kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi sulawesi barat · 2015-02-10 · kemudian secara...
Post on 10-Feb-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I
SULAWESI MALUKU PAPUA (SULAMPUA)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Sulawesi Barat
TRIWULAN II 2014
Publikasi ini dan publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi:
Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I
Sulawesi Maluku Papua (Sulampua)
Jl. Jenderal Sudirman No. 3
Makassar 90113, Indonesia
Telepon: 0411 – 3615188/3615189
Faksimili: 0411 – 3615170
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan iii
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan setiap
triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I – Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), mencakup aspek
pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem
pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke
depan. Kajian ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam
merumuskan kebijakan moneter maupun makroprudensial, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para
stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah
diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.
Pada triwulan II 2014, ekonomi Sulbar tumbuh diatas rata-ratanyayaitu mencapai 9,29% (yoy) atau mengalami
percepatan dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 7,46% (yoy), sementara perekonomian nasional dan beberapa
daerah lain justru mengalami perlambatan pertumbuhan. Sebagai penggerak pertumbuhan adalah sektor industri
pengolahan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Peningkatan kegiatan ekonomi,
kemudian secara positif berdampak pada kenaikan penyerapan tenaga kerja terutama pada sektor sekunder dan tersier.
Namun demikian, seiring keberhasilan tersebut, masih terdapat tantangan yang perlu mendapat perhatian yaitu
meningkatnya ketimpangan pendapatan sehingga tingkat kemiskinan masih belum secara optimal ditekan. Di sisi lain, laju
inflasi Sulbar triwulan II 2014, walaupun masih pada level yang tinggi sebagai dampak dari kebijakan harga pemerintah,
dan cenderung meningkat, namun masih di bawah angka nasional. Peran TPID Sulbar diharapkan dapat semakin
diperkuat dalam koordinasi maupun kelembagaan untuk menjaga dan mengendalikan harga melalui keseimbangan
antara pasokan dan permintaan serta distribusi bahan pangan.
Dalam penyusunan laporan, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara
langsung yaitu melalui survei dan liaison maupun dari data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan pek hal tersebut,
pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik
berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan
dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.
Makassar, Agustus 2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah I - Sulampua
Suhaedi
Direktur Eksekutif
iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
VISI BANK INDONESIA
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
MISI BANK INDONESIA
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan
efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan
eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan
dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan
stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan
akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam
rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
NILAI-NILAI STRATEGIS
Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen
dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas
Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –
Coordination and Teamwork.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan v
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR III
DAFTAR ISI V
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
TABEL INDIKATOR 5
1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 9
1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 10
1.2. SISI PERMINTAAN 10
1.3. SISI PENAWARAN 13
2. KEUANGAN PEMERINTAH 19
2.1. STRUKTUR ANGGARAN 20
2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN 20
3. INFLASI DAERAH 23
3.1. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 24
3.2. DISAGREGASI INFLASI 27
4. SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 29
4.1. KONDISI UMUM PERBANKAN 30
4.2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 32
4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 33
4.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 34
5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 35
5.1. TENAGA KERJA 36
5.2. PENDUDUK MISKIN 37
5.3. RASIO GINI 38
DAFTAR ISI
vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
5.4. NILAI TUKAR PETANI 38
6. PROSPEK PEREKONOMIAN 41
6.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 42
6.2. PROSPEK INFLASI 44
LAMPIRAN 466
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
Gambaran Umum
Perekonomian Sulawesi Barat
triwulan II 2014 tumbuh tinggi,
meski disertai inflasi tinggi..
Pada triwulan II 2014, perekonomian Sulawesi Barat (Sulbar) tumbuh sebesar 9,29%
(yoy), jauh di atas triwulan I 2014 (7,47%, yoy). Pertumbuhan ekonomi Sulbar tersebut
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II 2014 yang
melambat sebesar 5,12% (yoy). Pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari
pertumbuhan sektor industri pengolahan, pertambangan-penggalian dan perdagangan-
hotel-restoran (PHR), dan kuatnya investasi (PMTB). Tekanan inflasi tercatat
mengalami peningkatan di triwulan laporan menjadi 6,65% (yoy) dari 6,24% (yoy) di
triwulan I 2014. Meningkatnya inflasi terutama didorong oleh biaya pada kelompok
bahan makanan, makanan jadi, perumahan dan kesehatan yang meningkat
dibandingkan periode sebelumnya. Sektor perbankan masih melanjutkan trend
perlambatan sejak pertengahan tahun 2013, antara lain terkait dengan kebijakan
stabilisasi baik dari sisi moneter maupun makroprudensial. Perlambatan sektor
perbankan tersebut juga searah dengan indikator-indikator keuangan Sulbar yang
relatif melambat dari triwulan sebelumnya. Sebagai tantangan ke depan untuk
menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diperlukan upaya untuk terus mendorong
peningkatan produktivitas sektor utama. Adapun beberapa faktor risiko tekanan inflasi
harus diwaspadai terutama terkait dengan ekspektasi atas dampak dari kebijakan
administered priceyang akan diberlakukan.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Kenaikan investasi dan
eksporterkait kinerja sektor
industri pengolahan,
pertambangan-penggalian dan
PHR.
Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014 mengalami akselerasi pertumbuhan yang
tinggi karena kinerja sektor tersier dan primer yang pada akhirnya mendorong
kegiatan investasi (PMTB) dan neraca perdagangan Sulbar. Pertumbuhan ekonomi
Sulbar pada triwulan laporan tercatat sebesar 9,29% (yoy), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 7,47% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi
pertumbuhan dimotori oleh kinerja investasi (PMTB) serta ekspor. Dari sisi sektoral,
sektor industri pengolahan, pertambangan-penggalian dan PHR.
Keuangan Pemerintah
Realisasi pendapatan berhasil
mencapai diatas 50%, tapi
Realisasi persentase pendapatan relatif optimal karena telah mencapai lebih dari
50%, sebaliknya realisasi persentase belanja daerah meskipun meningkat
RINGKASAN EKSEKUTIF
2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
belum diikuti realisasi belanja.. dibandingkan periode sebelumnya, namun masih relatif rendah. Dari sisi pendapatan,
target pendapatan daerah (50% dari angggaran pendapatan) telah terlampaui, dan
capaiannya lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2013. Kenaikan berasal dari
komponen dana perimbangan serta komponen lain-lain pendapatan yang sah.
Sementara itu, realisasi persentase belanja daerah meskipun meningkat namun masih
relatif rendah yaitu sebesar 32%, sesuai pola musimannya. Meski demikian, secara
nominal, realisasi belanja triwulan II 2014 tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Inflasi Daerah
Inflasi Sulbar triwulan II 2014
sedikit diatas triwulan
sebelumnya..
Pada triwulan II 2014, inflasi Sulbar tercatat sebesar 6,65% (yoy), lebih tinggi dari
triwulan I 2014 (6,24%, yoy), seiring meningkatnya permintaan pada beberapa
kelompok barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat. Naiknya inflasi didorong oleh
menguatnya tekanan inflasi kelompok bahann makanan, perumahan, dan kesehatan.
Meski demikian, inflasi tahunan Sulbar masih lebih rendah dari laju inflasi tahunan
nasional yang pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy).
Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Kinerja sistem keuangan
melambat namun risiko kredit
masih terjaga baik...
Transaksi nontunai tumbuh
melambat...
Kinerja sistem keuangan Sulbar pada triwulan I 2014 tumbuh melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator utama perbankan memperlihatkan
melambatnya pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan kredit. Perlambatan
pertumbuhan aset bank umum terjadi pada bank pemerintah maupun bank swasta
nasional. Sementara itu, kegiatan intermediasi yang tercermin dari LDR tercatat sangat
tinggi(142,17%). Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) terjadi pada jenis
simpanan tabungan dan deposito, sedangkan giro meningkat. Perlambatan kredit juga
terjadi pada kredit investasi dan kredit modal kerja. Sedangkan kredit konsumsi
mengalami peningkatan. Secara sektoral, perlambatan penyaluran kredit dialami oleh
sektor utama (pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, pengangkutan, dan
jasa sosial masyarakat). Disisi lain, kredit sektor pertanian mengalami peningkatan.
Risiko kredit perbankan masih tetap terjaga dengan baik, rasio NPLs bank umum masih
berada pada level aman (4,68%). Alokasi kredit, hampir seluruhnya kepada sektor
UMKM yaitu lebih dari 95% (jauh diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 20%),
sisanya kepada sektor korporasi.
Perkembangan sistem pembayaran cenderung mengikuti arah pertumbuhan
indikator perbankan yang mengalami perlambatan pada triwulan I 2014. Transaksi
nontunai menggunakan Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) tidak tumbuh setinggi
periode lalu. Perlambatan tersebut dinilai masih sesuai pola musimannya yaitu tahapan
pelaksanaan proyek-proyek sektor swasta dan maupun yang bersumber dari
pemerintah.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tingkat pengangguran dan
kesejahteraan mengalami
peningkatan.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat sebesar 2,33% (Februari 2014)
atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya 2,00% (Februari 2013). Secara struktur, belum
terjadi perubahan yang signifikan pada porsi tenaga kerja di sektor primer, sekunder,
maupun tersier. Adapun tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sulbar pada Februari
2014 tercatat sebesar 70,04%, mengalami penurunan dari Februari 2013 yang tercatat
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 3
72,43%. Sementara itu, ketimpangan kesejahteraan di Provinsi Sulawesi Barat kembali
perlu mendapat perhatian setelah dua tahun terakhir menunjukkan pembaikan.
Prospek Perekonomian
Pada triwulan II 2014 diprediksi
ekonomi Sulawesi Barat akan
tumbuh menguat namun
disertaikenaikan inflasi.
Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014 dan untuk keseluruhan tahun 2014 ke
depan, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,8% - 8,8% (yoy) dan
8,0% - 9,0% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut tidak terlepas dari
relatif menguatnya faktor-faktor pendukung pertumbuhan. Jika dibandingkan dengan
ekonomi nasional, angka pertumbuhan ekonomi Sulbar 2014 tetap lebih baik. Di sisi
permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik (lokal) yang
tetap kuat. Sementara itu, di sisi penawaran, sektor pertanian mengalami peningkatan
meski tidak seoptimal biasanya. Demikian pula untuk sektor industri yang diperkirakan
akan meningkatkan produksinya untuk merespons kenaikan permintaan. Di sisi lain,
laju inflasi triwulan II 2014 diprakirakan akan menghadapi tekanan, didorong kenaikan
permintaan dan penyesuaian tarif (administered prices).
RINGKASAN EKSEKUTIF
4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 5
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAHTabel Indikator Ekonomi
A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
I II III IV I II III IV I II
MAKRO
Indeks Harga Konsumen
-Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28
-Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71
-Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28
-Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32
-Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66
-Papua Barat 144.28 149.65 152.64 152.79 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26
-Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97
-Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64
-Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 108.71
-Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
-Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65
-Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92
-Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26
-Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82
-Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40
-Papua Barat 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27
-Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.87
-Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37
-Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.21
-Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75
PDRB Penawaran- Harga Konstan (Rp Miliar)
1. Pertanian 718 678 605 588 738 706 650 640 794 728
2. Pertambangan dan Penggalian 10 12 16 17 13 14 15 18 14 15
3. Industri Pengolahan 118 127 129 133 134 137 134 138 174 230
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 7 7 8 8 7 9 9 9 9 9
5. Konstruksi/ Bangunan 48 56 70 91 52 62 78 100 57 65
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 169 174 177 191 182 188 197 205 201 202
7. Angkutan dan Komunikasi 46 46 51 50 48 51 56 55 53 54
8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 84 91 93 95 92 99 102 106 97 105
9. Jasa-jasa 208 221 265 299 244 251 268 305 245 248
PDRB Permintaan- Harga Konstan (Rp Miliar)
1. Konsumsi 1238 1288 1336 1378 1321 1366 1414 1455 1391 1429
2. Investasi 203 192 141 157 213 205 156 181 262 251
3. Ekspor 240 240 259 269 268 270 274 289 305 329
4. Impor 272 307 323 335 292 324 333 349 314 350
Total PDRB (Rp Miliar) 1408 1414 1413 1470 1511 1517 1510 1575 1645 1657
Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 15.56 8.94 4.03 8.16 7.30 7.29 6.85 7.20 8.85 9.29
Catatan:
*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007
**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012
INDIKATOR2012* 2013* 2014**
TABEL INDIKATOR EKONOMI
6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI KC/KCP) DAN TRANSAKSI RTGS)
I II III IV I II III IV I II
BANK UMUM
ASET (Rp Miliar) 3,089 3,399 3,578 3,706 3,860 4,122 4,440 4,291 4,417 4,552
DPK (Rp Miliar) 2,224 2,572 2,726 2,622 2,224 2,572 2,726 2,622 2,985 3,226
Giro 619 718 899 474 619 718 899 474 829 932
Tabungan 1,395 1,626 1,628 1,949 1,395 1,626 1,628 1,949 1,943 1,964
Deposito 210 228 199 199 210 228 199 199 213 330
Kredit (Rp Miliar) 2,889 3,095 3,237 3,364 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118
Modal Kerja 1,136 1,427 1,208 1,214 1,246 1,270 1,295 1,334 1,359 1,448
Investasi 269 271 286 299 313 407 409 416 426 373
Konsumsi 1,483 1,397 1,744 1,851 1,893 1,948 2,046 2,120 2,181 2,297
LDR 129.89% 120.32% 118.78% 128.28% 155.23% 140.92% 137.61% 147.57% 132.87% 127.63%
Kredit (Rp Miliar) 2,889 3,095 3,237 3,364 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118
Pertanian 134 147 167 168 169 196 205 217 229 224
Pertambangan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Industri pengolahan 28 39 38 38 41 33 33 36 37 43
Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 1 1 1 1 3
Konstruksi 45 47 52 16 37 44 48 46 48 41
Perdagangan 908 1,245 1,046 1,055 1,078 1,241 1,236 1,268 1,280 1,338
Pengangkutan 4 5 5 7 7 6 6 7 8 9
Jasa Dunia Usaha 39 39 39 69 40 64 64 59 55 58
Jasa Sosial Masyarakat 110 98 77 69 85 91 109 114 125 84
Lain-lain 1,618 1,472 1,810 1,940 1,993 1,948 2,046 2,120 2,181 2,314
Kredit Usaha Mikro (Rp Miliar) 479 463 501 489 486 536 533 545 580 645
Modal Kerja 384 378 411 394 407 429 442 455 474 543
Investasi 95 85 91 95 79 107 92 90 106 101
Kredit Usaha Kecil (Rp Miliar) 668 823 799 838 885 934 972 1,018 1,015 1,021
Modal Kerja 524 672 620 649 670 662 688 724 732 794
Investasi 144 151 179 189 216 272 284 294 283 227
Kredit Usaha Menengah (Rp Miliar) 74 198 67 76 80 108 127 118 127 140
Modal Kerja 60 185 61 67 68 84 97 89 93 101
Investasi 14 13 6 9 13 24 31 29 33 39
NPL Total (Gross %) 3.72% 3.74% 3.68% 2.55% 4.56% 4.46% 4.19% 3.81% 4.68% 4.59%
NPL UMKM (Gross %) 7.31% 6.67% 6.86% 4.04% 4.86% 5.34% 4.74% 3.94% 5.93% 8.79%
BANK UMUM SYARIAH
ASET (Rp Miliar) 174 204 202 210 222 239 249 264 260 230
DPK (Rp Miliar) 56.98 67.32 68.62 86.06 56.98 67.32 68.62 86.06 94.91 97.35
Giro 0.68 2.85 4.33 10.63 0.68 2.85 4.33 10.63 9.58 9.63
Tabungan 47.86 51.94 51.02 59.33 47.86 51.94 51.02 59.33 69.42 73.69
Deposito 8.44 12.53 13.27 16.10 8.44 12.53 13.27 16.10 15.91 14.03
Pembiayaan (Rp Miliar) 164.63 188.65 194.39 199.90 212.32 223.02 235.20 244.92 246.20 250.15
Modal Kerja 80.57 87.17 83.31 79.62 74.77 71.53 66.13 62.56 60.42 63.96
Investasi 11.51 14.45 20.20 25.12 35.91 43.28 53.82 63.29 68.84 9.58
Konsumsi 72.54 87.03 90.88 95.15 101.64 108.22 115.25 119.07 116.94 176.61
FDR Lokasi Bank 288.94% 280.23% 283.30% 232.27% 372.64% 331.28% 342.77% 284.59% 259.40% 256.97%
I II III IV I II III IV I II
TRANSAKSI RTGS
Ingoing (Rp Miliar) 712.04 835.7 956.15 918.78 894.45 973.12 1474.24 1454.4 1164.2 789.08
Outgoing (Rp Miliar) 400.56 532.89 562.18 883.58 292.41 387.58 497.27 740.60 406.16 558.63
INDIKATOR2012 2013 2014
INDIKATOR2012 2013 2014
TABEL INDIKATOR EKONOMI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 7
C. GRAFIK INDIKATOR
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pangsa Perekonomian (PDRB ADHB) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumbangan Sektor Ekonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulbar Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulbar
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah
Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulbar
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Rasio PDRB Sulampua terhadap PDB Nasional
Rasio PDRB Sulbar terhadap PDB Nasional
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Pertumbuhan Ekonomi Nasional (yoy)
Pertumbuhan Ekonomi Sulbar(yoy)
-3%
-1%
1%
3%
5%
7%
9%
11%
13%
15%
17%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Pertanian Pertambangan PHR
Industri Pengolahan Komunikasi dan Transportasi Lainnya
PDRB
-4%-2%0%2%4%6%8%
10%12%14%16%18%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi PemerintahInvestasi Perubahan StokNet Ekspor PDRB
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Inflasi Nasional (yoy)
Inflasi Sulbar (yoy)
BI Rate
100%
110%
120%
130%
140%
150%
160%
170%
180%
190%
200%
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
(Rp Triliun)Aset
DPK Lokasi Bank Pelapor
Kredit Lokasi Bank
LDR - Skala Kanan
0%
1%
1%
2%
2%
3%
3%
4%
4%
5%
5%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
2009 2010 2011 2012 2013 2014
(Ribu Orang)Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan
Jumlah Penduduk
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
130
135
140
145
150
155
160
165
2009 2010 2011 2012 2013 2014
(Ribu Orang) % Penduduk Miskin - Skala KananJumlah Penduduk Miskin
TABEL INDIKATOR EKONOMI
8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
1.
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 9
Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Perekonomian Sulawesi Barat (Sulbar) pada triwulan II 2014 tumbuh 9,29%
(yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,46% (yoy). Dari
sisi permintaan, penguatan perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014
terutama didorong oleh kenaikan komponen ekspor dan masih tingginya
tingkat investasi (PMTB).Pada sisi penawaran, penguatan perekonomian
terutama karena membaiknya kinerja sektor industri pengolahan, sektor
pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran.
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pada triwulan II-2014, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat (Sulbar) tumbuh 9,29% (yoy), jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya terutama karena keberhasilan komponen investasi (PMTB) dan ekspor.
Pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 9,29% (yoy), lebih tinggi dari triwulan I 2014 (7,46%;
yoy) - Grafik 1.1. Dari sisi sektoral, menguatnya pertumbuhan terutama didukung oleh membaiknya kinerja sektor industri
pengolahandan sektor pertambangan-penggalian.
Sumber: BPS Sumber: BPS
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Sulbar Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sulbar
1.2. Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, penguatan perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014 terutama didorong oleh kenaikan
komponen ekspor dan investasi (PMTB). Pertumbuhan investasi (PMTB)tumbuh sangat tinggi dan mengalami
peningkatan pada periode laporan, sehubungan dengan kelanjutan beberapa proyek-proyek jangka panjang dan empat
mega proyek di Sulbar.Di samping itu, kinerja ekspor juga mengalami penguatan yang didukung oleh menguatnya kinerja
sektor industri pengolahan dan perdagangan-hotel-restaoran.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Dorongan invetasi (pmtb) dan ekspor Sulbar menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan II 2014 yang
tumbuh meningkat. Selain konsumsi, sumbangan yang diberikan komponen investasi dan ekspor terhadap pertumbuhan
Sulbar tercatat masih mendominasi pertumbuhan triwulan laporan. Pada triwulan II 2014, sumbangan komponen
investasi dan ekspor masing-masing adalah sebesar 1,75% dan 3,88% (Tabel 1.1 dan Grafik 1.2).
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2010 2011 2012 2013 2014Rp
Mily
ar
PDRB ADHK (LHS) y.o.y Sulbar (RHS) y.o.y Nasional (RHS)
9.29
5.12
47.11%
0.80%
11.05%0.53%
3.51%
12.78%
1.94%
5.56%
16.72% Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik,Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Rest
Angkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
Jasa - jasa
Keterangan (searah jarum jam):
I II III IV I II III IV I II
11.40 8.75 6.03 6.38 8.02 6.77 6.06 5.85 5.57 6.04 5.35 4.57
8.97 8.13 4.71 3.18 6.16 3.98 5.41 5.05 5.50 4.99 6.08 5.87
19.27 10.38 9.43 14.37 13.02 15.04 7.74 7.82 5.73 8.72 3.38 1.28
9.54 4.02 0.27 0.41 3.24 0.26 6.91 8.04 15.48 7.94 14.98 16.01
-40.08 -3.13 42.49 3.16 -1.04 -25.49 -17.97 -6.95 -8.07 -13.07 -8.15 -60.09
22.02 8.96 0.30 0.22 6.83 11.92 12.26 5.46 7.47 9.15 8.87 21.79
8.80 6.10 6.53 0.79 5.28 7.53 5.72 3.01 4.41 5.06 7.49 8.05
15.56 8.94 4.03 8.16 9.01 7.30 7.29 6.85 7.20 7.16 7.47 9.29
Pertumbuhan Komponen
Penggunaan (%; yoy)20132012
2013**2012* 2014**
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 11
Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Grafik 1.3. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Komponen Pengeluaran
1.2.1 Konsumsi
Kegiatan konsumsi pada triwulan II 2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan I 2014, disebabkan oleh
perlambatan konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Konsumsi secara keseluruhan tercatat tumbuh sebesar 4,57%
(yoy) sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 5,35% (yoy). Dilihat dari pelakunya, tendensi
perlambatan terutama terjadi pada konsumsi pemerintah yang disebabkan oleh persentase penyerapan anggaran belanja
Provinsi Sulbar pada awal tahun 2014 relatif belum optimal.
Konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup kuat meski melambat karena faktor musiman Ramadhan dan kenaikan
daya beli masyarakat. Seperti biasanya konsumsi masyarakat menguat dalam menyambut bulan Ramadhan yang
didukung oleh menguatnya daya beli sehubungan dengan meningkatnya UMP pada tahun 2014 sebesar 20,17%
dibandingkan tahun sebelumnya atau sebesar Rp1.400.000 dan ekspektasi pencairan gaji ke-13, serta pembayaran THR
(Grafik 1.3).Komponen konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 5,87% (yoy) pada triwulan laporan. Pada
triwulan lalu, pertumbuhan komponen ini tercatat sebesar 6,08% (yoy).
Pada sisi lain, komponen konsumsi pemerintah tumbuh melambat pada triwulan II 2014 dibandingkan triwulan I 2014
seiring dengan masih belum optimalnya realisasi belanja daerah Provinsi Sulbar hingga pertengahan tahun 2014 yang
diperkirakan ditengarai oleh siklus pengelolaan anggaran Pemda yang penyerapan anggaran cenderung rendah di awal
tahun dan menumpuk di akhir tahun. Pada triwulan laporan, konsumsi pemerintah mencatat angka pertumbuhan
sebesar 1,28% (yoy), lebih rendah dari triwulan I 2014 (3,38%; yoy). Persentase total realisasi belanja pemerintah tercatat
baru sebesar 32,36% pada triwulan II 2014.
Sumber: BPS
Grafik 1.4. Perkembangan Upah Minimum Provinsi
1.2.2 Investasi
Pada triwulan II 2014, investasi dalam bentuk PMTB kembali tumbuh tinggi dan lebih tinggi dari capaian pada triwulan
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
I II III IV I II III IV I II
2012* 2013** 2014**
Impor EksporInvestasi (PMTB) KonsumsiPDRB
0
5
10
15
20
25
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
%, yoyRp Juta
UMP Provinsi Sulbar gUMP - Skala Kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
Sebelumnya. Komponen PMTB Sulbar tercatat tumbuh hingga 16,01% (yoy) setelah pada triwulan I2014 bertumbuh
sebesar 14,98% (yoy). Hal ini masih didorong oleh kelanjutan proyek-proyek investasi jangka panjang dan mega proyek
(pembangunan jalan Mamuju Multy Mood Acces Road to Port Belang-Belang, PLTU, Rumah Sakit Sulbar, Depo Pertamina
dan jalan strategis nasional di Sulbar) di Sulbar tahun 2014. Pembangunan jalan MamujuMulty Mood Acces Road to Port
Belang-Belang dirancang sepanjang 102 kilometer dengan lebar jalan 30 meter (Rp800 miliar). Kemudian pembangunan
PLTU berkapasitas 2x25 megawatt di Mamuju oleh PT Rekayasa Industri dengan investasi sekitar USD100 juta (dana
berasal dari pinjaman bank lokal (70%) dan internal perusahaan 30%). Kemudian untuk pembangunan rumah sakit
bekerjasama dengan Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Rumah sakit tersebut akan dibangun bertipe B dengan kualitas
pelayanan internasional. Meski demikian, kredit (berdasarkan lokasi proyek)yang disalurkan perbankanuntuk keperluan
investasi juga tetap tumbuh tinggi (6,27%; yoy) meski jauh melambat dari triwulan sebelumnya (Grafik 1.5).
Masih bergulirnya proyek investasi dalam rangka pembangunan kawasan industri di Sulbar juga menjadi penopang
pertumbuhan komponen PMTB. Berbagai proyek pembangunan serta investasi barang modal yang ditujukan untuk
memajukan kinerja sektor riil tersebut merupakan realisasi dari terpilihnya Sulbar sebagai daerah percepatan
pembangunan industri nasional yang antara lain ditujukan bagi subsektor pengolahan minyak kelapa sawit, minyak
goreng, kakao, serta rotan.
Sumber: Laporan Bank, diolah
Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Investasi
1.2.3 Ekspor dan Impor
Neraca perdagangan Sulbar masih defisit pada triwulan II 2014 dan jauh lebih dalam karenakenaikan kegiatan impor
yang signifikan. Sumbangan Impor ke PDRB menguat dari 0,99% menjadi 2,16% pada triwulan laporan (Grafik 1.7).
Ekspor Sulbar pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh sebesar 21,79% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
(8,87%; yoy). Hal tersebut dinilai merupakan dorongan dari tingkat produksi sektor tradable, khususnya sektor pertanian
yang menghasilkan komoditas unggulan Sulbar seperti kakao, kopi, kelapa sawit, dan jagung yang tumbuh menguat pada
triwulan laporan. Adapun penguatan ekspor didorong oleh peningkatan produksi CPO yang menjadi produk olahan
unggulan dari Sulbar, seiring mulai meningkatnya kinerja pabrik CPO.Sementara itu, impor juga tumbuh sedikit menguat
dari 7,49% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 8,05% (yoy) pada triwulan II2014. Menguatnya permintaan masyarakat pada
triwulan laporan mendorong penguatan konsumsi dan impor karena sebagian besar barang yang dikonsumsi masyarakat
masih berasal dari luar daerah.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
%, yoy
Rp
Mili
ar
Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 13
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.6. Perkembangan Net Ekspor
1.3. Sisi Penawaran
Pada sisi penawaran, perekonomian Sulbar tumbuh menguat di triwulan II 2014, terutama didukung oleh membaiknya
kinerja sektor industri pengolahan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sektor
Ekonomi yang mencatat perlambatanpertumbuhan yaitu sektor pertanian, listrik-gas-air (LGA), bangunan, angkutan-
komunikasi, keuangan-persewaan-jasa perusahaan dan jasa-jasa.Namun demikian, sumbangan sektor pertanian masih
menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat.Pergeseran struktur PDRB yang cukup signifikan
ditunjukkan oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan yang sangat fantastis sehingga mampu menggeser porsi
sumbangan sektor PHR dalam PDRB yang biasanya terbesar.
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi
Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
-300
-250
-200
-150
-100
-50
0
-1500
-1000
-500
0
500
1000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2P
2010 2011 2012 2013 2014
Impor Ekspor Net Ekspor - skala kanan
I II III IV I II III IV I II
1. Pertanian 22.95 8.05 -3.00 0.36 6.94 2.71 4.06 7.56 8.89 5.60 8.42 3.14
2. Pertambangan & Penggalian -9.84 1.41 22.99 29.98 11.77 24.62 13.96 -0.84 10.06 10.60 7.92 8.05
3. Industri Pengolahan 3.54 4.17 3.16 11.45 5.57 14.01 7.38 3.69 3.05 6.84 7.77 68.42
4. Listrik,Gas & Air Bersih 12.72 18.59 19.07 14.60 16.23 6.61 16.72 15.90 22.28 15.58 27.19 10.91
5. Bangunan 7.44 3.87 10.64 10.85 8.62 8.79 10.68 10.80 10.65 10.36 9.60 4.78
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5.78 5.53 4.89 12.91 7.31 7.99 8.17 11.48 7.68 8.82 6.43 7.10
7. Angkutan & Komunikasi 9.26 2.09 8.10 3.40 5.64 4.47 10.85 9.36 9.88 8.69 10.18 5.86
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.73 8.61 6.68 8.81 6.25 9.68 8.68 10.47 11.59 10.13 8.60 6.15
9. Jasa - jasa 20.04 21.92 18.16 20.24 20.00 17.24 13.58 1.09 2.01 7.53 3.17 -0.92
15.56 8.94 4.03 8.16 9.01 7.30 7.29 6.85 7.20 7.16 7.47 9.29
Pertumbuhan Sektor Ekonomi
(%; yoy)
2012*2012
2013** 2014**2013
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II
2012* 2013** 2014**
Sektor lainnya PHR Industri Pertanian PDRB
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Grafik 1.7. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Sektor Ekonomi
1.3.1 Sektor Pertanian
Pada triwulan II 2014, sektor pertanian tumbuh melambat, antara lain karena pergeseran musim panen dari Februari
ke bulan Maret atau April. Pada akhir tahun 2013 masih ditandai dengan tingginya curah hujan, pada saat para petani
menyelesaikan musim tanam sehingga harus melakukan penanaman ulang.Dampak lanjutannya adalah pada periode
triwulan II 2014, yang seharusnya sudah mengalami pada musim panen namun masih dalam periode musim tanam.Sektor
pertanian tercatat tumbuh sebesar 3,14% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,42% (yoy). Hal ini
terkonfirmasi dari Indeks NTP yang lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya dan juga pertumbuhan NTP
pada triwulan II 2014 yang masih negatif. Meski demikian, sektor pertanian Sulbar diharapkan masih dapat tumbuh tinggi
sehubungan dengan upaya pemerintah Sulbar untuk meningkatkan produksi padi hingga mencapai 1 (satu) juta ton per
tahun dengan cara melakukan perluasan areal tanam padi dan peningkatan sarana pertanian (sarana irigasi, pemupukan
berimbang, dan pemanfaatan benih unggul bermutu).
Sumber: BPS
Grafik 1.8. Nilai Tukar Petani
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian di Sulbar tumbuh cukup tinggi sebesar 8,05% (yoy), dan lebih tinggi pada
triwulan II 2014 setelah sebelumnya tumbuh 7,92% (yoy). Masih cukup tingginya kinerja sektor ini disebabkan karena
kegiatan subsektor penggalian yang melanjutkan eksplorasi dan pekerjaan di luar eksplorasi masih terus memberikan
kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan Sulbar. Di Sulbar setidaknya masih terdapat tiga blok migas yang masih
pada tahap eksplorasi. Di sisi lain, tingginya pertumbuhan sektor ini juga tercermin dari indikator penyaluran kredit
perbankan untuk sektor pertambangan yang tumbuh tinggi (Grafik 1.9).
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2014 mencatat akselerasi pertumbuhan yang sangat signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan sebesar 7,77% (yoy) di triwulan I
2014 dan kemudian tumbuh 68,42% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan ini dinilai merupakan
dampak dari peningkatan produksi beberapa subsektor industri pengolahan di Sulbar sehingga terjadi peningkatan kinerja
pada subsektor tersebut dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.10). Penguatan ini terutama disebabkan oleh
meningkatnya kinerja pabrik olahan CPO menjadi palm olien dan palm stearn yang baru berproduksi pada awal tahun
2014, dan produksinya semakin meningkat setelah masa percobaan produksi pada awal triwulan I 2014.
-2.50%
-2.00%
-1.50%
-1.00%
-0.50%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
100.5101
101.5102
102.5103
103.5104
104.5105
105.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011 2012 2013 2014
NTP Gworth NTP (yoy)
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 15
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: BPS
Grafik 1.9. Kredit Sektor Pertambangan Grafik 1.10. Pertumbuhan Produksi Industri
1.3.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA).
Sektor LGA mencatat pertumbuhan yang masih tinggi pada triwulan II 2014 yaitu sebesar 10,91% (yoy), meskipun
melambat setelah sebelumnya tumbuh sebesar 27,19% (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor LGA terkonfirmasi dari
tingginya pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan ke sektor LGA pada triwulan II 2014 (Grafik 1.11). Hal ini
dikarenakan jumlah gabungan pelanggan listrik di Sulsel, Sulbar, dan Sultra terus meningkat. Sebagai alternative
pembangkit listrik, Provinsi Sulawesi Barat terus menambah PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro) sehingga
berpotensi sebagai provinsi PLTM di Indonesia. Sulbar saat ini telah memiliki sejumlah pembangkit PLTM, yaitu
diantaranya : PLTM Balla (2 x 0,35 MW), PLTM Kalukku (2 x 0,7 MW), PLTM Bona Hau (2 x 2 MW) dan PLTM Budong-
budong (2 x 1 MW) dan pada tahun 2013 hampir 67 % kebutuhan listrik di Mamuju dapat dipasok dengan energi air yang
lebih murah dibanding BBM.
1.3.5 Sektor Bangunan
Sektor bangunan tumbuh melambat pada triwulan II 2014. Sektor ini tercatat tumbuh sebesar 4,78% (yoy) pada triwulan
laporan. Pada triwulan sebelumnya, sektor ini tumbuh sebesar 9,60% (yoy). Pertumbuhan sektor bangunan terutama
didorong oleh proyek-proyek yang dibiayai pemerintah sejalan dengan realisasi anggaran pemerintah yang mulai
terakselerasi meski belum optimal.Realisasi pengadaan semen di Sulbar pada periode laporan juga masih cukup tinggi
meski pertumbuhannya menunjuka tren melambat (Grafik 1.12).Beberapa proyek yang masih dikerjakan secara
berkelanjutan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tumbuan oleh Kalla Group, yang diringi dengan
pembangunan jalan ke lokasi PLTA Tumbuan di Desa Karama Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju.
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: ASI, diolah
Grafik 1.11. Kredit Sektor LGA Grafik 1.12. Realisasi Pengadaan Semen
(30)
(25)
(20)
(15)
(10)
(5)
0
5
10
15
0
1
1
2
2
3
3
4
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
%, yoyR
p M
iliar
Pertambangan gKredit
(30)
(25)
(20)
(15)
(10)
(5)
0
5
10
15
20
I II III IV I II
2013 2014
%, qtq
IMK = Industri Mikro dan Kecil IBS = Industri Besar dan Sedang
IMK Minuman IMK Pakaian Jadi IBS Kayu
(50)0
50
100
150
200
250
300
350
400
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
%, yoy
Rp
Mili
ar
Listrik, Gas, dan Air gKredit
(20)
0
20
40
60
80
100
120
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
%; yoyRibu Ton
Realisasi Pengadaan Semen
gPengadaan Semen - Skala Kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pada triwulan II-2014, sektor PHR tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan. Sektor ini tumbuh sebesar 6,43%
(yoy) pada triwulan I 2014 dan kemudian meningkat menjadi 7,10% (yoy) pada triwulan laporan. Dari subsektor
perdagangan, peningkatan pertumbuhan dipengaruhi oleh komponen konsumsi yang secara keseluruhan mengalami
peningkatan. Sementara itu, subsektor pariwisata belum menunjukkan tendensi pertumbuhan yang optimal, khususnya
dari indikator rata-rata jumlah tamu per kamar hotel di Sulbar yang selama triwulan II 2014 masih cenderung menurun
meski pada level yang moderate dibandingkan periode sebelumnya (Grafik 1.13).
Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 1.13. Rata-rata Tamu Per Kamar Hotel & Akomodasi Lainnya
1.3.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan dan komunikasi Sulbar tumbuh sebesar 5,86% (yoy) pada triwulan II 2014, lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya (10,18%; yoy).Masih belum optimalnya pertumbuhan di sektor ini terutama disebabkan oleh belum
optimalnya kinerja pada subsektor transportasi laut (Grafik 1.15), dan juga sub sektor transportasi udara yang disinyalir
tertahan karena menunggu siklus mudik tahunan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Meski demikian, dominasi peningkatan
subsektor perdagangan sebagai persiapan pasokan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri, yang dapat terlihat dari arus
perdagangan ekspor dan impor yang masih tumbuh tinggi.
Potensi transportasi kelautan di wilayah Sulbar sangat baik mengingat Sulbar memiliki luas lautan sekitar 20.000
kilometer persegi dan sedang terus melakukan peningkatan percepatan pembangunan dermaga untuk memperlancar
alur transportasi laut guna mendorong peningkatan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat di daerah ini.Terdapat lima
pelabuhan yang akan menjadi motor tonggak penggerak perekonomian Sulbar, yaitu pelabuhan Pasangkayu di Mamuju
Utara, pelabuhan Mamuju, pelabuhan Belang-Belang dan pelabuhan tanjung Selopa di Kabupaten Polman.
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.14. Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.15. Jumlah Penumpang Kapal Laut
(60)
(40)
(20)
0
20
40
60
80
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2012 2013 2014
%, yoyOrang per
Kamar
GPR Hotel GPR Akomodasi Lainnya
gGPR Hotel gGPR Akomodasi Lainnya
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Berangkat Datang yoy-kananOrang
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Berangkat Datang yoy-kanan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 17
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tercatat mengalami perlambatan pada triwulan II 2014. Sektor ini
masih tumbuh tinggi hingga 6,15% (yoy) meski sedikit melambat dari 8,60% (yoy) pada triwulan I 2014. Masih tingginya
pertumbuhan pada sektor keuangan tercermin dari masih tingginya kinerja subsektor jasa sosial masyarakat Sulbar pada
triwulan laporan (Grafik 1.16).
1.3.9 Sektor Jasa-jasa
Pada triwulan II2014, sektor jasa-jasa tumbuh negatif dari 3,17% (yoy) menjadi -0,92% (yoy).Penurunan pertumbuhan
ini salah satunya dipengaruhioleh menurunnya layanan sosial bagi masyarakat yang tercermin dari menurunnya
pertumbuhan kredit perbankan bagi sektor jasa sosial masyarakat di triwulan laporan (Grafik 1.17). Pertumbuhan yang
menurun ini menjadi indikasi meningkatnya kinerja jasa pendidikan, kesehatan, maupun jenis jasa lainnya bagi
masyarakat baik yang disediakan oleh pemerintah maupun pihak swasta.
Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Perusahaan Properti
Grafik 1.16. Kredit Jasa Dunia Usaha Grafik 1.17. Kredit Jasa Sosial Masyarakat
(200)(100)0100200300400500600700800
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
%, yoy
Rp
Mili
ar
Jasa Dunia Usaha gKredit
(50)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
%, yoy
Rp
Mili
ar
Jasa Sosial Masyarakat gKredit
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 19
2. KEUANGAN PEMERINTAH
Bab 2 Keuangan Pemerintah
Realisasi pendapatan daerah mencatat kinerja yang relatif lebih baik pada
triwulan II-2014 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013. Realisasi
pos pendapatan pada triwulan II-2014 mencapai 52,89% sedangkan pada
triwulan II-2013 tercatat sebesar 52,33%. Persentase realisasi pendapatan
daerah yang lebih baik tersebut didukung oleh meningkatnya realisasi
pendapatan dari komponen dana perimbangan serta lain-lain pendapatan
yang sah. Sementara itu, meskipun secara nominal realisasi komponen PAD
tercatat mengalami peningkatan, secara persentase terhadap target dalam
APBD masih lebih rendah
Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah tercatat mengalami
kenaikan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, dengan
realisasi sebesar32,36% (realisasi triwulan II 2013 sebesar 24,31%).
Peningkatan ini didorong oleh lebih tingginya realisasi persentase
penyerapan anggaran belanja hibah dan belanja bagi hasil, serta belanja
barang dan jasa.Sementara itu, belanja pegawai tercatat mengalami
penurunan.
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH
20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
2.1. Struktur Anggaran
Anggaran pendapatan daerah 2014 secara nominal naik 12,47% (yoy) dibandingkan 2013. Pada triwulan II 2014
pendapatan Provinsi Sulbar dianggarkan sebesar Rp1,226 triliun, sedangkan pada triwulan II 2013 dianggarkan sebesar
Rp1,090 triliun. Peningkatan anggaran pendapatan daerah pada 2014 tersebut didorong oleh peningkatan pada pos
Pendapatan Asli Daerah yang antara lain didorong oleh komponen Pajak Daerah, pos Dana Perimbangan yang didorong
oleh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, dan pos Lain-lain Pendapatan yang Sah.
Komponen Pajak Daerah yang merupakan bagian dari pos pendapatan asli daerah mengalami peningkatan sebesar 45,9%
meningkat ke angka Rp176,605 milyar dari sebelumnya Rp120,32 milyar.Dana perimbangan pada anggaran triwulan II
2014 provinsi Sulawesi Barat tercatat Rp849,33 milyar atau meningkat sebesar 10,33% dari sebelumnya Rp769,83 milyar
pada triwulan II 2013. Meskipun terjadi penurunan pada pos Dana Bagi Hasil Pajak / bukan Pajak sebesar 39,62%, pos
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus mengalami peningkatan anggaran masing masing sebesar 13,23% dan
7,59% (yoy). Pos Lain-lain Pendapatan yang Sah mengalami peningkatan sebesar 3,20%, didorong oleh komponen Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang meningkat sebesar 3,36%.
Grafik 2.1. Proporsi Pendapatan APBD Grafik 2.2. Proporsi Belanja APBD
Anggaran belanja daerah2014, secara nominal naik 14,12% (yoy) dibandingkan 2013. Anggaran belanja daerah
mengalami peningkatan karena terdapat kenaikan pada komponen belanja langsung sebesar 13,9%. di dalam komponen
tersebut, pos belanja barang dan jasa mengalami kenaikan sebesar 12,8%, dan belanja modal sebesar 39,4%. namun,
pada komponen yang sama pos belanja pegawai ditiadakan dimana hal ini sesuai dengan kebijakan Pemda Sulbar untuk
menghapus honor pegawai. Peningkatan pada pos belanja barang dan jasa dan belanja modal menunjukkan bahwa
pemerintah provinsi memberi perhatian pada pembangunan infrastruktur di wilayah Sulawesi Barat.
2.2. Perkembangan Realisasi Anggaran
2.2.1 Pendapatan
Realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Barat pada triwulan II-2014tercatat sebesar Rp648,49 miliar atau
mencapai 52,89% dari target pendapatan sebesar Rp1,22 triliun.Berdasarkan persentase pencapaian terhadap APBD,
realisasi pendapatan daerah pada triwulan laporan sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama
tahun 2013 yang mencapai 52,33% di APBD 2013. Peningkatan kinerja realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi
Baratterutama didorong oleh peningkatan realisasi pada komponen Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan yang
Sah. Sementara itu, meskipun secara nominal realisasi PAD meningkat dibandingkan pencapaian pada triwulan II-2013,
yaitu dari Rp70,14 miliar menjadi menjadi Rp87,45 miliar, secara persentase terhadap targetnya dalam APBD, realisasi
tersebut masih lebih rendah, terutama karena realisasi penerimaan Pajak Daerah yang baru mencapai 43,75%, menurun
dari realisasi pada triwulan II-2013 sebesar 50,67%.
Rp26,2M Rp47,5M Rp109,0M Rp154,0M Rp155,8M Rp161,486
Rp483,9M Rp456,8MRp511,7M Rp663,0M Rp769,8M Rp849,335
Rp64,0M Rp82,2M Rp103,5M Rp134,9M Rp164,5M Rp215,353
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2009 2010 2011 2012 2013 TW II 2014
PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah
Rp373,2MRp421,8M Rp535,7M
Rp820,5M Rp961,3M Rp1,028,048
Rp230,7MRp186,8M Rp240,3M
Rp148,5M Rp228,2M Rp277,192
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2009 2010 2011 2012 2013 TW II 2014
Belanja Modal Belanja Operasional
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 21
Tabel 2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Triwulan II 2014
Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Barat Unaudited)
Sumber: Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Sulbar
Realisasi dana perimbangan (DAU dan DAK) telah mencapai 481,48 miliar atau 56,69% dari target pendapatan sebesar
849,33 miliar. BesaranDAU triwulan II-2014 meningkat sebesar Rp52,91 miliar dari triwulan II-2013 sebesar Rp399,87
miliardan besaran DAK meningkat sebesar Rp1,07 miliar dari sebelumnya sebesar Rp14,10 miliar. Sementara itu,
komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami peningkatan dengan pencapaian sebesar Rp79,55 miliar atau
49,26% dari APBD 2014. Penerimaan terbesar dari komponen ini berasal dari dana penyesuaian dan otonomi khusus,
yaitu dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam melaksanakan kebijakan Pemerintah Pusat dan dana untuk
melaksanakan pembiayaan otonomi khusus.
2.2.2 Belanja
Persentase realisasi belanja daerah pada triwulan II-2014
lebih tinggi dibanding pencapaian pada triwulan II-2013.
Realisasi belanja daerah pada triwulan laporan adalah
sebesar Rp422,43 miliar atau 32,36% dari target
pengeluaran dalam APBD 2014, sementara realisasi belanja
pada triwulan II-2013 adalah sebesar Rp278,05 miliar atau
24,31% dari target dalam APBD 2013. Peningkatan
pengeluaran ini berasal baik dari penyerapan pada Belanja
Tidak Langsung maupun Belanja Langsung, dengan
persentase realisasi masing-masing sebesar 42,23% dan
25,65%.
Grafik 2.3. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB
Sementara itu, baik secara nominal ataupun persentase terhadap pagu dalam APBD, realisasi Belanja Pegawai pada
triwulan II-2014 lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada triwulan II-2013. Realisasi pada triwulan II-2014 adalah
sebesar Rp66,42 miliar atau 30,98%, sedangkan realisasi pada triwulan II-2013 adalah sebesar Rp79,19 miliar atau
Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran Perubahan RealisasiBertambah /
Berkurang% Realisasi
1.1 PAD 163,935.07 70,143.64 42.79% 215,352.54 87,456.23 (127,896.31) 40.61%
1.1.1 Pajak daerah 120,322.49 60,968.20 50.67% 175,605.90 76,824.68 (98,781.22) 43.75%
1.1.2 Retribusi daerah 4,529.00 649.00 14.33% 3,029.00 1,493.19 (1,535.81) 49.30%
1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,508.19 - 1,000.00 - (1,000.00) 0.00%
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 37,575.38 8,526.44 22.69% 35,717.64 9,138.36 (26,579.28) 25.59%
1.2 Dana Perimbangan 769,834.36 426,795.84 55.44% 849,334.74 481,483.21 (367,851.53) 56.69%
1.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 37,319.77 12,817.16 34.34% 22,534.91 13,515.94 (9,018.97) 59.98%
1.2.2 Dana alokasi umum 685,497.59 399,873.58 58.33% 776,214.12 452,791.56 (323,422.57) 58.33%
1.2.3 Dana alokasi khusus 47,017.00 14,105.10 30.00% 50,585.71 15,175.71 (35,410.00) 30.00%
1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 156,476.21 73,553.98 47.01% 161,485.52 79,552.59 (81,932.93) 49.26%-
1 Total Pendapatan 1,090,245.64 570,493.46 52.33% 1,226,172.80 648,492.03 (577,680.77) 52.89%
2.1 Belanja Tidak Langsung 462,182.07 169,142.24 36.60% 528,902.83 223,340.78 (305,562.05) 42.23%
2.1.1 Belanja Pegawai 208,849.77 79,194.84 37.92% 214,403.34 66,425.59 (147,977.75) 30.98%
2.1.4 Belanja Hibah 169,484.60 72,767.91 42.93% 186,199.94 111,937.79 (74,262.15) 60.12%
2.1.5 Belanja Bantuan sosial 1,548.08 0.00% 12,437.06 5,339.76 (7,097.30) 42.93%
2.1.6 Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 47,633.14 17,179.49 36.07% 70,000.00 21,132.69 (48,867.31) 30.19%
2.1.7 Belanja Bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 32,166.48 0.00% 43,362.48 18,504.95 (24,857.53) 42.68%
2.1.8 Belanja tidak terduga 2,500.00 0.00% 2,500.00 - (2,500.00) 0.00%
2.2 Belanja Langsung 681,600.83 108,914.89 15.98% 776,337.23 199,092.37 (577,244.86) 25.65%
2.2.1 Belanja Pegawai 40,275.04 11,351.68 28.19% - - - 0.00%
2.2.2 Belanja Barang dan jasa 442,443.24 77,388.75 17.49% 499,145.34 160,820.49 (338,324.85) 32.22%
2.2.3 Belanja Modal 198,882.55 20,174.46 10.14% 277,191.89 38,271.88 (238,920.01) 13.81%
2 Total Belanja 1,143,782.90 278,057.13 24.31% 1,305,240.05 422,433.15 (882,806.90) 32.36%
3 SURPLUS/ (DEFISIT) (79,067.25) 226,058.88 305,126.13 -285.91%
Triwulan II- 2014No. Uraian
Triwulan II- 2013
7.12%
27.59%
41.84%
99.84%
8.24%
33.75%43.83%
103.30%
7.92%
25.80%
48.04%
88.41%
7.78%
24.31%
45.63%
87.98%
13.00%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013 2014
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH
22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
37,92%.Kemudian, terkait dengan pengeluaran pada komponen Belanja Langsung, lebih dari separuhnya terserap untuk
pengeluaran barang dan jasa, yaitu sebesar Rp160,82 miliar. Secara total, karena nilai realisasi belanja masih lebih rendah
dibandingkan pendapatan, maka keuangan pemerintah daerah Sulawesi Barat tercatat surplus sebesar Rp226,05 miliar.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 23
3. INFLASI DAERAH
Bab 3 Inflasi Daerah
Pada triwulan II 2014, inflasi Sulbar tercatat sebesar 6,65% (yoy), lebih
tinggi dari triwulan I 2014 (6,24%, yoy). Kenaikan inflasi didorong oleh
meningkatnya harga komoditas pada kelompok bahan makanan, seperti
daging, telur, susu, dan bumbu-bumbuan, serta berlanjutnya tekanan inflasi
kelompok makanan jadi, perumahan, dan kesehatan. Secara umum, tekanan
inflasi dimaksud didorong oleh semakin dekatnya waktu Ramadhan yang
berawal pada tanggal 29 Juni 2014, masa kampanye Pemilu Presiden,
persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II 2014, dan persiapan bulan
Ramadhan. Sedangkan kenaikan harga yang khusus dipicu atas kebijakan
pemerintah antara lain adanya, peraturan pajak rokok daerah berdasarkan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, dan kenaikan Tarif Dasar Listrik untuk industri menengah go-public
dan industri besar.
BAB 3 INFLASI DAERAH
24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa1
Inflasi Provinsi Sulbar pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 6,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 6,24% (yoy).Kenaikan inflasi didorong oleh meningkatnya harga komoditas pada kelompok
bahan makanan, seperti daging, telur, susu, dan bumbu-bumbuan. Hal ini dipicu karena semakin dekatnya waktu
Ramadhan yang jatuh pada tanggal 29 Juni 2014. Selain itu, tekanan inflasi juga disebabkan oleh inflasi pada kelompok
makanan jadi, perumahan dan kesehatan. Secara berurutan, inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan
(15,41%, yoy), kelompok transport (9,62%, yoy), kelompok makanan jadi (8,02%, yoy), kelompok perumahan (6,51%, yoy),
kelompok bahan makanan (3,93%, yoy), kelompok sandang (3,61%, yoy), dan kelompok pendidikan (3,56%, yoy).Secara
keseluruhan, inflasi tahunan Sulbar sedikit lebih rendah dibandingkan denganinflasi tahunan nasional yang pada
triwulan II 2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy) (Grafik 3.1).
Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa
KETERANGAN 2011 2012 2013 2014
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Bahan Makanan 14.18 12.77 8.02 2.05 -0.31 -1.47 1.46 3.34 8.52 6.54 6.78 5.65 1.09 3.93
Makanan Jadi 1.71 3.47 5.43 6.61 6.09 6.57 5.38 4.40 3.27 4.31 5.06 5.98 9.31 8.02
Perumahan 5.41 6.28 7.01 9.30 7.75 6.74 5.56 3.06 2.53 2.88 4.72 5.03 5.82 6.51
Sandang 3.07 2.64 10.61 7.98 9.02 8.05 3.68 5.18 3.65 3.54 2.97 0.85 2.79 3.61
Kesehatan 3.44 4.18 4.39 3.35 4.33 4.22 4.45 2.45 1.52 1.28 4.99 7.00 14.49 15.41
Pendidikan 6.35 7.22 10.97 4.12 3.34 2.46 5.06 6.21 6.88 7.01 4.17 4.25 3.38 3.56
Transport -0.03 0.20 -0.30 1.16 0.90 0.92 0.67 0.88 0.45 2.89 8.73 10.06 11.81 9.62
UMUM/TOTAL 5.92 6.18 6.05 4.91 3.81 3.24 3.70 3.28 4.19 4.30 5.86 5.91 6.24 6.65
Sumber: Badan Pusat Statistik
Mulai Januari 2014, metode perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
berubah. Aspek yang mengalami perubahan antara lain adalah jumlah kabupaten/kota yang disurvei, jumlah komoditas
dalam keranjang perhitungan inflasi, serta tahun dasar nilai konsumsi (NK) yang digunakan. Meski demikian, jumlah
kabupaten/kota survei perhitungan inflasi di Sulbar masih tetap sama yaitu sebanyak 1 (satu) kota, yaitu Mamuju.
Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Barat
3.1.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 3,93% (yoy). Laju inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,09%. Kelompok Bahan Makanan merupakan penyumbang kenaikan inflasi triwulan laporan terbesar terhadap inflasi Sulbar secara keseluruhan. Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh semakin dekatnya waktu Ramadhan yang jatuh pada tanggal 29 Juni 2014.
Kenaikan inflasitersebut terjadi pada sub kelompok daging, ikan, telur, susu, dan bumbu-bumbuan. Kendati demikian,
harga kelompok bumbu-bumbuan secara tahunan masih mengalami penurunan (deflasi) sebesar -12.71% (Grafik 1.2).
1 Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi
BAB 3 INFLASI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 25
Tabel 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan
SUB KELOMPOK
y.o.y (%)
I-2014 II-2014
Padi-padian 4.74 4.55
Daging & Hasilnya -4.89 4.09
Ikan Segar 11.08 10.11
Ikan Diawetkan 7.03 7.03
Telur, Susu & Hslnya 5.56 7.87
Sayur-sayuran 2.81 0.59
Kacang-kacangan 9.92 6.34
Buah-buahan 5.88 6.61
Bumbu-bumbuan -30.81 -12.71
Lemak & Minyak -3.95 -1.20
Bahan Makan Lainnya 1.65 1.77
Inflasi Kelompok 1.09 3.93
Sumber: BPS
Grafik 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan
3.1.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Kelompok Makanan Jadi – Minuman – Rokok -Tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 8,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,31% (yoy). Meskipun secara tahunan terjadi penurunan laju inflasi, secara triwulanan Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau masih mengalami kenaikan harga dengan inflasi sebesar 1.25% (qtq), dengan tingkat inflasi terbesar pada sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol, yaitu sebesar 1.99% (qtq). Kenaikan hargakelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol disebabkan oleh dampak lanjutan dari penerapan peraturan pajak rokok daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai Januari 2014. Di samping itu, masa kampanye pemilu Presiden dan semakin dekatnya waktu Ramadhan juga diperkirakan menjadi pemicu naiknya harga karena tingginya permintaan akan komoditas tersebut.
Tabel 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi
SUB KELOMPOK y.o.y (%) q.t.q (%)
I-2014 II-2014 II-2014
Makanan Jadi 9.59 8.78 0.99
Minuman Tdk Beralkohol 4.69 3.60 1.00
Tembakau & Min. Beralkohol 12.54 10.02 1.99
Inflasi Kelompok 9.31 8.02 1.25
Sumber: BPS
Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi
3.1.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Kelompok Perumahan – Air – Listrik - Gas-Bahan Bakar pada triwulan I-2014 mencatat inflasi sebesar 6,51% (yoy), lebih tinggi dariperiode sebelumnya 5,82% (yoy). Inflasi kelompok perumahan pada triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama karena adanya tekanan inflasi pada sub kelompok tempat tinggal. Meningkatnya inflasi pada sub kelompok perumahan disebabkan oleh kenaikan harga bahan bangunan, seperti semen dan batu bata. Kenaikan harga semen merupakan dampak dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk sektor industri menengah go-public dan industri besar yang berlaku mulai 1 Mei 2014.
Tabel 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan
BAB 3 INFLASI DAERAH
26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
SUB KELOMPOK y.o.y (%)
I-2014 II-2014
Biaya Tempat Tinggal 4.92 6.70
Bhn Bkr, Penerangan & Air 9.02 6.84
Perlengkapan Rumah Tangga 6.49 5.52
Penyelenggaraan RT 4.10 5.34
Inflasi Kelompok 5.82 6.51
Sumber: BPS
Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan
3.1.4 Kelompok Sandang
Kelompok Sandang pada periode laporan mencatat inflasi sebesar 3,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,79% (yoy). Meningkatnya laju inflasi kelompok ini terutama disebabkan oleh meningkatnya
permintaan terutama terkait dengan Pemilu Presiden. Masa kampanye pemilu berdampak pada meningkatnya
permintaan untuk komoditas sandang tersebut. Di samping itu, emas pada triwulan laporan masih befluktuasi dengan
harga cukup tinggi sejak Januari 2014.
Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Sandang
SUB KELOMPOK y.o.y (%)
I-2014 II-2014
Sandang Laki-laki 2.15 1.89
Sandang Wanita 3.81 3.75
Sandang Anak-anak 2.70 3.72
Brg Pribadi & Sandang Lainnya 2.28 6.02
Inflasi Kelompok 2.79 3.61
Sumber: BPS
Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Sandang
3.1.5 Kelompok Kesehatan
Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan mencatat peningkatan inflasi tahunan dari sebesar 14,49% (yoy) menjadi
15,41% (yoy) pada triwulan laporan. Naiknya laju inflasi kelompok ini terutama karena kenaikan inflasi sub kelompokobat-
obatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani dan kosmetika.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar, berdampak pada kenaikan biaya produksi obat di dalam negeri karena
masih sangat tergantung dengan bahan baku dari luar negeri. Kenaikan harga obat ini membuat Rumah Sakit (RS)
menaikan tarif jasa layanannya, yang kemudian diperhitungkan kedalam biaya operasional RS.
Tabel 3.6. Inflasi Kelompok Kesehatan
SUB KELOMPOK y.o.y (%)
I-2014 II-2014
Jasa Kesehatan 31.06 31.06
Obat-obatan 7.21 8.56
Jasa Perawatan Jasmani 17.45 17.63
Perawatan Jasmani & Kosmetika 6.20 7.63
Inflasi Kelompok 14.49 15.41
Sumber: BPS
Grafik 3.6. Inflasi Kelompok Kesehatan
BAB 3 INFLASI DAERAH
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 27
3.1.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Kelompok Pendidikan – Rekreasi - Olahraga mengalami sedikit kenaikan laju inflasi dibandingkan triwulan I-2014, yaitu
dari 3,38% (yoy) menjadi 3,56% (yoy). Kenaikan terutama pada subkelompok rekreasi dan sub kelompokolahraga.
Kenaikan inflasi pada sub kelompok rekreasi didorong oleh kenaikan harga bahan makanan, liburan sekolah, dan kegiatan
masyarakat menyambut bulan puasa Ramadhan. Sementara itu, kenaikan inflasi pada sub kelompok olahraga didorong
oleh adanya persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II 2014 se-Sulawesi Barat dipusatkan di Kabupaten Polewali
Mandar (Polman), yang seyogyanya akan diselenggarakan pada 10 - 20 November 2014.
Tabel 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan
SUB KELOMPOK y.o.y (%)
I-2014 II-2014
Jasa Pendidikan 4.27 4.27
Kursus-kursus/Pelatihan 2.46 2.46
Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 1.99 0.76
Rekreasi 2.59 3.87
Olahraga 4.47 6.11
Inflasi Kelompok 3.38 3.56
Sumber: BPS
Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan
3.1.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan tercatat mengalami inflasi sebesar 9,62% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,81% (yoy). Kendati demikian, secara triwulanan kelompok Transportasi-
Komunikasi-Jasa Keuangantercatat mengalami inflasi sebesar 0.56% (qtq), inflasi ini terutama disebabkan oleh kelompok
transport yang mengalami inflasi sebesar 0.73% (qtq). Hal ini disebabkan oleh dampak lanjutan kenaikan tarif angkutan
udara pada triwulan I dan dampak kenaikan permintaan transportasi menjelang ramadhan dan idul fitri.
Tabel 3.8. Inflasi Kelompok Transpor
SUB KELOMPOK y.o.y (%) q.t.q (%)
I-2014 II-2014 II-2014
Transport 16.08 12.74 0.73
Komunikasi & Pengiriman 1.78 1.83 0.06
Sarana & Penunjang Transpor 4.57 4.70 0.40
Jasa Keuangan 0.00 0.00 0.00
Inflasi Kelompok 11.81 9.62 0.56
Sumber: BPS
Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Transport
3.2. Disagregasi Inflasi2
Bila dilihat dari disagregasinya, peningkatan inflasi pada triwulan II-2014 didorong oleh kenaikan pada komponen
inflasi inti, volatile food dan administered. Pada triwulan II-2014 kelompok inflasi core meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya, terutama terjadi pada kelompok perumahan, sandang, kesehatan, dan transportasiakibat dampak kenaikan
tarif dasar listrik, tingginya permintaan karena masa kampanye pemilu, persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II,
dan semakin dekatnya waktu Ramadhan. Sementara itu, inflasi volatile foodmeningkat terutama terjadi pada kelompok
2 Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered price). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan
indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
BAB 3 INFLASI DAERAH
28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
bahan makanan akibat semakin dekatnya waktu Ramadhan, dan kelompok administered meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya akibat kebijakan pemerintah terkait tarif dasar listrik, pajak rokok daerah, dan tambahan biaya
(surcharge) akibat kenaikan biaya avtur.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 29
4. SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Bab 4 Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan di Sulbar pada triwulan II 2014 memperlihatkan
perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I 2014.Kenaikan
pertumbuhan DPK tidak diikuti dari sisi asset dan kredit/pembiayaan yang
disalurkan. Sehingga kegiatan intermediasi menurun, yang tercermin pada
penurunan LDR menjadi 135,67%. Perlambatan pertumbuhan kredit terjadi
pada kredit sektor Utama, kredit UMKM dan korporasi. Meskipun demikian,
risiko kredit perbankan masih terjaga pada level yang aman dengan angka
Non Performing Loans (NPLs) yang secara total berada di bawah 5%.
Perlambatan kinerja perbankan juga tercermin pada kinerja sistem
pembayaran, salah satunya terefleksi dari transaksi RTGS.Walaupun volume
transaksi RTGS meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring
masa puasa dan Lebaran, nominal transaksi RTGS justru mengalami
penurunan.
BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
4.1. Kondisi Umum Perbankan3
4.1.1 Perkembangan Kelembagaan
Dari sisi kelembagaan, pada triwulan II 2014, jumlah bank umum di Sulbar relatif tidak berubah dari triwulan
sebelumnya yaitu sebanyak 14 bank. Dari jumlah tersebut, 12 diantaranya merupakan bank konvensional sedangkan
sisanya merupakan bank syariah. Kemudian, jumlah BPR juga tercatat masih tetap sama seperti periode sebelumnya yaitu
sebanyak 3 (tiga) BPR. Sementara itu, jumlah jaringan kantor bank di Sulbar hingga periode laporan tercatat sebanyak 81
kantor (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR
4.1.2 Aset Perbankan
Total aset bank umum Sulbar pada triwulan II 2014 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset
perbankan tercatat tumbuh sebesar 10,43% (yoy) atau menjadi Rp4,55 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014
yang tumbuh sebesar 14,44% (yoy) (Tabel 4.2). Melambatnya pertumbuhan aset perbankan disebabkan didorong oleh
perlambatan pertumbuhan aset bank pemerintah serta bank swasta nasional. Aset bank pemerintah tercatat tumbuh
melambat 9,76% (yoy) menjadi Rp4,07 triliun setelah sebelumnya tumbuh sebesar 12,98% (yoy). Aset bank swasta juga
tumbuh melambat dari 27,40% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 16,44% (yoy) dengan total aset sebesar Rp0,49 triliun.
Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank
4.1.3 Intermediasi Perbankan
Pada triwulan II 2014 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami kenaikan pertumbuhan sedangkan kredit
mengalami perlambatan pertumbuhan. Kenaikan jenis simpanan deposito menjadi salah satu penyebab kenaikan kinerja
DPK dengan angka pertumbuhan tercatat sebesar 55,78% (yoy) di triwulan II 2014 setelah sebelumnya mengalami
kontraksi sebesar -2,21% (yoy). Selain itu, kenaikan DPK juga disebabkan karena jenis simpanan tabungan mengalami
kenaikan pertumbuhan sebesar 14,88% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh sebesar 13,22% (yoy) pada triwulan I 2014. Di
sisi lain, simpanan jenis giro mengalami perlambatan di tengah kenaikan pertumbuhan simpanan jenis yang lain. Giro
tumbuh sebesar 1,75% (yoy) pada triwulan II 2014 setelah tumbuh sebesar 3,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Tabel
4.3). Selanjutnya, DPK secara total tumbuh sebesar 13,47% (yoy) menjadi Rp3,04 triliun, atau tumbuh lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya sebesar 9,10% (yoy).
3 Dimulai dengan publikasi pada triwulan I 2014, asesmen perkembangan indikator perbankan menggunakan data lokasi bank untuk kredit yang disalurkan serta
menggunakan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun
I II III IV I II III IV I II
Bank Umum (Konv. + Syariah) 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14
Konvensional 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12
Syariah 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Jumlah Kantor* 70 74 74 75 76 76 76 81 81 81
BPR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
*) Termasuk Kanwil, KP, KC, KCP, BRI Unit, KK, KF
RINCIAN2012 2013 2014
I II III IV I II I II III IV I II
Total Aset 24.94 21.27 24.07 15.79 14.44 10.43 3,860 4,122 4,440 4,291 4,417 4,552
Bank Pemerintah 24.97 21.27 23.11 13.74 12.98 9.76 3,471 3,704 3,980 3,796 3,922 4,065
Bank Swasta Nasional 24.62 21.28 33.05 34.43 27.40 16.44 389 418 460 495 495 487
Aset Menurut Kelompok Bank
Nominal (Rp Miliar)
2013 2013 20142014
Pertumbuhan (%, yoy)
BAB 5 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 31
Dalam aspek penyaluran kredit, perlambatan berlanjut akibat koreksi pertumbuhan kredit investasi pada triwulan II
2014.Kredit investasi tercatat turun sebesar -8,21% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya mencatat angka
pertumbuhan sebesar 36,14% pada triwulan I 2014. Kredit modal kerja dan konsumsi menahan perlambatan yang terjadi
karena berhasil tumbuh menguat pada triwulan II 2014 yaitu masing-masing menjadi 14,02% (yoy) dan 17,87%
(yoy).Adapun total kredit secara keseluruhan tumbuh sebesar 13,60% (yoy) menjadi Rp4,12 triliun setelah pada triwulan I
2014 tumbuh sebesar 14,87% (yoy). Dengan perkembangan yang demikian, LDR perbankan tercatat mengalami
penurunan dari 142,17% menjadi 135,67% pada triwulan laporan seiring perlambatan yang dialami kredit (Tabel 4.3).
Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum
Berdasarkan sektor ekonomi, perlambatan kredit antara lain disumbang oleh melambatnya kredit ke sektor
perdagangan yang termasuk sektor utama. Selain itu,Perlambatan juga disumbang oleh terkoreksinya jumlah kredit yang
disalurkan pada sektor pertambangan, konstruksi, jasa dunia usaha, dan jasa sosial masyarakat pada triwulan II 2014
(Tabel 4.4).Sementara itu, jumlah kredit yang meningkat dari sektor listrik, gas, dan air, industri pengolahan, dan
pengangkutan menahan perlambatan yang terjadi.Kinerja penyaluran kredit yang melambat masih diikuti kualitas kredit
yang terjaga.Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) perbankan yang masih terjaga pada level aman (di
bawah 5%), yaitu sebesar 4,59%. Angka ini tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar 4,68% (Tabel 4.3).
Tabel 4.4. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi
I II III IV I II I II III IV I II
DPK 23.56 11.03 10.57 13.07 9.10 13.47 2,557 2,675 2,836 2,751 2,789 3,035
a. Giro 30.57 27.56 11.22 1.27 3.50 1.75 794 899 987 467 822 914
b. Tabungan 22.42 4.22 10.22 16.16 13.22 14.88 1,580 1,580 1,672 2,108 1,789 1,815
c. Deposito 7.18 4.09 10.17 12.08 (2.21) 55.78 182 196 177 176 178 306
Kredit 19.51 17.12 15.85 15.04 14.87 13.60 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118
a. Modal Kerja 9.68 (11.00) 7.21 9.95 9.06 14.02 1,246 1,270 1,295 1,334 1,359 1,448
b. Investasi 16.13 49.87 43.31 38.83 36.14 (8.21) 313 407 409 416 426 373
c. Konsumsi 27.65 39.47 17.34 14.53 15.17 17.87 1,893 1,948 2,046 2,120 2,181 2,297
LDR (%) 135.03 135.52 132.27 140.67 142.17 135.67
NPLs Gross (%) 4.56 4.46 4.19 3.81 4.68 4.59
Komponen 2013 2013
Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp Miliar)
2014 2014
I II III IV I II I II III IV I II
Kredit 19.51 17.12 15.85 15.04 14.87 13.60 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118
Pertanian 26.74 33.20 23.15 29.29 35.09 14.21 169 196 205 217 229 224
Pertambangan 43.33 9.82 6.46 16.76 (11.16) (3.97) 2.2 2.0 2.0 2.2 2.0 1.9
Industri Pengolahan 44.82 (15.78) (14.59) (3.99) (9.36) 31.31 41 33 33 36 37 43
Listrik, Gas, Air 7.38 92.38 113.24 124.10 119.59 344.97 0.4 0.7 0.8 0.8 0.9 2.9
Konstruksi (19.63) (7.00) (8.19) 181.72 30.75 (5.36) 37 44 48 46 48 41
Perdagangan 18.79 (0.32) 18.26 20.23 18.75 7.88 1,078 1,241 1,236 1,268 1,280 1,338
Pengangkutan 88.22 7.58 14.50 (3.41) 6.38 59.94 7.1 5.6 6.2 7.0 7.5 9.0
Jasa Dunia Usaha 0.81 63.44 63.60 (14.93) 40.29 (8.86) 40 64 64 59 55 58
Jasa Sosial Masyarakat (23.36) (7.50) 40.29 66.13 47.64 (7.46) 85 91 109 114 125 84
Lain-lain 23.17 32.33 13.04 9.27 9.40 18.79 1,993 1,948 2,046 2,120 2,181 2,314
Komponen 2013 2013
Nominal (Rp Miliar)Pertumbuhan (%, yoy)
2014 2014
BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
4.2. Stabilitas Sistem Keuangan
4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah
Di triwulan II 2014, penyaluran kredit korporasi di Sulbar
didominasi oleh sektor perdagangan. Kredit korporasi
tercatat memiliki pangsa sangat rendah yaitu 0,85%
terhadap total kredit produktif. Hal tersebut
mengindikasikan perkembangan UMKM yang lebih
dominan dalam menggunakan jasa keuangan perbankan di
Sulbar. Dari kredit korporasi, kredit kepada sektor
perdagangan memiliki pangsa terbesar yaitu 72,5% atau
Rp11,09 miliar (kredit produktif non-UMKM). Pangsa
sektor perdagangan tersebut melebihi setengah dari total
kredit yang disalurkan pada triwulan II 2014. Sektor
perdagangan diikuti oleh sektor jasa lainnya dengan
pangsa sebesar 19,11% dan sektor jasa dunia usaha
sebesar 7,5% (Grafik 4.1).
Dari aspek pertumbuhan, penyaluran kredit kepada
sektor korporasi pada triwulan II 2014 mengalami
kontraksi yang lebih dalam dari triwulan sebelumnya. Hal
ini disebabkan oleh semakin besarnya kontraksi yang
terjadi pada penyaluran kredit korporasi di sektor jasa
dunia usaha dan sektor pertanian. Perbaikan kinerja justru
ditunjukkan oleh kredit korporasi kepada sektor
perdagangan yang kontraksinya menjadi lebih kecil pada
triwulan laporan. Meski demikian, hal tersebut tidak
berhasil membuat pertumbuhan kredit secara total
menjadi lebih baik dari triwulan I 2014 (Grafik 4.2). Kredit
korporasi terkontraksi sebesar -84,53% (yoy) di triwulan II
2014 setelah sebelumnya tercatat sebesar -40,84% (yoy).
Dari aspek kualitas, penyaluran kredit korporasi secara
keseluruhan mengalami peningkatan kinerja. Pada
triwulan laporan, kualitas penyaluran kredit yang diukur
dari rasio non-performing loans atau NPLs turun tajam
menjadi 7,42% dibanding triwulan sebelumnya yang
sebesar 79,35% (Grafik 4.3). Turunnya NPLs sektor
pertanian dan jasa dunia usaha menjadi pendorong
turunnya rasio NPLs secara keseluruhan. Meski memiliki
kualitas yang dapat dikatakan membaik, dampak
penyaluran kredit korporasi terhadap keseluruhan kredit
tidak signifikan mengingat pangsanya yang sangat kecil
dibandingkan kredit UMKM maupun kredit lain-lain
(konsumsi).
Grafik 4.1. Pangsa Kredit Menurut Sektor Korporasi
Grafik 4.2. Pertumbuhan Kredit Korporasi
Grafik 4.3. NPLs Kredit Korporasi
Pangsa Triwulan II 2014
Pertanian (0.9%)
Perdagangan (72.5%)
Jasa Dunia Usaha (7.5%)
Lainnya (19.1%)
(100)
(50)
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
%, yoy Pertanian Perdagangan
Total Jasa Dunia Usaha
0
20
40
60
80
100
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
%%
Total Jasa Dunia Usaha
Pertanian - Skala Kanan Perdagangan - Skala Kanan
BAB 5 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 33
4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah
Kredit rumah tangga untuk perlengkapan/peralatan
rumah tangga beserta kredit rumah tangga jenis lainnya
mengambil pangsa yang terbesar dalam struktur kredit
rumah tangga pada triwulan II 2014. Dari total kedit yang
disalurkan kepada rumah tangga sebesar Rp2,31 triliun,
kredit rumah tangga lainnya dimaksud memiliki pangsa
mencapai lebih dari 50%, disusul kredit multiguna, KPR,
dan terakhir kredit kendaraan bermotor (KKB) dengan
pangsa yang terkecil (Grafik 4.4).
Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mencatat
kinerja yang meningkat di triwulan II 2014. Peningkatan
tersebut didorong oleh perkembangan penyaluran kredit
rumah tangga KPRdan lainnya yang tumbuh lebih tinggi
dari periode sebelumnya. KKB tercatat mengalami
perlambatan pertumbuhan namun karena pangsanya yang
tidak dominan pengaruhnya tidak signifikan terhadap total
kredit rumah tangga. Adapun kredit rumah tangga jenis
multiguna masih mengalami kontraksi walaupun tidak
sedalam periode sebelumnya. Secara keseluruhan, kredit
rumah tangga tumbuh lebih baik dari triwulan sebelumnya
yaitu dari 9,40% (yoy) menjadi 18,79% (yoy).
Secara total, kualitas kredit ke sektor rumah tangga tetap
terjaga pada tingkat yang aman di triwulan II 2014.
Seluruh jenis kredit rumah tangga memiliki angka NPLs di
bawah angka batas atas yang ditetapkan yaitu 5%. KPR
yang mencatat angka NPLs tertinggi, sebesar 3,89% juga
tetap memiliki rasio yang tergolong aman (Grafik 4.6).
Angka NPLs yang tercatat secara total adalah 1,94%. Pada
triwulan sebelumnya, NPLs tercatat sebesar 1,52%. Cukup
rendahnya NPLs didukung oleh kualitas kredit yang baik
pada jenis KKB, kredit multiguna, maupun kredit rumah
tangga lainnya.
Grafik 4.4. Pangsa Jenis Kredit Rumah Tangga
Grafik 4.5. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
Grafik 4.6. NPLs Kredit Rumah Tangga
4.3. Pengembangan Akses Keuangan
Penyaluran kredit UMKM kembali mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 2014. Melambatnya
pertumbuhan kredit di UMKM pada dasarnya dapat menjadi indikasi adanya potensi serta peluang untuk mengakselerasi
kembali pertumbuhan kredit UMKM (Grafik 4.7). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif di Sulbar mencapai
43,85% atau sebesar Rp1,81 triliun. Dari nilai tersebut, sebesar80% merupakan kredit UMKM yang digunakan untuk
modal kerja sedangkan sisanya digunakan untuk investasi (Grafik 4.8). Angka NPLs kredit UMKM bergerak naik pada
triwulan II 2014 hingga mencapai 8,79% (Grafik 4.9). Angka tersebut telah berada di bawah batas aman yang ditetapkan
yaitu sebesar 5%. Meskipun NPLs untuk keseluruhan kredit perbankan Sulbar masih di bawah 5%, kualitas kredit UMKM
harus terus ditingkatkan melalui pendampingan dari para pemangku kepentingan.
Pangsa Triwulan II 2014
Kredit Pemilikan Rumah, KPR (12.4%)
Kredit Kendaraan Bermotor, KKB (0.5%)
Kredit Multiguna
(35.7%)
Kredit Rumah Tangga
Lainnya (51.3%)
(500)
0
500
1,000
1,500
2,000
(60)
(10)
40
90
140
190
240
290
340
390
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
%, yoy%, yoyTotal KPRLainnya KKB - Skala KananMultiguna - Skala Kanan
0
2
4
6
8
10
12
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
%%
Total KKB Lainnya Multiguna KPR - Skala Kanan
BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
Grafik 4.7. Pertumbuhan dan NPLs Kredit UMKM Grafik 4.8. Pangsa Kredit UMKM
4.4. Perkembangan Sistem Pembayaran
Transaksi nontunai melalui sarana RTGS ditandai dengan pertumbuhan yang melambat pada triwulan II 2014
dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulbar di triwulan II 2014 sebesar Rp1,38 triliun
atau turun-1,16%% (yoy), jauh lebih rendah jika dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 18,03% (yoy) (Tabel
4.5). Transaksi BI-RTGS pada periode laporan masih didominasi aliran dana yang masuk (to) ke perbankan Sulbar dengan
nilai Rp0,79 triliun, lebih tinggi dari aliran yang keluar (from) dari perbankan Sulbar yang tercatat sebesar Rp0,56 triliun
pada triwulan II 2014. Sementara itu, kegiatan RTGS antarbank di Sulbar tercatat mencapai Rp27,71 miliar. Walaupun
mengalami perlambatan dari sisi nilai, volume RTGS tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar
11,82%. Peningkatan volume terjadi seiring masa puasa dan hari raya Lebaran dan akan diprediksi meningkat sampai
dengan awal triwulan III 2014.
Tabel 4.5. Perkembangan Transaksi RTGS
0
5
10
15
20
25
30
35
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
%, yoy%
NPLs UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM - Skala Kanan
Total Kredit UMKM, 44%Total Kredit
Non UMKM, 56%
Modal Kerja , 80%
Investasi, 20%
I II III IV I II (qtq) (yoy)
Nilai (Rp Miliar) 268.59 387.58 489.35 740.60 406.16 558.63 37.54% 44.13%
Volume 2,463 2,838 2,761 2,831 2,367 2,643 11.66% -6.87%
Nilai (Rp Miliar) 1,036.43 973.12 1,474.24 1,454.40 1,129.64 789.08 -30.15% -18.91%
Volume 742 905 1,287 1,893 848 929 9.55% 2.65%
Nilai (Rp Miliar) 14.75 30.92 42.92 105.88 21.87 27.71 26.70% -10.38%
Volume 59 117 195 644 58 88 51.72% -24.79%
Nilai (Rp Miliar) 1,319.77 1,391.62 2,006.51 2,300.88 1,557.67 1,375.42 -11.70% -1.16%
Volume 3,264 3,860 4,243 5,368 3,273 3,660 11.82% -5.18%
Pertumbuhan Tw II 2014
From
To
From-To
TOTAL
Keterangan2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 35
5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat sebesar 2,33%
(Februari 2014) atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya 2,00% (Februari
2013). Secara struktur, belum terjadi perubahan yang signifikan pada porsi
tenaga kerja di sektor primer, sekunder, maupun tersier. Adapun tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sulbar pada Februari 2014 tercatat
sebesar 70,04%, mengalami penurunan dari Februari 2013 yang tercatat
72,43%. Sementara itu, ketimpangan kesejahteraan justru memburuk setelah
dua tahun terakhir menunjukkan pembaikan.
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
5.1. Tenaga Kerja
Jumlah penduduk yang bekerja di Sulawesi Barat pada Februari 2014 mengalami peningkatan. Per Februari 2014,
angkatan kerja Sulbar tercatat sebanyak 600,71 ribu orang, mengalami peningkatan sebesar 0,16% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun 2013. Dari jumlah tersebut jumlah penduduk yang bekerja sejumlah 591,12 ribu orang,
meningkat 0,58% (yoy) dibandingkan kondisi tenaga kerja Februari 2013. Jumlah penduduk usia kerja, namun bukan
angkatan kerja pada Februari 2014 tercatat 243,27 ribu orang yang berarti jumlahnya meningkat sebesar 6,57%. Dengan
perkembangan tersebut, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sulbar pada Februari 2014 tercatat sebesar 70,04%,
mengalami penurunan dari Februari 2013 yang tercatat 72,43%. Penurunan TPAK sebagai indikasi penyerapan tenaga
kerja yang sedikit melemah hingga periode Februari 2014. Penurunan penduduk yang bekerja, terutama terjadi pada
pekerja penuh dan setengah penganggur.
Sektor primer (pertanian) pada Februari 2014 menyerap lebih banyak tenaga kerja dibandingkan Februari 2013. Sektor
primer pada bulan Februari 2014 merupakan penyerap tenaga kerja terbesar yaitu sebanyak 354,40 ribu orang atau
sebesar 59,95% dari total jumlah penduduk yang bekerja. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh kondisi Sulawesi Barat yang
merupakan kawasan agraris. Sementara persentase jumlah tenaga kerja di sektor tersier yang lebih padat modal
meningkat sebesar 11,10 ribu orang atau mencapai 15,60%. Terjadi penurunan tenaga kerja informal menjadi 411,35 ribu
orang (69,59%) lebih sedikit dibandingkan Februari 2013 yang sebesar 441,01 ribu orang (74,92%). Pekerja yang bekerja di
sektor informal pada umumnya merupakan pekerja yang berusaha sendiri dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar
(24,22%) atau pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga (24,76%). Sementara pekerja yang bekerja di sektor formal sebesar
30,41%, relatif meningkat dibandingkan Februari 2013 (25,08%).
Sumber: BPS
Sumber: BPS
Grafik 5.1. Komposisi Pekerja per Sektor Ekonomi Grafik 5.2. Komposisi Pekerja per Sektor Formal - Informal
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat merupakan yang terendah di Sulawesi. Angka TPT Sulbar tercatat
sebesar 1,60% pada Februari 2014. Dengan persentase tersebut, selama empat tahun berturut-turut, Sulbar selalu
menjadi provinsi dengan TPT yang paling rendah di Sulawesi. Tingkat pengangguran Sulbar juga lebih rendah
dibandingkan tingkat pengangguran nasional yang tercatat 5,70%.
57.5% 57.3% 58.8% 57.6% 59.9%
8.8% 9.2% 8.3% 9.0% 8.6%
33.7% 33.5% 32.9% 33.4% 31.4%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Februari2012
Agustus2012
Februari2013
Agustus2013
Februari2014
Primer Sekunder Tersier
25.0% 25.3% 25.1% 26.8% 30.4%
75.0% 74.7% 74.9% 73.2% 69.6%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2012Februari
2012Agustus
2013Februari
2013Agustus
2014Februari
Informal Formal
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 37
Tabel 5.2. Tingkat Pengangguran di Provinsi se-Sulawesi
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 5.3. Pengangguran di Sulbar
5.2. Penduduk Miskin4
Tingkat kemiskinan provinsi Sulawesi Barat pada Maret 2014tercatat mengalami peningkatan. Persentase penduduk
miskin Sulbar pada Maret 2014naik menjadi 12,3% dari total penduduk Sulbar, sedikit lebih tinggi dari posisi September
2013 yang sebesar 12,2%. Persentase penduduk miskin Sulbar lebih rendah daripada rata-rata Sulampua (16,03%), namun
lebih tinggi daripada Indonesia (11,25%).
13.613.9
13.613.2 13.0
12.3 12.2 12.3
8
9
10
11
12
13
14
15
16
2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14%
% Kota % Desa % Kemiskinan Kota+ Desa
Sumber: BPS
Grafik 5.4. Persentase Penduduk Miskin di Sulawesi Barat
Persentase kemiskinan di daerah perkotaan menunjukkan peningkatan. Jumlah penduduk miskin di kota bertambah 2,1
ribu jiwa, atau mencatat persentase kemiskinan 9,16% dari sebelumnya sebesar 8,57%. Sementara itu, jumlah penduduk
miskin di desa bertambah sebesar 100 jiwa. Persentase penduduk miskin di desa turun menjadi 13,19% dari sebelumnya
13,31%. Dari sisi jumlah maupun persentase, tingkat kemiskinan di kota lebih kecil daripada di desa. Apabila ketimpangan
kesejahteraaan ini berlanjut, dikhawatirkan terjadi permasalahan seperti kenaikan tingkat urbanisasi dan masalah kota
lainnya. Untuk itu, secara dini, perlu disikapi dengan program pengembangan pedesaan.
Peningkatan UMP tahun 2014 lebih tinggi daripada peningkatan pada tahun sebelumnya. UMP Provinsi Sulawesi Barat
2014 ditetapkan sebesar Rp1,4 juta, meningkat 20,2% dibandingkan 2013. Peningkatan UMP Sulbar tercatat masih lebih
rendah dibandingkan rata-rata kenaikan KHL yang sebesar 24,2%%. Bahkan Sulbar mencatat peningkatan paling rendah
dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Kenaikan tersebut ditengarai juga terkait ukuran ekonomi Sulbar yang tidak
terlalu besar dan masih ditopang oleh sektor informal.
4 BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-
rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
2.70% 2.82%
2.07% 2.14%2.00%
2.33%
1.60%
0%
1%
2%
3%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Feb2011
Agt2011
Feb2012
Agt2012
Feb2013
Agt2013
Feb2014
Rib
u J
iwa
Jumlah Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
Sumber: BPS
Grafik 5.5. Perkembangan UMP Provinsi Sulbar
5.3. Rasio Gini5
Gini ratio Provinsi Sulawesi Barat kembali memburuk setelah 2 tahun terakhir menunjukkan pembaikan. Nilai giniratio
Sulbar pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,35 atau memburuk dibandingkan tahun 2012 yang tercatat sebesar 0,31.
Semakin besarnya indikator yang menunjukkan ketimpangan pendapatan penduduk tersebut yang kemungkinan besar
dipengaruhi oleh melemahnya indikator ketenagkerjaan dan NTP pada periode dimaksud. Namun demikian, giniratio
Sulbar masih lebih rendah daripada angka Nasional (0,41). Dibandingkan provinsi lain di Sulampua, nilai gini ratio Sulawesi
Barat relatif rendah. Angka gini rasio tertinggi masih tercatat di Gorontalo dan Papua dengan nilai yang sama dengan
tahun lalu yaitu 0,44. Angka berikutnya sebesar 0,43 tercatat untuk Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua
Barat. Sementara itu, nilai gini ratio terendah (0,32) terjadi di Maluku Utara yang sedikit menurun dibandingkan tahun
2012 (0,34).
Tabel 5.3. Nilai Gini Ratio
Provinsi 2010 2011 2012 2013
Gorontalo 0,43 0,46 0,44 0,44
Papua 0,41 0,42 0,44 0,44
Sulawesi Selatan 0,40 0,41 0,41 0,43
Sulawesi Tenggara 0,42 0,41 0,40 0,43
Papua Barat 0,38 0,40 0,43 0,43
Sulawesi Utara 0,37 0,39 0,43 0,42
Sulawesi Tengah 0,37 0,38 0,40 0,41
Maluku 0,33 0,41 0,38 0,37
Sulawesi Barat 0,36 0,34 0,31 0,35
Maluku Utara 0,34 0,33 0,34 0,32
Indonesia 0,38 0,41 0,41 0,41
Sumber: Booklet Indikator Kersejahteraan Rakyat, BPS, Agustus 2013
5.4. Nilai Tukar Petani6
Terjadi perubahan tahun dasar untuk perhitungan Nilai Tukar Petani (NTP). Sejak Januari 2014 dilakukan perubahan
tahun dasar dalam perhitungan NTP dari tahun dasar 2007 = 100 menjadi tahun dasar 2012 = 100. Perubahan tahun dasar
ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga
pertanian di pedesaan, serta perluasancakupan subsektor pertanian dan provinsidalam penghitungan NTP, agar
penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.
5Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan.Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu).Nol
mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna. 6 NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib).
1,0
06
,00
0
1,1
27
,00
0 1
,16
5,0
00
1,4
00
,00
0
1,0
06
,00
0
1,1
27
,00
0
1,2
00
,00
0
1,4
90
,00
0
6.5%
12.0%
3.4%
20.2%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
2011 2012 2013 2014
UMP (Rp) KHL (Rp) % Kenaikan UMP - sisi kanan
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 39
Sumber: BPS
Grafik 5.6. Perkembangan NTP di Sulawesi Barat
Hal yang berbeda pada penghitungan NTP dengan tahun dasar 2012 (2012 = 100) dengan tahun dasar 2007adalah
perluasan pernghitungan pada subsektor perikanan, dimana dilakukan pemisahan antara Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI). Dampak dari perubahan tersebut adalah indeks yang dibayar petani dan indeks yang
diterima petani pada periode-periode di tahun 2014, tidak dapat diperbandingkan dengan periode pada tahun 2013.Nilai
Tukar Petani Sulbar pada triwulan II 2014 sebesar 103,27lebih tinggi daripadatriwulan I2014sebesar 102,35.NTP dibentuk
oleh indeks yang diterima petani (It) sebesar 112,49dan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 108,92. NTP Sulbar yang
bernilai lebih besar dari 100 berarti penerimaan petani lebih besar dibandingkan pengeluaran. Hal ini menandakan bahwa
petani Sulbar memiliki daya beli karena penerimaannya, dan kenaikan NTP daripada triwulan sebelumnya
menggambarkan bahwa kemampuan daya beli tersebut meningkat.
Subsektor tanaman pangan cenderung menurun pada triwulan II 2014. Tanaman pangan pada triwulan II-2014
mengalami penurunan NTP menjadi 92,06, dimana pada triwulan I-2014 berada pada angka 94,70.Penurunan ini
menggambarkan bahwa terjadi penurunan penghasilan petani dari hasil menanam tanaman pangan. Di samping itu, NTP
tanaman pangan yang belum mencapai angka 100 mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani pada subsektor tersebut
masih relatif rendah.
Tabel 5.4. Perkembangan NTP Sulbar
Sumber: BPS
-2.0%
-1.5%
-1.0%
-0.5%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
90 95
100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014indeks
IT IB NTP Sulbar g.NTP - sisi kanan
yoy
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II y.o.y q.t.q y.o.y q.t.q
Tanaman Pangan 87.6 87.9 82.4 82.0 94.7 92.1 8.08% 15.50% 4.72% -2.79%
Hortikultura 87.8 88.9 88.7 91.1 102.2 100.7 16.42% 12.12% 13.31% -1.45%
Tanaman Perkebunan Rakyat 128.5 133.0 133.5 132.1 109.0 114.1 -15.14% -17.48% -14.21% 4.65%
Peternakan 113.0 112.8 113.4 115.5 101.2 101.2 -10.41% -12.34% -10.25% -0.02%
Perikanan 106.6 106.6 105.7 106.8 96.2 97.0 -9.76% -9.95% -9.01% 0.84%
NILAI TUKAR PETANI (NTP) 104.0 105.0 103.3 104.9 102.4 103.3 -0.02% -0.02% -1.69% 0.90%
a Indeks yang Diterima (It) 142.1 144.2 148.2 150.9 110.2 112.5 -22.48% -26.99% -22.00% 2.10%
b Indeks yang Dibayar (lb) 136.7 137.3 143.5 143.8 107.7 108.9 -21.25% -25.14% -20.68% 1.18%
KOMPONEN2013 2014 Tw II-14Tw I-14
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 41
6. PROSPEK PEREKONOMIAN
Bab 6 Prospek Perekonomian
Perekonomian Sulbar pada triwulan III 2014 dan untuk keseluruhan tahun
2014, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 12,5% -
14,5% (yoy) dan 10,0% - 12,0% (yoy). Jika dibandingkan dengan ekonomi
nasional, pertumbuhan ekonomi Sulbar 2014 tetap meningkat dan tumbuh
lebih tinggi.Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi
rumah tangga yang tetap kuat, disertai oleh peningkatan ekspor, terutama
hasil olahan industri.Di sisi penawaran, sektor pertanian dan sektor industri
pengolahan akan saling memperkuat, seiring dengan kenaikan kapasitas
industri pengolahan.
Laju inflasi triwulan III 2014 diprakirakan akanmelambat, didorong oleh
semua komponen inflasi. Respons dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah
Provinsi Sulbar selama Ramadhan/Idul Fitri 1435 H mampu meredam
tekanan inflasi, sehingga inflasi Juli (bulan Ramadhan) 2014 lebih rendah
dari rata-rata inflasi bulan Ramadhan 3 tahun terakhir. Namun sampai
dengan akhir 2014, terdapat potensi kenaikan tarif energi dan harga emas.
Dengan demikian, inflasi sampai akhir 2014 masih berpotensi meningkat
dalam kisaran 5,0% - 6,0%, atau masih dalam cakupan target nasional.
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN
42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
6.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulbar diprakirakan tumbuh 12,5%-14,5% pada TwIII-2014 dan pada 2014. Ekonomi Sulbar cenderung
bias ke atas pada tahun 2014, seiring konsistensi pertumbuhan dari sektor-sektor utama, seperti sektor Pertanian, sektor
Jasa-jasa, dan sektor Industri Pengolahan. Pertumbuhan Sulbar tahun 2014 kembali akan tumbuh tinggi, di atas dua digit,
setelah adanya perubahan struktural pada industri pengolahan. Mulai awal 2014 kinerja produksi CPO dan industri
olahan CPO menjadi palm olien dan palm stearin, meningkat hampir dua kali lipat dari normal, pada triwulan II tahun
2014, dan diperkirakan terus berlanjut untuk menjadi pendorong ekonomi Sulbar ke depan. Namun demikian, tetap
terdapat tantangan berupa kendala teknis pembangunan infrastruktur di Sulbar, seperti pembebasan lahan, proses
lelang, dan pemenuhan kebutuhan energi.
Grafik 6.1. Perkembangan PDRB Sulbar dan Proyeksinya
6.1.1 Prospek Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan ekspor akan meningkat, sementara investasi cenderung melemah.
Konsumsi rumah tanggaterindikasi meningkat tercermin dari tingkat hunian hotel di Sulbar meningkat dibandingkan
tahun 2013. Hingga Juni 2014, tren tingkat hunian hotel terus meningkat mencapai 34,41% lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya (31,77%), dan berdasarkan pola historisnya cenderung mencapai puncaknya di triwulan III-2014. Konsumsi
pemerintah diperkirakan mulai optimal memasuki semester kedua 2014, seiring perhatian legislatif yang terus
mendorong penyerapan belanja APBD maupun memaksimalkan penerimaan daerah. Sementara itu untuk kegiatan
investasi, beberapa kendala faktor teknis (pembebasan lahan) dan belum dimulainya proses pembangunan (proses lelang
dan tender) masih menjadi pengganjal realisasi investasi. Sementara kegiatan ekspor komoditi utama diperkirakan akan
meningkat, karena dorongan peningkatan produksi diiringi dengan naiknya permintaan negara mitra dagang. Terpantau
Purchasing Managers Index (PMI) dari negara Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan kembali rebound. Di sisi lain, harga
CPO cenderung stabil atau naik 2,0% (yoy) menjadi USD 864,1/mt.
Sumber: Bloomberg p) Proyeksi
Sumber: World Bank
Grafik 6.2. PMI Index Asia Grafik 6.3. Harga Internasional CPO
4
6
8
10
12
14
16
18
20
11
Q1
20
11
Q2
20
11
Q3
20
11
Q4
20
12
Q1
20
12
Q2
20
12
Q3
20
12
Q4
20
13
Q1
20
13
Q2
20
13
Q3
20
13
Q4
20
14
Q1
20
14
Q2
20
14
Q3
20
14
Q4
20
15
%, yoy
2013 : 7,2%
2014:8,0% - 9,0%
2011 : 10,3%
2012 : 9,0%
2015:8,0% - 9,0%
44,0
46,0
48,0
50,0
52,0
54,0
56,0
58,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2013 2014
Indeks
Jepang Cina Korea Selatan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jul
2011 2012 2013 2014
yoyUSD/mt
CPO
g.CPO - sisi kanan
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 43
Sumber: BPS
Grafik 6.4. Tingkat Hunian Kamar Hotel
6.1.2 Prospek Sisi Penawaran
Sektor Pertanian diproyeksikan tumbuh meningkat pada triwulan III-2014, seiring kebutuhan tanaman perkebunan
untuk memenuhi kapasitas industri pengolahan. Kebutuhan industri pengolahan minyak sawit akan mengolah sekitar
2.000 ton CPO per hari. Bahkan untuk produk palm olien meningkat dari 20 ribu ton pada triwulan I tahun 2014 menjadi
37 ribu ton pada triwulan II tahun 2014. Selain itu, hasil prognosa BPS, produksi tanaman padi diperkirakan turun -1,95%,
sementara jagung hanya akan meningkat tipis 2,92%. Sementara untuk kedelai meningkat cukup tinggi (116,17%), seiring
pola tanam komoditas pertanian padi kembali ke pola lama yang diselingi penanaman kedelai. Di sisi komoditas
perkebunan, harga komoditas coklat masih dalam tren meningkat, akibat terbatasnya pasokan (hama dan curah hujan
tinggi) dan produktivitas yang rendah7. Harga coklat hingga Juli 2014 meningkat 38,4% (yoy) menjadi sekitar USD3,13/kg.
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.5. Perkembangan Produksi Padi
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.6. Perkembangan Produksi Jagung
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.7. Perkembangan Produksi Kedelai
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.8. Harga Internasional Coklat
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Hotel Berbintang
Akomodasi Lainnya
TPK (%)
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
18,0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2010 2011 2012 Asem2013
Prognosa2014
Padi
Produksi (ribu ton) g.produksi (%) - sisi kanan
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
0
20
40
60
80
100
120
140
2010 2011 2012 Asem2013
Prognosa2014
Jagung
Produksi (ribu ton) g.produksi (%) - sisi kanan
-80,0
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
0
1
1
2
2
3
3
4
2010 2011 2012 Asem2013
Prognosa2014
Kedelai
Produksi (ribu ton) g.produksi (%) - sisi kanan
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jul
2011 2012 2013 2014
yoyUSD/kg
Harga Internasional Coklat g.Harga Internasional Coklat - sisi kanan
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN
44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan III-2014. Kapasitas produksi industri
pengolahan CPO meningkat seiring beroperasinya pabrik pengolahan (refinery) di Sulawesi Barat. Menghadapi Ramadhan
dan Idul Fitri, industri besar di Sulbar akan meningkat untuk memproduksi beberapa barang kebutuhan pokok seperti
makanan. Hasil survei industri besar sedang (IBS) meningkat 18,42% (yoy) pada triwulan II-2014, dibandingkan triwulan I-
2014 (7,32%; yoy), dan diperkirakan akan meningkat hingga akhir 2014.
Sektor Jasa-jasa diprakirakan akan meningkatpada triwulan III-2014, seiring penyerapan belanja yang meningkat.
Realisasi belanja hingga semester I-2014 mencapai 32,36%, sementara realiasi pendapatan lebih dari separuh dari
anggaran atau mencapai 52,89%. Diperkirakan penyerapan anggaran APBD akan cenderung meningkat hingga akhir 2014,
seiring perhatian dari legislatif.
6.2. Prospek Inflasi
Pada triwulan III-2014, inflasi tahunan Sulbar diperkirakan akan melambat dalam kisaran proyeksi 4,3% - 5,3% (yoy).
Angka tersebut lebih rendah dari inflasi triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 5,9% (yoy). Peran aktif Tim Pengendalian
Inflasi Daerah Sulawesi Barat mampu mengendalikan inflasi ketika Ramadhan/Idul Fitri 1435 H, sehingga inflasi Juli 2014
(0,84%; mtm) lebih rendah dari pola historisnya (grafik 6.11). Penyumbang perlambatan diprakirakan berasal dari semua
komponen inflasi yaitu inflasi volatile foods, inflasi inti, dan inflasi administered prices. Inflasi volzatile foods diperkirakan
melambat signifikan seiring dengan turunnya harga kelompok bahan makanan. Dan inflasi administered price juga
melambat seiring melambatnya harga subkelompok transportasi, subkelompok bahan bakar; dan beberapa subkelompok
makanan jadi. Sementara inflasi inti stabil, seiring stabilnya harga beberapa subkelompok perumahan, kelompok sandang,
kelompok kesehatan, dan kelompok pendidikan. Sehingga untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Sulbar diperkirakan 5,0%
– 6,0%, atau tetap dalam kisaran target nasional yang sebesar 4,5%±1%. Oleh karena itu hingga akhir 2014, optimalisasi
TPID Sulbar dalam memantau, mengendalikan dan mengarahkan ekspektasi masyarakat sangat penting.
Sumber: Bank Indoensia Sumber: Blommberg
Grafik 6.9. Fan Chart Inflasi Sulawesi Barat Grafik 6.10. Harga Internasional Emas
Grafik 6.11. Event Analysis Inflasi Bulanan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
20
11
Q1
20
11
Q2
20
11
Q3
20
11
Q4
20
12
Q1
20
12
Q2
20
12
Q3
20
12
Q4
20
13
Q1
20
13
Q2
20
13
Q3
20
13
Q4
20
14
Q1
20
14
Q2
20
14
Q3
20
14
Q4
%, yoy
2012:3,28%
2013:5,91%
2011: 4,91%
2014:5,0% - 6,0%
Tw II-2014: 6,65%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
1000
1100
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
I II III IV I II III IV I II III IV I II Jul
2011 2012 2013 2014
yoyUSD/troy onz
Emas g.Emas - sisi kanan
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
Jan
Feb
Mar
Ap
rM
ei
Jun
Jul
Agu Se
pO
ktN
ov
De
sJa
nFe
bM
arA
pr
Me
iJu
nJu
lA
gu Sep
Okt
No
vD
es
Jan
Feb
Mar
Ap
rM
ei
Jun
Jul
2012 2013 2014
%, mtm
8-9 Agustus 2013
Idul Fitri 1434 H19-20 Agustus 2012
Idul Fitri 1433 H
28-29 Juli 2014 Idul Fitri 1435 H
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 45
Inflasi administered prices diperkirakan melemah pada triwulan III-2014. Perkembanganharga subkelompok transportasi
dan subkelompok tembakau cenderung melemah sampai dengan Juli 2014. Namun demikian, masih terdapat potensi
kenaikan inflasi hingga pertengahan tahun 2014, berasal dari rencana kenaikan tarif listrik industri yang akan
direalisasikan pada Mei 20148. Hal ini mendorong subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air cenderung meningkat
hingga Juli 2014.
Inflasi inti diperkirakan stabil pada triwulan III-2014. Permintaan masyarakat yang relatif kuat, diimbangi dengan
ketersediaan barang yang memadai. Sehingga pada Ramadhan/Idul Fitri 1435 yang berlangsung pada Juli 2014, inflasi
tahunan subkelompok makanan jadi cenderung melemah sebesar 8,44% lebih rendah dari triwulan II-2014 (8,78%).
Namun demikian, tren perbaikan harga emas masih terjadi. Harga emas terkoreksi menjadi US$ 1.292,8 per troy oz atau
tumbuh membaik -4,1% (yoy) dari triwulan II-2014 (-8,9%; yoy).
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan
8 Peningkatan tarif berkisar antara 40%-65% dan akan diterapkan secara bertahap setiap dua bulan dari Mei sampai November 2014.
I II III IV Total I II IIIP Totalp
Sisi Permintaan
Konsumsi 10,8 8,0 6,8 6,1 5,9 5,6 6,0 5,3 4,6 6,4 - 7,4 5,3 - 6,3 6,9 - 7,9
Konsumsi swasta 7,8 6,2 4,0 5,4 5,1 5,5 5,0 6,0 5,9 6,2 - 7,2 5,2 - 6,2 5,5 - 6,5
Konsumsi Pemerintah 19,9 13,0 15,0 7,7 7,8 5,7 8,7 3,4 1,3 9,1 - 10,1 9,1 - 10,1 10,4 - 11,4
Pembentukan Modal Tetap Bruto 2,2 3,2 0,3 6,9 8,0 15,5 7,9 15,0 16,0 12,3 - 13,3 12,3 - 13,3 10,1 - 11,1
Ekspor 27,3 6,8 11,9 12,3 5,5 7,5 9,2 13,7 21,8 24,0 - 29,0 20,0 - 25,0 11,5 - 12,5
Impor 21,6 5,3 7,5 5,7 3,0 4,4 5,1 7,5 8,1 5,2 - 6,2 5,2 - 6,2 7,6 - 8,6
Sisi Produksi
Sektor pertanian 7,9 6,9 2,7 4,1 7,6 8,9 5,6 7,6 3,1 8,1 - 9,1 6,2 - 7,2 6,1 - 7,1
Sektor pertambangan & penggalian 11,3 11,8 24,6 14,0 (0,8) 10,1 10,6 7,6 8,0 11,0 - 12,0 7,1 - 8,1 10,7 - 11,7
Industri pengolahan 15,3 5,6 14,0 7,4 3,7 3,1 6,8 29,7 68,4 60,0 - 70,0 60,0 - 70,0 12,0 - 16,0
Listrik, gas & air bersih 14,2 16,2 6,6 16,7 15,9 22,3 15,6 27,2 10,9 16,7 - 17,7 16,1 - 17,1 14,1 - 15,1
Bangunan 10,4 8,6 8,8 10,7 10,8 10,7 10,4 9,6 4,8 14,0 -15,0 7,7 - 8,7 8,9 - 9,9
Perdagangan, hotel & restoran 9,9 7,3 8,0 8,2 11,5 7,7 8,8 10,1 7,1 8,7 - 9,7 8,8 - 9,8 8,4 - 9,4
Pengangkutan & komunikasi 12,7 5,6 4,5 10,9 9,4 9,9 8,7 10,2 5,9 11,2 - 12,2 9,4 - 10,4 10,0 - 11,0
Keuangan, persewaan dan jasa perush. 3,4 6,3 9,7 8,7 10,5 11,6 10,1 6,1 6,1 7,7 - 8,7 6,8 - 7,8 7,2 - 8,2
Jasa-jasa 18,0 20,0 17,2 13,6 1,1 2,0 7,5 0,4 (0,9) 7,5 - 8,5 3,7 - 4,7 8,0 - 9,0
PDRB (%,yoy) 10,3 9,0 7,3 7,3 6,8 7,2 7,2 8,8 9,3 12,5 - 14,5 10,0 - 12,0 8,0 - 9,0
Inflasi IHK (%,yoy) 2,9 4,4 4,6 4,4 7,2 6,2 6,2 5,9 5,9 4,3 - 5,3 5,0 - 6,0 4,0 - 5,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolahp proyeksi Bank Indonesia
20142015
PPertumbuhan Ekonomi dan
Inflasi Provinsi Sulbar2011 2012
2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 46
LAMPIRAN
Lampiran
A. Daftar Istilah
Istilah Keterangan
Administered price Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah
Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari
resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk
meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor
Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah
Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas
Balance sheet Neraca
Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan
Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional
Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing, dan
risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan 2013-
2018
BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang
Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat
Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar
Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat
menggunakan metodologi yang berbeda
Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank
Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya
Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,
maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan
Credit Limit Batas kredit
Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi
Crisis management
protocol
Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan tanggung
jawab anggota tim itu
Debt ceiling Pagu hutang
Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu Negara
Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi
Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum
Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif
Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral
Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan
Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan
LAMPIRAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 47
Istilah Keterangan
nasabah
Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional
Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,
atau non-penting, atau diselamatkan
Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang pendek
Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali
Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian
Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,
dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran
Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah
Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar
keuangan dan industrialisasi
E-money Uang elektronik
Exchange rate pass
through
Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-
negara pengekspor dan pengimpor
External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan
Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga
Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau
untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat
Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiscal
Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap
sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman
Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang tanpa
risiko gagal bayar
Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah
pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan
Good corporate
governance
Tata kelola yang baik
Growth-supporting
funding facility
Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan
Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan
Idle money Uang yang tidak terpakai
Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor
Indeks kedalaman
kemiskinan
Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin
Indeks keparahan
kemiskinan
Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin
Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas
Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum
Inflasi inti
Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,
inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi
Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain
Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi
LAMPIRAN
48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan
Istilah Keterangan
Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan
Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan
Investment grade Peringkat layak investasi
Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan
Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealerUtama
Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai
Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas
operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun
M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)
M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)
Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan
Margin Selisih
Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan
usahanya
Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan
Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang
Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan
Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu bulan tertentu terhadap satu bulan
sebelumnya
Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet
Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan secara
simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang
Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka
pengendalian moneter
Pagu hutang / debt
ceiling
Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu
Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi
Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan
Price taker Pengambil harga
Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)
Push factor Faktor pendorong
Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan
pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau
Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan
Second round effect Dampak lanjutan
Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek
Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain
Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya
Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan
pokoknya)
Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang
selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek
Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah
LAMPIRAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014
Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 49
Istilah Keterangan
Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun
Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya
Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-bank
ritel
Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar
Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,
atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional
Yield Imbal hasil
Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya
Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titilk waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember)
Yuan Mata uang Tiongkok
top related