fishbone
Post on 28-Oct-2015
608 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laut Jawa
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Gambaran Umum Desa
Desa Tanjung Pasir adalah suatu desa yang terletak di daerah pesisir pantai di
sebelah utara dari Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
yang mempunyai luas wilayah 5,64 km2. Batas-batas Desa Tanjung Pasir dapat dilihat
pada gambar 2 (Kartikawatie, 2012):
1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo, dan
Pangkalan
Gambar 1.1 Peta Tanjung pasir
1
Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 Kepala Dusun, 18 Rukun Warga (RW) dan
31 Rukun Tetangga (RT). Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir
dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya
secara berjenjang sebagai berikut (Kartikawatie, 2012):
1. Dengan kantor kecamatan berjarak : 12 km
2. Dengan ibukota kabupaten berjarak : 54 km
3. Dengan ibukota provinsi berjarak : 72 km
2
Gambar 1.2 Batas wilayah Desa Tanjung Pasir
Akses menuju Desa Tanjung Pasir dapat ditempuh dengan angkutan umum,
sepeda motor, ataupun mobil. Akan tetapi, masih terdapat daerah yang hanya dapat
ditempuh dengan berjalan kaki. Suasana sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir
melewati daerah Kampung Melayu Teluk Naga, setelah pasar maju sekitar 200 meter
mengambil arah kanan tepat di depan sekolahan Strada. Kondisi fisik jalan menuju
Desa Tanjung pasir dari arah Bandara Soekarno Hatta cukup baik dan telah
menggunakan aspal; meskipun ada beberapa jalan yang berlubang, namun tidak
begitu mengganggu perjalanan. Sedangkan kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung
Pasir dari arah Tanjung Burung berupa bebatuan (Maulana, 2010).
1. GAMBARAN UMUM DESA SECARA DEMOGRAFI
1.1 Situasi Kependudukan
Berdasarkan data BPS th 2012 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus adalah 9.513 jiwa.
NO KECAMATAN
LUAS JUMLAH JUMLAHJUMLA
HRATA-RATA
KEPADATAN
WILAYAHDES
A
KELURAHA
N
DESA+KEL
PENDUDUK
RUMAHJIWA/
RUMAHPENDUDUK
(km²)TANGG
ATANGGA per km²
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 PANGKALAN 7.54 1 0 1 16.888 4.138 4.08 2239.79
2TANJUNG BURUNG
5.24 1 0 1 7.669 2.473 3.10 1463.55
3TEGAL ANGUS
2.83 1 0 1 9.513 2.879 3.30 3361.48
4TANJUNG PASIR
5.64 1 0 1 9.513 1.787 5.32 1686.70
5 MUARA 5.14 1 0 1 3.566 496 7.19 693.77
6 LEMO 3.61 1 0 1 6.682 648 10.31 1850.97
JUMLAH (KAB/KOTA)
30.00 6 0 6 53.831 12.421 4.33 1.794
3
Distribusi penduduk per desa dapat dilihat pada tabel di atas. Kepadatan
penduduk rata-rata 3361.48 jiwa/km2.
1.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan
perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat
berperan dalam pembangunan kesehatan (Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus,
2011).
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan berdasarkan data yang tercatat di Desa
Tanjung Pasir adalah sebagai berikut (Kartikawatie, 2012):
1. Tidak/belum pernah bersekolah : 894 orang
2. Tidak/belum tamat SD : 1231 orang
3. SD/MI : 3590 orang
4. SLTP/MTs : 785 orang
5. SLTA/MA : 863 orang
6. AK/Diploma : 18 orang
7. Universitas : 24 orang
Prasarana pendidikan di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut
(Kartikawatie, 2012):
4
Tabel 1.1 Jumlah prasarana pendidikan di Desa Tanjung Pasir bulan
Agustus 2012
No. Prasarana Pendidikan Jumlah
Sekolah
(unit)
Jumlah
Murid
(orang)
Jumlah
Guru
(orang)
1. TK (Taman Kanak-
Kanak)
5 153 5
2. SD (Sekolah Dasar)
Negeri
2 1.269 28
3. Madrasah Ibtidaiyah
(MI)
2 876 16
4. SMP (Sekolah Menengah
Pertama) Negeri
- - -
5. Madrasah Tsanawiyah
(MTs)
1 413 16
6. SMP (Sekolah Menengah
Pertama) Swasta Islam
- - -
7. SMA (Sekolah - - -
5
Menengah Atas) Negeri
8. SMK (Sekolah
Menengah Kejuruan)
Negeri
- - -
9 Lembaga Pendidikan:
Pendidikan Usia dini
(PAUD)
Kursus bahasa
Kursus menjahit
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.3 Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian penduduk.
Sebagian besar wilayah kerja di Desa Tanjung Pasir belum berkembang secara
ekonomi. Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir terdiri dari 8.849 jiwa yang usia
produktif dan pencari kerja diperkirakan sebanyak 2.039 jiwa. Secara umum dapat
dijelaskan bahwa masyarakat Desa Tanjung Pasir bermata pencaharian sebagai
nelayan, petani, pedagang, dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Dari data
yang didapat pada tahun 2011 menunjukkan hampir separuh dari jumlah penduduk di
Desa Tanjung Pasir mempunyai tingkat ekonomi yang rendah, dimana data ini masih
belum jauh berubah seperti tahun-tahun sebelumnya (Kartikawatie, 2012).
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok adalah sebagai berikut
(Kartikawatie, 2012):
6
Nelayan : 2.331 orang
Buruh/swasta : 65 orang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 15 orang
Pedagang : 1.213 orang
Penjahit : 24 orang
Tukang batu : 62 orang
Tukang kayu : 42 orang
Peternak : 6 orang
Pengrajin : 5 orang
Montir : 25 orang
Dokter/bidan : 6 orang
Supir : 30 orang
Pengemudi becak : 43 orang
TNI/POLRI : 6 orang
Pengusaha : 8 orang
Petani : 176 orang
Sarana perekonomian dan perdagangan di Desa Tanjung pasirantara lain
(Kartikawatie, 2012):
Koperasi : 1 unit
Pasar : - unit
Warung/kedai : 100 unit
7
Kios kelontong : 5 unit
Bengkel : 8 unit
Toko : 20 unit
Percetakan/sablon : - unit
Material/toko bangunan : - unit
Swalayan : - unit
Supermall : - unit
Pegadaian : - unit
Bank BRI : - unit
Bank Swasta : - unit
Pos Giro : - unit
Berdasarkan topografi, Desa Tanjung Pasir merupakan kawasan pantai yang
landai sehingga di Desa Tanjung Pasir terdapat tambak yang luasnya mencapai 570
hektar. Walaupun demikian, pada awalnya lahan di Tanjung Pasir tidak cocok untuk
kegiatan budidaya karena kurang baiknya sistem irigasi yang ada. Baru setelah
adanya perbaikan irigasi oleh pemerintah, kegiatan budidaya dapat berkembang lebih
baik. Sedangkan berdasarkan kepemilikan tambak, dari total luas tambak yang ada di
Desa Tanjung Pasir hanya sekitar 20% saja yang dimiliki oleh penduduk desa
setempat, selebihnya merupakan milik orang Jakarta dan sekitarnya. Komoditas
budidaya tambak utama yang ada di Desa Tanjung Pasir adalah ikan bandeng, mujair,
dan kakap (Kartikawatie, 2012).
8
Desa Tanjung Pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di akhir
minggu atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat pariwisata
yang terdapat di desa Tanjung Pasir adalah tempat penangkaran buaya, resort, serta
wisata pantai Tanjung Pasir. Tempat yang paling banyak dikunjungi biasanya adalah
kawasan pantai. Namun keadaan pantai di Tanjung Pasir tidak terawat dengan baik.
Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai yang terlihat berwarna kecoklatan.
Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih banyaknya warga setempat
yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai. Desa Tanjung Pasir juga
merupakan salah satu tempat yang bisa dimanfaatkan untuk para wisatawan
menyeberang ke kawasan Pulau Seribu (Kartikawatie, 2012).
1.4 Keadaan Sosial Budaya
Desa Tanjung Pasir memiliki beberapa suku di dalam masyarakatnya antara
lain betawi, melayu, dan sisanya adalah pendatang. Berdasarkan pencatatan yang
dilakukan oleh kantor kepala desa setempat, mayoritas warga desa Tanjung Pasir
beragama Islam yaitu 97% dan ada pula yang beragama Hindu, sisanya menganut
agama Kristen Katolik, Protestan, dan agama Budha. Suasana beragama warga Desa
Tanjung Pasir cukup baik, rukun, aman, dan tentram, saling menghormati dan tolong
menolong. Jumlah penduduk berdasarkan agama adalah sebagai berikut
(Kartikawatie, 2012):
1. Islam : 9.594 orang
2. Katolik : 12 orang
9
3. Protestan : 2 orang
4. Hindu : 56 orang
5. Budha : 51 orang
Sarana peribadatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut
(Kartikawatie, 2010):
1. Mesjid : 6 unit
2. Mushola : 30 unit
3. Majelis taklim : 12 unit
4. Gereja : - unit
5. Pura : - unit
1.5 Transportasi
Sarana transportasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan menggunakan
angkutan umum, ojek motor, becak serta sepeda (Kartikawatie, 2012).
1.6 Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini
Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain (Kartikawatie, 2012):
1. Peningkatan gizi keluarga
2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap
Posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
3. Pencegahan penyakit, vaksinasi filariasis (kaki gajah), imunisasi polio
bagi balita, pemberian vitamin A.
10
4. Penyuluhan kesehatan dan penyakit antara lain demam berdarah dengue,
flu burung, chikungunya, dan sejenisnya.
5. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu
dan makanan yang bernutrisi
6. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara
lingkungan dengan membersihkan rumah masing-masing dan
lingkungan sekitarnya.
7. Pemanfaatan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), tabulapot, dan tabulakar.
Sebagai penunjang kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana kesehatan yang
tersedia di Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012):
1. Poskesdes : 1 unit
2. Pos KB keluarga : - unit
3. Posyandu : 6 unit
4. Pos mandiri : - unit
5. Klinik bersalin/BKIA : - unit
6. Praktek dokter/bidan : 4 unit
7. Praktek bidan : 4 unit
8. Paraji : 4 orang
9. Keluarga Berencana : - orang
1. Jumlah pos/klinik KB : - unit
11
2. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) : 334 pasang
3. Jumlah Akseptor KB pil :127 orang
IUD :14 orang
Kondom : - orang
Suntik : 190 orang
Implant :13 orang
Berdasarkan data puskesmas Tegal Angus yang kami dapat, salah satu
penyakit tersering yang terjadi di Desa Tanjung Pasir adalah Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA) seperti panas badan yang disertai batuk dan pilek.
Diagram 1.1 Jumlah penderita ISPA jenis kelamin laki-laki di Desa
Tanjung Pasir bulan Januari-Agustus 2012
Jum
lah P
enderita
AgtJuljunMeiAprMarFebJan
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Labels0-1 tahun1-4 tahun
Penderita Non-Pneumonia Jenis Kelamin Laki-Laki
(sumber : buku laporan tahunan puskesmas tanjung pasir tahun 2012)
12
Jum
lah P
enderita
AgtJuljunMeiAprMarFebJan
250
200
150
100
50
0
Labels0-1 tahun1-4 tahun
Penderita Non-Pneumonia Jenis Kelamin Perempuan
Diagram 1.2 Jumlah penderita ISPA jenis kelamin perempuan di Desa
Tanjung Pasir bulan januari - Agustus 2012
1.7 Aksesibilitas Air bersih
Diagram 1.4 Presentase Akses Air Bersih di Kelurahan Tegal Angus
Agustus 2012
(sumber : buku laporan tahunan puskesmas tanjung pasir tahun 2012)
13
SGL 75.5%
LEDENG 22.2%
SPT 1.2%
PAM 0.7%
1.8 Ketersediaan Jamban
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas tahun 2010, untuk
ketersediaan jamban di seluruh Desa Tanjung Pasir baik jamban keluarga maupun
jamban umum berjumlah 726 buah (Kartikawatie, 2012).
1.9 Ketersediaan Pekarangan
Desa Tanjung Pasir merupakan sebuah desa nelayan yang ada di wilayah
Banten. Di desa ini, tanaman yang dapat tumbuh amat terbatas. Hal ini dikarenakan
kondisi air yang berkadar garam tinggi dan tanah yang mengandung pasir amat
menyulitkan untuk bertanam sayuran, tanaman obat, maupun buah-buahan.
Mengingat kondisi ini, maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat melakukan pengamatan dan menyimpulkan bahwa warga di Desa
Tanjung Pasir melirik pekarangan yang dapat dimanfaatkan dalam berbudidaya
sayuran.
Pada saat ini, Desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai percontohan dan
pembelajaran agar budidaya sayuran dapat dilakukan juga di tingkat rumah tangga
untuk mengurangi pengeluaran akan kebutuhan pangan, namun dapat meningkatkan
pendapatan keluarga.
14
B. Gambaran Keluarga Binaan
Keterangan:
1. Rumah Tn. Mamad
2. Rumah Tn. Muhlas
3. Rumah Tn. Balok
Gambar 2.1. Denah Lokasi Keluarga Binaan
15
Puskesmas
1
2
3
i. Keluarga Tn. Mamad
Tabel 2.1. Data Dasar Keluarga Tn. Mamad
Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendi
dikan
Pekerjaan Penghasilan
Tn. Mamad Kepala
keluarga
Laki-laki 40 th SD Nelayan Rp.
1.500.000 /
bulan
Ny. Mpit Istri Perempuan 38 th SD Ibu rumah
tangga
-
Ny. Marbuah Ibu
Kandung
Ny. Mpit
Perempuan 60 th SD Pedagang Rp. 400.000
/ bulan
Sdr. Fauzi Anak
Kandung
Tn. Mamad
& Ny. Mpit
Laki-laki 22 th SMP Buruh
Pabrik
Rp. 720.000
/ bulan
An. Ika Anak
Kandung
Tn. Mamad
& Ny. Mpit
Perempuan 13 th SD Pelajar -
16
Keluarga Tn. Mamad bertempat tinggal di RT 02 / RW 02 Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari
Tn. Mamad sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny. Mpit,
dua orang anak; anak pertama bernama Fauzi, dan anak kedua bernama Ika, dan ibu
dari Ny. Mpit bernama Ny. Marbuah.
Tn. Mamad, berusia 40 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan didaerah
tanggerang dengan penghasilan Rp. 1.500.000 per bulan. Pendapatan Tn. Rinto
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli air PAM,
makanan, tabungan untuk sekolah anak, memperbaiki rumah dan lain-lain. Tn.
Mamad mampu menyelesaikan sekolah hingga tamat SD. Istrinya, Ny. Mpit, yang
berusia 38 tahun, hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ny. Mpit mampu
menyelesaikan pendidikan hingga tamat SD. Pasangan ini menikah saat berusia 17
dan 15 tahun. Saat hamil ibu mpit jarang memeriksakan kandungannya di puskesmas
dan saat melahirkan dibantu oleh dukun beranak. Menurut Ny. Mpit alasan
melahirkan dengan dukun sudah merupakan tradisi dari keluarganya
Anak pertama pasangan Tn. Mamad dan Ny. Mpit adalah seorang laki-laki,
bernama Fauzi yang sekarang berusia 22 tahun. Fauzi bekerja sebagai buruh di pabrik
sendal dengan penghasilan Rp. 720.000 per bulan. Penghasilan Fauzi dipakai untuk
membantu kebutuhan rumah. Fauzi mampu menyelesaikan pendidikan hingga SMP.
Anak kedua Tn. Mamad dan Ny. Mpit saat ini sedang meneruskan pendidikannya di
tingkat SMP dan mempunyai kegiatan sehari-hari bermain dengan rekan-rekan
sebayanya disekitar rumah. Ny. Mpit mempunyai ibu kandung yang tinggal bersama
17
yang bernama Ny. Marbuah yang berusia 60 tahun. Ny. Marbuah berkerja sebagai
pedagang makanan ringan di sekitar pantai Tanjung Pasir. Ny. Marbuah mampu
menyelesaikan pendidikan hingga SD.
Saat ini ny. Mpit sedang menjalani program Keluarga Berencana (KB) di
bidan terdekat dengan menggunakan implan sejak kelahiran anak pertama. Program
ini dijalankan Ny. Mpit sampai saat ini.
Keluarga Tn. Mamad memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali sehari.
Ny. Mpit memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan
sehari-hari ialah nasi, sayur, ikan asin, sayur asem, dan sambal. Semua makanan
dimasak sampai matang. Keluarga Tn. Mamad dan Ny. Mpit mengerti cara cuci
tangan yang baik tetapi tidak semua anggota keluarga ingat dengan kebiasaan
mencuci tangan baik sebelum makan, maupun sesudah buang air kecil dan besar.
Anggota keluarga Tn. Mamad jarang memakai alas kaki jika berpergian keluar
rumah. Terutama anak kedua mereka, yaitu An. Ika.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya langsung
berobat ke dokter, puskesmas, dan klinik terdekat. Penyakit yang sering diderita
anggota keluarga Tn. Mamad adalah sesak batuk serta diare. Diare seringkali diderita
oleh anak kedua Tn. Mamad dan Ny. Mpit, yaitu Ika.
Keluarga Tn. Mamad tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar 48
m2 dan luas bangunan berukuran 8 m x 6 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat dan terdiri dari satu ruang tamu berukuran 3 m x 3 m, tidak memiliki ruang
keluarga, tiga kamar tidur masing-masing berukuran 2 x 2 m, ruang dapur dan kamar
18
mandi yg menjadi satu dengan ukuran 3 x 4 m. Rumah ini terletak di tengah
pemukiman padat pesisir pantai. Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini
berlantaikan semen dan beratapkan genting. Dinding rumah terbuat dari batu bata,
kecuali. Untuk ventilasi, rumah ini tidak mempunyai jendela. Keluarga ini hanya
terdapat 1 buah lampu di dalam rumah, 1 buah lampu bohlam dengan watt kecil
ditiap-tiap kamar sehinga penerangan kurang baik
Keluarga ini memiliki kamar mandi tanpa jamban yang bergabung dengan
dapur. Menurut keluarga Tn. Mamad, keluarganya menggunakan pantai yang
digunakan juga oleh seluruh warga untuk buang air besar. Kamar mandi dan dapur
rumah Tn. Mamad tersebut memiliki sumber air sumur, air sumur jernih dan
digunakan untuk keperluan seperti mandi, mencuci, memasak air minum dan
membilas alat makan. Keluarga Tn. Mamad tidak memiliki pekarangan. Sampah-
sampah dikumpulkan dan dibuang di tempat pembuangan akhir yang berada di tepi
empang.
Tn Mamad dan Fauzi mempunyai kebiasaan merokok di sekitar lingkungan
rumah maupun di dalam rumah. Tn. Mamad dan Fauzi biasanya merokok satu
bungkus dalam sehari.
Keluarga Tn. Mamad mempunyai dua buah motor yang dipakai untuk bekerja
Tn. Mamad dan Fauzi. Dan satu buah sepeda untuk keperluan sehari-hari Ny. Mpit.
Fauzi dan Ika punya kebiasaan sering jajan sembarangan didekat rumahnya
yang menyebababkan sering mencret. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan pun
jarang dilakukan oleh anggota keluarga. Mereka mengaku sering lupa untuk menuci
19
tangan dengan sabun sebelum makan ataupun setelah buang air kecil dan besar. An.
Ika sering bermain di lingkungan sekitar. Lingkungan tempat tinggal keluarga Tn.
Mamad banyak di dominasi oleh anak-anak. An. Ika sering bermain dengan anak-
anak sekitar. Mereka sering bermain yang membuat tangan mereka kontak dengan
tanah. Karena lingkungan tempat tinggal juga dikelilingi oleh jalan yang terbuat dari
tanah. Selepas bermain An. Ika sering lupa mencuci tangan dan terkadang mereka
langsung makan.
Keluarga dari Tn.Mamad jarang berolahraga, selain itu dalam hal menabung
mereka bisa menabung sampai Rp. 3.000 per harinya.
Gambar 2.2. Denah rumah Tn. Mamad
U
Pintu
20
Kamar 1
Kamar 2
dapur
sumur
Kamar
3
Ruang Tamu
jendela
ii. Gambaran Keluarga Binaan Tuan Muhlas
Tabel 2.2. Data Dasar Keluarga Tn. Muhlas
NamaStatus
Keluarga
Jenis
KelaminUsia
Pen
didi
kan
Pekerjaan Penghasilan
Tn. MuhlasKepala
keluargaLaki-laki 25 th
SM
P
Buruh
pabrikRp 1.700.000/bulan
Ny. Dede Istri Perempuan 23 thSM
K
Ibu rumah
tangga-
An. Awal
Alfiansyah
Anak
Kandung
Tn.
Muhlas &
Ny. Dede
Laki-laki
1 th
3mg
g
- - -
Tuan Muhlas merupakan kepala keluarga berusia 25 tahun, beragama islam,
bersuku sunda, bekerja sebagai buruh pabrik dan menikah dengan Ibu Dede yang
sekarang berusia 23 tahun. Sebelum hamil, ibu Dede bekerja juga sebagai buruh
pabrik, setelah hamil, ia memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah
21
tangga. Dari hasil pernikahan mereka, lahir seorang anak An. Awal Alfiansyah yang
masih berusia 1 tahun 3 minggu.
Daerah tempat tinggal keluarga tuan Muhlas bertempat tinggal di RT 02/RW
03 Kecamatan Teluk naga, Kabupaten Tangerang, Desa Tanjung Pasir, Provinsi
Banten. Rumah yang dihuni oleh Tn. Muhlas dan keluarga nya merupakan rumah
milik sendiri dengan luas bangunan 3 x 8 m. Rumahnya terdiri dari beberapa ruangan
yaitu satu kamar tidur, satu ruang untuk gudang, satu ruangan untuk menonton TV,
satu dapur dan satu kamar mandi yang tidak terdapat jamban pribadi dan terdapat
saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Bagian depan rumah Tn, Muhlas
berlantaikan keramik tetapi bagian dapur dan kamar mandi lantainya terbuat dari
semen. Atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon dan dinding dari semen. Jendela
terbuat dari kaca dan tidak bisa dibuka terletak di depan rumah dan di kamar tidur
mengakibatkan kurangnya sirkulasi udara sehingga kamar menjadi gelap, lembab,
dan pengap. Hanya terdapat 1 buah lampu tempat menonton tv, 1 buah lampu di
dalam kamar dan 1 buah di teras rumah. Di dapurdan sumur terdapat lampu yang
tidak begitu terang. Sumber air didapatkan dari air sumur. Air ini digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga seperti minum, makan, mandi dan mencuci. Limbah rumah
tangga cair di buang ke empang yang berjarak 4m dari rumah dan limbah padat di
buang di belakang rumah. Pada keluarga ini sampah dibuang di depan rumah,
ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian dibuang ke laut.
Keluarga tuan Muhlas memiliki kebiasaan mandi 2 kali sehari (pagi, sore).
Untuk mandi, mencuci pakaian, makan dan minum keluarga tn. Muhlas
22
menggunakan air sumur. Sampah rumah tangga dibuang didepan rumah dan setelah
menumpuk lalu dibuang ke laut. Keluarga tn. Muhlas tidak memiliki jamban sehingga
apabila mereka ingin buang air besar mereka akan pergi ke laut untuk BAB. Apabila
sakit keluarga ini pergi ke bidan terdekat denga rumah mereka.
Jumlah penghasilan tn.Muhlas per bulannya Rp 1.700.000. keluarga ini tidak
pernah menabung. Anak pertama pasangan tn. Muhlas dan ibu Dede adalah seorang
laki-laki, bernama Awal Alfiansyah. Ibu Dede memakai KB suntik 3 bulan sekali,
anaknya di imunisasi secara rutin di bidan rumahan.
Keluarga tuan muhlas memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali sehari.
Istrinya memasak makanan dengan menu seadanya, menu yang disajikan sehari-hari
adalah nasi, ikan asin, tahu goreng, serta sambal. Keluarga ini jarang memakan sayur
dan buah.
Tuan Muhlas dan istrinya mencuci tangan sebelum, setelah makan dan setelah
BAB tetapi tidak dari air yang mengalir dan tidak menggunakan sabun. Keduanya
jarang menggunakan alas kaki ketika keluar di sekitar lingkungan rumahnya, mereka
juga tidak suka mencuci kaki setelahnya. Sedangkan anak mereka memiliki kebiasaan
menghisap jempol dan suka memasukkan barang-barang yang ia lihat ke dalam
mulutnya sehingga setahun ini sudah 2 kali diare, frekuensi BAB sehari kurang lebih
10 kali disertai muntah.
23
Gambar 2.3. Denah rumah Tn. Muhlas
Dapur Sumur U
Gudang
Ruang menonton TV Kamar tidur
iii. Gambaran Keluarga Binaan Bapak Balok
Tabel 2.3. Data Dasar Keluarga Tn. Balok
Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidik
an
Pekerjaan Penghasilan
Tn. Balok Kepala
keluarga
Laki-laki 60 th SMP Nelayan Rp. 400.000
/ bulan
Ny. Anah Istri Perempuan 60 th - Ibu
rumah
-
24
jendela jendela
tangga
Ny. Irpah Anak
Kandung Tn.
Balok & Ny.
Anah
perempuan 25 th SD Ibu
rumah
tangga
-
Tn. Muhriji Suami dari
Ny.Irpah
Laki-laki 25 th SMP Buruh
Pabrik
Rp. 700.000
/ bulan
An. Jamal Anak
Kandung Tn.
Balok & Ny.
Anah
Laki-laki 18 th SD - -
An. Dimas Anak
Kandung
Tn.Muhriji &
Ny. Irpah
Laki-laki 10 th SD - -
An.
Melinda
Anak
Kandung
Tn.Muhriji &
Ny. Irpah
Perempuan 2 th Belum
sekolah
- -
25
Bapak Balok merupakan seorang nelayan yang berumur 60 tahun, beragama
islam dan bersuku Jawa, memiliki pekerjaan sebagai nelayan yang menikah dengan
ibu Anah yang sekarang berusia 60 tahun. Mereka tinggal bersama kedua anaknya
yang bernama ibu Irpah 25 tahun yang menikah dengan bapak Muhrji 25 tahun, dan
adik dari ibu Irpah yang bernama Jamal yang berusia 18 tahun. Daerah tempat tinggal
keluarga bapak balok bertempat tinggal di RT 02/RW 03 Kecamatan Teluk naga,
Kabupaten Tangerang, Desa Tanjung Pasir, Provinsi Banten. Rumah yang dihuni
oleh bapak balok dan keluarga nya merupakan rumah milik sendiri dengan luas
bangunan 4 x 10 m yang dihuni oleh 7 orang anggota keluarga. Rumah bapak balok
terdiri dari beberapa ruangan yaitu dua kamar tidur, satu ruang untuk menonton
televisi, satu dapur dan satu kamar mandi yang tidak terdapat jamban pribadi dan
terdapat saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Rumah bapak balok
berlantaikan semen dengan atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon dan dinding
dari semen. Ventilasi hanya ada 1 terletak di depan rumah dan tidak ada dibagian
kamar tidur dan mengakibatkan kurangnya sirkulasi udara sehingga kamar menjadi
gelap, lembab, dan pengap. Hanya terdapat 1 buah lampu di dalam rumah, 1 buah
lampu bohlam dengan watt kecil ditiap-tiap kamar dan 1 buah di teras rumah sehinga
penerangan kurang baik
Keluarga bapak balok memiliki kebiasaan mandi 2 kali sehari (pagi, sore).
Untuk mandi, mencuci pakaian keluarga ibu irpah menggunakan air sumur, dan untuk
makan dan minum keluarga menggunakan air dari PAM keliling yang dibeli satu
dirijen harganya Rp 1000. Sampah rumah tangga dibuang didepan rumah dan setelah
26
menumpuk lalu dibakar. Keluarga ibu irpah tidak memiliki jamban sehingga apabila
mereka ingin buang air besar mereka akan pergi ke laut untuk BAB.
Jumlah penghasilan keluarga ibu Irpah per bulannya kira-kira Rp 1.100.000
yang dihasilkan dari bapak balok senilai Rp. 400.000, dan menantunya bapak Muhriji
senilai Rp. 700.000. Pada keluarga ini tidak pernah menabung.
Anak pertama pasangan ibu Irpah dan bapak Muhriji adalah seorang laki-laki,
bernama Dimas, dan anak keduanya perempuan bernama Melinda. Kedua anaknya di
imunisasi secara rutin di posyandu. Anak bapak Muhriji memiliki kebiasaan jajan
sembarangan dan jarang mencuci kaki ketika keluar atau main dari luar.
Keluarga bapak balok memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali sehari.
Ibu Irpah anaknya yang memasak sehari-hari dengan makanan menu seadanya, menu
yang disajikan sehari-hari adalah nasi, ikan asin, tahu goreng, serta sambal. Keluarga
ini jarang memakan sayur , susu dan vitranin atau mineral lainnya.
Anak dari ibu Irpah punya kebiasaan sering jajan sembarangan diantaranya
membeli es yg ada didekat rumahnya yang menyebababkan anak nya sering mencret.
Anak nya pun sering keluar rumah tanpa menggunakan alas kaki. Hal ini disebabkan
orang tua serta rekan- rekannya pun jarang menggunakan alas kaki. Anak bapak
Muhriji memiliki kebiasaan jajan sembarangan dan jarang mencuci kaki ketika
keluar atau main dari luar. Sedangkan anak kedua dari pasangan bapak Muhriji dan
ibu Irah memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan dan memakai alas kaki, selain itu
anak nya sering menghisap jempol sehingga anak kedua nya sering mengalami
mencret, sehari kurang lebih 15 kali disertai muntah.
27
Pada keluarga Tn.Balok ini memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah,
selain itu mereka jarang berolahraga.
Gambar 1.1 Denah rumah Tn.Balok
U
Pintu
28
Ruang tv
Kamar 1
Kamar 2
dapur
sumur
jendela
C. Area Masalah
1. Area Masalah Tn. Mamad
Medis :
Diare berulang
Pertolongan persalinan dengan tenaga non-medis
Gatal-gatal pada telapak kaki.
Non Medis :
Perilaku kebiasaan mencuci tangan
Pengetahuan tentang rumah sehat
Perilaku membuang sampah di kali
Perilaku buang air besar dan buang air kecil di kali
Perilaku merokok di dalam rumah
Perilaku tidak memakai alas kaki jika keluar rumah
2. Area masalah Tn. Muhlas
Medis :
Diare berulang
ISPA
29
Sering terasa gatal pada kaki.
Non Medis :
Kurangnya pengetahuan tentang rumah sehat.
Perilaku membuang sampah sembarangan.
Kebiasaan mencuci tangan tidak pada air mengalir dan tidak
menggunakan sabun.
Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki jika keluar di sekitar
rumah.
Perilaku merokok dalam rumah.
3. Area masalah Tn.Balok
Medis :
Diare berulang.
ISPA.
Kedua kaki sering terasa gatal.
Non medis :
Perilaku mengenai kebiasaan mencuci tangan dan kaki dengan
air mengalir dan menggunakan sabun
30
Pengetahuan tentang rumah sehat.
Perilaku membuang sampah di kali.
Perilaku buang air besar dan buang air kecil di kali.
Perilaku merokok di dalam rumah.
Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki saat keluar rumah
Penentuan Area Masalah
Terdapat 2 metode yang dapat digunakan untuk menentukan area masalah
yaitu metode delbeq dan metode delphi . Metode delbeq adalah penetapan prioritas
masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama
keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan
pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk
mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah
prioritas.
Metode delphi adalah suatu metode dimana dalam proses pengambilan
keputusan melibatkan beberapa pakar. Adapun para pakar tersebut tidak
dipertemukan secara langsung (tatap muka), dan identitas dari masing-masing pakar
disembunyikan sehingga setiap pakar tidak mengetahui identitas pakar yang lain.
Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dominasi pakar lain dan dapat
meminimalkan pendapat yang bias.
31
Dalam penelitian ini kelompok kami menentukan area masalah dengan
menggunakan metode delphi. Kami melibatkan seluruh anggota kelompok, dokter
puskesmas setempat, dan keluarga binaan untuk menentukan area masalah.
Dalam pengambilan sebuah masalah kami menggunakan metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu
kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan
diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai degan identifikasi masalah
yang akan dicari penyelesaiannya (Harold dkk, 1975 : 40-55).
Berikut ini merupakan proses Metode Delphi :
Gambar 4.1. Proses Metode Delphi
Setelah kami melakukan wawancara dan observasi ketiga rumah keluarga
binaan di Desa Tanjung pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten, disimpulkan berbgai macam permasalahan yang terdapat pada keluarga
binaan tersebut, yaitu :32
1. Perilaku mengenai cara mencuci tangan yang baik dengan air mengalir
dan sabun.
2. Pengetahuan tentang rumah dan sehat
3. Perilaku merokok di dalam rumah
4. Perilaku membuang sampah dan buang air di kali
5. Perilaku tentang pentingnya menggunakan alas kaki saat keluar rumah.
6. Perilaku buang air besar dan kecil pada jamban yang sehat.
Dari beberapa masalah yang didapatkan pada ketiga keluarga binaan, kami
memutuskan untuk membahas “PERILAKU MENCUCI TANGAN SERTA KAKI
DENGAN AIR DAN SABUN DI KAMPUNG GAGA SUKAMANAH RT 06 RW
03 DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2013” Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan
atas berbagai pertimbangan, yaitu :
1. Sebagian besar anggota keluarga binaan memiliki kebiasaan yang buruk
dalam menjaga kebersihan tangan dan kaki, diantaranya kebersihan tersebut;
tidak memakai alas kaki, tidak mencuci tangan selepas bermain maupun
buang air, kebiasaan menghisap ibu jari, kebiasaan memasukan barang ke
dalam mulut, dan sebagainya.
33
2. Berdasarkan hasil yang didapat di lapangan, tingkat pendidikan dan
pengetahuan pada ketiga keluarga binaan tegolong baik, tetapi penerapannya
oleh setiap anggota keluarga belum dilaksanakan.
3. Tidak efektifnya penyuluhan yang diselenggarakan akibat lokasi yang jauh
dan ketertarikan masyarakat yang rendah, turut andil dalam rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan kaki dan
tangan.
4. Dari survey yang dilakukan pada kelima keluarga binaan didapatkan adanya
persepsi bahwa kebiasaan tidak memakai alas kaki dan tidak cuci tangan
setelah bermain maupun setelah buang air adalah suatu hal yang lumrah.
5. Rendahnya presentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat
menurut kecamatan dan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012 (data puskesmas
terlampir).
Diagram 1.3 Jumlah rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di
Desa Tanjung Pasir Agustus 2012
(sumber : buku laporan tahunan puskesmas tanjung pasir tahun 2012)
34
BAB II
KEPUSTAKAAN
2.1 TEORI PERILAKU
2.1.1 DEFINISI PERILAKU
1. Definisi
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F.
Polhaupessy,Psi menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari
luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk
aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan
pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku.Cerita ini dari satu segi. Jika
seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang
berperilaku. Ia sedang membaca.Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal,
sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
2. Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (cover). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi
belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
35
dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
3. Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus
(rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun
bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – faktor yang membedakan
respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given
atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik,
dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang
mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2008).
4. Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni.
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
setimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
36
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). (Notoatmodjo,
2010).
5. Perilaku Sehat
Menurut Becker, konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari
konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan
menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap
terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health practice).Hal ini
berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang
menjadi unit analisis penelitian.Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan
menjadi tiga dimensi:
1. Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang
diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti
pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang
terkait. dan atau memengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan
kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
2. Sikap terhadap kesehatan Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau
penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
37
kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap
terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
3. Praktek kesehatan Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan
atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan
terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor
yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.(Notoatmodjo,
2005)
2.1.2 HUBUNGAN PERILAKU DENGAN PENGETAHUAN
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan.Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri.Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan.Blum (1986) menyatakan ada empat faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia, yaitu genetik (herditas),
lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku (Notoatmodjo, 2008).
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2008), ada tiga faktor
yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut:
38
1. Faktor yang mempermudah (predisposing factor), antara lain pengetahuan,
sikap, kepercayaan,norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri
individu maupun masyarakat.
2. Faktor pendukung (enabling factor), antara lain umur, status sosial ekonomi,
pendidikan, dan sumber daya manusia.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor), yaitu faktor yang memperkuat
perubahan perilaku seseorang dikarenakan adanya sikap suami/istri, orang tua,
tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan.
2.1.3 PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN DAN KAKI
A. Pentingnya menjaga kebersihan tangan yang baik dan benar
Menurut Pusat-pusat Pencegahan dan Kendali Penyakit ( Centers for Disease
Control / CDC), cuci tangan adalah tindakan paling utama dan menjadi satu-satunya
cara mencegah serangan dari penyakit. Cuci tangan adalah murah, mudah, dan untuk
mencegah penyakit. Pencegahan penyakit yang paling penting dari itu semua. (Journal
of Environmental Health,2006).
Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan perilaku yang
biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya. Rendahnya perilaku cuci
tangan pakai sabun dan tingginya tingkat efektifitas perilaku cuci tangan pakai sabun
dalam mencegah penularan penyakit, maka sangat penting adanya upaya promosi
kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut. Dengan demikian dapat
dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan, antara lain karena berbagai alasan sbb :
39
1. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan
ratusan ribu anak meninggal setiap tahunya.
2. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup
3. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang
paling “cost-effective” jika dibanding dengan hasil yang diperolehnya.
B. Tujuan
Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk menghalangi
transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara efektif.(Curtis,
2003).Kebersihan tangan yang tidak memenuhi syarat juga berkontribusi
menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti Salmonella dan infeksi E.coli.
Mencuci tangan dalam upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
sangatlah penting dan mudah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan
indonesia sehat 2010. (Iswara, 2007). Mencuci tangan menjadi penting jika ditinjau
dari :
1. Kulit tangan banyak kontak dengan berbagai aktivitas, benda dan lingkungan.
2. Kuman dapat terdapat di kulit jari, sela kuku, kulit telapak tangan.
3. Kontak mulut dan tangan saat makan / minum.
4. Dapat menimbulkan penyakit saluran cerna.
Dari aspek kesehatan masyarakat, khususnya pola penyebaran penyakit
menular, cukup banyak penyakit yang dapat dicegah melalui kebiasan atau perilaku
higienes dengan cuci tangan pakai sabun (CTPS), seperti misal penyakit diare, typhus
40
perut, kecacingan, flu burung, dan bahkan flu babi yang kini cukup menghebohkan
dunia. Seperti halnya perilaku buang air besar sembarangan, perilaku cuci tangan,
terlebih cuci tangan pakai sabun merupakan masih merupakan sasaran penting dalam
promosi kesehatan, khususnya terkait perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini
disebabkan perilaku tersebut masih sangat rendah, dimana baru 12% masyarakat yang
cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar, hanya 9% ibu-ibu yang mencuci
tangan pakai sabun setelah membersihkan tinja bayi dan balita, hanya sekitar 7%
masyarakat yang cuci tangan pakai sabun sebelum memberi makan kepada bayi, baru
14% masyarakat cuci tangan pakai sabun sebelum makan. Dengan perilaku cuci
tangan yang benar, yaitu pakai sabun dan menggunakan air bersih yang mengalir
akan dapat menurunkan kejadian diare sampai 45%. Waktu-waktu yang diharuskan
untuk mencuci tangan :
1. Ada 5 waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus di perhatikan, yaitu :
1. Sebelum makan
2. Sebelum menyiapkan makanan
3. Setelah buang air besar
4. Setelah menceboki bayi/anak
5. Setelah memegang unggas/hewan
2. Selain 5 waktu kritis tersebut, ada beberapa waktu lain yang juga penting dan
harus dilakukan cuci tangan, yaitu:
1. Sebelum menyusui bayi
41
2. Setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung
3. Setelah membersihkan sampah
4. Setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak)
3. Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah
beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai
sabun :
1. Sebelum dan setelah makan
2. Setelah ganti pembalut.
3. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah
memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan.
4. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
5. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
6. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
7. Sebelum dan sesudah memegang orang sakit atau memegang orang yang
terluka
8. Setelah menangani sampah
9. Sebelum memasang dan melepas lensa kontak
10. Setelah menggunakan fasilitas umum (misal : toilet, wartel, warnet, dll.)
11. Pulang berpergian dan setelah bermain
12. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
42
4. Manfaat mencuci tangan yang baik dan benar :
1. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
2. Mencegah penularan penyakit, seperti disentr, flu burung, flu babi, typhus, dll
3. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman
5. Cara mencuci tangan yang baik dan benar :
1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun seperlunya
2. Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung
tangan
3. Bersihkan tangan pakai lap bersih.
C. Menjaga kebersihan kuku pada tangan dan kaki
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk yang menebal.
Bagian kuku terdiri dari:
1 Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru
2 Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi
bagian pinggir dan atas
3 Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku
4 Alur kuku (nail grove): merupakan celah antar dinding dan dasar kuku
5 Akar kuku (nail root): merupakan bagian proksimal kuku
6 Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi
dinding kuku
43
7 Lunula: merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar
kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit
8 Eponikium (kutikula): merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit arinya
menutupi bagian permukaan lempeng kuku
9 Hiponikium: merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free
edge) menebal
Gambar 2.1 Anatomi kuku
Fungsi kuku
Kuku mempunyai 2 fungsi utama. Fungsi pertama yang diketahui secara
umum ialah sebagai pelindung dari ujung jari. Fungsi keduanya yang juga sangat
penting adalah memberi sensitifitas daya sentuh . Pada ujung jari terdapat banyak
reseptor yang berfungsi untuk menghantarkan rangsang sentuh saat kita menyentuh
44
suatu objek sehingga kita dapat merasakan bersentuhan dengan objek yang kita
sentuh.
Pertumbuhan kuku
Kecepatan pertumbuhan kuku rata- rata 1 mm / minggu. Pembaruan total kuku
jari tangan : 170 hari dan kuku kaki: 12- 18 bulan.
Cara membersihkan kuku
Kuku yang panjang dan tajam, bisa menggores wajah anak-anak. Kuku yang
panjang juga mudah kotor, dan menjadi sarana masuknya kuman penyakit. Apalgi
anak-anak suka memasukkan jemari ke mulutnya. Gunting kuku di lakukan baik nya
seminggu sekali. Karena jemarinya masih sangat kecil dan begitu lunak, hati-hatilah
dalam menggunting kuku balita, jangan sampai terluka dan berdarah.
Langkah menggunting kuku yang benar adalah :
Buka jemarinya dan letakkan ibu jari anda di luar telapak tangan balita, sementara jari
anda yang lain masuk ke telapak tangannya. Bersihkan kotoran di balik kukunya
dengan kapas dicelup air hangat. Kemudian gunting kuku satu persatu dan dengan
hati – hati.
Gunting kuku setelah mandi dan Anak sudah terlelap tidur, sebab setelah
mandi kukunya jadi agak lunak dan kalau dalam keadan tidur tentunya
mempermudah proses pemotongan.Jangan terlalu sering memotong kuku anak karena
kulit di sekira kuku bisa rusak.
45
Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :
1. Pemikiran dan perasaan
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan,
sikap dan lain-lain.
2. Orang penting sebagai referensi
Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan
dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap
kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya
Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga
kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat positif maupun negatif.
4. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di
dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut
kebudayaan.
46
Kerangka teori
47
Pemikiran dan perasaan Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai-nilai
Pemikiran dan perasaan Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai-nilai
Orang penting sebagai referensi Orang tua
Lingkungan
Orang penting sebagai referensi Orang tua
Lingkungan
Sumber-sumber daya Waktu
Transportasi
Biaya
Tenaga kesehatan
Sumber-sumber daya Waktu
Transportasi
Biaya
Tenaga kesehatan
Kebudayaan Kebiasaan
nilai-nilai
Kebudayaan Kebiasaan
nilai-nilai
PERILAKUPERILAKU
(kerangka konsep)
48
Definisi operasional
No VariabelDefinisi
OperasionalAlat Ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
1.
Perilaku
mencuci
tangan dan
kaki dengan
air mengalir
dan sabun
tindakan
membersihka
n tangan dan
kaki dengan
menggunaka
n air dan
sabun oleh
anggota
keluarga
binaan
Kuesioner Wawancara
Skor 2-4:
perilaku
mendukung
Skor <2:
perilaku
tidak
mendukung
Ordinal
2. Kebiasaan
menjaga
kebersihan
tangan dan
kaki.
Kebiasaan
anggota
keluarga
binaan untuk
menjaga
kebersihan
tangan dan
Kuesioner Wawancara Skor 4-7:
kebiasaan
baik
Skor 1-3:
kebiasaan
kurang baik
Ordinal
49
kaki dengan
cara mencuci
tangan
dengan air
mengalir dan
sabun serta
memakai alas
kaki.
3.
Pengetahuan
menjaga
kebersihan
tangan dan
kaki.
Pengetahuan
anggota
keluarga
binaan
tentang cara
menjaga
kebersihan
tangan dan
kaki dan
akibatnya.
Kuesioner Wawancara
Skor 4-9:
pengetahua
n baik
Skor 1-3:
pengetahua
n kurang
baik.
Ordinal
4. Petugas
Kesehatan
Peran petugas
kesehatan
dalam
mengedukasi
Kuesioner Wawancara Skor ≥2:
petugas
kesehatan
mendukung
Ordinal
50
masyarakat
tentang
pentingnya
menjaga
kebersihan
tangan dan
kaki.
Skor <2:
petugas
kesehatan
tidak
mendukung
5. Keyakinan Sikap yang
diyakini oleh
keluarga
binaan
tentang
bagaimana
cara
mencegah
penyakit
yang bisa
diderita jika
tidak
menjaga
kebersihan
tangan dan
Kuesioner Wawancara Skor 1:
keyakinan
mendukung
Skor 0:
keyakinan
tidak
mendukung
Ordinal
51
kaki.
6. Pendidikan
Tingkat
pendidikan
yang sudah
ditamatkan
oleh anggota
keluarga
binaan.
Kuesioner Wawancara
Skor 2-4 :
pendidikan
baik
Skor <2
Pendidikan
kurang
Ordinal
7. Orang tua
Peran orang
tua dalam
mengedukasi
anak-anak
dan anggota
keluarga lain
untuk
menjaga
kebersihan
tangan dan
kaki.
Kuesioner Wawancara
Skor 2-4 :
peran orang
tua
mendukung
Skor <2 :
Peran orang
tua tidak
mendukung
Ordinal
8. PendapatanPendapatan
atau
Kuesioner WawancaraSkor 3-6 :
ekonomi
Ordinal
52
penghasilan
yang diterima
oleh anggota
keluarga
binaan dalam
sebulan.
Pendapatan
baik jika
sama dengan
atau lebih
besar dari
UMR (Rp.
1.200.000)
dan kurang
jika kurang
dari UMR
baik
Skor <3 :
ekonomi
kurang baik
9. Lingkungan
Keadaan
lingkungan di
sekitar lokasi
rumah
keluarga
binaan.
Kuesioner Wawancara
Skor 2-5 :
lingkungan
baik
Skor <2 :
lingkungan
kurang baik
Ordinal
53
BAB III
METODE PENELITIAN
54
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah
langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara
objektif dan rasional.
3.1. Populasi pengumpulan data
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial perlu
dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah
keseluruhan objek pengumpulan data. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah
warga di RT 02/RW 03 Kecamatan Teluk naga, Kabupaten Tangerang, Desa Tanjung
Pasir, Provinsi Banten
3.2. Sampel pengumpulan data
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang
menjadi sampel adalah kepala keluarga atau istri dari keluarga binaan di RT 02/03,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi
Banten, yang terdiri dari 8 orang.
3.3. Sumber data
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota warga binaan
di Desa Tanjung Pasir, Teluk Naga melalui wawancara terpimpin dan observasi.
b. Data sekunder55
Data yang didapat dari data laporan tahunan di Puskesmas Tegal Angus, berupa
data angka sepuluh penyakit terbesar bulan januari 2013, presentase rumah tangga
berprilaku hidup bersih dan sehat. Aksesibilitas air bersih.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan
sebagainya. Dalam penelitian ini dipilih metode wawancara.
Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan
data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya
kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif (75%) karena berasal dari
sumber data (responden) secara langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-
tujuan, perasaan, pendapat dari responden secara langsung sehingga secara tercipta
hubungan yang baik antara pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan
untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien dalam
penggunaan waktu untuk mengumpulkan data.
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu tiga
keluarga binaan di RT 02/03 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
3.4 . Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
56
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan
sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat yaitu kuesioner dengan teknik
wawancara terpimpin, dan observasi.
Pengumpulan data dilakukan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kebupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama tujuh hari, mulai dari
14 Mei 2013 sampai dengan 24 Mei 2013 dengan menggunakan kuesioner sebagai
instrumen dengan teknik wawancara terpimpin kepada responden. Wawancara
dengan kuesioner dilakukan terhadap ketiga keluarga binaan ini diambil delapan
anggota keluarga sebagai responden untuk menjawab kuesioner.
Tabel 3.1. Pengumpulan Data di desa Tanjung Pasir Tanggal 14 Mei -24 Mei
2013
No. Tanggal Kegiatan
1. Selasa, 14 Mei 2013 Perkenalan dan sambung rasa dengan
sebagian anggota keluarga binaan (keluarga
Tn.Mamad, Tn.Muhlas, Tn.Balok)
2. Rabu, 15 Mei 2013 Perkenalan dan sambung rasa dengan seluruh
anggota keluarga binaan sekaligus
57
Pengumpulan data dari masing-masing
keluarga binaan
3. Kamis, 16 Mei 2013 Pengumpulan data dari masing-masing
keluarga binaan sekaligus Dokumentasi
rumah keluarga binaan dan lingkungan
sekitar
4. Jumat, 17 Mei 2013 Penentuan area masalah dengan dr. Dwi
Yanto dan dokumentasi rumah keluarga
binaan dan lingkungan sekitar
5. Sabtu, 18 Mei 2013 Penentuan dan pembuatan instrumen
pengumpul data.
6. Senin, 20 Mei 2013 Dokumentasi rumah keluarga binaan dan
lingkungan sekitar
7. Selasa, 21 April 2013 Wawancara terpimpin menggunakan
Kuesioner kepada masing-masing responden
dari keluarga binaan
8. Rabu, 22 April 2013 Pengolahan hasil kuesioner dari masing-
masing keluarga binaan
9. Kamis, 23 April 2013 Menganalisis data yang telah didapat dari
58
keluarga binaan
10. Jumat, 24 April 2013 Menyusun intervensi pemecahan masalah
11. Kamis, 30 April 2013 Melakukan penyuluhan ke keluarga Binaan
tentang imunisasi menggunakan poster,
leaflet dan video.
3.5. Pengolahan Data dan Analisis Data
Untuk pengolahan data tentang “Perilaku mencuci tangan serta kaki dengan
air mengalir dan sabun RT/RW 02/03 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Periode 6 Mei – 8 Juni 2013” menggunakan
analisis univariat.
Analisis Univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis tiap
variabel yang ada secara deskriptif. Anlisis ini dilakukan terhadap masing-masing
variabel yang akan diteliti. Tujuan analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Analisis
univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian
rupa sehingga kumpulan data tersebut menjadi informasi yang berguna.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah
1. Perilaku mencuci tangan dan kaki dengan air mengalir dan sabun cara
menjaga kebersihan kaki dan tangan yang tidak benar.
59
2. Kebiasaan menjaga kebersihan tangan dan kaki.
3. Pengetahuan menjaga kebersihan tangan dan kaki
4. Peranan petugas kesehatan dalam mengedukasi masyarakat tentang
pentingnya menjaga kebersihan tangan dan kaki.
5. Keyakinan keluarga binaan tentang bagaimana cara mencegah penyakit yang
bisa diderita jika tidak menjaga kebersihan tangan dan kaki.
6. Tingkat pendidikan yang sudah ditamatkan oleh anggota keluarga binaan
7. Peran orang tua dalam mengedukasi anak-anak dan anggota keluarga lain
untuk menjaga kebersihan tangan dan kaki.
8. Pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh anggota keluarga binaan
dalam sebulan. Pendapatan baik jika sama dengan atau lebih besar dari UMR
(Rp. 1.200.000) dan kurang jika kurang dari UMR
9. Keadaan lingkungan di sekitar lokasi rumah keluarga binaan.
BAB IV
HASIL
60
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari
karakteristik responden yang terdiri dari tiga keluarga binaan di Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Diagram 4.1 distribusi frekuensi kelamin pada tiga keluarga binaan, didapatkan
jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan.
61
Diagram 4.2 distribusi frekuensi umur pada tiga keluarga binaan, didapatkan
usia terbanyak pada ketiga keluarga binaan yaitu 17-45 tahun.
Diagram 4.3 distribusi frekuensi pekerjaan pada tiga keluarga binaan,
didapatkan pekerjaan terbanyak pada ketiga keluarga binaan, yaitu ibu rumah
tangga
62
20
30
10
40
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Nelayan Buruh Pabrik Pedagang Ibu Rumah Tangga
Persentase
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel
dalam kuesioner yang dijawab delapan responden pada bulan Mei 2013.
Tabel 4.1 Distribusi responden mengenai aspek terhadap perilaku mencuci
tangan dan kaki dengan air mengalir dan sabun di Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2013
NO
Perilaku mencuci
Tangan dan Kaki
dengan air mengalir
dan sabun
Jumlah Reponden Persentase (%)
1 Baik 0 0
2 Buruk 8 100
3 Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan sebagian besar responden memiliki Perilaku
mencuci tangan dan kaki tidak dengan air mengalir dan sabun (100%).
63
Tabel 4.2 Distribusi responden mengenai kebiasaan menjaga kebersihan tangan
dan kaki di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten Mei 2013
NO
Kebiasaan menjaga
kebersihan tangan dan
kaki
Jumlah Reponden Persentase (%)
1 Baik 1 12.5
2 Sedang 2 25
3 Buruk 5 62.5
4 Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan sebagian besar responden memiliki
Kebiasaan menjaga kebersihan tangan dan kaki yang buruk (62.5%) .
64
Tabel 4.3 Distribusi responden mengenai aspek pengetahuan menjaga
kebersihan tangan dan kaki Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2013
No
Pengetahuan menjaga
kebersihan tangan
dan kaki
Jumlah Reponden Persentase (%)
1 Baik 5 62.5
2 Buruk 3 37.5
3 Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan sebagian besar responden memiliki
Pengetahuan menjaga kebersihan tangan dan kaki yang baik (62.5%).
65
Tabel 4.4 Distribusi responden terhadap aspek pendidikan di Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei
2013
NO Pendidikan Jumlah Responden %
1 Tinggi 1 12.5
2 Sedang 2 25
3 Rendah 5 62.5
4 Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat
pendidikan yang rendah (62.5 %).
66
Tabel 4.5 Distribusi responden terhadap aspek peran petugas kesehatan dalam
mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan tangan dan
kaki. Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Mei 2013
NO
Peran petugas
kesehatan dalam
mengedukasi
masyarakat
Jumlah
RespondenPersentase (%)
1 Ada 8 100
2 Tidak ada 0 0
3 Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.5 terdapat/ ada peran petugas kesehatan dalam
mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan tangan dan kaki
(100%).
67
Tabel 4.6 Distribusi responden terhadap aspek tingkat pendapatan di
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Mei 2013
NO Pendapatan Jumlah Responden %
1 Tinggi 5 62.5
2 Sedang 3 37.5
3 Rendah 0 0
4 Total 8 100
68
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat
pendapatan yang tinggi berdasarkan UMR (62.5%).
Tabel 4.7 Distribusi responden terhadap aspek mengenai keyakinan menjaga
kebersihan tangan dan kaki di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2013
NO Keyakinan Jumlah Reponden Persentase (%)
1 Baik 8 100
2 Tidak Baik 0 0
3 Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan seluruh responden (100%) keyakinan yang
baik dalam hal menjaga kebersihan tangan dan kaki.
69
Tabel 4.8 Distribusi responden terhadap aspek lingkungan yang mempengaruhi
kebersihan tangan dan kaki di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2013
No Lingkungan Jumlah Reponden Persentase (%)
1 Baik 0 0
2 Tidak Baik 8 100
3 Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan seluruh responden (100%) memiliki
lingkungan yang tidak baik yang dapat mempengaruhi kebersihan tangan dan kaki.
Tabel 4.9 Distribusi responden terhadap aspek peran orang tua yang mempengaruhi
kebersihan tangan dan kaki di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Mei 2013
No Peran Orang Tua Jumlah Reponden Persentase (%)
1 Baik 3 37.5
2 Tidak Baik 5 62.5
3 Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.9 pada responden didapatkan peran orang tua tidak baik
(62.5%) dalam mengajarkan kebiasaan menjaga kebersihan tangan dan kaki.
70
Tabel 4.10 Hasil analisis univariat sembilaan variabel Perilaku Mencuci Tangan
dan Kaki Pada Keluarga Binaan terhadap sembilan responden di Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang,Provinsi Banten. Periode
Mei 2013
No. Variabel Hasil Ukur Jumlah
(orang)
Perse
ntase
1 Perilaku mencuci
Tangan dan Kaki
dengan air
mengalir dan sabun
Baik
Buruk
0
8
0
100%
2 Kebiasaan menjaga
kebersihan tangan
dan kaki
Kebiasaan baik
Kebiasaan sedang
Kebiasaan buruk
1
2
5
12.5%
25%
62.5%
3 Pengetahuan
menjaga kebersihan
tangan dan kaki
Baik
Buruk
5
3
62.5%
37.5%
4 Pendidikan Tinggi
Sedang
Rendah
1
2
5
12.5%
25%
62.5%
No. Variabel Hasil Ukur Jumlah Perse
71
(orang) ntase
5 Peran petugas
kesehatan
Adaa
Tidak ada
8
0
100%
0%
6 Pendapatan Tinggi
Sedang
Rendah
5
3
0
62.5%
37.5%
0%
7 Keyakinan Baik
Tidak Baik
8
0
100%
0%
8 Lingkungan Baik
Tidak baik
0
8
0%
100%
9 Peran Orang Tua Baik
Tidak Baik
3
5
37.5%
62.5%
4.3 Rencana dan Intervensi Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisa data hasil penelitian, untuk menentukan rencana
intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan
72
diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar -
akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan
masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone
dapat dilihat sebagai berikut :
73
74
Akar
Penyebab
Masalah
Alternatif
Pemecahan
Masalah
Rencana
Intervensi
1 Kebiasaan
yang telah
berlangsung
lama
Merubah
kebiasaan dalam
menjaga
kebersihan
tangan dan kaki
- Memberikan
penyuluhan
mengenai
menjaga
kebersihan tangan
dan kaki yang
baik dan benar
2 Ketidaktahuan
masyarakat
dalam
menjaga
kesehatan
tangan dan
kaki
Memberi tahu
masyarakat
dalam menjaga
kesehatan
tangan dan kaki
yang baik dan
benar
-Memberikan
penyuluhan
mengenai cara
mencuci tangan
serta kaki yang
baik dan benar
dengan media
poster
- Memberikan
sosialisasi tentang
pengetahuan
hidup bersih dan
sehat
3 Kurangnya
peran dari
petugas
kesehatan
Memaksimalkan
peran petugas
kesehatan
-Mengusulkan
kepada petugas
kesehatan untuk
lebih sering
mengadakan
75
penyeluhan
tentang hidup
bersih dan sehat
4 Keyakinan
yang kurang
mengenai
pencegahan
penyakit
Meyakinkan
masyarakat
mengenai
pentingnya
kebersihan
tangan dan kaki
untuk mencegah
penyakit
-Melakukan
penyuluhan
menggunakan
poster tentang
manfaat dan
pentingnya
kebersihan tangan
dan kaki untuk
mencegah
penyakit
5 Lingkungan
sekitar
mendukung
penyebaran
penyakit
Menciptakan
lingkungan
yang
mendukung
untuk hidup
bersih dan sehat
-
Mensosialisasikan
masyarakat untuk
menjaga
kesehatan
lingkungan dan
menanam
tumbuh-
tumbuhan hijau
6 Pendapatan
yang kurang
dalam
masyarakat
Memaksimalkan
pendapatan
masyarakat
untuk
-Membagikan
sabun antiseptic
pada masyarakat
-Membagikan
76
kebutuhan
primer
alas kaki pada
masyarakat.
7 Orang tua
tidak
mengajarkan
anak-anaknya
tentang
kebersihan
tangan dan
kaki
Mengedukasi
para orang tua
agar
mengajarkan
anak-anaknya
tentang
kebersihan
tangan dan kaki
-Memberikan
pengarahan
kepada setiap
orang tua agar
dapat
mengajarkan
anak-anaknya
tentang
kebersihan tangan
dan kaki
8 Rendahnya
tingkat
pendidikan di
masyarakat
Memberikan
sosialisasi
tentang
pentingnya
pendidikan
Memberikan
penyuluhan
tentang wajib
belajar Sembilan
tahun
77
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis dari data kuesioner, didapatkan adanya perilaku buruk
dari yang telah menjadi kebiasaan sekitar masalah kebersihan kaki dan tangan. Dari
hasil fish bone didapatkan berbagai macam penyebab kurangnya perilaku mengenai
kebersihan kaki dan tangan, antara lain:
1. Buruknya kebiasaan keluarga binaan dalam menjaga kebersihan kaki dan
tangan sehingga perilaku mereka terhadap menjaga kebersihan kaki dan
tangan menjadi kurang.
2. Rendahnya tingkat pendidikan yang dapat mempengaruhi tingkat
pemahaman seseorang terhadap pengetahuan pentingnya menjaga
kebersihan kaki dan tangan.
3. Rendahnya status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga binaan sehingga
mereka sulit dalam menentukan prioritas terutama pada peralatan yang
mendukung terlaksananya kebersihan.
4. Kurangnya pemanfaatan sarana informasi media massa mengakibatkan
terbatasnya pengetahuan tentang tata cara menjaga kebersihan kaki dan
tangan yang benar.
5. Persepsi masyarakat yang salah mengenai cara dan manfaat dari perilaku
menjaga kebersihan kaki dan tangan.
78
Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan adalah:
1. Penyuluhan menggunakan media poster, dilakukan dengan target warga
Tanjung Pasir terutama anak-anak dengan tema “Cara Mencuci Tangan
yang Baik dan Benar dengan Menggunakan Air Bersih yang Mengalir dan
Sabun”.
2. Pembagian sabun cuci tangan kepada keluarga binaan.
3. Pembagian sandal jepit kepada keluarga binaan
4. Memberikan sosialisasi tentang pengetahuan hidup bersih dan sehat
5. Memberikan pengertian pentingnya serta hal-hal yang dapat dicegah
dengan menjaga kebersihan tangan dan kaki.
5.2 Saran
1. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau para orang tua
untuk mendukung program mencanangkan kebersihan tangan dan kaki
pada anak.
2. Menyadarkan dan mengarahkan tentang mana tradisi yang benar dan
mana tradisi yang salah di pandang dari segi kesehatan.
3. Mensosialisasikan untuk datang ke pusat pelayanan kesehatan terdekat
4. Diharapkan kepada keluarga binaan untuk dapat menerapkan dan
mengajak masyarakat sekitarnya mengenai hasil dari penyuluhan yang
telah didapat dan mengajarkannya kepada seluruh anggota keluarga.
79
5. Meningkatkan kerjasama dengan dokter muda ataupun kader-kader untuk
meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya menjaga kebersihan kaki
dan tangan.
6. Meningkatkan pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan
penyuluhan tentang manfaat dan tata cara menjaga kebersihan kaki dan
tangan yang benar.
7. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat di Desa Tanjung Pasir.
Diharapkan dengan pendekatan ke tokoh masyarakat, program
peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan perilaku menjaga
kebersihan kaki dan tangan yang baik dan benar.
8. Mengarahkan warga untuk membersihkan lingkungan sekitar.
9. Penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai agar keluarga binaan dapat
menyediakan alat-alat kebersihan yang layak.
10. Mengenalkan program kejar paket pendidikan.
11. Meminta bantuan biaya pendidikan kepada dinas pendidikan terkait.
80
DAFTAR PUSTAKA
Amrul Munif,M. 2010. Metodelogi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta : Penerbit
Sagung Seto
Azwar, Azrul. 1999. Pengantar epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa aksara
Dewi, Kurnia. 2010. Tinjauan teori pengetahuan. Diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdl-kurniadewi-5574-3-
babii.pdf di unduh tanggal 20 Maret 2013
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22315/4/Chapter%20II.pdf di unduh
tanggal 20 Maret 2013
Jakaria,Y. 2009. Uji Coba Model (validasi). Jakarta : Pusat Penelitian Kebijakan dan
Inovasi Pendidikan, Badan Litbang, Depdiknas
Navel. 2012. Pengetahuan, pengetahuan ilmiah, penelitian ilmiah dan jenis penelitian.
Diakses dari http://navelmangelep.wordpress.com/2012/02/21/pengetahuan-
pengetahuan-ilmiah-penelitian-ilmiah-dan-jenis-penelitian/ di unduh tanggal
15 Maret 2013
Ningrum,2012.MetodeDelphi.http://dimasarioarumbinang.blogspot.com/2010/06/
metode-delphi.html diunduh tanggal 21 Maret 2013
Notoadtmojo (2007). Prosedur Pembentukkan Perilaku manusia. Jakarta.
Nyoman, Dewa Wirawan. 2005. Handout 1 Epidemiologi Dasar. Denpasar : Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Pemerintah Kabupaten Tangerang Dinas Kesehatan. 2012. Profil Puskesmas Tegal
Angus Tahun 2012. Tangerang: Dinas Kesehatan Tangerang.
81
LAMPIRAN
KOESIONER
PERILAKU MENCUCI TANGAN SERTA KAKI DENGAN AIR MENGALIR
DAN SABUN DI DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2013
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
NO Jenis Pertanyaan Pertanyaan
1. Perilaku Bagaimana kebiasaan keluara anda dalam menjaga
kebersihan kaki saat keluar rumah ?
a. Menggunakan alas kaki
b. Tidak menggunakan alas kaki
2. Perilaku Apakah yang anda lakukan jika kuku tangan dan kaki
panjang dan kotor ?
a. Memoton kuku dan membersihkannya
82
b. Mendiamkan saja
3. Perilaku Apakah keluarga anda selalu membersihkan kaki
sehabis bermain diluar ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak sama sekali
4. Kebiasaan Bagaimana kebiasa keluarga anda dalam mencuci
tangan sebelum makan, setelah bermain, setelah BAB?
a. Menggunakan air mengalir dan sabun
b. Air kobokan
c. Tidak sama sekali
5 Kebiasaan Apakah keluarga ibu memiliki kebiasaan
membersihkan sela-sela kuku setiap mencuci tangan?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
83
6. Kebiasaan Apakah keluarga ibu selalu mencuci tangan dan kaki
sebelum tidur ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak
7. Kebiasaan Apakah di keluarga anda ada yang memiliki kebiasaan
menggigit kuku, menghisap jari, memasukan benda-
benda ke dalam mulut ?
a. Iya
b. Tidak ada
8 Pengetahuan Apakah anak anda pernah mendapatkan penyuluhan
tentang kebersihan tangan dan kaki disekolahnya ?
(untuk anaknya yang sudah bersekolah)
a. Iya
b. Tidak
9. Pengetahuan Menurut anda berapa lama mencuci tanan dengan
sabun yang baik dan benar ?
a. 60 detik
b. 20 detik
c. Tidak tahu
10. Pengetahuan Bagaimana cara menjaga kebersihan tangan sebelum 84
makan yang baik dan benar ?
a. Mencuci tangan sebelum makan dengan sabun
dan air mengalir
b. Mencuci tangan sebelum makan dengan air
kobokan
c. Tidak mencuci tangan sebelum makan
11. Pengetahuan Ada berapa langkah cara mencuci tangan yang baik
dan benar yang anda ketahui ?
a. 7
b. 2
c. Tidak tahu
12. Pengetahuan Menurut anda, jenis sabun apa yang baik untuk
mencuci tangan dan kaki ?
a. Sabun antiseptic
b. Sabun cuci piring
c. Tidak tahu
13 Petugas kesehatan Apakah puskesmas ditempat anda memberikan
penyuluhan tentang kebersihan tangan dan kaki ?
a. >3 kali penyuluhan
b. 1-3 penyuluhan
c. Tidak pernah
14 Petugas Kesehatan Apakah petugas kesehatan mengajarkan cara mencuci
85
tangan yang baik ?
a. Iya
b. Tidak
15 Keyakinan Apakah menurut anda dengan menjaga kebersihan
tangan dan kaki dapat mencegah anda dari penyakit ?
a. Iya
b. Tidak
16 Pendidikan Apakah pendidikan terakhir yan anda tamatkan ?
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan tinggi
e. Lainnya
17 Pendidikan Apakah status pendidikan anak anda saat ini ?
a. Sekolah
b. Putus sekolah
c. Tidak sekolah
18 Ekonomi Apakah anda menyediakan sabun untuk cuci tangan di
rumah?
a. Menyediakan
b. Kadang-kadang
c. Tidak Menyediakan
86
19 Ekonomi Berapa perkiraan pendapatan anda sebulan ?
a. >1.000.000
b. 500.000 – 1.000.000
c. <500.000
20 Ekonomi Apakah anda mampu menabung setiap harinya ?
a. Iya
b. Kadang-kadang
c. Tidak sama sekali
21 Orang tua Apakah di keluarga anda selalu diajarkan kebiasan
mencuci tangan oleh orang tua ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak sama sekali
22 Orang tua Apakah orang tua anda memberikan contoh cuci
tangan yang baik dan benar ?
a. Iya
b. Tidak
23 Orang tua Apakah orang tua anda memberikan contoh untuk
memakai alas kaki ?
a. Iya
b. Tidak
24 Lingkungan Apakah lingkungan di rumah anda termaksud
87
lingkungan yang bersih dan sehat?
a. iya
b. tidak
25 Lingkungan Apakah anda / anggota keluarga anda sering
beraktifitas di lingkungan sekitar rumah anda?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Jarang
26 Lingkungan Apakah anda / anggota anda sering memakai alas kaki
jika beraktifitas di lingkungan sekitar rumah anda?
a. Iya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
LEMBAR SKORING
Pengetahuan RespondenSkor
88
VARIABEL PERILAKU
No.1-2 Jawaban A : (1)
Jawaban B : (0)
No. 3 Jawaban A : (2)
Jawaban B : (1)
Jawaban C : (0)
VARIABEL KEBIASAAN
No. 4-6 Jawaban A : (2)
Jawaban B : (1)
Jawaban C : (0)
No. 7 Jawaban A : (1)
Jawaban B : (0)
VARIABEL PENGETAHUAN
No. 8 Jawaban A : (1)
Jawaban B : (0)
No. 9-12 Jawaban A : (2)
Jawaban B : (1)
Jawaban C : (0)
VARIABEL PETUGAS KESEHATAN
89
No.13 Jawaban A : (2)
Jawaban B : (1)
Jawaban C : (0)
No.14 Jawaban A : (1)
Jawaban B : (0)
VARIABEL KEYAKINAN
No.15 Jawaban A : (1)
Jawaban B : (0)
VARIABEL PENDIDIKAN
No. 16 Jawaban A : (4)
Jawaban B : (3)
Jawaban C : (2)
Jawaban D : (1)
Jawaban E : (0)
No. 17 Jawaban A : (2)
Jawaban B : (1)
Jawaban C : (0)
VARIABEL EKONOMI
No. 18-20 Jawaban A : (2)
90
Jawaban B : (1)
VARIABEL ORANG TUA
No. 21 Jawaban A : (2)
Jawaban B : (1)
Jawaban C : (0)
No. 22-23 Jawaban A : (1)
Jawaban B : (0)
VARIABEL LINGKUNGAN
No. 24 Jawaban A : (1)
Jawaban B : (0)
No. 25-26 Jawaban A : (2)
Jawaban B : (1)
Jawaban C : (0)
FOTO KEGIATAN
91
92
Kebiaasaan keluarga binaan tidak menggunakan alas kaki
Keluarga binaan Tn. Mamad ( Rifki Mauli
1102008214 )
93
Keluarga binaan Tn. Muhlas (Ratu Ursula Paramadina 1102008299)
Keluarga binaan Tn. Balok (Dewi Kurnia Lestari
1102008068)
94
95
top related