karil penilitian tindakan kelas
Post on 21-Jan-2017
185 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK
BAHASAN PENGARUH GAYA TERHADAP BENTUK DAN GERAK
BENDA MELALUI METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS V
SDN SUKOWONO 01 SUKOWONO JEMBER
Oleh :
Eko Heriyanto
(Email: ekoheriyanto9@gmail.com)
Abstrak IPA dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan sesuai dengan kurikulum KTSP. Hasil observasi yang dilakukan pada hari Senin, 28 April 2014 tentang aktivitas belajar IPA dikelas V SDN Sukowono 1 pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014 tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak benda , menunjukkan dari 38 orang siswa yang termasuk katagori sangat aktif 10 orang siswa ( 27%), 5 orang siswa (13%) katagori aktif , yang lain 12 orang anak (32%) masuk kedalam katagori cukup aktif, 3 orang anak (8%) termasuk kurang aktif dan sisanya 8 orang anak (21%) termasuk katagori sangat kurang. Hasil belajar IPA terungkap hanya 15 orang siswa (40%) saja yang memperoleh nilai 70 ke atas, selebihnya: 7 orang siswa (18%) memperoleh nilai antara 60-65; dan 16 orang siswa (42%) yang lain memperoleh nilai antara 40-60. Fakta ini menunjukkan, bahwa secara klasikal, siswa kelas V di SDN Sukowono 01 Sukowono, belum mencapai ketuntasan belajar (KKM). Dari hasil observasi dan konsultasi dengan teman sejawat, teridentifikasi siswa hanya menjadi pendengar pasif, kegiatan pembelajaran monoton berpusat pada guru. Untuk itu perlu adanya perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode inquiry. Desain penelitian dilakukan melalui dua siklus, dimulai dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian berlangsung dari April 2014 sampai dengan Mei 2014. Dari pelaksanaan penelitian pada pra tindakan aktivitas siswa untuk kategori aktif - sangat aktif berjumlah 39% dan hasil belajar siswa dalam katagori baik dan sangat baik 40 %. Setelah menerapkan metode inquiry pada siklus I, meningkat menjadi 50% untuk aktivitas dan 58 % untuk hasil belajar. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut jauh dari harapan. Maka dilanjutkan untuk siklus II dan aktivitas belajar meningkat menjadi 94,7 % dan hasil belajar 78%. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa metode inqury efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Sukowono 1.
Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar IPA, Metode Inquiry
1
I. Pendahuluan
3.1 Latar Belakang
Aktivitas perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh dua
macam alasan. Pertama, alasan yang bersifat normatif-akademik, ialah karena aktivitas perbaikan
pembelajaran merupakan suatu bentuk tugas dalam perkuliahan di S1 PGSD UT. Alasan kedua,
ialah alasan yang bersifat empirik, dalam arti tindakan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan
karena dilandasi oleh adanya masalah faktual yang peneliti (sebagai guru) hadapi dalam
pembelajaran materi pokok tentang Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda.
Masalah faktual dimaksud adalah rendahnya hasil belajar siswa, yang tercermin dari rendahnya
nilai ulangan harian yang mereka peroleh. Berdasarkan daftar nilai ulangan harian yang peneliti
miliki, terungkap bahwa dari 38 orang siswa kelas V di SDN Sukowono 01 Sukowono Jember,
terungkap hanya 15 orang siswa (40%) saja yang memperoleh nilai 70 ke atas, selebihnya: 7
orang siswa (18%) memperoleh nilai antara 60-65; dan 16 orang siswa (42%) yang lain
memperoleh nilai antara 40-60. Fakta ini menunjukkan, bahwa secara klasikal, siswa kelas V di
SDN Sukowono 01 Sukowono, belum mencapai ketuntasan belajar (KKM) dalam mata pelajaran
IPA materi pokok pembelajaran tentang Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu
Benda.
Hasil observasi yang dilakukan pada hari Senin, 28 April 2014 tentang aktivitas belajar
siswa menunjukkan dari 38 orang siswa kelas V di SDN Sukowono 01 Sukowono Jember yang
aktif bertanya dan berpartisipasi termasuk katagori sangat aktif 10 orang siswa ( 27%), 5 orang
siswa (13%) katagori aktif , yang lain 12 orang anak (32%) masuk kedalam katagori cukup aktif,
3 orang anak (8%) termasuk kurang aktif dan sisanya 8 orang anak (21%) termasuk katagori
sangat kurang.
Dalam konteks pembelajaran, masalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
suatu materi pokok pembelajaran merupakan sebuah problema yang selayaknya perlu mendapat
perhatian serius. Sebab, secara teoritis, rendahnya perolehan hasil belajar siswa hakekatnya
merupakan cerminan rendahnya tingkat pemahaman (penguasaan) mereka terhadap suatu materi
pokok pembelajaran. Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi pokok
pembelajaran, jika terus dibiarkan berlarut, pada gilirannya sangat mungkin untuk mengarah pada
gagalnya suatu proses pembelajaran secara keseluruhan (Swastika, 2006). Atas dasar pemikiran
ini, maka dicoba untuk diatasi dengan tindakan perbaikan pembelajaran yang berlandaskan pada
kaidah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan kaidah PTK, maka sebelum tindakan
perbaikan pembelajaran dilakukan, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis masalah untuk
mengetahui faktor apa yang menjadi penyebabnya.
2
2
Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sekolah dasar, guru juga
harus memperhatikan obyek belajar (siswa), hubungannya dengan tahap pertumbuhan
kecerdasannya (Gagne) dalam analisis hirarkhis setiap obyek belajar, periode perkembangan anak
usia sekolah dasar adalah periode operasional konkrit (7/8 hingga 11/12 tahun).
Terkait dengan hal ini, Gagne memformulasikan peristiwa belajar dalam beberapa
langkah. Langkah-langkah itu meliputi: 1) memperhatikan; 2) seleksi persepsi; 3) latihan dalam
rangkah mempertahankan dan memperbaiki hal yang telah disimpan dalam ingatan; 4) penyediaan
dalam bentuk kata/simbol dalam rangka menyiapkan ingatan jangka panjang; 5) pengungkapan
(retrieval), yang mancakup “pencarian kembali“ informasi yang telah disimpan; 6)
pengorganisasian respon; 7) balikan, sebagai peristiwa eksternal yang merupakan serangkaian
proses penguatan; dan 8) proses pengendalian sebagai proses pemilihan dan aktifitas siasat
kognitif. Mencermati hal ini, oleh sebab itu sebagai langkah solusi terhadap keadaan yang ada
maka peneliti merasa perlu untuk melakukan perbaikan tentang konsep pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan metode ”Inquiry” sebagai langkah perbaikan
pembelajaran pada siswa kelas V SDN Sukowono 01 di Kecamatan Sukowono guna mencapai
peningkatan hasil belajar.
3.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas, maka dalam laporan perbaikan pembelajaran ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penggunaan metode Inquiry dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak
Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono kabupaten Jember ?”
2. Bagaimanakah penggunaan metode Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak
Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono kabupaten Jember ?”
3.3 Tujuan Perbaikan
Tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan kaidah PTK ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penggunaan
metode Inquiry. Sedangkan indikator-indikator keberhasilan yang ingin dicapai adalah :
a. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan
“Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN
Sukowono 01 Sukowono kabupaten Jember melalui metode Inquiry.
b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh
Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01
Sukowono kabupaten Jember melalui metode Inquiry.
3
3.4 Manfaat Perbaikan
Adapun manfaat perbaikan ini adalah :
Bagi guru, dapat meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran IPA melalui metode
Inquiry, dan berdampak bagi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Bagi Kepala Sekolah, dapat digunakan sebagai acuan dan perbaikan bagi mata
pelajaran lainya.
Bagi Peneliti lain, sebagai literatur baru dalam menentukan strategi dan model
pembelajaran karena siswa dalam pembelajaran membutuhkan berbagai inovasi dan
kreatifitas dari guru.
II. Kajian Pustaka
2.1 Pembelajaran IPA di SD
2.1.1. Pengertian Pembelajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa “ilmu pengetahuan
alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu ilmu pengetahuan alam juga merupakan ilmu yang
bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut
menjadikan pembelajaran ilmu pengetahuan alam tidak hanya verbal tetapi juga faktual.
Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat ilmu pengetahuan alam sebagai proses diperlukan
untuk menciptakan pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang empirik dan faktual. Hakikat ilmu
pengetahuan alam sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih
ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
2.1.2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Berdasarkan Kurikulum 2006 atau lebih dikenal sebagai KTSP mulai diberlakukan sejak
tahun 2006/2007. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
2.1.3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 telah ditetapkan, bahwa mata pelajaran IPA
4
4
di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.4. Prinsip – Prinsip Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran di SD akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip
pembelajaran di SD menurut Depdiknas (dalam Maslichah, 2006 :44) adalah “ Prinsip motivasi,
prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar
sambil bermain, prinsip hubungan sosial”. Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai
berikut :
1. Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal.
3. Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang besar
sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu.
4. Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja merupakan
hasil belajar yang tidak mudah di lupakan.
5. Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada usia SD,
dengan bermain akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan
mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran.
6. Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika di
kerjakan secara berkelompok.
Prinsip - prinsip pembelajaran IPA di atas yang paling mendasari di terapkan pada
pembelajaran diskusi temuan atau kooperatif dan eksperimen sehingga siswa dapat ketrampilan
5
proses bagaimana cara produk sains ditemukan dengan aktivitas yang menyenangkan dan hasil
belajar yang maksimal.
2.3 Metode Inquiry sebagai Metode Pembelajaran IPA di SD
2.3.1 Pengertian Metode Inquiry
Inquiry berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan atau
penyelidikan, dan inquiry berarti penyelidikan (Abu Ahmadi,1997: 76). Di dalam metode inquiry,
materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa
diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “
menemukan sendiri ” konsep -konsep yang direncanakan oleh guru (Abu Ahmadi, 1997: 79).
Inquiry merupakan metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang
mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya
sendiri (I Gde Widja, 1989: 48). Ahmad Rohani (2004: 39) mengemukakan bahwa metode inquiry
adalah cara pembelajaran yang berangkat dari suatu pandangan bahwa siswa sebagai subjek
disamping sebagai objek pengajaran (belajar). Mereka memiliki kemampuan dasar untuk
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
2.3.2 Jenis – Jenis Metode Inquiry
1) Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)
Pembelajaran dengan metode Guided inquiry sebagaian besar perencanaan dibuat oleh
guru, selain guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada
siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas
tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Umumnya Guided inquiry
dilaksanakan sebagai berikut :
a) Problem untuk masing-masing kegiatan dapat diyatakan sebagai pertanyaan atau
peryataan biasa
b) Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan belajar
harus dituliskan dengan jelas dan tepat
c) Alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan
kegiatan
d) Diskusi pengarahan berupa prtanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa(kelas)
untuk didiskusikan sebalum para siswa melakukan kegiatan inquiri
e) Kegiatan metode inquiri olah siswa berupa kegiatan percobaan penyelidikan yang
dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan oleh guru
f) Proses berfikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental operation siswa yang
dihaerapkan selam kegiatan berlangsung
6
6
g) Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada
pengambangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siwa
h) Catatan guru berupa catatan-catatan yang meluputi penjelasan tentang hal-hal atau bagian-
bagian yang sulit dari kegiatan-kegiatan pembelajaran, isi meteri pelajaran yang relavan
dengan kegiatan faktor-faktor variabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya terutama
penting sekali apabila kegiatan percobaan/penyelidikan tidak berjalan.
2) Modified Inquiri
Dalam metode ini guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula
bahan/alat yang diperlukan kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui
pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.
Dari sekian banyak pengertian yang disampaikan para ahli tentang inquiry, penulis
mengambil pendapat tentang inquiry yaitu sebagai suatu metode yang digunakan dalam
pembelajaran dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan,
informasi atau mempelajari suatu gejala.
Dari beberapa macam metode inquiry, pada penelitian kali ini penulis memilih untuk
dilakukan inquiry terbimbing (guided inquiry).
2.3.3. Kelebihan Dan Kekurangan Penggunaan Metode Inquiry Dalam
Pembelajaran
Setiap metode dalam pembelajaran tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan, seperti
halnya metode inquiry. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999: 165) kelebihan metode
inquiry sebagai berikut:
1) Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh siswa sendiri.
2) Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.
3) Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para siswa.
4) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena siswa belajar dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
Sedangkan kekurangan metode inquiry adalah.
1) Tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah siswanya.
2) Memerlukan fasilitas yang memadai.
3) Sangat sulit mengubah cara belajar siswa dari kebiasaan menerima informasi dari guru
menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri.
4) Kebebasan yang diberikan tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, kadang
siswa malah kebingungan memanfaatkannya.
2.3.4 Prinsip –Prinsip Penggunaan Metode Inquiry
7
Metode inquiri merupakan metode yang menekankan kepada pengembangan intelektual
siswa. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran inquiri.
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual 3) Bertanya
2) Prinsip interaksi 4) Belajar untuk berfikir
5) Keterbukaan
2.3.5 Langkah – Langkah Penggunaan Metode Inquiry
Secara umum proses pembelajaran dengan mengunakan metode inquiri dapat mengukuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Orientasi 4) Mengumpulkan data
2) Merumuskan masalah 5) Menguji\ Hipotesis
3) Merumuskan hipotesis 6) Merumuskan kesimpulan
Langkah-langkah diatas dapat uraikan sebagai berikut ;
1. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok siswa , aturlah tempat duduk mereka agar
dapat bekerja sama.
2. Kondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, pada langkah metode
pembelajaran inquiri guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan
masalah.
3. Berilah lembar kerja siswa (LKS) dan peralatan, demonstrasikan cara kerja peralatan yang
sekiranya berbahaya
4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-
masing siswa;
5. Beri kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan, mencari dan menemukan
jawaban serta menguji/hipotesa melalui percobaan
6. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
7. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi masalah;
8. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
9. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
10. Berilah kesempatan kepada kelompok untuk mengemukakan pendapat dalam forum kelas
(diskusi kelas)
11. Tulislah rangkuman dari semua jawaban yang benar
8
8
2.4 Implementasi / Persiapan Metode Inquiry dalam Pembelajaran IPA Tabel 2.4 Implementasi metode inquiry dalam pembelajaran
Langkah Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
I. Kegiatan Awala. Apers
epsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
a. Melakukan tanya jawab tentang benda yang dilemparkan ke atas / dijatuhkan pertanyaan yang diajukan adalah :
1.Bola yang dilempar ke atas akan jatuh kemana ?
2.Kearah mana kelereng yang terjatuh ?
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran
a. Siswa menjawab pertanyaan guru
b. Siswa mendengarkan penjelasan tujuan pembelajaran
II Kegiatan Inti - Siswa membentuk kelompok- Guru membagikan LKS,
mendemonstrasikan cara kerja alat, dan membimbing diskusi
- Guru membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa
- Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
- Guru meminta siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
- Guru bersama-sama siswa membahas materi pelajaran dengan tanya jawab
- Guru memberikan tes evaluasi untuk mengetahui daya serap siswa
- Membentuk kelompok- Siswa melakukan pecobaan- Siswa mendiskusikan dengan
kelompoknya tentang kecepatan jatuh dua buah benda yang berbeda berat, bentuk, dan ukuran dari ketinggian yang sama
- Siswa mencatat informasi/data temuan dan menguji jawaban berdasarkan temuan
- Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
- Siswa membahas materi pelajaran dengan tanya jawab
- Siswa mengerjakan tes evaluasi
III Kegiatan Penutupa. Menarik
Kesimpulanb. Penguatan
- Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran
- Guru memberi motivasi dan penguatan pada siswa
- Siswa bersama-sama guru membuat kesimpulan tentang kecepatan jatuh dua buah
2.5 Aktivitas Belajar
2.5.1 Pengertian Aktivitas Belajar
Anton M. Mulyono (2010) , Aktivitas artinya “ kegiatan atau keaktifan” . Jadi segala
sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik,
merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono (2008) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan
9
kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan
siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana
masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang
timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang
akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.
Menurut Oemar Hamalik (2005: 175– 176), nilai-nilai aktivitas dalam pengajaran bagi
siswa antara lain sebagai berikut: (1) para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung
mengalami sendiri, (2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral, (3) memupuk kerjasama antar siswa, dan (4) para siswa bekerja menurut minat dan
kemampuan sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas di sini
penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Pengertian meningkatkan aktivitas belajar dalam
penelitian ini yaitu meningkatkan keterlibatan/ keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.
Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas melihat, lisan, mendengarkan,
menulis, berfikir, gerak, dan aktivitas emosional.
2.6.2 Prinsip-Prinsip Mengaktifkan Siswa
Guru dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dengan membuat pelajaran itu
menjadi menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan serta mengesankan bagi
siswa. Menurut Abu Ahmadi guna menciptakan keaktifan, kita perlu mengenal dan
menghayati sebuah prinsip sebagai berikut:
a) Prinsip motivasi
b) Prinsip latar atau konteks
c) Prinsip sosialisasi
d) Prinsip menemukan
e) Prinsip individualisasi
f) Prinsip pemecahan masalah.
Berdasarkan prinsip mengaktifkan siswa menurut Abu Ahmadi tersebut, seorang
guru harus mampu memberikan motivasi terhadap siswanya. Guru mampu mengetahui
karakteristik siswa serta mendorong siswanya untuk lebih aktif.
2.6.3 Penilaian Aktivitas Belajar
Menurut Wina Sanjaya aktifitas siswa dilihat dari proses pembelajaran ada enam
faktor yaitu:
10
10
a) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual
dalam setiap proses pembelajaran.
b) Siswa belajar secara langsung (experintial Learning).
c) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
d) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia
yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
e) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa.
f) Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru
dengan siswa.
Menurut Wina Sanjaya kadar keaktifan siswa dapat dilihat dari kegiatan evaluasi
pembelajaran sebagai berikut:
a) Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil
pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan
semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
c) Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara
lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.
2.6 Hasil belajar
2.6.1 Pengertian hasil belajar
Suatu proses belajar diharapkan menghasilkan sesuatu yang disebut hasil belajar. Hasil
belajar itu dapat berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat diklasifikasikan ke
dalam aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif mencakup kemampuan
berpikir, termasuk kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis,
dan mengevaluasi. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai. Aspek psikomotorik mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi
(Tim Peneliti Program Pasca sarjana UNY, 2003: 1- 5).
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, abilitas, dan keterampilan (Oemar Hamalik, 2005: 31). Hasil belajar bukan hanya suatu
penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang
telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Hasil belajar mencerminkan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar. Hasil belajar merefleksikan keluasan, kedalaman dan kompleksitas yang
digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.
11
Hasil belajar dari penelitian ini tercermin dalam perbandingan antara nilai ulangan harian
sebelum menggunakan metode inquiry dengan nilai evaluasi pada siklus I dan pada siklus II
setelah menggunakan metode inquiry.
2.6.2 Ruang Lingkup Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1)
domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika –
matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan
kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor
(keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan
kecerdasan musikal).
Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam metode dan teknik penilaian
pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu penilaian
pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.
2.6.3 Evaluasi Hasil Belajar
Secara terminologis,evaluasi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
1. Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan berkenaan dengan proses
kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.
2. Raka Joni (1975) mengartikan evaluasi sebagai berikut,suatu proses di mana kita
mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempertimbangkan patokan-
patokan tertentu,patokan itu yang mengandung baik dan buruk,memenuhi syarat atau tidak
memenuhi syarat. Dengan kata lain kita menggunakan value judgement.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai
seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
2.6.4 Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
Menurut Bukhori (1980) tujuan evaluasi hasil belajar peserta didik adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui kemajuan anak didik setelah peserta didik menyadari selama jangka
waktu tertentu
2. Untuk mengetahui efisiensi metode pendidikan yang dipergunakan selama jangka waktu
tertentu
Menurut Sahertian (1979) fungsi evaluasi hasil belajar peserta didik adalah sebagai berikut;
1. Untuk memberikan motivasi terhadap hal belajar mengajar
2. Untuk melengkapi informasi mengenai kemajuan belajar dan kemunduran murid,dapat pula
berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kenaikan siswa
3. Untuk menentukan murid dalam suatu kemajuan tertentu
4. Untuk memperoleh data bagi pekerjaan bimbingan dan penyuluhan
12
12
5. Untuk memberikan informasi kepada guru,murid dan orang tua tentang apa dan sampai
dimana hasil kemajuan yang dicapai.
Jadi jelaslah bahwa tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar peserta didik adalah untuk
mengetahui seberapa jauh peserta didik menampilkan performa sebagaimana yang dikehendaki.
Pengetahuan mengenai peserta didik demikian,dimaksudkan untuk mengambil keputusan-
keputusan penting mengenai pesertya didik; apakah perlu dilakukan pengayaan, nasehat,
bimbingan penyuluhan, dipromosikan ,dinaikan kelas, diluluskan, dimutasikan, dan lain
sebagainya. Dengan kata lain dengan diadakannya evaluasi hasil belajar peserta didik untuk
diambil langkah- langkah penting yang berkaitan dengan peserta didik.
2.6.5 Teknik-Teknik Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
Teknik adalah suatu cara yang dapat ditempuh oleh seseorang dalam melakukan
sesuatu.Berarti teknik evaluasi adalah suatu cara yang ditempuh oleh seseorang dalam
mengadakan evaluasi.
Secara garis besar,teknik evaluasi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar,yakni
teknik tes dan teknik non tes.
1. TES
Jenis-Jenis Tes antara lain Tes Formatif,Tes Sumatif, Tes Subyektif, Tes Obyektif, Pree
test, Post Test, Tes buatan guru, dan Tes Standar.
2. NON TES
Yang dimaksud non tes adalah teknik evaluasi selain tes. Diantaranya:
observasi,wawancara,angket,sosiometri,anecdotal record dan skala penilaian.
2.6.6 Kriteria Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
Ada dua kriteria penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik yaitu:
Kriteria acuan patokan dan kriteria acuan norma
2.7 Kerangka Berfikir
Penjelasan yang tertulis pada latar belakang di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran IPA dan hasil belajar menunjukkan masih banyak
siswa yang hasil belajarnya masih kurang memuaskan. Hal tersebut salah satunya dikarenakan
pembelajaran IPA lebih banyak disampaikan dengan metode ceramah dan terlalu banyak konsep
ataupun teori yang harus dihapalkan. Oleh sebab itu seorang guru harus dapat mensiasati agar
proses pembelajaran tersebut bisa berjalan dengan baik meskipun dilakukan di dalam kelas. Salah
satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam situasi ini adalah metode inquiry.
Metode inquiry adalah suatu metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dihadapi
dengan atau tanpa batasan guru. Dengan metode ini memungkinkan siswa menemukan sendiri
13
informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa, dan siswa akan lebih aktif untuk bekerja
mencari jawaban dari suatu permasalahan yang ada. Disini siswa dituntut untuk lebih aktif dan
terlibat secara langsung dalam kegiatan proses pembelajaran agar mendapatkan hasil belajar yang
optimal. Dengan menerapkan metode ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa dapat
meningkat.
2.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut:
1. Jika digunakan metode inquiry dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya
Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda”, maka aktivitas belajar IPA siswa kelas V SDN
Sukowono 01, Sukowono, Jember akan meningkat.
2. Jika digunakan metode inquiry dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya
Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda”, maka hasil belajar IPA siswa kelas V SDN
Sukowono 01, Sukowono, Jember akan meningkat.
III. Metode Dan Prosedur Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Penelitian tentang penerapan metode inquiry dalam pembelajaran IPA pokok bahasan
“Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda”, ini menggunakan desain penelitian
tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat
empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang disajikan dalam 2
siklus.
Pelaksanaan penelitian dilakukan bekerja sama dengan teman sejawat yang membantu
dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung untuk menghasilkan atau
menjaga kevalidan hasil penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Sukowono 01 kecamatan Sukowono
Jember. Adapun alasan pemilihan lokasi dikarenakan di SD Negeri Sukowono 01 yang
merupakan kelas tempat peneliti mengajar.
3.3 Subyek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN Sukowono 01
Sukowono tahun pelajaran 2013/2014 semester 2 dengan jumlah murid sebanyak 38 siswa. Dari
38 siswa Kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono ini siswa laki-laki sebanyak 17 siswa (45%) dan
siswa perempuan sebanyak 21 siswa (55%) .
3.4 Definisi Operasional
14
14
1. Metode inquiry yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah: metode yang menekankan
pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Sehingga inquiry di sini bisa
diartikan sebagai pembelajaran yang bermula dari pertanyaan atau masalah untuk dicari
jawaban atau kesimpulannya dari masalah-masalah tersebut. Metode ini terimplikasi
dalam RPP peneliti baik disiklus I ataupun disiklus II.
2. Aktivitas belajar dalam penelitian ini merupakan segala perbuatan yang dilakukan pada
saat pembelajaran berdasarkan indicator dan rubrik observasi aktivitas siswa. Berdasarkan
kreteria dan skor perolehan yang dilaksanakan oleh peneliti. Jika metode inquiry
diterapkan, maka dapat meningkatkan akivitas belajar siswa.
3. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan nilai atau hasil dari keberhasilan siswa dalam
menerima dan memahami pelajaran. Hasil belajar dari penelitian ini tercermin dalam
perbandingan antara nilai ulangan harian ( tes tulis berupa 20 soal berbentuk isian
singkat ) sebelum menggunakan metode inquiry dengan nilai evaluasi pada siklus I dan
pada siklus II setelah menggunakan metode inquiry.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, tes, dan observasi.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data terdiri dari 3 pokok, yaitu :1) reduksi data, 2) penyajian data, 3)
penarikan kesimpulan.
Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif, cukup dengan
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan sajian visual.
Untuk menilai indikator keaktifan belajar siswa secara individu ditentukan batas minimal
keberhasilan yaitu:
1. Jika siswa melakukan ≥ 3 aktivitas maka siswa dikatakan aktif
2. Jika siswa melakukan < 3 aktivitas maka siswa dikatakan kurang aktif .
Tabel 3.1 Observasi Keaktifan Belajar Siswa Secara IndividuN
O NAMA Melihat Lisan Mendengarkan Menulis Berfikir Gerak Emosional
Total Skala Katagori
Jumlah
Rata2
Porsen
15
Penelitian ini menggunakan lima kategori aktif yaitu : melihat, lisan,
mendengarkan, menulis, berfikir, gerak, dan emosional. Dengan kriteria sebagai berikut :
Data aktivitas belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif
persentase sebagai berikut :
P = ∑ S x 100 % ( Arikunto, 2006:260 )
∑ N
Keterangan :
P = Persentase pelaksanaan setiap indikator
S = Jumlah skor perolehan untuk setiap indikator
N = Jumlah skor total
Tabel 3.1 Kriteria keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Keaktifan Kategori Keaktifan
80% - 100% Sangat Aktif
60% - 80% Aktif
40% - 60% Cukup Aktif
20% - 40% Kurang Aktif
0% - 20% Sangat Kurang Aktif
Untuk menilai indikator keaktifan belajar siswa secara kelompok yaitu
Tabel 3.2 Batas Minimal Keberhasilan Keaktifan Kelompok
Persentase ( %) = ∑ n x 100 %
∑ N
Keterangan :
16
16
N = Jumlah skor maksimal
n = Jumlah skor yang diperoleh dari data
Sedangkan lembar observasi untuk mengetahui keaktifan belajar siswa secara kelompok
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Observasi Keaktifan Belajar Siswa Secara Kelompok
Analisis data kuantitatif didapat dari penilaian latihan dan tes akhir.
a. Penilaian latihan dan tes mencari nilai rata-rata
Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :
x̅ = ∑ x
∑N ( Sumber: Arikunto 2006 : 264 )
Keterangan : x̅ = nilai rata-rata ∑ x = jumlah semua nilai siswa
∑ N = jumlah siswa yang mengikuti tes
b. Penilaian untuk hasil belajar
Dalam penelitian ini terdapat dua kategori hasil belajar yaitu secara individu dan
klasikal. Untuk menghitung persentase hasil belajar klasikal digunakan rumus :
P = ∑ Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 72 x 100 %
∑ Siswa yang mengikuti tes
( Purwoko,2001:130)
Keterangan :
P = Persentase hasil belajar
Untuk
mengetahui perubahan hasil tindakan siklus I ke siklus II yang didapatkan dari hasil
evaluasi dianalisis menggunakan rumus:
3.6 Tabel Kreteria Hasil Belajar SiswaRentang Skor Kategori Hasil Belajar
80 - 100 Sangat Baik ( SB )60 - 80 Baik ( B )40 - 60 Cukup Baik ( CB )20 - 40 Kurang Baik ( KB )0 - 20 Sangat Kurang Baik ( SKB )
17
3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian
3.5 Tabel Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan Ke 1 2 3 Indikator Capaian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Penelitian Awal/Pendahuluan
Terlaksananya obsevasi Diperoleh data
dukumentasi Terpilihnya Subyek
2 Pengembangan Desain Penelitian
Proposal Penelitian telah disetujui dan seminar
3 Pengurusan Ijin Penelitian Adanya ijin penelitian
4 Pengembangan Intrument Penelitian
Draf intrumen penelitian
5 Perencanaan Tindakan Siklus 1
Rencana Tindakan yang siap dilaksanakan
6 Melakukan Tindakan Siklus 1
Terlaksana nya tindakan 1
7 Pemantuan/Obsevasi Siklus 1
Terlaksananya pengumpulan data PTK
8
Evaluasi dan Refleksi Siklus 1
Terkumpulnya data (row data) scr lengkap
Data siklus 1 yg telah terolah
9 Perencanaan Tindakan Siklus 2
Rencana Tindakan yang siap dilaksanakan
10 Melakukan Tindakan Siklus 2
Terlaksana nya tindakan 2
11 Pemantuan/Obsevasi Siklus 1
Terlaksananya pengumpulan data PTK
12
Evaluasi dan Refleksi Siklus 2
Terkumpulnya data (row data) scr lengkap
Data siklus 2 yg telah terolah
13 Penulisan Draf laporan
Draf laporan peneliti yang telah di setujui
14 Ujian Sekripsi
Terlaksananya ujian sekripsi
15 Revisi Pasca Ujian
Dukumen Skripsi yang telah disyahkan
16 Penyerahan Laporan Akhir
Penyerahan naskah sekripsi
IV. Hasil Dan Pembahasan
4.1 Paparan Data Sebelum Tindakan
Paparan data pra-siklus diperoleh dari data kelas VA SDN Sukowono 01 yang kebetulan
tempat peneliti mengajar. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Kepala Sekolah, peneliti
mengumpulkan semua data dan informasi. Dari pengolahan informasi dan data diperoleh hasil
sebagai berikut :
18
18
1. Penelitian dilakukan di kelas V, dengan jumlah murid sebanyak 38 siswa. Dari 38 siswa
Kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono yang aktif bertanya dan berpartisipasi termasuk
katagori sangat aktif 10 orang siswa ( 26%), 5 orang siswa (13%) katagori aktif , yang lain
12 orang anak (32%) masuk kedalam katagori cukup aktif, 11 orang anak (29%) termasuk
kurang aktif dan 0 orang anak (0%) termasuk katagori sangat kurang. Sedangkan data
dukumentasi daftar nilai ulangan harian yang peneliti miliki, terungkap hanya 4 orang
siswa (11%) saja yang termasuk kategori sangat baik, selebihnya: 11 orang siswa (29%)
termasuk kategori baik, 14 anak (37%) termasuk kategori cukup baik dan 9 orang siswa
(24%) yang lain termasuk kategori sangat kurang baik.
2. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang dengan
kemampuan yang berbeda berdasarkan hasil belajar siswa semester 1 tahun pelajaran
2013-2014.
3. Jadwal penelitian dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran IPA di kelas V yaitu setiap hari
Senin dan Selasa.
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Siklus 1 dan Siklus 2
Pertemuan Hari /Tanggal Jam Kegiatan MateriI Senin,
28 – 4 - 201407.00 – 08.10 Pembelajaran siklus I RPP I
II Selasa,29 – 4 - 2014
07.00 - 08.10 Tes akhir RPP I
III Senin, 06– 5 - 2014
07.00 – 08.10 Pembelajaran siklus 2 RPP II
IV Selasa,07 – 5 - 2014
07.00 - 08.10 Tes akhir RPP II
19
Berdasarkan uraian tabel di atas menunjukkan bahwa keaktivan pembelajaran pada siklus 1
cukup aktif dengan persentase keaktivan klasikal yang tercapai adalah 58 % dalam kategori
cukup aktif.
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Sebelum Pelaksanaan TindakanNomor
NAMASKOR Kreteria Hasil Belajar
Urt Induk IPA KKM SB B CB KB SKB Ket.
1 4281 ANNISA ZILVINAZ ZAHRO 80 72 - √ - - -
2 4282 ALVIN MA'AQWIL MAULANA 70 72 - √ - - -
3 4283 ANNISA NUR AULIA IHSANTI 80 72 - √ - - -
4 4284 ALFRED GERALDO 62 72 - - √ - -
5 4285 AULIA MAULIDATUL FAIZAH 70 72 - - √ - -
6 4286 AHMAD RYAN SUGIANTO 60 72 - - - √ -
36 4321 ZHELY VIRGINIA 75 72 - √ - - -
37 4322 BENEDIKTUS YUSTISIO A 65 72 - - √ - -
38 LULU HAMADA 83 72 √ - - - -
JUMLAH 2635 4 11 14 9 0
RATA - RATA 69
NILAI MIN 51
NILAI MAX 90
Porsentase HB ( % ) 11 29 37 23 0
4.2 Paparan Data
4.2.1 Persiapan Tindakan Siklus I
Tahap ini merupakan tahap pertama yang akan dilakukan peneliti sebelum melakukan aksi
dan pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti harus melakukan beberapa kegiatan yang berkenaan
dengan persiapan-persiapan pembalajaran yaitu.
a. Menyusun perangkat pembalajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembalajaran pokok
bahasan jaring-jaring bangun sederhana.
b. Membuat pedoman dan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa
dalam pembelajaran, adapun aktivitas-aktivitas yang diteliti dari penelitian ini sebagai
berikut: memperhatikan penjelasan guru, bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat,
kerja kelompok.
c. Mempersiapkan alat peraga.
d. Mempersiapkan lembar kerja siswa.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Pertemuan 1 ( Senin, 28-4-2014 )
1. Guru mengawali dengan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa memperoleh kesiapan belajar.
20
20
2. Guru membahas materi pokok bahasan Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk
dan Gerak Suatu Benda dengan terlebih dahulu menyampaikan beberapa pertanyaan
kepada siswa untuk didiskusikan dengan temannya:
1. Jika disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya,
kemungkinan apa yang terjadi dengan bentuk benda tersebut?
2. Jika disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya,
kemungkinan apa yang terjadi dengan gerak benda tersebut?
3. Guru melanjutkan membahas materi tentang Pengaruh Gaya Terhadap
Bentuk dan Gerak Suatu Benda.
4. Guru memberi Lembar kerja kelompok dan berkeliling kelas mengamati
apa yang dilakukan siswa.
5. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerjanya didepan kelas.
6. Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan.
7. Sebelum menutup pelajaran, guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti pada pertemuan, kemudian
mengakhiri pembelajaran dengan memberi tes akhir siklus-1.
4.2.2 Observasi
Pertemuan 1
1. Pada waktu guru menyampaikan pertanyaan ” Jika
disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi dengan
bentuk benda tersebut?”. Hampir semua siswa menjawab bentuk benda akan berubah.
Tidak ada siswa yang menjawab yang lain.
2. Pada waktu guru menyampaikan pertanyaan ” Jika
disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi dengan
gerak benda tersebut?”. Hampir semua siswa menjawab gaya akan mempengaruhi gerak
benda. Tidak ada siswa yang menjawab lain
3. Pada waktu membahas materi tentang Pengaruh Gaya
Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda banyak siswa belum paham tentang pengaruh
permukaan benda terhadap gerak suatu benda.
4. Pada waktu membahas materi tentang Pengaruh Gaya
Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda banyak siswa belum paham tentang faktor yang
mempengaruhi gerak suatu benda.
5. Pada waktu guru menjelaskan materi banyak siswa yang
tidak memperhatikan dan bicara sendiri.
21
Dari hasil obsevasi pertemuan 1, keaktivan siswa dapat di lihat pada tabel berikut :
22
22
4.6 Tabel Keaktivan Siswa Siklus 1
NO NAMAMelihat Lisan Mendengarkan Menulis Berfikir Gerak Emosional
Total SkalaKategori
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 SA A C
AKA SKA
1 ANNISA 3 3 4 4 3 3 3 23 82 √
2 ALVIN 3 3 3 2 2 3 2 18 64 √
3 ANNISA 4 4 4 4 4 3 3 26 93 √
4 ALFRED 2 2 2 2 3 2 2 15 54 √
5 AULIA 3 4 4 4 3 4 3 25 89 √
6 AHMAD RYAN 2 2 2 2 2 2 2 14 50 √
36 ZHELY 2 4 4 3 2 2 17 61 √
37 BENEDIKTUS 2 2 3 2 2 2 2 15 54 √
38 LULU HAMADA 4 4 4 3 3 3 3 24 86 √
JUMLAH 0 38 33 32 4 30 36 28 0 38 30 36 2 27 42 20 2 34 33 24 3 38 39 4 0 31 48 12 664
2371 10 9 15 4 0
SKOR MAX 152 152 152 152 152 152 152 3800
PORSENTASE(%) 68 64 68 60 61 55 60 68 26 24 39 11 0
Berdasarkan uraian tabel di atas menunjukkan bahwa keaktivan pembelajaran pada siklus 1 sudah aktif dengan persentase
keaktivan klasikal yang tercapai adalah 68 % dalam kategori aktif.
23
Pertemuan 2 ( Selasa, 29-4-2014 )
Pada Pertemuan 2, diadakan tes akhir siklus I. Siswa diberikan soal tes dengan jumlah 20
soal isian,. Tes ini diadakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan tes tulis berupa isian
singkat. Tes akhir ini diikuti oleh 38 siswa. Hasil tes akhir ini merupakan data dari penelitian
penerapan pembelajaran dengan mengunakan metode inquiry. Berdasarkan hasil analisis terakhir
dapat dilihat persentase hasil belajar siswa pada tabel berikut :
Tabel 4.8 Tabel Keberhasilan Belajar Siswa Siklus 1
NomorNAMA
SKOR Kreteria Hasil BelajarKet.Urt Induk IPA KKM SB B CB KB SKB
1 4281 ANNISA ZILVINAZ ZAHRO 85 72 √ - - - -
2 4282 ALVIN MA'AQWIL MAULANA 72 72 - √ - - -
3 4283 ANNISA NUR AULIA IHSANTI 87 72 √ - - - -
4 4284 ALFRED GERALDO 70 72 - √ - - -
36 4321 ZHELY VIRGINIA 78 72 - √ - - -
37 4322 BENEDIKTUS YUSTISIO A 68 72 - - √ - -
38 LULU HAMADA 90 72 √ - - - -
JUMLAH 2793 9 13 12 4 0
RATA - RATA 74
NILAI MIN 58
NILAI MAX 90
Porsentase HB ( % ) 74 24 34 32 10 0
Berdasarkan uraian tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus 1
baik dengan persentase skor klasikal yang tercapai adalah 74 % dalam kategori baik.
4.2.3 Refleksi
Pada tahap refleksi ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis, memahami, dan
menyimpulkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan yang meliputi hasil analisis
aktivitas siswa dan hasil analisis hasil belajar atau hasil tes akhir siklus 1. Hasil analisis dari data-
data menerangkan bahwa kriteria keaktifan klasikal siswa dalam mengunakan metode inquiry
siklus I sebagai berikut :
Tabel 4.10 Aktivitas siswa dalam mengunakan metode inquiry siklus I
Aktivitas siswa Siklus IMelihat 68%Lisan 64%Mendengarkan 68%Menulis 60%Berfikir 61%Gerak 55%Emosional 60%Persentase keaktifan klasikal 68%Kreteria Keaktifan klasikal Aktif
Hasil analisis tes akhir siklus I diperoleh data bahwa pembelajaran pada siklus I, hasil
belajar secara klasikal mencapai 74 %, walaupun masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM tetapi secara umum hasil belajar siswa mengunakan metode inquiry pada siklus 1 baik dan
untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi perlu tindakan selanjutnya yaitu siklus 2. Hasil analisis
aktivitas siswa pada siklus I diperoleh data persentasi keaktifan sebesar 68% dengan kriteria
Aktif. Hasil analisis aktivitas guru pada siklus 1. Pelaksanaan siklus 2 diperlukan karena ada
beberapa pertimbangan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Paparan Tindakan Siklus 2
4.3.1 Persiapan Tindakan
Tahap perencanaan untuk siklus 2 ini dilakukan setelah peneliti melakukan refleksi untuk
menentukan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus 1. Pada tahap ini peneliti menyusun
perangkat pembelajaran yang menggunakan metode inquiry yaitu :
a. Menyusun perangkat pembalajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembalajaran pokok
bahasan jaring-jaring bangun sederhana.
b. Membuat pedoman dan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa
dalam pembelajaran, adapun aktivitas-aktivitas yang diteliti dari penelitian ini sebagai
berikut: memperhatikan penjelasan guru, bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat,
kerja kelompok.
c. Mempersiapkan alat peraga.
d. Mempersiapkan lembar kerja siswa.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
Pertemuan 3 ( Selasa, 05-5-2014 )
1. Guru mengawali dengan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
motivasi kepada siswa sehingga siswa memperoleh kesiapan belajar.
2. Guru membahas materi dengan terlebih dahulu menyampaikan beberapa pertanyaan kepada
siswa untuk didiskusikan dengan temannya:
3. Jika disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi
dengan bentuk benda tersebut?
4. Jika disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi
dengan gerak benda tersebut?
5. Guru melanjutkan membahas materi tentang Pengaruh Gaya Terhadap.
6. Guru memberi Lembar kerja kelompok untuk mencari informasi dan data sebagai
penguatan materi dan tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Selama siswa
menyelesaikan Lembar Kerja, peneliti dan berkeliling kelas mengamati apa yang dilakukan
siswa.
2
7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas.
8. Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan.
9. Sebelum menutup pelajaran, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum dimengerti pada pertemuan, kemudian mengakhiri pembelajaran
dengan memberi tes akhir siklus-2.
4.2.2 Observasi
Pertemuan 3
1. Pada waktu guru menyampaikan pertanyaan ” Jika disajikan sebuah benda kemudian
diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi dengan bentuk benda tersebut?”. Hampir
semua siswa menjawab bentuk benda akan berubah. Tidak ada siswa yang menjawab yang
lain.
2. Pada waktu guru menyampaikan pertanyaan ” Jika disajikan sebuah benda kemudian
diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi dengan gerak benda tersebut?”. Hampir
semua siswa menjawab gaya akan mempengaruhi gerak benda. Tidak ada siswa yang
menjawab lain
3. Pada waktu membahas materi banyak siswa belum paham tentang pengaruh permukaan
benda terhadap gerak suatu benda.
4. Pada waktu membahas materi banyak siswa belum paham tentang faktor yang
mempengaruhi gerak suatu benda.
5. Pada waktu guru menjelaskan materi banyak siswa yang tidak memperhatikan dan bicara
sendiri.
4.3.3 Refleksi
Kegiatan pada tahap refleksi merupakan hasil analisis pelaksanaan, observasi dan hasil
tes akhir yang telah dilakukan pada siklus 2. Pada Pelaksanaan siklus 2 secara keseluruhan baik
hasil belajar maupun aktivitas siswa mengalami peningkatan. Analisis data-data keaktifan siswa
pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.15 Aktivitas siswa dalam mengunakan metode inquiry siklus II
Aktivitas siswa Siklus IIMelihat 80%Lisan 74%Mendengarkan 78%Menulis 71%Berfikir 73%Gerak 68%Emosional 69%Persentase keaktifan klasikal 73%Kreteria Keaktifan klasikal Aktif
Berdasarkan tabel di atas aktivitas siswa pada siklus 2 mengalami peningkatan hal ini
ternyata juga mempengaruhi hasil belajar siswa yang mencapai hasil belajar secara klasikal 78%
dengan kategori baik, lebih tinggi dari pada siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
metode inquiry dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA
pokok bahasan pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Analisis Data Hasil Observasi
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sukowono 01 Sukowono yang
dilakukan sebanyak 2 siklus pada semester genap tahun pelajaran 2013-2014, dengan subyek
siswa kelas V sebanyak 38 siswa. Dari 38 siswa Kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono ini siswa
laki-laki sebanyak 17 siswa (45%) dan siswa perempuan sebanyak 21 siswa (55%) yang memiliki
kemampuan yang beragam, tetapi diantara 38 siswa itu ada sebagian kecil yang memiliki hasil
belajar di bawah rata-rata. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran dengan metode inquiry.
Kegiatan observasi ini, peneliti dibantu teman sejawat yang bertugas mengamati aktivitas
siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik dalam bertanya, menyelesaikan masalah,
menyampaikan pendapat serta menjawab pertanyaan ketika kegiatan pembelajaran. Aktivitas
siswa pada saat pembelajaran berlangsung berjalan tertib meskipun ada beberapa siswa yang tidak
mau bekerja sama bahkan sedikit ramai ketika kegiatan kerja kelompok dan percobaan. Hasil
analisis terhadap observasi aktivitas siswa tiap siklus diuraikan sebagai berikut :
4.16 Tabel Perbandingan Keaktivan Siswa siklus 1 dan Pra-Siklus
Kategori Keaktifan Siklus 1 ( % ) Pra-Siklus ( % ) Selisih Sangat Aktif ( SA ) 26 26 0
Aktif ( A ) 24 13 11Cukup Aktif ( CA ) 39 32 7Kurang Aktif ( KA ) 11 29 -18
Sangat Kurang Aktif ( SKA ) 0 0 -0Jumlah 100 100 0,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa perbandingan aktivitas siswa pada
pra-siklus ke siklus 1 mengalami kenaikan dan penurunan. Pada pra-siklus
menunjukkan siswa dengan kategori sangat aktif ada 10 siswa (26%) dan tidak
mengalami perubahan pada siklus 1. Kriteria aktif pada pra-siklus ada 5 siswa
(13%) meningkat menjadi 9 siswa (24%) pada siklus 1. Pada pra-siklus
menunjukkan siswa dengan kategori cukup aktif 12 siswa (32%) mengalami
peningkatan menjadi 15 siswa (39%) pada siklus 1. Pada pra-siklus
4
menunjukkan siswa dengan kategori kurang aktif 11 siswa (29%) mengalami
penurunan menjadi 4 siswa (11%) pada siklus 1.Pada siklus 1 dan pra-siklus
untuk kategori sangat kurang aktif sama yaitu 0 siswa.
4.17 Tabel Perbandingan Keaktivan Siswa siklus 2 dan 1
Kategori Keaktifan Siklus 2 ( % ) Siklus 1 ( % ) Selisih Siklus 2-1
Sangat Aktif ( SA ) 32 26 4Aktif ( A ) 63 24 6
Cukup Aktif ( CA ) 5 39 -7Kurang Aktif ( KA ) 0 11 -1
Sangat Kurang Aktif ( SKA ) 0 0 -2Jumlah 100 100 0,00
Berdasarkan tabel diperoleh persentase aktivitas siswa secara klasikal dari siklus 1 ke
siklus 2 mengalami peningkatan dan menunjukkan siswa semakin aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry dapat
meningkatkan aktivitas siswa.
4.2.1 Analisis Data Hasil Tes
Hasil analisis hasil belajar siswa siklus 1 dan pra-siklus pada tabel berikut :
4.18 Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa siklus 1 dan Pra-SiklusKategori Hasil Belajar Siklus 1 ( % ) Pra-Siklus ( % ) Selisih
Sangat Baik ( SB ) 24 11 13Baik ( B ) 34 29 5
Cukup Baik ( CB ) 32 37 -5Kurang Baik ( KB ) 10 23 -13
Sangat Kurang Baik ( SKB ) 0 0 -0Kategori Hasil Belajar 100 100 0,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa perbandingan hasil belajar siswa pada pra-
siklus ke siklus 1 mengalami kenaikan dan penurunan. Pada pra-siklus menunjukkan
siswa dengan kategori sangat baik ada 4 siswa(11%) dan meningkat menjadi 9
siswa(24%) pada siklus 1. Kategori baik pada pra-siklus ada 11 siswa(29%)
meningkat menjadi 13 siswa (34%) pada siklus 1. Pada pra-siklus menunjukkan
siswa dengan kategori cukup baik 14 siswa (37%) mengalami penurunan menjadi 8
siswa (32%) pada siklus 1. Pada pra-siklus menunjukkan siswa dengan kategori
kurang baik 9 siswa (23%) mengalami penurunan menjadi 4 siswa (10%) pada siklus
1. Pada pra-siklus menunjukkan siswa dengan kategori sangat kurang baik 0 tetap 0
siswa pada siklus 1.
4.19 Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa siklus 2 dan 1
Kategori Hasil Belajar Siklus 2 ( % ) Siklus 1 ( % ) Selisih Siklus
2-1Sangat Baik ( SB ) 29 24 5
Baik ( B ) 50 34 16Cukup Baik ( CB ) 21 32 -11Kurang Baik ( KB ) 0 10 -10
Sangat Kurang Baik ( SKB ) 0 0 -0Kategori Hasil Belajar 100 100 0,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa perbandingan hasil belajar siswa pada siklus 1 ke
siklus 2 mengalami kenaikan dan penurunan. Pada siklus 1 menunjukkan siswa dengan kategori
sangat baik ada 9 siswa dan meningkat menjadi 11 siswa pada siklus 2. baik pada siklus 1 ada 13
siswa meningkat menjadi 19 siswa pada siklus 2. Pada siklus 1 menunjukkan siswa dengan
kategori cukup baik 12 siswa mengalami penurunan menjadi 8 siswa pada siklus 2. Pada siklus 1
menunjukkan siswa dengan kategori kurang baik 4 siswa mengalami penurunan menjadi 0 siswa
pada siklus 2. Pada siklus 1 menunjukkan siswa dengan kategori sangat kurang baik 0 tetap 0
siswa pada siklus 2.
Berdasarkan uraian di atas diperoleh persentase hasil belajar siswa secara klasikal dari
siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan dan menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
V. Kesimpulan Dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan 2 siklus tindakan perbaikan
pembelajaran, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya
Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01
Sukowono kabupaten Jember dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode inquiry.
Terbukti dari keaktivan siswa yang terindentifikasi mengalami kemajuan yang signifikan.
2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya Terhadap
Bentuk dan Gerak Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono
kabupaten Jember terbukti dapat ditingkatkan melalui penggunaan media dan metode
pembelajaran yang efektif dan efesien, secara khusus, hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan melalui penggunaan metode inquiry.
4.2 Saran
6
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka sebagai saran tindak lanjut, ada beberapa
hal yang seyogyanya dilakukan oleh guru dalam upayanya meningkatkan kualitas pembelajaran,
khususnya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu :
Guru perlu dan harus senantiasa berlatih untuk dapat merancang metode pembelajaran
dengan baik dan kreatif menggunakan media pembelajaran.
Sekolah perlu mewadahi dan memfasilitasi peningkatan kualifikasi dan kompetensi
guru guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan
Peneliti lain perlu mengevaluasi PTK sebagai literatur baru dalam menentukan strategi
dan model pembelajaran karena siswa dalam pembelajaran membutuhkan berbagai
inovasi dan kreatifitas dari guru.
VI. Daftar Pustaka
Hernawan, A. H (2006), Media dan Proses Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka.
Roestiyah, NK. (1986), Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Bandung: Bina Aksara.
Sadiman, A. S. (1986), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya,
Jakarta: CV. Rajawali.
Swastika, K. (2006), Keterampilan Dasar Mengajar: Hand Out Mata Kuliah Pengajaran Mikro
(Micro Teaching), Jember: IKIP PGRI Jember.
Wardhani, I.G.A.K.; Wihardit, K; & Nasoetion, N. (2000), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sulthon Masyhud (2013), Panduan Publikasi Ilmiah Dalam Rangka PKB Guru, Jember :
Universitas Terbuka UPBJJ Jember
top related