implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi …
Post on 06-Oct-2021
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI ISUSARA DI DESA KAPOTA KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN
KABUPATEN WAKATOBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas
Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
BAMBANG SUPRIANTO
NIM 105430012715
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PPKn
2019
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama mahasiswa : Bambang Suprianto
Nim : 105430012715
Jurusan : PPKn
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi denganpembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, September 2019
Yang membuat perjanjian
Bambang Suprianto
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Bambang Suprianto
Nim : 105430012715
Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Judul Skripsi : Implementasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Menghadapi
Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi”.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh
siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2019
Yang Membuat Pernyataan
Bambang SupriantoNIM: 105430012715
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Karunia Allah yang paling lengkap adalah kehidupan yang di dasarkan pada ilmupengetahuan karena orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan lalu di gunakan untuk
kebaikan niscaya akan di angkat derajtnya oleh Allah SWT.
Kupersembahkan karya ini buat:
kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,
atas keiklasan dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Bambang Suprianto (2019). Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalammenghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi SelatanKabupaten Wakatobi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan UniversitasMuhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhajir dan Pembimbing II AuliahAndika Rukmana.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui Implementasi Nilai-nilaiPancasila terhadap masyarakat dalam menghadapi Isu SARA di Desa KapotaKecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. (2) untuk mengetahuiUpaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di Desa KapotaKecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Untuk mencapai tujuantersebut maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melaluiobservasi,wawancara, dan dokumentasi dengan mengambil 6 orang Informanyaitu Kepala Desa, toko masyarakat, suku buton, suku muna, suku bugis dansuku bajo. Data di olah menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pada dasarnya implementasi nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat kapota masih sangat kurang sekalidikarenakan sebagian masyarakat kapota masih minim pengetahuan tentangPancasila bahkan masih banyak yang tidak tahu tentang Pancasila. Hal inimenandakan bahwa terjadinya konflik isu SARA di Desa Kapota bisa jadi karenaminimnya pengetahuan tentang Pancasila sehingga rasa persaudaraan danpersatuan masi kurang di pahami.(2) upaya yang di lakukan denganmempertemukan kedua belah pihak kemudian di lakukan secara bermusyawaraholeh tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala Desa, pihak keamanan dan jajaranpemerintah Daerah lainnya.
Kata kunci: Nilai-Nilai Pancasila, Isu SARA
viii
KATA PENGANTA
Tiada kata yang paling indah dan patut penulis ucapkan kecuali
Alhamdulillah dan syukur kepada Iilahi Rabbi Yang Maha Rahman dan Maha
Rahim. Dia yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya berupa
nikmat kesehatan, kekuatan dan kemampuan senantiasa tercurah pada diri penulis
sehingga usaha untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Nilai-
nilai Pancasila Dalam Menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-
Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi”. Begitu pula salawat dan taslim kepada
Rasulullah SAW, serta para keluarganya dan sahabat yang sama-sama berjuang
untuk kejayaan Islam semata.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dialami penulis,
tetapi berkat usaha, doa, bantuan serta motivasi yang diberikan oleh berbagai
pihak, maka hambatan itu dapat teratasi. Olehnya itu penghargaan dan ucapan
terima kasih yang setinggi-tingginya tak lupa penulis sampaikan kepada: Kedua
orang tua ku bapak Mus’Adi dan ibu Mu’mina berserta keluarga besar yang telah
memberikan doa dan dukungan serta motivasi kepada saya.
Dan juga tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
H.Abd Rahman Rahim, S.E.,M.M, Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar. Bapak Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Muhajir, M.Pd,
viii
Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Muhajir, M.Pd
selaku pembimbing 1 dan Auliah Andika Rukman, SH., MH selaku pembimbing
II dengan kesabaran meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing
dan memberikan motivasi selama penulis menjelan masa perkuliahan hingga
penyusunan skripsi. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang banyak memberikan ilmu di Jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dari
Mahasiswa Amai Kapota Makassar, teman-teman Keluarga Posko P2K Tokka
Manuju, teman-teman dari PPKn Kelas B seperjuangan yang selalu menemani
dalam suka dan duka, sahabat-sahabat terkasih serta seluruh rekan mahasiswa
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan angkatan 2015 atas segala
kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga karya sederhana ini membawa suatu
manfaat bagi perkembangan dunia, dengan segala kerendahan hati, penulis
senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak dan dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama dari diri pribadi penulis.
Aamiin.
Makassar, Desember 2019
Penulis
Bambang Suprianto105430012715
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................I
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………...II
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………………..III
SURAT PERNYATAAN……………………………………………………………….IV
SURAT PERJANJIAN………………………………………………………………….V
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................... ……………………..VI
ABSTRAK………….……………………………………………………….…………VII
KATA PENGANTAR..................................................................................................VIII
DAFTAR ISI....................................................................................................................IX
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1B. Rumusan Masalah ...................................................................................5C. Tujuan Penelitian ……………………………………… .......................5D. Manfaat Penelitian …………………………………….. .......................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................7
A. Tinjaun Tentang Pancasila…………………………………… ..............71. Pengertian Pancasila………………………………………..............72. Pancasila Sebagai Dasar Negara .......................................................103. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa………………………. ..............12
B. Tinjauan Tentang Nilai-nilai Pancasila…………………... ....................131. Pengertian Nilai ……………………………………........................132. Makna Sila Pancasila ........................................................................143. Implementasi Nilai-nilai Pancasila ……… ......................................19
C. Tinjauan Tentang ISU SARA .................................................................231. Pengertian ISU…………………………………. .............................232. Pengertian SARA..............................................................................243. Pengertian Konflik ............................................................................304. Undang-Undang SARA ....................................................................32
D. Penelitian Relevan...................................................................................35
ix
E. Kerangka Pikir .......................................................................................35F. Definisi Operasional................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................39
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan .............................................................39B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................39C. Informan Penelitian……………………………....... ..............................39D. Sumber Data ………………………………………………...................40E. Instrumen Penelitian ...............................................................................41F. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................41G. Teknik Analisis Data ..............................................................................42H. Keabsahan Data.......................................................................................44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................47
A. Deskripsi Lokasi Penelitian…............................................................................47
B. Hasil Penelitian...................................................................................................48
C. Pembahasan........................................................................................................59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................66
A. Kesimpulan………………….............................................................................66
B. Saran………………………...............................................................................67
DAFTAR PUSTAKA…..................................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN..……………………………………………………………
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………………….
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara pulau terbesar yang kaya akan sumber daya
alam dan memiliki keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah.
Bahkan sudah diakui secara umum bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai
bangsa yang majemuk.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistick (BPS) padatahun 2010 ada 2500 Bahasa daerah, dan 1.340 Suku di Indonesia yangtersebar lebih dari 17 ribu pulau. Dimana setiap Suku bangsa memilikikebudayaan yang berbeda – beda antara satu dengan yang lain.
Keberadaan masyarakat majemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesia
yang harus diakui, diterimah, dan dihormati, kemudian diwujudkan dalam
semboyan Bhineka Tunggal Ika. Keragaman tersebut merupakan identitas
bangsa Indonesia. Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” merupakan wujud dari pilar
bangsa Indonesia yang syarat dengan keragaman. Perbedaan dan keragaman di
Indonesia jangan sampai dijadikan penghambat untuk mencapai kemajuan bangsa.
Kekayaan keragaman seharusnya dimanfaatkan untuk mewujudkan Indonesia
sebagai negara yang dapat memperkenalkan kekayaan keragaman Indonesia ke
dunia mancanegara.
Keragaman masyarakat Indonesia menuntut rasa saling toleransi,
menghormati dan menghargai antar perbedaan tersebut. Keragaman yang ada
sering mengakibatkan diskriminasi yang berujung pada konflik dan kekerasan.
Masyarakat Indonesia kurang dapat mengakui dan menerima keragaman tersebut.
Pemicu konflik tersebut biasanya disebabkan diskriminasi dan kurangnya rasa
2
toleransi, menghargai dan menghormati terhadap suatu Suku, Agama, Ras dan
Antar golongan (SARA) tertentu.
Dalam sejarahnya bangsa Indonesia telah mengalami berbagai macam
konflik sosial yang berbau SARA. Salah satu contoh Desa Kapota Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi yang pernah terjadi konflik sosial
yang berbau Isu SARA yang didasarkan pada sentimen sukuisme antara Suku
pendatang yaitu Suku Muna dengan Suku Buton yang ada di sana yang
mengakibatkan terjadinya konflik sosial. Hal ini mengingat Wakatobi merupakan
daerah parawisata yang banyak digemari oleh setiap kalangan baik turis lokal
maupun turis asing, banyak pendatang dari berbagai daerah suku, agama dan ras
yang datang untuk menikmati keindahan bawah laut Wakatobi, bahkan ada
yang mencoba membeli tempat untuk tinggal dan menetap disana.
Hal ini sungguh sangat memprihatikan bila banyak terjadi konflik sosial
disebabkan hanya karena perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan padahal
Sejarah mengungkapkan bahwa Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,
memberi kekuatan hidup serta dan membimbing dalam mengejar kehidupan lahir
batin yang makin baik dalam menyatukan masyarakat. Diterimanya Pancaslia
sebagai pandangan hidup dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa
nilai-nilai Pancasila harus selalu di jadikan landasan pokok, landasan
fundamental, bagi pengaturan serta penyelenggaraan negara.
Bahwasannya Pancasila yang telah diterima dan di tetapkan sebagai dasar
negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa,yang telah di uji kebenaran,
3
kemakmuan dan kesaktiannya, sehingga tidak ada satu kekuatan manapun juga
yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia
Menyadari bahwa untuk mewujudkan pengakuan bahwa Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa menharuskan bangsa Indonesia untuk
mentranformasikan nilai-nilai Pancasila secara nyata dan terus menerus
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung didalamnya oleh setiap
warga negara Indonesia, setiap penyelenggaraan negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di Daerah.
Pancasila di dalamnnya mengandung nilai-nilai universal (umum) yang di
kembangkan dan berkembang dalam manusia-manusia sesuai dengan kodratnya,
sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasa 1945 dan secara khusus di jabarkan dalam
pasal-pasalnya. Bahwa tidak di pungkiri lagi nilai-nilai yang bersifat universal
(umum) tampa ada batas-batas tertentu, sebaliknya nilai-nilai khusus berlaku
hanya untuk bangsa Indonesia saja seperti yang tercantum dalam Pancasila yaitu,
(nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan, dan nilai
Keadilan)
Dalam melakukan penelitian berkaitan dengan Implementasi nilai-nilai
Pancasila peneliti menfokuskan masing-masing dua nilai dari nilai yang
terkandung dalam setiap sila Pancasila dalam menghadapi Isu SARA yaitu nilai
Persatuan dan nilai kerakyatan.
Sila ketiga ini memagang teguh persatuan sebagai kuncikedamaian.Mampu menempatkan persatuan,kesatuan,serta kepentingandan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
4
kepentingan pribadi dan golongan,mengembangkan persatuan Indonesiaatas dasar Bhineka Tunggal Ika.
Sila keempat ini mengarakan bahwa setiap ada permasalahan harus diselesaikan dengan cara musyawarah mufakat, dan setiap musyawarahmengutamakan kepentingan bersama membangun semangat kekeluargaandan Keputusan yang di ambil harus dapat di pertanggungjawabkan secaramoral kepada Tuhan Yang Maha Esa
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa nilai persatuan memilki
kekuatan yang sangat besar dalam tonggak perdamayan, menjunjung tinggi harkat
martabat bangsa selalu mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi, Nilai kerakyatan setiap ada persoalan ataupun masalah mengutamakan
musyawarah mufakat dalam mengambil suatu keputusan.
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Wulan Purnama Sari. Menunjukan
bahwa kerukunan dapat tercipta di manado karena faktor sejarah, pendidikan,
peran orang tua, yang mengajarkan nilai-nilai hidup orang manado, nilai-nilai
ajaran agama, serta peran dari para opinion leader yang turut menjaga kerukunan.
Penelitian juga menunjukan bahwa antara Suku minahasa dengan Suku pendatang
yang berbeda agama terjadi pertukaran sosial, dimana Suku minahasa melakukan
pertuakaran ini dengan dasar keuntungan terciptanya lingkungan yang damai dan
rukun serta menaati nilai dan ajaran Agama.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis
termotivasi meneliti masalah tersebut dengan judul “Implementasi Nilai-nilai
Pancasila Dalam Menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-
Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
5
1. Bagaimana Implementasi Nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat dalam
menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi.?
2. Apa upaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di
Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menggetahui :
1. Implementasi Nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat dalam
menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi.?
2. Upaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di Desa
Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah manfaat penelitian dari aspek teoritis yakni
diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan mengenai, gambaran
tentang Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Menghadapi Isu SARA.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah manfaat penelitian dari aspek praktis atau, yakni
diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
a. Kehidupan dalam masyarakat dapat diikat dengan nilai-nilai persatuan.
6
b. Menjalin hubungan harmonis sesama masyarakat, menjunjung sikap
toleransi.
c. Pemerintah dan pihak lainnya dapat mengantisipasi hal-hal yang
berbau Isu SARA.
7
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pancasila
1. Pengertian Pancasila
a. Pengertian Pancasila Secara Etimologis
Pancasila secara etimologis berarti memaknai Pancasila berdasarkan asalusul kata Pancasila. Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari bahasaSansekerta dari Pancasila memiliki 2 macam arti secara leksikal yaitu : “panca”artinya “lima” “syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”“syiila” vockal I pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang pentingatau yang senonoh” (Drs. Ali imran, S.H.,M.H. 2016:15).
Darmodiharjo dalam Daroeso (1989) Pancasila sudah di kenal sejak zamanMajapahit yang di tulis dalam buku Sotasoma karangan EmpuTantular.Pancasila selain mempunyai arti “berbatu sendi lima” jugamempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima (panca Krama) yaitu:tidak boleh melakukan kekerasan,tidak boleh mencuri, tidak boleh berjiwadengki, tidak boleh berbohong, tidak boleh mabuk minuman keras.
Kata-kata tersebut kemudian diserap dalam bahasa Indonesia dan diartikan
“susila” yang berkaitan dengan moralitas. Oleh karena hal tersebut secara etimol-
ogis diartikan sebagai “Panca Syila” yang memiliki makna berbatu sendi lima
atau secara harafiah berarti “dasar yang memiliki lima unsur”.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa Pancasila terdiri dari
lima sila yang menjadi acuan bagi bangsa Indonesia dalam menggapai cita-
citanya. Nilai-nilai Pancasila tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.
Pancasila menjadi dasar negara Indonesia yang di sepakati oleh para tokoh-tokoh
dahulu.
8
b. Pengertian Pancasila Secara Historis
Proses perumusan Pancasila dimulai pada sidang pertama Badan Penyelidik
Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Dr Radjiman
Widyodiningrat. Pada sidang Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang pertama dibahas mengenai masalah rumusan dasar negara yang
akan dibentuk. Pada sidang BPUPKI ini ada tiga tokoh yang mengusulkan rumu-
san dasar negara yaitu Mohammad Yamin, Ir. Soekarno, dan Dr. Soepomo.
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato mengenai calon rumu-
san dasar negara yang diberi nama Pancasila. Pancasila memiliki arti lima dasar.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dan pada tanggal 18 Agustus
1945 disahkan Undang-Undang dasar 1945 termasuk Pembukaaan Undang-
Undang dasar 1945. Dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 termuat lima
prinsip dasar yang dijadikan dasar negara yang kemudian dikenal dengan istilah
Pancasila. Sejak saat itu Pancasila menjadi istilah umum walaupun dalam Pem-
bukaan Undang-Undang Dasar 1945 tidak disebutkan istilah “Pancasila”, namun
dasar negara Indonesia dikenal dengan istilah Pancasila.
Pancasila merupakan sebuah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang secara
turun temurun ada dalam setiap jiwa warga negara Indonesia. Jadi Pancasila
bukan hanya falsafah negara melainkan juga falsafah bangsa Indonesia. 1 Juni
1945 Ir. Soekarno
9
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai dasar
negara dan ideologi bangsa tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui proses
yang begitu panjang dibahas pada saat sidang BPUPKI yang pertama tanggal 29
April sampai 1 Mei tentang dasar rumusan dasar negara.
Proses sejarah perumusan Pancasila sebagai dasar negara :
1. Sidang pertama BPUPKI (Ir.Soekarno menawarkan 5 prinsip dasar negarayang di beri nama Pancasila) 1 Juni 1945a. Kebangsaan Indonesiab. Internasionalisme atau peri - kemanusiaanc. Mufakat atau demokrasid. Kesejahteraan sosiale. Ketuhanan
2. Panitia kecil atau panitia sembilan (Pancasila dalam piagam Jakarta) 22 Juni1945a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknyab. Kemanusiaan yang adil dan beradabc. Persatuan Indonesiad. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawara-
tan perwakilane. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
3. Sidang PPKI (Pancasila dalam pembukaan UUD tahun 1945) 18 Agustus 1945a. Ketuhanan yang Maha Esab. Kemanusiaan yang adil dan beradabc. Persatuan Indonesiad. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilane. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
c. Pengertian Pancasila Secara Terminologis
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 melahirkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia membutuhkan
seperangkat alat-alat perlengkapan sebagai negara seperti negara-negara lain yang
merdeka. Dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal
10
18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945. Pada Pem-
bukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 tercantum rumusan Pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa2. Kemanusiaan yang adil dan beradab3. Persatuan Indonesia4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya-
waratan, perwakilan5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang tercantum dalam pembukaan Undang-UndangDasar 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar NegaraRepublik Indonesia, yang oleh PPKI yang mewakili seluruh Indonesia. (Drs. Aliamran, S.H., M.H:18).
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pancasila menjadi sah
sebagai dasar negara dan idieologi bangsa pada saat sidang pertama PPKI tanggal
18 1945,dan dapat di terimah oleh semua kalangan.
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 alinea ke empat terdapat rumusan sila-sila Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. Rumusan sila-sila Pancasila itu dalam hukum positif Indonesia
secara yuridis-konstitusonal sah, berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara,
lembaga masyarakat, dan setiap warga negara, tanpa kecuali.
Muhammad Yamin, Pancasila adalah kata yang berasal dari Panca yang
berarti lima dan Sila yang berarti sendi, jadi Pancasila adalah 5 sendi yang men-
jadi dasar dan peraturan untuk mengatur tingkah laku masyarakat menjadi lebih
baik. (sidang BPUPKI pertama)
Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar untuk
mengatur penyelengaraan negara dan seluruh warga negara Indonesia. Atau
mengandung makna bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai landasan dasar
11
dalam penyelenggaraan negara. Nilai dasar Pancasila bersifat abstrak dan nor-
matif. Pancasila sebagai dasar negara berarti seluruh pelaksanaan dan penyeleng-
garaan pemerintahan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila.
Makna atau peran Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
menurut Bambang Suteng Sulasmono (2015: 68) adalah sebagai berikut:
a. Dasar Berdiri Dan Tegaknya NegaraPancasila merupakan tonggak berdirinya Negara Republik Indonesia. Se-jarah menunjukkan bahwa Pancasila berperan sebagai dasar pembentukannegara Indonesia merdeka.Pancasila diharapkan dapat menjadi landasanbagi pengelolaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pancasila harus di-jadikan dasar dalam setiap kegiatan bernegara.
b. Dasar Kegiatan Penyelenggaraan NegaraNegara Indonesia didirikan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan Nasion-al bangsa yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar(UUD) 1945.Para penyelenggara negara dituntut untuk memimpin pen-capaian tujuan itu.Agar penyelenggaran negara benar-benar dapatmewujudkan tujuan Nasional, penyelenggara negara harus mendasarkansemua kegiatan pemerintahan negara kepada Pancasila.Setiap kegiatanpenyelenggara negara harus didasarkan dan mempertimbangkan Pancasilasebagai acuan dasar dalam penyelenggaraan negara.
c. Dasar Partisipasi Warga NegaraWarga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untukmempertahankan negara dan berpartisipasi dalam upaya bersama men-capai tujuan bangsa. Dalam menggunakan hak dan menunaikankewajibannya itu seluruh warga negara harus berpedoman kepada dasarnegara Pancasila.Warga negara harus dapat mengembangkan dan menga-malkan nilai-nilai Pancasila dalam partisipasi upaya mencapai tujuanbangsa Indonesia.
d. Dasar Pergaulan Antar warga NegaraPancasila tidak hanya menjadi dasar perhubung antara warga negaradengan negara, melainkan juga dasar perhubungan antar warga negara.Dalam pergaulan sehari-hari tentunya setiap warga negara akan berhub-ungan dengan warga negara lainnya, dalam hal ini Pancasila dapat dijadi-kan landasan dasar dalam bergaul dengan warga negara lain.
e. Dasar Dan Sumber Hukum NasionalSeluruh aktivitas penyelenggara negara dan warga negara dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara haruslah didasarkan pada hukumyang berlaku.Peraturan perundang-undangan atau hukum yang dibentukuntuk penyelengaraan negara harus berdasarkan pada Pancasila.Peraturan
12
yang ada di Indonesia harus sesuai dan tidak boleh bertentangan denganPancasila.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara Menjadi landasan dasar dalam berprilaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara bagi setiap orang tampa kecuali.
3. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Secara harafiah ideologi dapat di-
artikan sebagai ilmu tentang pengertian dasar atau ide. Ideologi dalam kehidupan
sehari-hari dapat diartikan dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaskud adalah cita-
cita yang bersifat tetap dan yang harus dicapai, cita-cita tersebut juga dijadikan
sebagai dasar atau pandangan hidup.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Pancasila berperan dalammendidik, megarahkan untuk menuju jalan yang lebih baik terutama dalammemerintah dan juga sebagai suatu bangsa yang satu kita harus mempu-nyai ideology yang satu pula. Yang satu itu harus merupakan dasar bersa-ma dan cita-cita bersama bagi bangsa kita yaitu Pancasila. Drs. Lasiyo danDrs. Yuwono ( dalam Daroeso 1989)
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia mengan-dung nilai-nilai: a) Nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,nilai kerakyatan, dan nilai keadilan, b) Nilai ideal, nilai material, nilai spir-itual, nilai pragmatis, dan nilai positif, c) Nilai etis, nilai estetis, nilai logis,nilai sosial dan nilai religius. Widjaja (2000:6),
Pancasila sebagai ideologi bangsa dapat di maknai sebagai sistem
kehidupan Nasional yang meliputi aspek etika / moral, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan dalam rangka pencapaian cita-cita dan tujuan
bangsa yang berdasarkan dasar negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pan-
casila menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara. Nilai-nilai yang ter-
kandung dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan gambaran bagaimana ke-
13
hidupan bernegara harus dijalankan. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersi-
fat kaku dan tertutup, namun Pancasila dapat bersifat dinamis, reformatif, dan ter-
buka.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pancasila dapat berperan se-
bagai pemersatu bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta dapat
mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Pan-
casila dapat memberi gambaran cita-cita dan dapat dijadikan motivasi dan tekad
untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia. Sebagian Ideologi Pancasila juga
dapat memberikan tekad untuk menjaga identitas bangsa. Pancasila dapat dijadi-
kan gambaran identitas bangsa, sehingga dengan Pancasila masyarakat dapat
mengembangkan karakter dan identitas bangsa Indonesia sendiri. Dalam era glob-
alisasi menjaga identitas bangsa sangat penting untuk dapat menjaga keutuhan
bangsa dan dapat menjadikan ciri khas bangsa Indonesia yang berbeda dengan
bangsa lain.
B. Tinjauan Tentang Nilai-Nilai Pancasila
1. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjuk kualitas dan
berguna bagi manusia. Nilai sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama,
yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Un-
tuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas
harus melalui proses menimbang.
Suyitno dalam Soegito AT dkk (2006:71) nilai merupakan sesuatu yangkita alami sebagai ajakan dari panggilan untuk dihadapi. Nilai mau dilaksanakandan mendorong kita untuk bertindak. Nilai mengarahkan perhatian serta minat
14
kita, manarik kita keluar dari diri sendiri kearah apa yang bernilai. Nilai berserakepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan kita.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Nilaiadalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis dan minat.Nilai adalah suatu pengahrgaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapatmenjadi dasar penentu tingkah laku manusia (Winarno, 2006:3).
Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai
dipakai untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya “Keberhargaan” atau
kebaikan. Disamping itu nilai juga menunjuk kata kerja yang artinya suatu tinda-
kan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian (Rukiyati, 2013:
51).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat
yang melekat pada suatu objek yang didalamnya terdapat cita-cita, harapan dan
keharusan dan sesuatu yang dianggap ideal.
2. Makna Sila Pancasila
Sebagai suatu dasar filsafat negara, Pancasila bercirikan sifat nilai. Dalam
sila-sila Pancasila mengandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan satu sama
yang lainnya tetapi nilai-nilai tersebut merupakan sautu kesatuan yang sistematis.
Nilai-nilai sila Pancasila tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan nilai-nilai
pada sila Pancasila yang lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pan-
casila adalah sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai-nilai yang menjiwai
keempat sila lainnya. Negara didirikan sebagai penjawantahan tujuan manusia se-
bagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Segala hal yang berkaitan dengan penye-
lenggaraan negara harus dijiwai oleh nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
15
Arti dan makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan pencipta se-luruh apa yang ada di alam semesta.
2. Menjamin penduduk untuk dapat memeluk suatu Agama dan dapat men-jalankan Ibadah sesuai dengan Agamanya masing-masing.
3. Warga negara wajib mempunyai Agama dan tidak diperbolehkan atheis.4. Menjamin tumbuh dan berkembangnya Agama dan saling toleransi antar
umat Beragama.5. Negara menjadi fasilitator tumbuh dan berkembangnya Agama serta men-
jadi moderator jika terjadi konflik antar Agama. Manusia ada di dunia inidiciptakan oleh sang pencipta yaitu Tuhan.
Dari uraian di atas dapat di simpulakan bahwa Sebagai makhluk ciptaan
Tuhan manusia wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan
Tuhan. Masyarakat Indonesia sudah mengenal kepercayaan terhadap Tuhan sejak
dahulu dengan berkembangnya ajaran animisme, dinamisme dan paham polithe-
isme. Masa selanjutnya, masuklah Agama-Agama Hindu, Budha, Islam, dan
Nasrani ke Indonesia. Dalam bernegara berdasarkan Pancasila, maka negara men-
jamin hak-hak warga negara untuk dapat menjalankan keyakinan yang dianutnya.
Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin setiap warga negara untuk
dapat memeluk Agama sesuai yang diinginkannya dan dapat menjalankan
peribadatan Agamanya dengan baik.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengandung arti kesadaran si-
kap dan perilaku manusia sesuai nilai-nilai moral dengan memperlakukan sesuatu
dengan semestinya. Dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab terkandung
nilai-nilai bahwa negara harus dapat menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia harus dapat
16
mewujudkan tujuan tercapainya harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia
adalah hal yang paling dasar yang harus dijamin dalam pemerintahan di Indone-
sia. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan perwujudan manusia
yang bermoral, berbudaya dan beragama. Kehidupan berbangsa dan bernegara
harus dilandasi oleh sifat adil karena hakikat manusia sebagai makhluk yang be-
radab dan berbudaya harus mempunyai sifat adil. Dalam hukum di Indonesia
manusia mempunyai kedudukan yang samaserta mempunyai hak yang sama se-
bagai warga negara Indonesia. Manusia harus bersikap adil terhadap diri sendiri,
sesama manusia, masyarakat bangsa dan negara, lingkungan serta kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa konsekuensi nilai yang ter-
kandung dalam Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan, menjunjung tinggi hak asasi
manusia, menghargai kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, agama,
ras keturunan, dan status sosial. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia, saling meghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
c. Sila Persatuan Indonesia
Makna persatuan artinya menjadi satu dan tidak terpecah atau terpisah-
pisah, Makna Persatuan Indonesia sering dikaitkan degan rasa Nasionalisme. Na-
sionalisme merupakan rasa cinta tanah air dan adanya perasaan bersatu sebagai
suatu bangsa atau negara. Nilai-nilai Nasionalisme harus tercermin dalam segala
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
17
Rukiyati dkk (2013: 61) menyatakan bahwa pokok-pokok pikiran yangterkandung dalam sila Persatuan Indonesia adalah Nasionalisme, cinta bangsa dantanah air, menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, menghilangkan penonjolanatau kekuasaan keturunan dan perbedaan warna kulit serta menumbuhkan rasasenasib dan seperjuangan.
Berdasarkan berbagai keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa sila Per-
satuan Indonesia mengandung nilai-nilai yang dapat menjadikan Indonesia ber-
satu, tidak terpecah belah dan menumbuhkan sikap rasa Nasionalisme serta keber-
samaan sebagai suatu bangsa. Persatuan Indonesia menghendaki warga masyara-
kat bersatu padu demi mencapai tujuan bersama sebagai bangsa dan negara yang
berdaulat.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusya-
waratan / Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan adalah bahwa
hakikat negara adalah perwujudan dari sifat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Rakyat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama
di suatu wilayah negara untuk mencapai tujuan bersama. Rakyat adalah kekuatan
terbesar negara. Negara adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam
sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusya-
waratan/Perwakilan terkandung nilai demokrasi. Demokrasi dalam negara harus
dijamin secara bebas namun demokrasi juga harus disertai dengan rasa tanggung
jawab oleh warga negara.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Per-
musyawaratan/Perwakilan juga mengandung pokok pikiran tentang permusya-
18
waratan yang artinya mengusahakan keputusan bersama secara bulat yang dil-
akukan dengan pengambilan keputusan secara bersama. Dalam menjalankan
keputusan bersama harus disertai dengan rasa kejujuran dan tanggung jawab ber-
sama.
Dapat disimpulkan dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Ke-
bijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan menngandung nilai demokrasi
yang bertanggung jawab bagi warga negara, penjaminan hak warga negara untuk
berpendapat dimuka umum, dan pengambilan suatu keputusan secara bulat dan
bijaksana serta dilaksanakan dengan penuh rasa kejujuran dan tanggung jawab.
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan artinya dalah memberikan sesuatu hal kepada seseorang sesuai
dengan haknya. Dalam sila kelima niai keadilan harus terwujud dalam kehidupan
bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut harus dijiwai oleh hakikat keadilan
yaitu adil terhadap diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kepada Tuhan
yang Maha Esa.
Rukiyati dkk (2013: 63) menyatakan pokok pikiran yang perlu dipahamidalam sila kelima ini adalah kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalamarti dinamis dan meningkat, seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakanbagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing, serta melindungi yanglemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai bidangnya.
Kaelan (2010: 83) disebutkan bahwa konsekuensi nilai-nilai keadilan yangharus terwujud dalam hidup bersama adalah keadilan distributif, keadilan legal,dan keadilan komutatif. Keadilan distributif adalah suatu hubungan keadilan anta-ra negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhikeadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan,subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan pada hak dankewajiban. Keadilan legal adalah yaitu suatu keadilan hubungan antara warganegara dengan negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memen-uhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku
19
dalam negara. Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara wargasatu dengan lainnya secara timbal balik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai keadilan
harus diwujudkan dalam kehidupan sosial atau kehidupan bersama warga negara.
Negara juga harus memberikan keadilan kepada setiap warga negara sesuai
dengan hak dan kewajibannya. Nilai-nilai keadilan juga harus dapat dijadikan da-
sar oleh negara untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mensejahterakan seluruh
rakyat, melindungi seluruh rakyat, dan juga mencerdaskan seluruh rakyat Indone-
sia.
3. Implementasi Nilai-nilai Pancasila
Implementasi menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
pelaksanaan, penerapan, pertemuan kedua ini dimaksud untuk mencari bentuk ten-
tang hal yang telah disepakati terlebih dahulu. Sedangkan pengertian secara umum
adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah di susun secara cermat
dan rinci (matang).
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberi dampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam Oxford
Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “Put
something into effect”, (penerapan, sesuatu yang memberikan efek atau dampak)
(Mulyasa, 2006:93).
Implementasi nilai-nilai Pancasila merupakan suatu proses penerapan ide,
konsep, kebijakan, aturan-aturan yang sesuai dengan nilanilai yang terkandung di
20
dalam Pancasila, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang di-
harapkan untuk berubah.
Implementasi nilai-nilai Pancasila menjadi suatu keharusan yang wajib di
lakukan oleh siapa saja yang menjadi warga negara Indonesia. Isi nilai-nilai yang
terkandung di dalam setiap pasal Pancasila yang bersifat abstrak, universal umum
bukan hanya sebagai angan-angan belaka,tetapi mempunyai peranan yamg sangat
penting dasar pelaksanaa filsafat dasar negara indonesia yaitu sebagai suatu inti
pedoman dasar yang tetap.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensisetiap aspek penyelenggaraan negara dan semua siakap dan tingkah lakubangsa indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara harus berdasarkanpada nilai-nilai Pancasila.sebagaimana telah di bahas di muka bahwa nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat ab-strak,umum universal,tetap dan tidak berubah. Nilai-nilai tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi norma-norma kenegaraan maupun norma-norma morala yang harus di laksanakan oleh setiap warga negara Indone-sia (Kaelan, 2002:240)
Berdasarkan definisi implementasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bah-
wa implementasi nilai-nilai Pancasila adalah pelaksanaan atau pengamalan nilai-
nilai Pancasila yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan atau aktivitas. Pancasila
sangat penting untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila harus dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan agar cita-cita dan harapan bangsa Indonesia dapat
tercapai.
Pada masa dahulu Butir-butir pengamalan sila Pancasila ada 36 butir-butir
Pancasila yang merupakan penjabaran dari ke lima asas Pancasila. Seiring
21
berjalannya waktu mengalami perubahan dan penambahan dari 36 menjadi 45.
berdasarkan Tap MPR Nomor I/MPR/2003. terdiri dari 45 butir-butir Pancasila.
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esaa. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya ter-
hadap Tuhan Yang Maha Esa.b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,sesuai
dengan Agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaanyang adil dan beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antarapemeluk Agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadapTuhan Yang Maha Esa.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan ke-percayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalahyang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang MahaEsa.
f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan Iba-dah sesuai dengan Agama dan kepercayaannya masing-masing.
g. Tidak memaksakan suatu Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YangMaha Esa kepada orang lain.
2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradaba. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan marta-
batnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.h. Berani membela kebenaran dan keadilan.i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manu-
sia.j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesiaa. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di ataskepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabiladiperlukan.
22
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indo-
nesia.e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmat kebijaksanaan dalamPermusyawaran / Perwakilana. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepent-
ingan bersama.d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.f. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabatmanusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dankesatuan demi kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untukmelaksanakan pemusyawaratan.
5. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dansuasana kekeluargaan dan kegotong royongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.d. Menghormati hak orang lain.e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.i. Suka bekerja keras.
23
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dankesejahteraan bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang meratadan kerkeadilan sosial
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa butir-butir nilai-nilai
pancasila menjadi harapan bagi bangsa Indonesia untuk menggapai cita-cita dan
dan tujuan bangsa. Menjadi bangsa yang besar yang konsisten pada nilai-nilai
luhur bangsa sendiri
C. Tinjauan Tentang Isu SARA
1. Pengertian Isu
'Isu secara sederhana adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di-
perkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang (masalah yang di
kedepankan), yang menyangkut banyak hal. Baik itu ekonomi, moneter, sosial,
politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis. Isu juga sering di sebut rumor, kabar burung, gosip, kabar
yg tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya.
Isu merupakan suatu pertanyaan tentang fakta, nilai, atau kebijakan yang
dapat di perdebatkan. Jadi dari pengertiannya makna isu menjurus kepada adanya
suatu masalah dalam suatu organisasi, lembaga, kelompok yang membutuhkan
penanganan. Jadi sebenarnya dari pengertiannya isu mengacu kepada adanya sua-
tu bibit permasalahan yang kemudian menyebabkan timbulnya perdebatan. Isu
bisa jadi merupakan kebijakan-kebijakan alternatif, atau suatu proses yang dimak-
sudkan untuk menciptakan kebijakan baru, atau kesadaran suatu kelompok
mengenai kebijakan-kebijakan tertentu yang dianggap bermanfaat bagi mereka.
24
Isu bisa meliputi masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai yang
tengah berlangsung dalam kehidupan masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Isu merupakan kabar
berita yang belum tentu terjadi dan bisa terjadi pada masa yang akan datang atau
masalah yang di kedepankan
2. Pengertian SARA
SARA merupakan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang
menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang
mana setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan
yang didasarkan pada identitas diri dan golongan. Tindakan ini mengebiri dan
melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia.
Sementara kata SARA itu merupakan singkatan dari Suku Agama, Ras dan Antar
golongan :
a. Suku atau etnis
Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan-
golongan sosial lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan
umum yang berkaitan dengan asal usul, tempat asal, serta kebudayaannya.
Koentjaraningrat (1990) menyatakan Suku bangsa sebagai kelompok so-sial atau kesatuan hidup yang memiliki sistem interaksi yang ada karena komuni-tas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sis-tem kepemimpinan sendiri. Ciri khas suatu Suku yang membedakannya denganSuku yang lain diantaranya.
a. Perbedaan ciri fisikb. Perbedaan bahasac. Perbedaan kebudayaand. Memiliki wilayah domisilih
25
Tampak bahwa etnis berbeda dari Ras. Jika pengertian Ras lebih didasar-
kan pada persamaan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh seseorang individu, maka
pengertian etnis didasarkan kepada adanya persamaan kebudayaan dalam ke-
lompok masyarakat tersebut. Etnis atau suku merupakan identitas sosial budaya
seseorang. Artinya identifikasi seseorang dapat di kenali dari bahasa, tradisi,
budaya, kepercayaan dan pranata yang dijalaninya yang bersumber dari etnis dari
mana dia berasal. dengan demikian identitas soaial budaya orang atau kelompok
orang dapat di ketahui,misalnya dari bahasa yang di gunakan.
Secara etnis, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan
jumlah etnis yang besar. Mengenai jumlah Suku bangsa yang ada di Indonesia
telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut para ahli jumlah Suku bangsa di
Indonesia mencapai 400 Suku (Sugeng H.R,2006).
Sutan Takdir Ali syahbana (1986) memperkirakan ada 200-250 Suku
bangsa. Semententara menurut Badan pusat statistik (BPS 2010) Suku bangsa
berjumlah 1.340, yang terbentang dari seluruh pelosok Nusantara Sabang sampai
Marauke. Di Indonesia, istilah kelompok etnis dapat disama artikan dengan Suku
bangsa, disamping ada pula yang menyebutkan dengan golongan etnis. Misalnya
golongan etnis Tionghoa. Suku yang berkembang di Indonesia ada yang memiliki
tingkat peradaban yang telah maju dan mampu berbaur dengan Suku bangsa lain.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa suku bangsa merupakan
suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan
kebudayaan.
26
b. Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Agama merupakan aja-
ran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
Agama dari segi etimologi terdiri atas dua kata dari bahasa sansekerta yai-
tu A dan Gama. A berarti tidak dan Gama itu berarti kacau jadi Agama adalah
tidak kacau. Agama merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Banyak
Agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk men-
jelaskan makna hidup atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta.
Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh mo-
ralitas, etika, hukum Agama atau gaya hidup yang disukai. Ada 6 (Enam) Agama
yang di akui oleh pemerintah saat ini, yaitu Islam , Budha, Hindu, Kristen
Protestan, Katolik, dan Kong huchu.
Agama pada lazimnya bermakna kepercayaan kepada Tuhan, atau sesuatu
kuasa yang ghaib dan sakti seperti Dewa, dan juga amalan dan institusi yang
berkait dengan kepercayaan tersebut. Praktek Agama juga dapat mencakup ritual,
khotbah, peringatan atau pemujaan Tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival,
pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik,
seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia.
Namun, dalam kata-kata Émile Durkheim (1915) Agama berbeda darikeyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial" ÉmileDurkheim juga mengatakan bahwa Agama adalah suatu sistem yang terpadu yangterdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Se-buah jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia ada-
27
lah beragama, dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang ateis, denganpenurunan 9 persen pada keyakinan Agama dari tahun 2005.
Dari sejarah perkembangannya agama dapat di ketahui.bahwa pada garisbesarnya sumber Agama itu dapat di bagi atas dua kelompokan:
a. Agama langit: Agama yang datangnnya dari Allah SWT. Agama seperti iniialah Agama yang disebarkan Via Nabi dan Rasul-rasul Allah ( Islam, Yahudi,Kristen )
b. Agama bumi: Agama yang sumbernya bukan dari Allah SWT. Agama sepertiini dengan sendirinya bersumber hanya dari kecerdasan otak manusia ( Hindu,Budha, Sinti dan lain-lain ).
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Agama merupakan suatu
kepercayaan seseorang terhadap tuhan yang di yakinya dalam mengatur
kehidupan manusia.
c. Ras
Franqois Bernier (1684) mengemukakan untuk pertama kalinya bahwa Rasberasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. tentang pembedaan manu-sia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelahitu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik ataubiologis. Ciri-ciri yang menjadi identitas dari Ras bersifat objektif atau somatik.
Secara biologis, konsep Ras selalu di kaitkan dengan pemberian
karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu kelopok tertentu
yang secara genetik memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut,
hidung atau potongan wajah. Perbedaan seperti itulah hanya mewakili faktor
tampilan luar.
Ras merupakan kategori individu yang secara turun temurun memiliki
ciri-ciri fisik dan biologis tertentu. Persamaan umum dalam Ras yaitu, Ras meru-
pakan suatu pengertian biologi, bukan pengertian sosiokultural. Misalnya, jika
kita menyebut Ras Negro, berarti yang dimaksud bukan sifat kebudayaan ke-
lompok tersebut seperti pandai bernain musik, melainkan ciri fisiknya, seperti
28
warna kulitnya hitam atau bentuk rambutnya keriting. Artinya, jika kita menyebut
satu kelompok Ras, berarti yang dimaksudkan bukan sifat kebudayaan kelompok
tersebut, melainkan ciri fisiknya.
Ahli genetik menyatakan bahwa pada keberagaman manusia pada da-
sarnya diterima dari sejumlah sifat orangtuanya, seperti bentuk hidung, warna ku-
lit, bentuk dan warna rambut, warna mata dan sebagainya. lainnya. Di dunia ini
dihuni berbagai Ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi Ras
atas tiga kelompok, yaitu :
a. KaukasoidKaukasoid ini ditandai dengan kulit dan mata terang, rambut mengkilap ber-
gelombang, hidung sempit, bibir tipis dan berbulu badan lebat. Seleksi wila-yahnya di Eurasia barat dengan kondisi iklim lembab, dingin, dan bentangalamnya merupakan semak yang berselang-seling.b. Negroid
Kelompok yang berkulit hitam, rambut hitam kriting halus, mata gelap,hidung lebar dan datar, bibir tebal, kepala panjang, postur tubuh pendek dan ko-koh. Seleksi wilayahnya tersebar di wilayah Afrika Barat dengan wilayah bersuhurata-rata tinggi, dan bentuk alamnya berbentuk savana.c. Mongoloid
Rata - rata bercirikan kulit kuning terang sampai coklat, mata coklat ram-but hitam lurus hitam mengkilap, hidung dan muka datar, kepala datar, tulang pipimenonjol, postur tubuh pendek dan kuat. Seleksi wilayahnya berkondisi kering,dan bentang alam stepa dilintang menengah, dengan musim panas dan dinginyang jelas.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bawa Ras merupakan ciri identitas
manusia yang dapat di lihat dari bentuk fisik manusia yaitu warna kulit, warna
rambut,suara,dan lain-lain.
d. Antar golongan
Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung hidup berkelompok, kare-
na manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memben-
29
tuk kelompoknya masing-masing dan setiap kelompok akan memberikan dampak
langsung terhadahap manusia.
Antar golongan Ialah pembagian kelompok yang satu dengan kelompok
lain, yang di bedakan atas dasar kelas sosial. Kelompok adalah sekumpulan manu-
sia yang merupakan kesatuan dan memilki identitas, dimana identitas tersebut
dapat berubah adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola interaksi
masyarakat manusia yang hidup didalam masyarakat sendiri. Kelompok terbagi
menjadi beberapa golongan misalnya kelompok profesi, kelompok aliran, ke-
lompok bermain, dan sebainya, setiap kelompok juga memiliki karakteristeik
sendiri-sendiri. Disamping itu terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai
kelompok sosial.
Menurut Abdul Syani (1987) terbentuknya suatu kelompok sosial karenaadanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama. Manusia membutuhkankomunikasi dalam membentuk kelompok, karena melalui komunikasi orang dapatmengadakan ikatan dan pengaruh psikologis secara timbal balik.
Ada dua hasrat pokok manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berke-
lompok, yaitu : Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya dan Hasrat
untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa manusia tidak akan hidup
tanpa bantuan orang lain,manusia mempunyai naluri untuk bergaul dan mencari
teman,sementara Antar golongan merupakan pembagian kelas sosial manusia
3. Pengertian Konflik
Secara etimologis “Konflik” berasal dari bahasa latin “con” yang berarti ber-
sama dan “figere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, “kon-
flik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat,
30
dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Dari pemaparan
di atas secara sederhana konflik dapat diartikan sebagai perselisihan atau per-
sengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau ke-
lompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan, m
enyingkirkan, mengalahkan atau menyisihkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik adalah pertentangan
atau percekcokan.Pertentangan sendiri muncul ke dalam bentuk pertentangan ide
maupun fisik antara dua belah pihak yang berseberangan.
Menurut Webster (1996), istilah “conflict” di dalam bahasa aslinya berarti
suatu “perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik
antara beberapa pihak. Tetapi arti kata itu kemudian berkembang dengan ma-
suknya ketidaksepakatan yang tajam antara oposisi atas berbagi kepentingan,
ide,dan lain-lain. Dengan kata lain, istilah tersebut sekarang juga meyentuh aspek
psikologis di balik konfrontasi fisik yang terjadi, selain“conflict”menjadi begitu
meluas sehingga beresiko kehilangan statusnya sebagai sebuah konsep tunggal.
Menurut Wijono (2012:224) dalam konflik dapat muncul karena adanya
kemungkinan-kemungkinan yaitu situasi-situasi yang tidak sesuai dalam men-
capai tujuan, sasaran, dan alokasi yang tidak sesuai dengan tujuan,munculnya
ketidakpastian dalam status pekerjaan dan perbedaan persepsi
Sedangkan menurut Coser (dalam zeitlin:1998:156) bahwa konflik sosial
adalah suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuannya terhadap status yang
langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau
dilangsungkan atau dieliminir saingan-saingannya.
31
Menurut Ramlan Surbakti (1992:8), konflik adalah perbedaan pendapat,
perdebatan, persaingan, bahkan pertentangan dan perebutan dalam upaya
mendapatkan dan atau mempertahankan nilai-nilai
Konflik dapat terjadi dimana saja dan karena kondisi tersebut maka
pemaknaan konflik dapat terkait dengan banyak makna dan konotasi yang bahkan
dapat menyesatkan jika dipahami secara keliru dalam konteks semantik. Seperti
banyak istilah lain yang terkait dengan dinamika masyarakat maka istilah konflik
juga menghasilkan ambivalensi yang cukup besar dan menimbulkan pertanyaan
mendasar dikalangan para ahli tentang arti dan relevansi, dan bagaimana cara ter-
baik untuk mengatasinya. Situasi konflik dapat ditemukan dalam berbagai ruang
kehidupan manusia, dalam suatu organisasi atau bahkan antar bangsa. Dalam hal
ini, konflik adalah proses dimana satu pihak menunjukkan bahwa kepentingannya
sedang ditantang oleh pihak yang lain.
4. Undang-Undang SARA
Adapun Pasal-pasal pidana terkait SARA adalah sebagai berikut :
a. Pasal 156 , 156 a, 157 Kitap Undang-Undang Hukum Pidana.
b. UU Diskriminasi, UU Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Dis-
kriminasi Ras dan Etnis Pasal 4, dan 16.
c. UU ITE Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, Pasal 28 ayat (2) dan Jo Pasal 45.
a. Pasal 156 , 156 a, 157 Kitap Undang-Undang Hukum Pidana.
Barang siapa di depan umum menyatakan perasaan permusuhan, keben-cian, atau merendahkan satu atau beberapa golongan penduduk Indonesia,dipidana dengan pidana penjaran selama – lamanya empat tahun ataudengan pidana denda setinggi – tingginya empat ribu lima ratus rupiah.
32
Yang dimaksud dengan golongan dalam pasal ini dan pasal berikutnyaialah setiap bagian dari penduduk Indonesia yang mempunyai perbedaandengan satu atau beberapa bagian lainnya dari penduduk berdasarkan suku,daerah, agama, asal usul, keturunan,kebangsaan atau kedudukan menuruthukum ketatanegaraan.
Dari uaraian pasal di atas dapat di simpulkan bahwa barang siapa dengan
sengaja menyatakan menyatakan merendakan sehingga menimbukan kebencian
dan permusuhan menimbulkan atas beberapa golongan dapat dikenakan pidana
penjara sesuai dengan ketentuan pasal 156
Terlepas dari hal tersebut, maka berdasarkan hal tersebut ketentuan Pasal
156a KUHP ini pada dasarnya melarang orang :
Dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau melakukanperbuatan, yang pada pokoknya bersifat bermusuhan, penyalahgunaan ataupenodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;
Dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau melakukanperbuatan, dengan maksud supaya orang tidak menganut agama apapunjuga yang bersendikan ke – Tuhanan Yang Maha Esa
barang siapa dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau
melakukan perbuatan sesuai yang dimaksud pasal di atas Dipidana dengan pidana
penjara selama – lamanya lima tahun sesuai dengan ketentuan pasal di atas.
- Sementara pasal 157 menjelaskan bahwa :
Barang siapa menyiarkan,mempertunjukan atau menempelkan tulisan ataulukisan di muka umum,yang isinya mengandung pernyataan permusu-han,kebencian atau penghinaan di antara atau terhadap golongan-golonganrakyat indonesia,dengan maksud supaya isinya atau lebih di ketahui olehumum,di amcam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam bulanatau pidana denda paling banyak empat rupiah lima ratus lima rupiah.
33
Dari uraian pasal diatas menekankan bahwa barang siapa dengan sengaja
melakukan penghinaan dan kebencian baik itu melalui tulisan maupun sebagainya
dimuka umum maka dapat di kenakan pidana penjara sesuai ketentuan pasal 157.
b. UU Diskriminasi, UU Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskrimi-
nasi Ras dan Etnis Pasal 4, dan 16.
a. memperlakukan pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihanberdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau pen-gurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dankebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi,sosial, dan budaya; atau
b. menunjukkan kebencian atau rasa benci kepada orang karena perbedaanras dan etnis yang berupa perbuatan:1. membuat tulisan atau gambar untuk ditempatkan, ditempelkan, atau
disebarluaskan di tempat umum atau tempat lainnya yang dapat dilihatatau dibaca oleh orang lain;
2. berpidato, mengungkapkan, atau melontarkan kata-kata tertentu ditempat umum atau tempat lainnya yang dapat didengar orang lain;
3. mengenakan sesuatu pada dirinya berupa benda, kata-kata, atau gam-bar di tempat umum atau tempat lainnya yang dapat dibaca oleh oranglain; atau
4. melakukan perampasan nyawa orang, penganiayaan, pemerkosaan,perbuatan cabul, pencurian dengan kekerasan, atau perampasan ke-merdekaan berdasarkan diskriminasi ras dan etnis
Setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan kebencian atau rasa benci kepadaorang lain berdasarkan diskriminasi ras dan etnis sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 huruf b angka 1, angka 2, atau angka 3, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (limaratus juta rupiah)
Dari uraian pasal di atas dapat di simpulkan bahwa barang siapa dengan
sengaja melakukan kebencian atas dasar diskriminasi ras dan etnis dapat
dikenakan pidana penjara sesuai ketentuan pasal di atas.
Penerapan pasal-pasal ini harus lebih tepat, sehingga sangat efektif dalam
proses penegakan keadilan, namun di sisi lain tidak memberangus kebebasan
berekspresi dan berpendapat. Pasal 28 ayat (2) Undang-undang ITE merupakan
34
pasal paling kuat dan tegas serta jelas dalam menindak penyebaran kebencian
dibanding pasal-pasal pidana lainnya. Jarang sekali Undang-Undang Anti-
Diskriminasi diterapkan di pengadilan.
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yangditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individudan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas SARA". Ketentu-an sanksi pidana Pasal 28 ayat (2) tersebut diatur dalam Pasal 45 ayat (2)berbunyi:
“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 ta-hun dan/atau denda paling banyak 1 miliar rupiah.”
Karena pasal 28 ayat (2) ITE merupakan pasal paling kuat bagi tindak pi-
dana penyebaran kebencian di dunia maya dibanding pasal-pasal pidana lainnya.
Maka tren penggunaan pasal 28 ayat (2) ITE ditahun-tahun mendatang pasti lebih
meningkat, ini karena elemennya lebih luas, dengan ancaman pidana yang lebih
berat dan secara spesifik mudah menyasar penyebar kebencian berbasis SARA di
dunia maya, dibanding UU lainnya.
D. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang Relevan :
1. Christine Purnamasari Andu. 2018. Efek Postingan SARA Di Media Sosial
terhadap Pertemanan. Makassar : Skripsi Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Hasanuddin
2. Wulan Purnama Sari 2018. Studi Pertukaran Sosial dan Peran Nilai Agama
Dalam Menjaga Kerukunan Antar Kelompok Umat Beragama di Manado.
Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanagara
Hasil penelitian diatas dijadikan pijakan peneliti ini dalam proses
penelitian tentang Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menghadapi Isu
35
SARA di Desa Kapota Induk Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi.
E. Kerangka Pikir
Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai
luhur budaya bangsa. Pancasila juga merupakan ideologi bangsa Indonesia yang
dijadikan sebagai pandangan hidup dan pedoman dalam menggapai cita-cita dan
tujuan bangsa dan negara. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, maka
nilai yang terkandung dalam Agamanya dijadikan dasar membentuk karakter
bangsa. Selain itu, mengingat bahwa bangsa Indonesia adalah terbentuk dari
berbagai macam suku bangsa dan beraneka macam budaya, maka adalah suatu
keharusan dalam menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa berdasarkan nilai
budaya yang ada di mana mereka berada.
Implementasi nilai-nilai Pancasila pada hakikatnya dalam kehidupan ber-
masyarakat secara menyeluruh merupakan sebuah realisasi praktis untuk men-
capai tujuan bangsa, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkepribadian luhur
memiliki jiwa dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang telah
dimiliki sejak jaman nenek moyang. Nilai-nilai yang telah tertanam dalam jiwa,
hati dan sanubari bangsa Indonesia yang dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari
yang hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun dengan sesamanya.
SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan ) merupakan tindakan
yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama,
kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang mana setiap tindakan yang
36
melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas
diri dan golongan.
Dengan pelaksanaan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi
isu SARA dapat membentuk masyarakat yang sadar akan perbedaan dan
menjadikan perbedaan itu adalah sesuatu titipan dari Tuhan yang Maha Esa untuk
menjadi satu. Nilai-nilai Pancasila menjadi landasan dalam berprilaku dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dapat tercipta masyarakat yang tentram dan
damai.
Gambar 2.1
PANCASILA
Pancasila sebagai dasar negara danIdeologi bangsa
Nilai-nilai pancasila (ketuhanan, kemanu-siaan, persatuan, kerakyatan, dan keadi-
lan).
Implementasi nilai-nilai Pancasilaterhadap masyarakat dalam
menghadapi Isu SARA
Upaya pemerintah Daerahwakatobi mengatasi konflik Isu
SARA di Desa Kapotakecamatan Wangai-wangi
selatan Kabupaten Wakatobi
37
F. Definisi Operasional Variabel
1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjuk kualitas dan
berguna bagi manusia. Nilai merupakan petunjuk umum yang telah ber-
langsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam ke-
hidupan sehari-hari.
2. Pancasila merupakan dasar negara sekaligus idiologi bagi kehidupan bang-
sa Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari
dua kata yaitu ‘’panca’’ artinya lima,dan ‘’sila’’ artinya dasar atau asas.
sehingga arti Pancasila secara harfiah adalah lima dasar.
3. Nilai - nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, menjadi
dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan dalam kehidupan
bermasyarakat maupun kehidupan bernegara. Nilai-nilai Pancasila sebagai
sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam menjalankan kehidupan ber-
bangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam bertingkah laku
dan bertindak dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup ber-
bangsa dan bernegara
4. SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan ) merupakan tindakan
yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan,
agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang mana setiap
tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang
didasarkan pada identitas diri dan golongan.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomologi yaitu model penelitian yang berfokus pada pem-
ahaman terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada metode
penelitian ini, peneliti menggunakan perspektif dari partisipan sebagai gambaran
yang diutamakan dalam memperoleh hasil penelitian. Sedangkan jenis penelitian
yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi. Beralamat di Jalan Poros Kapota
2. Waktu penelitian
Penelitian akan di rencanakan pada Bulan September - November 2019 di
Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
C. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah orang atau
pelaku yang benar-benar tahu dan menguasai masalah, serta terlibat lansung
dengan masalah penelitian. Dengan mengunakan metode penelitian kualitatif,
maka peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual.
39
Teknik Penentuan Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini ada-
lah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data,
dan bersedia memberikan imformasi lengkap dan akurat. Informan yang bertindak
sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat, yang akan menjadi
informan narasumber (key informan) dalam penelitian ini. Untuk Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel. 1.1 Daftar informan
No Informan Frekuensi
1 Kepala Desa 1 orang
2 Toko masyarakat 1 orang
3 Suku Buton 1 orang
4 Suku Muna 1 orang
5 Suku bugis 1 orang
6 Suku Bajo 1 orang
Jumlah 6 orang
D. Sumber Data
Sumber data penelitian yaitu sumber subjek dari tempat mana data
bisa di dapatkan. Ada dua macam sumber data :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung yang diterimah dari in-
forman yaitu melalui wawancara dan observasi. Data primer yang di
40
peroleh adalah data mengenai Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam
menghadapi Isu SARA.
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh bukan
secara langsung dari sumbernya. Data sekunder yang di pakai adalah sum-
ber tertulis seperti sumber buku, Internet, Jurnal Penelitian, dan dokumen-
dokumen dari pihak yang berkaitan dengan Nilai-nilai Pancasila Dalam
mengahadapi Isu SARA.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian yang
dapat menunjang seorang peneliti untuk memperoleh informasi agar proses
penelitian dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun instrumen
penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, pedoman observasi, pedoman wawancara,
dokumentasi, recorder, kamera dan alat penunjang lainnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang di-
pergunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan yang dilakukan dilapangan oleh peneliti
baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap obyek penelitiannya,
hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui objektifitas dan ken-
41
yataan yang ada. Dengan berdasarkan pada perencanaan yang sistematis dan
mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.
2. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi
dengan cara bertanya secara langsung kepada informan, Wawancara dil-
akukan dengan berdialog langsung pada informan untuk memperoleh ket-
erangan tentang sesuatu yang diteliti. Ketika melakukan wawancara dengan
informan diusahakan membangun suasana kekeluargaan. Mengajukan pertan-
yaan-pertanyaan kepada informanserta mencatat jawaban dari informan pada
saat melakukan wawancara. Terkait implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
menghadapi isu SARA.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melaui sumber
dokumen yang resmi relevan dan valid. Baik berupa data-data tentang tempat
penelitian, data-data terkait keadaan masyarakat Kapota Induk .
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, se-
hingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain (Sugiyono, 2013:244). Teknik analisis data disesuaikan dengan masalah dan
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya gambaran teknik
analisis data yang digunakan dapat dilihat pada penjelasan berikut:
42
1. Reduksi Data,
Merupakan proses melakukan analisis data dengan cara merumuskan,
memilah memilih hal-hal pokok yang relevan, menfokuskan pada hal-hal
penting, dan membuat kategorisasi sehingga memberikan gambaran yang
jelas serta mempermudah peneliti. Dengan melakukan yaitu: (a), informasi
wawancara yang diperoleh dari sejumlah informan dicatat dan dalam bentuk
tabulasi data, (b), data yang telah dicatat dan ditabulasi, diseleksi yang di-
ambil hanya yang dianggap paling representative untuk disajikan sebagai da-
ta.
2. Penyajian Data,
Merupakan mengoganisasikan data, membuat uraian singkat bagan,
hubungan antara kategori dengan langkah-langkah yaitu:(a), data yang telah
diseleksi di internalisasikan dan direlevansikan dengan data etik, (b), infor-
masi yang diperoleh dari wawancara di interprestasikan untuk memberikan
gambaran mendeskripsikan fokus-fokus masalah.
3. Kesimpulan
Merupakan penarikan kesimpulan setelah menyajikan data. Peneliti
akan menarik sebuah kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah dan
memberikan saran-saran berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang
diambil. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: (a), mendeskripsikan fokus
masalah yang telah di interpretasi dan dilakukan penarikan kesimpulan.(b),
kesimpulan sementara direlevansikan dengan hasil observasi dilapangan, se-
hingga memperoleh pemahaman masalah yang sesuai dengan kajian teoritis.
43
(c), melakukan penyimpulan akhir dan men deskripsikan sebagai hasil
penelitian.
H. Keabsahan Data
pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya,selain digunakan un-
tuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang menga-
takan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari
tubuh pengetahuan kualitatif(Moleong 2007:320)
kebsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dil-
akukan benar-benar penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang di-
peroleh. Uji kebsahan data dalam peneliatian kualitatif meliputi uji, credibility,
transferability, dependability, dan confirmability (sugiono 2007:270).
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan se-
bagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji kebsahan data. Adapun uji kebsahan
data yang dapat dilaksanakan.
1. Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data
hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang
dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan.
2. Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel itu diambil
(Sugiyono,2007:276)
44
Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai trasnfer sampai saat ini
masih dapat diterapkan /dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai
transfer sangat bergantung pada si pemakai. Sehingga ketika penelitian
dapat digunakan dalam konteks yang berbeda disituasi sosial yang berbeda
validitas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dependability
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapat percobaan yang
dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.penelitian yang
dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila penelitian yang
dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan
memperoleh hasil yang sama pula
Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan preses penelitian. Dengan cara auditor independen
atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang
dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.Misalnya bisa dimulai
ketika bagaimana peneliti mulai menentukan masalah , terjun kelapangan,
memilih sumber data, melaksanakan analisis data, melakukan uji
keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil pengamatan
45
4. Confirmability
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmablity penelitian. Penilitian bisa dikatakan objektif apabila hasil
penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji
confirmability berarti, menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan
proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar confirmability
Validitas dan keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara
data yang di peroleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesunggunya
pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat
dipertanggungjawabkan.
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Lokasi Penelitian
Desa kapota merupakan salah satu Desa dari 21 Desa yang ada di wilayah
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Desa Kapota memiliki 4 dusun yaitu Dusun I,
Dusun II, Dusun III dan Dusun IV. Desa kapota adalah salah satu Daerah yang
berada di kawasan pesisir Selatan Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi yang hanya berjarak 3 KM dari ibu kota Kabupaten Wakatobi.
Kondisi alamnya yang masih alami dan panorama alamnya yang sangat
indah, terutama sektor lautnya. Dengan kondisi alam seperti ini, Desa Kapota
merupakan bagian dari pengembangan sektor parawisata laut. Dan jarak antara
Desa Kapota dengan ibu kota Kabupaten Wakatobi yaitu Wangi-Wangi
membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan menggunakan motor laut atau
perahu kapal.
Berdasarkan Data Profil Desa, dalam hubungan letak suatu wilayah maka
Secara geografis Desa Kapota terletak disebelah selatan ibukota Kecamatan
Wangi-wangi Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah utara : Laut Lepas
- Sebelah Timur : Desa Kabita
- Sebelah Selatan : Kabita Togo
- Sebelah Barat : Kapota Utara
46
47
B. Deskripsi Informan Penelitian
Informan (subyek) dalam penelitian ini terdiri dari 6 orang yaitu :
1. Informan I
Informan pertama atas nama saudara LA yang usianya 30 tahun, LA
beragama Islam, dan ber Suku Buton pekerjaan LA sebagai wirausaha sekaligus
kepala pemuda, LA merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara dan LA menempuh
pendidikan sampai Strata Satu (S1).
2. Informan II
Informan kedua atas nama bapak LH yang usianya 42 tahun, bapak LH
beragama Islam, dan ber Suku Muna pekerjaan bapak LH sebagai buruh
bangunan, bapak la Husa anak ke 1 dari 2 bersaudara dan dan bapak LH
menempuh pendidikan sampai SMP.
3. Informan III
Informan ketiga atas nama saudara AR yang usianya 29 tahun, AR
beragama Islam, ber Suku Bugis pekerjaan AR sebagai staf di Pemerintahan
Desa, AR anak ke 1 dari 3 bersaudara dan AR menempuh pendidikan sampai
SMA.
4. Informan IV
Informan keempat atas nama saudara ES yang usianya 35 tahun, beragama
Islam, ber Suku Bajo pekerjaan ES sebagai guru honorer, ES anak ke 3 dari 3
bersaudara dan ES menempuh pendidikan sampai Strata Satu (S1), disalah satu
perguruan tinggi yang ada di Makassar.
48
5. Informan V
Informan kelima atas nama bapak LHD yang usianya 59 tahun, beragama
Islam, pekerjaan bapak LHD sebagai petani, bapak LHD anak ke 2 dari 6
bersaudara dan bapak LHD menempuh pendidikan sampai SMP, bapak LHD
sebagai tokoh masyarakat Desa Kapota
6. Informan VI
Informan ke enam atas nama bapak HJN yang usianya 42 tahun beragama
Islam, bapak HJN merupakan anak dari ke 2 dari 4 bersaudara dan bapak HJN
menempuh pendidikan sampai SMA, bapak HJN adalah Kepala Desa Kapota.
C. Hasil Penelitian
1. Implementasi Nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat dalam
menghadapi Isu SARA di D esa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi.
Dari hasil penelitian dilapangan bahwa masyarakat Kapota menganut
Agama Islam, Implementasi nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat Kapota
pada dasarnya bahwa sebagian masyarakat Kapota masih kurang memahami
tentang nilai-nilai Pancasila, bahkan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari
masih jauh dari kata baik. Bahkan sebagian juga masyarakat Kapota hanya
mengetahui Pancasila secara simbolik saja.
1. 1 Pengamalan nilai-nilai Pancasila
Pancasila mengandung nilai-nilai yang hakiki, yang didalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 diberi kedudukan sebagai dasar negara. Dasar negara
tidak akan mempunyai makna jika kita sebagai pendukungnya tidak mampu untuk
49
melaksakannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila dapat menjadikan kehidupan kita semakin lebih
baik. jadi kita harus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari baik itu
didalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun berbeda dengan kondisi
masyarakat Kapota sekarang. Ketika nilai-nilai Pancasila masih kurang dipahami
dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan saudara LA
yang menjelaskan bahwa:
“Hanya yang mengerti nilai-nilai Pancasila saja yang bisamengamalkannya,dikarenakan sebagaian masyarakat Kapota belumsepenuhnya paham tentang Pancasila tersebut.”
Menurut keterangan saudara LA dapat dinyatakan bahwa pengamalan
nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat Kapota masih sangat kurang sekali
hanya yang mengerti saja yang bisa mengamalkannya sebagiannya tidak di
karenakan masih ada masyarakat yang tidak tahu atau tidak paham tentang
Pancasila.
Senada dengan keterangan hasil wawancara dengan bapak LH yangmenjelaskan bahwa :
“Menurut saya kalau dibilang seluruh sih mungkin tidak. Ada beberapakalangan yang agak kurang tahu tentang hal ini,bahkan tidak tahu samasekali bahwa dasar negara kita adalah Pancasila.diantaranya kalanganmereka orang-orang tua kami atau seumuran kami yang tidak memahamiaksara,juga mereka yang tingkat pendidikannya tidak melebihi sekolahdasar.”
Menurut keterangan bapak LH dapat di nyatakan bahwa sebagian
masyarakat Kapota masih belum mengamalkan nilai-nilai Pancasila disebabkan
50
juga karena ketidaktahuan tentang Pancasila apalagi kalangan-kalangan yang
tingkat pendidikannya tidak melebihi sekolah dasar.
Hasil wawancara dengan saudara AR yang menjelaskan bahwa :
”Melihat kondisi yang terjadi belakangan ini,warga disini masih belumoptimal dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila,dibuktikan denganmunculnya konflik di masyarakat yang pernah terjadi hingga bisamenimbulkan perpecahan yang tidak diinginkan”.
Menurut keterangan saudara AR dapat dinyatakan bahwa warga atau
masyarakat Kapota belum terlalu optimal dalam mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dibuktikan dengan terjadinya konflik sesama warga masyarakat Kapota
yang berujung pada perpecahan yang tidak diinginkan.
Hasil wawancara dengan saudara ES yang menjelaskan bahwa:
“Tidak semua nilai-nilai Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,terutama nilai-nilai Pancasila yang ada pada sila ketiga ini yang palingpenting contohnya terjadinya konflik sosial yang berbauh SARA yangberujung pada perpecahan antar warga masyarakat Kapota dan hubungankekeluargaan terlepas pasca terjadinya pemelihan wakil daerah (DPRD)akibat tidak menjalin kembali tali silaturahim luntur sesama.”
Berdasarkan keterangan saudara ES dapat dinyatakan bahwa tidak semua
nilai-nilai Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari terutama sila ke tiga
yang paling penting terjadinya perpecahan-perpecahan terhadap warga Kapota
disebabkan juga karena kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila.
1. 2 Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia dan untuk
menjadi warga negara yang baik (good citizen) di Indonesia harus sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa adalah konsepsi dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan bangsa dalam
51
menghadapi tantangan kehidupan. Mengingat Pancasila adalah sumber dari
sumber hukum memiliki peranan penting sebagai acuan ataupun pedoman
bagaimana berperilaku yang baik di Indonesia. Maka dari itu Pancasila harus
membumi diseluruh pelosok Nusantara agar seluruh masyarakat tahu bahwa
Pancasila adalah dasar negara sekaligus ideologi bangsa. Akan tetapi hal tersebut
tidak serupa dengan masyarakat Kapota yang masih ada yang tidak tahu dan
paham tentang Pancasila.
Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan saudara LA
yang menjelaskan bahwa:
“Sebagian saja, dikarenakan tidak semua penduduk masyarakat Kapotaberpendidikan terutama di sekolah dasar.”
Berdasarkan hasil keterangan saudara LA dapat dinyatakan bahwa
pengetahuan tentang Pancasila dikalangan masyarakat Kapota masih minim
artinya masih ada masyarakat Kapota yang tidak tahu tentang dasar negara
Indonesia.
Hasil wawancara dengan bapak LH menjelaskan bahwa :
“ Sebagian tahu dan sebagian lainnya tidak tahu.”
Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan diatas dapat dinyatakan
bahwa sebagian masyarakat Kapota belum mengetahui bahwa Pancasila adalah
dasar negara Indonesia. Ini menjadi tugas dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Desa dalam membumikan Pancasila ditengah-tengah masyarakat khususnya
masyarakat Kapota.
52
Hasil wawancara dengan ES menjelaskan bahwa:
“Menurut saya pribadi, tidak semua masyarakat Kapota mengetahuibahwa Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia demikian karenahanya golongan terpelajar yang mengetahui bahwa Pancasila adalahsebagai dasar negara kita,selebihnya masyarakat yang awam hanyamengetahui Pancasila secara simbolik.”
Dilihat dari hasil wawancara dengan ES sebagaian masyarakat Kapota
mengetahui pancasila itu hanya sebagai simbolik semata tanpa mereka pahami
makna dari pancasila
Berbeda dengan jawaban AR yang menjelaskan bahwa.
“Kalau seluruh mungkin tidak.tapi sebagaian besar telah tahu bahwa dasarnegara kita adalah Pancasila.”
Di lihat dari hasil wawancara dengan saudara AR dapat dikatakan bahwa
sebagian besar masyarakat kapota telah mengetahui bahwa Pancasila adalah dasar
negara Indonesia.
1.3 Faktor penyebab konflik Isu SARA di Desa Kapota
SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan ) merupakan tindakan
yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, Agama,
kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang mana setiap tindakan yang
melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas
diri dan golongan. Terjadinya konflik Isu SARA di Desa Kapota disebabkan
karena perebutan hak milik mengenai batas-batas tanah antara sesama warga
Kapota yang berlainan Suku sehingga menimbulkan konflik.
53
Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan saudara LA
yang menjelaskan bahwa:
“Konflik SARA ini bemula, disaat terjadinya perbedaan pendapatmengenai batas-batas wilayah ataupun perbedaan kepentingan antaraSuku.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara LA dapat dinyatakan bahwa
terjadinya konflik SARA disebabkan karena perbedaan pendapat mengenai batas-
batas tanah yang di perebutkan oleh kedua kubu antara Suku setempat yaitu Suku
Boton dengan Suku Muna yang bukan asli Suku setempat.
Senada dengan jawaban bapak LH yang menjelaskan bahwa:
“karena adanya pertikayan antara sesama warga disini tentang batas-batastanah sehingga menimbulkan konflik yang berujung pada golonganSuku,yaitu Suku pendatang yang ingin menambah tanah miliknya.”
Berdasarkan keterangan hasil wawancara dengan bapak LH dapat
dinyatakan bahwa terjadinya konflik sosial yang berbau SARA di Desa Kapota
disebabkan adanya pertikayan antara warga masyarakat Kapota yaitu Suku Boton
dengan Suku Muna mengenai hak milik tanah.
Hasil wawancara dengan saudara ES :
“Jadi yang melatarbelakangi terjadinya konflik SARA ini karena perebutanbatas-batas tanah oleh warga asli kapota dan warga bukan asli kapota yangsudah menetap tinggal disini selama bertahun-tahun.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara ES dapat dinyatakan bahwa
terjadinya konflik SARA di Desa Kapota disebabkan oleh perebutan batas-batas
tanah oleh warga asli Kapota dengan warga bukan asli Kapota yang sudah
menetap tinggal bertahun-tahun yaitu Suku Muna.
54
Hasil wawancara dengan saudara AR menjelaskan bahwa :
“Awal mula terjadinya konflik tersebut disebabkan karena kesalapahamanantara golongan masyarakat lokal dan golongan masyarakat pendatangmengenai pengambilan batas-batas tanah yang dilakukakan olehmasyarakat pendatang.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara AR dapat dinyatakan bahwa
terjadinya konflik SARA di Desa Kapota disebabkan karena kesalahpahaman
antara sesama warga Kapota yang berlainan Suku mengenai batas-batas tanah.
2. Upaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di
Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan bahwa Upaya-upaya yang di
lakukan oleh Pemerintah Daerah Wakatobi melalui Pemerintah Desa dengan
melibatkan aparat keamanan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh Agama dan
jajaran Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan masalah konflik isu SARA yang
pernah terjadi di Desa Kapota dengan mempertemukan ke dua belah pihak yang
bersangkutan kemudian dibahas secara bermusyawarah dan hasilnya sudah agak
membaik meskipun belum terlalu maksimal. Namun Pemerintah Desa Kapota dan
jajarannya terus berusaha agar masalah seperti konflik sosial yang berbau SARA
tidak terjadi lagi, sebab salah satu yang dapat membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa adalah masalah isu SARA. Tentu ini menjadi pembelajaran
kepada pihak Pemerintah Daerah wakatobi agar dapat mengawasi setiap
permasalahan yang ada di dalam masyarakat.
55
2.1 Peranan pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik isu SARA di
Desa Kapota
Pemerintah Daerah Wakatobi dengan cepat mengambil langkah dalam
menyelesaikan konflik SARA yang pernah terjadi di Desa Kapota.
Berikut ini hasil wawancara dengan bapak LHD sebagai tokoh masyarakat
yang menjelaskan bahwa :
“Peranan Pemerintah Wakatobi dalam menyelesaikan konflik SARAyang pernah terjadi di Desa ini dengan mempertemukan antara keduabelah pihak yang terlibat dalam konflik tersebut dengan caramendatangkan pihak ketiga sebagai penyelesaiaan masalah tersebut.”
Berdasarkan hasil pernyataan bapak LHD dapat dikatakan bahwa Peranan
Pemerintah Daerah dalam mengatasi masalah SARA yang pernah terjadi di Desa
Kapota dengan mempertemukan kedua belah pihak yang terlibat kemudian di
selesaikan dengan secara bermusyawarah.
Hasil wawancara dengan JN menjelaskan bahwa :
“Pemerintah dan tokoh masyarakat setempat masih terus berusaha untukmeredakan konflik isu SARA ini. kampanye-kampanye persatuan seringkami lakukan di tengah-tengah masyarakat,sejauh ini hasil ke arah posistifmulai terlihat walaupun itu belum terlalu maksimal.”
Berdasarkan hasil pernyataan bapak JN dapat dikatakan bahwa Pemerintah
dan tokoh masyarakat terus berusaha dalam meredam konflik agar tidak terjadi
lagi kampanye-kampanye persatuan sering dilakukan ditengah-tengah masyarakat.
56
2.2 Forum musyawarah yang di gunakan dalam menyelesaikan masalahkonflik isu SARA
Musyawarah merupakan kegiatan pengambilan keputusan secara mufakat
yang biasa dilakukan oleh semua manusia,dengan cara musyawarah suatu masalah
dapat diselesaikan dengan baik dengan memegang prinsip persaudaraan dan
kekeluargaan.
Berikut ini hasil wawancara dengan bapak LHD sebagai tokoh masyarakat
yang menjelaskan bahwa :
“Ada biasanya untuk mengatasi masalah konflik, didatangkan pihak-pihakyang bersangkutan pihak-pihak yang berwenang dalam menyelesaikanmasalah tersebut serta pihak-pihak pertahanan seperti polisi sebagai pihakyang mengamankan.”
Berdasarkan jawaban dari bapak LHD dapat dikatakan bahwa sudah adah
musyawarah yang dilakukan dengan mendatangkan pihak-pihak yang berwenang
dan pihak keamanan di dalam musyawarah tersebut.
Hasil wawancara dengan JN menjelaskan bahwa :
“Untuk saat ini sudah ada suatu forum musyawarah untuk mengatasikonflik isu SARA seperti halnya kami sudah pernah melakukan suatupertemuan dimana antara tokoh Agama tokoh adat,tokoh masyarakat danjajaran Pemerintah Daerah untuk membahas masalah tersebut.”
Berdasarkan jawaban dari bapak JN dapat dikatakan bahwa sudah forum
musyawarah yang membahas masalah konflik SARA tersebut dimana tokoh-
tokoh penting yang didalam masyarakat Kapota menjadi orang-orang yang
dipercayai untuk mengatasi masalah tersebut didalam musyawarah.
57
2.3 Tahapan musyawarah
Dalam musyawarah yang dilakukan oleh masyarakat Kapota hanya orang-
orang penting saja atau perwakilan dalam membahas masalah sosial terutama
masalah konflik SARA yang pernah terjadi di Desa Kapota.
Berikut ini hasil wawancara dengan bapak LHD sebagai tokoh masyarakat
yang menjelaskan bahwa :
“Seperti yang kita lihat realitanya saat ini hanya perwakilan saja misalnyatokoh masyarakat,tokoh adat,tokoh Agama,dan sebagian jajaranPemerintah Daerah. ”
Sesuai dengan hasil keterangan bapak LHD dapat dikatakan bahwa
kegiatan musyawarah hanya diikuti oleh orang-orang yang dianggap penting saja
misalnnya para tokoh dan jajaran Pemerintah Daerah.
Senada dengan hasil wawancara dengan JN menjelaskan bahwa :
“ Tidak semua masyarakat mengikuti kegiatan tersebut,hanya mereka yangmempunyai peranan penting yang bisa mengikutinya misalnya, tokohAgama, tokoh masyarakat, kepala Desa dan jajaran Pemerintah Daerah”.
Berdasarkan hasil keterangan bapak JN dapat disimpulkan bahwa kegiatan
musyawarah hanya diikuti oleh orang-orang yang dianggap penting saja
misalnnya para tokoh dan jajaran Pemerintah Daerah. Yang mana tujuannya untuk
mencari solusi dan jalan yang terbaik agar masalah SARA tidak terulang lagi.
2.4 Sosialisasi Pancasila
Sosialisasi merupakan proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai
dan aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat. Sosialisasi Pancasila sejatinya sangat penting sekali dilakukan di
tengah-tengah masyarakat sekarang mengingat diera serba moderen ini sudah
banyak yang tidak tahu atau acuh tak acuh terhadap Pancasila.
58
Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan bapak LHD
yang menjelaskan bahwa:
“Sangat penting sekali, karena dengan diadakannya sosialisasi,masyarakatbisa mendengarkan langsung tentang pemaparan dari pada nilai-nilaiPancasila yang harus diterapkann oleh kita semua.Pancasila kan adalahdasar negara kita.yang mana nilai-nilai yang terkandung didalamnnya telahsempurna sebagai patokan dalam membina rasa persatuan masyarakatIndonesia.Sosialisasi yang intes bagi masyarakat, generasi muda khusunyamenurut saya merupakan cara yang terbaik untuk memperkokoh solidnyapersatuan dan persaudaraan antara kita warga sebangsa dan setanah air.”
Berdasakan hasil wawancara dengan bapak LHD dapat dikatakan bahwa
pentingnya sosialisasi Pancasila diwujudkan ditengah-tengah masyarakat
mengingat sebagian masyarakat Kapota masih ada yang kurang paham tentang
Pancasila. timbulnya konflik sosial yang berbauh isu SARA bisa jadi juga karena
kurangnya pemahaman tentang nila-nilai Pancasila.
Hasil wawancara dengan saudara JN menjelaskan:
“Menurut saya penting sekali,saya rasa persatuan bisa sesama bangsaIndonesia akhir-akhir ini mulai menurun.entah faktor utamanya apa sayakurang tahu.Tapi yang jelas dengan diadakannya sosialisasi pendidikanpancasila yang kompleks rasa persatuan itu akan lahir kembali dan sayaharap bisa mendarah daging bagi kita semua,seluruh warga negaraIndoneia khususnya warga masyarakat Desa Kapota. Pancasila adalahamanat bangsa dan negara Republik Indonesia yang termuat dalamUndang-uandang Dasar 1945 sehingga penting mengadakan sosialisasipendidikan Pancasila dalam rangka menciptakan keharmonisasian dankerukunan ditengah-tengah masyarakat.”
Sesuai hasil wawancara dengan bapak JN maka dapat dikatakan bahwa
pentingnya sosialisasi terkait pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila dan ke
bhinekaan diwujudkan didalam masyarakat guna membentuk masyarakat yang
satu aman dan damai. Mengingat minimnya pemahaman masyarakat Kapota
terhadap ke bhinekaan dan Pancasila sebagai dasar negara.
59
2.5 Harapan
Harapan masyarakat Kapota pada dasarnya adalah bisa hidup rukun aman
dan damai tanpa ada diskriminasi minoritas. Dapat memperat talisilaturahim
antara sesama warga Kapota.
Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan bapak LHD
yang menjelaskan bahwa:
“Harapan saya kepada seluruh masyarakat Kapota agar dapat mempererattali silaturahim dan tidak mudah terprovokasi dengan masalah–masalahsosial yang dapat membahayakan persatuan kita.”
Berdasarkan keterangan hasil wawancara dengan bapak LHD dapat di
katakan bahwa kepada seluruh masyarakat Kapota agar tidak mudah terprovokasi
dengan masalah-masalah yang dapat membahayakan Persatuan.
Hasil wawancara dengan JN menjelaskan bahwa :
“Harapan saya semoga hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi dan masyarakatKapota dapat hidup rukun antara sesama Suku yang ada di Desa ini.”
Sesuai keterangan hasil wawancara dengan bapak JN dapat disimpulkan
bahwa semoga masalah seperti Isu SARA tidak terjadi lagi dan masyarakat
Kapota bisa hidup rukun dan baik antara sesama Suku.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Untuk memperjelas hasil penelitian yang disajikan sebelumnya maka
peneliti akan membahas data-data yang diperolehnya dari wilayah penelitian.
Untuk lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut:
60
1. Implementasi Nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat dalam
menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi.
Pancasila mengandung nilai-nilai yang hakiki, yang didalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 diberi kedudukan sebagai dasar negara. Dasar negara
tidak akan mempunyai makna jika kita sebagai pendukungnya tidak mampu untuk
melaksakannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
Pancasila masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai kerukunan seperti
yang kita miliki sekarang ini. Pancasila juga merupakan pedoman bagi masyarakat
Indonesia dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Dari hasil penelitian mengenai inplementasi nilai-nilai Pancasila didukung
oleh penelitian Bambang Suteng Sulasmono (2015: 68) menyatakan bahwa
Pancasila tidak hanya menjadi dasar perhubung antara warga negara dengan
negara, melainkan juga dasar perhubungan antar warga negara. Dalam pergaulan
sehari-hari tentunya setiap warga negara akan berhubungan dengan warga negara
lainnya, dalam hal ini Pancasila dapat dijadikan landasan dasar dalam bergaul
dengan warga negara lain.
Berdasarkan uraian di atas masyarakat Kapota masih kurang memahami
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bahkan pengamalannya dalam
kehidupan sehari-hari masih jauh dari kata terlaksana. Hal ini menunjukan bahwa
nilai-nilai luhur bangsa kita masih kurang dipahami dan diilhami oleh sebagian
masyarakat Indonesia seperti halnya masyarakat Kapota. Bahkan masih ada juga
yang belum tahu bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Padahal
61
Implementasi nilai-nilai Pancasila menjadi suatu keharusan yang wajib dilakukan
oleh siapa saja yang menjadi warga negara Indonesia.
Berdasarkan pengamatan di lapangan yang menjadi faktor kurangnya
pemahaman nilai-nilai pancasila yaitu masih banyak masyarakat Kapota terutama
para orang tua belum mengenyam pendidikan dan kurangnya pemahaman terkait
nilai-nilai pancasila karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah setempat
tentang pentingnya nilai–nilai pancasila tersebut seperti gotong royong ,
kurangnya nilai persatuan dalam setiap suku yang ada di desa Kapota.
Pancasila dapat berperan sebagai pemersatu bangsa, menjaga persatuan
dan kesatuan, serta dapat mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan
yang dicita-citakan. Pancasila dapat memberi gambaran cita-cita dan dapat
dijadikan motivasi dan tekad untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia. Sejarah
mencatatkan sudah banyak kasus-kasus konfilik SARA yang pernah terjadi di
Indonesia bahkan sudah menjadi fenomena mulai dari zaman orde baru sampai
zaman revormasi masih sering kita dijumpai. Hal ini menandakan bahwa
penanganan masalah SARA harus betul-betul diperhatikan oleh semua kalangan
baik Pemerintah Pusat maupun sampai Pemerintah paling bawah yaitu Desa sebab
dampak dari isu SARA dapat membahayakan persatuan dan kesatuan Bangsa dan
Negara.
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan) merupakan tindakan
yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, Agama,
kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang mana setiap tindakan yang
62
melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas
diri dan golongan.
Salah satu faktor sehingga terjadinya konflik sosial yang berbauh isu
SARA di Desa Kapota disebabkan oleh pertikayan atau perbedaan pendapat
antara sesama warga Kapota yang berlainan Suku yaitu Suku Boton dan Suku
Muna yang memperebutkan soal batas-batas tanah sehingga berujung pada konflik
sosial yang berbau SARA dimana satu sama lain saling mengedepankan ego
masing-masing sehingga berujung pada perpecahan antara ke dua belah pihak.
Menurut Wijono (2012:224) menjelaskan dalam konflik dapat muncul
karena adanya kemungkinan-kemungkinan yaitu situasi-situasi yang tidak sesuai
dalam mencapai tujuan, sasaran, dan alokasi yang tidak sesuai dengan tujuan,
munculnya ketidakpastian dalam status pekerjaan dan perbedaan persepsi
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Ramlan Surbakti (1992:8) yang
menjelaskan bahwa konflik adalah perbedaan pendapat, perdebatan, persaingan,
bahkan pertentangan dan perebutan dalam upaya mendapatkan dan atau
mempertahankan nilai-nilai.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa memang konflik muncul
karena akibat dari ketidaksesuaian antara pemikiran pendapat maupun tujuan yang
dapat menimbulkan terjadinya pertentangan dan perkelahian yang dapat memecah
belah solidaritas antara warga maupun persatuan.
Meskipun konflik sosial ini tidak terlalu besar dan menyebar disetiap
Daerah akan tetapi keberadaanya juga sangat membahayakan persatuan-persatuan
yang ada didalam masyarakat Kapota . Apapun yang terjadi didalam masyarakat
63
yang mana terjadi konflik sosial yang berupa bentrok atau lain sebagainya maka
pihak yang berwenamg harus cepat menindak lanjuti agar tidak terjadi masalah-
masalah yang tidak diinginkan. Apapun itu kalau sudah menyangkut masalah
empat kategori tersebut yaitu Suku, Agama Ras dan antar Golongan maka sudah
dikatakan itu adalah masalah SARA.
2. Upaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di
Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Wakatobi melalui
Pemerintah Desa dengan melibatkan aparat keamanan, tokoh masyarakat, tokoh
adat, tokoh Agama dan jajaran Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan masalah
konflik isu SARA yang pernah terjadi di Desa Kapota dengan mempertemukan ke
dua belah pihak yang bersangkutan kemudian dibahas secara bermusyawarah dan
hasilnya sudah agak membaik meskipun belum terlalu maksimal. Pemerintah
Desa Kapota dan jajarannya terus berusaha agar masalah seperti konflik sosial
yang berbau SARA ini tidak terjadi lagi, sebab salah satu yang dapat
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa adalah masalah isu SARA.
Isu SARA meupakan isu yang tidak boleh di anggap sepeleh oleh semua
kalangan, bahkan disebutkan dalam TAP MPR No.VI Tahun 2001 tentang etika
kehidupan berbangsa Sebagai tantangan internal kebangsaan. Sebagai negara yang
besar, bukanlah hal yang mengejutkan jika banyak isu-isu merebak kedalam
kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari isu perekonomian, kebudayaan dan
masih banyak lagi. Akan tetapi isu yang paling sering dijumpai dan paling
64
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa adalah masalah isu SARA. Salah
satu contoh yang pernah terjadi di Desa Kapota.
Ini menunjukan bahwa nilai-nilai luhur bangsa kita masih kurang di
pahami dan diilhami oleh sebagian masyarakat Indonesia seperti halnya
masyarakat Kapota bahkan masih ada juga yang belum tahu bahwa Pancasila
adalah dasar negara Indonesia. Inilah menjadi tugas kita bersama, baik Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam membumikan Pancasila disetiap Desa,
sosialisasi-sosialisasi Pendidikan Pancasila dalam menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa sangatlah penting diterapkan disetiap Desa maupun Daerah terpencil
mengingat masih ada sebagaian masyarakat belum memahami nilai-nilai
pancasila. Salah satu hal yang harus kita ingat dimanapun kita ditempatkan kita
harus selalu bersyukur atas hidup kita, saling menghormati dan menghargai, jalan
satu-satunya agar terjalin hubungan yang harmonis dan menjadi jembatan dari
seluruh perbedaan yang ada ialah rasa saling menghormati dan menghargai.
Hal penting yang wajib diingat oleh setiap warga Indonesia adalah:
keanekaragaman Suku, Agama, Ras, dan Golongan itu memperlengkapi kesatuan
Indonesia. Jika tubuh hanya terdiri dari mata saja, tubuh tidak dapat melakukan
aktivitas lain selain melihat. Demikian pula dengan bangsa ini. Jika hanya terdiri
dari satu Suku saja, maka terasa kurang lengkap dan miskin budaya.
SARA seharusnya semakin memperkaya budaya negera kita tercinta dan
jangan sampai memecahkan persatuan yang telah terbina selama ini. Berpikirlah
positif terhadap Suku, Agama, Ras ,dan Golongan lain. Mari kita lakukan hal-hal
positif seperti ramah tamah dengan banyak orang, diskusi kenegaraan, bakti
65
sosial, dan gotong royong bersama-sama dengan orang-orang dari Suku, Agama,
Ras, dan Golongan yang sama maupun berbeda. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
memupuk semangat Nasionalisme, rasa kekeluargaan, dan kebersamaan antara
masyarakat Indonesia.
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat Kapota pada
dasarnya bahwa sebagian masyarakat Kapota masih kurang memahami
tentang nilai-nilai Pancasila, bahkan pengamalannya dalam kehidupan
sehari-hari masih jauh dari kata baik. Hal ini menunjukan bahwa nilai-nilai
luhur bangsa kita masih kurang dipahami dan diilhami oleh sebagian
masyarakat Indonesia seperti halnya masyarakat Kapota bahkan masih ada
juga yang belum tahu bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia.
2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Wakatobi melalui
Pemerintah Desa dengan melibatkan aparat keamanan, tokoh masyarakat,
tokoh adat, tokoh Agama dan jajaran Pemerintah Daerah dalam
menyelesaikan masalah konflik isu SARA yang pernah terjadi di Desa
Kapota dengan mempertemukan ke dua belah pihak yang bersangkutan
kemudian dibahas secara bermusyawarah dan hasilnya sudah agak
membaik meskipun belum terlalu maksimal. Namun Pemerintah Desa
Kapota dan jajarannya terus berusaha agar masalah seperti konflik sosial
yang berbau SARA ini tidak terjadi lagi, sebab salah satu yang dapat
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa adalah masalah isu SARA.
66
47
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis ingin
menyampaikan beberapa saran yaitu:
a. Kepada seluruh masyarakat Kapota untuk tidak mudah terprovokasi
dengan isu-isu sosial yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan
bangsa setiap ada masalah jangan langsung mengambil kesimpulan
sepihak tanpa melalui musyawarah.
b. Sebagai kepala Desa maka harus memprogramkan sosialisasi-sosialisasi
persatuan membumikan Pancasila di tengah-tengah masyarakat agar
tidak ada lagi masyarkat yang tidak tahu bahwa Pancasila adalah dasar
negara Indonesia
c. Kepada Pemerintah Daerah Wakatobi jadikan masalah diatas sebagai
pembelajaran agar hal seperti ini tidak terulang lagi.
67
Daftar Pustaka
Amran, Ali. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.Yogyakarta: PTRajah Grafindo persada.
Alisyahbana, Sultan Takdir.1986. Antropologi Baru. Jakarta: Dian Rakyat.
Andu Cristine Purnamasari. 2018. Efek Postingan SARA di Media SosialTerhadap Pertemanan. Universitas Teknologi Sulawesi.
Buku Pegangan Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara.
Bernier, Francois. 1684. Pembagian Baru Bumi oleh Spesies atau Ras yangMenghuninya.
Durkheim, Emile. 1915. Agama dalam Pandangan Sosiologi.
Fauzi Achmad. 2003. Pancasila, Jakarta: PT Danar Wijaya.
Gunawan, A. H. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Haryanto, Sindung. 2016. Sosiologi Agama. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Herimanto & Winarno. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta timur:PT Bumi Aksara.
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: pradigma.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta,
Kitap Undang-undang Hukum Pidana Pasal 156, 156 a, 157 Pasal 156 , 156 a, 157
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna . Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama.
Maarif, A. S. 2017. Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara. Bandung:Mizan.
Martono, N. 2014. Sosiologi Pendidikan Michel Foucault. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Narbuko, Cholid & Achmadi Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PenerbitBumi Aksara.
Rukiyati, Puswastuti , LA, Dwikurniani,D,e t al. 2013. Pendidikan Pancasila,Yogyakart: UNY Press.
Rochmadi, N. W. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Perpustakaan Nasional:Yudhistira.
Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugeng HR. 2006. Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RUPL). Surabaya:
Aneka Ilmu.
Sulasmono , B. S 2015 . Dasar Negara Pancasila. Sleman : PT Kanisius.
Sujarwa. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar : Manusia dan FenomenaSosial Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sari Wulan Purnama. 2018. Studi Pertukaran Sosial Dan Peran Nilai AgamaDalam Menjaga Kerukunan Antar Kelompok Umat Beragama DiManado. Universitas Tarumanegara : profetik Jurnal Komunikasi
Ubaedillah & Rozak. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila, Demokrasi,HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenamedia Group.
Undang-Undang Diskriminasi, Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras dan Etnis Pasal 4, dan 16.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No. 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 28 ayat (2) dan Jo Pasal 45.
Undang-Undang tentang Pemilu, Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 280.
Winarno. 2016. Pradigma Baru Pendidikan Pancasila, Jakarta: Bumi Aksara.
Syani, Abdul. 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Jakarta: FajarAgung,
L
A
M
P
I
R
A
N
Kondisi geografis Desa Kapota
Kantor desa kapota
Wawancara bersama para Informan
Informan I. La Amudia
Informan II. Edi sofyan
Informan III. La Husa
Informan IV. Andi risman
Informan V. La hasidi (selaku toko masyarakat)
Informan VI. H. Jabal Nur (selaku kepala Desa)
INSTRUMEN WAWANCARA I
Nama : La Amudia
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Wira usaha
Pendidikan : Strata satu (S1)
Daftar pertanyaan :
1. Menurut bapak/Saudara apakah nilai-nilai Pancasila dari sila ke I sampai ke V
selalu di amalkan atau di jalankan dalam kehidupan sehari-hari.?
2. Menurut bapak/saudara apakah seluruh masyarakat kapota mengetahui bahwa
Pancasila adalah dasar negara Indonesia?
3. Menurut bapak/saudara apa yang melatarbelakangi sehingga terjadinya konflik
Isu SARA di Desa ini ?
Jawaban
1. Hanya yang mengerti nilai-nilai Pancasila saja yang bisa mengamalkannya,di
kararenakan sebagaian masyarakat kapota belum sepenuhnya paham tentang
Pancasila tersebut.
2. Sebagian saja, dikarenakan tidak semua penduduk masyarakat kapota
berpendidikan terutama di sekolah dasar.
3. Konflik SARA ini bemula, di saat terjadinya perbedaan pendapat mengenai batas-
batas wilayah ataupun perbedaan kepentingan antar Suku.
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : La Husa
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Tukang bangunan
Pendidikan : SMP
Daftar pertanyaan :
1. Menurut bapak/saudara Apakah nilai-nilai Pancasila dari sila ke I sampai ke V
selalu di amalkan atau di jalankan dalam kehidupan sehari-hari.?
2. Menurut bapak Apakah seluruh masyarakat kapota mengetahui bahwa Pancasila
adalah dasar negara Indonesia?
3. Menurut bapak apa yang melatarbelakangi sehingga terjadinya konflik Isu SARA
di Desa ini ?
Jawaban
1. Menurut saya kalau di bilang seluruh sih munkin tidak. Ada beberapa kalangan
yang agak kurang tau tentang hal ini,bahkan tidak tau sama sekali bahwa dasar
negara kita adalah Pancasila.diantaranya kalangan mereka orang-orang tua kami
atau seumuran kami yang tidak memahami aksara,juga mereka yang tingkat
pendidikannya tidak melebihi sekolah dasar
2. Sebagian tau dan sebagian lainnya tidak tau.
3. karena adanya pertikayan antara sesama warga di sini tentang batas-batas tanah
sehingga menimbulkan konflik yang berujung pada golongan Suku,yaitu Suku
pendatang yang ingin menambah tanah miliknya.
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : Andi Risman
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Staf Desa
Pendidikan : SMA
Daftar pertanyaan :
1. Menurut bapak/saudara apakah nilai-nilai Pancasila dari sila ke I sampai ke V
selalu di amalkan atau di jalankan dalam kehidupan sehari-hari.?
2. Menurut saudara apakah seluruh masyarakat kapota mengetahui bahwa Pancasila
adalah dasar negara Indonesia?
3. Menurut saudara apa yang melatarbelakangi sehingga terjadinya konflik Isu
SARA di Desa ini ?
Jawaban
1. Melihat kondisi yang terjadi belakang ini, warga disini masih belum optimal
dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila,dibuktikan dengan munculnya konflik
dimasyarakat yang pernah terjadi hingga bisa menimbulkan perpecahan yang
tidak diinginkan.
2. Kalau seluruh munkin tidak.tapi sebagaian besar telah tahu bahwa dasar negara
kita adalah Pancasila.
3. Jadi yang melatarbelakangi terjadinya konflik SARA ini karena perebutan batas-
batas tanah oleh warga asli kapota dan warga bukan asli kapota yang sudah
menetap tinggal disini selama bertahu-tahun.
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : Edi Sofyan
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Guru honorer
Pendidikan : Strata satu (S1)
Daftar pertanyaan :
1. Menurut bapak/saudara apakah nilai-nilai Pancasila dari sila ke I sampai ke V
selalu di amalkan atau di jalankan dalam kehidupan sehari-hari.?
2. Menurut bapak/saudara apakah seluruh masyarakat kapota mengetahui bahwa
Pancasila adalah dasar negara Indonesia?
3. Menurut saudara apa yang melatarbelakangi sehingga terjadinya konflik Isu
SARA di Desa ini ?
Jawaban
1. Tidak semua nilai-nilai Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,terutama
nilai-nilai Pancasila yang ada pada sila ketiga ini yang paling penting contohnya
hubungan kekeluargaan terlepas pasca terjadinya pemelihan wakil daerah (DPRD)
akibat tidak menjalin kembali tali silaturahim luntur sesama.
2. Menurut saya pribadi,tidak semua masyarakat kapota mengetahui bahwa pancasila
adalah sebagai dasar negara Indonesia demikian karena hanya golongan terpelajar
yang mengetahui bahwa Pancasila adalah sebagai dasar negara kita,selebihnya
masyarakat yang awam hanya mengetahui Pancasila secara simbolik.
3. Awal mula terjadinya konflik tersebut di sebabkan karena kesalapahaman antara
golongan masyarakat lokal dan golongan masyarakat pendatang mengenai
pengambilan batas-batas tanah yang di lakukakan oleh masyarakat pendatang.
INSTRUMEN WAWANCARA II
Nama : La Hasidi
Umur : 59 tahun
Pekerjaan : Tokoh Masyarakat
Pendidikan : SMP
Daftar pertanyaan :
1. Menurut bapak bagaimana peranan atau upaya pemerintah Wakatobi dan tokoh
masyarakat dalam menyelesaikan konflik Isu SARA yang pernah terjadi di desa
ini ?
2. Apakah sebelumnnya sudah ada forum musyawarah yang digunakan untuk
mengatasi konflik Isu SARA terjadi di Desa ini?
3. Apakah seluruh masyarakat mengikuti kegiatan musyawarah atau hanya
perwakilan saja?
4. Merurut bapak apa penting sosialisasi pendidikan Pancasila dalam membina rasa
persatuan di wujudkan di dalam masyarakat Kapota.?
5. Apa harapan bapak agar masalah seperti ini tidak terjadi lagi.?
Jawaban
1. Peranan Pemerintah Wakatobi dalam menyelesaikan konflik SARA yang pernah
terjadi di desa ini dengan mempertemukan antara kedua belah pihak yang terlibat
dalam konflik tersebut dengan cara mendatangkan pihak ketiga sebagai
penyelesaiaan masalah tersebut.
2. Ada biasanya untuk mengatasi masalah konflik, didatangkan pihak-pihak yang
bersangkutan pihak-pihak yang berwenang dalam menyelesaikan masalah tersebut
serta pihak-pihak pertahanan seperti polisi sebagai pihak yang mengamankan.
3. Seperti yang kita lihat realitanya saat ini hanya perwakilan saja misalnya tokoh
masyarakat,tokoadat,tokoh agama,dan sebagian jajaran pemerintah daerah.
4. Sangat penting sekali, karena dengan diadakannya sosialisasi,masyarakat bisa
mendengarkan langsung tentang pemaparan dari pada nilai-nilai Pancasila yang
harus diterapkann oleh kita semua.Pancasila kan adalah dasar negara kita.yang
mana nilai-nilai yang terkandung didalamnnya telah sempurna sebagai patokan
dalam membina rasa persatuan masyarakat Indonesia.Sosialisasi yang intes bagi
masyarakat, generasi muda khusunya menurut saya merupakan cara yang terbaik
untuk memperkokoh solidnya persatuan dan persaudaraan antara kita warga
sebangsa dan setanah air.
5. Harapan saya kepada seluruh masyarakat kapota agar dapat mempererat tali
silaturahim dan tidak mudah terprovokasi dengan masalah–masalah sosial yang
dapat membahayakan persatuan kita.
INSTRUMEN WAWANCARA
Nama : H. Jabal Nur
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Kepala Desa
Pendidikan : SMA
Daftar pertanyaan :
1. Menurut bapak bagaimana peranan pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat
dalam menyelesaikan konflik Isu SARA yang pernah terjadi di desa ini ?
2. Apakah sebelumnnya sudah ada forum musyawarah yang digunakan untuk
mengatasi konflik Isu SARA terjadi di Desa ini?
3. Apakah seluruh masyarakat mengikuti kegiatan musyawarah atau hanya
perwakilan saja?
4. Merurut bapak apa penting sosialisasi pendidikan Pancasila dalam membina rasa
persatuan di wujudkan di dalam masyarakat Kapota.?
5. Apa harapan bapak agar masalah seperti ini tidak terjadi lagi.?
Jawaban
1. Pemerintah dan tokoh masyarakat setempat masih terus berusaha untuk
meredakan konflik isu SARA ini. kampanye-kampanye persatuan sering kami
lakukan di tengah-tengah masyarakat,sejauh ini hasil ke arah posistif mulai
terlihat walaupun itu belum terlalu maksimal.
2. Untuk saat ini sudah ada suatu forum musyawarah untuk mengatasi konflik isu
SARA seperti halnya kami sudah pernah melakukan suatu pertemuan di mana
antara tokoh agama tokoh adat,tokoh masyarakat dan jajaran pemerintah daerah
untuk membahas masalah tersebut.
3. Tidak semua masyarakat mengikuti kegiatan tersebut,hanya mereka yang
mempunyai peranan penting yang bisa mengikutinya misalnya, tokoh Agama,
tokoh masyarakat, kepala desa dan jajaran pemerintah daerah.
4. Menurut saya penting sekali,saya rasa persatuan bisa sesama bangsa Indonesia
akhir-akhir ini mulai menurun.entah faktor utamanya apa saya kurang tahu.Tapi
yang jelas dengan diadakannya sosialisasi pendidikan pancasila yang kompleks
rasa persatuan itu akan lahir kembali dan saya harap bisa mendarah daging bagi
kita semua,seluruh warga negara Indoneia khususnya warga masyarakat Desa
Kapota.” Pancasila adalah amanat bangsa dan negara Republik Indonesia yang
termuat dalam Undang-uandang Dasar 1945 sehingga penting mengadakan
sosialisasi pendidikan Pancasila dalam rangka menciptakan keharmonisasian dan
kerukunan ditengah-tengah masyarakat.”
5. Harapan saya semoga hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi dan masyarakat kapota
dapat hidup rukum antara sesama suku yang ada di desa ini.”
Daftar Nama Informan Wawancara
1. Nama : La Amudia
Usia : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wirausaha
Suku : Buton
2. Nama : La Husa
Usia : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Suku : Muna
3. Nama : Andi Risman
Usia : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Staf Desa
Suku : Bugis
4. Nama : Edi Sofyan
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Guru Honerer
Suku : Bajo
5. Nama : La Hasidi
Usia : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tokoh Masyarakat Desa Kapota
6. Nama : H. Jabal Nur
Usia : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kepala Desa Kapota
RIWAYAT HIDUP
Bambang Suprianto. Dilahirkan di Kabita Kabupaten Wakatobi
pada tanggal 14 Desember 1995, dari pasangan Ayahanda Mus’
Adi. Dan Ibunda Mu’mina. penulis masuk sekolah dasar pada
tahun 2001 di SDN Kabita Kabupaten Wakatobi.
dan tamat 2009, tamat SMP Negeri 2 Wangi-Wangi Selatan tahun
2012. Dan tamat SMA Negeri Wangi-Wangi Selatan tahun 2015. Pada tahun yang sama
(2015), penulis melanjutkan Pendidikan pada program Strata satu (S1) Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2020.
top related