isak no 20
Post on 04-Aug-2015
123 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SEMINAR AKUNTANSI
ISAK NO.20
PAJAK PENGHASILAN – PERUBAHAN DALAM
STATUS PAJAK ENTITAS ATAU PARA
PEMEGANG SAHAMNYA
Disusun oleh:
RIZKI YULI SARI
C1C008019
Dosen : Dr. Afrizal, S.E., M.Si.,Ak
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
UNIVERSITAS JAMBI
2011
BAB I
Pajak Penghasilan-Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para
Pemegang Sahamnya merupakan adopsi dari SIC 25 Income Taxes—Changes in the
Tax Status of an Entity or its Shareholders yang membahas permasalahan mengenai
konsekuensi pajak kini dan pajak tangguhan karena terjadinya perbedaan status
pajak entitas dan pemegang sahamnya akan dibebankan sesuai dengan posnya, jika
berkaitan dengan Laporan Laba Rugi masuk dalam Laporan Laba Rugi, jika
berkaitan dengan other comprehensive income (OCI) masuk dalam OCI atau
langsung dibebankan ke ekuitas.
DEVINISI
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan
perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan.
Pajak Penghasilan Final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu
bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang
dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain
yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat
dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi atau usaha tertentu.
Laba Akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum
dikurangi beban pajak.
Penghasilan Kena Pajak atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax
loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan
perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.
Beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah
agregat pajak kini(current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang
diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode.
Pajak kini (current tax) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable)
atas penghasilan kena pajak pada satu periode.
Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak
penghasilan terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya
perbedaan temporer kena pajak.
Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset) adalah jumlah pajak penghasilan
terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya
perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, dan sisa kompensasi kerugian.
Basis Pajak/Fiskal merupakan nilai yang standar asumsikan untuk setiap
aktiva atau kewajiban yang dikenakan pajak.
Beda waktu merupakan perbedaan antara nilai tercatat aktiva dan kewajiban,
serta nilai pajaknya.
Keyakinan bahwa entitas akan menyelesaikan kewajiban dan memperoleh
aktiva sepanjang waktu, maka ketentuan perpajakan akan terealisasi. Misalnya nilai
tercatat sebuah mesin dalam laporan keuangan $ 5.000.000 dan nilai menurut basis
pajak adalah $ 2.000.000, maka terdapat beda temporer sebesar $ 3.000.000.
Basis pajak untuk kewajiban biasanya jumlah yang tercatat dikurangi dengan
jumlah yang akan dikenai deductible tax di masa yang akan datang. Basis pajak untuk
aktiva adalah jumlah yang akan dikenai deductible tax dibandingkan dengan laba
yang dihasilkan oleh aktiva tersebut.
Standar mengatur 2 beda temporer/waktu: taxable temporary differences dan
deductible temporary differences.
Taxable temporary difference diperoleh dalam pembayaran pajak saat nilai
tercatat aktiva atau kewajiban ditetapkan. Hal ini berarti bahwa kewajiban
pajak tangguhan akan meningkat saat nilai tercatat aktiva lebih besar dari basis
pajaknya atau nilai tercatat kewajiban lebih kecil dari basis pajaknya.
Deductible temporary difference adalah perbedaan yang dihasilkan dalam
jumlah yangdikurangkan dalam laba atau rugi di periode mendatang saat nilai
tercatat aktiva atau kewajiban diperoleh atau ditetapkan. Misalnya saat
kewajiban akrual dibayar di periode mendatang, maka sebagian atau seluruh
pembayaran tersebut akan dikenakan pajak.
Setiap aktiva atau kewajiban diasumsikan memiliki basis pajak. Biasanya
basis pajak merupakan jumlah yang dihitung untuk tujuan perpajakan. Beberapa item
pendapatan dan beban mungkin tidak dikenai pajak dan tidak dimasukkan dalam
penilaian laba yang dikenakan pajak. Item ini disebut beda tetap (permanent
differeces).
Jika item ini akan memiliki nilai tercatat dan basis pajak yang sama maka beda
temporer tidak akan muncul. Misalnya piutang suatu entitas dalam laporan keuangan
$ 2.000.000 dan jumlah menurut basis pajaknya adalah juga $ 2.000.000 maka tidak
terdapat beda temporer sehingga tidak timbul pajak tangguhan.
DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)
DPP aktiva adalah jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan fiskal,
terhadap setiap manfaat ekonomi(penghasilan) kena pajak yang akan diterima
perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut. Apabila manfaat
ekonomi (penghasilan) trsebut tidak akan dikenakan pajak maka DPP aktiva adalah
sama dengan nilai tercatat aktiva.
Contoh :
Mesin nilai perolehan 100. Untuk tujuan fiskal, mesin telah disusutkan sebesar
30 dan sisa nilai buku dapat dikurangkan pada periode mendatang.
Penghasilan mendatang dari penggunaan aktiva merupakan obyek pajak. DPP
aktiva tersebut adalah 70.
Piutang bunga mempunyai nilai tercatat 100. Untuk tujuan fiskal, pendapatan
bunga diakui dengan dasar kas. DPP piutang adalah nihil
Piutang usaha mempunyai nilai tercatat 100. Pendapatan usaha terkait telah
diakui untuk tujuan fiskal. DPP piutang adalah 100.
Pinjaman yang diberikan mempunyai nilai tercatat 100. Penerimaan kembali
pinjaman tidak mempunyai konsekuensi pajak. DPP pinjaman yang diberikan
adalah 100
DPP kewajiban adalah nilai tercatat kewajiban dikurangi dengan setiap jumlah
yang dapat dikurangkan pada masa mendatang.
Contoh :
Nilai tercatat beban yang masih harus dibayar (accured expenses) 100. Biaya
tersebut dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal dengan dasar kas. DPP-nya
adalah nol.
Nilai tercatat pendapatan bunga diterima dimuka 100. Untuk tujuan fiskal,
pendapatan bunga tersebut dikenakan pajak dengan dasar kas. DPP-nya adalah
nol.
Nilai tercatat pinjaman yang diterima 100. Pelunasan pinjaman tersebut tidak
mempunyai konsekuensi pajak. DPP-nya adalah 100.
Nilai tercatat beban denda yang masih harus dibayar 100. Untuk tujuan fiskal,
beban denda tersebut tidak dapat dikurangkan. DPP-nya adalah 100.
Nilai tercatat beban masih harus dibayar (accured expense) 100. Untuk tujuan
fiskal biaya tersebut telah dikurangkan. DPP-nya adalah 100.
Apabila DPP aktiva atau kewajiban tidak begitu jelas, maka DPP tersebut
dapat ditentukan menurut prinsip dasar yang digunakan dalam Pernyataan ini. Dengan
beberapa pengecualian, perusahaan harus mengakui kewajiban (aktiva) pajak
tangguhan apabila pemulihan nilai tercatat aktiva atau pelunasan nilai tercatat
kewajiban tersebut akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang
lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan pembayaran pajak sebagai akibat
pemulihan aktiva atau pelunasan kewajiban yang tidak memiliki konsekuensi pajak
Dalam laporan keuangan konsolidasi, perbedaan temporer ditentukan dengan
membandingkan nilai tercatat aktiva dan kewajiban pada laporan keuangan
konsolidasi dengan DPP-nya. Berhubung peraturan perundangan perpajakan di
Indonesia tidak memperkenankan SPT konsolidasi, maka DPP aktiva dan kewajiban
ditentukan dengan merujuk pada SPT masing-masing entitas.
AKTIVA DAN KEWAJIBAN PAJAK KINI
Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui sebagai kewajiban.
Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode- periode
sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode-periode tersebut,
maka selisihnya, diakui sebagai aktiva.
Standar juga memuat perlakuan mengenai aktiva pajak kini dan kewajiban
pajak kini. Entitas harus mengakui kewajiban dalam neraca, dalam hal beban pajak
kini untuk di masa sekarang dan sebelum kewajiban tersebut benar-benar tidak dapat
dibayar.
AKUNTANSI UNTUK PAJAK TANGGUHAN
Pengakuan suatu aktiva mengandung makna bahwa nilai tercatat aktiva
tersebut akan terpulihkan dalam bentuk manfaat ekonomi yang akan diterima oleh
perusahaan pada periode mendatang. Apabila nilai tercatat aktiva lebih besar daripada
DPP-nya, jumlah manfaat ekonomi yang kena pajak akan melebihi jumlah yang dapat
dikurangkan untuk tujuan fiskal. Perbedaan ini merupakan perbedaan temporer kena
pajak dan kewajiban pajak tangguhan. Pada saat perusahaan memulihkan (recover)
nilai tercatat aktiva, perbedaan temporer kena pajak akan terealisasi menjadi laba
fiskal. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya kewajiban pajak. Oleh karena itu,
Pernyataan ini menghendaki pengakuan semua kewajiban pajak tangguhan, kecuali
pada kondisi tertentu
Beberapa perbedaan temporer timbul apabila penghasilan atau beban diakui
dalam penghitungan laba akuntansi yang berbeda dengan periode saat penghasilan
atau beban tersebut diakui dalam penghitungan laba fiskal. Berikut ini disajikan
contoh perbedaan temporer kena pajak yang akan menimbulkan kewajiban pajak
tangguhan, misalnya : penyusutan yang digunakan dalam penghitungan laba fiskal
mungkin berbeda dengan penyusutan yang digunakan dalam penghitungan laba
akuntansi. Perbedaan temporernya adalah selisih antara nilai tercatat aktiva tetap
dengan DPP-nya. DPP aktiva tetap adalah sebesar harga perolehan dikurangi seluruh
pengurangan yang diperkenankan oleh peraturan perundangan perpajakan dalam
penghitungan fiskal. Perbedaan temporer kena pajak tersebut menyebabkan timbulnya
kewajiban pajak tangguhan, apabila penyusutan menurut pajak menggunakan metode
dipercepat (accelerated). Sebaliknya, apabila penyusutan menurut pajak lebih lambat
dibanding penyusutan menurut akuntansi maka timbul perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal, sehingga timbul aktiva pajak tangguhan.
1. Untuk menghitung pajak tangguhan, pertama persiapkan neraca yang
menunjukkan seluruh aktiva dan kewajibannya dalam pendekatan neraca dan
basis pajak.
2. Juga menunjukkan item lain yang mungkin tidak dapat diakui sebagai aktiva
atau kewajiban dalam neraca tetapi memliki basis pajak kemudian
memperbandingkan nilai akuntansi dan basis pajaknya sehingga diperoleh
pajak tangguhan dari kedua perbedaan tersebut.
3. Perbedaan dalam pengenaan pajak muncul karena adanya perbedaan saat
mengakui transaksi berdasarkan akuntansi atau basis perpajakan.
Contoh:
akumulasi penyusutan berbeda dengan akumulasi penyusutan pajak.
beban karyawan diakui saat terjadinya untuk tujuan akuntansi dan saat
dibayar untuk tujuan pajak.
biaya Penelitian dan pengembangan, untuk tujuan akuntansi
dibebankan dalam 1 periode tetapi untuk tujuan pajak dibebankan di
akhir periode.
4. Walaupun dalam tujuan akuntansi, aktiva dan kewajiban dinilai dengan nilai
wajar, tetapi berbeda pengukuran dalam tujuan pajak. Contohnya: property,
plant dan equipment dapat dinilai kembali dengan nilai wajar, tetapi dalam
basis pajak mungkin tidak terdapat penyesuaian untuk peningkatan atau
penurunan aktiva dan kewajiban dapat dinilai kembali pada akuisisi bisnis,
tetapi untuk tujuan pajak mungkin tidak terdapat penyesuaian untuk nilai
tersebut.
Perbedaan temporer juga timbul apabila :
pada saat pengakuan awal, DPP aktiva atau kewajiban berbeda dengan nilai
tercatatnya, sebagai contoh apabila perusahaan memperoleh bantuan atau
sumbangan
terdapat goodwill atau goodwill negatif yang muncul pada saat konsolidasi
biaya pemerolehan dalam suatu penggabungan usaha, yang secara substansi
merupakan suatu akuisisi, dialokasi pada aktiva dan kewajiban tertentu
berdasarkan dasar nilai wajar sedangkan penyesuaian tersebut tidak
diperkenankan untuk tujuan fiskal
Kesimpulan akuntansi untuk pajak tangguhan
Proses akuntansi untuk pajak tangguhan :
a) Tentukan basis pajak untuk aktiva dan kewajiban
b) Bandingkan nilai tercatat dalam neraca dengan basis pajaknya. Perbedaan
akan berpengaruh terhadap perhitungan pajak tangguhan.
c) Identifikasi beda temporer yang tidak dapat diakui
d) Gunakan perhitungan pajak terhadap beda temporer.
e) Tentukan pergerakan antara opening dan closing deferred tax balances
f) Tentukan apakah aktiva dan kewajiban offset of deferred tax antara
perusahaan yang berbeda dapat diterima dalam laporan keuangan konsolidasi
g) Akui perubahan bersih dari pajak tangguhan
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Beda temporer dapat muncul dari penyesuaian dalam konsolidasi. Basis pajak
dari suatu item sering ditentukan oleh nilai suatu entitas, contohnya pada perusahaan
anak.
Pajak tangguhan ditentukan dalam basis laporan keuangan konsolidasi dan
bukan dalam basis individual. Oleh karena itu, nilai tercatat dalam laporan keuangan
konsolidasi dapat dibedakan dengan nilai tercatat dari laporan individual sehingga
menimbulkan beda temporer. Misalnya, penyesuaian konsolidasi yang dibutuhkan
untuk mengeliminasi laba atau rugi yang tidak terealisasi dari intergroup transfer
persediaan. Penyesuaian akan menimbulkan beda temporer, yang akan dibalikkan saat
persediaan dijual diluar group.
PENGAKUAN AWAL AKTIVA ATAU KEWAJIBAN
Perbedaan temporer mungkin timbul pada saat pengakuan awal suatu aktiva
atau kewajiban, sebagai contoh apabila sebagian atau seluruh harga pemerolehan
suatu aktiva tidak dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal. Metode akuntansi untuk
perbedaan temporer tersebut, tergantung dari sifat transaksi yang menyebabkan
dilakukannya pengakuan awal aktiva :
dalam suatu penggabungan usaha, perusahaan mengakui kewajiban atau aktiva
pajak tangguhan dan pengakuan ini mempengaruhi jumlah goodwill atau
goodwill negatif
apabila transaksi mempengaruhi laba akuntansi atau laba fiskal, perusahaan
mengakui beban (penghasilan) pajak tangguhan pada laporan laba rugi;
apabila sifat transaksi (1) bukan transaksi penggabungan usaha, (2) tidak
mempengaruhi laba akuntansi atau laba fiskal, atau (3) tidak dikecualikan
dalam 15 dan 21, maka perusahaan tidak diperkenankan mengakui kewajiban
atau aktiva pajak tangguhan pada pengakuan awal ataupun pada periode
selanjutnya (subsequent recognition), karena penyesuaian nilai tercatat aktiva
atau kewajiban pajak tangguhan tersebut akan mengakibatkan laporan
keuangan menjadi kurang transparan. Perusahaan juga tidak diperkenakan
untuk mengakui perubahan selanjutnya dalam kewajiban atau aktiva pajak
tangguhan yang belum diakui pada saat aktiva tersebut disusutkan.
BEDA TEMPORER YANG TIDAK DIAKUI SEBAGAI PAJAK TANGGUHAN
Terdapat beberapa beda temporer yang tidak diakui sebagai pajak tangguhan,
yaitu yang timbul dari:
a) Goodwill
b) Pengakuan awal dari aktiva dan kewajiban
c) Investasi dalam kondisi tertentu
Dalam Hal ini tidak memperhitungkan kewajiban pajak tangguhan untuk
goodwill pada pengakuan awal atau pengurangan nilai goodwill tidak diperhitungkan
untuk tujuan perpajakan, karena goodwill merupakan nilai residu setelah pengakuan
aktiva dan kewajiban pada nilai wajar, adanya pengakuan kewajiban pajak tangguhan
dapat diakui jika goodwill tidak muncul dari pengakuan awal.
Beda temporer yang tidak diakui untuk kedua yaitu penilaian awal aktiva atau
kewajiban yang tidak deductive atau liable tax. Misalnya, jika harga aktiva tidak
deductive tax sehingga basis pajaknya nol.
Tidak terdapat kewajiban pajak atau aktiva pajak tangguhan yang diakui
walaupun nilai tercatat item pada awal pengakuan berbeda dengan basis pajak
awalnya. Misalnya, terjadi pada saat akuisisi aktiva. Tetapi, jika pengakuan awal
berhubungan dengan kombinasi bisnis, atau laba dan rugi berdasarkan aktiva atau
pajak timbul, maka pajak tangguhan diakui.
Beda temporer tidak diakui dalam investasi perusahaan anak, asosiasi dan joint
venture. Biasanya aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui dalam investasi. Beda
temporer seringkali menjadi hasil dari laba entitas yang tidak terdistribusikan.
Bagaimanapun, perusahaan induk atau investor dapat mengkontrol beda waktu pajak
dan kemungkinan besar beda temporer dibalikkan di masa depan, kemudian
kewajiban pajak tangguhan tidak diakui. Hal ini menjadi kasus dimana perusahaan
induk memiliki kontrol disaat dan jika laba ditahan perusahaan anak didistribusikan.
Aktiva pajak tangguhan tidak diakui jika beda temporer diharapkan berlanjut
hingga masa yang akan datang dan tidak ada laba yang dikenakan pajak dimana beda
temporer dapat diseimbangkan.
Dalam kasus joint venture atau asosiasi, kewajiban pajak tangguhan diakui
karena investor tidak memiliki kontrol terhadap kebijakan dividen. Tetapi jika
terdapat kesepakatan bahwa laba tidak didistribusikan, barulah kewajiban pajak
tangguhan tidak ditetapkan.
AKTIVA PAJAK TANGGUHAN
Deductible temporary difference memberikan peningkatan terhadap aktiva
pajak tangguhan. Misalnya, rugi pajak yang harus dipindahkan atau beda temporer
yang tidak diperhitungkan pajaknya sampai masa depan.
Aktiva pajak tangguhan dapat diakui jika kemungkinan besar aktiva akan
direalisasi. Realisasi aktiva akan terdiri dari laba yang dikenakan pajak di masa
mendatang.
Laba yang dikenakan pajak dapat muncul dari:
(1). Perbedaan pajak yang secara temporer terjadi
(2). Terdapat perbedaan pajak temporer yang tidak lengkap
(3). Entitas dapat membuktikan terciptanya tax planning opportunities saat perbedaan
sementara yang deduktif terjadi.
Entitas dapat menciptakan aktiva pajak tangguhan dari kerugian pajak yang
tidak digunakan. Bukti – bukti yang terdapat pada keuntungan pajak yang akan datang
harus relevan dan dapat dipercaya.
Saat entitas tidak dapat menciptakan aktiva pajak tangguhan karena tidak
lengkapnya bukti untuk keuntungan pajak yang akan datang, perlu di review tanggal
terjadinya secara berurutan.
Pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aktiva pajak
tangguhan yang tidak diakui. Perusahaan mengakui aktiva pajak tangguhan yang
sebelumnya tidak diakui apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa
yang akan datang akan tersedia untuk pemulihannya. Sebagai contoh, perbaikan
dalam kondisi perekonomian meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba fiskal dalam jumlah yang memadai pada periode mendatang aktiva
pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria
pengakuan.
TARIF PAJAK
Tarif pajak digunakan untuk mengkalkulasi pajak ditangguhkan yang
diharapkan berguna untuk suatu periode dimana aset telah direalisasi atau kewajiban
telah ditetapkan. Estimasi tarif pajak paling baik dilakukan saat tarif telah ditetapkan
atau telah diterapkan pada tanggal kertas kerja.
Tarif pajak sebaiknya dipakai pada pajak khusus yang telah diditribusikan.
Contohnya, jika pajak akan diditribusikan atas keuntungan aset khusus, tarif pajak
atas keuntungan sebaiknya digunakan untuk menghitung jumlah pajak yang
ditangguhkan.
Kewajiban (aktiva) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya,
diakui sebesar jumlah pajak terhutang (restitusi pajak), yang dihitung dengan
menggunakan tariff pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara
substantif berlaku pada tanggal neraca.
Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan
tarif pajak yang akan berlaku pada saat aktiva dipulihkan atau kewajiban dilunasi,
yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak yang telah berlaku atau yang telah secara
substantif berlaku pada tanggal neraca.
Aktiva dan kewajiban pajak, baik yang bersifat kini maupun tangguhan,
dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku. Apabila tarif
pajak (dan peraturan) tersebut telah diumumkan oleh pemerintah maka dapat
dianggap bahwa tarif (dan peraturan) tersebut telah secara substantif berlaku
[walaupun berlakunya tarif (dan peraturan) tersebut secara efektif mungkin saja masih
beberapa bulan sesudah pengumumannya]. Dalam hal tersebut aktiva dan kewajiba
pajak harus dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) baru yang telah
dinyatakan berlaku
Apabila tarif pajak yang berlaku berbeda untuk tingkat laba fisik yang berbeda
maka aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diukur dengan tarif pajak rata-rata yang
akan dikenakan terhadap laba fiskal(rugi pajak) pada saat perbedaan temporer
membalik(reverse).
Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi
pajak untuk pemulihan nilai tercatat aktiva atau penyelesaian kewajiban yang
diharapkan perusahaan pada tanggal neraca.
Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh didiskonto (discounted)
Nilai tercatat aktiva pajak tangguhan harus ditinjau kembali (pada tanggal
neraca). Perusahaan harus menurunkan nilai tercatat tersebut apabila laba fiskal tidak
mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian atau semua aktiva pajak
tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan
laba fiskal memadai.
DISCOUNTING
Aset dan kewajiban pajak yang ditangguhkan tidak didiskontokan. Karena
sulit untuk memprediksi waktu perputaran secara akurat dari hal – hal yang berbeda
yang bersifat sementara.
PENGAKUAN PAJAK KINI DAN PAJAK YANG DITANGGUHKAN
Pajak sekarang dan pajak yang ditangguhkan diakui sebagai pendapatan atau
beban dan dimasukkan ke dalam keuntungan atau kerugian bersih periode. Pajak
timbul karena transaksi atau peristiwa yang diakui secara langsung dalam ekuitas,
pajak dikreditkan atau dikurangi terhadap akuitas secara langsung. Contohnya,
pertukaran sejumlah properti yang berkaitan dengan penilaian kembali menyebabkan
pajak dikreditkan atau dikurangi terhadap akuitas.
Pajak yang timbul dari penggabungan bisnis diakui sebagai aktiva yang dapat
diidentifikasi atau kewajiban pada saat tanggal akuisisi. Aktiva dan kewajiban pajak
sekarang di offset dalam kertas kerja hanya pada saat perusahaan memiliki kekuatan
hukum dan bertujuan untuk mengatur pajak dalam net basis dan didistribusikan sesuai
dengan kebijaksanaan pajak. Beban pajak yang berhubungan dengan keuntungan dan
kerugian periode disajikan pada awal income statement, dan beban harus diungkap.
LAPORAN LABA RUGI
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada
laporan laba rugi peiode berjalan, kecuali untuk pajak penghasilan yang berasal dari :
transaksi atau kejadian yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas
pada periode yang sama atau periode yang berbeda
penggabungan usaha yang secara substansi adalah akuisisi
Pada umumnya, aktiva dan kewajiban pajak tangguhan muncul karena
penghasilan atau beban diakui dalam penghitungan laba akuntansi pada periode yang
berbeda dari periode pengakuan penghasilan atau beban tersebut dalam penghitungan
penghasilan kena pajak (rugi pajak). Pajak tangguhan yang berasal dari aktiva dan
kewajiban pajak tangguhan tersebut diakui pada laporan laba rugi. Sebagai contoh
adalah biaya pengembangan yang telah dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 20 tentang
Biaya Riset dan Pengembangan dan diamortisasi sebagai beban pada laporan laba
rugi, namun untuk kepentingan pajak biaya tersebut dikurangkan dari penghasilan
bruto untuk menentukan laba fiskal.
Nilai tercatat aktiva dan kewajiban pajak tangguhan mungkin berubah
walaupun tidak ada perubahan jumlah perbedaan temporer yang terkait dengan aktiva
dan kewajiban pajak tersebut . Perubahan tersebut mungkin berasal dari :
perubahan tarif pajak atau peraturan pajak;
pengkajian kembali nilai aktiva pajak tangguhan yang dapat dipulihkan;
perubahan cara pemulihan suatu aktiva.
Pajak tangguhan yang berasal dari perubahan tersebut diakui pada laporan laba
rugi, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan
atau dikreditkan ke ekuitas
Transaksi yang Langsung Dikreditkan atau Dibebankan ke Ekuitas
Pajak kini dan pajak tangguhan harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke
ekuitas apabila pajak tersebut berhubungan dengan transaksi yang langsung
dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas.
PSAK tertentu mengharuskan suatu transaksi untuk langsung dibebankan atau
dikreditkan ke ekuitas. Contoh transaksi tersebut adalah :
a) perubahan nilai tercatat akun aktiva tetap yang berasal dari revaluasi atau
penilaian kembali, sesuai dengan PSAK 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva
Lain-lain;
b) suatu penyesuaian saldo laba awal periode yang berasal dari perubahan
kebijakan akuntansi yang diterapkan secara restrospektif atau dari koreksi
kesalahan mendasar, sesuai dengan PSAK 25 tentang Laba atau Rugi untuk
Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi;
dan
c) selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan suatu entitas asing, sesuai
dengan PSAK 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang
Asing.
Pada kasus tertentu, jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berhubungan
dengan transaksi-transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas,
mungkin sulit ditentukan. Hal tersebut mungkin terjadi apabila :
a) tarif pajak bersifat progresif dan tidak mungkin menentukan tarif pajak
tertentu yang dikenakan pada komponen tertentu dari penghasilan kena pajak
(rugi pajak);
b) perubahan tarif pajak atau peraturan pajak yang mempengaruhi aktiva atau
kewajiban pajak tangguhan (baik secara keseluruhan atau sebagian) yang
berhubungan dengan transaksi-transaksi yang sebelumnya langsung
dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas; atau
c) perusahaan memutuskan bahwa aktiva pajak tangguhan harus diakui atau tidak
lagi diakui seluruhnya, dan aktiva pajak tangguhan tersebut berhubungan
(secara keseluruhan atau sebagian) dengan transaksi-transaksi sebelumnya
dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.
Pada kasus tersebut, jumlah pajak kini dan pajak yang berhubungan dengan
transaksi-transaksi yang dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas ditentukan dengan
dasar alokasi proporsional (pro rata allocation) dari pajak kini dan pajak tangguhan
atau metode lain yang menghasilkan alokasi yang lebih sesuai.
PENGUNGKAPAN
Hal-hal berikut ini harus diungkapkan :
a) unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak ;
b) jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi-transaksi
yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas ;
c) beban (penghasilan) pajak yang berasal dari pos-pos luar biasa yang diakui
pada periode berjalan ;
d) penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba
akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk ini:
rekonsiliasi antara beban (penghasilan pajak dengan hasil perkalian
laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan
dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku ; atau
rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata (average effective tax
rate) dan tarif pajak yang berlaku dengan mengungkapkan dasar
penghitungan tarif pajak yang berlaku ;
e) penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan
dengan tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya ;
f) jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer yang
boleh dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut,
yang tidak diakui sebagai aktiva pajak tangguhan pada neraca;
g) untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelompok rugi
yang dapat dikompensasi ke tahun berikut :
jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca
untuk setiap periode penyajian;
jumlah beban (penghasilan) yang diakui pada laporan laba rugi apabila
jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aktiva atau
kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca; dan
h) untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari :
keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi; dan
laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak dilanjutkan
untuk periode pelaporan, bersama dengan jumlah periode akuntansi
sebelumnya yang disajikan pada laporan keuangan.
i) Unsur-unsur beban(penghasilan) pajak mencakup :
beban(penghasilan) pajak kini
penyesuaian yang diakui pada periode berjalan atas pajak kini yang
berasal dari periode sebelumnya;
jumlah beban (penghasilan )pajak tangguhan baik yang berasal dari
timbulnya perbedaan temporer maupun dari realisasinya;
jumlah beban (penghasilan )pajak tangguhan yang berasal dari
perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang baru
jumlah manfaat dari rugi pajak atau perbedaan temporer periode
sebelumnya yang belum diakui, yang digunakan sebagai pengurang
beban pajak kini;
jumlah manfaat dari rugi pajak atau perbedaan temporer periode
sebelumnya yang diakui, yang digunakan sebagai pengurang beban
pajak tangguhan; dan
beban pajak tangguhan yang berasal dari penurunan (write down), atau
penyesuaian kembali (reversal) penurunan periode sebelumnya dari
aktiva pajak tangguhan.
j) Perusahaan harus mengungkapkan jumlah aktiva pajak tangguhan dan sifat
bukti yang mendukung pengakuannya, jika:
perusahaan menderita kerugian pada periode berjalan atau periode
sebelumnya.
penggunaan aktiva pajak tangguhan tergantung pada apakah laba fiskal
yang dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi laba dari
realisasi perbedaan temporer kena pajak yang telah ada; dan
k) Perusahaan mengungkapkan sifat dan jumlah setiap pos luar biasa pada
laporan laba rugi atau catatan atas laporan keuangan. Apabila sifat dan jumlah
setiap pos luar biasa diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan, maka
jumlah semua pos luar biasa diungkapkan pada laporan laba rugi sebesar nilai
netonya setelah dikurangi dengan beban (penghasilan) pajak terkait. Walaupun
pemakai laporan keuangan dapat menganggap pengungkapan beban
(penghasilan) pajak yang berhubungan dengan setiap pos luar biasa sebagai
informasi yang bermanfaat, namun penyusun laporan keuangan sering
mengalami kesulitan untuk menyajikan informasi mengenai alokasi
beban(penghasilan) pajak yang berhubungan dengan pos-pos luar biasa dapat
disajikan secara total (aggregate).
l) Pengungkapan seperti tersebut pada paragraph 57(d) memungkinkan pemakai
laporan keuangan memahami kewajaran hubungan antara beban (penghasilan)
pajak dan laba akuntansi dan memahami faktor-faktor signifikan yang
mungkin mempengaruhi hubungan tersebut pada masa mendatang. Hubungan
beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut ini :
pendapatan tidak kena pajak , beban yang tidak boleh dikurangkan dalam
penghitungan penghasilan kena pajak (rugi pajak), pengaruh kompensasi, dan
pengaruh tarif pajak luar negeri.
m) Untuk menjelaskan hubungan antara beban(penghasilan) pajak dan laba
akuntansi, perusahaan menggunakan tariff pajak yang berlaku untuk
menyajikan informasi yang paling bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan.
n) Tarif pajak efektif rata-rata sama dengan hasil bagi beban (penghasilan) pajak
dengan laba akuntansi.
o) Perusahaan mengungkapkan keuntungan dan kerugian kontinjen sesuai dengan
PSAK 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca. Sebagai
contoh, keuntungan dan kerugian kontinjen dapat timbul dari perselisihan
yang belum terselesaikan. Demikian pula apabila perubahan tarif pajak atau
peraturan pajak secara efektif berlaku atau diumumkan setelah tanggal neraca,
perusahaan mengungkapkan pengaruh signifikan perubahan tersebut terhadap
aktiva dan kewajiban pajak kini dan tangguhan.
Dapat di simpulkan :
01. Basis tarif pajak yang telah dihitung diungkapkan sebagai penjelasan dari
setiap perubahan tarif pajak.
02. Jumlah sekarang dan pajak ditangguhkan yang diakui secara langsung dalam
ekuitas harus diungkapkan.
03. Jumlah yang berbeda sementara yang berhubungan dengan perusahaan yang
tidak memiliki utang pajak ditangguhkan yang telah diakui harus diungkap
04. Keseimbangan pajak bersih ditangguhkan dari pajak sekarang dan pajak
periode lalu harus dianalisa dengan cara metode perbedaan sementara dan
metode kerugian pajak yang tidak digunakan dan kredit pajak yang tidak
digunakan.
BAB II
INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUNGAN NO.20
PAJAK PENGHASILAN – PERUBAHAN DALAM STATUS PAJAK ENTITAS
ATAU PARA PEMEGANG SAHAMNYA
PENDAHULUAN
Referensi
PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan
PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan
PSAK 46 (revisi 2010): Pajak Penghasilan
Pemasalahan
01. Perubahan dalam status pajak entitas atau para pemegang sahamnya dapat
mengakibatjan liabilitas atau aset pajak entitas meningkat atau menurun.
Misalnya, hal ini mungkin terjadi pada saat pendaftaran instrumen ekuitas
entitas di bursa atau pada saat restrukturisasi ekuitas entitas. Hal ini mungkin
juga terjadi bila pemegang saham pengendali pindah ke negara asing. Sebagai
akibatnya, entitas dapat dikenakan pajak secara berbeda.
02. Perubahan dalam status pajak entitas atau para pemegang sahamnya dapat
mempengaruhi liabilitas atau aset pajak kini. Perubahan tersebut juga dapat
meningkatkan atau menurunkan reabilitas dan aset pajak tangguhan yang
diakui oleh entitas, bergantung pada dampak perubahan dalam status pajak
yang memiliki konsekuensi pajak yang akan timbul dari pemulihan atau
penyelesaian jumlah tercatat aset dan liabilitas entitas.
03. Permasalahanyan adalah bagaimana entitas mencatat konsekuensi pajak atas
perubahan dalam status pajaknya atau status pajak para pemegang sahamnya.
INTERPRETASI
04. Perubahan dalam status pajak entitas atau para pemegang sahamnya tidak
menimbulkan kenaikan atau penurunan jumlah yang di akui di luar laba rugi.
Konsekuensi pajak kini dan pajak tanggguhan atas perubahan dalam status
pajak termasuk dalam laba rugi periode, kecuali konsekuensi tersebut terkait
dengan transaksi dan kejadian yang menghasilkan (pada periode sama atau
berbeda) kredit langsung atau jummlah yang di akui dalam pendapatan
komprehensif lain. Konsekuensi pajak yang terkait dengan perubahan jumlah
yang di akui dalam ekuitas, pada periode sama atu berbeda (tidak termasuk
dalam laba rugi), dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.
Konsekuesi yang terkait dengan jumlah yang diakui dalam pendapatan
komprehensif lain.
TANGGAL EFEKTIF
05. Entitas menerapkan Interpretasi ini nuntuk periode tahun buku yang di mulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. penerapan dini dianjurkan. Namun,
untuk entitas yang melakukan kimbinasi bisnis diharuskan untuk melakukan
penerapan dini.
BAB III
Contoh kasus
Pada tanggal 6 Januari 2009, Perusahaan dan PT Aero Wisata, anak
perusahaan, mendirikan perusahaan dengan nama PT Citilink Indonesia, yang
bergerak di bidang angkutan udara niaga, dengan komposisi kepemilikan sebesar 67%
dan 33% masing-masing untuk Perusahaan dan PT Aero Wisata. Sampai dengan
tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasi, PT Citilink Indonesia belum
beroperasi secara komersial.
Pada tanggal 30 Oktober 2009, PT Aero Wisata, anak perusahaan,
mengadakan perjanjian kerjasama dengan Good Luck Travel Co., Ltd untuk
membentuk perusahaan Joint Venture berkedudukan di Jepang dengan nama Garuda
Orient Holidays Japan Co., Limited (GOHJ) yang bergerak di bidang agen perjalanan.
PT Aero Wisata memiliki kepemilikan sebesar 3.600 lembar saham (60%).
Pada tanggal 15 Desember 2009, PT Aero Wisata bersama MHD mendirikan
PT Aero Hotel Management (AHM) dengan porsi kepemilikan PT Aero Wisata
sebanyak 450 lembar saham atau 90% kepemilikan, sedangkan MHD sebanyak 50
lembar saham atau 10% kepemilikan atas AHM. AHM berkedudukan di Jakarta dan
bergerak dalam bidang jasa manajemen dan konsultasi bisnis. Perusahaan tersebut
beroperasi secara komersial sejak tahun 2010.
Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan dan Perusahaan Asosiasi
Perubahan nilai investasi yang disebabkan terjadinya perubahan nilai ekuitas
anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang bukan merupakan transaksi antara
Perusahaan dengan anak perusahaan/perusahaan asosiasi diakui sebagai bagian dari
ekuitas dengan akun Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak
perusahaan/PerusahaanAsosiasi, dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada
saat pelepasan investasi yang bersangkutan Beban pajak kini ditentukan berdasarkan
laba kena pajak dalam tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak
yangberlaku. Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakuiatas konsekuensi pajak
periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban
menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban.
Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan
aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan,
sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak
pada masa datang.
Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau
secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan
atau dikreditkan dalam laporan laba rugi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan
atau dikreditkan langsung ke ekuitas.
Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca, kecuali aset dan
kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai
dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini.
top related