jurusan sosiologi dan antropologi fakultas ilmu …lib.unnes.ac.id/31939/1/3401412073.pdfadik...
Post on 01-Apr-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
STRATEGI ADAPTASI PETERNAK DI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL YANG MAMBU
Studi Kasus pada Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya di
Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten Brebes
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
Oleh: Intan Kurniasih NIM 3401412073
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 26 Januari 2017
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 7 Febuari 2017
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini, yang berjudul
“Strategi Adaptasi Peternak di Lingkungan Tempat Tinggal yang Mambu Studi Kasus
pada Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya di Kelurahan Limbangan Wetan
Kabupaten Brebes” benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang
lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Febuari 2017
Intan Kurniasih
NIM 3401412073
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Bukan hanya mengaminkan doa “semoga ilmunya bermanfaat” berperilaku peka
untuk orang lain, masyarakat, dan ibu pertiwi dikala sibuk tanpa pamrih adalah
perilaku yang bisa dikatakan lumayan.
Jadikan diri sendiri, lalu keluarga, lalu tetangga, lalu sahabat, lalu generasi penerus,
lalu masyarakat, lalu Indonesia berkarakter nilai-nilai Indonesia.
(Penulis)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”.
(Q.S. Al Insyiroh: 6)
PERSEMBAHAN
Orang tua tercinta Bapak Suhari dan Ibu Muasaroh, dan Adik-
adik tercinta yang telah memberi do’a, dukungan, motivasi dan
semangat selama ini.
Sahabat-sahabat saya di Jurusan Sosiologi dan Antropologi,
BEM FIS lintas angkatan dan di UKM UKKI lintas angkatan
yang memberi semangat dan motivasi.
Almamater UNNES yang saya banggakan
Ibu Pertiwi
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Adaptasi Peternak di Lingkungan Tempat
Tinggal yang Mambu Studi Kasus pada Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju
Jaya di Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten Brebes”.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam penelitian maupun penulisan
skripsi ini. Ucapakan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Prof Dr. Fatur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kesempatan penulis menempuh studi dan memberikan
berbagai fasiilitas pendidikan selama masa studi.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah
memberikan kelancaran dalam perizinan penelitian.
3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant,. M. A., Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi
dan Antropologi Unnes, yang telah memberikan saran, motivasi dan dukungan
demi kelancaran penyelesaian skripsi.
4. Gunawan, S.Sos., M.Hum. Dosen Pembimbing I, yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran dan berbagai pengetahuan dalam penyusunan
skripsi ini.
vii
5. Drs. Totok Rochana, MA Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Dra. Rini Iswari M.Si Dosen Penguji I yang telah menguji dan memberikan
masukan, saran, membimbing serta memberikan motivasi dan pengarahan
kepada penulis.
7. Dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat selama di bangku perkuliahan.
8. Ir Yulia Hendrawati, M. Si Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Brebes yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di Kelompok Tani
Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya di Kelurahan Limbangan Wetan.
9. Carmo, A. Md, Koordinator Program Peternakan Kabupaten Brebes yang
telah memfasilitasi dan membantu penulis dalam memperoleh data di
lapangan.
10. Sri Iriani, SE Lurah Kelurahan Limbangan Wetan yang telah mengijinkan
penulis melakukan penelitian di masyarakat Limbangan Wetan.
11. Semua pihak yang telah membantu saran dalam penelitian hingga penyusunan
skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna untuk berbagai pihak, dalam
sumbangsih pengembangan ilmu pengetahuan kelanjutannya serta bermanfaat bagi
peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Febuari 2017
Penulis
viii
SARI
Kurniasih, Intan. 2016. “Strategi Adaptasi Peternak di Lingkungan Tempat Tinggal yang Mambu Studi Kasus pada Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya di Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten Brebes”. Skripsi. Jurusan Sosiologi dan
Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing
Gunawan, S.Sos.,M.Hum. Drs. Totok Rochana, MA. 147 hal
Kata Kunci: Strategi Adaptasi, Peternak, Lingkungan Mambu, KTTI Maju Jaya
Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya termasuk salah satu kelompok
tani itik di Kabupaten Brebes yang berada di Kelurahan Limbangan Wetan.
Keberadaannya menimbulkan dampak negatif yaitu situasi lingkungan peternakan
menjadi mambu. Mambu berasal dari limbah aktivitas peternakan. Di lingkungan
peternakan ada peternak yang bermukim di lingkungan tersebut. Peternak melakukan
adaptasi dengan cara melakukan berbagai aktivitas untuk menghadapi mambu,
dengan demikian peternak dapat bertahan di lingkungan tempat tinggal tersebut.
Penelitian ini memfokuskan tentang: (1) Aktivitas yang dilakukan oleh peternak
KTTI Maju Jaya. (2) Adaptasi yang dilakukan peternak di lingkungan tempat tinggal
yang mambu. (3) Alasan peternak bertahan di lingkungan tempat tinggal tersebut.
Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kualitatif. Lokasi penelitian di
Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten Brebes. Subjek penelitian yaitu warga
Limbangan Wetan yang tergabung dalam KTTI Maju Jaya. Teknik pengumpulan data
dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan
triangulasi. Teknis analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi, penyajian data
dan pengambilan simpulan. Teori yang digunakan adalah Teori adaptasi dari Bennet.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Peternakan itik di Kelurahan Limbangan
Wetan dalam perkembangnya menjadi KTTI Maju Jaya. Aktivitasnya memelihara
itik, memberi pakan, mengolah kebersihan kandang, menggembala, memisahkan itik
yang sakit, dan panen. Antara peternak ada hubungan kerjasama dalam memelihara
itik. Perkembangan aktivitas KTTI Maju Jaya menimbulkan persoalan kondisi
lingkungan yang mambu. (2) Adaptasi peternak di lingkungan tersebut: membuat
tanah kandang yang miring ke sungai, membuat pelataran kandang di atas sungai,
mengatur pakan itik, memelihara kebersihan di kandang maju jaya dan di pekarangan
rumah, mengatur pekarangan rumah dengan membuat kolam ikan, saluran kotoran
itik. Adaptasi lain yaitu menyingkir dari mambu. (3) Alasan peternak bermukim agar
lebih intensif dalam memelihara itik, rumah warisan orang tua, mempunyai prinsip
hidup mambu tidak menjadi masalah utama, dan ada faktor ekonomi serta kebiasaan.
Saran yang diajukan: (1) Bagi peternak lebih intensif dalam membersihkan
lingkungan di sekitar kandang. (2) Bagi pengurus mampu menjalankan kegiatan dan
kepengurusan dengan baik salah satunya mengenai pencatatan keuangan kelompok.
(3) Bagi Pemerintah Daerah mampu memperhatikan dan memberdayakan seluruh
KTTI yang ada di Kabupaten Brebes untuk lebih maksimal menjalankan peranannya
yang membantu menghidupkan oleh-oleh khas Brebes tersebut.
ix
Abstract
This research aims to reveal the various activities of farmers in facing the mambu of the neighborhood on the farm of Kelompok Tani Ternak Itik Maju Jaya in Limbangan Wetan village, Brebes regency. This study focuses on: (1) Activities undertaken by Maju Jaya community duck farming. (2) The adaptations that do farmers in the mambu neighborhood. (3) The reason for farmers to survive in the environment of the dwelling. This study used qualitative methods, data collection techniques used observation, interviews, and documentation. The results showed that (1) community livelihood as a duck breeders was already been there since 1950 in line with the growing age they to form farmer groups named Kelompok Tani Ternak Itik Maju Jaya. Each turn of leader has a different activity. Activities that run are keeping ducks; starting from feed, free-range, harvest, there is also the cage processing activity, and social activity among farmers. (2) The adaptation of farmers dealing with the stink issue by doing activities that make the land enclosure sloping down to the river, made the yard of the enclosure above the river, regulate feeding of ducks, maintaining the cleanliness of the cage of Maju Jaya and yard of the house, set the backyard by creating a fish pond, sewage ducks, and the last adaptation of breeders is standing away from that mambu. (3) Breeders survive in that environment due to more intensively in maintaining and keeping ducks, economic factors and habits, parental heritage, and has a principle of life. Suggestions put forward: (1) For a more intensive farmers in cleaning the environment around the cage. (2) For the board is able to run the activities and management with a good one about financial records of the group. (3) For the regional government is able to pay attention and empower all KTTI in Brebes to more leverage to play its role that help bring souvenirs typical of the Brebes.
Keywords: Adaptation strategies, farmers, mambu environment, KTTI Maju Jaya
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iii
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
PRAKATA ................................................................................................... vi
SARI ............................................................................................................ viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR BAGAN DAN TABEL ............................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
E. Batasan Istilah ......................................................................................... 8
1. Definisi Strategi Adapatasi ................................................................. 8
2. Definisi Peternak ................................................................................ 9
3. Definisi Lingkungan Tempat Tinggal ................................................ 9
4. Definisi Mambu ……………………………………………………... 10
5. Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya……………………… 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ……. 12 A. Deskripsi teoretis (Teori Adaptive Strategy) ........................................... 12
B. Kajian Pustaka ......................................................................................... 18
C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 26
BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 28 A. Latar Penelitian ........................................................................................ 28
B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 29
C. Sumber Data ............................................................................................ 30
1. Data Primer ......................................................................................... 30
2. Data Sekunder ..................................................................................... 37
D. Alat danTeknik Pengumpulan Data ........................................................ 37
1. Alat Pengumpul Data ……………………………………………….. 37
2. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 39
a. Wawancara ..................................................................................... 39
xi
b. Observasi ........................................................................................ 42
c. TeknikDokumentasi........................................................................ 43
E. Uji Validitas Data (Keabsahan Data) ...................................................... 44
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 47
1. Reduksi Data ....................................................................................... 47
2. Penyajian Data ................................................................................... 48
3. Pengambilan Kesimpulan ................................................................... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 52 A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ....................................................... 52
1. Lokasi Penelitian ……….………….... ............................................. 52
2. Kondisi Masyarakat Kelurahan Limbangan Wetan ………………… 54
B. Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya ...................................... 58
1. Sejarah Peternakan Itik di Limbangan Wetan .................................... 58
2. Profil KTTI Maju Jaya ………………………………………………. 62
3. Kandang Itik di KTTI Maju Jaya ………………………………….. . 70
4. Klasifikasi Itik di KTTI Maju Jaya …………………………… ........ 75
5. Peralatan dalam Memelihara Itik pada KTTI Maju Jaya ……....... .... 77
6. Kondisi Lingkungan Sekitar Peternakan ……..... ............................... 81
7. Profil Informan Utama dan Pendukung Penelitian ……....... .............. 84
C. Aktivitas KTTI Maju Jaya …………………………………. ................. 88
1. Aktivitas dalam Memelihara Itik ........................................................ 88
2. Aktivitas Peternak dalam Mengolah Kebersihan Kandang ................ 92
3. Hubungan Sosial Peternak .................................................................. 93
D. Adaptasi Peternak di Lingkungan Tempat Tinggal Mambu ................... 99
1. Membuat tanah kandang yang miring ke sungai ................................ 101
2. Membuat pelataran kandang di atas sungai ………………………… 101
3. Mengatur pakan itik …………………………………………………. 102
4. Memelihara kebersihan kandang maju jaya dan pekarangan rumah .. 102
5. Mengatur Pekarangan Rumah ............................................................. 105
a) Membuat Kolam Ikan .................................................................... 105
b) Membuat Saluran Kotoran Itik ...................................................... 107
6. Menyingkir dari Mambu ……………………………………………. 108
E. Bertahan di Lingkungan Tempat Tinggal yang Mambu ......................... 109
1. Alasan Peternak Bertahan ………………………. .............................. 109
2. Faktor yang Menjadikan Peternak Bertahan ……....... ....................... 112
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 114 A. Simpulan .................................................................................................. 114
B. Saran ........................................................................................................ 115
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 117
LAMPIRAN ................................................................................................. 119
xii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan 1. KerangkaBerpikir .......................................................................... 26
Bagan 2. Komponen-komponen analisis data model interaktif (Miles) ...... 50
Tabel 1. Daftar Informan Utama Penelitian ………………………………. 33
Tabel 2. Daftar Informan Pendukung Penelitian …………………………. 35
Tabel 3. Alat Pengumpul Data …………………………………………….. 39
Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan ………………………………………….. 54
Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian …………… 55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kandang itik umbaran .............................................................. 72
Gambar 2. Kandang itik umbaran ren ....................................................... 73
Gambar 3. Kandang itik bok ..................................................................... 74
Gambar 4. Alat penetas telur itik milik Bapak Khadir ............................. 79
Gambar 5. Nasi Aking yang sedang direbus menggunakan Tungku ........ 79
Gambar 6. Blekicot untuk remisan ............................................................. 80
Gambar 7. Peternak, Ari (27 tahun) memberi remisan eceng gondok ..... 90
Gambar 8. Peternak, Romli (22 tahun) sedang memberi pakan ............... . 91
Gambar 9. Pertemuan kelompok sekaligus acara arisan peternak …….... 96
Gambar 10. Pemukiman peternak di antara kandang itik ………………... 99
Gambar 11. Pelataran kandang dibuat di atas sungai …………………….. 101
Gambar 12. Kolam ikan dan kandang di pekarangan rumah ……………... 107
Gambar 13. Saluran kotoran itik…………………………………………… 108
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Instrumen Penelitian ............................................................... 120
Lampiran 2.Pedoman Observasi ................................................................ 121
Lampiran 3.Kisi-kisi ……………………………………………………. 124
Lampiran 4.PedomanWawancara .............................................................. 125
Lampiran 5.Pedoman Wawancara Pendukung ......................................... 128
Lampiran 6.Surat Ijin Penelitian dari Fakultas .......................................... 131
Lampiran 7.Surat Ijin Penelitian dari Dinas ……………………………. 132
Lampiran 8.Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ........................... 133
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Selamat Datang di Kabupaten Brebes BERHIAS” demikian kalimat yang
terpampang pada tugu masuk Kabupaten Brebes. Brebes BERHIAS singkatan dari
Brebes yang Bersih, Hijau, Indah, Aman, dan Sehat. Tugu tersebut berada di pintu
masuk wilayah Kabupaten Brebes. Ada pula patung diorama yang berupa aktivitas
sang sontoloyo beserta itiknya, patung telur asin dan patung seikat bawang merah.
Patung diorama tersebut menceritakan ciri khas daerah Brebes yang mempunyai
potensi pada bidang pertanian sebagai penghasil bawang merah dan bidang
peternakan sebagai peternak itik dan penghasil telur asin.
Peternakan itik telah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat Brebes.
Peternakan itik berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Brebes,
sebagai penghasil telur, daging, dan pupuk dari kotoran itik. Peternakan itik di Brebes
berkembang pada masyarakat yang tinggal berdekatan dengan sungai dan hamparan
sawah yang luas.
Kabupaten Brebes terkenal dengan penghasil telur asin terbesar di Indonesia
(Kompas.com, senin, 7 Maret 2011). Pemda setempat mengembangkan peternakan
itik dengan memberi modal berupa anak itik kepada para peternak itik setiap
tahunnya. Pemberian modal ini dapat meningkatkan produksi telur itik yang dijadikan
sebagai bahan baku telur asin.
2
Pemda juga memberikan uang hibah untuk pembangunan peternakan dalam bidang
pakan dan infrastruktur.
Bahan baku telur asin di produksi dari Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI)
yang tersebar di Kabupaten Brebes. Jumlah KTTI yang ada di wilayah Brebes
mencapai 25 kelompok yang tersebar di 11 kecamatan dari 18 kecamatan yang ada di
Brebes. Salah satu kelompok tani itik yang sudah berbadan hukum adalah KTTI Maju
Jaya. KTTI Maju Jaya merupakan salah satu kelompok tani itik utama yang
menghasilkan telur itik di Brebes.
KTTI Maju Jaya berlokasi di Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten
Brebes. Masyarakat Limbangan Wetan yang bermata pencaharian sebagai peternak
itik berjumlah sekitar 63 orang pada tahun 2016. Masyarakat Limbangan Wetan juga
menjadi sentra produksi telur asin, bandeng presto dan sanggul. Masyarakat yang
memproduksi telur asin mendapatkan telur itik dari peternak yang tergabung dalam
KTTI Maju Jaya.
Kandang itik KTTI Maju Jaya berada di antara tepian sungai Sigeleng dan
jalan Kelurahan Limbangan Wetan. Deretan kandang itik milik kelompok ini
mencapai panjang sekitar 1,7 KM dan Lebar 10 Meter. Menurut masyarakat setempat
dan masyarakat Brebes pada umumnya peternakan itik di Kelurahan Limbangan ini
merupakan peternakan yang mempunyai kandang terpanjang di Brebes bahkan se
Indonesia, dengan berderet kandang mencapai 73 kandang.
Kandang KTTI Maju Jaya memanfaatkan tanah di tepi sungai dan tepi jalan
Limbangan Wetan. Tanah ini milik Pemerintah Daerah Brebes khususnya milik
3
Dinas Pengairan Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Brebes dan milik PT
Jasa Marga (Persero), Tbk. PT Jasa Marga merencanakan pelebaran jalan Limbangan
akan tetapi, KTTI Maju Jaya menolak untuk direlokasi.
Anggota KTTI Maju Jaya menolak relokasi karena kandang yang dibangun
di tanah tersebut telah menjadi sumber pendapatan keluarga secara turun-temurun
dan anggota KTTI Maju Jaya percaya bahwa tanah yang ada di kandang telah
menjadikan produksi itik berkualitas. Hal ini yang menjadikan telur asin Brebes
berbeda dengan produksi daerah lain.
Kepengurusan KTTI Maju Jaya bertempat kedudukan di Jalan Sunan Gunung
Jati Raya, RT 05/ RW 03, Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten Brebes. Tempat
kepengurusan kelompok ini berada di depan deretan kandang itik. Tempat
kepengurusan dan kandang-kandang itik tersebut berada di satu lokasi yang
berdekatan. Masyarakat Brebes mengenal lokasi tersebut sebagai salah satu pusat
kawasan peternakan itik yang ada di Brebes.
Pada tahun 1950 masyarakat Limbangan Wetan mulai berternak itik, baik di
pekarangan rumah maupun di pinggiran sungai. Seiring perkembangnya waktu
pemukiman mulai padat sehingga kandang-kandang itik dipindah di tepi sawah,
sungai dan jalan. Kandang-kandang itik tersebut berada di sebelah utara pemukiman
masyarakat. Lokasi kandang tersebut sampai sekarang menjadi tempat aktivitas KTTI
Maju Jaya.
Aktivitas KTTI Maju Jaya mempunyai dampak terhadap kondisi lingkungan
di sekitar peternakan. Dampak tersebut berasal dari kotoran itik dan limbah aktivitas
4
peternakan itik di kandang. Kondisi di sekitar peternakan menjadi tidak sedap, yang
dalam istilah bahasa Brebesnya disebut mambu.
Mambu berasal dari sisa pakan itik dan remisan yang berserakan di kandang,
yang dalam waktu lama menimbulkan bau yang tidak sedap. Air sisa cucian tempat
pakan atau sisa keperluan lain juga menimbulkan bau yang tidak sedap. Sungai yang
berada di samping kandang digunakan untuk pelebaran kandang dan tempat
mengalirkan air limbah, sehingga air sungai berwarna hitam dan keruh. Kondisi
lingkungan peternakan itik menjadi mambu.
Persoalan mengenai tindakan tani ternak yang kurang memperhatikan
kebersihan lingkungan mendapat teguran dari Pemda Brebes yang berisi surat
pernyataan untuk sadar hukum pada lingkungan hidup (Brebesnews.co, 27 November
2014). Ada peringatan untuk sadar lingkungan akan tetapi sampai sekarang mambu
masih dirasakan ketika melewati lingkungan peternakan tersebut terlebih ketika
musim penghujan.
Mambu yang muncul akibat dampak negatif adanya peternakan mendapat
perhatian pula dari pemerintah daerah khususnya bupati Brebes. Dalam
(Brebesnews.co, 9 Juli 2014) Bupati Brebes menyatakan akan merelokasi peternakan
KTTI Maju Jaya di lokasi paling ujung Limbangan Wetan. Lokasi paling ujung
Limbangan Wetan ini berada jauh di pemukiman warga dan lalu lintas jalan
Limbangan Wetan, sehingga tidak mengganggu warga yang akan melewati jalan
tersebut. Adanya relokasi tersebut juga sebagai pengembangan komoditas peternakan
itik supaya lebih mempunyai nilai ekonomis.
5
Mambu menunjuk pada suatu keadaan yang berbau tidak sedap. Mambu
merupakan salah satu persoalan yang ada di lingkungan peternakan itik Maju Jaya di
Limbangan Wetan. Mambu akan tercium lebih kuat ketika musim penghujan.
Ada peternak yang bermukim di lingkungan peternakan. Rumah peternak
tersebut berhadapan dengan kandang kelompok. Situasi lingkungan yang mambu
tidak menjadikan peternak pindah dari lingkungan tersebut. Peternak tetap tinggal
bahkan memelihara itik di pekarangan rumah.
Adanya KTTI Maju Jaya yang ada di Kelurahan Limbangan Wetan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu kondisi mambu. Di sisi lain ada
peternak yang bertempat tinggal di lingkungan peternakan. Hal ini menjadi suatu
fenomena yang menarik untuk diteliti. Penulis tertarik untuk meneliti tentang
aktivitas yang dilakukan KTTI Maju Jaya, adaptasi yang dilakukan peternak di
lingkungan tempat tinggal yang mambu dan alasan peternak masih tinggal di
lingkungan tersebut.
Berdasarkan fenomena yang penulis uraikan pada latar belakang di atas,
penulis memberikan judul skripsi dari penelitian yang telah dilakukan yaitu “Strategi
Adaptasi Peternak di Lingkungan Tempat Tinggal yang Mambu Studi Kasus
pada Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya di Kelurahan Limbangan
Wetan Kabupaten Brebes”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas KTTI Maju Jaya di Kelurahan Limbangan Wetan
Kabupaten Brebes?
2. Bagaimana peternak beradaptasi di lingkungan tempat tinggal yang mambu?
3. Apa yang menjadikan peternak tetap bertahan di lingkungan yang mambu?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan sebagaimana yang dikemukakan di atas,
maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui aktivitas KTTI Maju Jaya di Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten
Brebes.
2. Mengetahui peternak beradaptasi di lingkungan tempat tinggal yang mambu.
3. Mengetahui alasan peternak tetap bertahan di lingkungan yang mambu.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu secara teoritis
maupun praktis yaitu sebagai berikut ini:
1. Secara teoretis
7
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial dibidang antropologi ekologi
khususnya mengenai adaptasi peternak di lingkungan tempat tinggal yang
mambu.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk pembaca dan dapat
digunakan sebagai referensi untuk penelitian sejenis atau berikutnya mengenai
adaptasi adaptasi peternak di lingkungan tempat tinggal yang mambu.
2. Secara praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat yaitu sebagai berikut:
a. Menambah pengetahuan dan informasi kepada pembaca dan masyarakat luas
tentang adaptasi peternak di lingkungan tempat tinggal yang mambu.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan contoh dalam materi kelompok sosial pada
pembelajaran di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI semester
ganjil.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi para peneliti yang
tertarik untuk meneliti persoalan adaptasi suatu masyarakat khususnya
mengenai strategi adaptasi yang dilakukan peternak di lingkungan tempat
tinggal yang mambu.
8
E. Batasan Istilah
Batasan istilah dibuat untuk menghindari kekeliruan penafsiran dari terjadinya
berbagai macam pengertian. Tujuan adanya batasan istilah untuk mewujudkan
kesatuan berfikir terhadap istilah-istilah yang ada di penelitian, untuk mempertegas
ruang lingkup permasalahan serta agar penelitian menjadi lebih terarah. Adanya
batasan istilah dimaksudkan untuk menghindari timbulnya salah penafsiran pada
penelitian ini. Beberapa istilah yang dimaksud dalam penelitian dengan judul yaitu:
Strategi Adaptasi Peternak di Lingkungan Tempat Tinggal yang Mambu (Studi Kasus
Pada Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya di Kelurahan Limbangan Wetan
Kabupaten Brebes), memberikan batasan istilah sebagai berikut:
1. Strategi Adaptasi
Daeng (2008:44) mendefinisikan adaptasi sebagai hubungan penyesuaian
antara organisme dengan lingkungan sebagai keseluruhan yang di dalamnya
organisme itu menjadi bagiannya. Konsep adaptasi berpangkal pada suatu keadaan
lingkungan hidup yang merupakan problem untuk organisme dan penyesuaian atau
adaptasi itu merupakan penyesuaian dari problem tersebut (Sukadana 1983:31).
Adanya suatu kondisi yang terjadi di lingkungan menjadikan manuasia melakukan
penyesuaian diri agar dapat bertahan di lingkungan tersebut.
Menurut Amsyari (1977:23) adaptasi merupakan penyesuaikan diri terhadap
adanya suatu kondisi perubahan lingkungan hidup. Adaptasi yang dilakukan peternak
untuk menghadapi kondisi lingkungan mambu akibat dampak aktivitas peternakan
itik.
9
Strategi adaptasi dalam penelitian ini adalah berupa aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh peternak yang tinggal di lingkungan tempat tinggal yang mambu, dan
mempunyai cara atau upaya untuk menyesuaikan diri agar kehidupannya dapat
berlanngsung di lingkungan tersebut.
2. Peternak
Peternak merupakan orang yang melakukan suatu kegiatan usaha yang terdiri
dari memelihara ternak untuk menghasilkan produk-produk dari hewan ternak itu
yang bisa berupa bulu, daging, susu, telur dan lain-lain, yang bermanfaat untuk
memenuhi perkembangan kebutuhan manusia, dengan memperhatikan keseimbangan
ekologis dan kelestarian alam (Atmadja, 1979:1). Peternak yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu peternak yang memelihara itik yang tergabung dalam KTTI Maju
Jaya dan peternak yang bermukim di lingkungan peternakan tersebut.
3. Lingkungan Tempat Tinggal
Lingkungan hidup menjadi bagian dari kehidupan dan aktivitas manusia,
hingga menurut Siahaan (2014:5) lingkungan hidup disebut dengan lingkungan hidup
manusia (human environment), oleh karena itu manusia merupakan salah satu bagian
dari komponen lingkungan hidup yang berbeda dengan makhluk hidup lain, karena
manusia memiliki akal sehingga dapat mengelola lingkungan alam sesuai dengan
kebutuhannya.
Menurut Undang-Undang RI No.4 tahun 1982 mengenai ketentuan Pokok
Pengelolahan Lingkungan Hidup dan Undang-Undang RI No.23 tahun 1997 tentang
pengelolahan Lingkungan Hidup (dalam Neolaka, 2008:26) dikatakan bahwa:
10
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Menurut Neolaka (2008:30) lingkungan adalah sekeliling atau sekitar, bulatan yang
melingkungi, sekalian yang terlingkup di suatu daerah dan sekitarnya, termasuk
orang-orangnya dalam pergaulan hidup yang mempengaruhi kehidupan dan
kebudayaannya.
Amsyari (1977:9-11) mengatakan bahwa lingkungan hidup merupakan apa-
apa yang ada di sekitar manusia, ada manusia dengan berbagai hubungan yang ada,
berbagai makluk hidup dan benda-benda tak hidup. Lebih lanjut ia juga mengatakan
bahwa lingkungan dapat dibagi menjadi lingkungan fisik, lingkungan biologis dan
lingkungan sosial.
Dalam penelitian ini yang dimaksud lingkungan itu mengacu pada lingkungan
tempat tinggal peternak. Lingkungan tempat tinggal peternak yang berada di sekitar
peternakan Maju Jaya.
4. Mambu
Mambu dalam Bahasa Indonesia berhubungan dengan segala sesuatu yang
berbau, terutama bau yang basi atau tidak sedap. Dalam hubungannya dengan
penelitian maka mambu merupakan persoalan yang berhubungan dengan kondisi
lingkungan peternakan itik yang terpengaruh oleh dampak negatif dari adanya
aktivitas peternakan baik di kandang kelompok maupun di kandang pekarangan
11
rumah peternak. Dampak negatif aktivitas peternakan tersebut memunculkan kondisi
mambu.
Mambu muncul karena kurang intensifnya peternak dalam membersihkan
kandang. Mambu juga salah satunya berasal dari penggunaan pakan yang masih
tradisional yaitu dari dedek, ikan, dan eceng gondong. Penggunaan ikan yang tidak
segar dalam waktu lama dapat menimbulkan mambu. Pakan yang berserakan dan
tidak termakan dalam waktu lama menimbulkan mambu. Mambu dalam penelitian ini
juga berasal dari limbah aktivitas peternakan baik di kandang maupun yang
disalurkan di sungai. Sungai tersebut tampak berwarna hitam dan keruh.
5. Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya
Kelompok sosial adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang
yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama (Ibrahim,
2003:45). Menurut Reitz (Thoha, 2008:83) kelompok sosial merupakan kumpulan
dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain, mempunyai pembagian tugas,
adanya tujuan yang sama dan anggota kelompok melihat dirinya sebagai suatu
kelompok.
Kelompok sosial dalam penelitian ini yaitu kelompok sosial yang bergerak
dalam bidang peternakan itik yang bernama Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju
Jaya yang berada di Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten Brebes.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teoritis
Teori merupakan alat terpenting dari ilmu pengetahuan, tanpa adanya suatu
teori maka hanya merupakan serangkaian pengetahuan mengenai fakta, fungsi teori
yaitu menggeneralisasikan, memberi pembatasan, memprediksi dan mengisi
kelowongan dalam pengetahuan (Poerwanto 2008:1-2). Dalam penelitian ini
menggunakan teori adaptive strategies dari Bennett, alasan mengapa peneliti
menggunakan teori tersebut yaitu sebagai alat yang digunakan untuk menggali lebih
mendalam mengenai strategi adaptasi peternak di lingkungan tempat tinggal yang
mambu dan apa saja yang menjadi alasan peternak bertahan di lingkungan tempat
tinggal yang mambu. Adaptasi menurut beberapa ahli antara lain:
Adaptasi menuntut pengembangan pola-pola perilaku, yang akhirnya
membantu suatu organisme agar mampu memanfaatkan suatu lingkungan tertentu
demi kepentingannya, baik untuk memperoleh bahan pangan maupun menghindari
dari bahaya (Poerwanto, 2008:61). Lebih lanjut Poerwanto (2008) mengatakan agar
manusia dapat mempertahankan kehidupannya, maka manusia harus selalu menjaga
hubungan adaptasi dengan ekosistemnya. Hingga dikatakan adaptasi merupakan
proses yang menyebabkan organisme memperoleh kecocokam yang menguntungkan
dengan lingkungan yang ada, dan hasil dari proses tersebut yaitu karakteristik-
13
karakteristik organisme yang menyebabkan cocok dengan perangkat kondisi tertentu
dimana organisme-organisme itu biasanya ada (Haviland, 1985;349).
Menurut Ahimsa-Putra (Ahimsa-Putra, 2007:166), adaptasi merupakan
sebagai suatu konsep umum yang merujuk pada proses penyesuaian pada keadaan
yang berubah. Lebih lanjut Ahimsa-Putra juga mengatakan setiap pola adaptasi suatu
masyarakat pada dasarnya merupakan hasil dari suatu proses mengenali dan
beradaptasi terhadap gejala-gejala alam yang telah berlangsung pilihan bahkan
ratusan tahun, yang hasilnya kemudian diwariskan dari generasi ke generasi.
Menurut Poerwanto (Poerwanto, 2008:62), Unit adaptasi makluk manusia
yaitu organisme dan lingkungan yang merupakan suatu ekosistem; yaitu sistem atau
kesatuan yang berfungsi, dan terdiri atas lingkungan fisik berikut berbagai organisme
yang hidup di dalamnya. Proses adaptasi telah menghasilkan keseimbangan yang
dinamis, karena manusia sebagai bagian dari salah satu organisme hidup dalam suatu
lingkungan fisik tertentu. Melalui kebudayaan yang dimilikinya, ia mampu
mengembangkan seperangat sistem gagasan yang dikembangkan dan dimilikinya,
sehingga mampu menyesuaikan dirinya sebagai bagian dari ekosistem.
Menurut Julian H. Steward (Poerwanto, 2008:62), ada keterkaitan hubungan
antara teknologi suatu kebudayaan dengan lingkungannya dengan menganalisis
hubungan pola tata kelakukan dalam suatu komunitas dengan teknologi yang
dipergunakannya, sehingga warga dari suatu kebudayaan dapat melakukan aktivitas
dan akhirnya mampu bertahan hidup. Diungkapkan pula tentang berbagai upaya lain
yang dilakukan, terutama mengenai keterkaitan yang mempengaruhi sikap dan
14
pandangan, bentuk-bentuk hubungan antar perilaku dan keinginan untuk bertahan
hidup, serta dengan berbagai kegiatan sosial dan hubungan-hubungan antarpribadi.
Menurut Bennet (Bennet, 1976:246-252), perilaku adaptasi terhadap
lingkungan dibentuk dari tindakan organisme yang dilakukan berulang-ulang sebagai
proses penyesuaian terhadap lingkungan tersebut. Adaptasi bukan hanya persoalan
penyesuaian diri dari organisme terhadap lingkungan hidup akan tetapi mencakup
persoalan bagaimana mendapatkan makanan dari suatu kawasan atau lingkungan
tertentu. Lebih lanjut Bennet mengungkapkan perilaku adaptasi manusia merupakan
dasar pada kapasitas manusia untuk self-objectification, belajar dan mengantisipasi.
Self-objectification merupakan kemampuan individu untuk melihat dirinya secara
objektif.
Penjelasan Bennet di atas bahwa perilaku adaptasi muncul dari persoalan
manusia terhadap lingkungan sekitar. Bagi peternak yang tergabung dalam KTTI
Maju Jaya di Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten Brebes khususnya peternak
yang bertempat tinggal di lingkungan yang mambu bahwa sudah sewajarnya peternak
menyesuaikan diri terhadap lingkungan tempat tinggal yang berdekatan dengan
aktivitas peternakan itik. Peternakan tersebut dalam setiap harinya memelihara itik
hingga memproduksi telur itik, aktivitas peternakan itik tersebut menimbulkan
kondisi lingkungan menjadi mambu. Mambu merupakan persoalan yang ada di
lingkungan peternakan sebagai dampak aktivitas peternakan itik. Mambu merupakan
kondisi lingkungan yang tidak sedap. Persoalan tersebut merupakan awal adanya
perilaku adaptasi, seperti yang diungkapkan oleh Bennet.
15
Bennet membagi 3 kunci mengenai adaptasi, hal ini seperti yang diungkapkan
dalam (Bennet, 1976:271-272) antara lain:
The Key concepts for the study of individual social adaptation are adaptive behavior, and strategic action, and the synthesis of the two, adaptive strategy ... Adaptive strategy is perhaps best defined as a component of strategic action: specific acts with a predictable degree off success, which are selected by the individual in a decision-making prosess ... strategic action that foster the dynamic quality of social life and the expanding of changing impact in the environments.
Ada tiga kunci adaptasi yaitu: Adaptive behavior, adaptive strategy, dan adaptive process. Strategi adaptasi bisa jadi didefinisikan sebagai sebuah
komponen dari aksi strategi: spesifiknya dengan sebuah tingkat keberhasilan
yang bisa diprediksi, yang dipilih oleh seorang individu dalam sebuah
keputusan. Lebih lanjut Bennet mengatakan aksi strategi itu membantu
perkembangan kualitas kehidupan sosial yang dinamis dan mengubah dampak
lingkungan.
Menurut tulisan Bennet (Bennet, 1976:271-272), adaptasi mempunyai 3 kunci
yaitu: Adaptive behavior, adaptive strategy, dan adaptive process. Adaptive behavior
yaitu cara-cara yang dilakukan masyarakat untuk menemukan atau merencanakan
guna memperoleh sumber daya untuk mencapai tujuan dan memecahkan masalah.
Intinya adaptive behavior yaitu suatu tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap
lingkungan untuk mencapai tujuan. Adaptive starategy merupakan semua komponen
yang spesifiknya adalah sebuah tingkat keberhasilan yang bisa diprediksi, yang
dipilih oleh individu dalam sebuah keputusan, intinya bahwa permasalahan yang
terjadi dapat membantu perkembangan sosial. Hal ini masyarakat merespon
permasalahan yang dihadapi dengan melakukan alternatif-alternatif tertentu serta
berusaha menempatkan permasalahan dalam suatu desain strategi. Sedangkan
16
adaptive process yaitu perubahan-perubahan yang ditunjukan melalui process yang
panjang dengan cara menyesuaikan dari strategi yang dipilihnya.
Penjelasan Bennet di atas bahwa dasar dari adaptasi karena adanya persoalan
suatu lingkungan tertentu, sehingga masyarakat melakukan tindakan-tidakan
penyesuaian terhadap lingkungan tersebut. Tindakan tersebut dilakukan secara
berulang-ulang atau dinamakan proses penyesuaian diri. Dalam melakukan
penyesuaian diri, suatu masyarakat melakukan tindakan berupa upaya-upaya
alternatif yang menjadi pilihannya.
Dalam kaitannya dengan penelitian penulis bahwa peternak melakukan
aktivitas-aktivitas sebagai upaya dalam melangsungkan kehidupannya di lingkungan
tempat tinggal yang mambu. Mambu sebagai kondisi yang terjadi di suatu lingkungan
peternakan. Mambu merupakan dampak negatif yang berasal dari aktivitas peternakan
itik. Mambu menjadikan kondisi lingkungan sekitar peternakan dan lingkungan
tempat tinggal peternak menjadi berbau tidak sedap dan sungai menjadi keruh dan
berwarna hitam pekat. Adanya hal tersebut peternak yang bertempat tinggal di
lingkungan tersebut melakukan aktivitas atau upaya untuk meminimalisir mambu
supaya peternak dapat bertahan di lingkungan tempat tinggal tersebut.
Upaya atau aktivitas yang dilakukan peternak yaitu membuat tanah kandang
yang miring ke sungai, membuat pelataran kandang di atas sungai, mengatur pakan
itik, memelihara kebersihan di kandang maju jaya dan di pekarangan rumah,
mengatur pekarangan rumah dengan membuat kolam ikan, saluran kotoran itik.
17
Adaptasi lain yaitu menyingkir sementara dari mambu atau menjalin hubungan di
pemukiman lama. Konsepsi Bennet dapat menjawab fokus penelitian yang ke dua.
Bennet (Bennet, 1976:250), mengungkapkan:
Adaption is usually defined as a process that permits survival, or survival on terms more gratifying to the organism tension-reducing, as noted previously or in some versions, as equivalent to learning, insofar as the organism, if that is what we are dealing with changes as a result of the adaptive response. Adapatasi biasanya didefinisikan sebagai sebuah proses yang memungkinkan
bertahan hidup atau bertahan pada hubungan-hubungan yang lebih
memuaskan untuk organisme mengurangi ketegangan, organisme belajar
sejauh mana menghadapi perubahan, sebagai sebuah hasil dari respon
adaptasi.
Lebih lanjut Bennet (Bennet, 1976:265), mengungkapkan:
Adaptation as a from of human behavior to adaptation as a process in social gropus and populatioans, we also shift our criteria of what is adative from the individual and his need satisfactions, to the group and its welfare or survival.
Adaptasi sebagai sebuah alat dari perilaku manusia untuk beradaptasi sebagai
sebuah proses dalam kelompok sosial dan komunitas, di sisi lain kriteria
adaptive dari individu yang membutuhkan kepuasan untuk berkelompok dan
keselamatan atau bertahan hidup.
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa adaptasi memungkinkan suatu
organisme dapat bertahan hidup atau tidak dalam suatu lingkungan tertentu.
Perubahan lingkungan yang terjadi memungkinkan untuk bertahan bahkan tidak pada
lingkungan tersebut. Bagi peternak yang tergabung dalam KTTI Maju Jaya terutama
yang bertempat tinggal di lingkungan tempat tinggal yang mambu bahwa peternak
tersebut bertahan atau tetap tinggal dengan alasan rumah sudah menjadi warisan
orang tua, sehingga bertempat tinggal di rumah tersebut yang merupakan suatu
keharusan. Di sisi lain peternak lebih intensif dalam memelihara itik, sehingga
18
bertempat tinggal di lingkungan tersebut. Ada faktor ekonomi dan kebiasaan yang
menjadikan peternak bertempat tinggal di lingkungan tersebut. Adaptasi dari Bennet
dapat menjawab fokus penelitian yang ke tiga.
Berdasarkan teori adaptasi yang telah dijelaskan di atas, alasan peneliti
menggunakan konsep adaptasi dari Bennet, karena konsepsi Bennet mampu
menjelaskan menyesuaian diri peternak di lingkungan tempat tinggal yang mambu
pada KTTI Maju Jaya di Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten Brebes dan mampu
menjawab fokus penelitian ke tiga-tiganya. Pada penelitian ini peneliti melihat pada
strategi atau upaya yang dilakukan peternak terhadap adanya kondisi lingkungan
yang mambu.
B. Kajian Pustaka
Alfian Helmi dan Arif Satria (2012) menguraikan tentang adanya perubahan
ekologi akibat aktivitas manusia yang kurang memperhatikan lingkungan di Desa
Pulau Panjang Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan
Selatan. Perubahan tersebut berupa kerusakan ekosistem mangrove dan terumbu
karang yang mengakibatkan stabilitas ekonomi nelayan terhambat. Lebih lanjut
penelitian Alfian Helmi dan Arif Satria menjelaskan strategi adaptasi yang dilakukan
nelayan sebagai alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, selain kegiatan
menangkap ikan.
Hasil penelitian Alfian Helmi dan Arif Satria menyangkut dua hal, pertama,
adanya dampak sosial ekonomi dan ekologi akibat kerusakan ekosistem mangrove
19
dan terumbu karang. Dampak tersebut berupa aktivitas melaut mulai berkurang,
nelayan mempunyai pekerjaan lain, dan menurunnya jumlah ikan, udang, dan
kepiting. Kedua, rumah tangga nelayan menempuh jalan alternatif dengan
menerapkan beberapa strategi adaptasi berupa penganekaragaman pendapatan,
penganekaragaman alat tangkap, memanfaatkan hubungan sosial, dan peran ganda
istri dan anak. Strategi adaptasi tersebut sebagai upaya nelayan untuk memperoleh
pendapatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Alfian Helmi dan Arif Satria berkaitan dengan
penelitian penulis. Persamaannya mengenai masalah lingkungan akibat aktivitas-
aktivitas manusia yang kurang memperhatikan lingkungan. Selain itu mengenai
strategi adaptasi sebagai fokus utama. Sedangkan perbedaannya, pada artikel
membahas adanya dampak sosial ekonomi dan ekologis akibat kerusakan ekosistem.
Selain itu, lebih membahas pada alternatif- alternatif pendapatan yang dilakukan oleh
nelayan. Pada penelitian penulis, lebih membahas aktivitas-aktivitas dalam upaya
meminimalisir masalah lingkungan akibat tindakan manusia yang kurang
memperhatikan lingkungan. Masalah lingkungan berupa mambu sebagai dampak
peternakan itik yang kurang memelihara lingkungan.
Devita Elfira (2013), menguraikan tentang adanya suatu masalah lahan yang
tidak subur karena lahan yang berombak dengan tingkat kemiringan 4-8%. Lahan
gunung dengan tingkat kemiringan tertentu dan terdapat bukit-bukit yang mempunyai
tingkat kesuburan yang rendah. Meskipun demikian masyarakat tetap bertahan di
Sungai Beremas tersebut. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat transmigran Jawa
20
yang bertempat tinggal di areal Sungai Beremas Kabupaten Kerinci, Jambi.
Masyarakat transmigran asal Jawa di Sungai Beremas merupakan warga pendatang
dari Lumajang, Madiun dan Sumedang. Transmigran tersebut menggantungkan
hidupnya pada kondisi tanah yang tidak subur meskipun pada akhirnya mereka dapat
bertahan hidup dengan strategi yang mereka lakukan. Strategi adaptasi yang
transmigran lakukan merupakan pengetahuan yang mereka miliki terlebih ketika
hidup di Jawa.
Hasil dari penelitian Devita Elfira adalah transmigran asal Jawa bertahan
karena transmigran tersebut mempunyai kenyakinan pada kata nrimo dan kalimat
“sinten ingkang ndamel nggangge, sinten ingkang nanem ngunduh” (siapa yang
berusaha dialah yang akan berhasil dan siapa yang menanam dialah yang akan
memanen), serta sifat optimis pada masa depan yang lebih baik di Sungai Beremas.
Kenyakinan tersebut merupakan bentuk sistem pengetahuan yang mereka miliki
sebagai pedoman untuk selalu berusaha. Strategi adaptasi yang mereka lakukan dalam
bidang pertanian yaitu menanam tanaman yang bisa dikonsumsi untuk kebutuhan
sehari-hari, merekontruksi lahan yang tidak subur menjadi produktif, membuka lahan
datar menjadi sawah dan menjadikan jagung sebagai makanan pokok disamping
beras. Pada bidang peternakan yaitu memelihara sapi dan ayam yang dipelihara
secara tradisional. Strategi adaptasi transmigran Jawa yang menggantungkan
hidupnya di luar Sungai Beremas yaitu dengan menjadi kuli kebun, sawah, dan kuli
sawit.
21
Artikel Devita Elfira mempunyai persamaan dengan penelitian penulis yaitu
sama-sama membicarakan strategi adaptasi suatu masyarakat untuk mempertahankan
diri dan bertahan dari suatu lingkungan hidup tertentu. Perbedaan dengan penelitian
penulis yaitu dalam artikel lebih menjelaskan bagaimana sistem pengetahuan yang
dimiliki masyarakat mengatasi adanya tanah yang tidak subur. Sistem pengetahuan
tersebut seperti kata nrimo, kalimat “sinten ingkang ndamel nggangge, sinten ingkang
nanem ngunduh” dan sifat optimis. Keyakinan pada pengetahuan tersebut menjadi
alasan masyarakat bertahan hidup. Hal ini berbeda dengan penelitian penulis yang
lebih kepada alasan ekonomi masyarakat tetap tinggal di lingkungan tersebut.
Bekele Megersa, dkk (2014), menulis tentang adanya penurunan produksi
usaha ternak di Ethiopia Selatan yang diakibatkan karena degradasi kualitas sumber
daya, fragmentasi daerah akibat pengembalaan komunal, perubahan iklim, sehingga
mengakibatkan adanya perubahan ekosistem pada tanah lapang. Dalam artikel
tersebut dijelaskan strategi adaptasi yang dilakukan peternak untuk mengatasi
masalah tersebut.
Bekele Megersa, dkk (2014) menyatakan adanya upaya diversifikasi ternak
yang merupakan sebuah strategi adaptasi yang dilakukan peternak untuk menghindari
ketergantungan pada satu jenis usaha ternak, mengingat adanya suatu degradasi
lingkungan. Dalam artikel dijelaskan pula adanya hambatan yaitu kurangnya
pengetahuan yang memadai pada peternak tentang sistem peternakan (minimnya
pengetahuan). Selain itu, kurangnya sumberdaya keuangan. Adanya diversifikasi
karena setiap spesies ternak memiliki kapasitas adaptif yang berbeda-beda tergantung
22
pada kondisi lingkungan. Persepsi peternak tentang adanya perubahan lingkungan
yaitu perlu dilakukan pula adanya strategi adaptif lokal untuk mengetahui perubahan
iklim dan tanah lapang yaitu melalui kapasitas adaptasi dari praktik yang ada.
Penelitian yang dilakukan oleh Bekele Megersa, dkk (2014) mempunyai
persamaan dan perbedaan dengan penelitian penulis. Persamaannya yaitu
membicarakan tentang strategi adaptasi yang digunakan sebagai alternatif adanya
masalah suatu lingkungan. Perbedaan artikel karya Bekele Megersa, dkk (2014)
dengan penelitian penulis yaitu pada artikel menjelaskan adanya kerentanan produksi
ternak karena adanya masalah lingkungan. Dalam artikel juga menjelaskan tentang
adanya tindakan peternak untuk menanggulangi menurunnya produksi dan masalah
lingkungan dengan prakik-praktik strategi yaitu dengan diversifikasi. Pada penelitian
penulis lebih kepada aktivitas-aktivitas dalam mengatasi adanya dampak peternakan.
Artikel selanjutnya yaitu yang ditulis oleh F. Lopez- Gelats, dkk. (2015),
menulis tentang rumah tangga peternak sapi, babi di Andean yang mengalami
ketidakpastian iklim karena dampak peternakan sendiri yang mengekploitasi
lingkungan dengan pemanfaatan lingkungan ekologi diberbagai ketinggian,
pengembalaan secara rotasi, kepemilikan lahan secara komunal, irigasi, dan adanya
lahan yang digunakan untuk migrasi sementara. Isi Artikel tersebut juga membahas
kondisi peternakan di Andean dan strategi adaptasi yang dilakukan peternak dalam
bentuk tindakan-tindakan perkembangan peternakan yang memperhatikan
lingkungan.
23
Hasil dari penelitian F. Lopez- Gelats, dkk. (2015) yaitu terdapat 4 kondisi
kelompok yaitu: pertama, kelompok yang memelihara sapi dengan merumput.
Kelompok ini memproduksi secara sederhana dengan lahan yang sempit dan
kekurangan tenaga kerja. Kedua, kelompok jenis komersialisasi, kelompok ini
mengkomersialkan ternak. Kelompok yang ketiga yaitu peternak yang terlibat dengan
tekstil manufaktur. Kelompok yang keempat yaitu kelompok peternak yang
berpartisipasi untuk memperoleh pendapatan lain. Strategi adaptasi peternak yaitu
dengan menerapkan strategi ekonomi tradisional dengan mencari integrasi ke pasar
ekonomi dan diversifikasi aset dan strategi adaptasi berupa promosi manufaktur
tekstil, pelestarian kawasan padang rumput, menerapkan pengurangan fragmentasi
lahan dan mengadakan proyek dari kebijakan sosial ekonomi.
Penelitian yang dilakukan oleh F. Lopez- Gelats, dkk. (2015) memiliki
persamaan dan perbedaan dengan penelitian penulis. Persamaannya pada strategi
adaptasi yang digunakan sebagai dampak peternakan yang berpengaruh pada kondisi
lingkungan. Perbedaannya, pada penelitian penulis melihat alasan masyarakat tetap
bertahan di lingkungan tersebut, sedangkan pada artikel dijelaskan adanya kelompok-
kelompok peternak dengan kondisi yang berbeda-beda. Selain itu, pada artikel
dijelaskan adanya upaya peternak memperoleh pendapatan lain.
Meredith T. Niles, dkk. (2016) menulis tentang adanya masalah lingkungan
seperti gas rumah kaca, suhu tinggi, penurunan curah hujan dan adanya kekeringan
air. Adanya masalah tersebut mempengaruhi produksitifitas pertanian masyakarat..
Fokus penelitian mengenai bagaimana harapan petani dengan adanya masalah
24
tersebu. Selain itu, dijelaskan mengenai strategi adaptasi yang diterapkan di Selandia
Baru.
Hasil dari penelitian Meredith T. Niles, dkk. (2016) yaitu ada dua harapan
petani untuk masyarakat Selandia Baru dan untuk para petani yaitu pertama perlu
adanya niat dan melakukan adopsi aktual, serta petani bersama-sama mengubah
perilaku untuk memelihara lingkungan. Kedua, memupuk rasa percaya diri yang
tinggi bahwa kita bersama-sama bisa mengubah perilaku menjaga lingkungan.
Strategi adaptasi yang diterapkan di Selandia Baru dalam hal kekurangan air yaitu
dengan membangun fasilitas penyimpanan air, pemantauan air, penyebaran sumur
atau mencari alternatif sumber air dan memompa lebih banyak air tanah, hal ini
mengingat adanya kekeringan air. Selain itu strategi menginformasikan faktor-faktor
tentang kondisi lingkungan.
Artikel yang ditulis oleh Meredith T. Niles, dkk. (2016) mempunyai
persamaan dan perbedaan dengan penelitian penulis. Persamaannya yaitu melihat
tentang strategi adaptasi masyarakat terhadap adanya suatu masalah lingkungan.
Perbedaannya, di artikel lebih dijelaskan masalah lingkungan pada pertanian ladang.
Selain itu, mengenai harapan-harapan petani dengan adanya masalah tersebut.
Sedangkan pada penelitian penulis lebih kepada dampak peternakan yang
menimbulkan mambu di lingkungan sekitar peternakan.
Penelitian tentang strategi adaptasi telah banyak dilakukan dan beberapa telah
dipaparkan untuk mengetahui posisi penelitian penulis. Dari mulai isi artikel, fokus
penelitian, temuan atau hasil penelitian, persamaan dan perbedaan artikel dengan
25
penelitian penulis dipaparkan dalam kajian pustaka ini. Dalam pemaparan artikel
mempunyai perbedaan dengan penelitian penulis. Dengan adanya hal tersebut maka
penelitian penulis layak untuk dilanjutkan dan memberikan pengetahuan yang baru.
26
C. Kerangka Berpikir
Secara singkat kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
skema seperti sebagai berikut:
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir “Strategi Adaptasi Peternak di Lingkungan Tempat
Tinggal yang Mambu, Studi Kasus Pada KTTI Maju Jaya di Kelurahan Limbangan
Wetan”
Kondisi Lingkungan
yang Mambu
Aktivitas Masyarakat
Limbangan
Pemukiman Peternak di
Lingkungan Peternakan
Aktivitas KTTI
Maju Jaya
Peternak
menyesuaikan diri
Alasan Peternak
bertahan
Teori Adaptasi
(Adaptive Strategy),
Bennet (1976)
Aktivitas Peternakan Itik KTTI
Maju Jaya
Masyarakat Kelurahan
Limbangan Wetan, Kabupaten
Brebes
27
Alur kerangka berpikir di atas menjelaskan adanya suatu masyarakat di
Kelurahan Limbangan Wetan Kabupaten Brebes. Di Kelurahan Limbangan Wetan
terdapat KTTI Maju Jaya, aktivitas KTTI tersebut menimbulkan persoalan yang
berasal dari dampak negatif dari aktivitas peternakan. Aktivitas peternakan itik
tersebut menimbulkan kondisi lingkungan yang mambu. Hal ini akibat limbah
peternakan, kotoran itik, penggunaan pakan yang terbuat dari campuran dedek, eceng
gondok, dan penggunaan ikan yang tidak segar. Dalam waktu lama limbah tersebut
mengakibatkan kondisi lingkungan di sekitar peternakan menjadi tidak sedap, yang
dalam bahasa Brebes dinamakan mambu.
Mambu merupakan kondisi udara tidak sedap yang disebabkan pula karena
peternak kurang memelihara kebersihkan kandang. Aktivitas masyakakat dan
pemukiman peternak di sekitar peternakkan mempunyai kondisi udara mambu,
meskipun demikian peternak tetap beraktivitas dan bermukim. Keberadaan aktivitas
masyarakat dan pemukiman peternak menjadi suatu hal yang menarik karena berada
pada lingkungan yang mambu. Merujuk pada hal tersebut maka penelitian penulis
memfokuskan bagaimana aktivitas KTTI Maju Jaya dalam peternakan itik,
bagaimana peternak menyesuaikan diri di lingkungan tersebut, serta alasan peternak
bertahan dalam lingkungan tersebut. Alat analisis menggunakan teori adaptasi
(adaptive strategies) dari John W. Bennet.
114
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai strategi adaptasi peternak
di lingkungan tempat tinggal yang mambu pada KTTI Maju Jaya Kelurahan
Limbangan Wetan, Kabupaten Brebes dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Aktivitas KTTI Maju Jaya mempunyai dampak terhadap lingkungan yaitu situasi
di sekitar peternakan itik menjadi mambu atau tidak sedap.
a. Menurut Bennet (1976), adaptasi merupakan sebuah komponen dari aksi
strategi dengan sebuah tingkat keberhasilan yang bisa diprediksi, dipilih oleh
seorang individu dalam sebuah keputusan untuk membantu perkembangan
kualitas kehidupan sosial dan mengubah dampak lingkungan. Aktivitas
peternakan itik menimbulkan kondisi lingkungan menjadi mambu. Mambu
merupakan persoalan yang ada di lingkungan peternakan. Hasil penelitian
saling terkait bahwa adaptasi peternak dengan melakukan usaha-usaha,
aktivitas, upaya untuk meminimalisir kondisi mambu. Usaha atau aktivitas
yang dilakukan peternak yaitu membuat tanah kandang yang miring ke
sungai, memelihara kebersihan di kandang maju jaya dan di pekarangan
rumah, mengatur pekarangan rumah dengan membuat kolam ikan, saluran
kotoran itik dan lainnya. Adaptasi lain yaitu menyingkir dari mambu.
115
b. Dengan adanya aktivitas tersebut peternak tetap tinggal di lingkungan
tersebut, dengan alasan lebih intensif untuk memelihara itik, faktor ekonomi
dan faktor kebiasaan, rumah warisan orang tua dan adanya prinsip bahwa
mambu tidak menjadi masalah utama.
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tentang strategi adaptasi peternak di
lingkungan tempat tinggal yang mambu pada peternakan KTTI Maju Jaya Kelurahan
Limbangan Wetan, Kabupaten Brebes, maka saran yang diajukan yaitu:
1. Bagi peternak KTTI Maju Jaya perlu lebih intensif dalam menjaga lingkungan
peternakan supaya mambu dapat terminimalisir dengan baik, dengan cara:
a. Aktivitas dalam membersihkan kandang dari adanya kotoran itik perlu
dilakukan setiap hari secara sungguh-sungguh. Kotoran itik yang basah
ditutupi dengan jerami atau sekam jangan disiram ke sungai, sedangkan
kotoran itik yang sudah kering perlu dilakukan pengerukan.
b. Aktivitas membersihkan kandang dari dedaunan, sisa pakan yang berserakan,
dan sampah dari tempat pakan atau yang lainnya perlu di sapu. Pembuatan
tempat penampungan untuk limbah sisa cucian atau lainnya supaya tidak
dialirkan ke sungai.
c. Penggunaan ikan yang segar, supaya kondisi lingkungan tidak mambu oleh
ikan yang tidak segar.
116
2. Bagi pengurus kelompok Maju Jaya agar kegiatan-kegiatan dan kepengurusan
dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu
a. Kegiatan-kegitan kelompok bertemakan peternakan itik yang dapat
memajukan kelompok maju jaya, seperti kegiatan cimitan endog yang pernah
ada pada tahun 1990 dengan ketua kelompok Pak Tobasir.
b. Perlu adanya pembukuan tentang apa saja yang berhubungan dengan
kelompok maju jaya, seperti pembukuan keuangan kelompok.
c. Pengurus dapat menjalankan kepengurusan sesuai struktur organisasi dengan
baik, seperti bendahara dapat menjalankan peranannya sebagai pengatur
keuangan kelompok.
3. Bagi Pemerintah Daerah Brebes perlu adanya perhatian dan pemberdayaan yang
maksimal untuk seluruh KTTI yang ada di Kabupaten Brebes agar kelompok-
kelompok ini dapat lebih maksimal menjalankan perannya di bidang peternakan
itik yang dapat menghidupkan produk telur asin sebagai oleh-oleh khas
Kabupaten Brebes.
117
DAFTAR PUSTAKA
Amsyari, Fuad. 1977. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Surabaya:
Ghalia Indonesia.
Bennet, John, W. 1976. “The Ecological Transition: Cultural Antropology and Human Adaptation”. Washington University at St. Louis: Pergama Press
Inc.
Brebesnews.co.2014. Kelompok Tani Ternak Brebes Sadar Hukum di Launching. 27
November. (diakses pada 3 Januari 2016 Pukul 13.00 WIB).
Daeng, Hans, J. 2008. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Elfira, Devita. 2013. “Strategi adaptasi transmigran jawa di sungai beremas studi
etnosains sistem pengetahuan bertahan hidup”. Dalam Jurnal Sosiologi. 1:
hal 1-9. Padang.
Helmi, Alfian dan Satria, Arif.2012. “Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Perubahan
Ekologis.Dalam jurnal sosial humaniora”. 16: hal 68- 78. Bogor. Institut
Pertanian Bogor.
Hukumonline. Undang- Undang RI No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.www.dprd-diy.go.id (diakses pada 5 September 2016
pukul 12.36).
Ibrahim, Jabal, Tarik. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang: Universitas Muhamadiyah
Malang Press.
i-Gelats, f., Lopez, dkk. 2015. “Adaptation Strategies of Andean Pastoralist House Hold to Both Climate and Non-Climate Change”.Dalam Jurnal Human Ecology. 43: hal 267- 282. New York.
Koentjaraningrat.1974. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
Kompas.com. 2011. Brebes dan Telor Asin Berdayakan Brebes.7 Maret. (diakses
pada 3 Januari 2016 Pukul 13.10 WIB
118
Maryaeni. 2008. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Megerza, Bekele, dkk. 2014. “Livestock Diversification: an Adaptive Strategy to Climate and Rangeland Ecosystem Changes in Southern Ethiopia”. Dalam
Jurnal Human Ecology. 42: hal 509-520. New York.
Miles, Matthew B, dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendri Rohidi. Jakarta: UI.
Neolaka. 2008. Kesadaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Niles, Meredith, T., dkk. 2016. “Farmer’s Intended and Actual Adoption of Climate Change Mitigation and Adaptation Strategies”. Dalam Jurnal Climatic
Change. 135: hal 277-295. Stanford. Stanford University.
Poerwanto, Hari. 2010. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatifdan R& D. Bandung: Alfa Beta.
Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
top related