai berikut.
Tabel 3.2 Desain Penelitian pretest – posttest control group design
KelompokPerlakuan
Pretest Pembelajaran PosttestE Y1 Think Talk Write Y2
K Y1 Konvensional Y2
Keterangan:E : kelas eksperimen dengan pembelajaran Think Talk WriteK : kelas kontrol dengan pembelajaran konvensionalY1 : kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum diberikan perlakuanY2 : kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberikan perlakuan
25
D. Langkah - Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Berikut ini adalah beberapa tahap persiapan sebelum penelitian dilakukan,
diantaranya adalah:
a. Observasi sekolah, melihat kondisi dilapangan seperti berapa kelas yang
ada, jumlah siswa, serta wawancara dengan guru matematika berkaitan
dengan proses pembelajaran yang biasa dilakukan di SMP Negeri 20
Bandarlampung.
b. Pemilihan populasi penelitian dilakukan terhadap siswa yang dapat
mewakili kondisi kemampuan komunikasi matematis siswa SMP di
Provinsi Lampung, yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20
Bandarlampung.
c. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan teknik Purposive Sampling.
d. Membuat instrumen tes penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-
kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator
kemampuan komunikasi matematis dan dilengkapi pedoman penskoran.
e. Membuat perangkat pembelajaran, antara lain rencana pelaksanaan
pembelajaran untuk kelas yang menggunakan pembelajaran Think Talk
Write dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional serta
membuat lembar kerja siswa untuk kelas yang menggunakan pembelajaran
Think Talk Write.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi:
26
a. Mengadakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Memberikan perlakuan yaitu pembelajaran Think Talk Write pada kelas
eksperimen dan penerapan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
c. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Analisis Data
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian,
b. Menyusun laporan dan membuat kesimpulan
E. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu meliputi: 1) data skor
kemampuan awal komunikasi matematis yang diperoleh melalui pretest sebelum
perlakuan, 2) data skor kemampuan akhir komunikasi matematis yang diperoleh
melalui posttest setelah perlakuan, dan 3) data skor peningkatan (gain).
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik tes. Tes yang digunakan berupa
tes kemampuan komunikasi matematis siswa yang berbentuk uraian. Pemberian
tes ini bertujuan untuk mengetahui persentase nilai kemampuan komunikasi
matematis siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran Think Talk Write dan
pembelajaran konvensional.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Instrumen
tes yang digunakan merupakan tes untuk mengukur kemampuan komunikasi
27
matematis siswa. Bentuk tes yang digunakan berupa soal uraian yang terdiri dari
empat butir soal. Tes yang diberikan pada tiap kelas baik soal pretest maupun
postest sama. Sebelum penyusunan tes kemampuan komunikasi matematis,
terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal tes berdasarkan indikator-indikator
kemampuan komunikasi matematis. Pedoman pemberian skor kemampuan
komunikasi matematis yang disajikan pada pada Tabel 3.3.
Table 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
No Indikator Ketentuan Skor1 Menggambarkan
situasi masalahdan menyatakansolusi masalahmenggunakangambar, simboldan modelmatematika
Tidak menjawab. 0
Hanya sedikit dari gambar, simbol, atau jawaban yangbenar
1
Membuat gambar, simbol, atau jawaban kuranglengkap dan benar
2
Membuat gambar, simbol, atau jawaban secara lengkapDan benar
3
2 Menjelaskan idematematikasecara tulisan.
Tidak menjawab. 0
Hanya sedikit penjelasan secara matematis masuk akal 1
Penjelasan secara matematis masuk akal namun kuranglengkap dan benar
2
Penjelasan secara matematis masuk akal, lengkap danbenar serta tersusun secara sistematis
3
3 Mengungkapkankembali suatuuraian matematikasecara tulisandengan bahasasendiri secaratepat.
Tidak menjawab. 0
Hanya sedikit uraian matematika yang diungkapkansecara logis dan dapat dimengerti
1
Uraian matematika yang diungkapkan logis dan dapatdimengerti namun kurang lengkap dan benar
2
Uraian matematika yang diungkapkan logis dan dapatdimengerti dan uraian yang dijabarkan pun lengkapdan benar
3
Sebagai upaya untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Oleh
karena itu, dilakukan uji validitas dan reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda.
28
H. Analisis Intrumen Tes
1. Uji Validitas
Validitas memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur dalam melakukan fungsinya. Menurut Azwar (2007: 173) Suatu tes
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil
yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan diadakan tes.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi
dari tes kemampuan komunikasi matematis ini dapat diketahui dengan cara
membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan komunikasi
matematis dengan indikator pencapaian pembelajaran dan indikator kemampuan
komunikasi yang telah ditentukan. Validitas tes ini dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada dosen pembimbing kemudian dikonsultasikan kepada guru mitra.
Hasil penilaian guru mitra menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator tes tersebut dikategorikan valid. Hasil uji validitas
dapat dilihat pada Lampiran B.5 halaman 133.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat
dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Pengujian reliabilitas instrumen
menggunakan rumus Alpha mengacu pada Arikunto (2011: 109) sebagai berikut:
= ( ) 1 − ∑Keterangan :
: koefisien reliabilitas instrumen (tes)
29
n : banyaknya item⅀ : jumlah varians dari tiap-tiap item tes: varians total
Interpretasi koefisien reliabilitas merujuk pada pendapat Arikunto (2011: 195)
seperti yang terlihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Reliabilitas
Nilai Keteranganr11< 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah
0,40 ≤ r11< 0,70 Sedang
0,70 ≤ r11< 0,90 Tinggi
0,90 ≤ r11< 1,00 Sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji instrumen tes diperoleh bahwa koefisien
reliabilitas soal sebesar 0,93 yang berarti instrumen tes yang digunakan memiliki
kriteria reliabilitas sangat tinggi. Oleh karena itu, instrumen tes layak digunakan.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 halaman 134.
3. Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut
tergolong mudah, sedang, atau sukar. Menurut Arikunto (2011: 207) soal yang
baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk
menghitung tingkat kesukaran soal, digunakan rumus yang dikutip dari Sudijono
(2008: 372) sebagai berikut.
=Keterangan :TK : tingkat kesukaran suatu butir soalJT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperolehIT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.
30
Dalam penelitian ini, butir soal yang dipilih adalah soal-soal yang memiliki
interpretasi mudah, sedang, dan sukar. Adapun interpretasi tingkat kesukaran butir
soal menurut Sudijono (2008: 372) digunakan kriteria indeks tingkat kesukaran
yang tertera dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai Interpretasi0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar
0,16 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan instrumen tes diperoleh bahwa tingkat kesukaran
tes sebesar 0,37 sampai dengan 0,65 yang berarti instrumen tes yang digunakan
memiliki kriteria sedang. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.2.1 halaman 136.
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda tiap butir soal dilakukan untuk mengetahui apakah butir
soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu
diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai terendah. Menurut
Arikunto (2011: 213), rumus untuk menghitung daya pembeda adalah:
= −Keterangan :DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentuJA : Rata-rata nilai kelompok atas pada butir soal yang diolahJB : Rata-rata nilai kelompok bawah pada butir soal yang diolahIA : Skor maksimum butir soal yang diolah
31
Hasil perhitungan daya pembeda menurut Arikunto (2011: 218) diinterpretasi
berdasarkan klasifikasi yang disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda
Skor Interpretasi−1,00 ≤ DP ≤ 0,00 Sangat buruk0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk0,20 < DP ≤ 0,30 Cukup baik, perlu direvisi0,30 < DP ≤ 0,70 Baik0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh bahwa nilai daya pembeda tes adalah
0,40 sampai dengan 0,56 yang berarti instrumen tes memiliki kriteria baik. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.2 halaman 136.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda
terhadap soal tes kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh rekapitulasi
hasil tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba
NoSoal Reliabilitas Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda Kesimpulan
10,93
(Reliabilitassangat tinggi)
0,38 (sedang) 0,56 (baik) Dipakai2 0,65 (sedang) 0,42 (baik) Dipakai
3 0,64 (sedang) 0,40 (baik) Dipakai
4 0,37 (sedang) 0,56 (baik) Dipakai
Dari Tabel 3.7, diketahui bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,93 yang berarti
soal memiliki kriteria reliable (reliabilitas sangat tinggi). Tingkat kesukaran untuk
semua soal dikategorikan sedang, sedangkan daya pembeda untuk semua soal
dikategorikan baik. Dengan demikian, semua soal dikatakan valid dan memenuhi
kriteria reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang telah ditentukan
maka soal tes kemampuan komunikasi matematis yang disusun layak digunakan
untuk mengumpulkan data kemampuan komunikasi matematis.
32
I. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Dalam
penelitian ini, data akan diperoleh dari hasil pretest dan posttest pada kelas yang
melaksanakan pembelajaran Think Talk Write yaitu kelas eksperimen dan pada
kelas yang melaksanakan pembelajaran konvensional yaitu kelas kontrol. data
hasil pretest dan posttest dianalisis untuk mendapatkan skor peningkatan (gain)
kemampuan komunikasi matematis siswa pada kedua kelas. Menurut Hake (1998:
1) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized
gain) yaitu:
g =
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake (1998: 65) sebagai berikut.
Tabel 3.8 Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain (g) Kriteriag > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedangg ≤ 0,3 Rendah
Hasil perhitungan gain atau skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 137 dan Lampiran
C.4 halaman 139. Data skor kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas
eksperimen dan kontrol, dapat dianalisis dengan uji statistik untuk mengetahui
efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write ditinjau dari
kemampuan komunikasi matematis. Sebelum melakukan uji statistik perlu
dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari data populasi yang
33
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Pengolahan data
dilakukan dengan bantuan Software Microsoft Excel 2007. Adapun prosedur yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kedua sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normalH1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Menurut Sudjana (2005: 273) uji normalitas dapat dihitung dengan uji chi kuadrat
(X2) seperti berikut :
= ( − )Keterangan :
: frekuensi pengamatan: frekuensi yang diharapkan: banyaknya pengamatan
Kriteria pengujian dengan taraf signifikan: α = 0,05 yaitu terima H0 jika≤ dengan χ = χ ( ∝)( ).Hasil uji normalitas data skor kemampuan awal komunikasi matematis siswa
disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Awal KomunikasiMatematis Siswa
Kelas Keputusan UjiThink Talk Write 6,55 7,81 H0 diterima
Konvensional 5,22 7,81 H0 diterima
34
Dari Tabel 3.9, diketahui bahwa < . Ini berarti bahwa kedua
kelompok data skor kemampuan awal komunikasi matematis siswa berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.5 halaman 141 dan Lampiran C.6 halaman 144.
Hasil uji normalitas data skor kemampuan akhir komunikasi matematis siswa
disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Hasil Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Akhir KomunikasiMatematis Siswa
Kelas Keputusan UjiThink Talk Write 4,61 7,81 H0 diterima
Konvensional 4,38 7,81 H0 diterima
Dari Tabel 3.10, diketahui bahwa < . Ini berarti bahwa kedua
kelompok data skor kemampuan akhir komunikasi matematis siswa berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.7 halaman 147 dan Lampiran C.8 halaman 150.
Hasil uji normalitas data skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa disajikan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas Data Skor Peningkatan KemampuanKomunikasi Matematis Siswa
Kelas Keputusan UjiThink Talk Write 6,63 7,81 H0 diterima
Konvensional 7,36 7,81 H0 diterima
Dari Tabel 3.11, diketahui bahwa < . Ini berarti bahwa kedua
kelompok data skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.9 halaman 153 dan Lampiran C.10 halaman 156.
35
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data yaitu
data siswa yang mengikuti pembelajaran Think Talk Write dan data siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional memiliki varians yang homogen atau tidak
homogen. Rumusan hipotesis untuk menguji homogenitas (H1) adalah:
H0 : σ12 = σ2
2 (kedua populasi memiliki varians yang homogen)H1 : σ1
2 ≠ σ22 (kedua populasi memiliki varians yang tidak homogen)
Menurut Sudjana (2005: 249-250) untuk menguji hipotesis di atas menggunakan
rumus:
F =
Keterangan:S1
2 : varians terbesarS2
2 : varians terkecil
Terima H0 jika < ( , ) dengan = 0,05 dan peluang , serta derajat
kebebasan dan masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan dk penyebut.
Dalam hal lainnya H0 diterima.
Hasil uji homogenitas data skor kemampuan awal komunikasi matematis siswa
disajikan pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Kemampuan AwalKomunikasi Matematis Siswa
Kelas Varians Keputusan UjiThink Talk Write 13,10
1,07 2,35 H0 diterimaKonvensional 14,07
Pada Tabel 3.12, diketahui bahwa < . berarti bahwa kedua kelompok
data skor kemampuan awal komunikasi matematis siswa memiliki varians yang
homogen. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.11 halaman 159.
36
Hasil uji homogenitas data skor kemampuan akhir komunikasi matematis siswa
disajikan pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Kemampuan AkhirKomunikasi Matematis Siswa
Kelas Varians Keputusan UjiThink Talk Write 20,19
1,16 2,34 H0 diterimaKonvensional 17,41
Pada Tabel 3.13, diketahui bahwa < . Ini berarti bahwa kedua
kelompok data skor kemampuan akhir komunikasi matematis siswa memiliki
varians yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
C.12 halaman 160.
Hasil uji homogenitas data skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa disajikan pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Peningkatan KemampuanKomunikasi Matematis
Kelas Varians Keputusan UjiThink Talk Write 0,019
2,11 2,34 H0 ditolakKonvensional 0,009
Pada Tabel 3.14, diketahui bahwa < . Ini berarti bahwa kedua
kelompok data skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
memiliki varians yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.13 halaman 161.
3. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat, langkah berikutnya dilakukan uji hipotesis. Adapun uji
hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:
37
a. Uji Hipotesis Pertama
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas pada data skor kemampuan
awal, kemampuan akhir dan data skor peningkatan kemampuan komunikasi
matematis diketahui bahwa data skor kemampuan awal, kemampuan akhir, dan
data skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis berasal dari populasi
yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Menurut Sudjana
(2005: 239) apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen maka analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t dengan hipotesis:
1) Data Skor Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Siswa
H0: μ1 = μ2, (rata-rata kemampuan awal komunikasi matematis siswa pada
kelas eksperimen sama dengan rata-rata kemampuan awal
komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol)
H1: μ1> μ2, (rata-rata kemampuan awal komunikasi matematis siswa pada
kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan
awal komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol)
2) Data Skor Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis Siswa
H0: μ1 = μ2, (rata-rata kemampuan akhir komunikasi matematis siswa
pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata kemampuan
akhir komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol)
H1: μ1> μ2, (rata-rata kemampuan akhir komunikasi matematis siswa
pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
kemampuan akhir komunikasi matematis siswa pada kelas
kontrol)
38
3) Data Skor Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
H0: μ1 = μ2, (rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada
kelas kontrol.
H1: μ1> μ2, (rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada
kelas kontrol)
Menurut Sudjana (2005: 239) pengujian hipotesis menggunakan rumus:= ̅ ̅dengan
2
11
21
222
2112
nn
snsns
Keterangan:̅1 : rata-rata skor kemampuan kelas eksperimen̅2 : rata-rata skor kemampuan kelas kontroln1 : banyaknya siswa kelas eksperimenn2 : banyaknya siswa kelas kontrol
: variansi pada kelas eksperimen: variansi pada kelas kontrol: variansi gabungan
Pada taraf signifikansi 5% dengan dk = ( 221 nn ) dan peluang (1 − )maka H0 diterima jika diperoleh < ( ∝)( ), Namun, jika harga t
mempunyai harga-harga lainnya maka H0 ditolak.
b. Uji Hipotesis Kedua
Untuk menguji hipotesis bahwa persentase siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis dengan nilai minimum 74 pada kelas dengan
pembelajaran Think Talk Write lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah
39
siswa, maka dilakukan uji proporsi. Dalam penelitian ini, siswa yang memiliki
kemampuan komunikasi matematis dengan nilai minimum 74 pada kelas dengan
pembelajaran Think Talk Write dapat dilihat pada Lampiran C.22 halaman 182.
Adapun untuk pengujian proporsi menurut Sudjana (2005: 234) menggunakan
ketentuan sebagai berikut:
a. Hipotesis uji
H0 : = 0,60 (persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
matematis dengan nilai minimum 74 sama dengan 60% dari
jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran think talk write)
H1 : > 0,60 (persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
matematis dengan nilai minimum 74 lebih dari 60% dari
jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran think talk write)
b. Taraf siginifikan: α = 0,05
c. Statistik Uji:= ,, ( , )Keterangan:x = Banyaknya siswa yang mendapatkan nilai minimum 74 pada kelas
think talk writen = Jumlah sampel kelas think talk write0,60 = Proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis
dengan nilai minimum 74 yang diharapkan
d. Kriteria Uji
Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika zhitung ≥ , . Nilai , diperoleh
dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α).
54
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write tidak efektif ditinjau dari
kemampuan komunikasi matematis, karena proporsi siswa yang memiliki
kemampuan komunikasi matematis dengan nilai minimum 74 pada kelas dengan
pembelajaran Think Talk Write tidak lebih dari 60%. Akan tetapi, kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Think Talk Write lebih
tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan yaitu:
1. Kepada guru, jika ingin menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Talk
Write sebaiknya diimbangi dengan perencanaan yang matang, guru harus
memahami dengan benar tahap-tahap pada pembelajaran Think Talk Write.
Selain itu, guru juga harus mampu mengelola kelas dan waktu seefektif
mungkin agar suasana belajar menjadi kondusif sehingga memperoleh hasil
yang maksimal.
55
2. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai
pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write disarankan melakukan
pengkajian lebih mendalam terkait pembelajaran kooperatif tipe Think Talk
Write agar siswa dapat beradaptasi dengan pembelajaran Think Talk Write.
56
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RienekaCipta.
Armiati. 2009. Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosional. ProsidingSeminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 5 Desember2009. FMIPA UNY. Tersedia di https://core.ac.uk/. Diakses pada 5november 2016.
Asmin. 2003. Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik dan Kendalayang Muncul di Lapangan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Azwar, S. 2007. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran PrestasiBelajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bistari, Bsy. 2010. Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai untukMeningkatkan Komunikasi Matematik. Jurnal Pendidikan Matematikadan IPA Vol.1, No.1, Januari 2010: 11-23. Tersedia dihttp://download.portal garuda.org. Diakses pada 5 november 2016.
Budiyono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas MaretUniversity.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
________. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
________. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 1 Tahun 2008 tentangStandar Proses Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.
57
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa SekolahDasar. Jurnal UPI Edisi Khusus No.01. Hlm. 76-89. [Online]. Tersedia:http://jurnal.upi.edu/. Diakses pada 5 november 2016.
Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement Method in IntroductoryMechanics Courses. [Online]. Tersedia: http://zSzzSzcarini.physics.indiani.eduzSzSDIzSzIEM-2b.pdf/interactive-engagement-methods-in.pdf.Diakses pada 5 november 2016.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah, Nanang. dan Cucu, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT
Refika Aditama. Bandung.
Hasanah, Umi. 2012. Efektivitas Strategi Pembelajaran Tipe TTW TerhadapPemahaman Konsep Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung : Unila.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperatif Learning. Jakarta: Rineka Pustaka.
Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia WidiasaranaIndonesia.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja
NCES. 2011. Mathematics and Science Achievement of Eighth-Grade Students inan International Context. [Online]. Tersedia di https://nces.ed.gov/TIMSS/results11. Diakses pada 5 november 2016.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA: TheNCTM.
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: AswajaPressindo.
Nuraeni, R. & Luritawaty, I.P. 2016. Mengembangkan Kemampuan KomunikasiMatematik Siswa melalui Strategi Think Talk Write. Jurnal PendidikanMatematika STKIP Garut Volume 8, Nomor 2, april 2016. [Online].Tersedia di jurnalmtk.stkipgarut.ac.id/data/edisi8/vol2/Reni.pdf. Diaksespada 8 agustus 2017
OECD. 2012. PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds Know and WhatThey Can Do with What They Know. [Online]. Tersedia di http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf. Diakses pada 5november 2016.
58
Purnamasari, Rita. 2016. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Think TalkWrite Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi.Bandar Lampung: Unila
Pusat Bahasa Depdiknas. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.
_____________________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (EdisiKeempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untukGuru Edisi 5. Bandung: Tarsito.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan ProfesioanalismeGuru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
____________. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: KencanaPrenaga Media Group.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., dkk. 2003. Strategi PembelajaranMatematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI.
Sumarmo, Utari. 2002. Alternatif pembelajaran matematika dan implementasikurikulum berbasis kompetensi. Bandung : FMIPA-UPI.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda.
Wardani, Wulan Kusuma. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif TipeTTW Ditinjau Dari Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis.Skripsi. Bandar Lampung: Unila.
Wicaksono, Agung. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Tersedia: http:agungprudent.wordpress.com. Diakses pada 5 november 2016.
Wijaya, Aan Pirta. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaMelalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write. Skripsi.Bandar Lampung: Unila.
Yamin, H. M. dan Bansu I. A. 2008. Taktik Mengembangkan KemampuanIndividual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
top related