gizi bumil
Post on 26-Nov-2015
51 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Status Gizi Ibu Hamil
a. Pengertian Status gizi
Status Gizi adalah Keadaan tubuh seseorang sebagai akibat
penggunaan makanan zat gizi oleh tubuh (Sufiati, 2008).
Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara
status gizi buruk, baik dan lebih (Almatsier, 2001).
Status gizi adalah ekspresi dalam keadaan seimbang dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujutan dari nutrient dalam benruk
variabei tertentu (Supariasa, 2001).
b. Faktor yang mempengaruhi status gizi
Status gizi ibu hamil di pengaruhi terhadap faktor resiko, diet,
pengukuran antropometrik dan biokimia. Penilaian tentang asupan
pangan dapat di peroleh melalui ingatan 24 jam (Arisman, 2004, p.8).
Maka gizi ibu yang kurang baik perlu di perbaiki keadaan gizinya atau
yang obesitas mendekati yang normal, yang di lakukan sebelum hamil.
Sehingga mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk
mendapatkan bayi yang sehat, serta untuk mempertahankan
kesehatannya sendiri
8
9
Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping faktor
genetis) status gizi janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh
status gizi ibu pada waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi
pula oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi. Status gizi ibu sewaktu
konsepsi dipengaruhi oleh:
1) Keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil
2) Keadaan kesehatan dan gizi ibu
3) Jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak yang pertama
4) Paritas dan usia kehamilan pertama.
Status gizi pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan
kesehatan dan status gizi waktu konsepsi, juga berdasarkan keadaan
sosial dan ekonomi waktu hamil, derajat pekerjaan fisik, asupan
pangan, dan pemah tidaknya terjangkit penyakit infeksi.
Status gizi ibu akan mempengaruhi status gizi janin dan berat
lahir. Penilaian status gizi dan perubahan fisiologis selama hamil dapat
digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin, misalnya
berat badan rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat badan
yang tidak adekuat (Arisman, 2004,pp. 8-9). (Iihat skema2.1)
10
Skema faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil
Skema 2.1 faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil Sumber Ariaman, 2001
Status sosek ibu sebelum hamil
Status gizi dan kesehatan ibu
Jarak kelahiran
Partus Usia hamil pertama
Status gizi ibu ketika konsepsi
Status gizi ibu sebelum hamil
Pekerjaan fisik
Makanan Penyakit infeksi
Status kesehatan
Status gizi ketika melahirkan
Status gizi janin
Berat lahir GEN
11
c. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil
Dari hasil pengamatan ada hubungan yang kuat antara keadaan
gizi ibu sebelum hamil dengan berat bayi yang dilahirkan, sedangkan
berat bayi lahir merupakan indikasi yang potensial untuk status
kesehatan bayi nantinya. Bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram mempunyai kesempatan tinggi secara statistik untuk
mendapatkan penyakit atau meninggal pada awal kehidupannya. Pada
tubuh ibu yang kurang gizi tidak dapat membentuk plasenta yang
sehat, yang cukup menyimpan zat-zat gizi untuk janin selama
pertumbuhannya. Maka gizi ibu yang kurang baik perlu diperbaiki
keadaan gizinya atau yang obesitas menjadi mendekati normal, yang
dilakukan sebelum hamil. Sehingga mereka mempunyai kesempatan
lebih besar untuk mendapatkan bayi yang sehat, serta untuk
mempertahankan kesehatannya sendiri (Soetjaningsih, 2000, pp.132-
133).
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum
kehamilan atau pada saat kehamilan akan menyebabkan berat badan
lahir rendah (BBLR). Disamping itu akan mengakibatkan terlambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir
mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Kondisi anak yang terlahir
dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan yang
miskin akan menghasilkan generasi kekurangan gizi dan mudah
12
terkena penyakit infeksi. Keadaan ini biasanya ditandai dengan berat
dan tinggi badan yang kurang optimal (Supariasa, 2001, p.29).
d. Kebutuhan gizi ibu hamil
Kebutuhan gizi ibu hamil menurut Arisman (2004, p. 13)
adalah:
Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin,
mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin serta
plasenta.
1) Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan
tubuh tetapi bukan lemak.
2) Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat
badan selama hamil.
3) Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk
memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga
dapat menjalani kehamilan dengan amal dan berhasil, melahirkan
bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik.
4) Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi
yang tidak diinginkan seperti mual dan muntah.
5) Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang
terjadi selama kehamilan misalnya diabetes militus, hipertensi, dll.
6) Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan
kebiasaan makan yang baik (gizi seimbang).
13
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan
tambahan, namun yang sering kali menjadi kekurangan adalah energi
protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan
energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 84.000
kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini perlu tambahan
ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil.
Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi makanan yang beraneka
ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan
dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lainnya. Dibawah ini table
Angka Kecukupan Gizi (AKG) perorang/hari yang dianjurkan bagi ibu
hamil.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan
perorang/hari khusus ibu hamil.
Zat Gizi
Wanita tidak hamil umur 20- 45 tahun
Ibu Hamil
Energi (Kal) 1900 2300 Protein (gr) 50 67 Vitamin A (RE) 500 800 Vitamin D (ug) 5 5 VitaminE (ug) 15 15 Vitamin K (ug) 55 55 Tiamin (mg) 1 1,3 Riboflavin (mg) 1,1 1,4 Niasin(mg) 14 18 Vitamin B 12 (ug) 2,4 2,6 Asam folat (ug) 400 600 Piridoksin (mg) 1,3 1,7
14
Vitamin C (mg) 75 85 Kalsium (mg) 800 950 Fosfor (mg) 600 600 Besi (mg) 26,0 26,0 Seng (mg) 9,8 11,5 lodium (ug) 150 200 Selenium (ug) 30 35
Tabel 2.2 Angka Kecakupan Gizi yang Dianjurkan (per orang per hari) Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII Tahun 2004
Berdasarkan AKG perorang/perhari tersebut, selanjutnya dapat
disederhanakan dalam bentuk bahan makanan dengan memakai ukuran
rumah tangga sebagai berikut:
Angka Kecakupan Gizi yang Dianjurkan (per orang per hari)
Menurut Ukuran Rumah Tangga (URT)
Ibu Hamil
Nasi/jagung/ubi 4-5 piring
Lauk Hewani 3 -4 potong
Lauk Nabati 2-3 potong
Sayuran 2-3 mangkok
Buah-buahan 3 potong
Tabel 2.3 Angka Kecakupan Gizi yang Dianjurkan (per orang per hari) Menurut Ukuran Rumah Tangga (URT)
e. Pengaruh keadaan gizi terhadap proses kehamilan
Pengaruh gizi terhadap proses kehamilan dapat mempengaruhi
status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan.
15
1) Gizi pra hamil (Prenatal).
Konsep perinatal menjamin bahwa ibu dalam status gizi baik untuk
terjadinya konsepsi selama masa kehamilan, bekerja dan setelah
melahirkan mengalami sedikit komplikasi kehamilan, sedikit bayi
premature dan ibu yang sehat menghasilkan bayi yang sehat.
2) Gizi Pranatal
Wanita yang diitnya kurang atau sangat kurang selama hamil
mempunyai kemungkinan besar bayi yang tidak sehat seperti
premature, gangguan kongenital, bayi lahir mati. Wanita hamil
kurang gizi kemungkinan akan melahirkan bayi yang premature
dan kecil.
f. Akibat kekurangan gizi pada ibu hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses
persalinan yaitu:
1) Terhadap ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah
terkena infeksi.
2) Terhadap persalinan
Pengaruh gizi terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan
16
sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah
persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung
meningkat.
3) Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus pada bayi, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR).
g. Kenaikan Berat Badan
Kenaikan berat badan pada ibu hamil sangat bervariasi,
berkisar antara 11-16 kg untuk negara yang maju. Berdasarkan buku
pegangan untuk petugas kesehatan "Gizi Ibu Hamil dan Menyusui
(Depkes RI,1992)", di sebutkan bahwa kenaikan berat badan untuk ibu
hamil adalah 10-12,5kg. Dengan pola kenaikan 700-1400 g dalam
trimester 1 dan 340-400 g per minggu dalam trimester II dan III.
Kenaikan tersebut karena selama hamil terjadi perubahan-perubahan
antara lain:
1) Minggu pertama (2 minggu) setelah konsepsi, terjadi proliferasi
dari sel-sel dengan cepat, plasenta terbentuk. Pada tahap ini belum
diperlukan suplementasi zat gizi khusus.
17
2) Minggu ke 2-8, sebagian besar organ-organ mulai terbentuk,
seperti: jantung, ginjal, paru-paru, hati dan rangka. Dari penelitian
pada hewan bila pada tahap ini ada defisiensi vit.A, ribovlafin,
vit.B6, vit.B12, atau asam folat, akan terjadi kelainan bawaan. Pada
tahap ini diperlukan suplementasi dalam dalam bentuk vitamin dan
mineral untuk menghindari defisiensi yang dapat mengakibatkan
cacat bawaan.
Pertambahan juga terjadi karena beberapa perubahan yaitu
(Soetjiningsih, 1997, p. 136) :
a) Janin 3.400 gram
b) Plasenta dan cairan(amnion) 1.350 gram
c) Darah 1.240 gram
d) Cairan ekstra seluler 1.200 gram
e) Lemak (cadangan ibu) 4.000 gram
f) Lain-Lain (uterus-payudara) 1,3 00 gram
Penambahan berat badan pada trimester sebenarnya
lebih penting dari pada secara keseluruhan. Kenaikan pada
trimester pertama hanya sedikit, sedangkan pada trimester ke
II dan III kenaikan terjadi relatif lebih besar. Bila pola ini
terbalik maka pengawasan perlu di perketat, dikhawatirkan
akan timbul kelainan misalnya: preeklamsi atau BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) walaupun demikian seseorang ibu
hamil bila kenaikan berat badan pada trimester I terlalu
18
tinggi, tidak dapat dilakukan diit yang ketat dengan tujuan
menurunkan berat badan pada trimester selanjutnya,
karenakan menurunkan glukosa darah. Dalam keadaan
tersebut janin juga akan kekurangan glukosa, karena janin
belum dapat mensintesa glikogen dari lemak (Soetjiningsih, 1997, p.
136).
Perkiraan kenaikan berat badan dalam keadaan hamil:
a) Kehamilan l0 minggu naik 0,9kg
b) Kehamilan 20 minggu naik 5 kg
c) Kehamilan 30 minggu naik 9 kg
d) Kehamilan 40 minggu naik 11-12 kg
h. Cara penilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan
gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting baik yang
bersifat subjektif maupun yang bersifat objektif. Sedangkan status gizi
janin ditentukan antara status gizi ibu sebelum dan selama dalam
kehamilan dan keadaan ini dipengaruhi oleh status gizi ibu sewaktu
konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan
dan gizi ibu, paritas dan jarak kehamilan jika yang dikandung bukan
merupakan anak yang pertama (Arisman, 2004, p.8).
19
Penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung
dengan antropometri yaitu dengan menggunakan LILA (Supariasa,
2000,pp 48-51).
1) Lingkar Lengan Atas (LILA).
a) Pengertian
Pengukurann LILA adalah suatu cara untuk mengetahui
risiko kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur
(WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat
mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
b) Tujuan
Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah
mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon
ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral.
Adapun tujuan tersebut adalah:
(1) Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil
maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang
mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
(2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat
agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan
KEK.
20
(3) Mengembangkan gagasan baru di kalangan
masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak.
(4) Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya
perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
(5) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran
WUS yang menderita KEK.
c) Ambang Batas
Ambang Batas LILA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm atau di bagian merah pita
LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK
dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir
rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan
anak.
d) Cara pengukuran LILA
Pengukkuran LILA dilakukan melalui urut-urutan yang
telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA, Yaitu:
(1) Tetapkan posisi bahu dan siku
(2) Letakkan pita antara bahu dan siku
(3) Tentukan titik tengah lengan
(4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
(5) Pita jangan terlalu ketat
21
(6) Pita jangan terlalu longgar
(7) Cara pembacaan skala harus benar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA
adalah pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan
siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan).
Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan
dalam keadaan tidak tegang dan kencang. Alat pengukur dalam
keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat
sehingga permukaanya sudah tidak rata.
e) Tindak lanjut pengukuran LILA
Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan
yaitu kurang dari 23,5 cm dan lebih dari 23,5 cm. Apabila hasil
pengukuran < 23,5 cm berarti risiko KEK dan anjuran atau
tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan makan cukup
dengan pedoman umum gizi seimbang, hidup sehat, tunda
kehamilan, bila hamil segera dirujuk sedini mungkin. Apabila
hasil pengukuran >23,5 cm maka anjuran yang diberikan
adalah pertahankan kondisi kesehatan, hidup sehat, bila hamil
periksa kehamilan kepada petugas kesehatan
22
Skema tindak lanjut pengukuran LILA
Skema 2.4 Skema tindak lanjut pengukuran LILA Sumber: Supariasa, 2001
2. Berat badan lahir rendah
a. Pengertian
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai
dengan 2,499 gram) (Saifudin, 2001, p.376). Istilah prematuritas telah
diganti dengan berat badan lahir kurang dari 37 minggu. Berat badan
lahir rendah dari semestinya sekalipun umur cukup atau karena
kombinasi keduanya (Manuaba, 1998,).
Dasa Wisma
Kelompok Masyarakat
Posyandu Polindes / Pustu
Perusahaan Lain-lain
< 23.5
Resiko KEK
< 23.5
Bukan Resiko KEK
Anjuran
1. Makan cukup, dengan pedoman
umum gizi seimbang.
2. Hidup sehat
3. Tunda kehamilan
4. Bila Hamil segera dirujuk sedini
mungkin.
Anjuran
1. Pertahankan kondisi kesehatan
2. Hidup sehat
3. Bila hamil periksa kehamilan kepada petugas kesehatan
23
b. Klasifikasi BBLR
Bayi BBLR dibagi menjadi 2 golongan (Jitiwiyono, 2010,
pp.78-79), yaitu:
1) Prematuritas Murni
a) Berat badan kurang dari 2500 gram, PB 45 cm, Lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.
d) Kepala lebih besar dari pada badan
e) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
f) Lemak sub kutan kurang
g) Ubun-ubun dan sutura lebar
h) Rambut tipis halus
i) Tulang rawan dan daun telinga immatur
j) Puting susu belum terbentuk dengan baik
k) Pembuluh darah kulit belum terlihat, peristaltik usus dapat
terlihat
l) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki).
m) Bayi masih posisi fetal
n) Pergerakan kurang dan lemah
o) Otot masih hipotonik
24
p) Banyak tidur, tangis lemah, pemafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnoe
q) Reflek tonik neck lemah
r) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
2) Dismaturitas
Pre term: sama dengan bayi dengan prematuritas mumi.
Post term:
a) Kulit pucat, mekonium kering keriput, tipis
b) Vernik caseosa tipis / tak ada.
c) Jaringan lemak di bawah kulit kering.
d) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat.
e) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
c. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain (Jitowiyono,
2010,pp.76-77).
1) Faktoribu
a) Penyakit
(1) Toksemia gravidarum
(2) Perdarahan antepartum
(3) Trauma fisik dan psikologis
(4) Nefritis akut
25
b) Usia ibu
(1) Usia <16tahun
(2) Usia >35tahun
(3) Multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c) Keadaan sosial
(1) Golongan sosial ekonomi rendah
(2) Perkawinan yang tidak syah
d) Sebab lain
(1) Ibu yang perokok
(2) Ibu peminum alkohol
(3) Ibu pecandu narkotik
2) Faktor janin
a) Hidramnion
b) Kehamilan ganda
c) Kelainan kromoson
3) Faktor Lingkungan
a) Tempat tinggal dataran tinggi
b) Radiasi
c) Zat-zat racun
d) Karakteristik (keadaan yang dijumpai)
d. Diagnosa BBLR menurut ditentukan dari sebelum bayi lahir dan
selesai bayi lahir (Mochtar, 1998, pp.449-450).
26
1) Sebelum bayi lahir
a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
c) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut.
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
yang seharusnya.
e) Sering di jumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa
pula disebut dengan hidramnion; hiperemesis gravidarum dan
pada hamil lanjut dengan toksemia grafidarum atau perdarahan
antepartum.
2) Setelah bayi lahir
a) Bayi dengan reterdasi pertumbuhan intrauterin secara klasik
tampak seperti bayi yang kelaparan tanda-tanda bayi ini
adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, vernik
kaseosa sedikit atau tidak ada kulit tipis, kering, berlipat-lipat,
mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan
lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwama
kehijauan.
b) Bayi prematur yang labir sebelum kehamilan 37 minggu.
Vernik kaseosa ada jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang
tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka,
27
abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah,
tonus otot hipotoni, dan kulit tipis, merah dan transparan.
c) Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterin.
d) Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dan
tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan
pernafasan, dan sebagainya. Pada bayi kecil ( small for date )
alat-alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan
bayi premature berat badan sama, karena itu akan lebih mudah
hidup diluar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi
dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan
normal.
e. Perawatan bayi BBLR (Mochtar, 1998, p.450).
Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi
prematur makin pendek masa kehamilan, makin sulit dan banyak
persoalan yang akan dihadapi, dan makin tinggi angka kematian
perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan,
nifeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak.
1) Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur: bayi
berat badan dibawah 2 kg 35° C, bayi berat badan 2 kg sampai 2,5
kg 34°C.
28
Suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu sampai bayi dapat
ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27°C.
2) Makanan bayi berat lahir rendah.
Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks mengisap dan
batuknya, kapasitas lambung masih kecil, dan daya enzim
pencemaan, terutama lipase, masih kurang. Maka makanan
diberikan dengan pipet sedikit-sedikit. Sedangkan pada bayi small
for date sebaliknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum
dan makan. Yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan
terjadinya pnemonia aspirasi.
f. Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih
besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis
akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian
yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pnemonia, perdarahan
intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang
dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ
yang rendah dan gangguan lainnya (Mochtar, 1998,p.450-452).
g. Pengamatan lanjut
Bila bayi berat lahir rendah ini dapat mengatasi problematika
yang dideritanya, maka perlu diamati selanjutnya oleh karena
kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran,
29
penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat, dan penyakit-
penyakit seperti hidrosefalus, cerebal palsy dan sebagainya
(Wiknjosastro, 2002).
B. Kerangka Teori
Skema 2.5 kerangka teori Sumber: Jitowiyono, 2010
Faktor Ibu
1) Status sosial ekonomi
2) Status gizi dan kesehatan
3) Jarak kelahiran
4) Paritas
5) Usia hamil Pertama
Faktor janin
1) Hidramnion
2) Kehamilan ganda
3) Kelainan kromoson
Faktor Lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) Radiasi
3) Zat-zat racun
4) Karakteristik (keadaan yang dijumpai)
BBLR
30
C. Kerangka konsep Variabel Independen Variabel Dependen
Status gizi ibu hamil
Kejadian BBLR
Skema 2.6 Kerangka konsep
D. Hipotesis penelitian
Pernyataan Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ada hubungan antara status gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR
top related