jenis pelarut dan waktu pemeraman pada … · aging time gives a effected the yield of silica. the...
Post on 09-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JENIS PELARUT DAN WAKTU PEMERAMAN PADA
EKSTRAKSI SILIKA DARI ABU SEKAM PADI
VARIETAS CIHERANG
NURULIA APRILIANI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Jenis Pelarut dan
Waktu Pemeraman Pada Ekstraksi Silika dari Abu Sekam Padi Varietas Ciherang
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016
Nurulia Apriliani
NIM G44120072
ABSTRAK
NURULIA APRILIANI. Jenis Pelarut dan Waktu Pemeraman pada Ekstraksi
Silika dari Abu Sekam Padi Varietas Ciherang. Dibimbing oleh HENNY
PURWANINGSIH dan HOERUDIN.
Salah satu komponen utama sekam padi ialah silika. Silika dari abu sekam
padi diekstraksi dengan ekstraksi alkalis. Larutan alkalis yang digunakan ialah
KOH dan NaOH 5% dengan rentang waktu pemeraman silika, 0, 6, 12, dan 24
jam. Waktu pemeraman berpengaruh pada rendemen silika. Semakin lama waktu
pemeraman maka rendemen silika yang dihasilkan semakin besar dari 0-12 jam,
tetapi ketika waktu simpan lebih dari 12 jam rendemen silika mengalami
penurunan. Rendemen tertinggi pada perlakuan pelarut NaOH dengan waktu
simpan 12 jam ialah, 82.61%. Silika yang dihasilkan dari semua perlakuan
berwarna putih dengan nilai derajat putih yang lebih dari 80 dan memiliki nilai
densitas yaitu, 0.4951-0.5877g/mL. Data difraktogram silika yang dihasilkan
memiliki puncak tertinggi 2ϴ = 22ᴼ untuk semua perlakuan. Hasil pencirian
micrografi menunjukan struktur permukaan silika yang memiliki ukuran beragam,
berbentuk bola yang berkelompok, dan morfologi yang tidak rata.
Kata kunci: abu sekam padi, pelarut basa, silika, waktu pemeraman.
ABSTRACT
NURULIA APRILIANI. Type Solvent and Aging Time of Extraction Silica from
Rice Husk Ash Varietes Ciherang. Supervised by HENNY PURWANINGSIH
dan HOERUDIN.
One of the main components of rice husk is silica. The extraction of silica
from rice husk ash was carried out by extraction of alkaline. Alkaline solution
were KOH and NaOH 5% with aging time range of 0, 6, 12, and 24 hours. Aging
time gives a effected the yield of silica. The longer the aging time, the yield of the
resulting silica is getting higher, but decreasing after 12 hours. The highest yield
was upon the treatment with NaOH solvent with retention time of 12 hours, which
was up to 82.61%. The silica was white in color with the degree of whiteness
over 80 and have a density value that is 0.4951-0.5877 g/mL. The XRD data has
highest peak 2ϴ = 22ᴼ for All treatments. Characterization using SEM showed
that surface structure of silica is of diverse particle size, spherical, and uneven
morphology.
Keywords: rice husk ash, base solution, silica, aging time.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kimia
pada
Departemen Kimia
NURULIA APRILIANI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGERAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
JENIS PELARUT DAN WAKTU PEMERAMAN PADA
EKSTRAKSI SILIKA DARI ABU SEKAM PADI
VARIETAS CIHERANG
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Judul dari penelitian ini yang
dilaksanakan dari Mei 2016 sampai September 2016 adalah “Jenis Pelarut dan
Waktu Pemeraman Pada Ekstraksi Silika dari Abu Sekam Padi Varietas
Ciherang”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Henny Purwaningsih, Msi
sebagai dosen pembimbing pertama dan Bapak Hoerudin, SP, MFoodst, PhD
sebagai pembimbing kedua atas saran dan bimbingan selama kegiatan penelitian
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf Laboratorium Kimia dan
Laboratorium Nanoteknologi Balai Penelitian Pascapanen yang telah membantu
penulis selama kegiatan penelitian. Ungkapan terima kasih juga kepada Ayah, Ibu,
dan Adik yang telah memberi dukungan dan doa.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Bogor, Desember 2016
Nurulia Apriliani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE
Waktu dan Tempat 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR GAMBAR
1 Hasil rendemen silika terhadap waktu penyimpanan silika gel 6
2 Difraktogram XRD dari silika 9 3 Mikrograf SEM dari silika 10 4 Spektrum FT-IR dari silika 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian 14
2 Rerata rendemen abu sekam padi 15 3 Rendemen ekstraksi silika dengan pelarut NaOH dan KOH 15 4 Uji warna silika dengan menggunakan pelarut NaOH 16 5 Uji warna silika dengan menggunakan pelarut KOH 17 6 Pengukuran densitas silika gel. 18 7 Hasil uji kadar air pada silika 19
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sekam padi merupakan produk pertanian hasil penggilingan padi. Menurut
Food Agriculture Organization of the United Nations (FAO) kurang lebih
sebanyak 700 miliar ton padi diproduksi pada tahun 2010 (Lynam et al. 2012).
Cina salah satu negara yang memproduksi padi paling banyak, yaitu sebesar 40
miliyar ton setiap tahun (Wang et al. 2010). Sebanyak 20% sekam padi dihasilkan
dari penggilingan padi (Habeeb dan Fayyadh 2009). Hingga saat ini hasil samping
pengolahan padi serta limbahnya belum dimanfaatkan secara maksimal.
Pemanfaatan sekam padi secara komersial masih relatif rendah. Hal ini
disebabkan oleh karakteristik sekam padi yaitu bersifat kasar, bernilai gizi rendah,
memiliki kerapatan yang rendah, dan kandungan abu yang cukup tinggi (Gilang et
al. 2013). Sekam padi secara umum digunakan sebagai media bercocok tanam,
sebagai sumber energi dalam bentuk briket arang sekam, alas pakan ternak, atau
dimusnahkan dengan cara pembakaran yang tidak dikendalikan. Peningkatan nilai
ekonomis dari sekam padi dapat dilakukan dengan memanfaatkan silika dari
sekam padi (Rhevi et al. 2014).
Sekam padi memiliki komponen kimia, seperti komponen organik 74%
(selulosa, lignin, hemiselulosa), SiO2 22% dan komponen lain (A12O3 + Fe2O3 +
CaO + MgO) 4% (Prasad dan Pandey 2012). Setelah sekam padi mengalami
pembakaran maka komponen organik tersebut akan hilang dan diperoleh abu
sekam padi. Pembakaran sekam padi akan menghasilkan abu sebesar ±20%.
Komponen utama dalam abu sekam padi yaitu silika sebanyak 90-98% (Abu et al.
2010). Secara alami silika dalam abu sekam padi bersifat amorf dan memiliki luas
permukaan yang tinggi (Shelke et al. 2010). Selain jumlah yang melimpah, silika
pada abu sekam padi dapat diperoleh dengan sangat mudah dan biaya yang relatif
murah (Prima et al.2015). Suhu pembakaran sekam padi tidak boleh lebih dari
650 ᴼC karena akan mempengaruhi kristalinitas dari silika. (Umeda et al. 2009).
Silika pada sekam padi memiliki sifat kristalinitas yang tinggi. Jika proses
pembakaran sekam padi dilakukan dengan kondisi yang terkontrol maka akan
menghasilkan silika yang bersifat amorf. Suhu pembakaran yang rendah (500-600
ᴼC) akan menghasilkan silika yang bersifat amorf. Silika yang bersifat amorf
dimanfaatkan untuk pengisi dalam kertas, cat, pupuk, insektisida, dan karet
(Prasad dan Pandey 2012). Patel et al. (1987) melakukan pembakaran sekam padi
di bawah 700 ᴼC maka tidak banyak terjadi perubahan dari amorf menjadi
kristalin.
Prospek pemanfaatan serbuk silika cukup besar. Potensi pengembangan
silika dari abu sekam padi didasarkan pada luasnya pemanfaatan material berbasis
silika pada bidang industri. Silika dapat dimanfaatkan untuk pembuatan keramik,
sintesis zeolit, katalis, dan berbagai jenis komposit organik-anorganik. Selain itu,
silika juga telah dimanfaatkan langsung untuk pemurnian minyak sayur, sebagai
aditif dalam produk farmasi dan deterjen, sebagai fase diam dalam kolom
kromatografi, bahan pengisi polimer, dan adsorben (Suka et al. 2008). Besarnya
potensi ketersediaan limbah sekam padi dan besarnya prospek pemanfaatan
serbuk silika, maka perlu adanya teknik pembuatan serbuk silika dengan
2
memanfaatkan potensi yang tersedia. Pemanfaatan limbah sekam padi ini juga
diharapkan akan dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat industri
kecil (Pamila et al. 2008).
Metode yang digunakan untuk mengekstraksi silika dari abu sekam padi
yaitu ekstraksi alkali atau cara pengabuan. Metode ini mudah dan biaya relatif
murah (Pratomo et al. 2013). Metode ini berdasarkan kelarutan silika amorf pada
larutan alkali. Larutan alkali yang sering digunakan, ialah KOH dan NaOH.
Pelarut yang sering digunakan untuk ekstraksi, yaitu NaOH dan KOH. Proses
pengendapan silika menggunakan asam seperti HCl, H2SO4, asam asetat, asam
oksalat, dan asam sitrat (Prima et al. 2015). Kelarutan silika sangat rendah pada
pH<10 dan meningkat secara tajam pada pH>10 (Kalapathy et al 2000). Oleh
karena itu, ekstraksi silika dari abu sekam padi banyak dilakukan dengan
menggunakan pelarut alkali.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis basa pengekstraksi (NaOH dan
KOH) dan lamanya waktu pemeraman silika terhadap nilai rendemen dan hasil
penciriannya.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai September 2016.
Pembuatan dan pencirian dilakukan di Laboratorium Kimia, Balai Penelitian
Pascapanen. Analisis SEM dan XRD di Laboratorium Nanoteknologi, Balai Besar
Penelitian Pascapanen. Analisis FT-IR di Balai Tenaga Nuklir Nasional.
Bahan
Bahan yang digunakan, ialah sekam padi yang berasal dari Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi daerah Sukamandi, Subang, Jawa Barat, KOH 5%,
NaOH 5%, dan HCl 1 N.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, cawan petri, alat-alat kaca,
neraca analitik, magnetic stirrer, termometer, kertas pH, kertas saring, tanur, cawan
porselin, mortar. Silika yang dihasilkan dianalisis dengan scanning electron
microscope (ZEISS EVO MA 10). X-ray diffraction (Bruker D8 Advance), dan
fourier transform infra red (IRPrestige-21 FT-IR Shimadzu, Class 1 Laser
Product). Analisis warna menggunakan Chromameter MINALTA CR-300.
3
Prosedur
Preparasi Sekam Padi
Sekam padi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan varietas
Ciherang yang diambil dari Sukamandi. Sebanyak 50 g sekam padi direndam
dalam air panas selama 2 jam untuk mengekstraksi bahan organik yang larut
dengan air sehingga bahan ini tidak menjadi pengotor dalam proses ekstraksi
silika. Bahan organik larut air yang kemungkinan masih menempel pada
permukaan sekam dihilangkan dengan pencucian sebanyak tiga ulangan
menggunakan air panas selama 30 menit. Sekam padi yang telah dicuci
selanjutnya dikeringkan pada suhu 110 ᴼC selama 3 jam.
Pengabuan Sekam Padi
Sebanyak 50 g sekam padi dimasukan ke dalam cawan porselin. Kemudian
dimasukan ke dalam tanur dengan suhu awal 200 ᴼC selama 1 jam. Pada proses
ini sekam padi terjadi proses pengarangan. Kemudian suhu dinaikan menjadi 500
ᴼC selama 3 jam. Jika masih terdapat arang maka ditanur kembali sampai menjadi
abu. Setelah sampel dingin, kemudian ditimbang.
Ekstraksi Silika
Sebanyak 25 g abu sekam padi dimasukkan ke dalam larutan 250 mL
NaOH 5 % (b/v) dan KOH 5% (b/v), secara sendiri-sendiri. Sampel dipanaskan
pada suhu 70 ᴼC dengan pengadukan selama 1 jam. Setiap sampel disaring untuk
mendapatkan filtrat yang mengandung silika terlarut. Filtrat dititrasi dengan
larutan HCl 1N dengan pengadukan konstan sampai pH 7. Kemudian endapan
silika yang terbentuk didiamkan selama 6 jam, 12 jam, dan 24 jam. Setiap sampel
disaring untuk memisahkan endapan dengan fitrat. Endapan silika yang diperoleh
dicuci dengan air berlebih selama 1 jam sebanyak 2 kali pencucian. Endapan
silika dipisahkan kembali dengan filtratnya dan dikeringkan pada suhu 70 ᴼC
selama 17 jam. Silika yang diperoleh kemudian dicirikan.
Uji Derajat Putih
Analisis warna dilakukan dengan menggunakan Chromameter MINALTA
CR-300. Sampel dalam plastik diuji dengan alat tersebut. Nilai dapat langsung
dibaca pada layar. Nilai-nilai tersebut dihitung dengan rumus berikut (Mawarni
dan Widjanarko 2015):
W = 100 - √( )
Keterangan:
W = derajat putih yang diasumsikan nilai 100 adalah paling sempurna
L = nilai yang menunjukan kecerahan
a = nilai yang menunjukan warna merah bila bertanda positif (+) dan warna
hijau bila bertanda negatif (-)
b = nilai yang menunjukan warna kuning bila bertanda positif (+) dan warna
biru bila bertanda negatif (-)
4
Uji Densitas Silika
Densitas silika diuji dengan cara menimbang gelas ukur 10 mL kosong.
Kemudian silika dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai volume mencapai 10
mL. Setelah itu diketuk-ketuk agar gelas ukur berisi penuh silika. Kemudian gelas
ukur yang telah berisi silika ditimbang dan densitas silika dihitung dengan rumus:
ρ =
Keterangan:
ρ = densitas (g/mL)
m = massa (g)
v = volume (mL)
Uji Kadar Air Silika
Sebanyak 2 g silika dimasukkan ke dalam cawan petri. Kemudian sampel
dimasukan ke dalam oven suhu 105 ᴼC selama 5 jam. Setelah itu, sampel
didinginkan dalam deksikator selam 15 menit, kemudian ditimbang dan dihitung
kadar air silika dengan rumus:
Kadar air = ( )
( )
Pencirian Silika
Silika yang dihasilkan dari setiap perlakuan akan dianalisis menggunakan
SEM, XRD, dan FT-IR. Analisis menggunakan Scanning Electron Microscopy
(SEM) dilakukan untuk melihat morfologi dari permukaan sampel dengan
menggunakan detektor SE1, EHT sebesar 16.000 kV, jarak antara lensa objektif
dan sampel sebesar 7.5 mm. Sampel dilapisi dengan emas dengan sputer counter
20 mA selama 60 detik. Pada analisis ini menggunakan perbesaran 10.000x untuk
silika pada abu sekam padi dan perbesaran 20.000x untuk perlakuan NaOH dan
KOH. Analisis menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) bertujuan melihat
kristalinitas dari silika. Sampel dianalisis dengan sudut 5.000-80.030, step size
sebesar 0.020, time per step sebesar 76.8 detik, anoda Cu, dan detektor LynxEye.
Analisis menggunakan Fourier Transform Indrared (FT-IR) bertujuan
menentukan gugus fungsi pada sampel. Sampel dicampurkan dengan KBr,
kemudian diaduk rata dan dimasukkan ke dalam alat. Parameter yang digunakan,
yaitu resolusi 4.0 dengan panjang gelombang 400-4.000 cm-1
.
Analisis Data
Analisis data-data yang diperoleh menggunakan software statistical package
for social science (SPSS) versi 21. Metode yang digunakan yaitu analisis oneway
ANOVA. Analisis ini digunakan untuk menguji adanya perbedaan nilai rerata
diantara 2 ulangan.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Abu Sekam Padi
Sekam dicuci dengan air panas untuk menghilangkan pengotor yang
terdapat dalam sekam sehingga menghasilkan sekam dengan warna yang lebih
segar dibandingkan sekam yang belum dicuci. Pengabuan menggunakan suhu
tinggi bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa organik (Yuvakkumar et al.
2012). Suhu yang digunakan dalam pembakaran sekam padi yaitu 500ᴼC-600ᴼC
agar menghasilkan silika yang bersifat amorf (Prasad dan Pandey 2012). Proses
pengabuan sekam menghasil abu berwarna putih. Proses pembakaran
menghasilkan rendemen rerata abu sekam padi sebesar 21.81% (Lampiran 1).
Silika Abu Sekam
Silika disimpan pada suhu ruang selama 6 jam, 12 jam, dan 24 jam. Analisis
statistik menunjukkan bahwa penggunaan pelarut basa berpengaruh nyata pada
rendemen silika (Lampiran 2). Silika yang dihasilkan pelarut NaOH memiliki
rendemen yang lebih besar dari pelarut KOH. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
daya larut Na2SiO3 dalam air lebih besar dari K2SiO3 (Soleh 2014). Ekstraksi
dengan pelarut KOH memiliki rendemen paling tinggi sebesar 79.32% dengan
waktu simpan 12 jam, sedangkan ekstraksi dengan pelarut NaOH memiliki
rendemen paling tinggi sebesar 82.61% dengan waktu simpan 12 jam (Lampiran
2). Ekstraksi silika dengan pelarut NaOH dan KOH tanpa pemeraman memiliki
rendemen paling kecil. Hal ini disebabkan lebih sedikit waktu untuk terjadi proses
pembentukan silika. Waktu pemeraman berpengaruh pada pembentukkan silika. Ekstraksi silika
dengan perlarut NaOH dan KOH menunjukan semakin meningkat rendemen silika
ketika waktu pemeraman 0-12 jam. Rendemen silika yang dihasilkan dengan waktu
pemeraman 6 jam dan 12 jam tidak berbeda nyata, karena persen rendemen yang
hanya berbeda sedikit (Lampiran 2). Rendemen silika dengan waktu pemeraman 24
jam mengalami penurunan (Gambar 2). Hal ini menunjukan bahwa selama
pemeraman terjadi pembentukan silika, tetapi semakin lama waktu pemeraman
menyebabkan kekuatan ikatan jaringan gel semakin kuat yang kemungkinan terjadi
pengerutan rongga pori semakin kecil (Tzong dan Chun 2011). Semakin lama waktu
pemeraman akan berpengaruh pada luas permukaan silika yang dihasilkan
(Mearawati et al. 2013). Fungsi pemeraman untuk memurnikan endapan silika dan
memperbesar permukaan partikel-partikel silika. Proses pencucian endapan silika
dengan air bertujuan menghilangkan garam NaCl dan KCl. Proses pengeringan silika
bertujuan menghilangkan kandungan air dalam sampel. Hasil dari proses pengeringan
adalah silika gel kering yang disebut xerogel (Prima et al.2015).
Larutan alkali yang digunakan untuk ekstraksi silika, yaitu NaOH dan KOH
dengan konsentrasi 5%. Setelah abu sekam padi dicampur dengan larutan NaOH
dan KOH maka akan terbentuk natrium silikat dan kalium silikat dengan reaksi
sebagai berikut (Ayu et al. 2013) :
6
Pembentukan silika dilakukan dengan menambahkan larutan asam ke dalam
larutan natrium silikat dan kalium silikat. Larutan asam yang digunakan yaitu HCl
1N. Larutan HCl 1N ditambahkan sampai pH 7. Pada kondisi pH 7, silika yang
dihasilkan memiliki rendemen dan luas permukaan yang paling besar (Ayu et al.
2013). Pada pH yang mendekati asam atau pH rendah memiliki jumlah garam
dalam gel masih banyak. Banyaknya garam Na+ dan K
+ akan mempercepat reaksi
kondensasi, karena ion Na+ dan K
+ akan bereaksi dengan muatan negatif dari
silika yang menyebabkan terjadi koagulasi, pembentukan gel, dan sol secara
bergantian sehingga menyebabkan area luas permukaan yang lebih besar. Setelah
penambahan HCl maka akan terbentuk garam NaCl dan KCl, dengan reaksi
sebagai berikut (Pratomo et al. 2013) :
Pada saat penambahan HCl 1N maka maka terjadi penurunan pH sehingga
konsentrasi H+ dalam K2SiO3 dan Na2SiO3 semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan silika berubah menjadi asam silikat yang menyebabkan gugus
siloksan (Si-O-) membentuk gugus silanol (Si-OH). Senyawa Si(OH)4
terpolimerasi dengan membentuk ikatan silang ≡Si-O-Si≡ sehingga terbentuk gel
silika melalui proses kondensasi, dengan persamaan sebagai berikut (Nuryono dan
Narsito 2004):
Pada penambahan asam secara berlebih semua gugus silikat terprotonasi
sempurna sehingga terbentuk asam silikat bebas. Pembentukan silika gel terjadi
melalui pembentukan ion silikonium (Pratomo et al. 2013).
Gambar 1 Hasil rendemen silika terhadap waktu penyimpanan silika gel.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 6 12 24
Ren
dem
en (
%)
Waktu Simpan (Jam)
Pelarut KOH
Pelarut NaOH
7
Sifat Fisik Silika
Setiap sifat fisik silika dilakukan analisis statistik menggunakan software
statistical package for social science (SPSS) versi 21. Derajat putih merupakan
parameter mutu fisik yang penting untuk silika. Simbol L menunjukan nilai
kecerahan dengan skala hitam sampai putih. Secara umum, derajat kecerahan
yang tinggi, kekuningan yang rendah, dan keputihan yang tinggi adalah
permintaan konsumen (Asikin et al. 2015). Silika yang dihasilkan berwarna putih
untuk semua perlakuan, ditunjukan dengan nilai derajat putih yang lebih dari 80%.
Analisis statistik menunjukan bahwa penggunaan pelarut basa berpengaruh nyata
pada warna silika (Tabel 1). Warna silika yang diekstraksi dengan pelarut NaOH
lebih putih daripada pelarut KOH. Nilai W paling tinggi pada ekstrak silika
dengan pelarut NaOH tanpa pemeraman sebesar 93.10%, sedangkan nilai W
paling besar pada ekstraksi silika dengan pelarut KOH dengan waktu pemeraman
12 jam sebesar 92.52% (Tabel 1). Hal ini menunjukan bahwa pada ekstraksi
dengan pelarut NaOH menghasilkan warna yang paling putih pada perlakuan
tanpa pemeraman, sedangkan ekstraksi dengan pelarut KOH menghasilkam warna
yang paling putih pada perlakuan pemeraman 12 jam.
Tabel 1 Hasil uji sifat fisik silika dengan berbagai perlakuan.
Perlakuan Kecerahan
(%)
Derajat Putih
(%)
Densitas
(g/mL)
Kadar air (%)
NaOH 0 Jam 95.96c 93.10
0.4951
a 6.32
ab
NaOH 6 Jam 91.2ab
88.89
0.5768b 7.97
ab
NaOH 12 Jam 92.21abc
90.88 0.5184ab 6.30
ab
NaOH 24 Jam 95.12bc
92.20
0.5741b 10.67
a
KOH 0 Jam 89.75a 86.20
0.5660
ab 5.89
a
KOH 6 Jam 93.42abc
91.90 0.5771
a 6.78
abc
KOH 12 Jam 95.00bc
92.52 0.4967
b 7.48
ab
KOH 24 Jam 91.49ab
89.21 0.5877a 9.06
a
Huruf (abc
) yang sama pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji lanjut
Duncan dengan tingkat kepercayaan 95% (P<0.05).
Pada uji warna juga menghasilkan nilai L yang menunjukan kecerahan
sampel. Pada silika yang diekstraksi dengan pelarut NaOH menghasilkan nilai L
yang lebih dari 90 (Lampiran 3). Silika yang diekstraksi dengan pelarut KOH
tidak semua memiliki nilai L yang lebih dari 90. Silika yang diekstraksi dengan
pelarut KOH tanpa pemeraman dan waktu pemeraman 24 ulangan 1 memiliki
nilai L yang kurang 80 (Lampiran 4). Hal ini disebabkan warna abu sekam akan
berpengaruh juga pada warna silika yang dihasilkan. Apabila abu sekam masih
mengandung arang maka warna silika yang dihasilkan akan kurang putih. Houfan
et al. (2007) melakukan ekstraksi silika dengan mendidihkan sekam padi dalam
larutan HCl tanpa adanya generasi dari natrium silikat menghasilkan silika yang
memiliki nilai derajat putih sebesar 93%.
Densitas silika diukur secara manual dengan memasukan silika ke dalam
gelas ukur 10 mL. Analisis statistik menunjukan bahwa penggunaan pelarut basa
8
mempengaruhi densitas silika (Tabel 1). Densitas silika gel yang diekstraksi
dengan pelarut KOH memiliki densitas yang lebih besar daripada pelarut NaOH.
Nilai densitas silika yang paling tinggi yaitu, pada ekstraksi menggunakan pelarut
KOH dengan waktu pemeraman 24 jam sebesar 0.5877g/mL. Densitas silika yang
dihasilkan dengan berbagai perlakuan yaitu 0.4951-0.5877g/mL (Lampiran 2).
Densitas silika komersial sebesar 0.48615 g/mL (Ali et al. 2009). Densitas silika
yang dihasilkan pada penelitian ini tidak berbeda jauh dengan densitas silika
komersial.
Kadar air total dalam hal ini didefinisikan sebagai banyaknya air yang
dilepaskan oleh silika kering akibat proses pemanasan. Analisis statistik
menunjukan bahwa jenis pelarut berpengaruh pada kadar air silika. Silika yang
diekstraksi dengan pelarut NaOH memiliki kadar air yang lebih tinggi daripada
pelarut NaOH (Tabel 1). Nilai kadar air silika yang dihasilkan kurang dari 10%.
Nilai kadar air yang paling besar pada perlakuan pelarut NaOH dengan waktu
pemeraman 24 jam (Lampiran 6). Hal ini menunjukan bahwa silika yang
dihasilkan dengan perlakuan pelarut NaOH dengan waktu pemeraman 24 jam
yang melepaskan air paling banyak. Pelepasan molekul air dapat berasal dari
pemutusan ikatan hidrogen antara molekul air dengan gugus silanol dan hasil
kondensasi dari gugus silanol. Banyaknya molekul air yang dilepaskan sangat
bergantung pada jumlah gugus silanol yang ada dan molekul air yang terikat.
Reaksi pelepasan air mengikuti reaksi berikut (Nuryono dan Narsito 2005):
≡Si-O···H-O ≡Si-OH + H2O
H H
2Si-OH ≡Si-O-Si≡ + H2O
Hasil Pencirian XRD
Pencirian XRD silika pada abu sekam padi menghasilkan puncak tertinggi
pada sekitar 2ϴ = 22ᴼ (Le et al. 2013). Hal ini menunjukan bahwa silika pada abu
sekam padi bersifat amorf. Pencirian XRD silika dengan perlakuan pelarut KOH
waktu pemeraman 12 jam menghasilkan puncak yang tidak berbeda dengan hasil
XRD pada silika abu sekam padi. Hasil XRD silika perlakuan pelarut NaOH
memiliki dua puncak pengotor (Gambar 3). Kemungkinan pengotor yang terdapat
pada silika perlakuan pelarut NaOH, yaitu garam NaCl, yang merupakan hasil
samping reaksi penetralan dengan asam. Kelarutan garam KCl dalam air lebih
besar dibandingkan garam NaCl. Silika yang dihasilkan perlakuan pelarut KOH
memiliki sifat amorf yang lebih tinggi dibandingkan silika perlakuan pelarut
NaOH dan abu sekam padi, yaitu sebesar 52%. Puncak yang landai menunjukan
sifat amoft sedangkan puncak yang curam menunjukan sifat kristalin pada silika.
Hasil XRD menunjukan puncak yang landai mendominasi pada silika perlakuan
pelarut KOH dan NaOH. Pada abu sekam padi puncak yang curam lebih
mendominasi. Hal ini menunjukan bahwa susunan atom didalam abu sekam padi
lebih teratur dan sedang terjadi perubahan struktur amorf menjadi kristalin namun
masih terdapat pengotor anorganik lain dalam abu sekam padi yang mengkatalis
terjadinya transformasi silika menjadi kristalin (Umeda 2008).
9
Hasil Pencirian SEM
Struktur permukaan silika dari abu sekam padi dikarakterisasi dengan SEM
perbesaran 10.000x. Hasil karakterisasi SEM silika dari abu sekam padi
menunjukan bahwa struktur permukaan silika terdiri dari gumpalan berbentuk
bola-bola, ukuran yang beragam, dan permukaan yang tidak merata (Sankar et al.
2015). Ukuran partikel silika dari abu sekam padi sebesar 1 µm (Gambar a).
Struktur permukaan silika perlakuan pelarut NaOH dan KOH dilakukan percirian
dengan SEM perbesaran 20.000x. Setelah mengalami perlakuan, struktur
permukaan silika sedikit mengalami perubahan. Hasil pencirian SEM silika pada
perlakuan pelarut NaOH tidak jauh berbeda dengan perlakuan pelarut KOH. Pada
perlakuan pelarut NaOH terlihat jelas bahwa struktur permukaan silika yang
memiliki ukuran yang beragam dan terdiri dari gumpalan yang sedikit terlihat
berbentuk bola-bola (Gambar b). Hasil pencirian SEM silika perlakuan pelarut
KOH menunjukan struktur pemukaan silika yang tidak merata, ukuran yang
beragam, dan membentuk kelompok lebih rapat sehingga bentuk bola-bola tidak
terlihat dengan jelas (Gambar 5c). Ukuran partikel silika dari abu sekam padi
setelah perlakuan pelarut sebesar 200 nm. Penelitian Abu et al. (2016) juga
menghasilkan struktur permukaan silika yang tidak merata.
Gambar 2 Difraktogram XRD dari silika. (hitam) abu sekam padi, (merah)
perlakuan pelarut KOH dengan perendaman 12 jam, dan (biru)
perlakuan pelarut NaOH dengan perendaman 12 jam.
10
a. b.
c.
Hasil Pencirian FT-IR
Penentuan gugus fungsi silika dari abu sekam padi ditentukan menggunakan
analisis FT-IR. Spektrum yang dihasilkan menunjukan adanya beberapa gugus
fungsi dalam sampel. Hasil FT-IR menunjukan puncak intensitas tinggi pada
1091.71 cm-1
yang merupakan vibrasi ulur asimetri Si–O dari Si–O–Si (gugus
siloksan) (Bangi et al. 2008). Gugus fungsi Si-O-Si diperkuat dengan adanya
puncak pada bilangan gelombang 460.99 cm-1
yang menunjukan ikatan Si-O
(Adam et al. 2006). Puncak di 796.60 cm-1
pada perlakuan pelarut KOH dan
798.53 cm-1
pada perlakuan pelarut NaOH timbul akibat deformasi ikatan Si-O
pada SiO4. Silika xerogel yang dihasilkan dengan perlakuan pelarut KOH
menunjukan serapan dengan pita lebar pada daerah bilangan gelombang 3417.96
cm-1
(Gambar 5a). Silika yang dihasilkan dengan perlakuan pelarut NaOH pada
daerah bilangan gelombang 3452.58cm-1
(Gambar 5b). Daerah bilangan
gelombang tersebut merupakan pita serapan dari vibrasi gugus hidroksi (-OH)
yang menunjukan adanya ikatan gugus silanol (Si-OH) pada silika (Mujianti
2010). Puncak lain dengan intensitas yang cukup signifikan terdapat pada daerah
1627.92 cm-1
pada perlakuan pelarut KOH dan 1629.85 cm-1
pada perlakuan
pelarut NaOH (Gambar 5). Puncak ini menunjukkan vibrasi regang C=O dari
hemiselulosa yang kemungkinan ikut terlarut pada saat ekstraksi.
Gambar 3 Mikrograf SEM dari silika (a) abu sekam padi (b) perlakuan
pelarut NaOH dan (c) perlakuan pelarut KOH.
11
a
b
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jenis basa pengekstraksi dan waktu pemeraman silika gel berpengaruh pada
rendemen silika. Semakin lama waktu pemeraman maka rendemen silika yang
dihasilkan semakin besar, tetapi ketika waktu simpan lebih dari 12 jam, maka
rendemen silika mengalami penurunan. Rendemen tertinggi pada perlakuan
pelarut NaOH dengan waktu simpan 12 jam, yaitu sebesar 82.61%. Data
difraktogram silika yang memiliki puncak tertinggi pada sekitar 2ϴ = 22ᴼ. Hasil
pencirian SEM menujukan struktur permukaan silika yang memiliki ukuran
beragam, terdiri atas gumpalan berbentuk bola-bola, dan morfologi yang tidak rata.
Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan ekstraksi silika dengan waktu
pemeraman 12-24 jam dan mengaplikasi silika sebagai pupuk pada tanaman padi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu RB, Yahya R, Gan SN. 2016. Production of High Purity Amorphous Silica
from Rice Husk. Procedia Chemistry. 19:189 – 195.
Gambar 4 Spektrum FT-IR dari silika (a) perlakuan pelarut KOH (b) perlakuan
pelarut NaOH.
Si–O –Si O–H
O–H
Si–O
Si–O
12
Abu Bakar BH, Putrajaya R, Abdulaziz H. 2010. Malaysian rice husk ash -
improving the durability and corrosion resistance of concrete: pre-review.
Concr Res Lett . 1(1):6–13. Adam FK, Kandasamy, Batakrishnan S. 2006. Rice Husk Ash Silica AS a Support
Material for Ruthenium Based Heterogenous Catalyst. J Phys Sci. 17(2):1-13. Ali HA, Chughtai A, Sattar A. 2009. Synthesis of quality silica gel: Optimization
of parameters. J Fac Eng Tech. 16(1). 20-30.
Asikin AN, Kusumaningrum I, Sutono D. 2015. Ekstraksi dan karakterisasi sifat
fungsional Kappaphycus alvarezii asal pesisis Kabupaten Kutai Timur.
JITKT. 7(1): 49-58.
Ayu AM, Wardhani S, Darjito. 2013. Studi pengaruh konsentrasi NaOH dan pH
terhadap sintesis silika xerogel berbahan dasar pasir kuarsa. Kim. Stud. J.
2(2): 517-523.
Bangi UKH, Rao AV, Rao AP. 2008. A new routes for preparation of sodium
silicate based hydrophobic silica aerogels via ambient pressure drying. J Sci
Tech Adv Mater. 9: 122-135.
Gilang FAM, Hanafie MR, Primata M. 2013. Ekstraksi silika dari abu sekam padi
dengan pelarut KOH. Konversi. 2(1): 28-31.
Habeeb GA dan Fayyadh MM. 2009. Rice Husk Ash Concrete: The Effect of
RHA Average Particle Size on Mechanical Properties dan Drying
Shrinkage. Australia Journal of Basic and Applied Sciences. 3(3): 1616-
1622.
Le VH, Thuc CN, Thuc HH. 2013. Synthesis of silica nanoparticles from
Vietnamese rice husk by sol–gel method. Nanoscale Research Letters.
58(8): 1-10.
Lynam JG, Toufiq RM, Vasquez VR, Coronella CJ. 2012. Pretreatment of rice
hulls by ionic liquid dissolution. Bioresource Technol. 114:629-636.
Marwani RT dan Widjanarko SB. 2015. Penggilingan Metode Ball Mill dengan
Pemurnian Kimia Terhadap Penurunan Oksalat Tepung Porang. J Pangan
dan Agroindustri. 3(2): 571-581.
Meirawati D, Wardhani S, Tjahjanto RT. 2013. Studi pengaruh konsentrasi HCL
dan waktu aging (pematangan gel) terhadap sintesis silika xerogel berbahan
dasar pasir kuarsa bangka. Kim Stud J. 2(2): 524-531.
Mujiyanti DR. 2010. Sintesis dan karakterisasi silika gel dari abu sekam padi
yang diimobilisasi dengan 3 – (trimetilttoksisilil) -1- propantiol. Sains dan
Terapan Kimia. 4(2): 150-167.
Nuryono dan Narsito. 2005. Pengaruh Konsentrasi Asam Terhadap Karakter
Silika Gel Hasil Sintesis dari Natrium Silikat. Indo J Chem. 5 (1): 23-30
Rhevi RD, Anwar M, Abdul HM. 2014. Ekstraksi silika dari abu sekam padi
menggunakan pelarut NaOH. Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil
Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014. 306-312.
Sankar S, Sanjeev K, Sharma, Narinder k, Byoungho L, Duek YK, Sejoon L,
Hyung J. 2015. Biogenerated silica nanoparticles synthesized from sticky,
red, and brown rice husk ashes by a chemical method. Ceram Int. 42 :
4875–4885.
Shelke VR, Bhagade SS, Mandavgene SA. 2010. Mesoporous silica from rice
husk ash. Bull Chem React Eng Catal. 5(2): 63–67.
13
Suka IG, Simanjuntak W, Sembiring S, Trisnawati E. 2008. Karakteristik Silika
Sekam Padi dari Provinsi Lampung yang Diperoleh dengan Metode
Ekstraksi. MIPA. 37(1): 47-52.
Soleh M. 2014. Ekstrasi Silika dari Sekam Padi dengan Metode Pelarutan dan
Pengendapan Silika serta Analisis EDX dan FTIR. [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Tzong-Horng L dan Chun-Chen Y. 2011. Synthesis and surface characteristics of
nanosilica produced from alkali-extracted rice husk ash. Mater Sci Eng.
B .176(7): 521-529. doi:10.1016/j.mseb.2011.01.007.
Umeda, J, Hisashi I, Katsuyoshi K .2009. Polysaccharide Hydrolysis and Metallic
Impurities Removal Behavior of Rice Husks in Citric Acid Leaching
Treatment. Transactions of JWRI. 38 (2): 13-18.
Umeda J dan Kondoh K. 2008. High-purity amorphous silica originated in rice
husks via carboxylic acid leaching process. J Mater Sci. 43(22): 7084-7090.
Pamilia C, Rasmiah S, Apriliyanni. 2008. Pengaruh proses pengeringan,
normalitas HCl dan temperatur pembakaran pada pembuatan silika dari
sekam padi. J Tek Kim. 15(1): 5-11.
Patel M, Karera A, Prasanna P. 1987. Effect of thermal and chemical treatments
on carbon and silica contents in rice husk. J. Mater. Sci. 22(1): 2457-2464.
Pratomo I, Wardhani S, Purwonugroho D. 2013. Pengaruh teknik ekstraksi dan
konsentrasi HCl dalam ekstraksi silika dari sekam padi untuk sintesis silka
xerogel. Kim Stud J. 2(1): 358-364.
Prasad R dan Pandey M. 2012. Rice Husk Ash as a Renewable Source for the
Production of Value Added Silica Gel and its Application: An Overview.
Bull Chem React Eng Catal. 7(1): 1-25. Prima AH, Eko, Wara DPR. 2015. Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi
Silika Gel. JBAT . 4(2): 55-59. doi: 10.15294/jbat.v3i2.3698.
Wang L, Guo Y, ZhuY, Li Y, Qu Y, Rong C, Ma X, Wang Z. 2010. A new route
for preparation of hrydrochars from rice husk . Bioresource Technol.
101(24):9807-9810.
Yuvakkumar R , Elango V , Rajendran V, Kannan N. 2012. High-purity nano
silica powder from rice husk using a simple chemical method. J Exp
Nanoscience. 1-10. doi:10.1080/17458080.2012.656709
14
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Sekam Padi
Dimasukkan ke dalam
NaOH 5%
Sampai mendidih selama
1 jam
Disaring
Tambahkan HCl 1 N
Sampai pH 7.5-8.
Silika Gel
XRD FT-IR SEM
KOH 5%
Abu Sekam Padi
Dipanaskan suhu 75 ᴼC
Silika
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
15
Lampiran 2 Rerata rendemen abu sekam padi
Massa sekam segar(g) Massa abu(g) Rendemen(%)
58.53 12.25 20.92
58,87 13.36 22.70
Rerata 21.81
Contoh perhitungan:
Rendemen =
=
Lampiran 3 Rendemen ekstraksi silika dengan pelarut NaOH dan KOH
Perlakuan
Pelarut NaOH
Ulangan Bobot
Awal(g)
Bobot
Akhir(g)
Rendemen
(%)
Rerata(%)
0 jam 1 25.0005 19.0340 76.13 78.19bc
2 25.0006 20.0609 80.24
6 jam 1 25.0016 19.4856 77.94 80.15c
2 25.0012 20.5923 82.37
12 jam 1 25.0033 20.3416 81.36 82.61c
2 20.0017 20.9664 83.86
24 jam 1 25.0014 20.6134 82.45 82.15c
2 25.0011 20.0379 81.84
Perlakuan
Pelarut KOH
0 jam 1 25.0093 15.0639 60.23 64.91a
2 25.0005 17.3925 69.58
6 jam 1 25.0012 19.9663 79.86 79.24bc
2 25.0640 19.7049 78.61
12 jam 1 25.0004 20.4528 81.81 79.32bc
2 25.0008 20.2081 76.83
24 jam 1 25.0121 17.5486 70.16 71.08ab
2 25.0818 28.0580 71.99
Huruf (ab
) yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji lanjut Duncan dengan tingkat kepercayaan 95% (P<0.05)
Contoh perhitungan perlakuan pelarut NaOH 0 jam ulangan 1:
Rendemen =
16
Lampiran 4 Uji warna silika dengan menggunakan pelarut NaOH
Perlakuan Ulangan L a B W
NaOH 0 Jam 1 94.97 1.17 5.13 92.72
95.82 1.39 4.56 93.66
96.37 1.36 4.18 94.30
2 96.16 1.32 6.04 92.72
96.66 1.29 6.11 92.92
95.79 1.35 6.35 92.26
NaOH 6 Jam 1 90.26 1.53 5.95 88.48
89.43 1.56 6.34 87.58
90.29 1.57 6.14 88.40
2 92.62 1.59 6.90 89.77
92.58 1.51 6.31 90.14
92.00 1.57 7.14 88.98
NaOH 12 Jam 1 91.86 1.46 5.30 91.42
91.21 1.48 5.55 89.50
91.59 1.48 5.49 89.85
2 92.54 1.28 4.50 91.19
93.26 1.31 4.43 91.83
92.85 1.28 4.51 91.45
NaOH 24 Jam 1 94.57 1.61 5.48 92.12
93.40 1.64 5.86 91.31
94.80 1.68 5.67 92.13
2 96.43 1.26 5.95 92.95
95.66 1.38 6.32 92.21
95.84 1.34 6.15 92.46
Contoh perhitungan pelakuan NaOH 6 jam ulangan 1:
W = 100 - √( )
W = 100 - √( ) = 88.48
17
Lampiran 5 Uji warna silika dengan menggunakan pelarut KOH
Perlakuan Ulangan L A b W
KOH 0 Jam 1 88.71 2.08 6.00 70.31
88.36 1.94 5.83 86.84
87.88 1.94 5.87 92.90
2 91.11 2.06 5.97 89.10
90.53 2.00 6.29 88.46
91.90 2.00 6.23 89.59
KOH 6 Jam 1 94.50 1.72 4.67 92.58
93.40 1.68 4.75 91.70
93.66 1.78 4.81 91.85
2 92.90 1.62 4.06 91.66
92.81 1.71 4.10 91.55
93.28 1.61 3.91 92.06
KOH 12 Jam 1 96.38 1.6 4.41 94.07
95.98 1.63 4.49 93.76
95.75 1.71 4.52 93.56
2 93.84 1.56 6.11 91.18
94.51 1.58 6.07 91.66
93.51 1.66 6.22 90.86
KOH 24 Jam 1 89.24 2.11 6.02 87.40
89.69 2.04 6.07 87.86
89.07 2.08 6.09 87.32
2 93.75 1.59 6.29 90.99
93.86 1.61 6.33 91.04
93.32 1.66 6.41 90.60
Contoh perhitungan pelakuan KOH 6 jam ulangan 1:
W = 100 - √( )
W = 100 - √( ) = 92.58
18
Lampiran 6 Pengukuran densitas silika gel.
Perlakuan Pelarut
NaOH
Ulangan Bobot
Silika (g)
Volume
(mL) ρ (g/mL)
0 jam 1 4.9628 10 0.49628
2 4.9395 10 0.49395
6 jam 1 5.8238 10 0.58238
2 5.7114 10 0.57114
12 jam 1 5.3771 10 0.53771
2 4.9904 10 0.49904
24 jam 1 5.7653 10 0.57653
2 5.7165 10 0.57165
Perlakuan Pelarut
KOH
0 jam 1 5.2137 10 0.52137
2 6.1066 10 0.61066
6 jam 1 6.1113 10 0.61113
2 5.4300 10 0.54300
12 jam 1 4.9461 10 0.49461
2 4.9870 10 0.49870
24 jam 1 5.9058 10 0.59058
2 5.8473 10 0.58473
Contoh perhitungan pelarut NaOH 0 jam ulangan 1:
ρ = ( )
( )
g/mL
19
Lampiran 7 Hasil uji kadar air pada silika
Perlakuan
NaOH Ulangan
Berat Sampel
Awal (g)
Berat Sampe
Akhir (g) Kadar Air (%)
0 Jam 1 2.0031 1.8567 7.3087
2 2.0030 1.8963 5.3270
6 Jam 1 2.0071 1.8508 7.7874
2 2.0070 1.8433 8.1565
12 Jam 1 2.0026 1.8763 6.3068
2 2.0026 1.8765 6.2968
24 Jam 1 2.0050 1.7874 10.8529
2 2.0051 1.7942 10.5182
Perlakuan KOH
0 Jam 1 2.0113 1.8939 5.8370
2 2.0162 1.8963 5.9468
6 Jam 1 2.0104 1.8783 6.5708
2 2.0103 1.8697 6.9940
12 Jam 1 2.0025 1.8504 7.5955
2 2.0039 1.8563 7.3656
24 Jam 1 2.0047 1.8229 9.0687
2 2.0039 1.8227 9.0424
Contoh perhitungan perlakuan pelarut NaOH 0 jam ulangan 1:
Kadar air = ( )
( )
7.3087%
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 15 April 1994 anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Ma’mun dan Mardianah. Tahun 2012 lulus dari SMA
Negeri 9 Bogor dan tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur tulis (SNMPTN) dan diterima di Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten berbagai mata kuliah, diantaranya
asisten praktikum Kimia TPB pada tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum
Kimia Lingkungan pada tahun ajaran 2015/2016, dan asisten praktikum Kimia
Fisik pada tahun ajaran 2015/2016. Penulis juga aktif mengajar private yaitu
pengajar mata pelajaran matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia. Pada bidang
organisasi penulis mengikuti organisasi luar kampus yaitu Gerakan Menuju Anak
Baik Indonesia (GEMABI) periode 2015/2016, dan aktif dalam Karang Taruna
IRMA.
top related