kelimpahan diatom di teluk jakarta
Post on 26-Jun-2015
487 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang dalam air.
Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas sehingga organism tersebut selalu
terbawa oleh arus (Nontji, 2002). Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan tumbuhan yang berukuran
mikroskopis yang bebas melayang dan hanyut di perairan serta dapat melakukan proses
fotosintesis, sedangkan zooplankton merupakan hewan–hewan laut yang bersifat planktonik
dan berukuran mikroskopis (Nybakken, 1992). Fitoplankton dapat dibagi menjadi dua kelas
besar yaitu diatom dan dinoflagelata. Diatom adalah salah satu kelompok besar fitoplankton
yang banyak menarik perhatian untuk diteliti karena keberadaannya yang selalu mendominasi
di wilayah perairan laut khususnya di wilayah bersuhu dingin dan kaya nutrisi. Diatom
merupakan penyusun utama fitoplankton baik di ekosistem perairan tawar maupun laut
dengan jumlah spesies terbesar dibandingkan komunitas mikroalga lainnya.
Teluk Jakarta merupakan suatu perairan estuarin/pantai yang terdapat di wilayah DKI
Jakarta. Mempunyai berbagai macam fungsi, antara lain sebagai pintu gerbang bagi
hubungan laut nasional dan internasional, sebagai sumber perikanan bagi penduduk ibukota,
dan juga sebagai perairan penampung bahan – bahan buangan yang masuk ke dalam teluk
dan berbagai aliran beberapa sungai besar (Cisadane, Ciliwung, dan Citarum). Kegiatan pada
lahan tersebut pada umumnya mengeluarkan limbah dan menghasilkan sampah yang
langsung dibuang ke dalam perairan sungai sehingga masuknya sumber-sumber pencemar
tersebut menyebabkan penurunan kualitas perairan.
Perubahan kualitas perairan erat kaitannya dengan potensi perairan ditinjau dari
kelimpahan fitoplankton, khususnya diatom, pencemaran organic dapat dilihat dari dominansi
suatu marga diatom. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan tentang identifikasi dan
kelimpahan diatom di Teluk Jakarta.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam kerja praktek ini yaitu diatom apa saja yang terdapat di Teluk
Jakarta dan bagaimanakah kelimpahan diatom di Teluk Jakarta.
1.3 Tujuan
Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengidentifikasi diatom Teluk Jakarta dan
mengetahui kelimpahan diatom di Teluk Jakarta.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis diatom apa saja
yang terdapat di Teluk Jakarta dan bagaimana kelimpahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plankton
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang dalam air.
Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas sehingga organism tersebut selalu
terbawa oleh arus (Nontji, 2002). Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama yaitu
fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton (sering disebut plankton nabati) merupakan
tumbuhan yang amat banyak ditemukan di semua perairan, tetapi karena ukurannya
mikroskopis sukar dilihat kehadirannya. Konsentrasinya bisa ribuan hingga jutaan sel per liter
air. Zooplankton, sering pula disebut plankton hewani, terdiri dari sangat banyak jenis hewan.
Ukurannya lebih besar dari fitoplankton, bahkan ada pula yang bisa mencapai lebih satu
meter seperti pada ubur-ubur (Romimohtanto, 2003). Di dalam kelompok fitoplankton
diantaranya yang utama adalah diatom, dinoflagellata, coccolithophore, dan criptomonads,
sedangkan ke dalam kelompok zooplankton dimasukkan jutaan zooplankton mulai dari filum
Protozoa sampai dengan filum Chordata (Arinardi, 1997).
Untuk memudahkan penggolongan jenis organisme planktonis tersebut dibagi dalam
beberapa kategori berdasarkan:
Habitat
Berdasarkan habitat, plankton dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
a. Plankton pantai, terdapat di dekat pantai, penyebaran tergantung dalamnya air dan
tipe sirkulasi. Merupakan produsen yang terbanyak di laut karena banyak
mengandung makanan.
b. Plankton laut, merupakan holoplankton yang penyebarannya jauh dari pantai tetapi di
laut terbuka. Hidupnya tergantung pada kondisi pantai (Sediadi, 1986).
Ukuran
Berdasarkan ukuran plankton dapat dibedakan dalam empat ukuran, yaitu:
a. Megaplankton, dapat ditangkap dengan jarring kasar dan dapat dilihat dengan mata,
mempunyai ukuran lebih besar dari 2000 µm.
b. Makroplankton, plankton dengan ukuran antara 200 – 2000 µm.
c. Mikroplankton, plankton dengan ukuran 20 – 200 µm dan dapat ditangkap dengan
jarring plankton. Ada juga nanoplankton dengan ukuran 2 – 20 µm.
d. Ultraplankton, plankton dengan ukuran lebih kecil dari 2 µm dan hanya dapat
disaroing dengan kertas saring yang keras.
(Nontji, 2008)
Lama siklus hidup
Berdasarkan lamanya siklus hidup, plankton dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Plankton sementara atau neuroplankton, yaitu telur dan larva planktonis yang banyak
terdapat di perairan pantai (neritic), misalnya nauplius (larva barnacles), valigers
(larva Pelecypoda), lanula (larva coelenterata), dan pluteus (larva Echinodermata).
Plankton jenis ini hidupnya musiman karena jumlah individu tergantung dari habitat
pemijahan induknya.
b. Plankton tetap dimana seluruh hidupnya berupa plankton yang sering disebut
holoplankton dan organism ini meliputi hamper semua plankton binatang.
(Nontji, 2008)
2.2 Fitoplankton
Fitoplankton didefinisikan sebagai organisme-tumbuhan mikroskopik yang hidup
melayang, mengapung di dalam air dan memiliki kemampuan gerak yang terbatas.
Fitoplankton terdiri dari divisi chrysophyta (diatom), chlrorophyta dan cyanophyta. Biasanya
chlorophyta dan cyanophyta mudah ditemukan pada komunitas plankton perairan tawar
sedangkan chrysophyta dapat ditemukan diperairan tawar dan asin. Komunitas fitoplankton
umumnya didominasi oleh jenis fitoplankton yang berukuran lebih kecil dari 10 mm. Dalam
pertumbuhannya setiap jenis fitoplankton mempunyai respon yang berbeda terhadap
perbandingan nutrien yang terlarut dalam badan air. Oleh karena itu perbandingan nutrien,
khususnya nitrogen, fosfor dan silikat terlarut sangat menentukan dominasi suatu jenis
fitoplankton di perairan (Oxborough dan Baker, 1997; Ekwu dan Sikoki, 2006).
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autrofik, yaitu dapat
menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Fitoplankton mengandung klorofil dan
karenanya mempunyai kemampuan berfotosintesis yakni menyadap energi surya untuk
mengubah bahan inorganic menjadi bahan organic. Karena kemampuannya memproduksi
bahan organic dari bahan inorganic ini, maka fitoplankton juga disebut sebagai produsen
primer (Nontji, 2008).
2.3 Diatom
Diatom merupakan mikroalga uniseluler yang distribusinya sangat universal di semua
tipe perairan. Diatom merupakan penyusun utama fitoplankton baik di ekosistem perairan
tawar maupun laut dengan jumlah spesies terbesar dibandingkan komunitas mikroalga
lainnya. Diatom mempunyai kontribusi 40 - 45% produktivitas laut sehingga lebih produktif
dibandingkan dengan hutan hujan di seluruh dunia (Anonim, 2003). Diatom mempunyai
keunikan dan sangat spesifik, karena arsitektur dan anatomi dinding selnya yang tersusun dari
silika, menyebabkannya dapat tersimpan dalam kurun waktu yang sangat lama di dalam
sedimen. Potensi diatom sebagai bioindikator lebih baik dibandingkan dengan kelompok
organisme yang lainnya. Keunggulan tersebut karena distribusi luas, populasi variatif,
penting dalam rantai makanan, dijumpai di hampir semua permukaan substrat (mampu
merekam sejarah habitat), siklus hidup pendek dan reproduksi cepat, banyak spesies sensitive
terhadap perubahan lingkungan, mampu merefleksikan perubahan kualitas air dalam jangka
pendek dan panjang, mudah pencuplikan; pengelolaan dan identifikasinya (Soeprobowati,
TR, dan Suewarno Hadisusanto, 2009)
Diatom berarti terdiri dari dua bagian dimana tiap bagiannya tidak dapat dibagi lagi,
yaitu epiteka yang merupakan bagian tutup sedangkan hipoteka merupakan wadahmya.
Diatom juga disebut Bacillariophyceae, yang berarti bentuknya batang, kebanyakan diatom
memang berbentuk seperti batang, tapi banyak juga sel yang sama sekali tidak berbentuk
seperti batang seperti pada Surirella, Biddulphia dan lain sebagainya (Sachlan, 1982).
Atas dasar perbedaan struktur dindingnya, diatom dibagi dalam 2 golongan, yaitu
pennate dan centric. Prinsip perbedaan antara pennate dan centric adalah pada pennate tutup
dan wadahnya terdapat raphe, yaitu lubang yang memanjang dari ujung ke ujung sel, dimana
lender dalam sel dapat keluar.
http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/images/diat/diadiag04.gif
Gambar 1. Pinnate diatom
Sedangkan centric tidak mempunyai raphe dan bentuk wadah serta tutupnya agak
bundar seperti lingkaran dan ada struktur yang sifatnya sentrik. Ukuran diatom berkisar dari <
10 µm sampai mendekati 200µm. Tidak adanya flagel, cilia atau organ pergerakan lain,
spesies planktonik bersifat non motil dan tenggelam pada perairan yang tidak ada turbulensi
(Anonim1, 2010). http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/diatom.html
http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/images/diat/diadiag04.gif
Gambar 2. Centric diatom
Reproduksi diatom dapat terjadi secara seksual dan aseksual, meskipun reproduksi aseksual
(vegetatif) sangat umum. Reproduksi aseksual terjadi dengan pembelahan sitoplasma dalam
frustul dimana epiteka induk akan menghasilkan hipoteka yang baru, sedangkan hipoteka
yang lama akan menjadi epiteka yang menghasilkan hipoteka yang baru pula pada
anakannya, dan seterusnya (Nontji, 2008). Pembelahan mitosis terus berlangsung sampai
terbentuk sel anakan yang berukuran sekitar 30% dari besar sel aslinya. Setelah mencapai
ukuran minimum tersebut, diatom kemudian bereproduksi secara seksual. Sel diatom
menghasilkan sperma dan telur. Sperma kemudian bergabung dengan telur membentuk zigot.
Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi berukuran normal seperti aslinya. Setelah
diatom mencapai ukuran normal, diatom akan kembali melakukan reproduksi aseksual
melalui pembelahan mitosis (Anonim2, 2010). http://moningkaharvey.wordpress.com/
http://www.szn.it/SZNWeb/cmd/ShowItemImage?BINDATA_ID=15201
Gambar 3. Siklus hidup diatom
2.4 Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
Sejarah Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI bermula pada awal abad ke 20, tepatnya
tahun 1905, ketika Visscherij Station didirikan di Pasar Ikan, Jakarta atas inisiatif dari Dr. J.C
Koningsberger, seorang ahli Zoologi, kepala museum Zoologi Bogor saat itu.
Lembaga ini didirikan dengan tujuan melakukan penelitian kelautan untuk menggali
sumberdaya biota laut yang bernilai ekonomi penting. Dalam perjalanan waktu lembaga telah
beberapa kali berganti nama, tahun 1915 lembaga ini bernama "Visscherij Station te
Batavia", berdasarkan SK Pemerintah Belanda No. 37 Tanggal 31 Juli 1911, lembaga ini
secara resmi masuk dalam struktur "sLands Plantentuin".
Tahun 1922 lembaga ini berganti nama lagi menjadi Laboratorium Voor Het
Onderzoek der Zee (LOZ) dibawah pimpinan: Dr. A.L.J. Sunier. Tahun 1949 berubah lagi
namaya menjadi "Laboratorium Penyelidikan Laut". Tahun 1955 lembaga ini berganti nama
lagi menjadi "Lembaga Penyelidikan Laut", dibawah pimpinan Prof. Klaus Wyrtki. Tahun
1962 namanya berubah menjadi "Lembaga Penelitian Laut" sebagai salah satu bagian dari
Lembaga Biologi Nasional MIPI. Tahun 1970, melalui melalui keputusan presiden No.10
tahun 1970, lembaga ini ditetapkan sebagai lembaga berskala nasional dengan nama
Lembaga Oseanologi Nasional (LON) sebagai bagian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI).
Pada tahun 1986, terjadi reorganisasi di LIPI, berdasarkan Keppres R.I no. 1/1986,
nama LON diubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI (Puslitbang
Oseanologi - LIPI), dibawah kedeputian Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun 2001, berdasarkan
keputusan Kepala LIPI No. 1151/M/2001, Puslitbang Oseanologi - LIPI, diubah lagi
namanya menjadi Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, dibawah naungan Deputi Ilmu
Pengetahuan Kebumian.
2.4.1 Visi dan Misi Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI
Visi P2O-LIPI
Sejalan dengan paradigma baru LIPI sebagai organisasi yang bersifat ‘melihat keluar’,
berbagai perubahan yang direncanakan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI kedepan
difokuskan pada upaya lebih mengenali harapan publik, dan pencapaian kemampuan yang
cerdas, kreatif dan inovatif guna memenuhi harapan publik tersebut.
Harapan yang semakin besar tersebut merupakan tantangan masa depan yang harus
disikapi secara arif, realistik dan tepat oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, dan harus
tercermin pada visi organisasi yang dipilih.
Rumusan visi Pusat Penelitian Oseanografi yang merupakan panduan untuk
menyikapi tantangan masa depan tersebut di atas adalah:
“Terwujudnya kemampuan Oseanografi yang cerdas dalam akuisisi data dan
penyediaan informasi kelautan bagi publik”
Misi P2O-LIPI
Dalam upaya menjabarkan visi tersebut, misi utama yang diemban oleh Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI adalah:
Meningkatkan pelayanan publik dalam menyediakan data dan informasi
oseanografi yang akurat, tepat waktu dan tepat guna; serta
Menjamin kelangsungan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya dan
lingkungan laut berbasis ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan bangsa.
Kedua misi tersebut akan diupayakan melalui transformasi Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI menjadi sebuah organisasi yang memiliki kinerja tinggi.
Untuk mengoperasionalkan Misi tersebut, diperlukan rangkaian kegiatan berikut ini:
Memfasilitasi peningkatan kompetensi sumberdaya manusia agar berdaya saing
tinggi,
Mengembangkan sarana dan prasarana penelitian di bidang oseanografi,
Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkualitas,
Merumuskan dan melaksanakan program penelitian yang kompetitif, serta
mengkaji hasil penelitian untuk menentukan kebijakan bidang oseanografi,
Membangun jejaring kerja dengan berbagai pemangku kepentingan.
Berikut adalah struktur organisasi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI:
Gambar 4. Bagan Organisasi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
(Anonim3, 2010)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Kerja Praktek dilaksanakan di Laboratorium Planktonologi Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI, pada tanggal 28 Juni – 23 Juli 2010.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah Sedgwick Rafter, kaca penutup, gelas ukur 1000 ml,
tisu, mikroskop cahaya Nikon Eclipse (fase kontras), hand counter, pipet volume, buku
identifikasi fitoplankton, dan kamera digital.
Bahan yang digunakan adalah sampel awetan fitoplankton yang telah diawetkan
dengan formalin 4 % selama ± 8 bulan dari perairan Teluk Jakarta yang diambil pada bulan
Agustus 2009 dan bulan Oktober 2009, masing – masing di lima stasiun.
3.3 Cara Kerja
Sampel yang telah diawetkan dipisahkan antara endapan dengan pengawetnya,
endapan dituang ke beker glass 1000 ml kemudian diencerkan sampai 1000 ml dengan air.
Kemudian diambil sebanyak 1 ml dan diteteskan di Sedgwick Rafter. Lalu ditutup dengan
cover glass secara hati-hati dan dicegah agar tidak ada gelembung. Kemudian diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Pengamatan fitoplankton dilakukan di semua
kolom Sedgwick-Rafter yang terbagi dalam 250 bidang pandang (BD). Selanjutnya genus
fitoplankton dari kelas diatom yang terlihat diidentifikasi kemudian dihitung jumlahnya, lalu
dibuat tabel yang berisikan jenis dan jumlah genus, kemudian dari tabel tersebut dapat
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan kelimpahan.
3.4 Analisis Data
Rumus yang digunakan untuk analisis data adalah sebagai berikut:
Kelimpahan
Kelimpahan diatom dihitung dengan rumus:
N = x n
dimana:
N = kelimpahan diatom (sel/m3)
n = jumlah diatom yang teramati
fraksi = pengeceran yang dilakukan (ml)
V air tersaring dihitung dengan rumus: V = R. a. p, dimana
V = volume air tersaring (m3)
R = jumlah putaran flowmeter
a = luas mulut jaring
p = panjang kolom air yang dibutuhkan untuk membuat satu putaran flowmeter pada
kecepatan penarikan tertentu (antara 0,5 – 2,5 m/detik)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan pada masing – masing 5 stasiun, teridentifikasi 13 genus
pada sample bulan Agustus 2009 dan 15 genus pada sample bulan Oktober 2009. Hasil
identifikasi dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Hasil identifikasi diatom sample bulan Agustus 2009
Genus N (sel/m3) %
Nitzschia 830978.01 58.5023
Chaetoceros 225216.4 15.8556
Skeletonema 305058.31 21.4766
Rhizosolenia 10576.461 0.7446
Pleurosigma 3318.1054 0.2336
Coscinodiscus 5806.6844 0.4088
Thalassiotrix 22811.974 1.606
Bakteriastrum 622.14475 0.0438
Thalassionema 1451.6711 0.1022
Eucampia 11353.677 0.79932
Guinardia 2707.4818 0.19061
Triceratium 232.06987 0.01634
Ditylum 286.67454 0.02018
Jumlah 1420419.67 100
Tabel 2. Hasil identifikasi diatom per stasiun
GenusN (sel/m3) per stasiun
1 2 3 5 6
Nitzschia 830978.0108 742391.51 626782.0374 1077268.331 1753014.836Chaetoceros 225216.4012 633550.74 177610.8063 126246.0087 48734.67246Skeletonema 305058.3114 435363.07 355492.3608 244601.6418 35547.64344Rhizosolenia 10576.46083 6497.9563 7039.452688 9979.00436 13473.70356Pleurosigma 3318.105359 4223.6716 1353.740902 3481.048033 2580.070895Coscinodiscus 5806.684378 974.69345 812.244541 1160.349344 573.3490877Thalassiotrix 22811.97434 43211.41 17057.13536 32721.85151 1720.047263Bakteriastrum 622.1447548 1299.5913 1222.222222 5337.606984 3726.76907Thalassionema 1451.671094 0 0 1392.419213 23220.63805Eucampia 0 4548.5694 2436.733623 928.2794754 3440.094526Guinardia 0 0 2707.481803 0 0Triceratium 0 0 0 232.0698688 1720.047263Ditylum 0 0 0 0 286.6745439Jumlah 1405839.764 1872061.2 1192514.216 1503348.61 1888038.546
Table 3. Presentase kehadiran genus tiap stasiun
Genus%
1 2 3 5 6Nitzschia 59.1090131 39.656369 52.559712 71.6579191 92.8484664Chaetoceros 16.020062 33.842416 14.8938104 8.3976536 2.58123292Skeletonema 21.6993657 23.255814 29.8103248 16.2704538 1.88278166Rhizosolenia 0.75232335 0.3471017 0.59030346 0.66378512 0.71363498Pleurosigma 0.23602301 0.2256161 0.1135199 0.23155295 0.13665351Coscinodiscus 0.41304027 0.0520653 0.06811194 0.07718432 0.03036745Thalassiotrix 1.62265821 2.3082263 1.43035069 2.17659772 0.09110234Bakteriastrum 0.04425431 0.0694203 0.10249121 0.35504785 0.1973884Thalassionema 0.10326007 0 0 0.09262118 1.22988157Eucampia 0 0.2429712 0.20433581 0.06174745 0.18220468Guinardia 0 0 0.22703979 0 0.09110234Triceratium 0 0 0 0.01543686 0Ditylum 0 0 0 0 0.01518372Jumlah 100 100 100 100 100
Table 4. Hasil identifikasi sample bulan Oktober 2009
Genus N (sel/m3) %Skeletonema 3512820.575 33.7885Chaetoceros 6200607.76 59.6414Nitzschia 434182.1191 4.17624Bakteriastrum 154559.3497 1.48665Rhizosolenia 36844.67657 0.3544Thalassionema 8492.348527 0.08168Biddulphia 3413.323363 0.03283Coscinodiscus 26478.94163 0.25469Navicula 758.5163029 0.0073Pleurosigma 1353.951601 0.01302Liemophora 1896.290757 0.01824Thalassiotrix 5093.559315 0.04899Oscillatoria 7017.792834 0.0675Eucampia 2339.264278 0.0225Pediastrum 628.8344833 0.00605Jumlah 10396487.3 100
Table 5. Hasil identifikasi diatom per stasiun
GenusN (sel/m3)
1 2 3 4 5Skeletonema 144173.41 761204.1421 199812.157 853051.707 1554579.163Chaetoceros 393532.4801 1491280.977 2961606.05 704898.302 649289.9552Nitzschia 17463.258 84263.82077 78462.8227 121251.865 132740.353Bakteriastrum 18275.502 50935.59315 66279.1545 3898.7738 15170.32606Rhizosolenia 1624.4891 8803.682767 24367.3362 8577.30235 2275.548909Thalassionema 0 0 0 5458.28332 3034.065211Biddulphia 0 0 0 0 3413.323363Coscinodiscus 3655.1004 11947.85518 4386.12052 1559.50952 4930.355969Navicula 0 0 0 779.754759 758.5163029Pleurosigma 0 0 974.693449 0 379.2581514Liemophora 0 0 0 0 1896.290757Thalassiotrix 0 3144.172417 1949.3869 0 0Oscillatoria 0 0 0 7017.7928 0Eucampia 0 0 0 2339.26428 0Pediastrum 0 628.834483 0 0 0
Jumlah 578724.2354 2412209.078 3337837.717 1708832.56 2368467.156
Table 6. Presentase kehadiran diatom per stasiun
Genus%
1 2 3 4 5Skeletonema 24.9123 31.5563 5.98628 49.92014602 65.63651Chaetoceros 68 61.8222 88.7283 41.25028519 27.41393Nitzschia 3.01754 3.49322 2.35071 7.095596623 5.604484Bakteriastrum 3.15789 2.11157 1.98569 0.228154232 0.640512Rhizosolenia 0.2807 0.36496 0.73003 0.501939311 0.096077Thalassionema 0 0 0 0.319415925 0.128102Biddulphia 0 0 0 0 0.144115Coscinodiscus 0.63158 0.49531 0.13141 0.091261693 0.208167Navicula 0 0 0 0.045630846 0.032026Pleurosigma 0 0 0.0292 0 0.016013Liemophora 0 0 0 0 0.080064Thalassiotrix 0 0.13034 0.0584 0 0Oscillatoria 0 0 0 0.410677618 0Eucampia 0 0 0 0.136892539 0Pediastrum 0 0.02607 0 0 0Jumlah 100 100 100 100 100
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, sample fitoplankton yang diamati adalah sample bulan
Agustus dan Oktober 2009, dimaksudkan bisa mewakili musim hujan dan musim kemarau.
Fitoplankton cenderung melimpah pada saat musim hujan, terlihat dari lebih banyaknya
genus yang ditemukan pada bulan Oktober. Pada bulan Agustus didapatkan 13 genus diatom,
sedangkan pada bulan Oktober didapatkan 15 genus diatom, hal ini dikarenakan musim hujan
membawa zat hara lebih banyak sehingga banyak diatom yang tumbuh di daerah tersebut
lebih bervariasi.
Pada bulan Agustus genus yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia, yaitu
sebesar 830978.01 sel/m3, pada tiap stasiun pun didominasi oleh Nitzschia. Genus ini
merupakan terbesar dan salah satu yang paling umum dan genus ini mempunyai toleransi di
lingkungan ekstrim seperti air tercemar secara organik (Anonim4, 2010). Genus ini juga
banyak ditemukan blooming di perairan Washington (Horner et al., 1996 dan Sayce &
Horner, 1996), perairan Prancis (LeDoux, et al., 1996), perairan Spanyol (MRguez et al.,
1996), dan di perairan Jepang (Yu et al., 1996 dan Kotaki et al., 1996).
Stasiun pertama bulan Agustus ditemukan 9 genus, antara lain: Nitzschia,
Chaetoceros, Skeletonema, Rhizosolenia, Pleurosigma, Coscinodiscus, Thallassiotrix,
Bakteriastrum, dan Thalassionema. Dengan kelimpahan total sebesar 1405840 sel/m3.
Stasiun kedua juga diperoleh 9 genus, yaitu: Nitzschia, Chaetoceros, Skeletonema,
Rhizosolenia, Pleurosigma, Coscinodiscus, Thallassiotrix, Bakteriastrum, dan Eucampia
dengan kelimpahan total sebesar 1872061.218 sel/m3.
Pada stasiun ketiga diperoleh 10 genus, yaitu: Nitzschia, Chaetoceros, Skeletonema,
Rhizosolenia, Pleurosigma, Coscinodiscus, Thallassiotrix, Bakteriastrum, Eucampia, dan
Melosira dengan kelimpahan total sebesar 1192514.22 sel/m3.
Stasiun kelima ditemukan 11 genus, antara lain Nitzschia, Chaetoceros, Skeletonema,
Rhizosolenia, Pleurosigma, Thalassionema, Thalassiotrix, Bakteriastrum, Triceratium,
Coscinodiscus, dan Eucampia dengan kelimpahan total sebesar 1503348.61 sel/m3.
Pada stasiun keenam ditemukan 12 genus yaitu, Nitzschia, Thalassionema,
Rhizosolenia, Chaetoceros, Skeletonema, Pleurosigma, Bakteriastrum, Eucampia,
Coscinodiscus, Thalassiotrix, dan Ditylum dengan kelimpahan total sebesar 1888038.546
sel/m3.
Pada sample bulan Oktober, genus yang paling banyak ditemukan ialah Chaetoceros.
Sama halnya dengan Nitzschia, Chaetoceros juga mempunyai toleransi tinggi terhadap
perubahan lingkungan. Seperti pada penelitian yang diadakan di Teluk Banten pada tahun
1995, jumlah Chaetoceros juga dominan di daerah tersebut, hal itu dikarenakan adanya
percampuran zat – zat nutrisi dan pencemar, sehingga dapat mengakibatkan blooming suatu
spesies (Adnan dan Yudhi, 2010) . Diatom ini umum dijumpai di perairan sub – tropic
pada suhu rendah. Di perairan pantai Iwate Pref., Jepang, blooming dari jenis ini biasanya
terjadi pada bulan – bulan Desember dan Januari. Di perairan Bulgaria dan Rumania antara
tahun 1954 – 1972 jenis ini seringkali blooming pada musim semi di perairan teluk atau
estuarine. Blooming terjadi pada perairan yang mengalami eutrofikasi. Perairan Teluk Jakarta
juga diduga telah mengalami eutrofikasi (Praseno dan Sugestiningsih, 2000).
Beberapa jenis diatom mempunyai morfologi khusus, seperti adanya duri. Duri – duri
yang terdapat pada seta beberapa jenis Chaetoceros dapat menyebabkan masalah bagi biota
laut. Duri – duri ini dilaporkan dapat merangsang pembentukan lender pada insang biota laut,
sehingga biota tersebut sukar bernapas (Praseno dan Sugestiningsih, 2000).
Stasiun 1 – 3 didominasi oleh Chaetoceros masing – masing sebanyak 393532 sel/m3,
stasiun 2 sebanyak 1491281 sel/m3, stasiun 3 sebanyak 2961606 sel/m3, sedangkan pada
stasiun 4 dan 5 didominasi oleh Skeletonema dengan kelimpahan masing – masing stasiun
yaitu 853052 sel/m3 dan 1554579 sel/m3. Keberadaan Skeletonema ini dapat menjadi
indicator adanya pencemaran. Sama halnya dengan genus lain dari golongan diatom, tubuh
Skeletonema dapat memanfaatkan secara langsung zat – zat yag terdapat dalam air. Selain
itu, plankton ini dapat bertahan hidup di daerah yang memiliki euritermik dan eurihalin
berbeda. Skeletonema umumnya selalu hadir dalam jumlah yang besar dan kerapkali
mendominasi diantara beberapa marga lainnya (Soedibjo, 2007). Dominasi jenis ini diduga
terkait dengan kandungan nutrisi dan kadar salinitas akibat pasokan material dari darat dan
curah hujan yang tinggi.
Pada stasiun pertama hanya ditemukan 6 genus diatom, yaitu Chaetoceros,
Skeletonema, Nitzschia, Bakteriastrum, Coscinodiscus, dan Rhizosolenia dengan kelimpahan
total sebesar 578724 sel/m3.
Pada stasiun kedua ditemukan 8 genus, yaitu Chaetoceros, Skeletonema, Nitzschia,
Bakteriastrum, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Thalassiotrix, dan Pediastrum dengan
kelimpahan total sebesar 2412209 sel/m3.
Pada stasiun ketiga ditemukan 8 genus, yaitu Chaetoceros, Skeletonema, Nitzschia,
Bakteriastrum, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Thalassiotrix, dan Pleurosigma dengan
kelimpahan total sebesar 3337838 sel/m3.
Stasiun keempat ditemukan 10 genus, antara lain: Chaetoceros, Skeletonema,
Nitzschia, Bakteriastrum, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Thalassionema, Oscillatoria,
Eucampia, Coscinodiscus, dan Navicula dengan kelimpahan total sebesar 1708833 sel/m3.
Jumlah genus terbanyak ditemukan di stasiun kelima yaitu sebanyak 11 genus, antara
lain: Chaetoceros, Skeletonema, Nitzschia, Bakteriastrum, Coscinodiscus, Rhizosolenia,
Thalassionema, Biddulphia, Coscinodiscus, Navicula, Pleurosigma, dan Liemophora dengan
kelimpahan total sebesar 2368467 sel/m3.
Kelimpahan total diatom pada tiap stasiun berbeda – beda besarannya, kelimpahan
total terkecil terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 578724 sel/m3, sedangkan kelimpahan total
terbesar terdapat pada stasiun 3 sebesar 3337838 sel/m3.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kerja praktek yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan: pada bulan
Agustus didapatkan 13 genus diatom, yaitu: Nitzschia, Chaetoceros, Skeletonema,
Rhizosolenia, Pleurosigma, Coscinodiscus, Thalassiotrix, Bakteriastrum, Thalassionema,
Eucampia, Guinardia, Triceratium, dan Ditylum. Dengan kelimpahan sebesar 1420419.67.
Sedangkan pada bulan Oktober didapatkan 15 genus diatom, yaitu: Skeletonema,
Chaetoceros, Nitzschia, Bakteriastrum, Rhizosolenia, Thalassionema, Biddulphia,
Coscinodiscus, Navicula, Pleurosigma, Liemophora, Thalassiotrix, Oscillatoria, Eucampia,
dan Pediastrum. Dengan kelimpahan total sebesar 10396487.3.
5.2 Saran
Banyak hal yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton pada suatu perairan,
terutama pada perairan Teluk Jakarta. Disarankan pada penelitian yang akan datang tidak
hanya diatom yang diamati, tetapi juga dinoflagelata, agar hasil maksimal, selain itu tidak
hanya dilakukan pada musim hujan dan kemarau, tetapi juga saat musim peralihan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Quraisyin, dan Yudhi S.G. 1998. Pengamatan Pendahuluan Populasi Fitoplankton
dan Zooplankton Di Perairan Teluk Banten November 1995. Diakses dari
http://www.coremap.or.id/downloads/1952.pdf pada tanggal 21 Juli 2010 pukul
11.24
Anonim. 2003. Teacher’s Guide Diatoms: Life in Glass Houses. Diakses dari
http://www.sinauer.com/pdf/Diatoms_Guide.pdf pada tanggal 13 Juli 2010 pukul
19.06
Anonim1. 2010. Diatoms. Diakses dari http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/diatom.html
pada tanggal 13 Juli 2010 pukul 19.14
Anonim2. 2010. ALGA UNISELLULER/MIKROBIOLOGI. Diakses dari
http://moningkaharvey.wordpress.com/ pada tanggal 21 Juli 2010 pukul 12.16
Anonim3. 2010. Sejarah P2O LIPI. Diakses dari
http://www.oseanografi.lipi.go.id/id/profil/sejarah.html pada tanggal 13 Juli 2010
pukul 21.03
Anonim4. 2010. Nitzschia. Diakses dari http://www.pae.ugent.be/collection/nitzschia.htm
pada tanggal 14 Juli 2010 pukul 21.10
Arinardi, OH., et al. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di
Perairan Kawasan Timur Indonesia. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Cetakan Kedua.
Diterjemahkan oleh H.M. Eidman, et al. PT Gramedia. Jakarta.
Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. LIPI Press. Jakarta
Romimohtanto, Kasijan dan Sri Juwana. 2003. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang
Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.
Praseno, Djoko Prawoto, & Sugestiningsih. 2000. Retaid di perairan Indonesia / Djoko P.
Praseno, Sugestiningsih. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI.
Jakarta
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Universitas Diponegoro. Semarang
Sediadi, Agus. 1986. Mengenal Plankton Dalam Majalah Semi Populer Lonawarta. LIPI
Press. Ambon
Soedibjo, Bambang S. 2007. Fenomena Kehadiran Skeletonema sp. Di Perairan Teluk
Jakarta. Diakses dari http://www.lingkungan-tropis.org/fenomena-kehadiran-
skeletonema-sp-bambang-s-soedibjo pada tanggal 14 Juli 2010 pukul 21.10
Soeprobowati, TR, dan Suewarno Hadisusanto. 2009. Diatom dan Paleolimnologi: Studi
Komparasi Perjalanan Sejarah Danau Lac Saint-Augustine Quebeq-City, Canada
dan Danau Rawa Pening Indonesia. Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/1880/1/artikel1_naning.pdf pada tanggal 13 Juli 2010
pukul 19.14
Gambar genus diatom
Guinardia
Eucampia
Thalassionema
Bakteriastrum
Triceratium
Pleurosigma
Ditylum
top related