ekonomi pembangunan fakultas ekonomi … fileanalisis pertumbuhan ekonomi di subosukawonosraten era...

Post on 27-Jun-2019

218 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

SKRIPSI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUBOSUKAWONOSRATEN ERA DESENTRALISASI FISKAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Diajukan Oleh :

MASYHUDI

NIM.F0108086

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

ABSTRACT

This study aims to analyze the economic growth in fiscal decentralization

Subosukowonosraten for 9-year implementation period, from the year 2002-2010.

Variables examined in this study in which economic growth proxy with a Gross

Regional Domestic Product (GDP). Then the variables of the fiscal decentralization

variable Regional Income (PAD), the General Allocation Fund (DAU), Natural

Resources Revenue (DBH) and Labor (TK). Analysis tools used in this study is

Random Effect, after the model selection test.

The results of this study showed some variable has positive and statistically

significant for Economic Growth in all cities / districts in Subosukawonosraten,

Regional Income (PAD) and Natural Resources Revenue (DBH). Whereas the other

variables have a positive but not statistically significant for Economic Growth in all

the cities / district in Subosukawonosraten are the General Allocation Fund (DAU)

and Labor (TK).

Keywords : Economic Growth, Fiscal Decentralization, Random Effect Model

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi di

Subosukowonosraten era desentralisasi fiskal selama 9 tahun periode pelaksanaan,

yaitu dari tahun 2002-2010. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini dimana

pertumbuhan ekonomi diproksi menjadi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Kemudian variabel dari desentralisasi fiskal yaitu variabel Pendapatan Asli

Daerah(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Tenaga

Kerja(TK). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Effect,

setelah dilakukan uji pemilihan model.

Hasil penelitian ini menujukkan sebagian variabel menjukkan berpengaruh

positif dan signifikan secara statistik terhadap PDRB, yaitu Pendapatan Asli Daerah

dan Dana Bagi Hasil. Sedangkan variabel yang lain berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan secara statistik terhadap PDRB adalah Dana Alokasi Umum dan Tenaga

Kerja.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Desentralisasi Fiskal dan Random Effect.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

HALAMAN MOTTO

“ Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar

mereka beribadah kepada-ku.“

(QS Az Zariyat, 51:56)

“ Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah,

niscaya dia (Allah) akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

(QS Muhammad, 47 :7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

DENGAN PENUH RASA SYUKUR ALHAMDULILLAH KARYA

SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA :

v (Alm) BAPAK SAYA

v IBU YANG SELALU MEMBERIKAN DOA DENGAN PENUH

CINTA DAN SAYANG

v KEDUA KAKAK SAYA DAN ADIK SAYA YANG

MEMBERIKAN DORONGAN DAN SEMANGAT

v KEPADA PEMBIMIBING SKRIPSI SAYA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis pajatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala

rahmat iman dan islam, hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat

meyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis Pertumbuhan Ekonomi di

Subosukawonosraten Era Desentralisasi Fiskal. “

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakulstas Ekonomi,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bimbingan, arahan, bantuan dan motovasi dari berbagai pihak langsung maupun

tidak langsung. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Wisnu Untoro, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs.Supriyono M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

kemudahan dengan ijin yang diberikan.

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi

ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

4. Izza Mafrurah, S.E, M.Si selaku sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

bantuan dan kemudahan kepada penulis untuk kepentingan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakustas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan pelayanan penulis.

6. Keluarga yang senantiasa selalu medoakan, memberikan dorongan dan

bimbingan kepada penulis.

7. Temen-temen Kampung Girirejo (WASCOM)

8. Keluarga besar BPPI FE UNS dan Alumninya. Keep Istiqomah.

Merajut Ukhuwah Tegakkan Dakwah.

9. Keluarga Besar Pesma Ar Royyan Surakarta dan para Ustadz pesma

Ar Royyan yang selalu memberikan doa, memberikan dorongan dan

arahan kepada penulis.

10. Syukron, David, Faris, Zulfikar ayo segera menyusul.

11. Anggel, Lucky, Hananto, Hakim, Rozi, Punto, Addin dll angkatan 09,

10, 11 ayo semangat kuliah n berdakwah.

12. Teman – teman angkatan 08 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara

langsung maupun tidak langsung atas bantuannya kepada penulis

hingga terselesaikannya penelitian ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan

penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna

pembaca dan dapat mengambil manfaat atas apa yang baik dan berguna dalam skripsi

ini.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

ABSTRAKSI ................................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ........................................................ v

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 11

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 12

1.5 Sistematika Penulisan ................................................................. 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ............................................................................ 14

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 14

2.1.1.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi ................................ 14

2.1.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................... 17

2.1.1.2.1 Teori Ekonomi Klasik ....................................... 17

2.1.1.2.2 Teori Harrod-Domar ........................................ 19

2.1.1.2.3 Teori Neo Klasik Solow-Swan ........................... 23

2.1.1.2.4 Teori Rostow ................................................... 25

2.2 Desentralisasi Fiskal .................................................................... 25

2.2.1 Definisi Desentralisasi Fiskal .............................................. 25

2.2.2 Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal ......................... 28

2.2.3 Tujuan Desentralisasi Fiskal ............................................... 29

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................... 30

2.4 Kerangka Pemeikiran Teoritis ..................................................... 34

2.5 Kerangka Teori ............................................................................ 36

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penenltitan dan Definisi Operasional ............................ 36

3.1.1 Variabel Penelitian ............................................................ 36

3.1.2 Definisi Operasional .......................................................... 36

3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................... 39

3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 40

3.4 Metode Analisis .......................................................................... 41

3.5 Alat Analisis ................................................................................ 41

3.6 Estimasi Model Regresi ............................................................... 42

3.7 Pengujian Model ......................................................................... 42

3.7.1 Uji F ................................................................................... 43

3.7.2 Uji Hausman ...................................................................... 43

3.8 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

3.8.1 Multikolinearitas ............................................................... 44

3.8.2 Autokorelasi ...................................................................... 45

3.8.3 Heteroskedastisitas ........................................................... 45

3.9 Pengujian Statistik ...................................................................... 46

3.9.1 Uji Koefisien Determinasi ................................................... 46

3.9.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F Statistik) ............................. 47

3.9.3 Uji Signifikansi Individual (Uji t) .......................................... 48

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian .......................................................... 50

4.1.1 Kota Surakarta .................................................................. 50

4.1.1.1 Keadaan Geografis ................................................... 50

4.1.1.2 Penduduk ................................................................. 50

4.1.2 Kabupaten Boyolali ............................................................ 51

4.1.2.1 Keadaan Geografis ................................................... 51

4.1.2.2 Penduduk ................................................................. 52

4.1.3 Kabupaten Sukoharjo ........................................................ 52

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

4.1.3.1 Keadaan Geografis ................................................... 52

4.1.3.2 Penduduk ................................................................. 53

4.1.4 Kabupaten Karanganyar .................................................... 53

4.1.4.1 Keadaan Geografis ................................................... 53

4.1.4.2 Penduduk ................................................................. 54

4.1.5 Kabupaten Wonogiri .......................................................... 54

4.1.5.1 Keadaan Geografis ................................................... 54

4.1.5.2 Penduduk ................................................................. 55

4.1.6 Kabupaten Sragen ............................................................. 56

4.1.6.1 Keadaan Geografis ................................................... 56

4.1.6.2 Penduduk ................................................................. 57

4.1.7 Kabupaten Klaten .............................................................. 57

4.1.7.1 Keadaan Geografis ................................................... 57

4.1.7.2 Penduduk ................................................................. 58

4.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian .............................................. 58

4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ........................... 58

4.2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ........................................... 60

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

4.2.3 Dana Alokasi Umum (DAU) ................................................ 61

4.2.4 Dana Badi Hasil (DBH) ........................................................ 62

4.2.5.Tenaga Kerja (TK) .............................................................. 63

4.3 Hasil dan Analisis Kuantitatif ....................................................... 64

4.3.1 Analisis Data Panel ............................................................ 64

4.3.1.1 Hasil Estimasi Data Panel .......................................... 64

4.3.2 Hasil Uji Pemilihan Model .................................................. 67

4.3.2.1 Hasil Uji F Statistik .................................................... 67

4.3.2.2 Hasil Uji Hausman .................................................... 68

4.3.3 Hasil Estimasi ..................................................................... 69

4.3.4 Pengujian Statistik ............................................................. 70

4.3.4.1 Uji t Statistik ............................................................. 70

4.3.4.1.1 Variabel Log PAD ............................................. 70

4.3.4.1.2 Variabel Log DAU ............................................ 71

4.3.4.1.3 Variabel Log DBH ............................................. 71

4.3.4.1.4 Variabel Log TK ............................................... 71

4.3.4.2 Uji F .......................................................................... 72

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

4.3.4.3 Uji Koefisien Determinasi ......................................... 72

4.3.5 Uji Asumsi Klasik ................................................................ 73

4.3.5.1 Multikolinearitas ...................................................... 73

4.3.5.2 Heteroskedastisitas .................................................. 73

4.3.5.3 Autokorelasi ............................................................. 74

4.4 Pembahasan ............................................................................... 74

4.4.1 Model Persamaan Kota/Kabupaten ................................... 75

4.4.1.1 Persamaan Kota Surakarta ....................................... 76

4.4.1.2 Persamaan Kabupaten Boyolali ................................ 76

4.4.1.3 Persamaan Kabupaten Sukoharjo ............................. 76

4.4.1.4 Persamaan Kabupaten Karanganyar ......................... 76

4.4.1.5 Persamaan Kabupaten Wonogiri .............................. 76

4.4.1.6 Persamaan Kabupaten Sragen .................................. 76

4.4.1.7 Persamaan Kabupaten Klaten ................................... 77

4.4.2 Pengaruh masing-masing Variabel Terhdadap PDRB .......... 77

4.4.2.1 Pengaruh PAD terhadap PDRB .................................. 77

4.4.2.2 Pengaruh DAU terhadap PDRB ................................. 78

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

4.4.2.3 Pengaruh DBH terhadap PDRB .................................. 78

4.4.2.4 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap PDRB .................... 79

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 80

5.2 Saran .......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Dana Perimbangan 2002-2010 ..................................................... 4

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Jateng dan Subosukawonosraten ............ 8

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta 2002-2010 .............................. 51

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali 2002-2010 ...................... 52

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo 2002-2010 ................... 53

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar 2002-2010 ............... 54

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri 2002-2010 ..................... 56

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen 2002-2010 ……............... 57

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten 2002-2010 ……................ 58

Tabel 4.8 PDRB ADHK 2000 Subosukawonosraten

2002-2010 (dalam juta) ..................................................................... 59

Tabel 4.9 PAD Subosukawonosraten 2002-2010 (dalam juta) .................... 60

Tabel 4.10 DAU Subosukawonosraten 2002-2010 (dalam juta) ................. 61

Tabel 4.11 DBH Subosukawonosraten 2002-2010 (dalam juta) ................. 62

Tabel 4.12 Tenaga Kerja Subosukawonosraten 2002-2010 ......................... 63

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xx

Tabel 4.13 Hasil estimasi data panel Subosukowonosraten

Tahun 2002-2010 ............................................................................... 65

Tabel 4.14 Hasil Uji Hausman ..................................................................... 68

Tabel 4.15 Hasil estimasi dengan metode Random Effect .......................... 69

Tabel 4.16 Hasil Uji t statistik ..................................................................... 70

Tabel 4.17 Hasil Uji F statistik .................................................................... 72

Tabel 4. 18 Perbandingan Temuan Empirik dengan Hipotesis Penelitian. ... 75

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxi

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 Perkembangan DAK, DAU, DBH Tahun 2002-2010 .................... 5

Gambar 1.2 Perkembangan PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2002- 2010 .................................................................................. 7

Gambar 1.3 Perkembangan PDRB SUBOSUKAWONOSRATEN .................. 9

Gambar 2.1 Kerangaka Pemikiran Teoritis ....................................................... 34

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

ANALISYS ECONOMIC GROWTH SUBOSUKAWONOSRATEN IN

FISCAL DECENTRALIZATION

MASYHUDI

F0108086

This study aims to analyze the economic growth in fiscal decentralization

Subosukowonosraten for 9-year implementation period, from the year 2002-2010.

Variables examined in this study in which economic growth proxy with a Gross

Regional Domestic Product (GDP). Then the variables of the fiscal decentralization

variable Regional Income (PAD), the General Allocation Fund (DAU), Natural

Resources Revenue (DBH) and Labor (TK). Analysis tools used in this study is

Random Effect, after the model selection test.

The results of this study showed some variable has positive and statistically

significant for Economic Growth in all cities / districts in Subosukawonosraten,

Regional Income (PAD) and Natural Resources Revenue (DBH). Whereas the other

variables have a positive but not statistically significant for Economic Growth in all

the cities / district in Subosukawonosraten are the General Allocation Fund (DAU)

and Labor (TK).

Keywords : Economic Growth, Fiscal Decentralization, Random Effect Model

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAKSI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DISUBOSUKAWONOSRATEN

ERA DESENTRALISASI FISKAL

MASYHUDI

F0108086

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi di

Subosukowonosraten era desentralisasi fiskal selama 9 tahun periode pelaksanaan,

yaitu dari tahun 2002-2010. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini dimana

pertumbuhan ekonomi diproksi menjadi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Kemudian variabel dari desentralisasi fiskal yaitu variabel Pendapatan Asli

Daerah(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Tenaga

Kerja(TK). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Effect,

setelah dilakukan uji pemilihan model.

Hasil penelitian ini menujukkan sebagian variabel menjukkan berpengaruh

positif dan signifikan secara statistik terhadap PDRB, yaitu Pendapatan Asli Daerah

dan Dana Bagi Hasil. Sedangkan variabel yang lain berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan secara statistik terhadap PDRB adalah Dana Alokasi Umum dan Tenaga

Kerja.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Desentralisasi Fiskal dan Random Effect.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan topik yang masih

menarik untuk diteliti sampai saat ini. Hal ini dikarenakan setelah adanya UU

tentang otonomi daerah, dimana daerah diberi kewenagan untuk mengatur

perekonomiannya sendiri, masih banyak daerah yang belum menunjukkan

perubahan yang signifikan dengan adanya kebijakan tersebut.

Hakikat otonomi adalah mengembangkan manusia-manusia Indonesia

yang otonom, yang memberikan keleluasaan bagi terkuaknya potensi-potensi

terbaik yang dimiliki oleh setiap individu secara optimal (Faisal, 2002). Penerapan

otonomi daerah bertujuan untuk mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi yang

dimiliki daerah sehingga dapat meningkatkan perokonomian di daerah yang pada

akhirnya meningkatkan perekonomian nasional.

Tahap pertama dari pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia dimulai

dengan bergulirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Daerah yang mengatakan bahwa secara resmi berlaku sejak 01 januari 2001 dan

selambat-lambatnya otonomi daerah secara efektif dilaksanakan pada tanggal 7

Mei 2001. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui

penyediaaan sumber-sumber pembiayaan, dikeluarkan UU Nomor 25 Tahun 1999

tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah mulai

berlaku tanggal 19 Mei 1999.

Otonomi daerah menurut UU Nomor 22 tahun 1999 adalah kewenangan

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan

perundang-undangan; dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah menurut UU Nomor 25 Tahun 1999 adalah suatu sistem pembiayaan

pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan yang mencakup pembagian

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemeraataan antar daerah

secara proposional, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi

dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan

serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan

pengawasan keuangannya.

Fase kedua Otonomi Daerah ditandai dengan adanya reformasi dalam

kebiijakan keuangan negara melalui penetapan tiga peraturan di bidang keuangan

negara. Ketiga peraturan tersebut adalah UU Nomor 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan

UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara yang mengiringinya serta pro dan kontra.

Berbagai usaha pun dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan

sistem tersebut. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan amandemen

UU Otonomi Daerah. Proses ini merupakan awal dari fase ketiga dalam proses

Otonomi Daerah di Indonesia. UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25

Tahun 1999 masing-masing digantikan oleh UU Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Otonomi daerah

menurut UU Nomor 32 rahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 adalah suatu sistem pembagian keuangan

yang adil, proposional, demokratis, transparan, efisien dalam rangka pendanaan

dan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi,

dan kebutuhan daerah.

Hakekat otonomi adalah adanya kewenangan daerah, bukan pendelegasian

(Saragih, 2003 dalam Sianturi, 2011). Dengan adanya otonomi daerah ini maka

Daerah tidak lagi sekedar menjalankan intruksi pemerintah pusat, tetapi benar-

benar mempunyai keleluasaan untuk meningkatkan kreatifitas dalam

mengembangkan potensi. Otonomi daerah tidak hanya berhenti pada pembagian

dana pembangunan yang relatif adil antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah yang diwujudkan dalam bentuk dana perimbangan, tetapi keberhasilan

otonomi daerah juga diukur dari seberapa besar porsi sumbangan masyarakat

lokal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). Oleh sebab itu, implementasi otonomi daerah tidak hanya

tanggung jawab pemerintah daerah, yakni bupati atau walikota serta perangkat

daerah lainnya, tetapi juga seluruh masyarakat lokal di tiap-tiap daerah ( Saragih,

2003 dalam Sianturi, 2011).

Selain itu, dalam pelaksanaanya desentralisasi fiskal tidak akan berguna

jika tidak diikuti dengan kemampuan finansial yang cukup memadai oleh

pemerintah daerah. Oleh karena itu dengan adanya amandemen UU Otonomi

Daerah melalui UU Nomor 32 dan UU Nomor 33 Tahun 2004, diharapkan

nantinya akan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Sumber penerimaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

daerah yang digunakan untuk pendanaan daerah menurut UU Nomor 33 Tahun

2004 dalam pelaksanaan desentralisasi meliputi : Pendapatan Asli Daerah (PAD),

Dana Perimbangan meliputi; Dana Alokasi Khusus(DAK), Dana Alokasi Umum

(DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) dan lain-lain pendapatan yang sah. Dalam UU

Nomor 33 tahun 2004 memberikan kewenangan bagi daerah untuk meningkatkan

kemampuan pendapatanya, yaitu dengan meluaskan jangkauan dari bagian pajak

dan bagi hasil Sumber Daya Alam dengan pemerintah pusat.

Desentralisasi fiskal di Indonesia dimulai dengan ditandai proses

pengalihan sumber keuangan bagi daerah dalam jumlah yang sangat signifikan.

Pada awal desentralisasi fiskal tahun 2002, transfer ke daerah berupa Dana

Perimbangan hanya sebesar Rp 71,81 trilyun, dan meningkat sebesar 7,4 persen di

tahun 2003 menjadi Rp.77,1 trilyun. Tahun 2008 Dana Perimbangan mencapai

Rp. 263,4 trilyun atau meningkat sebesar 9,2 persen dari tahun sebelumnya.

Sampai tahun 2010 besarnya Dana Perimbangan telah mencapai 292.2 trilyun.

Secara jelas, besarnya transfer ke daerah dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 1.1. Dana Perimbangan Tahun 2002-2010

Sumber : www.tkp2e-dak.org (data diolah)

Sementara itu pada gambar 1.1, porsi DBH menunjukkan trend yang

semakin baik. Tahun 2010 DBH mencapai Rp. 78,6 trilyun bahkan transfer DBH

ini tahun 2002, 2003, 2004 belum dialokasiakan ke dalam dana perimbangan

untuk pemerintah daerah. Begitu juga jika dilihat pada transfer DAK tahun 2010

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

DAPER 71.8 77.1 83.9 127 216.2 241.1 263.4 276.4 292.2

Growth 0 7.4 8.8 51.4 70.2 11.5 9.2 4.9 5.7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

yang telah mencapai Rp. 21,1 trilyun. Jumlah DAK ini jauh lebih besar dibanding

DAK tahun 2002 yang hanya sebesar Rp. 2, 5 trilyun. Akan tetapi pada tahun

2010 DAK mengalami penurunan Rp 3,7 trilyun daripada tahun sebelumnya 2009

yang sebesar Rp. 24,8 trilyun. Bahkan porsi DAU menunjukkan trend yang

semakin baik juga, bisa dilihat pada tahun 2002 besarnya DAU Rp. 69,3 trilyun.

Dan semakin naik dari tahun ke tahun, pada tahun 2010 porsi DAU mencapai Rp

192,5 trilyun.

Sumber : www.tkp2e-dak.org (data diolah)

Gambar 1.1 Perkembangan DAK, DAU, DBH Tahun 2002-2010

Dengan semakin tingginya dana perimbangan yang diberikan kepada

daerah diharpakan daerah bisa menjalankan dan mengelola daerahnya sesuai

dengan tujuan dari desentralisasi.

Meski terjadi eforia terhadap kebijakan desentralisasi, implementasi

desentralisasi fiskal di kabupaten/kota di Jawa Tengah hingga saat ini belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

mampu meunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari indikator

PDRB riil, pertumbuhan PDRB riil menunjukkan variasi antar daerah di

kabupaten/kota di Jawa Tengah setelah pelaksanaan desentralisasi fiskal. Secara

jelas dapat dilihat pada gambar

Pada gambar 1.2 bisa dilihat bahwa pada kurun waktu 2002 – 2010 belum

semua kabupaten / kota di Jawa Tengah menunjukkan pertumbuhan ekonomi

yang baik. Dari tahun 2002-2010 dimana era desentralisasi fiskal yang sudah

dimulai dari sejak tahun 2001, ternyata hanya beberapa kabupaten yang memiliki

PDRB tinggi, yaitu : Kabupaten Cilacap yang rata-rata PDRB-nya diatas 10

triliun, Kabupaten Kudus yang juga rata-rata PDRB-nya diatas 10 triliun, dan

Kota Semarang yang paling tinggi PDRB-nya diatas Rp. 17 triliun.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Sumber : BPS, (data diolah )

Gambar 1.2 Perkembangan PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2002-2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Untuk wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN pelaksanan sendiri

desentralisasi fiskal juga belum terlihat kontribusinya. Hal ini jika dilihat dari

indikator PDRB riil, proporsi pendapatan riil di SUBOSUKAWONOSRATEN

menunjukkan angka yang relatif kecil yaitu hanya sekitar 19 % dibandingkan

pendapatan riil Provinsi Jawa Tengah dan cenderung mengalami penurunan, yaitu

menjadi sebesar 19,89% pada tahun 2007 dan 19,65 pada tahun 2010.

Tabel 1.2 Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto Jawa

Tengah dan SUBOSUKAWONOSRATEN Tahun 2002-2010

Tahun PDRB Jawa

Tengah

PDRB

SUBOSUKAWONOSRATEN

Proporsi

2002 109.257.168,1 21.194.161,83 19.40

2003 113.519.879,3 22.188.512,41 19.55

2004 118.575.290,1 23.260.154,5 19.62

2005 123.770.443 24.350.933,29 19.67

2006 129.015.255,4 25.411.284,87 19.70

2007 134.119.563,9 26.671.686,27 19.89

2008 141.859.708,6 27.957.244,8 19.71

2009 148.861.065,9 29.403.592,02 19.75

2010 156.198.388,5 30.687.493,52 19.65

Sumber : BPS, (data diolah)

SUBOSUKAWONOSRATEN terdiri dari 7 kaupaten/kota yaitu Kota

Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Klaten, masing-masing kabupaten/kota juga belum menunjukkan hasil yang

positif dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal. Hal ini terlihat dari PDRB

masing-masing Kabupaten/Kota di SUBOSUKAWONOSRATEN. Secara lebih

jelas bisa dilihat pada gambar berikut:

Sumber : BPS, (data diolah)

Gambar 1.3 Perkembangan PDRB SUBOSUKAWONOSRATEN

Dari gambar 1.3 diatas bisa dilihat jumlah PDRB tertinggi dari tahun

2002-2010 adalah Kabupaten Karanganyar sejumlah Rp. 40.032.293.080.000

kemudian diikuti oleh Kaupaten Klaten sejumlah Rp. 38.358.314.570.000,

kemudian Kabupaten Sukoharjo sejumlah Rp. 37.574.782.170.000, kemudian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Kota Surakarta sejumlah Rp. 37.107.403.730.000, kemudian Kabupaten Boyolali

sejumlah Rp. 32.647.111.030.000, kemudian Kaupaten Wonogiri Sejumlah Rp.

23.022.533.160.000, dan yang terendah adalah Kaupaten Sragen dengan jumlah

PDRB sebesar Rp. 22.382.625.770.000

Berdasarkan kondisi diatas, dimana kebijakan desentralisasi fiskal belum

mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan di

SUBOSUKAWONOSRATEN; maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh

masalah hal tersebut dengan judul, “ Analisis Pertumbuhan Ekonomi di

SUBOSUKAWONOSRATEN Era Desentralisasi Fiskal”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam studi ini, ada hal penting yang melatarbelakangi peneliti untuk

menggali lebih jauh tentang pelaksanaan desentralisasi fiskal di

SUBOSUKAWONOSRATEN yaitu kebijakan desentralisasi diyakini dapat

membawa pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah.

Bedasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah :

a. Apakah ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pertumbuhan

ekonomi di SUBOSUKAWONOSRATEN era desentralisasi fiskal tahun

2002-2010?

b. Apakah ada pengaruh antara Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap

pertumbuhan ekonomi di SUBOSUKAWONOSRATEN era desentralisasi

fiskal tahun 2002-2010?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c. Apakah ada pengaruh antara Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap pertumbuhan

ekonomi di SUBOSUKAWONOSRATEN era desentralisasi fiskal tahun

2002-2010?

d. Apakah ada pengaruh antara tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di

SUBOSUKAWONOSRATEN era desentralisasi fiskal tahun 2002-2010?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap

pertumbuhan ekonomi di SUBOSUKAWONOSRATEN era desentralisasi

fiskal tahun 2002-2010.

b. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap

pertumbuhan ekonomi di SUBOSUKAWONOSRATEN era desenralisasi

fiskal tahun 2002-2010.

c. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap

pertumbuhan ekonomi di SUBOSUKAWONOSRATEN era desentralisasi

fiskal tahun 2002-2010.

d. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan

ekonomi di SUBOSUKAWONOSRATEN era desentralisasi fiskal tahun

2002-2010.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini berguna bagi semua pihak, terutama yaitu :

a. Untuk informasi dan masukan kepada pemerintah khususnya di

SUBOSUKAWONOSRATEN, sebagai bahan pertimbangan dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

mengambil kebijakan yang menyangkut pembangunan ekonomi dan

pengembangan wilayah.

b. Memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan pengetahuan khususnya

dalam pengembangan teori-teori ekonomi yang berkaitan dengan sektor

publik.

c. Untuk referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi dengan judul “ ANALISIS PERTUMBUHAN

EKONOMI DI SUBOSUKAWONOSRATEN ERA DESENTRALISASI

FISKAL” akan dibagi dalam beberapa bab, dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I . PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, serta tujuan

dan kegunaan penelitian. Latar belakang menjelaskan informasi yang relevan

untuk membantu pokok permasalahan, bersifat umum khusus. Rumusan masalah

menjelaskan suatu keadaan, fenomena, atau konsep yang masih memerlukan

pemecahan melalui suatu penelitian. Tujuan menjelaskan tujuan umum dan tujuan

khusus yang ingin dicapai sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan

hipotesis yang diajukan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab kedua akan diuraikan landasan teoritis yang menjelaskan teori-

teori yang mendukung perumusan hipotesis, yang didukung dengan penelitian

terdahulu. Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan permasalahan yang akan

diteliti yaitu tentang apa yang seharusnya, sehingga timbul hipotesis (dugaan awal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

penelitian). Jadi hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang

diteliti.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ketiga dijelaskan mengenai operasional yang mendeskripsikan

variabel-variabel dalam penelitian. Jenis dan sumber data mendeskripsikan jenis

data dan variabel-variabel penelitian, berupa data sekunder. Metode analisis

mendeskripsikan jenis atau model analisis dan mekanisme alat analisis yang

digunakan dalam penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab keempat duraikan tentang deskripsi objek penelitian yang secara

deskriptif dibahas variabel-variabel yang berkaitan dengan maslah penelitian.

Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan. Setelah data dianalisis, dalam pembahasan

dijelaskan implikasi dari hasil analisis data dan interpretasi yang dibuat dalam

penelitian.

BAB V : PENUTUP

Bab kelima merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

Kesimpulan merupakan penyajian secara singkat apa yang telah diperoleh dari

pembahasan dan saran sebagai masukan pada penelitian mendatang. Saran-saran

diajukan untuk perbaikan pelaksanaan praktek dilapangan dan perbaikan

penelitian berikutnya berdasarkan penerapan teori yang digunakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam menganalisis Pertumbuhan Ekonomi di Subosukawonosraten Era

Desentralisasi Fiskal, mendasarkan pada teori-teori yang relevan sehingga

mendukung tercapainya penelitian yang ilmiah. Dasar teori yang di gunakan

sebagai landasan teori dalam penelitian ini adalah teori tentang pertumbuhan

ekonomi dan desentralisasi fiskal. Teori-teori ini yang akan dijadikan peneliti

sebagai dasar pemikiran dan menjadi acuan dalam melakukan penelitian.

Selain itu, agar secara empiris dapat dihubungkan dengan hasil-hasil

penelitian sejenis atau yang memiliki topik yang hampir sama, maka dilengkapi

juga dengan beberapa penelitian terdahulu. Penelitian-penelitian terdahulu

tersebut sekaligus menjadi acuan dan komparasi dalam penelitian ini.

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Siagian (2010) Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator

paling penting dalam keberhasilan perekonomian suatu neagara untuk

jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap

sebagai sumber peningkatan standar hidup (standar of living) penduduk

yang jumlahnya terus meningkat.

Robinson Tarigan (2006:46) menjelaskan pengertian pertumbuhan

ekonomi wilayah sebagai pertambahan pendapatan masyarakat secara

keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai

tambah (added value) yang terjadi. Perhitungan pendpatan wilayah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat

pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus

dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan.

Menurut Boediono dalam Tarigan (2006:46) “ Pertumbuhan

ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita jangka panjang.” Jadi,

presentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari presentase

pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka

panjang bahwa pertumbuhan itu berlanjut.

Menurut Kuznets dalam Jhinghan (1996:72) mendefinisikan

pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam

kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Secara khusus Kuznets

menjelaskan pertumbuhan ekonomi harus memiliki 3 kompenen :

pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya

secara terus menerus persediaan barnag; kedua, teknologi maju

merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajad

pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada

penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien

memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideology

sehingga inovasi yang dihasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dapat

dimanfaatkan secara tepat.

Selain itu, Kuznets menetukan cirri-ciri pertumbuhan ekonomi ada

6, yaitu:

a. Laju pertumbuhan penduduk dan produk per kapita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Peningkatan produktivitas

c. Laju perubahan structural yang tinggi

d. Urbanisasi

e. Ekspansi negara maju

f. Arus barang, modal dan orang antar bangsa

Jhinghan (1996) menjelaskan faktor-faktor pertumbuhan ekonomi,

yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Yang tersamsuk faktor ekonomi

adalah sumber alam, akumulasi modal, organisasi, kemajuan teknologi,

pembagian kerja dan skala produksi. Sedangkan faktor non ekonomi

adalah faktor sosial, faktor manusia, faktor politik dan administratif.

Todaro (2000) menjelaskan ada tiga faktor utama dalam

pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa.

1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi

baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau

sumber daya manusia.

2. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan

memperbanyak jumlah angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi yang dibagi menjadi 3 yaitu kemajuan teknologi

netral, modal.

2.1.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1.2.1 Teori Ekonomi Klasik

Orang yang pertama kali membahas pertumuhan ekonomi

secara sistematis adalah Adam Smith (1723-1790) yang memahas

masalah ekonomi dalam bukunya An Inqury into the Nature dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Causes of The Wealth Nations. Yang inti ajarannya adalah agar

masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan

kegiatan ekonomi apa yang dirasanya terbaik dilakukan. Adam

Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap

yang berurutan, yaitu dimulai dari masa perburuan, masa berternak,

masa bercocok tanam, perdagangan dan perindustrian. Menurut teori

ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke

masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan

ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian

kerja antar pelaku ekonomi.

Dalam hal ini Adam Smith memandang pekerja sebagai

salah satu input (masukan) bagi proses produksi, pembagian kerja

merupakan titik sentral pembahasan, dalam upaya meningkatkan

produktivitas tenaga kerja. Spesialisasi yang dilakukan oleh tiap-tiap

pelaku ekonomi tidak lepas dari faktor-faktor pendorong yaitu : (1)

peningkatan ketrampilan kerja, dan (2) penemuan mesin-mesin yang

menghemat tenaga kerja.spesialisasi akan terjadi jika tahap

pembangunan ekonomi talah menuju ke sistem perekonomian

modern yang kapitalistik.

Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan

seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa

yangdirasanya terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem

ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, memawa ekonomi

kepada kondisi fuul employment, dan menjamin pertumbuhan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

ekonomi sampai tercapai posisi stasioner. Posisi stasioner terjadi

apabila sumber daya alam telah selururhnya termanfaatkan.kalaupun

ada pengangguran, hal itu bersifat sementara.

Pemerintah tidak terlalu dalam mencampuri urusan

perekonomian. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan

menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan

optimal dalam perekonomian. Pemerintah tidka perlu terjun langsung

dalam kegiatan produksi dan jasa. Peranan pemerintah adalah

menjamin keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat

serta membuat aturan main yang memeri kepastian hukum dan

keadilan bagi para pelaku ekonomi. Dalam hal ini pemeintah

berkewajiban menyediakan prasarana sehingga aktivitas swasta

menjadi lancar.

Jhon Maynard Keynes (1936) mengatakan bahwa untuk

menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan

kebijakan fiskal (perpajakan dan perbelanjaan pemerintah),

kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar),

dan pengawasan langsung.

2.1.1.2.2 Teori Harrod – Domar

Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh Evseyu

Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori ini mengembangkan analisis

Keynes dengan memasukkan masalah-masalah ekonomi jangka

panjang, serta berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady

growth).

Teori Harrod-Domar mendasarkan pada asumsi-asumsi

yaitu:

1. Perekonomian bersifat tertutup,

2. Hasrat menabung (MPS=S) adalah konstan,

3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap(constant return to

scale)

4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sma

dengan tingkat pertumuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar

membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka

panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh

pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat

keseimbangan yaitu :

g = k = n,

dimana :g = Growth (tingkat pertumuhan output)

k = Capital( tingkat pertumbuhan modal)

n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja.

Agar terdapat keseimbangan antara tabungan dan investasi

harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k

untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh V (capital

output ratio = rasio modal output).

Apabila tabungan dan investasi adalah sama (I=S), maka:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Agar pertumbuhan tersebut mantap, harus dipenuhi syarat g

= n = s/v. Karena s, v dan n bersifat independen maka dalam

perekonomian tertutup sulit tercapai kondisi pertumbuhan mantap.

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar

tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya

menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya

investasi agar, terdpat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi

permintaan barang.

Untuk perekonomian daerah, Harry W. Richardson

mengatakan kekakuan di atas diperlunak oleh kenyataan bahwa

perekonomian daerah bersifat terbuka. Artinya faktor-faktor produksi

/hasil produksi yang berlebihan dapat diekspor dan yang kurang

dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah kebocoran-kebocoran

dalam menyedot output daerah. Sedangkan ekspor dan investasi

dapat memantu menyedot output kapasitas penuh dari faktor-faktor

produksi yang ada di daerah tersebut. Kelebihan tabungan yang tidak

terinvestasikan secara local dapat disaurkan ke daerah-daerah lain

yang tercermin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga

kerja melebihi dari apa yang dapat diserap oleh kesempatan kerja

lokal maka migrasi neto dapat menyeimbangkan n dan g. Jadi, dalam

perekonomian terbuka, persyaratannya mejadi sedikit longgar.

Syarat statistic bagi perekonomian terbuka:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

S+M = I + X dapat dirumuskan menjadi: (s + m) Y = I + X atau:

Kita mengetahui bahwa ekspor suatu daerah I dapat dirumuskan

seagai impor daerah-daerah lain.

Ekspor daerah i = total impir daerah-daerah j dari daerah i = nilai m

(marginal propensity to import) daerah-daerahj dari daerah i

dikaitkan dengan tingkat pendapatan masing-masing setiap daerah j.

Dengan demikian, Richardson dalam Tarigan, 2005:51) merumuskan

persamaan pertumbuhan suatu wilayah adalah :

Catatan :

di mana

Berdasarkan rumus diatas maka agar suatu daerah tumbuh cepat atau

tinggi, dikehendaki agar (tingkat tabungan) = tinggi,

(impor)= tinggi, ekspor = kecil, (capital output ratio/COR) =

kecil, artinya dengan modal yang kecil dapat meningkatkan output

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

yang sama besarnya. Yang termasuk dalam ekspor dan impor adalah

barang konsumsi dan barang modal. Dalam model ini, kelebihan atau

kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh

arus keluar atau arus masuk dari setiap faktor diatas. Pertumbuhan

yang mantap tergantung pada apakah arus modal dan tenaga kerja

interregional bersifat menyeimbangkan atau tidak. Pada model ini

arus modal dan tenaga kerja searah karena pertumbuhan

memutuhkan keduanya secara seimbang. Dalam praktiknya daerah

yang pertumbuhannya tinggi (daerah yang telah maju) akan menarik

modal tenaga kerja dari daerah lain yang pertumbuhannya rendah

dan hal ini memuat pertumbuhan antar daerah menjadi pincang.

Artinya, daerah yang maju kian maju dan yang terelakang akan

makin ketinggalan.

2.1.1.2.3 Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Solow-Swan)

Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh Roert M.

Solow (1970) dari Amerika Serikat dan T.W. Swan (1956) dari

Austria. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan

penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan besarnya

output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model

Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsure kemajuan teknologi

dalam modelnya. Selain itu Solow-Swan menggunakan model

fungsi produksi yang memungkinkan adanya subtitusi antara

kapital(k) dan tenaga kerja(L).Menurut Solow-Swan tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal,

bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi.

Teori pertumbuhan Solow-Swan menggunakan pendekatan

fungsi produksi yang berbentuk:

Dalam kerangka ekonomi wilayah, Richardson (dalm

Tarigan, 2006:53) kemudian menderivasikan rumus diatas menjadi

sebagai berikut :

= Besarnya output

= Besarnya pertumbuhan modal

= Tingkat pertumbuhan tenaga kerja

= Kemajuan teknologi

a = Bagian yang dihasilkan oleh faktor modal

(1-a) = Bagian yang dihasilkan diluar modal

Agar faktor produksi selalu berada pada kapasitas penuh

perlu mekanisme yang menyamakan investasi dengan taungan

(dalam kondisi full employment). Dengan demikian, pertumbuhan

mantap membutuhkan syarat bahwa :

= Marginal productivity of capital

Jika p sudah tertentu dan a tetap konstan maka Y dan K

harus tunbuh dengan tingkat yang sama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Syarat keseimbangan bagi keseluruhan sistem adalah :

Walaupun di suatu region tabungan bisa saja tidak sama

dengan investasi. Suatu daerah akan mengimpor modal jika tingkat

pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik

terhadap modal. Dalam pasar sempurna marginal productivity of

labour (MPL) adalah fungsi langsung tapi bersifat terbalik dari

marginal productivity of capital (MPK). Hal ini bisa dilihat dari

nilai rasio modal tenaga kerja (K/L). analisis lanjutan dari paham

neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya pertumbuhan

yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat s (saving)

yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan

kembali di wilayah tersebut.

2.1.1.2.4 Teori Rostow

Profesor W. W. Rostow memakai pendekatan sejarah

dalam menjelaskan proses perkembangan ekonomi. Ia

membedakan adanya lima tahap pertumbuhan ekonomi yaitu : (1)

masyarakat tradisional, (2) prasyarat untuk tinggal landas, (3)

tinggal landas, (4) dewasa, dan (5) masa konsumsi massal.

2.2 Desentralisasi Fiskal

2.2.1 Definisi Desentralisasi fiskal

Indonesia mulai menerapkan otonomi dan desentralisasi fiskal sejak

diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 pada 1

Januari 2001. Dalam perjalanannya undang-undang tersebut menimbulkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

bebrapa permasalahan yang kemudian diperbaiki oleh pemerintah dengan

mengamandemen kedua undang-undang tersebut menjadi UU No. 32 Tahun 2004

dan UU N0. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Dalam undang-undang No. 32 Tahun 2004, desentralisasi diartikan

sebagai penyerahan wewenag pemerintah, oleh pemerintah kepada daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Prawirosetoto (2002) dalam Amin Pujiati menjelaskan bahwa

Desentralisasi Fiskal adalah pendelegasian tanggung jawab dan pembagian

kekuasaan dan kewenangan untuk pengambilan keputusan di bidang fiskal yang

meliputi aspek penerimaan (tax assignment) maupun aspek pengeluaran (

expenditure assignment.

Lebih lanjut Waluyo (2007) mengartikan desentralisasi fiskal adalah suatu

proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada

pemerintahan yang lebih rendah untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintah

yang dilimpahkan.

Menurut Ebel dan Yilmaz (2002) dalam Siagian (2010) ada tiga bentuk

/variasi desentralisasi, dalam kaitannya dengan derajat kemandirian pengambilan

keputusan yang dilakukan daerah, yaitu:

a. Decontretation

Merupakan pelimpahan kewenangan dari agen-agen pemerintah pusat

yang ada di ibukota negara kepada agen-agen daerah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

b. Delegation

Merupakan penunjukan oleh pemerintah pusat pada pemerintah daerah

untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dengan tanggung jawab

pada pemerintah pusat.

c. Devolution

Merupakan penyerahan urutan fungsi-fungsi pemerintah pusat, pada

pemerintah daerah, dimana daerah juga diberi kewenangan dalam

mengelola penerimaan dan pengeluaran daerahnya. Maka dari ketiga

variasi desentralisasi tersebut, desentralisai fiskal Indonesia merupakan

bentuk dari desentralisasi yang ketiga (devolution).

Lebih lanjut Rasyid (2005) dalam Siagian (2010) menjelaskan bahwa

tujuan penerapan desentralisasi adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan

rakyatnya, dimana pemerintah dapat bekerja dengan lebih baik (efisien) dalam

kondisi tersebut.

Menurut Ebel dan Yilmaz, (2002) dalam Siagian (2010) ada dua

keuntungan yang dapat dicapai dari penerapan desentralisasi fiskal, antara lain :

1. Efisiensi dan alokasi sumber-sumber ekonomi

Desentralisasi akan meningkatkan efisiensi karena pemerintah mampu

memperoleh informasi yang leih baik (dibandingkan dengan pemerintah

pusat) mengenai keutuhan rakyat yang ada di daerahnya. Oleh karena itu,

pengeluaran pemerintah daerah leih mampu mereflesikan keutuhan/pilihan

masyarakat di wilayah terseut diandingkan bila dilakukan oleh pemerintah

pusat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2. Persaingan antara pemerintah daerah

Penyediaan barang publik yang dibiayai oleh pajak daerah

akanmengakiatkan pemerintah daerah berkompetisi dalam menyediakan

fasilitas pulik yang lebih baik. Karena dalam sistem desentralisasi fiskal,

warga negara menggunakan “vote y feer” dalam menentukan barang pulik

di wilayah mana yang akan dimanfaatkan.

2.2.2 Otonomi daerah dan Desentralisasi Fiskal

Seperti uraian-uarain sebelumnya bahwa menurut UU No. 32 tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peratruran perundang-undangan.

Selain itu terdapat beberapa kelemahan dan dilema dalam otonomi daerah

seperti yang dikemukakan oleh Prud’homme (1995) dalam Zulyanto (2011) yaitu

:

1. Menciptakan kesenjangan antar daerah kaya dengan miskin.

2. Mengancam stabilisasi ekonomi makro, seperti kebijakan fiskal.

3. Mengurangi efisiensi akibat kurang representatifnya lembaga

perwakilan rakyat dengan indikator masih lemahnya public

hearing.

4. Perluasan jaringan korupsi dari pusat menuju daerah.

2.2.3 Tujuan Desentralisasi Fiskal

Tujuan Desentralisasi Fiskal di Indonesia menurut Simanjuntak (2002)

dalam Siti Parhah, yaitu :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

a Kesinambungan kebijakan fiskal ( fiscal sustainability ) secara makro.

b Mengoreksi ketimpangan vertical (vertical imbalance) antar pusat dan

daerah.

c Mengoreksi ketimpangan horizontal (horizontal imbalance) antar

daerah.

d Meningkatkan akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi pemda.

e Meningkatkan kualitas pelayanan publik.

f Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan.

2.3 Penelitiaan Terdahulu

Penelitian terkait analisis pertumbuhan ekonomi era desentralisasi fiskal

telah banyak dilakukan oleh peneliti. Beberapa diantaranya sebagai berikut :

Pujiati, Amin telah melakukan penelitian tentang analisi pertumbuhan

ekonomi di Karesidenan Surakarta era desentralisasi fiskal. Metode penelitian

yang digunakan adalah model ekonometrika dengan menggunakan data panel

antar kabupaten tahun 2002-2006, dengan teknik estimasi GLS (Generalized

Least Square) dengan menggunakan Fixed Effects model untuk mengestimasi

persamaan regresi. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa Pendapatan Asli

Daerah (PAD) menunjukkan tanda positif dan signifikan secara statistic pada

derajat kepercayaan 1 persen untuk semua kabupaten/kota. Dana Bagi Hasil

(DBH) menunjukkan tanda yang positif dan signifikan secara statistic pada derajat

kepercayaan 1 persen untuk semua kabupaten/kota. Dana Alokasi Umum(DAU)

menunjukkan tanda yang negatif dan signifikan secara statistic pada derjat

kepercayaan 1 persen untuk semua kabupaten/kota. Tenaga Kerja menunjukkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

tanda yang positif dan signifikan secara statistic pada tingkat kepercayaan 1

persen untuk semua kabupaten/kota.

Abrar, Muhammad (2010) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Aceh. Metode pnenlitian yang digunakan adalah model analisis regresi

linier sederhana dengan menggunakan satu variabel bebas dan satu variael tak

bebas. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa model regresi linear untuk melihat

hubungan PAD dan PDRB kurang relevan. Koefisien determinasi hanya 30,7

persen dan nilai β sebesar 0,059 baru signifikan pada saat α = 15 persen atau

toleransi kesalahan untuk koefisien estimasi mencapai 15 persen sedangkan secara

statistic tingkat kesalahan yang bias ditoleransi hanya 10 persen. Dengan

menggunkana model kuadratik hasil perhitungan menunjukkan ahwa model ini

dapat menunjukkan hubungan antara PAD dan PDRB. Dengankoefisien

detrminasi 85,5 persen dan tingkat kesalahan yang bias ditoleransi untuk koefisien

estimasi mencapai 0,8 persen. Pengaruh belanja modal pembangunan terhadap

pertumbuhan ekonomi dihitung dengan model regresi dan lebih baik jika

menggunakan fungsi kuadrat. Dengan koefisien determinasi 82,6 persen dengan

tingkat toleransi untuk koefisien hanya 1,3 persen.

Wahyuni dan Adi,Priyo Hari (2009) telah melakuka penelitian tentang

analisis pertumbuhan dan kontribusi dana bagi hasil terhadap pendapatan daerah

(studi pada Kabupaten/Kota se Jawa-Bali). Metode penelitian yang digunakan

tingkat pertumbuah DBH terhadap pendapatan daerah dengan menggunakan

sekunder yaitu data realisasi APBD pemerintah kabupaten dan kota untuk periode

2001-2005. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa DBH pajak selalu mengalami

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

pertumbuah positif selama periode pengamatan 2001-2005. Namun demikian,

DBH SDA masih mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Secara umum potensi

peneriman daerah dari kedua sumber ini dapat diandalkan, hanya sebagian kecil

saja daerah yang benar-benar harus mencari alternative penerimaan lain diluar

kedua sumber ini.

Adi, Priyo Hari (2006) melakukan penelitian tentang Hubungan Antara

Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendaptan Asli Daerah

studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali. Penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif dan analisis jalur (Path Analysis) dengan menggunakan data realisasi

APBD Kaupaten/Kota se Jawa-Bali tahun 1993-2003. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai dampak yang

signifikan terhadap peningkatan PAD. Sayangnya pertumbuhan ekonomi pemda

kabupaten dan kota masih kecil, akibatnya penerimaan PAD-nya pun kecil. Dalam

penelitian ini penerimaan yang menjadi andalan terhadap PAD adalah retriusi dan

pajak daerah. Belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan

signifikan terhadap PAD maupun pertumbuhan ekonomi.

Sawitri, (2005) melakukan penelitian tentang dampak defisit anggaran

terhadap pertumbuhan ekonomi. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

model Generalized Evaluation Estimator. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa kebijakan fiskal dari sisi permintaan melalui defisit anggaran belanja

dalam situasi krisis pada akhir-akhir ini tidak banyak mengatasi masalah karena

bertambahnya permintaan yang tidak mendapat respon dari penawaran. Hal ini

tidak akan memperbaiki perekonomian. Namun demikian, stimulus fiskal dapat

dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan hanya pada unsure permintaan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

berpeluang tinggi sajalah yang mungkin harus didorong pengembangannya. Sisi

ekspor sangat berpeluang dalam meningkatkan pertumbuhan ekonom.

Waluyo, Joko (2007) telah melakukan penelitian dampak desentralisasi

fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah

di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak

desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan

antar daerah. Metode penelitian yang digunakan adalah model ekonometrika

persamaan simultan dengan menggunakan data panel antar propinsi tahun 2001-

2005. Teknik estimasi yang digunakan adalah Two Stage Least Square (TSLS).

Evaluasi terhadap kualitas model dilakukan dengan menggunakan RMSE, MAE,

MAPE, dan TIC. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal

berdampak meningkatkan pertumbuhan relative lebih tinggi di daerah pusat bisnis

dan daerah yang kaya sumber daya alam daripada daerah bukan pusat bisnis dan

miskin sumber daya alam. Mekanisme transfer PKPD selama ini (UU No. 33

tahun 2000) lebih menguntungkan bagi daerah yan kaya sumber daya alam

melalui mekanisme bagi hasil SDA. Alokasi dana bagi hasil SDA untuk investasi

sektor kunci dalam perekonomian akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

daerah. Mekanisme DBHP lebih menguntungkan daerah kota yang merupakan

pusat bisnis dan industry, karena basis pajak daerahnya lebih tinggi. Sedangkan

daerah-daerah yang msikin SDA dan bukan pusat bisnis dan industry

mengandalkan penerimaan daerahnya dari DAU, dan DAK. Disamping itu

desentralisasi fiskal akan berdampak mengurangi ketimpangan pendapatan

antardaerah terutama antar daerah-daerah di Pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa

dan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Indonesia(KTI). Hal ini disebabkan oleh mekanisme equalizing transfer melalui

danaPKPD akan mengurangi pembangunan yang bersifat jawa sentries. Tidak

banyaknya SDA(minyak, gas dan kehutanan) yang terdapat di Pulau Jawa

berdampak terhadap penerimaan dana bagi hasil SDA Pulau Jawa relatif lebih

kecil daripada daerah kaya SDA diluar pulau Jawa. Walaupun diimbangi dengan

lebih baiknya penerimaan dana bagi hasil pajak dan adanya DAU dan DAK.

Nasution dan Nina Andriany dkk telah melakukan penelitian mengenai

analisis pengaruh desentralisasi fiskal dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja

keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh desentralisasi

fiskal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian assosiatif casual. Sampel dipilih dengan

menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 23 kabupaten/kota. Metode analisis yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Desentralisasi

Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Secara parsial

menunjukkan hanya variabel Desentralisasi fiskal yang tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini adalah sebagai berikut :

= Wilayah Analisis

Gambar 2.1 Kerangaka Pemikiran Teoritis

Dari kerangaka pemikiran diatas, proses pembangunan yang hanya

terpusat di Pulau Jawa pada masa orde baru membuat pertumbuhan ekonomi tidak

merata terutama diluar Pulau Jawa, untuk mengatasi hal tersebut para pembuat

Kebijakan Reformasi Pembangunan

Otonomi Daeah

Desentralisasi Fiskal UU No. 22 Th. 1999(diamandemen : UU No. 32 Th. 2004) tentang

Pemerintah Daerah UU No. 25 Th. 1999 (diamandemen : UU No. 33 Th. 2004) tentang

Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah)

Dimensi Ekonomi

Pendapatan Asli Daerah

Dana Bagi Hasil

Dana Alokasi Umum

Tenaga Kerja

Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Teori Klasik Teori Harrod-

Domar Teori Solow-Swan

Teori Rostow

Regres Panel Data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

kebijakan dan perencana pembangunan membuat strategi yang berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Munculah kebijakan untuk mereformasi pembangunan ditandai dengan

kebijakan tentang Otonomi Daerah. Kebijakan ini terangkum dalam satu paket

undang-undang, yaitu UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU

No. 25 Tahun 1999 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Pelaksanaan UU

ini secara resmi dimulai pada tanggal 01 Januari 2001. Dengan diberlakukannya

UU No. 22 dan UU No.25 Tahun 1999 yang kemudian di amandemen menjadi

UU No. 32 dan No. 33 Tahun 2004 sehingga memberikan harapan baru untuk

memcahkan masalah pertumbuhan ekonomi.

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban smentara dari permasalahan yang menjadi objek

penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu di uji. Berdasarkan

permasalahan diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

a Diduga adanya pengaruh positif dari pendapatan asli daerah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Subosukawonosraten.

b Diduga adanya pengaruh positif dari dana bagi hasil terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Subosukawonosraten.

c Diduga adanya pengaruh positif dari dana alokasi umum terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Subosukawonosraten.

d Diduga adanya pengaruh positif dari tenaga kerja terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Subosukawonosraten.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang

berperan dalam peristiwa dan fenomena-fenomena yang akan diteliti. Selain itu

variabel merupakan sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel terikat (dependent variable) yaitu Pertumbuhan Ekonomi

yang diproksi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

b. Variabel bebas ( independent variable) antara lain : Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH)

dan Tenaga Kerja.

3.1.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal

yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Masri Singarimbun dan

Sofian Efendi (1989) dalam Sianturi (2010) memberi batasan tentang definisi

operasional adalah merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

caranya mengukur suatu variabel atau dengan kata lain definisi operasional adalah

semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Dalam penelitian ini definisi operasional dari masing-masing variabel adalah

sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

a. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Pertumbuhan Ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan

dalam masyarakat dan kemakmuaran masyarakat meningkat. Dalam

penelitian ini pertumbuhan ekonomi diproksi dengan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan 2000.

b. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai dengan UU No 33 Tahun

2004 yaitu, Pendapatan Asli Daerah selanjutnya disebtunya PAD adalah

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan

Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli

Daerah yang terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan

dari laba perusahaan daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah.

c. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi.

d. Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka

presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

e. Tenaga kerja (TK)

Tenaga Kerja adalah jumlah penduduk yang berusia sepuluh tahun

keatas baik yang bekerja maupun yang mencari pekrjaan (BPS). Diukur

dari jumlah tenaga kerja per tahun, per wilayah.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang tidak diperoleh secara langsung, tetapi data yang diperoleh berdasarkan

informasi yang telah disusun dan dipublikasikan oleh pihak atau instansi tertentu.

Jenis data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah data panel (pooling

data) atau data longitudinal. Data panel adalah gabungan antara cross

sectioan(antar daerah ) dan data time series (runtun waktu). Menurut Gujarati

(2004) dalam Zulyanto (2010) penggunaan metode data panel memiliki beberapa

keunggulan. Pertama, panel data mampu memperhitungkan heterogenitas

individu secara eksplisit dengan mengijinkan variabel spesifik individu. Sehingga

menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model

perilaku yang lebih kompleks. Kedua, panel data akan mengurangi masalah

omitted variabel secara substansial disebabkan karena efek spesifik signifikan

berkorelasi dengan variabel penjelas lainnya. Ketiga, panel data mendasarkan diri

pada observasi cross section yang berulang-ulang( time series), sehingga metode

data panel cocok untuk digunakan sebagai study of dynamic adjustment. Keempat,

tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif,

lebih variatif, kolinieritas antar variabel yang semakin berkurang dan peningkatan

derajat kebebasan ( degree of freedom), sehingga dapat diperoleh hasil estimasi

yang lebih efisien.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa

sumber yaitu Badan Pusat Statistik di Subosukawonosraten, buku, internet dan

jurnal terkait. Sedangkan jangka waktu data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data tahun 2002-2010.

Beberapa sumber data tersebut antara lain :

a. Data PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada kurun waktu 2002-2010

bersumber dari kantor BPS Kabupaten/Kota di Subasukawonosraten.

b. Data pendapatan Asli Daerah (PAD) pada kurun waktu tahun 2002-2010

bersumber dari kantor BPS Kabupaten/Kota di Subasukawonosraten.

c. Data Dana Alokasi Umum (DAU) pada kurun waktu tahun 2002-2010

bersumber dari kantor BPS Kabupaten/Kota di Subasukawonosraten.

d. Data Dana Bagi Hasil (DBH) pada kurun waktu tahun 2002-2010 bersumber

dari kantor BPS Kabupaten/Kota di Subasukawonosraten.

e. Data Tenaga Kerja pada kurun waktu tahun 2002-2010 bersumber dari kantor

BPS Kabupaten/Kota di Subasukawonosraten.

Variabel-variabel diatas yang juga digunakan dalam penelitian Amin

Pujiati yang berjudul, Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Karesidenan Semarang

Era Desentralisasi Fiskal.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini sepenuhnya diperoleh melalui

studi pustaka sebagai pengumpulan datanya. Studi pustaka merupakan teknik

analisa untuk mendapatkan informasi melalui catatan, literatur, dokumentasi dan

lain-lain yang masih relevan dengan penelitian (M. Nazir, 2000) dalam (Sianturi,

2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

3.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis

kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan tentang kondisi dan

implementasi di Subasukawonosraten.Analisis kuantitatif digunakan untuk

menganalisis informasi kuantitatif (data yang dapat diukur, diuji dan

ditransformasikan dalam bentuk persamaan, tabel dan sebagainya). Teknik

analisis kuantitatif menggunakan regresi. Untuk menganalisis data yang telah

dikumpulkan akan digunakan model ekonometrika.

3.5 Alat Analisis

Dalam menganalisis data panel menggunakan tiga teknik analisis yang

dapat digunakan, yaitu Gujarati (2007) dalam Zulyanto (2010):

1. Metode OLS atau dikenal juga sebagai metode common effect atau

koefisien tetap antar waktu dan individu. Dalam pendekatan ini tidak

memperlihatkan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa

perilaku data sama dalam berbagai kurun waktu. Ini adalah teknik yang

paling sederhana untuk mengestimasi data panel.

2. Metode fixed effects atau slope konstan tetapi intersep berbeda antara

individu, menempatkan bahwa eit merupakan kelompok spesifik atau

berbeda dalam constant term pada model regresi. Bentuk model

tersebut biasanya disebut model least square dummy variable (LSDV).

Pengertian fixed effect ini didasarkan adanya perbedaan intersep antar

daerah namun intersepnya sama antar waktu (time variant). Disamping

itu, model ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap

antar daerah dan waktu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

3. Metode random effect menetapkan eit sebagai gangguan spesifik

kelompok identik dengan eit, kecuali terhadap masing-masing

kelompok. Namun gambaran tunggal yang memasukkan regresi

identik untuk setiap periode. Model ini lebih dikenal sebagai model

generalized least square (GLS).

3.6 Estimasi Model Regresi

Seperti yang sudah dijelaskan diatas model dalam penelitian ini

mengadopsi model yang digunkan dalam penelitian Amin Pujiati yang bentuk

modelnya adalah sebagai berikut :

…………………………………………………………….……(2)

Dengan asumsi A (teknologi) diasumsikan sebagai variabel eksogen PAD, DBH,

DAU = K dan TK = L serta PDRB = Q, maka persamaan (1) dapat diformulasikan

menjadi :

Y = f (PAD, DAU, DBH, TK) ………………………………………….……(1)

Dari persamaan (1) dan (2) maka diperoleh :

…………………………………………(3)

Untuk menggunakan model empiris linier dari persamaan (3) diturunkan dengan

menggunakan log, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :

……………………(4)

Dimana :

LY : Log Produk Domestik Regional Bruto

LPAD : Log Pendapatan Asli Daerah

LDAU : Log Dana Alokasi Umum

LDBH : Log Dana Bagi Hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

LTK : Log Tenaga Kerja

: Konstanta

:Koefisien parameter

: Distrubance error

3.7 Pengujian Model

3.7.1 Uji F

Untuk menentukan metode antara OLS dan fixed effect dengan

menggunakan uji F, uji F dapat digunakan untuk memilih teknik dengan model

OLS atau model fixed effect dengan rumus sebagai berikut (Aisyah, 2007): Dimana :

3.7.2 Uji Hausman

Menurut Judge (1985) dalam Aisyah (2007), menjelaskan ada beberapa

hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pendekatan mana yang dipilih

(FEM atau REM) dalam estimasi data panel. Salah satu cara untuk memilih dari

kedua model tersebut yaitu dengan Uji Hausman.

3.8 Uji Asumsi Klasik

Dalam memilih model yang tepat, Widarjono (2007) menyarankan

beberapa uji yang perlu dilakukan Dalam penelitian ini juga dilengkapi dengan

beberapa uji asumsi klasik, seperti Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, dan

Uji Multikolonearitas. Penjelasan lebih rinci sebagai berikut.

3.8.1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent variable). Uji

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

multikolinearitas terjadi hanya pada regresi ganda. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi tinggi diantara variabel bebas. Bila terjadi

hubungan linier yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel beba dari

suatu model regresi maka dikatakan terdapat masalah multikolinearitas dalam

model tersebut. Maslah multikolinearitas mengakibatkan adanya kesulitan untuk

dapat melihat variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan.

Farar dan Glaubel dalam Sumodiningrat (2007) menjelaskan untuk

menguji ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan korelasi

parsial, yaitu dengan melihat nilai dari model utama yang diestimasi dan dari

regresi antar variabel bebasnya. Bila model utam lebih tinggi dibandingkan

dari regresi antar variabel-variabel bebasnya, dikatakan tidak terdapat masalah

multikolinearitas.

3.8.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota-

anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (time

series) atau atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (cross section)( Gunawan

Sumodiningrat, 2007).autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat

runtut waktu, karena berdasrkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh

data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan

autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antarobjek (cross section).

Dalam uji Durbin Watson (D-W test) autokorelasi dapat berbentuk

autokorelasi positif dan autokorelasi negative. Hipotesisnya adalah :

: tidak ada autokorelasi (r = 0)

: ada autokorelasi (r≠0)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

3.8.3 Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa

varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-

variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan σ2. Inilah

yang disebut asumsi homocefasticity atau varian yang sama. Untuk mendeteksi

ada tidaknya heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik plot antara nilai

predsivariabel (dependen) dengan residualnya. Ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik scatterplot antara variabel dependen dan residualnya dimana sumbu Y

adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Yprediksi–

Ysesungguhnya).

3.9 Pengujian Statistik

Selain uji asumsi klasik, juga dilakukan uji statistik yang dilakukan untuk

mengukur ketetapan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktualnya. Uji statistic

dilakukan dengan koefisien determinasinya ( ), pengujian koefisien regresi

secara serentak (uji F), dan pengujian koefisien regresi secara individual (uji t).

3.9.1 Koefisien Determinasi ( )

Dalam suatu penelitian atau observasi, perlu dilihat seberapa jauh model

yang terbentuk dapat menerangkan dependen variaelnya. Koefisien determinasi

merupakan suatu ukuran yang dapat dipergunakan untuk keperluan tersebut. Nilai

koefisien dterminasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar

sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen, atau dengan

kata lain koefisien determinasi mengukur variasi turunan Y yang diterangkan oleh

pengaruh linier X. bila nilai koefisien detrminasi yang diberi symbol mendekati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

angka 1, maka variabel independen semakin mendekati hubungan dengan variabel

dependen, sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh model tersebut dibenarkan

(Gujarati,1997).

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel tak bebas, dimana 0 < R2 < 1 sehingga kesimpulan

yang diambil adalah:

1. Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol, berarti kemampuan variabel-

variabel bebas dalam menjelaskan variabel-variabel tak bebas sangat

terbatas.

2. Nilai R2 mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan

hampir semua informasi untuk memprediksi variasi variabel tak bebas.

Koefisien determinasi merupakan salah satu kriteria memilih model yang

baik, namun koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap

jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu

variabel independen maka R2 pasti akan meningkat tidak peduli apakah variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak.

Maka dianjurkan untuk menggunakan adjusted R2 pada saat mengevaluasi model

regresi yang terbaik. Nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel

independen ditambahkan ke dalam model (Imam Gozali, 2005).

3.9.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji f)

Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel tak bebas. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

H0 : β1 = β2 = ….= βk = 0

H1 : tidak semua koefisien secara simultan > 0

Dengan demikian keputusan yang diambil adalah :

Terima H0 jika F statistik < nilai F tabel, artinya suatu variabel bebas

bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel tak bebas.

Terima H1 jika nilai Fstatistik > nilai F tabel, artinya nilai suatu variabel

bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel tak bebas.

3.9.3 Uji Signifikasi Individual (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel

bebas secara individual dalam menjelaskan variasi variabel tak bebas. Hipotesis

yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ho : B0 = 0 tidak erpengaruh

H1 : B1 > 0, B2>0, B3>0, B4>0, berepngaruh dan positif

H1 : B1<0, B2<0, B3<0, B4<0, berpengaruh dan negative

H0 : A=0, tidak berpengaruh

H1: A1>0, A2>0, A3>0, A4>0, A5>0, berpengaruh dan positif

H1 : A1<0, A2<0, A3<0, A4<0, A5<0, berpengaruh dan negative

Dengan demikian keputusan yang diambil adalah :

Terima H0 jika t statistic < nilai tabel, artinya suatu variabel bebas bukan

merupakan oenjelas yang signifikan terhadap variabel tak bebas.

Terima H1 jika nilai t statistic > nilai tabel, artinya nilai suatu variael

bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel tak bebas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Menurut Ghozali (2005), cara melakukan uji t adalah sebagai berikut :

1. Bila jumlah degree of freedoom (df) adalah atau lebih, dan derajat

kepercayaan sebesar 5 persen, maka H0 yang menyatakan B1=0 dapat

ditolak bilai nilai t lebih besar dari 2 (dalam niali absolut). Dengan kata

lain menerima hipotesis alternative yang menyatakan bahwa suatu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila

nilai statistik t hasil perhitungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

nilai tabel, maka menerima hipotesis alternative yang menyatakan bahwa

suatu variabel independen secara individual mempengaruhi dependen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Kota Surakarta

4.1.1.1 Keadaan Geografis

Wilayah Kota Surakarta merupakan kota besar di Jawa Tengah

yang terletak di tengah pulau Jawa dan menjadi penghubung kota-kota

besar lain, seperti Semarang maupun Yogyakarta dan Surabaya. Kota

Surakarta merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian kurang

lebih 92 meter dari permukaan laut dan luas wilayah 44,06 km2, yang

terletak pada 110o 45o 15” s/d 110o 45o 35” Bujur Timur, dan antara 7o 36o

s/d 7o 56o Lintang Selatan. Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten

Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar di sebelah timur, dan

disebelah selatan dan barat berbatasan denga Kabupaten Sukoharjo.

4.1.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk di Kota Surakara mengalami kenaikan dari tahun

ke tahun. Pada tahun 2006 mengalami penurun dari tahun sebelumnya

tahun 2005 sesbesar 21642 jiwa atau sekitar 4.05 persen. Setelah itu

sampai tahun 2009 jumlah penduduk naik rata-rata hanya sebesar kurang

dari 2 persen. Bahkan tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup tinggi

dari tahun sebelumnya sebesar 28865 jiwa atau sebsesar 5.46 persen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2002-2010

Tahun Penduduk Pertumbuhan 2002 490.214 - 2003 497.234 1.43 2004 510.711 2.71 2005 534.540 4.6 2006 512.898 -4.05 2007 515.372 0.48 2008 522.935 1.47 2009 528.202 1.00 2010 499.337 -5.46

Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun

4.1.2 Kabupaten Boyolali

4.1.2.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Boyolali sebagian besar wilayahnya adalah dataran

rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu

terjal. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah kurang lebih

101.510.965 ha atau kurang dari 4,5% luas provinsi Jawa Tengah.

Kabupaten Boyolali terletak 110o 22o s/d 7o 71o Lintang Selatan. Adapun

yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali adalah sebelah

utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Grobogan.

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta

dan Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Magelang dan Kota Semarang.

4.1.2.2 Penduduk

Penduduk di Kabupaten Boyolali terbanyak setelah Klaten dan

Wonogiri. Dari tahun ke tahun pertumbuhan penduduk di Boyolali

bertambah. Pertumbuhan penduduk konsisten dari tahun ketahun rata 0.3

persen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali tahun 2002-2010

Tahun Penduduk Pertumbuhan Penduduk 2002 931.38 - 2003 935.768 0.47 2004 939.087 0.35 2005 941.147 0.22 2006 944.181 0.32 2007 947.026 0.30 2008 949.594 0.27 2009 951.717 0.22 2010 953.839 0.22 Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun

4.1.3 Kabupaten Sukoharjo

4.1.3.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Sukoharjo secara geografis terletak pada 110o 42o

06,79” s/d 110o 57o 33,7” Bujur Timur, dan antara 7o 32o 17” s/d 7o 49o

32o Lintang Selatan dengan luas wilayah 444.666 km2.

Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Sukoharjo

adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten

Karanganyar. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar,

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul dan

Kabuapten Wonogiri, sebelah barat dengan Kabupaten Boyolali dan

Kabupaten Klaten.

4.1.3.2 Penduduk

Penduduk di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2002-2010

mengalami kenaikan. Pada tabel bisa dilihat bahwa pertumbuhan

penduduk rata-rata 0.5 persen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabuapten Sukoharjo tahun 2002-2010 Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk 2002 802.502 - 2003 808.811 0.79 2004 815.089 0.78 2005 821.213 0.75 2006 826.289 0.62 2007 831.613 0.64 2008 837.279 0.68 2009 843.127 0.70 2010 846.978 0.46 Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun

4.1.4 Kabupaten Karanganyar

4.1.4.1 Keadaan Geografis

Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah.

Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari Gunung Lawu.

Sebagian besar daerah Kabupaten Karanganyar merupakan pegunungan

yang masih tertutup hutan. Apabila dilihat dari garis bujur dan garis

lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak anatara 110o 40 s/d 110 70

Bujur Timur, dan antara 7 28 s/d 7 46 Lintang Selatan dengan luas wilayah

77.378, 6374 ha. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten

Karanganyar adalah sebelah timur berbatasan langsung dengan Provinsi

Jawa Timur, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen, sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo,

sebelah barat berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali.

4.1.4.2 Penduduk

Penduduk Kabupaten Karanganyar dari tahun 2002-2010

mengalami kenaikan. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten

Karanganyar sebsesar 0.84 persen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar tahun

2002-2010

Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk 2002 814.819 - 2003 823.203 1.03 2004 830.640 0.90 2005 838.182 0.90 2006 844.634 0.77 2007 851.366 0.80 2008 865.580 1.67 2009 872.821 0.84 2010 878.210 0.62

Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun

4.1.5 Kabupaten Wonogiri

4.1.5.1 Keadaan Geografis

Secara geografis lokasi Kabupaten Wonogiri berada dibagian

tenggara provinsi Jawa Tengah. Secara umum Kabupaten Wonogiri

terletak pada garis 110o 41o s/d 110o 18o Bujur Timur dan antara 7o 32o s/d

8o 15o Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.822,37 km2. Adapun yang

menjadi batas-batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebelah

utara berbatsan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten

Karanganyar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar

dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra Indonesia, sebelah barat

berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten

Klaten.

4.1.5.2 Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten dari tahun 2002-2010 terus

mengalami kenaikan. Jumalah penduduk Kabupaten Wonogiri merupakan

terbanyak ke dua setelah Kaupaten Klaten. Kenaikan terbesar pada tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2007 yaitu sebesar 53.207 jiwa, atau pertumbuhan penduduknya sebesar

4.71 dari tahun sebelumnya.

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 2002-2010

Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk 2002 1.106.418 - 2003 1.112.825 0.58 2004 1.117.115 0.38 2005 1.121.454 0.39 2006 1.127.907 0.58 2007 1.181.114 4.71 2008 1.212.667 2.67 2009 1.234.880 1.83 2010 1.245.923 0.89

Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun

4.1.6 Kabupaten Sragen

4.1.6.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Sragen terletak pada 110o 45o s/d 110o 10o Bujur Timur,

dan antara 7o 15o s/d 7o 30o Lintang Selatan. Kabupaten Sragen

mempunyai ketinggian rata-rata 109 m di atas permukaan laut, dengan

standar deviasi 50 m. Kabupaten Sragen mempunyai iklim tropis dengan

suhu harian berkisar anatar 19o-31o c. Curah hujan rata-rata di bawah 3000

mm/th dengan hari hujan di bawah 150 hari/th. Adapun yang menjadi

batas-batas wilayah Kabupaten Sragen adalah sebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Boyolali, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Grobogan, sebelah timur berbatasan dnegan Kabupaten Ngawi.

4.1.6.2 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sragen dari tahun 2002-2010

mengalami kenaikan. Rata –rata pertumbuhan penduduk Kabupaten

Sragen sebesar 0.41 persen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen Tahun 2002-2010

Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk 2002 851.583 - 2003 853.711 0.25 2004 855.244 0.18 2005 858.266 0.35 2006 863.914 0.69 2007 867.572 0.42 2008 871.951 0.50 2009 877.402 0.63 2010 883.464 0.69

Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun

4.1.7 Kabupaten Klaten

4.1.7.1 Keadaan Geografis

Secara geografis Kabupaten Klaten terletak pada 110o 30o s/d 110o

45o Bujur Timur, dan antara 7o 30o s/d 7o 45o Lintang Selatan dengan luas

wilayah mencapai 665,65 km2.

Menurut topografi Kabupaten Klaten terletak diantara pegunungan

Merapi dan pegunungan seribu dengan ketinggian anatar 75-160 m di atas

permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng gunung Merapi

dibagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit dibagian

selatan. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Klaten

adalah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan disebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Boyolali.

4.1.7.2 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2002-2010

mengalami kenaikan. Jumlah penududk Kabupaten Klaten merupakan

jumlah terbanyak di Subosukawonosraten.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2002-2010

Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk 2002 1.271.530 - 2003 1.277.297 0.45 2004 1.281.786 0.35 2005 1.286.058 0.33 2006 1.293.242 0.56 2007 1.296.987 0.29 2008 1.300.494 0.27 2009 1.303.910 0.26 2010 1.310.910 0.54 Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun

4.2 Deskrepsi Data Variabel Penelitian

4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Santosa dan Rahayu (2005) menjelaskan PDRB merupakan penjumlahan

dari semua barang dan jasa akhir (semua nilai tambah yang dihasilakn oleh daerah

dalam periode waktu tertentu.

Menurut BPS Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan

sebagai jumlah nilai tambah (added value) yang dihasilkan oleh seluruh unit

produksi/usaha di dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah,

dalam jangka waktu tertentu

Sedangkan Tarigan (2006:18) menjelaskan bahwa Produk domestik

regional bruto.adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul

dari seluruh sektor perekonomian di suati wilayah. Yang dimaksud nilai tambah

bruto adalah nilai ekspor (output) dikurangi dengan biaya antara (inremediate

cost).

PDRB merupakan salah satu indikator untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi suatu daerah. dengan melihat PDRB kita bisa mengatahui apakah

pembangunan suatu daerah berhasil atau tidak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 4.8 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Subosukawonosraten

2002-2010 (dalam juta)

Tahun Surakarta Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten

2002 3.268.559,54 3.062.304,14 3.490.382,26 3.546.413,13 2.182.649,73 2.030.754,80 3.612.899,26

2003 3.468.276,94 3.211.066,50 3.629.051,38 3.746.320,10 2.237.790,02 2.104.533,12 3.791.474,35 2004 3.669.373,45 3.320.736,82 3.786.212,72 3.970.278,92 2.329.465,32 2.208.294,40 3.975.792,87 2005 3.858.169,65 3.456.062,13 3.941.788,46 4.188.330,48 2.426.037,98 2.322.239,43 4.158.205,16 2006 4.067.529,95 3.600.897,97 4.120.437,35 4.401.301,73 2.524.759,50 2.442.570,37 4.253.788,00 2007 4.304.287,37 3.747.773,28 4.330.992,90 4.654.054,50 2.657.068,93 2.582.492,48 4.394.688,02 2008 4.549.342,95 3.899.372,28 4.540.751,53 4.900.690,40 2.770.435,78 2.729.450,32 4.567.200,96 2009 4.817.877,63 4.100.520,26 4.756.902,50 5.172.268,33 2.901.577,44 2.893.427,19 4.761.018,67 2010 5.103.886,25 4.248.048,24 4.978.263,31 5.452.435,49 2.992.754.29 3.068.863,66 4.843.247,28

Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun

Dari tahun 2002-2010 seluruh kawasan Subosukawonosraten jumlah

PDRB mengalami kenaikan. Jumlah PDRB tertinggi adalah Kabupaten

Karanganyar yaitu 40.032.293,08 (dalam juta). Sedangkan jumlah PDRB terendah

adalah Kabupaten Sragen yaitu 22.382.625,77 (dalam juta).

4.2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perudang-undangan.

Santosa dan Rahayu (2005) menjelaskan PAD sebagai salah satu penerimaan

daerah yang mencerminkan tingkat kemandirian daerah. semakin besar PAD

maka menunjukkan bahwa daerah mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan

ketergantungan terhadap pemerintah pusat berkurang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 4.9 Pendapatan Asli Daerah Subosukawonosraten Tahun 2002-

2010(dalam juta)

Tahun Surakarta Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten

2002 44922.14 24505.87 18555.32 16550.71 23108.19 24347.95 17519.44

2003 54815.68 32781.31 19929.27 25196.92 26119.00 42976.69 20461.03 2004 59026.92 36970.68 21702.12 29485.26 31261.00 43547.11 27177.37 2005 62602.08 49816.91 30384.47 34302.57 33379.00 42848.55 29084.66 2006 78637.87 59307.28 44008.08 46052.12 47864.00 52019.76 35864.74 2007 88034.38 67437.55 42449.91 56889.06 50329.00 65257.98 42620.33 2008 96199.90 63733.41 41898.32 64470.68 54129.00 65561.03 49772.71 2009 101972.32 70004.66 48842.53 66971.68 57093.00 72681.31 54398.52 2010 113946.01 86365.01 64446.17 79510.22 64969.00 79627.35 58769.23

Sumber :BPS, data diolah dalam berbagai tahun

Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa Kawasan Subosukawonosraten dari

tahun 2002-2010 mengalami kenaikan. Total jumlah PAD tertinggi dari tahun

2002-2010 adalah Kota Surakarta 700157.30 (dalam juta). Sedangkan PAD

terendah adalah Kabupaten Sukoharjo 332216.19 (dalam juta).

4.2.3 Dana Alokasi Umum (DAU)

Dalam UU No. 34 Tahun 2004 dijelaskan bahwa Dana Alokasi Umum

adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Hasil penelitian Prakosa (2004) menyatakan bahwa belanja daerah

dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari pemerintah pusat. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat ketergantunagn Pemerintah Kabupaten/Kota

terhadap Pemerintah Pusat masih tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 4.10 Dana Alokasi Umum Subosukawonosraten Tahun 2002-2010

(dalam juta)

Tahun Surakarta Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten

2002 178390.00 178390.00 213634.14 199130.49 253974.33 238900.00 329020.00

2003 242222.71 292070.00 273518.87 266550.00 311090.00 271900.00 331679.61 2004 218045.00 303635.55 263304.00 277906.00 326104.00 283621.00 382345.00 2005 218082.00 313078.00 272531.00 284448.00 336549.00 306460.00 404869.00 2006 334287.00 492181.00 421438.00 421432.00 523439.00 466851.00 635488.00 2007 374501.00 528505.00 460662.00 459156.00 556874.00 513575.00 694207.00 2008 420911.72 582512.21 498935.69 506156.45 598933.00 551265.97 744676.78 2009 435470.81 586021.04 524980.15 517670.41 614599.00 551913.44 726192.26 2010 499448.13 587574.19 516588.12 520919.11 616996.00 561675.09 768627.50

Sumber :BPS, data diolah dalam berbagai tahun

Pada tabel bisa dilihat bahwa dari tahun 2002-2010 DAU Kawasan

Subosukawonosraten terus mengalami kenaikan. Jumlah tertinggi DAU dari

tahun 2002-2010 Kawasan Subosukawonosraten adalah Kabupaten Klaten

yaitu 5017105.15 (dalam juta). Sedangkan DAU terendah Kota Surakarta

yaitu 2921358.37 (dalam juta).

4.2.4 Dana Bagi Hasil (DBH)

Menurut UU No. 34 Tahun 2004 Dana Bagi Hasil adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan

angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi.

Dana bagi hasil yang diterima daerah cenderung semakin besar ketika

emerintah daerah bisa mengoptimalkan penerimaan dari pajak dan sumber daya

alam yang dimiliki.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 4.11 Dana Bagi Hasil Subosukawonosraten Tahun 2002-2010 (dalam juta)

Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun Pada tabel bisa dilihat bahwa dari tahu 2002-2010 Dana Bagi Hasil

Kawasan Subosukawonosraten mengalami kenaikan. Dana Bagi Hasil tertinggi

dari tahun 2002-2010 Kawasan Subosukawonosraten adalah Kota Surakarta yaitu

411439.47 (dalam juta). Sedangkan Dana Bagi Hasil terendah adalah Kabupaten

Wonogiri yaitu 241363.81 (dalam juta).

4.2.5 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia lima belas tahun keatas yang

bekerja selama seminggu yang lalu, baik yang bekerja maupun yang mencari

pekerjaan (BPS).

Dalam penelitian Pujiati menjelaskan bahwa tenaga kerja merupakan

faktor penting dalam memperepat pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja

yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga produktif. Bertambahnya tenaga

produktif akan meningkatkan output sehingga memacu pertumbuhan ekonomi.

Tahun Surakarta Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten

2002 20037.37 12079.25 17649.10 17345.57 11750.81 11704.82 12714.08

2003 23271.99 16378.11 38309.59 16525.84 16575.00 17181.28 22665.80 2004 34651.05 19384.91 25074.69 21608.77 13512.00 18611.37 25146.16 2005 34487.39 23131.63 27790.00 25391.75 21560.00 39536.84 27372.17 2006 38242.50 27101.50 26383.27 26383.27 27413.00 25452.93 28458.24 2007 47021.42 32408.58 32217.82 34760.20 30893.00 31261.06 34053.52 2008 57489.71 34917.44 38986.91 37350.59 36282.00 32867.54 44129.56 2009 74088.72 40653.37 43301.74 48442.14 38553.00 36400.82 42885.84 2010 82149.32 46610.54 54082.82 45181.58 44825.00 36664.06 49198.52

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 4.12 Jumlah Tenaga kerja Subosukawonosraten tahun 2002-2010

Sumber : BPS, data diolah dalam berbagai tahun Pada tabel bisa dilihat bahwa perkembangan jumlah tenaga kerja Kawasan

Subosukawonosraten mengalami fluktuasi dari tahun 2002-2010. Jumlah tenaga

kerja terbanyak dari tahun 2002-2010 Kawasan Subosukawonosraten adalah

Kabupaten Klaten yaitu 5451392 jiwa. Sedangkan jumlah tenaga kerja terendah

adalah Kota Surakarta yaitu 2329671 jiwa.

4.3 Hasil dan Analisis Kuantitatif

4.3.1 Analisis Data Panel

4.3.1.1 Hasil Estimasi Data Panel

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh variabel PAD, DAU, DBH, TK sebaga turunan dari

desentralisasi fiskal terhadap Pertumbuhan ekonomi yang di proksi ke

PDRB. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data panel yaitu

dengan menggabungkan data yang bersifat time series dengan cross

section.

Seperti pendapat Widarjono (2007) yang menjelaskan bahwa

dalam menganalisis data panel menggunakan tiga jenis estimasi, yaitu :

Estimasi Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Methode (FEM) dan

Tahun Surakarta Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten

2002 242688 510118 410798 420602 550412.00 441490.00 594101

2003 227212 517156 421822 442465 525489.00 493635.00 612229 2004 245575 485790 442954 439600 568055 465868 570087 2005 256532 529215 441216 468588 562662 456167 632685 2006 258420 532346 447876 426324 546542 456150 606790 2007 287450 573381 471155 465240 568927 504199 636135 2008 277675 536845 447875 451144 557492 476316 612644 2009 275546 542533 451417 455446 580035 494956 612172 2010 258573 527581 432526 483526 519702 483526 574549

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Random Effect Methode (REM). Penelitian ini juga menggunakan tiga

estimasi tersebut untuk menganilis data panel. Dari ketiga estimasi

tersebut peneliti melakukan pemilihan model untuk menyimpulkan hasil

penelitian yaitu dengan pengujian model yang terbaik.

Dalam penelitian ini menggunakan software Eviews 6, hasil dari

perhitungan untuk pemilihan model terbaik adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13 Hasil estimasi data panel Subosukowonosraten tahun 2002-2010 Variabel Dependen : Log PDRB

Variabel PLS FEM REM

C t statistik

15.41201 6.683465

9.834863 6.839082

10.27605 7.731178

Log PAD t statistik

-0.323074 -2.930380

0.135234 3.494117

0.134337 3.547645

Log DAU t statistik

0.201064 1.080536

0.066017 1.557222

0.065654 1.565097

Log DBH t statistik

0.464363 3.801868

0.101745 4.039100

0.105017 4.174570

Log TK t statistik

-0.324514 -1.500925

0.145917 1.262918

0.110589 1.032000

Surakarta Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten

0.136363 -0.009768 0.194763 0.237280

-0.335540 -0.375946 0.152847

0.114847 -0.004299 0.192013 0.235708

-0.327215 -0.372896 0.161842

R-Squared F statistik

0.452848 12.00086

0.984440 328.9822

0.916124 158.3734

Semua variabel signifikan pada tingkat level 5% ( t-tabel 1.645)

Sumber : hasil olah data Eviews 6

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil estimasi dengan

menggunakan pendekatan PLS, FEM dan REM menunjukkan bahwa tidak

seluruh variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap

PDRB pada α = 5%. Diantaranya pada PLS variabel yang tidak

berpengaruh positif adalah variabel PAD dan TK. Sedangkan variabel

yang tidadk signifikan adalah variabel DBH. Pada FEM semua variabel

berpengaruh positif tetapi tidak semua signifikan, yaitu variabel PAD dan

DBH.

Dilihat dari nilai koefisien dterminasi (goodness of fit test)

menunjukkan bahwa model FEM adalah yang terbaik dengan nilai R-

Square sebesar 0,98440 dibandingkan dengan R-square model PLS sebesar

0,452848 dan R-square REM sebesar 0,916124. Jadi pada model FEM

variabel PAD, DBH, DAU dan TK mampu menjelaskan 98% variansi

variabel PDRB. Sedangkan, sisanya 2% dijelaskan variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model penelitian ini.

Pada model FEM nilai intersep pada masing-masing negara adalah,

Surakarta sebesar 0.136363, Boyolali sebesar -0.009768, Sukoharjo

sebesar 0.194763, Karanganyar sebesar 0.237280, Wonogiri sebesar -

0.335540, Sragen sebesar -0.375946 dan Klaten sebesar 0.152847. dengan

demikian, pendekatan FEM menjelaskan adanya perbedaan PDRB dari

Subosukawonosraten. Sedangkan nilai intersep model REM pada masing-

masing daerah adalah, Surakarta sebesar 0.114847, Boyolali sebesar -

0.004299, Sukoharjo sebesar 0.192013, Karanganyar sebesar 0.235708,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Wonogiri sebesar -0.327215, Sragen sebesar -0.372896 dan Klaten sebesar

0.161842.

Sesuai dengan pendapat Widarjono (2007) bahwa dalam model

FEM terdapat perbedaan intersep masing-masing wilayah, sehingga

terdapat faktor yang berbeda-beda dalam mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi pada masing-masing wilayah.

4.3.2 Hasil Uji Pemilihan Model

Dalam analisis data panel ada tiga teknik yang bisa digunakan yaitu model

dengan Metode OLS (Common), Model Fixed Effect dan Model Random Effect.

Maka akan di lakukan uji pemilihan model untuk memilik model yang terbaik.

4.3.2.1 Uji F

Uji ini digunakan untuk memilih antara metode OLS atau Fixed

Effect. Dalam uji ini digunakan hipotesis yaitu :

H0 : Model Common (restricted)

H1 : Model Fixed Effect (unrestricted)

Dalam pengujian ini menggunakan rumus (Aisyah , 2007):

=

= 492.2148 Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai F hitung yaitu

sebesar 492,2148, sedangkan nilai dai F tabel dengan df for numerator = 4,

df for denumerator = 58, pada tingkat kepercayaan 5% adalah sebesar 2,53.

Dapat diketahui bahwa F hitung lebih bear daripada F tabel. Dengan

demikian H0 ditolak. Dengan kata lain asumsi bahwa koefisien intersep dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

slope adalah sama tidak berlaku. Sehingga estimasi dengan model Fixed

Effect lebih baik disbanding estimasi dengan Pooled OLS.

4.3.2.2. Hausman Test

Dari hasil pemelihan model sebelumnya mendapatkan hasil bahwa

model Fixed Effect lebih baik menganalisis penelitian ini. Kemudian untuk

menentukan model mana yang lebih baik antara FEM dengan REM

dilakukan dengan uji Hausman test. Dalam pengujian ini hipotesis yang

digunakan adalah :

Ho : Model Random Effect (REM)

H1 : Model Fixed Effect (FEM)

Dalam penelitian ini pengujian Hausman test dilakukan dengan E

views 6, yang hasilnya bisa dilihat pada tabel.

Tabel 4.14 Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random

8.056858 4 0.0895

Sumber : Hasil Olah data Eviews 6

Dari hasil perhitungan uji Hausman test diatas diperoleh nilai chi

square (x2) hitung sebesar 8.056858, sedangkan nilai chi square (x2) tabel

dengan df = 4, pada tingkat kepercayaan 5% adalah sebesar 9.488.

sehingga dapat diketahui bahwa chi square hitung jauh lebih kecil

dibanding nilai chi square tabel, yang berarti menerima Ho. Dengan kata

lain model data panel yang cocok untuk digunakan dalam mengestimasi

penelitian ini adalah model data panel dengan pendekatan Random Effect.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

4.3.3 Hasil Estimasi

Setelah dilakukan beberapa uji untuk memilih model yang lebih baik

untuk penelitian ini, yang akhirnya model Random Effect yang terbaik

untuksmenganalisis penelitian ini. Hasil ini didapat dengan membandingkan hasil

estimasi pengaruh pelaksanaan desentralisasi fiskal kabupaten/kota di

Subosukawonosraten dari tiga model yang berbeda, dilihat dari goodness of ftnya

(R-square, t statistik, F statistik).

Hasil pengolahan data bisa dilihat pada tabel :

Tabel 4.15 Hasil estimasi dengan metode Random Effect

Dependent Variable: LOGPDRB?

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.27605 1.329170 7.731178 0.0000

LOGPAD? 0.134337 0.037867 3.547645 0.0008

LOGDAU? 0.065654 0.041949 1.565097 0.1230

LOGDBH? 0.105017 0.025156 4.174570 0.0001

LOGTK? 0.110589 0.107160 1.032000 0.3064

_SKA--C 0.114847

_BYL--C -0.004299

_SKH--C 0.192013

_KRA--C 0.235708

_WNG--C -0.327215

_SRG--C -0.372896

_KLA--C 0.161842

R-square 0.916124

F-statistic 158.3734

Sumber : Hasil olah data Eviews 6

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui bahwa hasil estimasi

dengan menggunakan pendekatan Random Effect menunjukan seluruh variabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

independen yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil

dan Tenaga kerja memiliki pengaruh positif.

Nilai R-Square yang dihasilkan dari estimasi Random Effect adalah 91 %.

Hal ini berarti bahwa estimasi yang dilakukan dengan menggunakan Random

Effect, variabel independen (PAD, DAU, DBH dan Tenaga kerja) dalam

penelitian ini mampu menjelaskan 91% variansi variabel indpenden. Sedangkan

sisanya 9% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

4.3.4 Pengujian Kriteria Statistik

4.3.4.1 Uji t statistik (uji parsial )

Uji t digunakan untuk melihatkan pengaruh parsial masing-masing

variabel independent terhadap variabel dependent.

Tabel 4.16 Hasil Uji t statistik

Variabel dependen : Log PDRB

Variabel t-statistik t-tabel Prob Kesimpulan

independen df( α/2, n-k)

df(0,025,58)

Log PAD 3.547645 ±1.96 0.0008 Signifikan

Log DAU 1.565097 ±1.96 0.1230 Tidak signifikan

Log DBH 4.174570 ±1.96 0.0001 Signifikan

Log Tk 1.032000 ±1.96 0.3064 Tidak signifikan

Sumber : hasil olah data e views 6

4.3.4.1.1 Variabel log PAD (Pendapatan Asli Daerah)

Berdasarkan hasil estimasi data diperoleh nilai t hitung

3.547645 > t –tabel ±1.96, memiliki nilai signifikansi 0.0008 yang

berarti di bawah α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan menerima Ha yang artinya variabel Pendapatan Asli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

daerah mempunyai pengaruh signifikan secara statistik terhadap

PDRB di Subosukowonosraten.

4.3.4.1.2 Variabel log DAU (Dana Alokasi Umum)

Berdasarkan hasil estimasi data diperoleh nilai t hitung

1.565097 < t tabel ±1.96 memiliki nilai signifikansi 0.1230 yang

berarti diatas α =5%. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima

dan menolak Ha yang artinya variabel Dana Alokasi Umum tidak

mempunyai pengaruh signifikan secara statistik terhadap PDRB di

Subosukawonosraten.

4.3.4.1.3 Variabel log DBH (Dana Bagi Hasil)

Berdasarkan hasil estimasi data diperoleh nilai t hitung

4.174570 > ±1.96 memiliki nilai signifikansi 0.0001 yang berarti

dibawah α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan

menerima Ha yang artinya variabel Dana Bagi Hasil mempunyai

pengaruh signifikan secara statistik terhadap PDRB di

Subosukawonosraten.

4.3.4.1.4 Variabel log TK (Tenaga Kerja)

Berdasarkan hasil estimasi data diperoleh t hitung 1.032000

< ± 1.96 memiliki nilai signifikansi 0.3064 yang berarti bahwa

diatas α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan

Menolak Ha yang artinya variabel Tenaga Kerja tidak mempunyai

pengaruh signifikan secara statistik terhadap PDRB di

Subosukawonosraten.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

4.3.4.2 Uji F statistik

Uji F statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk

mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen secara bersama-sama. Pengujian secara bersama-sama terhadap

koefisien regresi variabel independen dengan menggunakan level of

significant 5% diperoleh hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengujian F statistik dari model Random effect

pada derajar signifikansi 5% diperoleh nilai F-hitung 158.3734 > F-tabel

1.645. hal ini berarti bahwa dalam hasil estimasi data panel dengan

pendekatan Random Effect menunjukkan bahwa paling tidak ada satu

variabel bebas yang signifikan secara statistik berpengaruh terhadap

terhadap PDRB di Subosukawonosraten.

Tabel 4.17 Hasil Uji F statistik

Variabel Dependen : log PDRB Variabel F-statistik F-tabel Kesimpulan Independen df(α, k-1, n-k) Df(5%, 3,59) Log PAD, Log DAU 158.3734 2.76 Signifikan Log DBH, Log TK

Sumber : hasil olah data Eviews 6

4.3.4.3 Uji (Koefisien dterminasi)

Tujuan dilakukannya uji koefisien determinasi adalah untuk

mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi

variabel terikat (dependen). Besarnya koefisien determinasi menujukkan

pengaruh yang dijelaskan oleh variabel dependen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan

pendekatan Random Effect diperoleh nilai sebesar 0.916124 atau sekitar

91%. Dari hasil tersebut berarti bahwa 91% variabel PDRB dapat

dijelaskan oleh variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,

Dana Bagi Hasil dan Tenaga Kerja. Sedangkan sisanya 9% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain diluar model.

4.3.5 Uji Asumsi Klasik

4.3.5.1 Multikolonearitas

Gujarati, 2003 dalam Pujiati menyatakan dalam melakukan uji

multikolinearitas dilakukan dengan pendeteksian atas nilai R-squared dan

signifikansi dari variabel yang digunakan. Apabila didapatkan R-squared

yang tinggi sementara terdapat sebagian besar atau semua variael yang

secara parsial tidak signifikan, maka diduga terjadi multikolinearitas pada

model tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan data panel sehingga

masalah multikolinearitas secara teknis dapat dikurangi. Hal ini diperkuat

dengan hasil estimasi model bahwa nilai R-squared yang tinggi yaitu

sebesar 0.91. Sehingga dari hasil estimasi tersebut melihat R-squared yang

tinggi model yang dipakai sudah terbebas dari multikolinearitas.

4.3.5.2 Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil uji pemilihan model, mengahasilkan bahwa

model yang cocok untuk penelitian ini adalah model Random Effect,

dimana model Random Effect disebut juga dengan metode GLS

(generalized least square). Pada metode ini memberikan pembobotan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

kepada variasi data yang digunakan dengan kuadrat varians dari model.

Dengan menggunakan software Eviews dengan metode random effect

maka masalah heteroskedastisitas sudah dapat diatasi.

4.3.5.3 Autokorelasi

Dalam melakukan uji autokorelasi yang paling sederehana

menggunakan uji Durin Watson. Nilai DW hitung yang mendekati 2

dianggap menunjukkan bahwa model terbebas dari autokorelasi (Gujarati,

2003 dalam Pujiati).

Dalam menentukan nilai uji Durbin Watson yaitu dl < d < du.

Secara umum bisa diambil patokan 4-du(batas atas) dan 4-dl (batas

bawah). Dalam penelitian ini nilai k=4 dan n=63 untuk p=0,05 maka nilai

dl dan du pada tabel DW adalah sebesar dl =1.4607 dan du=1.7296

sedangkan nilai d atau Durbin Watson pada hasil estimasi sebesar

0.832133. Jadi dl < d < du atau 1.4609 > 0.832133<1.7296 maka niali d

jatuh pada wilayah autokorelasi positif. Sehingga dalam penelitian ini

terjadi autokorelasi.

4.4 Pembahasan

Dari hasil pemilihan model diawal, model yang paling sesuai dan tepat

untuk mengestimasi penelitian ini adalah Random Effect Method.

Dengan Random Effect dapat digunakan untuk membuat kesimpulan dari

penelitian ini dengan menjelaskan perbandingan antara temuan empirik dengan

hipotesis yang telah dibuat penulis untuk mmengetahu jawaban sementara dari

penelitian ini. Penulis membuat hipotesis bahwa adanya pengaruh yang positif dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

signifikan secara statistik dari variabel PAD, DAU, DBH dan Tenaga kerja

terhadap PDRB di Subosukawonosraten.

Berikut ringkasan perbandingan antara temuan empirik dengan hipotesis

penelitian:

Tabel 4. 18 Perbandingan Temuan Empirik dengan Hipotesis Penelitian

Pengaruh Variabel Hipotesis Temuan Empirik Makna statistik Pengaruh Makna Statistik Pengaruh

PAD terhadap PDRB Signifikan Positif signifikan positif DAU terhdap PDRB Signifikan Positif tdk signifikan positif DBH terhadap PDRB Signifikan Positif signifikan positif TK terhadap PDRB Signifikan Positif tdk signifikan positif Sumber : hasil olah data Eviews 6

Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa temuan empirik dari hasil analisis

data penelitian, dari empat variabel dua diantaranya memiliki pengaruh positif dan

signifikan secara statistik terhadap PDRB di Subosukawonosraten yaitu variabel

PAD dan DBH. Sedangkan dua yang lain berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan secara statistik yaitu DAU dan tenaga kerja terhadap PDRB di

Subosukawonosraten.

4.4.1 Model Persamaan Kota/Kabupaten

Adapun model persamaan tiap kota/kabupaten sebagai berikut :

4.4.1.1 Kota Surakarta

Log PDRB = 0.114847 + 0.134337Log PAD +

0.065654Log DAU + 0.105017 Log DBH + 0.110589 Log TK

4.4.1.2 Kabupaten Boyolali

Log PDRB_BOYOLALI = - 0.004299 + 0.134337 log PAD

+ 0.065654 log DAU + 0.105017 log DBH + 0.110589 log TK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

4.4.1.3 Kabupaten Sukoharjo

LogPDRB_SUKOHARJO = 0.192013 + 0.134337 log PAD

+ 0.065654 log DAU + 0.105017 log DBH + 0.110589 log TK

4.4.1.4 Kabupaten Karanganyar

LogPDRB_KARANGANYAR = 0.235708 + 0.134337 log

PAD+ 0.065654 log DAU+ 0.105017 log DBH + 0.110589 log TK

4.4.1.5 Kabupaten Wonogiri

LogPDRB_WONOGIRI = -0.327215+ 0.134337 log PAD

+ 0.065654 logDAU + 0.105017 log DBH + 0.110589 log TK

4.4.1.6 Kabupaten Sragen

Log PDRB _ SRAGEN = -0.372896 + 0.134337 log PAD

+ 0.065654 log DAU + 0.105017 log DBH + 0.110589 log TK

4.4.1.7 Kabupaten Klaten

Log PDRB _ KLATEN = 0.161842 + 0.134337 log PAD +

0.065654 log DAU + 0.105017 log DBH + 0.110589 log TK

4.4.2 Pengaruh Tiap Variabel Terhadap PDRB

Dari persaman diatas bisa dilihat pengaruh tiap variabel di semua

kota/kabupaten :

4.4.2.1 Pengaruh PAD terhadap PDRB

Berdasarkan hasil estimasi, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

menujukkan tanda positif dan signifikan secara statistik pada

derajat kepercayaan 5% di Kota Surakarta. Nilai koefisien regresi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

dari Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar 0.134337. Sehingga

dapat diartikan apabila terjadi kenaikan pada Pendapatan Asli

daerah di Subosukowonosraten sebesar 1% maka akan

menyebabkan terjadinya kenaikan Produk Domestik Bruto di

masing-masing kabupaten/kota Subosukowonosraten sebesar

0.134337 % dan diasumsikan variabel-variabel lain ceteris paribus.

Hal tersebut sesuai dengan temuan Pujiati bahwa

Pendapatan Asli Daerah dianggap sebagai modal, dimana secara

akumulasi akan lebih banyak menimbulkan eksternalitas yang

bersifat positif dan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

4.4.2.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap PDRB

Berdasarkan hasil estimasi menujukkan bahwa variabel

Dana Alokasi Umum positif dan tidak signifikan secara statistik

terhadap PDRB pada derjat kepercayaan 5% untuk semua

kabupaten/kota.

Sesuai dengan UU No. 33 tahun 2004 bahwa alokasi dasar

DAU berdasarkan jumlah pegawai negeri sipil di daerah. sehingga

dimugkinkan tidak signifkanny variabel DAU karena alokasi DAU

digunkan untuk belanja gaji PNS, sehingga secara tidak langsung

tidak mempengaruhi pertumbuhan PDRB.

4.4.2.3 Pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap PDRB

Berdasarkan hasil estimasi, Dana Bagi Hasil menunjukkan

tanda yang positif dan signifikan secara statistik pada derajat

kepercayaan 5% untuk semua kabupaten/kota. Nilai koefisien

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

regresi dari variabel Dana Bagi Hasil adalah sebesar 0.105017.

Dapat diartikan apabila terjadi kenaikan pada Dana Bagi Hasil di

Subosukawonosraten sebesar 1% maka akan menyebabkan

kenaikan Produk Domestik Bruto di Subosukawonosraten sebesar

0.105017 % dan diasumsikan variabel-variabel lain ceteris paribus.

Hasil yang sama juga ditemukan Pujiati dalam

penelitiannya bahwa Dana Bagi Hasil yang dianggap sebagai

modal bagi kepentingan pembangunan daerah akan mempercepat

pertumbuhan ekonomi.

Semakin besar suatu daerah menggali pajak dan sumber

daya alam maka akan semakin besar dana bagi hasil yang diperoleh

daerah dari pajak dan sumber daya alam.

4.4.2.4 Pengaruh Tenaga Kerja terhadap PDRB

Berdasarkan hasil estimasi, Tenaga kerja menunjukkan

tanda yang positif dan tidak signifikan terhadap PDRB pada

derajad kepercayaan 5% untuk semua kabupaten/kota di

Subosukawonosraten.

Hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Pujiati

yang menyatakan bahwa tenaga kerja yang lebih besar berarti akan

menambah jumlah tenaga produktif. Bertambahnya tenaga

produktif akan meningkatkan output sehingga memacu

pertumbuhan ekonomi.

Dimungkinkan faktor tidak signifikannya tenaga kerja

terhadap PDRB karena produktifitas dari tenaga kerja lebih rendah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

terhadap produktifitas modal terhadap PDRB, hal ini seperti yang

dihasilkan dalam penelitian Dewi (2009) mengenai pengaruh

tenaga kerja terhadap output sektor industri di Bekasi, bahwa

tenaga kerja tidak signifikan terhadap output sektor industri karena

hal tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan secara

statistik terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi Pendapatan Asli

Daerah maka akan berkurang tingkat ketergantungan daerah terhadap

pemerintah pusat.

b. Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif dan tidak signifikan secara

statistik terhadap pertumbuhan ekonomi.

c. Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh positif dan signifikan secara statistik

terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengoptimalan perolehan Dana Bagi Hasil

yang dianggap sebagai modal bagi kepentingan pembangunan daerah akan

mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dengan pengoptimalan dana bagi hasil

diharpakan bisa mengurangi ketimpangan vertikal antara pusat dan daerah.

d. Tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap

pertumbuhan ekonomi. Hal ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Pujiati

yang menjelaskan bahwa tenaga kerja yang lebih besar akan mendorong

jumlah tenaga produktif. Sehingga akan meningkatkan output yang akan

memacu pertumbuhan ekonomi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

5.2 Saran

a. Pemerintah perlu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui sumber-

sumber yang menjadi penopang Pendapatan Asli Daerah, misalkan melalui

hasil pajak daerah dan hasil retribusi daerah. Dalam membuat kebijakan yang

berkaitan dengan pajak dan retribusi pemerintah daerah perlu dicermati.

Eksploitasi PAD yang berlebihan melalui pajak dan retribusi diharpakan tidak

menjadikan beban masyarakat, yang nantinya akan menjadi disinsetif daerah.

Harpannya penerimaan PAD juga didukung dengan kualitas layanan publik.

b. Dana Alokasi Umum yang alokasinya untuk belanja pegawai negeri sipil,

hendaknya pemerintah daerah lebih mengoptimalkan kinerja pegawai negeri

sipil sehingga dengan semakin baik kinerja maka secara tidak langsung akan

memacu pertumbuhan ekonomi.

c. Dana Bagi Hasil, semakin tinggi penerimaan dari pajak dan sumber daya

alam maka akan semakin tinggi dana bagi hasil yang diperoleh daerah. maka

dari itu pemerintah daerah perlu mengoptimalkannya, baik dari pajak maupun

bagi hasil sumber daya alam.

d. Tenaga kerja, walaupun secara estimasi tenaga kerja tidak signifikan,

pemerintah daerah harus tetap menyediakan lapangan pekerjaan yang luas

sehingga tenaga kerja produktif bertambah maka akan memacu pertumbuhan

ekonomi.

top related